Ika Amaliya_152110101008_A.doc

download Ika Amaliya_152110101008_A.doc

of 23

Transcript of Ika Amaliya_152110101008_A.doc

Halaman sampul

SUMBERSUMBER HUKUM ISLAM

KELAS 21MAKALAH AGAMA ISLAMDISUSUN OLEH :

KELOMPOK 16INDAH ARISTA DEWI

(NIM: 150810301095)

IKA AMALIYA

(NIM: 152110101008)

KHOLIFATUL AULIAUR R (NIM: 152110101012)

UNIT PELAKSANA TEKNIS

BIDANG STUDI MATAKULIAH UMUM

UNIVERSITAS JEMBER

SEMESTER GASAL 2015-2016

KATA PENGANTARSegala puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah Pengantar Pendidikan Pancasila ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan.

Shalawat dan salam semoga tetap dan selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang terang benderang yakni Addiinul islam.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi lebih jauh tentang Sumber-sumber Hukum Islam.

Pembuatan makalah ini menggunakan metode study pustaka, yaitu dengan mengumpulkan dan mengkaji materi Pendidikan Agama Islam dari berbagai referensi. Kami gunakan metode pengumpulan data ini, agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yang akurat dan bisa dibuktikan, serta dapat memberikan pemahaman terhadap pembaca dengan materi yang dipandang melalui berbagai subjek.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi baiknya penulisan dimasa yang akan datang.

Jember,27 Oktober 2015

DAFTAR ISIiHalaman sampul

iiKATA PENGANTAR

iiiDAFTAR ISI

ivDAFTAR GAMBAR

vDAFTAR TABEL

1BAB 1. PENDAHULUAN

11.1 Latar Belakang

21.2 Rumusan Masalah

21.3 Tujuan

3BAB 2. PEMBAHASAN

32.1 Pengertian Hukum Islam

2.2 Tujuan Hukum Islam42.3 Sumber Hukum Islam5BAB 3. PENUTUP163.1 Kesimpulan163.2 Saran16DAFTAR PUSTAKA17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 - Sumber Hukum Islam68Gambar 2 - Al Qur'an

DAFTAR TABEL

Tabel 1 - Sifat Hukum Taklifi15

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama yang sempurna yang tentunya sudah memiliki aturan dan hukum yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan hukum memiliki sumbernya sendiri sebagai pedoman dalam pelaksanaannya.

Islam sebagai agama yang sempurna memiliki hukum yang datang dari Yang Maha Sempurna, yang disampaikan melalui Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW, yakni Al Quran Al Kariim. Kemudian sumber hukum agama islam selanjutnya adalah Sunnah atau yang kita kenal dengan Hadits. Al Quran dan Hadits merupakan dua hal yang menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam menjalankan hidup demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Namun, seiiring dengan berkembangnya zaman ada saja hal-hal yang tidak terdapat solusinya dalam Al Quran dan Hadits. Oleh karena, itu ada sumber hukum agama islam yang lain, diantaranya Ijma XE "Ijma" \b dan Qiyas XE "Qiyas" \b . Namun, Ijma dan Qiyas tetap merujuk pada Al Quran dan Hadits karena Ijma dan Qiyas merupakan penjelasan dari keduanya.

1.2 Rumusan Masalah

Jelaskan pengertian Hukum Islam !

Apa tujuan dari hukum Islam ?

Apa saja sumber-sumber hukum Islam

1.3 TujuanTujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas MKU Agama. Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami hukum-hukum ajaran islam, dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Islam

Hukum Islam adalah undang-undang atau aturan Allah yang bersumber dari Alquran yang berkaitan dengan amal perbuatan mukallaf XE "mukallaf" \b atau orang dewasa. (Amailya, 2015)Pembagian Hukum Islam

Hukum Islam dibagi menjadi lima, yaitu ;

Fardhu atau wajib

Fardhu atau wajib yaitu perkara yng apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa. Fardhu atau wajib dibagi menjadi dua,yaitu :

Fardhu Ain Fardhu Ain yaitu perkara yang wajib dikerjakan oleh tiap-tiap muslim yang mukallaf XE "mukallaf" \b , contohnya : shalat, puasa.

