Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

19
Makalah BIOKIMIA Dosen : dr. Saifuddin Sirajuddin, Ms PROTEINURIA atau ALBUMINURIA Disusun oleh MEYLHAN PURNAMA YULIA UTAMI (K11112043) KESMAS B FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 1

Transcript of Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

Page 1: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

Makalah BIOKIMIA

Dosen : dr. Saifuddin Sirajuddin, Ms

PROTEINURIA atau ALBUMINURIA

Disusun oleh

MEYLHAN PURNAMA YULIA UTAMI

(K11112043)

KESMAS B

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

1

Page 2: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmanir Rahim

Puji syukur kita panjatkan atas kenikmatan yang ALLAH SWT. Telah berikan kepada kita,

nikmat udara yang tidak perlu dibeli, nikmat kesehatan, kesempatan, yang tidak seorangpun bisa

memberikannya kepada kita kecuali ALLAH SWT. Shalawat serta salam kita hanturkan kepada nabi

agung kita yang merupakan suri tauladan bagi seluruh manusia yaitu baginda MUHAMMAD SAW.

Sahabat, istri, serta orang-orang muslim yang senantiasa istiqomah di jalannya. Sehingga penulis

mampu menyelesaikan makalah BIOMEDIK (BIOKIMIA) yaang berjudul PROTEINURIA atau

ALBUMINURIA tepat pada waktunya.

Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan orang-orang disekitar kami. Hanya

ucapan terimaksihlah yang bisa kami berikan kepada mereka, yang senantiasa mendukung kami dalam

terselesaikannya makalah ini. Ucapan terimakasih juga kami tuturkan kepada dosen mata kuliah

BIOMEDIK (BIOKIMIA) yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.

Kami tahu bahwa makalah ini tidak akan terlepas dari kesalahan., karena yang membuatnya

hanyalah orang-orang biasa yang tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu kami memohon maaf

apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini, serta kami meminta kritik dan saran yang

membangun agar kedepannya dapat menjadi sebuah senjata bagi kami untuk menjadi lebih baik.

2

Page 3: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

DAFTAR ISI

Sampul.................................................................................................... 1

Kata Pengantar....................................................................................... 2

Daftar isi................................................................................................ 3

1. BAB I PENDAHULUAN........................................................ 4

1.1 Latar Belakang.............................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah......................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan........................................................... 6

2. BAB II PEMBAHASAN......................................................... 7

2.1 Pengertian Prteinuria....................................................... 7

2.2 Gejala proteinuria........................................................... 7

2.3 Penyebab proteinuria ...................................................... 8

2.4 Komplikasia proteinuria................................................. 8

2.5 Pemeriksaan Albumin Urin............................................ 8

2.6 Penanganan Protenuria.................................................. 9

3. BAB III PENUTUP................................................................. 10

3.1 Kesimpulan................................................................... 10

3.2 Saran .............................................................................. 11

3

Page 4: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik (PGK) tahap akhir merupakan masalah yang besar oleh karena

insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia juga di Indonesia. Penderita Diabetes

Mellitus (DM) memiliki resiko yang cukup besar untuk mendapatkan penyakit ginjal.

Diperkirakan 7 kali lebih besar dari orang yang bukan DM. Menurut data dari United State

Renal Data System (USRDS) 2006 Diabetes Mellitus merupakan penyebab utama gagal

ginjal tahap akhir di dunia Barat maupun di Asia. Sebanyak 25-40% DM tipe 1 dan 5-10%

DM tipe 2 akan menjadi penyakit ginjal tahap akhir melalui Nefropati Diabetik (ND).

Prevalensi ND di negara Barat sekitar 16%. Di Thailand ND dilaporkan sekitar 29,4%,

di Filipina sebesar 20,8%, sedangkan di Hongkong sekitar 13,1%. Di Indonesia prevalensi

ND tahun 1983 hanya 8,3% dan tahun 1990 meningkat 2 kali lipat, bahkan tahun 2000 sudah

menduduki urutan kedua sebagai penyebab terjadinya PGK setelah glomerulonefritis.

Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup USRDS memperkirakan pada

tahun 2030 lebih dari 2,2 juta individu akan mengalami PGK tahap akhir sehingga

dibutuhkan identifikasi awal untuk memperlambat progresivitas penyakit ginjal terhadap

pasien yang memiliki resiko untuk terjadinya PGK.

