Tugas Presentasi Kasus Pl

25
TUGAS PRESENTASI KASUS Prolaps Tali Pusat Tutor: dr. Edy Nugroho Sp.OG 1. Dessriya Ambar R G1A010086 2. Dyah Retno Yus F G1A010087 3. Masromi Hendria G1A010088 4. Iman Hendrianto G1A010048 JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

description

PL

Transcript of Tugas Presentasi Kasus Pl

TUGAS PRESENTASI KASUSProlaps Tali Pusat

Tutor: dr. Edy Nugroho Sp.OG1. Dessriya Ambar R G1A0100862. Dyah Retno Yus F G1A0100873. Masromi Hendria

G1A0100884. Iman Hendrianto

G1A010048JURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

PURWOKERTO

2013

I. PENDAHULUANPenyakit reumatik yang paling sering dijumpai adalah osteoartritis, artritis rematoid, artritis gout, osteoporosis, seronegatif spondioloartropati, lupus eritematosus sistemik, serta penyakit reumatik jaringan lunak (Nasution & Sumariyono, 2006). Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA (Soeroso et al., 2006). Proses penyakitnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga mengenai seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial serta jaringan ikat periartikular (Nasution & Sumariyono, 2006).

Lebih kurang 16-23 juta orang di Amerika didiagnosis OA dan pada tahun 2020 diperkirakan meningkat menjadi 40 juta orang (Derek, 2004). Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1999 melaporkan kira-kira 25%-50% orang dewasa dengan OA lutut tidak dapat atau mengalami banyak kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti berjalan, membawa sesuatu atau membungkuk. Selama beberapa tahun, studi klinis tentang pemberian obat pada pasien OA hanya terfokus pada parameter klinis yang spesifik seperti nyeri dan fungsi sendi, tanpa melihat efek terapi terhadap perubahan struktural yang disebabkan oleh OA maupun terapi yang mencegah degradasi kartilago lebih lanjut (Raynauld, et al., 2004). Prevalensi OA lutut secara radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien (Soeroso et al., 2006). Lebih dari 85% pasien OA terganggu aktivitasnya terutama untuk kegiatan jongkok, naik tangga dan berjalan. Arti dari gangguan jongkok dan menekuk lutut sangat penting bagi pasien osteoartritis di Indonesia oleh karena banyak kegiatan sehari-hari yang bergantung kegiatan ini, khususnya sholat dan buang air besar (Nasution & Sumariyono, 2006).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiOsteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otototot yang menghubungkan sendi. (Felson, 2008)B. Etiologi dan Predisposisi

a. EtiologiTidak ada bakteri atau virus yang menyebabkan osteoarthritis. Adapun penyebab dari osteoarthritis adalah:1. Adanya peradangan kronis pada persendian ditandai dengan pembengkakan pada jari-jari tangan, siku, dan lutut. Biasanya daereah yang mengalami pembengkakan, berwarna kemerah-merahan

2. pernah mengalami trauma dan radang pada sendi

3. karena faktor usia kebanyakan orang yang terkena osteoarthritis adalah orang dengan usia diatas 50 tahun.

4. keturunan

ada beberapa orang yang mengalami osteoarthritis karena faktor keturunan

5. berat badan yang berlebihan

berat badan yang berlebihan, dapat memberatkan sendi dalam menopang tubuh.

6. stres pada sendi

biasanya stres pada sendi ini terjadi pada olahragawan.

7. neurophaty perifer

b. PredisposisiOsteoartritis primer tidak memiliki faktor predisposisi yang nyata, sedangkan pada osteoartritis sekunder yaitu pasien dengan riwayat trauma atau kondisi yang berhubungan dengan osteoarthritis, merupakan dua penyebab utama. Osteoartritis primer, dikenal juga sebagai osteoartritis generalisata jika osteoartritis mengenai semua sendi, osteoartritis nodul ketika terjadi nodul pada sendi interphalang, osteoartritis infalmatory yang erosif ketika ditemukan erosi pada sendi interphalang distal (Sakkas et al., 2007).Pada studi epidemiologi didapatkan faktor resiko endogen dan eksogen pada osteoartritis (Joern et al., 2010).Tabel 1 faktor resiko endogen dan eksogen osteoartritis lutut

