Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal dan
Macamnya
Nama Kelompok:
1. Dian Pepriana Widyaningrum (20130320010)
2. Wahid Afrizal (20130320018)
3. Yunita Nurpuspa Sari (20130320043)
4. Eyasintri (20130320055)
5. Nurbaiti Arifin (20130320060)
6. Riska Apriliyadani (20130320065)
7. Rizka Putri Aprelia (20130320095)
8. Andira Azzahra (20130320097)
9. Magenda Bisma Yudha (20130320109)
10. M. Bagus Wibisono (20130320127)
11. M. Daroji Tahmidullah (20130320129)
12. Anindea Bucika (20130320137)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
JalanLingkar Barat TamantirtoKasihanBantul Yogyakarta 55183
Telp. (0274) 387656 Ext.213, Fax. (0274) 387658 Tahun Ajaran 2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulillah segala puja dan puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyusun makalah tentang Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal dan
Macamnya. Selanjutnya, makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
Blok 12 (Muskuloskeletal).
Kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini, kami
ucapkan banyak terima kasih atas segala upayanya sehingga makalah ini dapat
kami susun dengan cukup baik. Kami menyadari banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi isi, bahasa, analisa, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, kami meminta maaf atas segala kekurangan tersebut, hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan dan wawasan kami.
Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna untuk
kesempurnaan makalah ini dan perbaikan untuk kita semua. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu pengetahuan untuk
kita semua.
Wassalamualaikum wr.wb.
Yogyakarta, 8 Juli 2015
Kelompok Tutorial 3
A. TRAUMA (SPRAIN DAN STRAIN)
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera yang
diakibatkan beberapa penyebab. Banyak sekali yang menyebabkan trauma
ini, seperti kecelakaan lalu lintas, olahraga, industri dan lain-lain. Akibat
trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan , dan arahnya.
Pada trauma ini akan memunculkan banyak tanda dan gejalanya seperti
nyeri mendadak dengan nyeri tekan lokal, edema, spasme otot, kelelahan
otot, inflamasi, kaku, dan kejang. Untuk mengetahui secara lebih tentang
tentang trauma, disini kami akan membahas patofisiologi dari contoh
trauma yaitu : sprain dan strain.
a. Sprain
Sprain merupakan cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat
gerakan menjepit dan memutar. Fungsi ligamen adalah menjaga
stabilitas namun masih memungkinkan mobilitas. Ligamen yang robek
akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan
terputus dan terjadilah edema, sendi terasa nyeri tekan dan gerakan
sendi terasa sangay nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat
selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akibat pembengkakan dan
perdarahan yang terjadi. Pasien harus diperiksa dengan sinar-x untuk
mengevaluasi bila ada cedera tulang. Fraktur avulasi (suatu fragmen
tulang tertarik oleh ligamen atau tendon) dapat terjadi pada sprain.
Klasifikasi :
1. Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan
hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa
nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
2. Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus,
tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera
menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan
yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian
tersebut.
3. Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya
terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit,
terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat
bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakangerakan yang
abnormal.
4. Sprain Tingkat IV
Robekan yang parah pada ligamen. Biasanyua ligamennya putus
sehingga tulang-tulang yang dihubungkan olah ligamen akan
terpisah.
Patofisiologi
Seseorang terjadi trauma seperti terjatuh atau terpelintir, sehingga
terjasi tekanan pada tubuh, sehingga menyebabkan sendi bergeser yang
kemudian akan mengalami cedera ligamen bahkan robekan. Keseleo
atau sprain pada pergelangan kaki merupakan cedera sendi yang paling
sering dijumpai dan kemudian diikuti oleh keseleo pada pergelangan
tangan, siku, serta lutut. Sprain terbagi menjadi sprain ringan yang
merupakan ligamen ptus dan mengakibatkan hematom, sprain sedang
menyebabkan efusi cairan yang kemudian menjadi edema, dan sprain
berat yang mana seluruh serabut ligamen putus yang menimbulkan
pembengkakan, serta menyebabkan timbulnya nyeri pada lokasi
trauma.
b. Strain
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan yang berlebihan,
peregangan berlebihan, atau stres yang berlebihan. Strain adalah
robekan mikroskopistidak komplet dengan perdarahan ke dalam
jaringan. Pasien mengalami rasa sakit atau nyeri yang mendadak
dengan nyeri tekan lokal pada pemakaian otot dan kontraksi isometrik.