Fardhu Kifayah Fardhu Kifayah yaitu perkara yang apabila sudah dikerjakan sebagian umat Islam yang lain, contohnya : shalat jenazah.

Sunnat

Sunnat yaitu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditnggalkan tidak berdosa, contohnya : shalat sunnat, puasa senin kamis.

Haram

Haram yaitu perkara yang apabila dikerjakan akan mendapat dosa dan apabila ditinggalkan mendapat pahala, seperti zina, membunuh, dusta dan sebagainya.

Makruh

Makruh yaitu perkara yang apabila dikerjakan tidak berdosa dan apabila ditinggalkan mendapat pahala, seperti merokok.

Mubah

Mubah yaitu perkara yang boleh dikerjakan dan boleh tidak dikerjakan. Dikerjakan atau tidak, tidak berpahala dan tidak berdosa, seperti makan yang enak, pakaian yang bagus dan sebagainya.

Dalam konsepsi hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Yang diatur tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat termasuk dirinya sendiri dan benda serta alam semesta, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan. Untuk memahami hokum Islam dengan baik dan benar seseorang harus memahami beberapa istilah yang berkenaan dengan hokum Islam. Dalam pembahasan kerangka dasar agama Islam disebutkan bahwa komponen kedua agama Islam adalah syariat yang terdiri dari dua bagian yakni ibadah dan muamalah. Adapaun ilmu yang membahas tentang syariat disebut dengan ilmu fikih.

Syariat adalah semua ketetapan hokum yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sifat tetap dan tidak dapat dirubah-rubah. Sedangkan fikih adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat terhadap syariat atau terhadap ketentuan yang ada dalam al-Quran dan al-Sunnah terutama yang berkenaan dengan masalah kemasyarakatan. Hukum fikih sebagai hasil pemahaman manusia terhadap apa yang ada dalam al-Quran dan sebagai hokum yang diterapkan pada kasus tertentu dalam keadaan tertentu, dapat berubah dari satu masa ke masa yang lain dan dapat berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain. Oleh karena itu sifatnya zanny. Sedangkan syariat ada yang zanny dan ada pula yang qathi. (MA H. F., 2002)2.2 Tujuan Hukum IslamTujuan hukum Islam sebenarnya sudah Nampak pada ayat-ayat yang ada dalam al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Secara umum para ahli merumuskan tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak, dengan jalan mengambil segala sesuatu yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudarat yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan. Menrut Abu Ishak al-Shatibi, tujuan hukum Islam adalah memelihara (1) agama, (2) jiwa, (3) akal, (4) keturunan,(5) harta, yang kemudian disepakati oleh ilmuwan hukum Islam lainnya. Kelima tujuan itu kemudian disebut dengan al-magasid al-khamsah.

Menurut Juhaya S. Praja, tujuan hukum Islam yang dirumuskan oleh Abu Ishak al-Sathibi tersebut dapat dilihat dari dua segi, yakni (1) dari segi Pembuat hukum Islam yaitu Allah dan Rasul-Nya, dan (2) dari segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam itu. Jika di lihat dari segi Pembuat hukum Islam, tujuan hukum Islam yaitu :

Untuk memenuhi keperluan hidup mausia yang bersifat primer, sekunder dan tertier, yang dalam kepustakaan hkum Islam disebut dengan istilah daruriyya XE "daruriyya" \b , hajjihyat XE "hajjihyat" \b dan tahnisiyyat XE "tahnisiyyat" \b . Untuk ditaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Supaya dapat ditaati dengan baik dan benar, manusia wajib meningkatkan kemampuannya untuk memahami hukum Islam dengan mempelajari usul al-figh yakni dasar pembentukan dan pemahaman hukum Islamsebgai metodologinya.