Tes urin dapat membantu menegakkan diagnosa penyakit-penyakit pada manusia. Ini

membuktikan bahwa urin merupakan suatu media tes yang ideal bagi para dokter, karena tes

ini non invasive, dan hasil dari pemeriksaan dapat diperoleh beberapa menit. Proteinuria dan

albuminuria merupakan faktor utama penentu terjadinya perburukan fungsi ginjal yang telah

dibuktikan dengan beberapa penelitian. Remuzzi G menyatakan reabsorbsi protein oleh sel

tubulus proksimal yang amat meningkat menimbulkan inflamasi interstisial dan reaksi

fibrogenik yang menimbulkan jaringan ikat, sehingga kemampuan reabsorbsi menjadi

berkurang

Pemeriksaan tes protein urin dengan semi kuantitatif memberikan hasil positif bila

ekskresi protein urin sudah sangat besar. Proteinuria akibat kerusakan glomerulus, ditandai

oleh adanya protein dengan berat molekul tinggi dalam urin. Menurut Carrie dan Myers hal

ini dapat terjadi karena adanya kerusakan luas membrana basalis glomerulus yang

mengakibatkan glomerulus tidak mampu melakukan filtrasi selektif berdasarkan ukuran,

muatan listrik dan konfigurasi bentuk molekul protein. Dalam keadaan normal, sejumlah kecil

albumin difiltrasi oleh glomerulus dan hampir seluruh albumin direabsorbsi oleh tubulus

4

Page 5: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

proksimal. Oleh karena itu kadar albumin urin sangat rendah dan tidak terdeteksi dengan test

protein urin secara konvensional maupun secara dipstik.

Proteinuria memiliki peranan penting pada PGK karena berbagai alasan diantaranya

dapat digunakan sebagai petanda kerusakan ginjal, clue terhadap tipe atau diagnosis dari

PGK, faktor resiko untuk terjadinya hasil akhir sampingan sehingga proteinuria dapat

digunakan untuk memprediksi kecepatan progresivitas PGK, peningkatan resiko penyakit

jantung koroner, menilai efek modifikasi terhadap intervensi yang dilakukan, marker

surrogate dan target terhadap terapi.

Pada banyak kasus proteinuria seperti Nefropati Diabetik maupun Nefropati Non

Diabetik para klinisi tidak cukup puas dengan pemeriksaan proteinuria kwalitatif. Karena

protein yang dikemihkan setiap saat sepanjang 24 jam tidak selalu sama bahkan bisa

bervariasi sangat jauh. Mereka ingin lebih tahu jumlah total protein yang dikeluarkan selama

24 jam agar dapat mengetahui sejauh mana tingkat kerusakan ginjal yang terjadi. Sampai saat

ini pemeriksaan Protein Urin 24 jam masih merupakan gold standard untuk mengetahui

jumlah total protein yang diekskresikan. Sayangnya pemeriksaan Protein Urin 24 jam ini

tidak menyenangkan buat pasien terutama pada pasien rawat jalan, karena harus menampung

urinnya setiap kali berkemih dan tentunya menyulitkan bagi pasien-pasien yang bekerja

seharian. Selain itu penampungan urin 24 jam sering terjadi kesalahan (error) karena

inadequate ataupun kelebihan dalam pengumpulan urin.

Belakangan ini muncul laporan pemeriksaan Protein to Creatinine Ratio (PCR) yaitu

membandingkan kadar protein urin dengan kreatinin urin. Pemeriksaan PCR dilakukan pada

sampel urin spot sehingga lebih mudah tingkat kepatuhan pasien dan kesalahan (error)

sampel hampir tidak ada. Pemeriksaan PCR mulai banyak diuji para ahli pada berbagai

penyakit yang menimbulkan proteinuria dengan harapan dapat menjadi pengganti

pemeriksaan Protein Urin 24 jam. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui apakah ada

korelasi antara PCR dengan Protein Urin 24 jam pada pasien Nefropati Diabetik. National

Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF-K/DOQI) menyarankan

pemeriksaan penunjang ratio protein terhadap kreatinin dengan urin pertama pada pagi hari

atau urin sewaktu pada semua pasien PGK.

Roger A. Rodby,MD dkk dari George Washington University, Washington, DC

tahun 1995 melakukan penelitian, bahwa pengukuran PCR dapat digunakan untuk

memprediksi proteinuria pada pasien ND.

Ayman M. Wahbeh dkk dari University of Jordan tahun 2009 telah membuktikan

adanya korelasi yang baik antara PCR dan ekskresi protein urin 24 jam pada pasien ND.

5

Page 6: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

Derhaschnig dkk tahun 2002 melakukan penelitian terhadap pasien hipertensi,

ditemukan PCR dengan sensitivitas 87.8%, spesifisitas 89.3%, positif prediktif value (PPV)

29.3% dan negatif prediktif value (NPV) 96.2%.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah

1. Apa pengertian dari proteinuria atau aibuminuria ?

2. Bagaimana gejala dari penyakit priteinuria ?

3. Apa penyebab penyakit proteinuria ?

4. Kompiliasi penyakit proteinuria

5. Bagaimana pemeriksaan urin aibumin ?

6. Bagaimana penanganan penyakit proteinuria ?

3. Tujuan penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Baik penulis maupun pembaca dapat mengetahu mengenai penyakit proteinuria

2. Mengetahui gejala-gejala dari penyakit proteinuria

3. Mengetahui penyebab dari penyakit proteinuria

4. Dan mengetahui penanganan yang tepat bagi penderita penyakit protenuria.

6

Page 7: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Albuminuria atau Proteinuria

Albuminuria atau proteinuria adalah suatu kondisi dimana terlalu banyak protein

dalam urin yang dihasilkan dari adanya kerusakan ginjal. Proteinuria pada diabetes

biasanya merupakan hasil dari hiperglikemia baik jangka panjang (kadar gula tinggi) atau

hipertensi (tekanan darah tinggi). Ketika ginjal bekerja dengan benar , maka menyaring

produk limbah keluar dari darah akan tetapi tetap menyimpan unsur penting termasuk

albumin. Albumin adalah protein yang membantu dalam mencegah air bocor ke luar

dari darah ke jaringan lain.

Protein plasma adalah komponen penting dari setiap makhluk hidup , dan ginjal

berperan sangat penting dalan retensi protein plasma dengan tubulus ginjal yang

berfungis mereabsorbsi protein melewati penghalang filtrasi gromerulus. Ekskresi

protein urine normal hingga 150 mg/hari. Oleh karena itu, jika jumlah protein dalam

urine menjadi abnormal, maka dianggap sebagai tanda awal penyakit ginjal atau penyakit

sistemik yang signifikan. Jika kadar gula darah tinggi selama beberapa tahun kerusakan

ginjal, maka kemungkinan akan terlalu banyak albumin akan hilang dari darah.

Proteinuria merupakan tanda bahwa ginjal telah rusak.

2. Gejala proteinuria

Tanda-tanda proteinuria hanya akan menjadi nyata setelah ginjal sangat rusak dan

tinggak protein dalam urine tinggi. Jika ini terjadi , gejala dapat muncul sebagai

pembengkakan pergelangan kaki , tangan, perut, atau wajah. Karena gejala hanya terjadi

pada tahap kerusakan ginjal , penting bahwa sebagai penderita diabetes dianjurkan

untuk memeriksa tanda-tanda penyakit ginjal sekali setahun.

Timbulnya oedem (pembengkakan berisi cairan) pada daerah-daerah tertentu. Oedem

ini timbul karena kuranganya kadar protein albumin di dalam darah sehingga tekanan

osmotik di dalam pembuluh darah semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan cairan

yang ada di pembuluh darah akan merembes ke jaringan-jaringan lain di luar pembuluh

sehingga timbullah oedem.

Skining ini membutuhkan sampel urin yang akan diuji oleh layanan kesehatan untuk

setiap tingkat abnormal protein. Untuk melakukan ini , perlu dilakukan perbandingan

rasio albumin kreatinin. Rasio kadar albumin terhadap kreatinin sebagai berikut :

7

Page 8: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

Pria : kurang dari atau sama dengan 2,5 mg/mmol

Wanita : kurang dari atau sama dengna 3,5 mg/mmol

3. Penyebab proteinuria

Penyakit Albuminuria adalah simtoma terdapatnya sejumlah konsentrasi albumin di

dalam urin. Albumin yang mencapai ginjal melalui pembuluh darah pada umumnya akan

mengalami filtrasi pada glomerulus dan diserap kembali oleh tubula proksimal menuju

sirkulasi darah. Laju albumin yang terlepas dari penyerapan proksimal ke dalam urin,

yang melebihi 150 miligram/24 jam telah dianggap secara medis sebagai patologis.

Penyebab penyakit albuminuria :

Kurangnya asupan air ke dalam tubuh , jadinya memperberat kerja ginjal

Asupan protein, kalsium, dan vitamin C berlebihan membuat glomerulus harus

bekerja lebih keras.

Kadar glukosa darah tinggi selama bertahun-tahun.

Tekanan darah tinggi juga mengakibatkan perkembangan kerusakan ginjal.

4. Komplikasi proteinuria

Edema paru karena overload cairan

Gagal ginjal akut akibat penipisan intravaskular

Peningkatan resiko infeksi bakteri, termasuk bakteri peritoritis

Peningkatan rsdiko trombosis arteri dan vena, termasuk trombosis vena ginjal

Peningkatan resiko penyakit kardiovaskular

5. Pemeriksaan albumin urin

Dua metode yang umum digunakan untuk mendeteksi albumin yaitu metode dipstick

dan menggunakan presipitat asam sulfosalisilat. Metode dipstick didasarkan pada

kemampuan protein untuk mengubah warna tertentu dengan indikator asam-basa seperti,

tetrabromophenol blue tanpa mengubah pH. Ketika berwarna buffer pada Ph 3 itu adalah

kuning, penambahan peningkatan konsentrasi protein merubah warna manjadi hijau dan

kemudian menjadi biru. Perubahan awarna dibandingkan dengan bagan warnan dimana

konsentrasi protein dinilai dari tanda batas sampai 4+, sesuai dengan konsentrasi dari 1

sampai 10 mg/dl ke lebih besar dari 500 mg/dl.

8

Page 9: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

Sebuah tes dipstick rutin dilakukan untuk melihat apakah molekul protein yang besar

dipertahankan dalam darah dan hanya kotoran yang lebih kecil disaring oleh ginjal.

Kadang-kadang protein dapat muncul dalam urin karena kadar protein yang tinggi dalam

darah, oleh karena itu, penting untuk memeriksa tingkat protein dalam darah juga.

Jika ginjal rusak, albumin urine akan tinggi bahkan jika tingkat darah normal. Sejauh

pengobatan albuminuria yang bersangkutan, penyebab yang mendasari harus dirawat.

Jika seseorang menderita diabetes dan hipertensi, sangat penting bahwa kadar glukosa

dikendalikan. Mereka yang menderita diabetes dan tekanan darah tinggi mungkin perlu

angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor atau angiotensin receptor blocker (ARB)

untuk melindungi fungsi ginjal. Dokter mungkin juga meresepkan diuretik tertentu untuk

menyingkirkan kelebihan cairan dari tubuh.

6. Penanganan proteinuria

Dasar penanganan proteinuria adalah :

Pengobatan non-spesifik, yaitu pengoobatan di uar dari penyakit yang

mendasari, dengan asumsi pasien tidak memiliki kontraindikasi terhadap terapi

Penobatan spesifik yaitu pengobatan yang tergantung pada penyebab

ginjal/renal atau non-renal.

B. Karakteristik albuminuria pada penderita DMT2

Berdasarkan klasi �kasi albuminuria dari 69 penderita DMT2 dengan kreatinin serum

1,4 mg/dl didapatkan 39 (56,5%) penderita DMT2 dengan normoalbuminuria, 23 (33,3%)

penderita DMT2 dengan mikroalbuminuria dan 7 (10,2%) penderita DMT2 dengan

makroalbuminuria. Rerata normoalbuminuria 7,9 (SD 6,5) µg/mg kreat dengan rentang 1 . 25

µg/mg kreat. Rerata mikroalbuminuria 107,9 (SD 68,6) µg/mg kreat dengan rentang 36 . 250

µg/mg kreat, sedangkan rerata makroalbuminuria 837,6 (SD 422,3) µg/mg kreat dengan

rentang 442 . 1388 µg/mg kreat.

1. Karakteristik penderita DMT2 berdasarkan penggolongan albuminuria

Berdasarkan penggolongan albuminuria (normo, mikro dan makroalbuminuria), tidak ada

perbedaan pada usia subyek, BMI, tekanan darah diastole, lama menderita DM, GDP, Hb,

kreatinin serum, albumin plasma, ALT, AST, kolesterol total dan kadar HDL pada kelompok

9

Page 10: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

albuminuria. Namun Tekanan darah sistole, kadar HbA1C, kadar LDL dan kadar TG lebih

tinggi pada penderita DMT2 makroalbuminuria dibanding kelompok normo, dan

mikroalbuminuria Dari tabel 2 di atas, bila dinyatakan dalambentuk gra �k, terdapat

kecenderungan / peningkatan derajat albuminuria seiring dengan peningkatan tekanan darah

sistolik, tekanan darah diastolik, kadar HbA1C, kadar kolesterol total, kadar LDL

dan kadar TG. Kecenderungan yang sama peningkatan albuminuria, juga dijumpai seiring

dengan peningkatan kreatinin serum. Namun trend peningkatan derajat albuminuria

didapatkan pada penurunan kadar HDL

gambar

BAB III

PENUTUP

2. Kesimpulan

Albuminuria merupakan penyakit yang disebabkan terlalu banyaknya kadar

protein dalam urin. Kondisi ini terkadang disebut juga sebagai “mikroalbuminuria”

yang menunjukkan tingkat yang sedikit lebih tinggi protein dalam urin. Proteinuria

yang terbuka atau “makroalbuminuria” menunjukkan lebih dari 300mg albumin dalam

urin per hari.

Albuminuria yang terus menerus terjadi menunjukkan bahwa ginjal mengalami

kerusakan dan mulai mengeluarkan albumin atau protein ke dalam urin. Bila dalam

beberapa minggu terdapat dua kali tes yang menyatakan bahwa urin positif

mengandung albumin berarti Anda didindikasikan mengalami albuminuria tetap yakni

tanda awal penyakit ginjal diabetes.

10

Page 11: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

Penyebab albuminuria lainnya adalah tekanan darah tinggi, gagal jantung

kongesti, sindrom metabolik, atau kerusakan ginjal dari sindrom nefrotik. Meskipun

tidak mengalami penyakit ini, urin yang mengandung  albumin lebih tinggi dari normal

berisiko menyebabkan penyakit jantung.

Pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis lainnya kemungkinan

besar dapat mengembangkan albuminuria yang lebih cepat dari penyakit ginjal kronis

dan kemungkinan besar bahwa mengalami gagal ginjal.

Sekitar 8 persen orang dewasa memiliki mikroalbuminuria (yaitu ekskresi 30

sampai 300 mg albumin per 24 jam) dan 1 persen memiliki makroalbuminuria (yaitu

ekskresi lebih dari 300 mg albumin per 24 jam). Albuminuria terdeteksi pada satu dari

setiap tiga orang dengan diabetes, satu dari setiap tujuh orang dengan tekanan darah

tinggi yang tidak menderita diabetes, dan satu dari setiap enam orang yang lebih tua

dari 60 tahun.

Semua orang dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang berusia antara 12 hingga 70

tahun harus menjalani tes urin untuk albuminuria setidaknya sekali setahun. Saat ini

skrining albuminuria disarankan bagi pasien yang memiliki risiko penyakit ginjal

kronis, termasuk diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit sistemik, yang berusia lebih

dari 60 tahun, dan memiliki riwayat keluarga penyakit ginjal kronis. Jika hasilnya

positif maka harus dipastikan dengan tes urin kedua.

Beberapa kondisi lain seperti tekanan darah tinggi juga bisa menyebabkan

albuminuria. Tes juga akan menunjukkan hasil yang positif bila dilakukan selama

menderita penyakit, olahraga berat, infeksi saluran kemih. Orang yang memiliki

kebiasaan merokok juga dapat memiliki tes positif.

3. Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan selaku penyusun dari makalah ini adalah

sebaiknya kita memerhatikan makanan yang kita konsumsi, jangan sampai berlebih atau

bahkan kekurangan. Dalam hal ini perhatikan kandungan gizi dalam makanan. Protein

merupakan zazt gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita. Jadi, mengkomsumsi

makanan yang mengandung sangat diperlukan tetapi jangan sampai berlebih karena

sesuatu yang berlebih memiliki dampak negatif, seperti penyakit-penyaikit ginjal. Dan

kekurangan protein dapat mengakibatkan marasmus, kwasiorkor, hongeroedem.

11

Page 12: Tugas Individu Biokimia (Proteinuria)

DAFTAR PUSTAKA

www. Jurnal/proteinuria_albuminuria.com

www. Artikel Kedokteran, Blog, Social Media, Tutorial dan Berita.com

www.jurnal kesehatan2010.com/protein.com

Profill Albuminuria dan Kadar sVCAM-1 pada Penderita Diabetees Melitus Tipe 2 Wibisono C, Fajar A, Tjokroprawiro A, Soetjahjo A, Pranoto A, Adi S, Murtiwi S

JOURNAL OF INSURANCE MEDICINE Copyright Q 2004 Journal of Insurance Medicine J Insur Med 2004;36:262–266

12