Klasifikasi
1. Derajat I / mild strain (ringan)
Yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada
penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa stretcing
atau robekan ringan pada otot (ligament). Pada derajat ini gejala
yang timbul adalah nyeri lokal meningkat apabila bergerak atau
jika ada beban pada otot. Tanda-tandanya seperti adanya spasme
otot ringan, bengkak, gangguan kekuatan otot. Derajat ini dapat
memunculkan komplikasi seperti strain yang berulang, tendonitis,
perioritis.
2. Derajat II / medorate strain ( ringan)
Yaitu adanya cedera pada unit muskolotendinous akibat kontraksi/
pengukur yang berlebihan. Pada derajat ini timbul gejala seperti
nyeri lokal meningkat apabila bergerak atau apabila ada tekanan
otot, spasme otot sedang, bengkak,tenderness, gangguan kekuatan
otot dan fungsi. Pada derajat ini memunculkan komplikasi yang
sama seperti derajat I yaitu strain berulang, tendonitis, perioritis
3. Derajat III/ strain severe (berat)
Yaitu adanya tekanan atau penguluran mendadak yang cukup
berat. Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang
menghasilkan ketidakstabilan sendi. Pada derajat ini memunculkan
gejala seperti nyeri yang berat, adanya stabilitas, spasme,bengkak,
tenderness, gangguan fungsi otot.
Patofisiologi
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung
(impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini akibat otot
tertarik pada daerah yang salah dan kontraksi otot yang berlebihan atau
ketika terjadi kontraksi, ototnya belum siap. Kontraksi ini terjadi pada
bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstring (otot paha
bagian bawah), dan otot quadriseps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
B. INFLAMASI (ARTRITIS DAN OSTEOMIELITIS)
Inflamasi adalah upaya tubuh untuk perlindungan diri, yang bertujuan
untuk menghilangkan rangsangan berbahaya, termasuk sel-sel yang rusak,
iritasi, atau patogen dan memulai proses penyembuhan. Inflamasi ini salah
satu bagian dari respon kekebalan tubuh. Pada inflamasi akan muncul
tanda dan gejalanya seperti nyeri, kemerahan, immobilitas,
pembengkakan, dan panas. Ada banyak sekali penyakit yang
menyebabkan inflamasi, disini akan membahas melalui patofisiologi pada
penyakit astritis dan osteomielitis.
a. Artritis
Artritis sering disebut dengan penyakit reumatik. Artritis adalah suatu
istilah umum untuk peradangan (inflamasi) dan pembengkakan
terdapat didaerah persendian. Gejala klinis yang sering muncul pada
artritis adalah rasa sakit, ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi.
Arthritis dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh sehingga
menyebabkan rasa sakit, kehilangan kemampuan bergerak dan kadang
bengkak.
Klasifikasi
1. Artritis rheumatoid
Artritis rheumatoid merupakan reaksi autoimun yang terutama
biasanya terjadi dalam jaringan sinifial. penyakit ini lebih sering
terjadi pada wanita. Artritis rheumatoid memunculkan manifestasi
klinik seperti rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema, dan
gangguan fungsi pada sendi merupakan gambaran klinis yang
klasik untuk artritis rheumatoid. Gejala yang paling sering di
temukan adalah demam, anemia, keadaan mudah lelah, anemia,
pembesaran kelenjar limfe dan fenomena Raynaud (vasopasme
yang di timbulkan oleh cuaca dingin dan stress sehingga jari-jari
menjadi pucat atau sianosis).
2. Osteoatritis (penyakit sendi degeneratif)
Osteoatritis merupakan kelainan sendi yang paling sering di
temukan dan kerap kali menimbulkan (disabilitas). Osteoartritis
sering di temukan pada orang yang usianya menjelang 75 tahun.
Tanda gejala yang muncul pada penyakit osteoatritis adalah rasa
nyeri, kaku, dan gangguan fungsional. Perasaan kaku yang paling
sering di alami pada pagi hari atau sesudah bangun tidur biasanya
berlangsung kurang dari 30 menit dan akan berkurang sesudah
sendi-sendi itu di gerakkan.osteoatritis paling sering terjadi pada
panggul, lutut, servikal, tulang belakang, sendi tengah dan ujung
jari yang sering terkena.
