Tugas Kdm II Kelompok

16
 PENGAMATAN / OBSERVASI Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada praktiknya kita lebih sering menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Tujuan dari observasi adalah  mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi : 1. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara rinci kepada klien (meskipun komunikasi  terapeutik tetap harus dilakukan), karena t erkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasa n klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan menghitung nafas Bapak dalam satu menit“ kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya. 2. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual kli en. 3. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh perawat yang lain. Contoh kegiatan observasi misalnya : terlihat adanya kelainan fisik, adanya perdarahan, ada bagian tubuh yang terbakar, bau alkohol, urin, feses, tekanan darah, heart rate, batuk, menangis, ekspresi nyeri, dan lain-lain. PEMERIKSAAN FISIK Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawata n klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruh i klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak. Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikas i masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan. Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu : 1. Inspeksi 

Transcript of Tugas Kdm II Kelompok

Page 1: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 1/16

 

PENGAMATAN / OBSERVASI 

Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada praktiknya kita lebih sering

menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk 

memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.

Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melaluikepekaan alat panca indra.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi : 

1. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara rinci kepada klien (meskipun

komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan

kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya :

“Pak, saya akan menghitung nafas Bapak dalam satu menit“ kemungkinan besar data yang

diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.

2. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien.

3. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh perawat

yang lain.

Contoh kegiatan observasi misalnya : terlihat adanya kelainan fisik, adanya perdarahan, ada bagian

tubuh yang terbakar, bau alkohol, urin, feses, tekanan darah, heart rate, batuk, menangis, ekspresi

nyeri, dan lain-lain.

PEMERIKSAAN FISIK 

Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik.Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat

keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus

pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien

mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut

mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.

Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien,

mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan

keperawatan.

Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu : 

1. Inspeksi 

Page 2: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 2/16

 

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui

pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan

kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna,

bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu

dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit

kebiruan (sianosis), dan lain-lain.

2. Palpasi 

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen

yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk,

kelembaban, vibrasi, ukuran.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi : 

· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.

· Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering

· Kuku jari perawat harus dipotong pendek.

· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.

Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

3. Perkusi 

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.

Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat

menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.

Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :

Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.

Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.

Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah

hepar.

Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah

caverna paru, pada klien asthma kronik.

4. Auskultasi 

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh

tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan

adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :

Page 3: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 3/16

 

  Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan

mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia,

TBC.

  Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.

Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.

  Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun

ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.  Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada

kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :

1. Head to toe (kepala ke kaki) 

Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari :

keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan,

leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas.

2. ROS (Review of System / sistem tubuh) 

Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda vital,

sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem

pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat

membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.

3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982 

Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan

memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi kesehatan-penatalaksanaan

kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual,

peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi

stress, nilai-pola keyakinan.

4. DOENGOES (1993) 

Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan, hygiene,

neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi sosial,

penyuluhan / pembelajaran.

nursingbegin.com/tag/  pemeriksaan- fisik  / 

Page 4: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 4/16

 

PERAWATAN LUKA

DEFINISI

Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi

 jaringan yang rusak atau hilang.

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ2. Respon stres simpatis

3. Perdarahan dan pembekuan darah

4. Kontaminasi bakteri

5. Kematian sel

Mekanisme terjadinya luka :

1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang

terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh

pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)

2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan

dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya

dengan benda yang tidak tajam.

4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang

masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh

kawat.

6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada

bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.

7. Luka Bakar (Combustio) 

Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :

1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses

peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak 

terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase

tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan

dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,

kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat

kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran

cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka10% - 17%.

4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada

luka.

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan

epidermis kulit.

Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan

bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister

atau lubang yang dangkal.

Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan ataunekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang

mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.

Page 5: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 5/16

 

Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan

sekitarnya.

Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan

adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Menurut waktu penyembuhan luka dibagi menjadi :

1. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang

telah disepakati.

2. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena

faktor eksogen dan endogen.

