Tugas Kasus
description
Transcript of Tugas Kasus
Tugas Undang-Undang dan Etika Kefarmasian
NIM : 152211101020
Kasus
Seorang apoteker A telah bekerja sebagai apoteker penanggung jawab di sebuah PBF X,
apoteker A juga bekerja sebagai apoteker pendamping pada malam hari di sebuah apotek di kota
yang sama, apoteker A ini juga merupakan PSA apotek tersebut. Dalam kesehariannya, terkait
pengadaan perbekalan farmasi , apotek yang dikelolanya bekerjasama dengan PBF tempat ia
bekerja untuk mendistribusikan perbekalan farmasi ke klinik dan rumah sakit-rumah sakit. Dari
kerjasama ini, apoteker A mendapatkan fee 1% faktur penjualan dan ia juga dapat
mengendalikan semua yang terkait administrasi di apotek.
Bagaimanakah kajian saudara terhadap kasus tersebut di atas, ditinjau dari sisi etika profesi
apoteker dan peraturan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku di Indonesia?
Hasil Kajian
Ditinjau Berdasarkan sisi Etika Profesi Apoteker, apoteker A telah melanggar kode etik
profesi apoteker 2009 Bab 1 Kewajiban umum Pasal 5 yang berbunyi Di dalam menjalankan
tugasnya seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata
yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Ditinjau dari peraturan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku di Indonesia maka
Apoteker A telah melanggar peraturan perundang-undangan kefarmasian yakni peraturan
menteri kesehatan republik indonesia nomor 889 pasal 18 poin 1 Bab III izin praktik dan izin
kerja Bagian Kesatu Umum yang berbunyi SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas
pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.
Apoteker A yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas distribusi/penyaluran obat
seharusnya hanya memiliki SIKA dan tidak boleh memiliki SIPA baik sebagai Apoteker
penanggung jawab maupun Apoteker pendamping. Jika Apoteker A memilih pekerjaan
kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian maka selain menjadi apoteker penanggung jawab
dia juga diperbolehkan menjadi apoteker pendamping paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas
pelayanan kefarmasian.