3. Gout (pirai)
Gout merupaakan kelompok keadaan heterogenous yang
berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme purin
(hiperurisemia) pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi asam urat
atau defek renal yang mengakibatkan penurunan eksresi asam urat,
atau kombinasi keduanya. Tanda gejala yang muncul pada
penyakit gout mencakup atritis gout yang akut (serangan rekuren
inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan
kristal yang menumpuk dalam jaringan artikuler, jaringan oseus,
jaringan lunak seperti kartilago), nefropati gout (gangguan ginjal)
dan pembentukan batu asam urat dalam traktus urinarius.
Patofisiologi
Dalam makalah ini kami akan akan membahas salah satu dari
klasifikasi penyakit atritis yaitu GOUT
Penyakit gout berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme
purin (hiperurisemia). Hiperurisemia ini merupakan konsentrasi asam
urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl [SI:0,4 mol/L]
dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Penyakit gout memunculkan serangan yang
berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak kadar
asam urat serum. Jika kristal urat sudah mengendap dalam sebuah
sendi maka akan menimbulkan respon inflamasi dan serangan gout
akan muncul, ketika serangan gout berulang-ulang maka akan
menyebabkan penumpukan kristal natrium urat yang disebut dengan
tofus. Tofus ini akan mengendap dalam bagian perifer tubuh
contohnya di ibu jari kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat atau
disebut dengan batu ginjal dengan penyakit renal kronis yang terjadi
skunder ini akibat dari penumpukan urat yang timbul.
Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik
menunjukkan bahwa faktor faktor non kristal mungkin berhubungan
dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan
larut dengan imunoglobin yang terutama berupa IgG. IgG akan
meningkatkan fogositosis kristal dan dengan demikian akan
memperlihatkan aktivitas imunologik.
b. Osteomielitis
Osteomyelitis adalah penyakit pada tulang yang mencakup sumsum
tulang yang disebabkan karena suatu infeksi yang disebarkan oleh
darah yang disebabkan oleh staphylococcus. Gejala umum pada
osteomielitis seperti demam, toksemia, dehidrasi, pada tempat tulang
yang terkena panas dan nyeri, berdenyut karena nanah yang tertekan
kemudian terdapat tanda-tanda abses dengan pembengkakan.
KLASIFIKASI :
- Menurut kejadiannya osteomyelitis dibagi menjadi dua yaitu
osteomyelitis primer dan osteomyelitis sekunder.
1. Osteomyelitis primer : bakteri-bakteri mencapai tulang secara
langsung melalui luka.
2. Osteomyelitis sekunder : bakteri- bakteri mencapai tulang
melalui aliran darah dari suatu fokus primer ditempat lain,
misalnya infeksi saluran nafas dan genitourinaria furunkel.
- Menurut waktu berlangsungnya osteomyelitis dibedakan menjadi
dua :
1. Osteomyelitis akut
Penelitian osteomyelitis akut ini terjadi sekitar 25% , apabila
tidak ditangani dengan baik osteomyelitis akut akan menjadi
osteomyelitis kronis.
2. Osteomyelitis kronis
Osteomyelitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup akan mengakibatkan kehilangan
ekstremitas.
- Menurut penyebabnya osteomyelitis dibedakan menjadi :
1. Osteomyelitis piogenik Hematogen
Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis piogenik
hematogen terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus
kemudian diikuti oleh bacillus colli. Kecuali samonela,
osteomyelitis hematogen biasanya bermanisfestasi sebagai
suatu penyakit demam sistemik akut yang disertai dengan
gejala nyeri setempat, perasaan tak enak, kemerahan dan
pembengkakan.
2. Osteomyelitis Tuberculosis
Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga
sendi. Daerah yang sering kena adalah tulang-tulang panjang
dari ekstremitas dan tulang belakang. Osteomyelitis
tuberkulosis dapat menyebabkan deformitas yang serius
(kifosis, skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan perubahan
sumbu tulang belakang dari posisi normalnya.
Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
osteomyelitis meliputi Proteus, Pseudomonas, dan Escerichiais coli.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi
dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering
berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial.
Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan
iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan
tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke cavitas
medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan
lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati,
namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati
(squestrum) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan
lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Pada osteomyelitis kronis, meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap ada tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien.
C. TUMOR DAN KEGANASAN
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat
pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat
pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhnya. Tumor
dapat terjadi di berbagai bagian tubuh termasuk pada sistem
muskuloskeletal. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tumor ini akan
dibahas melalui patofisiologinya.