PROSES PENYEMBUHAN LUKATubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan “proses peradangan”, yang

dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat),

Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup

beberapa fase :

1. Fase InflamasiFase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi

pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan

membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan

dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkankeluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka

(clot) dan juga mengeluarkan “substansi vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah

kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah.

Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi

saraf sensoris (Local sensory nerve endding), local reflex action dan adanya substansi vasodilator

(histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin). Histamin juga menyebabkan peningkatan

permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah

luka dan secara klinis terjadi oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut menjadi asidosis.

Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit

yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.

 2. Fase Proliferatif Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka

dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu

bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan

selama proses reonstruksi jaringan.

Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan

biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif 

bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi)

serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan

proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang

lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengandikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah

baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan

Page 6: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 6/16

 

pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan

“granulasi”. 

Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses

kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan

platelet.

 3. Fase MaturasiFase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan.

Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan

penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi,

warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari

kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan

mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.

Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang

diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut

atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan

parut dan luka akan selalu terbuka.

Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu

atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhanluka

sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi

biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan

mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes

mielitus).

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA

1. Usia

Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan

2. Infeksi

Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan

kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik 

panjang maupun kedalaman luka.

3. Hipovolemia

Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan

oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

4. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh

tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan

waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.5. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses

sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit

(sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).  

6. Iskemia

Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat

dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat.

Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

7. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat

masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.8. Pengobatan

· Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera

Page 7: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 7/16

 

· Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

· Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi

yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi

intravaskular.

NURSING MANAGEMENTDressing/Pembalutan

Tujuan :

1. memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka

2. absorbsi drainase

3. menekan dan imobilisasi luka

4. mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis

5. mencegah luka dari kontaminasi bakteri

6. meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing

7. memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

ALAT DAN BAHAN BALUTAN UNTUK LUKA

Bahan untuk Membersihkan Luka

· Alkohol 70%

· Aqueous and tincture of chlorhexidine gluconate (Hibitane)

· Aqueous and tincture of benzalkonium chloride (Zephiran Cloride)

· Hydrogen Peroxide

· Natrium Cloride 0.9%

Bahan untuk Menutup Luka

· Verband dengan berbagai ukuran

Bahan untuk mempertahankan balutan

· Adhesive tapes

· Bandages and binders

KOMPLIKASI DARI LUKA

a. Hematoma (Hemorrhage)

Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat diinspeksi terhadap

perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah pembedahan.

b. Infeksi (Wounds Sepsis)Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah sakit. Proses

peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam, denyut nadi dan temperatur tubuh pasien biasanya

meningkat, sel darah putih meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.

Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :

· Cellulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan

· Abses, merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh : terkumpulnya pus (bakteri,

 jaringan nekrotik, Sel Darah Putih).

· Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju ke sistem limphatik. Hal

ini dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.

c. Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence adalah rusaknya luka bedahEviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka

d. Keloid

Page 8: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 8/16

 

Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul tidak terduga

dan tidak pada setiap orang.

Page 9: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 9/16

 

CARA PERAWATAN LUKA

Penatalaksanaan

  Antisepsis sekitar luka

o  Cuci dengan betadine

o  Pada fraktur terbuka : cuci dengan NaCl 0,9%  Antisepsis luka

o  Untuk luka kotor : cuci dengan H2O2 (perhidrol) kemudian NaCl 0,9%

o  Untuk fraktur terbuka : cuci dengan NaCI 0,9%

o  Untuk luka bersih : cuci

o  Selanjutnya beri betadine -> untuk semua jenis luka

  Hecthing (Jahit) kalau memang diperlukan

Perhatikan :

luka dengan fraktur/ruptur tendon jangan dijahit, tetapi dicuci dengan NaCl 0,9% -> tutup dengan

kasa steril, bila ada perdarahan -> ditampon / verban -> rujuk ke RSUD.

Pengobatan

  Bila luka kotor/lebar/dalam beri ATS 1.500 IU (tes dulu) atau TT 0,5 ml

  Inj. PP (tes dulu) atau inj Ampisilin 4×500mg-1gr per hari

  Amoksisilin 3-4×500 mg

  Analgesik -> jika perlu

Catatan Penting

  Luka lecet cukup diolesi betadine tanpa ditutup, tanpa ATS, tanpa AB

  Luka kecil yang hanya membutuhkan 1 jahitan boleh tanpa anestesi

  Anestesi lokal diberikan sebelum luka dibersihkan, untuk mengurangi rasa sakit

  Luka pada kepala, cukur dulu sekitar luka sebelum dijahit. Jahitan pada kepala dapat diangkat pada

hari kelima atau kurang

  Luka yang cukup dalam harus dijahit berlapis, bagian dalam memakai cut gat dan bagian luar

memakai silk

  Luka yang cukup panjang, jahitan sebaiknya mulai dari tengah

  Luka berbentuk V, sudut dasar V dijahit terdahulu

  Luka yang banyak mengeluarkan darah, terlebih dahulu klem dan jahit yang rapat pada sumber

darah. Jika darah berhenti -> jahitan dilanjutkan.

  Setelah selesai dijahit ternyata masih merembes -> bongkar -> Jahit ulang -> bekas jahitan didep

agak kuat. Jika masih merembes -> rujuk ke RSUD

  Pada kondisi terputusnya pembuluh darah besar -> klem/dep/ tampon yang kuat dengan kasa steril

-> rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

  Selesai menjahit, dengan pinset sirurgi tepi kulit dibuat ektropion (membuka keluar)

  Kontrol sebaiknya pada hari 3-4 setelah dijahit -> angkat jahitan pada hari ke 6-7

  Pada luka yang terlalu panjang atau terjadi infeksi -> jahitan diangkat selang-seling (tidak sekaligus)

  Pada waktu mengangkat jahitan, benang yang dipotong yaitu pada ujung yang berlawanan dengan

simpul (untuk menghindari benang bagian luar ikut menyusup ke dalam)

  Kalau pada jahitan terdapat PUS -> buka -> bersihkan, kompres dengan Revanol 2 kali sehari

http://askep-askeb.blogspot.com/2009/09/cara-perawatan-luka.html 

Page 10: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 10/16

 

PERAWATAN LUKA

Banyak di antara kita, termasuk juga pekerja medis belum memahami benar bagaimana merawatluka, terutama luka kronis dengan baik. Yang memang sudah dianggap biasa untuk merawat luka

oleh pasien atau keluarga sekalipun, sekali waktu pernah merasa tidak percaya diri dalam

menghadapi jenis luka yang penyembuhannya membandel ini. Padahal segala upaya telah

dilakukan. Banyak pula jenis produk perawatan luka yang dipakai, waktu merawatnya pun sudahteratur dan disiplin, namun belum juga menampakkan tanda tanda penyembuhan. Luka kronis

umumnya dimaksud adalah luka yang terinfeksi yang masa penyembuhannya tidak sesuai lagi

dengan kondisi normal. Luka tersebut bisa berasal dari luka karena trauma, bekas operasi, fistel,

abses, ulcus, luka diabetic, luka karena keganasan, tekanan, gangguan vaskuler dan lain-lain. Jenis

kuman yang menginfeksinya bisa oleh bakteri, jamur, parasit ataupun virus. Jika tidak mendapatkan

penanganan yang benar, dapat menimbulkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan tubuh di

sekitarnya, menyebabkan jaringan (bagian yang membentuk tubuh; kulit, lemak, fascia, pembuluh

darah, saraf, otot bahkan tulang) menjadi mati atau nekrosis. Lebih jauh dari itu, dapat

mengakibatkan penyebaran infeksi ke seluruh tubuh melalui darah, menjadi apa yang disebut

dengan sepsis hingga mengancam nyawa seseorang.

Untuk mudah diingat, tahap penanganan luka kronis secara lokal dibagi menjadi empat, yang saling

terkait dan tidak bisa dikerjakan tanpa berurutan.

Mengangkat jaringan mati

Semasih di dalam luka ada jaringan mati (nekrotik), upaya apapun dikerjakan tidak akan berhasil.

Sebab dengan adanya bagian jaringan yang membusuk, merupakan media yang baik untuk 

pertumbuhan bakteri. Mengakibatkan koloni bakteri akan makin berkembang, nanah semakin

banyak dan kerusakan jaringan tambah lama tambah luas, sehingga jaringan yang rusak inipun

menjadi mati dan membusuk. Upaya untuk membersihkan luka macam ini disebut dengan

debridement . Pengertiannya, selain menghilangkan jaringan mati juga membersihhkan luka dari

kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh. Cara yang dikerjakan bisasecara pasif dengan mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material perawatan luka

yang fungsinya untuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka yang nekrotik. Cara ini tidak 

cukup dikerjakan 1 atau dua kali, mesti beberapa kali hingga butuh beberapa hari. Atau bisa

dikerjakan secara aktif, relatif lebih praktis, dengan melakukan pembedahan. Memang dibutuhkan

keberanian melakukan hal ini walaupun pertimbangan estetik tubuh bukan lagi menjadi prioritas.

Ada juga yang kurang umum diketahui, yakni dengan mechanical debridement dan biological

debridement (menggunakan serangga).

Menghilangkan nanah

Luka bernanah kebanyakan disebabkan karena bakteri. Ada bakteri yang menghasilkan banyak 

nanah, ada bakteri yang menimbulkan nanah serta bau khas, menghasilkan gas gangrene dan bau

busuk yang menyengat dan ada yang dominan menyebabkan jaringan menjadi mati / nekrosis. Jadi

Page 11: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 11/16

 

dari kondisi luka saja sudah dapat diduga kuman penyebabnya. Walaupun sangat dibutuhkan

pemeriksaan cultur  – pembiakan kuman- untuk mencari secara pasti jenis kuman penyebab guna

menentukan therapy antibiotika yang tepat. Dengan pembedahan, membuka serta mengalirkan

nanah yang terperangkap di dalam tubuh merupakan cara terbaik untuk mengurangi pembentukan

nanah. Upaya ini akan lebih lengkap jika diiringi dengan perawatan luka menggunakan absorbent

agent atau yang lebih sederhana cukup dengan cairan fisiologis yang nantinya kalau basah,

pembungkus luka bisa diganti beberapa kali. Banyaknya nanah menjadi salah satu indikator tingkatperbaikan luka. Akan lebih cepat masa penyembuhannya jika produksi nanah oleh luka ini belum

sampai menimbulkan jaringan nekrotik yang luas.

Menjaga kelembaban luka

Setelah jaringan mati berhasil dibersihkan dan pengeluaran nanah oleh luka dapat diminimalisir,

fase berikutnya adalah keluarnya cairan bening yang merupakan cairan tubuh sebagai petanda tahap

penyembuhan luka akan segera dimulai. Semasih produksi cairan ini berlebihan, dibutuhkan usaha

untuk menguranginya atau mengeringkan luka tersebut. Material yang digunakan bisa sama dengan

yang digunakan untuk mengurangi nanah seperti di atas. Namun demikian harus tetap dijaga

kelembaban luka. Makin kering kondisi luka, basahnya kasa penutup luka juga semakin diperas.Seperti prinsip yang sudah umum diketahui dalam menangani luka; basah dilawan dengan basah,

kering diimbangi dengan penutup luka yang semakin kering juga. Sehingga dengan demikian waktu

untuk mengganti penutup luka pun bisa diperjarang, tidak seperti tahap tahap sebelumnya.

Menunjang masa penyembuhan

Penyembuhan luka atau masa granulasi dimulai jika dasar luka sudah tampak kemerahan. Bisa

diibaratkan seperti penampakan daging segar. Selain tetap menjaga kelembaban, luka harus tetap

dijaga bersih serta hindari dari trauma sebab dengan pembentukan jaringan yang baru tumbuh ini,

rawan sekali akan terjadinya perdarahan. Tersedia juga banyak produk perawatan luka, baik berupa

cairan, cream, gel atau pasta yang berguna untuk merangsang terbentuknya sel-sel baru, membentuk 

kolagen dan mengisi bagian tubuh yang rusak dan tergerus sebelumnya. Problem yang biasanya

dihadapi pada fase ini adalah penutupan luka di permukaan. Kalau lukanya tidak luas, bisa berharap

kulit di sekitar luka akan tumbuh juga untuk melapisi luka. Namun jika lukanya luas, bisa dilakukan

penjahitan skunder dengan lebih mendekatkan tepi tepi luka atau sekalian dilakukan flap atau

tandur kulit yang mengambil kulit dari bagian lain tubuh.

Tahap tahapan di atas, sekali lagi hanya memperhatikan perawatan terlokalisir di luka tersebut

semata. Sedangkan penyembuhan luka tidak hanya tergantung dari perawatan itu saja, namun harus

dinilai apa yang mendasari terbentuknya luka kronis tersebut. Justru hal inilah yang potensial

menghambat penyembuhan luka. Hal itu meliputi faktor usia, kondisi nutrisi penderita  – terutamakandungan protein-, penyakit penyerta -seperti; diabetes, kelainan vena, kanker, malnutrisi-,

penurunan imunitas dan kondisi psikis serta keterbatasan gerakan fisik. JIka hal hal itu ada,

hendaknya diatasi dulu sebelum serius merawat luka atau setidaknya dilakukan perbaikan bareng

dengan perawatan luka yang menjadi keluhan utama penderita.

Sebetulnya sembuh tidaknya luka tersebut ditentukan oleh tubuh kita sendiri. Upaya upaya yang

dilakukan di atas hanya terbatas membuat suasana agar tubuh lebih terpacu untuk menyembuhkan

dirinya sendiri. Kata di text book: We can’t heal the wound, but just able to promote the healing 

 process…. 

http://spesialisbedah.com/2009/01/perawatan-luka-kronis/ 

Page 12: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 12/16

 

PERAWATAN LUKA DAN TEKNIK JAHITAN

Pendahuluan 

Luka baru yang belum memasuki waktu kontaminasi Frederich (6 – 8 jam post trauma) dapat

dirawat secara primer yaitu dengan melakukan pembersihan luka dan lapangan sekitarnya,

pembuangan debris dan kotoran serta penjahitan luka secara sempurna, sedangkan yang melebihi

waktu kontaminasi bisa dilakukan pembersihan luka dan daerah sekitar luka, merapikan luka danpenjahitan sementara atau situasi. Penjahitan luka membutuhkan pengetahuan tentang

penyembuhan luka, serta alat dan bahan untuk menjahit dan yang terpenting sekali menguasai

teknik jahitan (suture techniques).

Luka (Vulnus) 

Luka adalah kerusakan anatomi karena hilangnya kontinuitas jaringan oleh sebab dari luar. Luka

terbagi menjadi dua : Luka terbuka (Vulnus Appertum) dan Luka tertutup (Vulnus Occlusum).

Macam luka terbuka : Luka iris (Scissum), Tusuk (Ictum), Bakar (Combustio), Lecet

(Excoriasi/Abrasio), Tembak (Sclopetum), Laserasi, Penetrasi, Avulsi, Open Fracture dan Luka

Gigit (Vulnus Morsum).

Macam luka tertutup : Memar (Contusio), Bula, Hematoma, Sprain, Dislokasi, Close Fracture,

Laserasi organ dalam.

Teknik Perawatan Luka ¨ Desinfeksi

¨ Irigasi

¨ Debridement

¨ Perawatan perdarahan

¨ Penjahitan Luka

Page 13: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 13/16

 

¨ Bebat Luka

¨ Angkat Jahitan

Desinfeksi (Sin. Antiseptik atau Germisida) 

Adalah tindakan dalam melakukan pembebasan bakteri dari lapangan operasi dalam hal ini yaituluka dan sekitarnya.

Macam bahan desinfeksi: Alkohol 70%, Betadine 10%, Perhidrol 3%, Savlon (Cefrimid

+Chlorhexidine), Hibiscrub (Chlorhexidine 4%)

Teknik : Desinfeksi sekitar luka dengan kasa yang di basahi bahan desinfeksan

Tutup dengan doek steril atau kasa steril

Bila perlu anestesi Lido/Xylo 0,5-1%

Pembersihan Luka Adalah mencuci bagian luka

Bahan yang di gunakan : Perhidrol, Savlon, Boor water, Normal Saline, PZ

Bilas dengan garam faali atau boor water

Debridement (Wound Excision) 

Adalah membuang jaringan yang mati serta merapikan tepi luka

Memotong dengan menggunakan scalpel atau gunting

Rawat perdarahan dengan meligasi menggunakan cat gut

Perawatan Perdarahan

Adalah suatu tindakan untuk menghentikan proses perdarahan

Yaitu dengan kompresi lokal atau ligasi pembuluh darah atau jaringan sekitar perdarahan

Penjahitan luka Penjahitan luka membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta beberapa peralatan lain.

Urutan teknik juga harus dimengerti oleh operator serta asistennya.

Alat, bahan dan perlengkapan yang di butuhkan

Alat yang dibutuhkan :

Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu buah.

Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah

Gunting benang satu buah.

Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.

Page 14: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 14/16

 

Bahan yang dibutuhkan :

Benang jahit Seide atau silk 

Benang Jahit Cat gut chromic dan plain.

Lain-lain :

Doek lubang steril

Kasa steril

Handscoon steril

Operasi teknik 

Urutan teknik penjahitan luka ( suture techniques)

1. Persiapan alat dan bahan

2. Persiapan asisten dan operator

3. Desinfeksi lapangan operasi

4. Anestesi lapangan operasi

5. debridement dan eksisi tepi luka

6. penjahitan luka

7. perawatan luka

 Macam-macam jahitan luka 1. Jahitan Simpul Tunggal

Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture

Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.

Teknik : – Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan

sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak lurus

pada atau searah garis luka.

- Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.

- Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan

- Benang dipotong kurang lebih 1 cm.

2. Jahitan matras Horizontal

Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress

Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan

penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.

Page 15: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 15/16

 

Memberikan hasil jahitan yang kuat.

3. Jahitan Matras Vertikal

Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far

Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahittepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-

tepi luka oleh jahitan ini.

4. Jahitan Matras Modifikasi

Sinonim : Half Burried Mattress Suture

Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah

subkutannya.

5. Jahitan Jelujur sederhana

Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over

Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel

kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.

6. Jahitan Jelujur Feston

Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture

Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada

 jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.

7. Jahitan Jelujur horizontal

Sinonim : Running Horizontal suture

Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.

8. Jahitan Simpul Intrakutan

Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted dermal stitch.

Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam kemudian

pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.

9. Jahitan Jelujur Intrakutan

Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular

Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik yang baik 

Tutup atau Bebat Luka Setelah luka di jahit dengan rapi di bersihkan dengan desinfeksan (beri salep)

Page 16: Tugas Kdm II Kelompok

5/10/2018 Tugas Kdm II Kelompok - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kdm-ii-kelompok 16/16

 

Tutup luka dengan kasa steril yang dibasahi dengan betadine

Lekatkan dengan plester atau hipafix ( bila perlu diikat dengan Verban)

Angkat Jahitan Adalah proses pengambilan benang pada luka

Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:

¨ Muka atau leher hari ke 5

¨ Pereut hari ke7-10

¨ Telapak tangan 10

¨ Jari tangan hari ke 10

¨ Tungkai atas hari ke 10

¨ Tungkai bawah 10-14

¨ Dada hari ke 7

¨ Punggung hari ke 10-14

http://agung118galih.wordpress.com/2008/04/10/perawatan-luka-dan-teknik-jahitan/