EndogenEkskogen

UsiaTrauma besar

Jenis kelaminTrauma ringan yang berulang

KeturunanBerat badan berlebih

Asal suku (lebih sering pada orang eropa)Operasi sendi

Perubahan post menopauseFaktor gaya hidup (rokok, alkohol)

Isbagio (2006) mengklasifikasikan faktor resiko osteoartritis menjadi faktor resiko umum dan mekanik yaitu:

a. UsiaDari semua faktor resiko timbulnya OA, faktor usia adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun (Isbagio, 2006).

b. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, usia dibawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi usia diatas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria (Isbagio, 2006).

c. Suku bangsa

Osteoartritis lebih jarang pada orang-orang berkulit hitam dan asia dibanding dengan kaukasian. Osteoartritis lebih sering terjadi pada orang eropa dan ras kulit putih lainnya (Isbagio, 2006).

d. Genetik

Osteoartritis disebabkan karena genetik, mekanisme stres lokal maupun faktor sistemik yang mengawali hilangnya kartilago sendi. Pertumbuhan berlebih pada tulang dan perubahan lain dari tulang, termasuk juga perubahan ligamentum, meniscus dan otot (CDC, 2010).e. Faktor genetik yang belum teridentifikasi diduga terlibat dalam perkembangan osteoartritis, teori komponen genetik ini didukung oleh penelitian yang dilakukan pada keluarga dan anak kembar. Aberasi kromosom klonal, misal penambahan pada kromosom 5 dan 7, yang ditemukan di membran sinovial pada beberapa pasien osteoartritis. Alpha1-antitripsin, 1-antichymotrypsin, gen polimorfisme, dan alel HLA diduga berhubungan dengan osteoartritis generalisata, sebaliknya gen polymorfisme prokolagen tipe II diduga berhubungan dengan perkembangan osteoartritis dengan kondroplasia ringan (Sakkas et al., 2007).

f. Kegemukan dan penyakit metabolicDalam suatu studi epidemiologi, Grotle et al (2008) menemukan adanya hubungan yang signifikan untuk kegemukan (BMI >30) sebagai faktor resiko osteoartritis lutut, tetapi bukan merupakan faktor resiko osteoartritis pinggul (Joern et al., 2010). Obesitas merupakan faktor resiko bagi pertumbuhan dan perkembangan dari osteoartritis lutut. Obesitas juga berpengaruh terhadap osteoartritis pinggul dan tangan namun, hubungan yang jelas belum ditemukan (Sharma, 2000).Sejumlah besar studi yang telah dilakukan tidak ditemukan adanya ikatan metabolis antara kegemukan dengan osteoartritis. Sebagai contoh, pengontrolan distribusi lemak tubuh, diabetes, kadar kolesterol, kadar asam urat, dan tekanan darah tidak menurunkan hubungan antara obesitas dengan osteoartritis lutut dalam data First National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES-I) (Sharma, 2000).

g. Cidera sendi, pekerjaan, dan olahraga

Pada studi cross sectional ditemukan resiko osteoartritis 1,9-13 kali lebih tinggi pada penambang mineral di bawah tanah pada populasi yang terkontrol, dapat diasumsikan bahwa faktor resiko utama pada golongan ini adalah seringnya posisi berlutut maupun jongkok. Pekerja konstruksi, terutama pemasang lantai mengalami kenaikan prevalensi osteoartritis yang signifikan (Joern et al., 2010).Bukti menyatakan bahwa kebiasaan berolahraga yang cukup saat usia dewasa muda dan tua tidak meningkatkan resiko osteoartritis. Tetapi, telah diketahui bahwa trauma atau luka pada lutut berhubungan dengan kejadian osteoartritis dan kegiatan olahraga yang berbahaya meningkatkan resiko luka di lutut secara akut (Michaelsson, 2011).

h. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan pada paha telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih banyaknya OA pada paha laki-laki dan ras tertentu (Isbagio, 2006). Panjang tungkai yang tidak sama diduga juga berhubungan dengan prevalensi, keluhan simptomatis dan osteoartritis lutut yang progresif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ketidaksamaan panjang tungkai merupakan modifikasi dari faktor resiko osteoartritis (Harvey, 2010).C. EpidemiologiOsteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22% . Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA. pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7.D. Patogenesis dan patofisiologi

Kata osteoartritis digunakan untuk mempresentasikan kelainan sendi yang heterogen, pada pasien yang mengalami nyeri dan kaku pada sendi. Patogenesis dari osteoartritis sendiri belum begitu jelas. Sebagian besar percaya bahwa osteoartritis diawali dengan berdegradasinya kartilago artikuler yang terlokalisasi, tidak seragam. Proses ini kemudian diikuti dengan penebalan sebagian tulang subkondral, tumbuhnya tulang baru yang melewati batas sendi (dikenal sebagai osteofit), dilanjutkan dengan inflamasi sinovial mulai dari ringan hingga sedang. Peristiwa inisiasi yang menyebabkan terjadinya osteoartritis belum ditetapkan dengan pasti, tetapi kemungkinan karena terdapatnya sinyal abnormal yang merubah fenotip dari kondrosit, sehingga menyebabkan disintesisnya protein yang menyebabkan degradasi matriks dan degenerasi sendi (Nancy, 2007).

Keseimbangan yang dinamis antara pembentukan dan penghancuran matriks kartilagenia yang berlangsung secara terus menerus, merupakan hasil regulasi yang dipengaruhi oleh zat anabolik (misal IGF-I dan II) dan zat katabolik (IL-1, TNF-, dan proteinase). Dalam beberapa kasus, mekanisme ini dapat mengeliminasi maupun mengkompensasi pengaruh berbahaya yang dapat menyebabkan osteoartritis dengan menstimulasi dan memodifikasi aktivitas metabolisme kondrosit. Ketika pengaruh berbahaya ini melampaui kemampuan sistem untuk mengkompensasi, maka terjadi degadrasi matriks yang merupakan awal dari osteoartritis yang dapat berkembang menjadi lebih buruk. Mengapa kartilago mangalami degenarasi sampai saat ini belum dapat dijelaskan secara baik. Faktor mekanik dan enzimatik diperkirakan dapat mengganggu fungsi kondrosit dan merusak matriks (Joern, et al., 2010)

Skema patofisiologi osteoartritis

Stres biomekanik yang terjadi pada kartilago artikuler dan tulang subkondral, perubahan biomekanis pada kartilago artikuler dan membran sinovial, dan faktor genetik merupakan proses proses patogenesis yang penting (American College of Rheumatology, 2000). Agen yang menekan pembentukan kembali tulang, termasuk biphosphonate, berhubungan dengan sedikitnya lesi pada tulang subkondral tervisualisasi dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada pasien osteoartritis. Beberapa lesi secara independent berhubungan dengan tingkat nyeri dan perkembangan penyakit. Tingkat marker pembentukan kembali tulang pada pasien dengan osteoartritis lebih tinggi dan serupa pada pasien osteoporosis post menopause (Bingham et al., 2006).E. Penegakan Diagnosis AnamnesisTabel 2 Ciri-ciri osteoartritis *

Nyeria. Nyeri saat akan bergerakb. Nyeri selama bergerakc. Nyeri menetap/ saat malam harid. Memerlukan anlgesik

Hilang fungsia. Kaku

b. Terbatasnya gerakan

c. Memburuk pada aktivitas sehari hari

d. Membutuhkan nasehat rthopedis

Gejala laina. Krepitasi

b. Sensitive terhadap dingin dan lembab

c. Perkembangan yang bertahap

*digunakan oleh Department of Orthopaedic and Trauma Surgery, University of Cologne (Joern et al., 2010)

Orang dengan osteoartritis sering mengeluhkan terbatasnya gerakan dan nyeri pada saat bergerak ataupun berjalan. Beberapa mengeluhkan nyeri saat malam hari atau nyeri yang permanen (Michael, Brust, Eysel. 2010).a. Gejala (Symptom)

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan yang lain. Nyeri pada OA dapat berupa penjalaran atau radikulopati (Soeroso et al., 2006).

Pada awalnya nyeri bersifat episodik, sering didahului oleh penggunaan sendi yang sakit secara berlebih selama sehari atau dua hari sebelumnya. Seiring dengan bertambah beratnya penyakit, nyeri menjadi berkelanjutan dan bahkan mengganggu saat malam hari (Brandt, 2007)

2. Hambatan Gerak Sendi

Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun OA yang masih dini (secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) (Kalim, 2004).

3. Kaku Sendi

Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur kaku sendi sering kali cepat (