Dengan demikian tujuan hakiki hukum Islam adalah tercapainya keridaan Allah dalam kehidupan manusia di dunia di akhirat kelak.2.3 Sumber Hukum IslamDalam kepustakaan hukum Islam di Indonesia, sumber hukum Islam kadang-kadang disebut dengan dalil hukum Islam atau pokok hukum Islam atau dasar hukum Islam. Menurut surat al-Nisa ayat 59, setiap muslim wajib menaati (mengikuti) kemauan atau kehendak Allah, ehendak Rasul dan Ulil Amri XE "Ulil Amri" \b yakni orang yang mempunyai kekuasaan atau penguasa. Kehendak Allah berupa ketetapan itu kini tertulis dalam al-Quran, kehendak Rasul kini tertulis dalam kitab-kitab hadis dan kehendak penguasa sekarang termasuk dalam hasil karya orang yang memnuhi syarat untuk berijitihad karena mempunyai kekuasaan berupa ilmu pengetahuan untuk mengalirkan ajarn hukum Islam dari dua sumber utamanya adalah al-Quran dan al-Sunnah. Apa yang ditetapkan dengan jelas dalam al-Quran tersebut kemudian dirumuskan lagi dengan jelas dalam percakapan antar Nabi Muhammad dengan sahabat Beliau, Muaz bun Jabal. Percakapan ini dalam kepustakaan dikenal dengan hadis Muaz bun Jabal. Menurut riwayat, pada suatu ketika, Nabi Muhammad mengirimkan seorang sahabatnya ke Yaman untuk menjadi gubernur di sana. Sebelum berangkat, Nabi Muhammad menguji sahabatnya yang bernama Muaz bin Jabal dengan menanyakan sumber yang dia pergunakan kelak untuk memecahkan masalah-masalah atau sengketa yang dijumpainya di daerah baru itu. Pertanyaan itu dijawab oleh Muaz bin Jabal dengan mengatakan bahwa dia akan menggunakan al-Quran. Jawaban itu disusul oleh Nabi dengan pertanyaan Jika tidak terdapat petunjuk khusus mengenai masalah itu di dalam al-Quran bagaimana? Muaz menjawab saya akan mencari dalam Sunnah Nabi, Nabi kemudian bertanya kalau engkau tidak menemukan petunjuk pemecahannya dalam Sunnah Nabi,bagaimana?, Muaz menjawab jika memang demikian, saya akan berusaha sendiri mencari sumber pemecahannya dengan mempergunakan akal saya dan akan mengikuti pendapat saya., Nabi sangat sengang dengan jawaban Muaz itu dan berkata Aku bersyukur kepada Allah yang telah menuntun Rasil-Nya

Gambar 1 - Sumber Hukum IslamDari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa sumber-sumber hukum Islam Alquran, As-Sunnah, Akal pikiran(Ijtihad).

Alquran

Alquran adalah sumber hukum Islam pertama dan utama. Ia memuat kaidah-kaidah hukum fundamental (asasi) yang perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut. Menurut keyakinan umat Islam, yang dibenarkan oleh penelti ilmiah terakhir (Maurice Bucaille, 1979 : 185), Alquran adalha kitab suci yang memuat wahyu (firman) Allah, Tuhan Yang Maha Esa, asli seperti yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai rasul-Nya sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Makkah kemudian di Madinah untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia ini dan kebahagiaan di akhirat kelak.

Perkataan Alquran berasal dari kata kerja qara-a artinya (dia telah) membaca. Kata kerja qara-a ini berubah menjadi kata kerjasuruhan iqra artinya bacalah, dan berubah lagi menjadi kata benda quran, yang secara harfiah berarti bacaan atau sesuatu yang harus di baca atau pelajari. Makna perkataan itu sangat erat hubungannya dengan arti ayat Alquran yang pertama diturunkan di gua Hira yang dimulai dengan perkataan iqra artinya bacalah. Membaca adalah salah satu usaha untuk menambah ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi hidup dan kehidupan manusia. Dan ilmu pengetahuan (itu) hanya dapat diperoleh dan dikembangkan dengan jalan membaca dalam arti kata yang seluas-luasnya. Menurut S.H. Nasr (SH.Nasr, 1981 : 27) yang terdapat dalam Alquran adalah prinsip-prinsip segala ilmu pengetahuan, termasuk didalamnya kosmologi (cabang astronomi yaitu ilmu tentang matahari,bulan, bintang, dan planet lainnya, yang menyelidiki asal-usul, susunan, dan hubungan ruang waktu di alam semesta) dan pengetahuan alam.

Gambar 2 - Al Qur'anSayyid Husein berkata sebagai pedoman pribadi, Alquran mempunyai tiga petunjuk bagi manusia yaitu :Pertama adalah ajaran yang member pengetahuan tentang struktur (susunan)kenyataan alam semesta dan posisi berbagai makhluk, termasuk manusia, serta benda di jagad raya. Ia juga mengandung metafisika tentang Tuhan, kosmologi dan pembahasan tentang kehidupan akhirat. Ia berisi segala pelajaran yang diperlukan manusia untuk mengetahui siapa dirinya, di mana ia berada sekarang (dunia) dan kemana ia akan pergi (akhirat). Ia berisi petunjuk tentang iman atau keyakinan, syariat atau hukum, akhlak atau moral yang perlu dipedomani manusia dalam kehidupan sehari-hari. Alquran menjadi dasarhukum Tuhan, member pengetahuan tentang metafisika (ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal yang nonfisik atau tidak kelihatan), struktur alam semesta dan kedudukan berbagai makhluk, termasuk manusia di dalamnya.

Kedua, Alquran berisi petunjuk yang menyerupai sejarah maanusia, rakyat biasa, raja-raja, orang-orang suci, para Nabi sepanjang zaman dan segala cobaan yang menimpa mereka. Meskipun petunjuk ini berupa sejarah, sebenarnya ia ditujukan pada jiwa manusia. Petunjuk itu diturunkan kepada jiwa manusia di sini sekarang, kendatipun ia mengambil tempat dan waktu yang telah lalu. Para pendusta atau orang-orang munafik yang menyebarkan kebohongan tentang agama selalu ada setiap saat, begitu pula mereka yang mengingkari Tuhan atau mereka yang berada di jalan yang lurus. Mereka yang (akan) dijatuhi siksa-Nya dan yang diberi karunia-Nya selalu ada pada setiap ruang dan waktu. Demikianlah, Alquran adalah petunjuk tentang kehidupan manusia, yang dimulai dengan kelahiran, diakhiri dengan kematian, berasal dari-Nya dan pasti kembali pada-Nya.

Ketiga, Alquran berisi sesuatu yang sulit untuk dijelaskan dalam bahasa biasa. Ayat-ayat Alquran berasal dari firman Tuhan, mengandung kekuatanyang berbeda dari apa yang dapat kita pelajari secara rasional. Ayat-ayat itu mempunyai kekuatan melindungi manusia. Itulah sebabnya mengapa kehadiran fisik Alquran sendiri membawa berkah bagi umat manusia. Apabila seorang Muslim menghadapi kesulitan , ia membaca ayat-ayat Alquran untuk menenangkan dan menghibur hatinya. Menurut agama Islam,membaca Alquran adalah salah satunya jalan mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan ibadah.

Alquran adalah kitab yang paling banyak dibaca bahkan dihafal oleh umat manusia. Menurut para ahli, pada gari-garis besarnya Alquran memuat soal-soal yang berkenaan dengan akidah, syariah baik (ibadah maupun muamalah), akhlak dalam semua ruang lingkupnya,kisah-kisah manusia di masa lalu, berita-berita tentang zaman yang akan datang (kehidupan akhirat), dan benih atau prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.

Secara garis besar hukum yang terkandung dalam al Qur`an dapat dibagi 3 macam:Pertama, hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt mengenai apa yang harus diyakini dan harus dihindari sehubungan dengan keyakinannya ( hukum diyah) yang dikaji dalam ilmu tauhid atau ushuluddin XE "ushuluddin" .(i`tiqaKedua, hukum yang mengatur pergaulan manusia( hukum khuluqiyah XE "khuluqiyah" \b ) yang kemudian dikembangkan dalam ilmu akhlak.

Ketiga, hukum yang menyangkut tindak tanduk manusia dan tingkah laku lahirnya dalam hubungan dengan Allah Swt, dan dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan dalam bentuk apa-apa yang harus dilakukan atau dijauhi ( hukum amaliyah ) yang dikembangkan dalam hukum syari`ah. Hukum amaliyah tersebut secara garis besar dibagi dua :

Hukum ibadah dalam arti khusus, hukum yang mengatur tingkah laku dan perbuatan lahiriah manusia dalam hubungannya dengan Allah Swt, seperti : shalat, puasa zakat, dan haji.

Hukum muamalah dalam arti umum, yaitu hukum yang mengatur tingkah laku lahiriah manu-sia dalam hubungannya dengan sesama dan alam sekitar, seperti : jual beli, perkawinan,pembunuhan, dan lain-lain.

As-Sunnah atau Al-HadisSecara etimologi sunnah berarti cara yang biasa dilakukan, baik cara itu baik atau buruk. Menurut para ulama Islam mengutip dari al Qur`an, sunnah berarti cara yang biasa dilakukan dalam pengamalan agama. Menurut ulama ushul, sunnah adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun pengakuan dan sifat Nabi. Menurut ulama fiqh, sunnah adalah sifat hukum bagi suatu perbuatan yang dituntut melakukannya dalam bentuk tuntutan yang tidak pasti dengan pengertian diberi pahala orang yang melakukannyadan tidak berdosa orang yang tidak melakukannya. Ulama fiqh menempatkan sunnah sebagai salah satu dari hukum syara` yang lima. Berarti sunnah adalah hukum bukan sumber hukum.Fungsi utama Sunnah adalah sebagai penjelas al Qur`an. Dengan demikian, bila al- Qur`an disebut sumber asli hukum fiqh, maka Sunnah disebut sebagai bayanni (penjelas). Oleh karena itu, Sunnah menjalankan fungsi sebagai berikut :

1. Menguatkan dan menjelaskan hukum-hukum yang tersebut dalam al Qur`an (ta`qid dan taqrir)

2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam al Qur`an.

3. Menetapkan suatu t dan(hukum dalam sunnah yang tidak ada dalam al Qur`an.

Kata sunnah identik dengan hadits , yaitu sama-sama dari Nabi Muhammad SAW. Menurut para ahli, hadits lebih banyak mengarah kepada ucapan Nabi, sedangkan sunnah lebih banyak mengarah kepada perbuatan dan tindakan Nabi yang sudah menjadi tradisi yang hidup dalam pengalaman agama.

Melalui hadits seorang muslim mengenal nabi dan isi Alquran. Tanpa As-Sunnah sebagian besar Alquran akan tersembunyi dari mata manusia. Di dalam Alquran tertulis misalnya perintah untuk mendirikan sholat. Tanpa As-Sunnah orang tidak akan tahu bagaimana cara mengerjakannya. Sholat yang menjadi tiang pusat semua ibadah Islam, tidak akan dapat dikerjakan tanpa petunjuk berupa perbuatan Nabi sehari-hari. Ini berlaku pula pada seribu satu hal lain sehingga hampir tidak perlu lagi untuk menyatakan hubungan yang vtal antara Alquran dengan Sunnah Rasulullah, yang telah dipilih Tuhan untuk menjadi pembawa dan penerang petnjuk-Nya. Itulah sebabnya maka kedua sumber nilai dan norma Islam ini tidak boleh dipisahkan. Seorang Muslim yang baik akan selalu mempergunakan Alquran dan As-Sunnah atau Al-Hadits sebagai pegangan hidupnya, mengikuti pesan Nabi pada waktu melakukan haji perpisahan sebelum beliau wafat Kutinggalkan paa kalian dua pusaka yang sangat berharga. Kalian tidak akan sesat selama-lamanya selama kalian berpegang teguh kepada kedua pusaka yang sangat berharga itu yaitu Alquran dan Sunnahku.

Sunnah dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :Sunnah Qauliyah, yaitu ucapan Nabi yang didengar sahabat beliau dan disampaikannya kepada kepada orang lain. Namun ucapan Nabi ini bukan wahyu al Qur`an. Untuk membedakan sunnah dan wahyu al Qur`an yang sama-sama lahir dari lisan Nabi adalah dengan cara, antara lain :

Bila wahyu al Qur`an akan selalu mendapat perhatian khusus dari Nabi dan menyuruh orang lain untuk menghafal dan menuliskannya serta mengurutkannya sesuai petunjuk Allah. Sedangkan sunnah tidak, bahkan Nabi melarang menuliskannya karena khawatir tercampur dengan al Qur`an.

Penulisan alQur`an selalu dalam bentuk mutawatir, sedangkan sunnah pada umumnya diriwayatkan secara perorangan.

Penulisan al Qur`an selalu dalam bentuk penulisan lafaz dengan arti sesuai dengan teks aslinya seperti yang didengar dari Nabi. Sedangkan sunnah dinukilkan secara ma`nawi ( disampaikan dengan redaksi dan ibarat yang berbeda walau maksudnya sama ).

Bila yang diucapkan Nabi al Qur`an mempunyai daya pesona / mu`jizat, sedangkan bila sunnah tidak.

Sunnah Fi`liyah, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang dilihat atau diketahui oleh sahabat, kemudian disampaikan kepada orang laindengan ucapannya.

Para ulama membagi perbuatan Nabi ke dalam tiga bentuk :

Perbuatan dan tingkah laku Nabi sebagai manusia biasa. Ulama berbeda pendapat tentang keteladanannya bagi umat, ada yang berpendapat bahwa perbuatan Nabi bentuk ini mempunyai daya hukum untuk diikuti dan ada yang berpendapat tidak mempunyai daya hukum untuk diikuti.

Perbuatan Nabi yang memiliki petunjuk yang menjelaskan bahwa perbuatan tersebut khusus untuk Nabi.

Perbuatan dan tingkah laku Nabi yang berhubungan dengan penjelasan hukum.

Sunnah Taqririyah, yaitu perbuatan sahabat yang dilakukan dihadapan atau sepengetahuan Rasulullah SAW. tetapi tidak dicegah oleh Rasulullah SAW. Diamnya Rasulullah SAW tersebut disampaikan sahabat kepada yang lainnya. Umpamanya seorang sahabat memakan daging dab dihadapan Rasulullah SAW., sehingga Rasulullah SAW mengetahui apa yang dimakan sahabatnya tersebut, tetapi Rasulullah SAW tidak melarangnya. Kisah tersebut disampaikan sahabat kepada lainnya dengan ucapan: Saya melihat seorang sahabat memakan dab di dekat Nabi, Nabi mengetahui tetapi Nabi tidak melarangnya..Keadaan diamnya Nabi dibedakan pada dua bentuk :

Pertama, Nabi mengetahui perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang oleh Nabi. Diamnya Nabi dapat berarti perbuatan itu tidak boleh dilakukan atau boleh dilakukan ( pencabutan larangan ).

Kedua, Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak diketahui pula haramnya. Diamnya Nabi menunjukan hukumnya adalah ibadah ( meniadakan keberatan untuk diperbuat ).

Hubungan Al-hadits/As-sunnah Dengan Al-Quran

Dalam hubungan dengan Al-Quran, maka As-Sunnah berfungsi sebagai penafsir, dan penjelas daripada ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang fungsi As-Sunnah dalam hubungan dengan Al-Quran itu adalah sebagai berikut :

Bayan Tafsir: yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak. Seperti hadits : Shallu kamaa ro-aitumuni ushalli (Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran daripada ayat Al-Quran yang umum, yaitu : Aqimush-shalah (Kerjakan shalat).Bayan Taudhih: yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Quran, seperti pernyataan Nabi : Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati, adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Quran dalam surat at-Taubah: 34, yang artinya sebagai berikut : Dan orang-orang yang menyimpan mas dan perak kemudian tidak membelanjakannya dijalan Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih.Dapatkah As-sunnah Berdiri Sendiri Dalam Menentukan Hukum

Dalam pembicaraan hubungan As-Sunnah dengan Al-Quran telah disinggung tentang bayan tasyri, yaitu hadits adakalanya menentukan suatu peraturan/hukum atas suatu persoalan yang tidak disinggung sama sekali oleh Al-Quran. Walaupun demikian para Ulama telah berselisih paham terhadap hal ini. Kelompok yang menyetujui mendasarkan pendapatnya pada ishmah (keterpeliharaan Nabi dari dosa dan kesalahan, khususnya dalam bidang syariat) apalagi sekian banyak ayat yang menunjukkan adanya wewenang kemandirian Nabi saw. untuk ditaati. Kelompok yang menolaknya berpendapat bahwa sumber hukum hanya Allah, Inn al-hukm illa lillah, sehingga Rasul pun harus merujuk kepada Allah SWT (dalam hal ini Al-Quran), ketika hendak menetapkan hukum.

Kalau persoalannya hanya terbatas seperti apa yang dikemukakan di atas, maka jalan keluarnya mungkin tidak terlalu sulit, apabila fungsi Al-Sunnah terhadap Al-Quran didefinisikan sebagai bayan murad Allah (penjelasan tentang maksud Allah) sehingga apakah ia merupakan penjelasan penguat, atau rinci, pembatas dan bahkan maupun tambahan, kesemuanya bersumber dari Allah SWT.

Sebenarnya dengan kedudukan Nabi sebagai Rasul pun sudah cukup menjadi jaminan (sesuai dengan fungsinya sebagai tasyri) adalah harus menjadi pedoman bagi umatnya, dan seterusnya. Tetapi mereka yang keberatan, beralasan antara lain: Bahwa fungsi Sunnah itu tidak lepas dari tabyin atas apa yang dinyatakan Al-Quran sebagaimana penegasan Allah:

keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka (An-Nahl: 44)Maka apa saja yang diungkap Sunnah sudah ada penjelasannya dalam Al-Quran meski secara umum sekalipun. Sebab Al-Quran sendiri menegaskan Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab ini (Al-Anam : 38). Sebenarnya kedua pendapat itu tidak mempunyai perbedaan yang pokok. Walaupun titik tolak berpikirnya berbeda, tetapi kesimpulannya adalah sama. Yang diperdebatkan keduanya adalah soal adanya hadits yang berdiri sendiri. Apakah betul-betul ada atau hanya karena menganggap Al-Quran tidak membahasnya, padahal sebenarnya membahas.

Seperti dalam soal haramnya kawin karena sesusuan, menurut pihak pertama adalah karena ditetapkan oleh Sunnah yang berdiri sendiri, tetapi ketetapan itu adalah sebagai tabyin/tafsir XE "tabyin/tafsir" daripada ayat Al-Quran yang membahasnya secara umum dan tidak jelas. Mereka sama-sama mengakui tentang adanya sesuatu tersebut tetapi mereka berbeda pendapat tentang apakah Al-Quran pernah menyinggungnya atau tidak (hanya ditetapkan oleh Sunnah saja) (Daud, 1990)Dalam kasus-kasus persoalan lain sebenarnya masih banyak hal-hal yang ditetapkan oleh Sunnah saja, yang barangkali sangat sulit untuk kita cari ayat Al-Quran yang membahasnya, walaupun secara umum dan global. Oleh karena itulah kita cenderung untuk berpendapat sama dengan pihak yang pertama.Hukum TaklifiSifat

PastiTidak Pasti

PerintahWajib / FardhuMandub / Sunnah

LaranganHaramMakruh

TakhyirMubahMubah

Tabel 1 - Sifat Hukum Taklifi

BAB 3. PENUTUP3.1 KesimpulanSebagai umat islam, kita diwajibkan untuk mengetahui serta memperdalam sumber ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Karena sumber ajaran agama islam merupakan merupakan media penuntun agar kita dapat melaksanakan semua perintah Allah dan semua larangan-Nya. Agama islam pun tidak mempersulit kita dalam mempelajari seluk beluk agama islam. Karena terdapat tingkatan sumber ajaran agama islam yang harus kita pedomani.

3.2 Saran

Untuk menyempurnakan makalah ini, kami berharap bagi para pembaca untuk tidak segan-segan memberikan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dan berguna, agar makalah ini bisa mencapai kesempurnaan pada penyusunan selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya penyusun mengucapkan terima kasih.DAFTAR PUSTAKA

BIBLIOGRAPHY Daud, P. H. (1990). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Jakarta.

MA, H. F. (2002). Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum. Jakarta.

daruriyya, 5hajjihyat, 5Ijma, 1khuluqiyah, 9mukallaf, 3Qiyas, 1tabyin/tafsir, 14

tahnisiyyat, 5Ulil Amri, 5ushuluddin, 9

i