Ika Jaminsen Sinaga

25
CARDIOVASCULAR SYSTEM Lecturer : dr. Jaminsen Sinaga, Sp. A

description

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Transcript of Ika Jaminsen Sinaga

Page 1: Ika Jaminsen Sinaga

CARDIOVASCULAR SYSTEM

Lecturer : dr. Jaminsen Sinaga, Sp. A

Page 2: Ika Jaminsen Sinaga

CARDIOVASCULAR SYSTEMEVALUASI SISTEM KARDIOVASKULAR

Walaupun saat ini : pelbagai peralatan canggih dpt menentukan kelainan kardiovaskuler.

Anamnesis dan pemeriksaan fisis :- tetap diperlukan.- tidak dapat digantikan.

* Dokter harus tetap menguasai.

Anamnesis dan pemeriksaan fisis kardiovasc. merupakan bag. integral dari pemeriksaan pediatrik.

Dlm sistem kardiovasc.

Anamnesis - Sianosis.- Penurunan toleransi latihan.- Hambatan tumbuh kembang.

Page 3: Ika Jaminsen Sinaga

- Infeksi sal. nafas berulang.- Riwayat keluarga.

Anamnesis : keluhan.

# Sianosis : merupakan manifestasi saturasi oksigen arteri yang berkurang.

Warna kebiruan di ujung jari dan mukosa mulut ( sianosis yang ringan-sedang sering luput dari perhatian orang tua).

Yang perlu ditanyakan :- Saat sianosis mulai terlihat kapan?- Apakah cenderung progresif atau menetap.- Apakah bertambah bila anak menangis atau minum.- Apakah ada serangan sianotik.

( pada CHD cyanotic (TF) ada cyanotic spells ).

Tanda khas :

Anak / bayi tampak lebih biru setelah :

Page 4: Ika Jaminsen Sinaga

- Bangun tidur.- Menangis.- Pernafasan cepat-dalam.

Bila serangan berat bila tidak segera ditolong kejang, kesadaran menurun sampai dengan meninggal.

# Penurunan toleransi latihan

Dapat ditanyakan pada orang tua pasien dengan membandingkan dengan anak sebaya, apakah :

- Tampak lebih mudah lelah.- Nafas menjadi cepat setelah aktifitas biasa.- Sesak nafas tanpa aktifitas.

Utk bayi : fokuskan pada keadaan bayi bila MINUM.

Bayi dgn HF bila minum :- Dapat minum dalam jumlah sedikit.- Menjadi sesak nafas waktu mengisap.

Page 5: Ika Jaminsen Sinaga

- Mungkin banyak berkeringat.

Setelah ini bayi tertidur kembali terbangun ( krn masih lapar ).

# Hambatan tumbuh kembang

Gangguan pertumbuhan terjadi pada :- CHD.- HF oleh karena CHD.

Tidak jarang BB < percentile 3 = ( failure to thrive ) dgn tinggi bdn : N shg tampak spt makrosefalus.

Perlu ditanyakan tentang pertumbuhan, oleh karena berat badan yang makin menyimpang dr normal pd peny. cor dgn pirau kiri kanan : PERLU TINDAKAN.

# Infeksi sal. nafas berulang

Tanyakan apakah sering mendapat ISPA oleh krn bayi / anak dgn CHD dgn pirau kiri kanan sering mendpt infeksi sal. nafas dan lebih lama sembuh dr anak normal.

Page 6: Ika Jaminsen Sinaga

Bila ada HF memperburuk keadaan.

# Riwayat keluarga

Meskipun tidak konklusif, ada kecenderungan familial : CHD dan AHD, oleh krn itu tanyakan berapa saudara yg menderita CHD / AHD ( rheuma ).

Tanyakan dgn teliti : apa ada peny. tertentu dlm keluarga :- DM.- HTN.- Peny. cor.- Cacat bawaan.

Tanyakan riwayat :

Kehamilan ibu apa ada :- Minum obat tertentu.- Radiasi.- Penyakit.

Page 7: Ika Jaminsen Sinaga

- Perdarahan, terutama pd kehamilan trimester I.

PEMERIKSAAN FISIS

KEADAAN UMUM

Nilai :- Keadaan umum.- Keadaan sakit.- Kesadaran.- Berat dan panjang bdn.- Status gizi.- Lingkaran kepala, LLA.

TERDAPAT KELAINAN BAWAAN

Sianosis :- Dimana lokasinya.

- Perlu dibedakan.

Page 8: Ika Jaminsen Sinaga

SIANOSIS TEPI SIANOSIS CENTRAL

- Akibat pengambilan oksigen - Akibat saturasi O2 yg rendah.

yg berlebihan oleh jar.

- Warna kebiruan tampak di : - Warna kebiruan di :

daun telinga. mukosa bibir.

ujung jari. lidah.

daerah circumoral. konjungtiva.

ujung hidung.

- Dpt disebabkan perfusi yg - Dpt disebabkan :

jelek : CHD.

renjatan. pulmonal anomaly.

vasokonstriksi akibat curah

cor rendah pd HF.

bendungan vena perifer.