Klasifikasi
Klasifikasi tumor pada tulang ada dua yaitu : benigna (jinak) dan maligna.
a. Benigna (Jinak)
Yang termasuk dalam tumor tulang benigna adalah :
1. Osteokondroma
Merupakan tumor tulang jinak yang paling sering ditemukan.
Biasanya menyerang pada usia 10-20 tahun. Tumor ini tumbuh
pada permukaan tulang dengan benjolan keras.
2. Kondroma Jinak
Biasanya terjadi pada usia 10-30 tahun, sering timbul dibagian
tengah tulang. Jenis kondroma ini dapat menimbulkan nyeri, jika
tidak menimbulkan nyeri tidak perlu diangkat atau diobati.
3. Kondroblastoma
Merupakan tumor yang jarang terjadi, tumbuh pada ujung tulang.
Biasanya timbul pada usia 10-20 tahun dan dapat menimbulkan
nyeri.
4. Fibroma Kondromiksoid
Merupakan tumor yang sangat jarang terjadi, terjadi pada usia
kurang dari 30 tahun. Tumor ini mempunyai gambaran khas saat di
periksa dengan foto rontgen.
5. Osteoid Osteoma
Tumor yang sangat kecil yang biasanya tumbuh dilengan atau
tungkai, tetapi juga dapat terjadi di semua tulang. Biasanya timbul
nyeri yang memburuk pada malam hari.
6. Tumor Sel Raksasa
Biasanya terjadi pada usia 20-30 tahun. Umumnya tumor ini
tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan sekitarnya.
b. Maligna (Ganas)
Yang termasuk dalam tumor tulang maligna adalah :
1. Kondrosarkoma
Tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) yang
ganas. Tumor ini tumbuh lambat dan merupakan tumor derajat
rendah yang dapat disembuhkan dengan pembedahan.
2. Ewings Sarcoma
Ditemukan oleh Dr. James Ewing pada tahun 1921, dan sering
ditemukan muncul pada masa pubertas dimana tulang tumbuh
sangat cepat. Ewings sarcoma bisa tumbuh dibagian tubuh
manapun, tetapi sering ditemukan pada tulang panjang anggota
gerak.
3. Fibrosarkoma & Histiositoma Fibrosa Maligna
Kanker ini berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selain tulang
seperti ligamen, tendo, lemak, maupun otot). Biasanya ditemukan
pada usia lanjut dan usia pertengahan. Bagian tulang yang sering
terkena
kanker ini adalah tulang pada tungkai, lengan, dan rahang.
4. Mieloma Multipel
Merupakan kanker tulang primer yang sering ditemukan, berasal
dari sel sumsum tulang yang menghasilkan sel darah dan umumnya
terjadi pada orang dewasa. Tumor ini dapat mengenai satu atau
lebih tulang sehingga nyeri dapat timbul pada satu tempat atau
lebih.
5. Osteosarkoma
Tumor tulang ganas yang berhubungan dengan kecepatan
pertumbuhan pada masa remaja. Khususnya sering terjadi pada
anak-anak dan terdiagnosis pada umur 15 tahun. Tumor ini
cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan
atas (ujung atas), dan tulang kering.
6. Limfoma Tulang Maligna
Biasanya timbul pada usia 40-50 tahun. Bisa berasal dari tulang
atau dari tempat lain di tubuh yang kemudian menyebar ke tulang.
Tumor ini menimbulkan nyeri dan pembengkakan, dan tulang yang
rusak pun lebih mudah patah.
Patofisiologi Tumor Benigna & Maligna
Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang di tempat yang paling sering
terserang tumor seperti bagian ujung tulang panjang (lutut). Penyebab
osteosarkoma masih belum pasti diketahui, tetapi hubungan keluarga
menjadi suatu predisposisi. Beberapa virus onkogenik juga dapat
menimbulkan osteosarkoma dan radiasi ion menjadi penyebab langsung
osteosarkoma.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respon osteolitik (destruksi tulang) atau respon osteoblastik (pembentukan
tulang). Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang panjang dan biasa
ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus, dan ujung atas
tibia. Selanjutnya, tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan
menyebar ke jaringan lunak sekitar.
Tumor yang terdapat pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi
oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik
yaitu proses destruksi (penghancuran tulang) dan respon osteoblastik
(pembentukan tulang). Kemudian, terjadilah destruksi tulang lokal. Pada
proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadilah proses
penimbunan periosteum tulang yang baru di dekat tempat lesi sehingga
terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8, Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Sudoyo, Aru W. dkk. (2010). Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Interna Publishing.
Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC)