Tugas IKA 3

9
Tugas Ilmu Kesehatan Anak Nama : Reynaldo Rizky Alexander NIM : 112014082 1. HYALINE MEMBRANE DISEASE (HMD) A. Definisi Sindrom Distres Pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD). HMD adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA. B. Patofisiologi Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan

description

s

Transcript of Tugas IKA 3

Page 1: Tugas IKA 3

Tugas Ilmu Kesehatan Anak

Nama : Reynaldo Rizky Alexander

NIM : 112014082

1. HYALINE MEMBRANE DISEASE (HMD)

A. Definisi

Sindrom Distres Pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau

tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyaline membrane

disease (HMD). HMD adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature

dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang

menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik.

Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada

tidaknya shunting darah melalui PDA.

B. Patofisiologi

Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang

disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut

sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max

pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan

ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu

menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan

terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis. Hipoksia akan

menyebabkan terjadinya oksigenasi jaringan menurun menyebabkan metabolisme anerobik

dengan penimbunan asam laktat asam organic sehingga terjadi asidosis metabolic. Asidosis

dan akan menyebabkan terganggunya jantung, penurunan aliran darah keparu, dan

mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.

C. Etiologi

Defesiensi atau kekurangan surfaktan.

Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia

perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria.

Page 2: Tugas IKA 3

Gangguan traktus respiratorius :

1. Hyaline membrane disease (HMD). Berhubungan dengan kurangnya masa gestasi

(bayi prematur)

2. Transient tachypnoe of the newborn (TTN). Paru-paru terisi cairan, sering terjadi pada

bayi Caesar karena dadanya tidak mengalami kompresi oleh jalan lahir sehingga

menghambat pengeluaran cairan dari dalam paru.

Luar traktus respiratoris :

1. Kelainan jantung congenital, kelainan metabolic.

E. Manifestasi Klinis

Pernafasan cepat (tachypnea), retraksi dada (suprastenal, substernal, intercostals),

cuping hidung, apnea, murmur, sianosis pusat

F. Pemeriksaan Diagnostik

· Foto rontsen : menunjukan adanya atelektasis

· Analisa gas darah : PaO2 kurang dari 50 mmHg dan PCO2 diatas 60 mmHg

G. Penatalaksanaan

· Pemberian oksigen

· Pertahankan nutrisi adekuat

· Pertahankan suhu lingkungan netral

· Diet 60 kcal/kg per hari dengan asam amino yang mrncukupi untuk mencegah

katabolisme protein dan ketoasidosis.

· Pertahankan PO2 dalam batas normal

Page 3: Tugas IKA 3

2. Kriteria diagnosis demam tifoid

Kriteria Zulkarnaen (Demam Tiphoid)

1. Demam > 7 hari, tdk mendadak, suhu naik secara bertangga, pernah mengalami

delirium dan apatisdisertai keluhan defekasi dan obstipasi

2. Terdapat 2 atau lebih :

a. Leukopenia

b. Malaria (-)

c. Keluhan BAK (-)

3. Ter, dapat 2 atau lebih gejala

a. Kesadaran menurun

b. Rangsangan meningal (+)

c. Perdarahan usus (+)

d. Splenomegali

4. Pada pemberian kloramfenikol, suhu turun secara lisis dlm 3 – 5 hari.

Kriteria Kariman Muharman (Demam Tiphoid)

- Demam > 5 hari, naik bertangga

- Fisik diagnostik, ditemukan dua dari : apatis, obstipasi, epistaksis, kembung,

mencret, splenomegali, bradikardi relatif, perdarahan perianal, rangsangan

meningal (-)

- Laboratorium : Leukopenia, limfositosis relatif, urine normal

Page 4: Tugas IKA 3

Manifestasi Klinis Diagnosis (Pemeriksaan Tinja)

Disentri

Masa tunas berlangsung dari beberapa jam

sampai 3 hari, jarang lebih dari 3 hari. Mulai

terjangkit sampai timbulnya gejala khas

biasanya berlangsung cepat, sering secara

mendadak, tetapi dapat juga timbul perlahan-

lahan.

Gejala yang timbul bervariasi, yaitu :

1. Diare mendadak yang disertai darah dan

lendir dalam tinja. Pada permulaan sakit,

bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam

6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam

sesudah permulaan sakit, didapatkan darah

dan lendir dalam tinja.

2. Panas tinggi (39,5oC – 40oC)

3. Muntah-muntah.

4. Anoreksia.

5. Sakit kram di perut dan sakit di anus saat

BAB.

6. Kadang-kadang disertai dengan gejala

menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang,

sakit kepala, letargi, kaku kuduk,

halusinasi).

Pemeriksaan Tinja

1.Adanya darah pada tinja

2.Tinja mungkin juga mengandung

sel-sel nanah (leukosit PMN) yang

terlihat dengan mikroskop dan

mungkin mengandung lendir

3.Pada beberapa episode Shigellosis,

pertama-tama tinja cair kemudian

menjadi berdarah setelah 1 atau 2

hari.

4.Pemeriksaan tinja secara langsung

terhadap kuman penyebab.

Amoebiasis Berdasarkan berat ringannya gejala klinis yang

ditimbulkan maka amoebiasis dapat dibagi

menjadi :

1. Carrier (cyst passer)

Penderita tidak menunjukkan gejala klinis

sama sekali karena amoeba yang berada di

dalam lumen usus besar, tidak mengadakan

invasi ke dinding usus.

2. Amebiasis intestinal ringan

Onsetnya perlahan. Biasanya penderita

Pemeriksaan tinja:

1.Tinja penderita amebiasis tidak

banyak mengandung leukosit, tetapi

banyak mengandung bakteri.

Diagnosis pasti baru dapat

ditegakkan apabila ditemukan

amoeba (trofozoit). Akan tetapi

dengan ditemukannya amoeba

tersebut tidak berarti menyingkirkan

kemungkinan diagnosis penyakit

Page 5: Tugas IKA 3

mengeluh perut kembung, kadang-kadang

nyeri perut ringan yang bersifat kejang, diare

ringan 4-5 kali sehari, tinja berbau busuk,

kadang tinja bercampur darah dan lendir,

terdapat sedikit nyeri tekan di daerah

sigmoid, tanpa atau disertai demam ringan

(subfebril), kadang hepatomegali

3. Amebiasis intestinal sedang

Biasanya keluhannya yakni tinja disertai

darah dan lendir, perut kram, demam dan

lemah badan, hepatomegali yang nyeri

ringan

4. Amebiasis intestinal berat

Keluhan dan gejala klinis lebih berat lagi,

yaitu dengan ciri-ciri diare disertai darah

yang banyak, diare >15 kali per hari, demam

tinggi (400C-40,50 C), mual dan anemia.

Pada saat ini tidak dianjurkan melakukan

pemeriksaan sigmoidoskopi karena dapat

mengakibatkan perforasi usus

5. Disentri amoeba kronik

Gejalanya menyerupai disentri ameba

ringan, serangan-serangan diare diselingi

periode normal atau tanpa gejala. Keadaan

ini dapat berjalan berbulan-bulan sampai

bertahun-tahun. Penderita biasanya

menunjukkan gejala neurastenia. Serangan

diare biasanya terjadi karena kelelahan,

demam atau makanan yang sukar dicerna.

lain, karena amoebiasis dapat terjadi

bersamaan dengan penyakit lain

pada seorang penderita. Oleh karena

itu apabila penderita amebiasis yang

telah mendapat pengobatan spesifik

masih tetap mengelus perutnya

sakit, perlu dilakukan pemeriksaan

lain, seperti endoskopi, foto kolon

dengan barium enema atau biakan

tinja.

Kolera Masa inkubasi kolera berlangsung antara 16-72

jam. Gejala klinis kolera bervariasi mulai dari

asimptomatik sampai dehidrasi berat. Gejala

klinis khasnya ditandai dengan diare encer dan

banyak tanpa didahului rasa mulas maupun

Pemeriksaan tinja:

1.Tinja seperti air cucian beras

2. Jika tinja segar pasien kolera yang

tanpa pewarnaan diamati dibawah

mikroskop lapangan gelap, akan

Page 6: Tugas IKA 3

tenesmus.

Feces berupa cairan putih keruh (seperti air

cucian beras), tidak berbau busuk, ataupun

amis tapi ’manis’ menusuk. Muntah timbul

setelah diare tanpa didahului mual, kejang otot

dapat menyusul baik dalam bentuk fibrilasi

maupun fasikulasi, maupun kejang klonik yang

mengganggu. Kejang otot ini disebabkan

karena berkurangnnya kalsium dan klorida

pada sambungan neuromuskular.

Gejala dan tanda kolera terjadi akibat

kehilangan elektrolit serta asidosis. Pasien

dalam keadaan lemah lunglai, namun kesadaran

relatif baik di banding dengan berat

penyakitnya. Tanda-tanda dehidrasi tampak

jelas, nadi cepat, napas lebih cepat, suara serak

seperti bebek manila (vox cholerica), turgor

kulit menurun, bibir kering, perut cekung

(skafoid), suara peristaltik menurun,ujung jari

keriput (washer woman hand), diuresis

berangsur berkurang berakhir dengan anuria.

tampak mikroorganisme berbentuk

spiral yang memiliki pola motilitas

seperti shooting star.