Page 9: Ika Jaminsen Sinaga

Utk membedakan sianosis oleh krn cor atau pulmo :

UJI HIPEROKSIA ( BERI OKSIGEN 80 – 100 % ).

Bila CHD : tdk terjadi kenaikan Pa O2 yg nyata.

Pd peny. pulmo : Pa O2 meningkat > 150 mmHg.

PEMERIKSAAN NADI

Dilakukan pd ke 4 ekstremitas.

Diperiksa :

Frekuensi : berapa kali / menit.

Normal : bervariasi dari masa neonatus masa remaja.

Umur min 5% mean 95% maks

1-3 bln 115 124 154 190 205

3-6 bln 115 111 140 179 205

6-12 bln 115 112 140 177 175

1-3 thn 100 98 126 163 190

Page 10: Ika Jaminsen Sinaga

3-5 thn 55 65 98 132 145

5-8 thn 70 70 96 115 145

8-12 thn 55 55 79 107 115

12-16 thn55 55 79 102 115

Takikardia sinus, dpt terjadi pd :- Aktifitas fisik.- Faktor emosi.- Demam.- Tirotoksikosis.- Anemia.- HF oleh pelbagai sebab.

Frekuensi nadi yg sangat cepat yg tdk dpt diterangkan sebabnya pem. ECG utk pemastian jenisnya.

Bradikardia sinus, tdpt pd :

- Atlit yg terlatih.

Page 11: Ika Jaminsen Sinaga

- Tekanan intra cranial meninggi.- Ikterus.- Demam tifoid.

IRAMA

Dlm keadaan normal : teratur.

Disritmia ( aritmia ) sinus : ketdk teraturan nadi yg plg sering.- Denyut nadi teraba lbh cepat saat inspirasi dan lbh lambat saat

ekspirasi.- Sering pd anak > 3 thn.- Makin jelas pd remaja.- Keadaan ini : N.- Merupakan petunjuk adanya cadangan cor ( cardiac reserve ) yg

baik.- Jarang tdpt pd bayi.

Jenis aritmia dipastikan dgn ECG.

Page 12: Ika Jaminsen Sinaga

Iregular :- Extra sistole.- Fibrilasi atrium.- Pulsus bigemini nadi teraba sepasang-sepasang.- Pulsus trigeminus nadi kelompok tiga.

KUALITAS NADI

Normal : cukup.

Pulsus celer ( Water-Hammer pulse atau Corrigan’s pulse ) :- Nadi sangat kuat dan turun dgn cepat akibat tekanan nadi yg besar.- Tdpt pd : insufisiensi aorta, PDA, anemia, tirotoksikosis.

Kurang atau lemah :- Pd renjatan.- HF berat.

Pulsus parvus et tardus amplitudo yg rendah dan teraba lambat naik pd stenosis aorta.

Page 13: Ika Jaminsen Sinaga

Pulsus alternans : amplitudo selang seling kuat dan lemah DC kiri.

Pulsus paradoksus : kuat saat inspirasi, lemah saat ekspirasi DC berat, asma berat, perikarditis.

PULSASI VENA

Dilakukan pd pemeriksaan JVP / TVJ.

Cara pengukuran :- Pasien duduk dgn sudut 30-60 derajat.- Vena jugularis dikosongkan bila perlu supaya jelas, sedikit ditekan

disebelah proksimal kemudian tekanan dilepaskan.- Ukur jarak vertikal puncak undulasi dgn muara vena kava superior

pd atrium kanan ( kurang lebih sesuai dgn angulus Ludovici ).

- Jarak tsb merupakan TVJ dlm cm H2O.

Page 14: Ika Jaminsen Sinaga

PEMERIKSAAN COR~ INSPEKSI

Perhatikan apakah tdpt KELAINAN BENTUK DADA.

- Bulging dari kiri pembesaran cor dext.

- Dada membulat hipertrofi pulmonal.

- Penonjolan dada diffuse hipertrofi biventrikular.

Lihat ictus letaknya :- Apakah ada pulsasi epigastrium hiperaktivitas ventrikel dext.

~ PALPASI

1. Tentukan letak ictus cordis.

Pd bayi / anak kecil ictus cordis sulit dilihat.

Dgn palpasi : ictus cordis dpt diraba tentukan letaknya.

Pd bayi / anak kecil : ictus cordis dlm keadaan N sela costa 4 mid clav. sin. atau sedikit lateral.

Anak usia 3-4 thn : DI SELA COSTA 5 MID CLAV. SIN.

Page 15: Ika Jaminsen Sinaga

ICTUS CORDIS PLG BAIK DIRABA DGN ANAK DUDUK ATAU SEDIKIT MEMBUNGKUK.

2. Raba apakah tdpt bising ( thrill ), bila teraba : ada bising cor yg keras ( derajat 4/6 ).

Lokasinya di punctum maximum.

3. Detak cor : normal BJ II tdk teraba.

Pd HTN pulmonal dpt diraba di sela costa 2 tepi kiri sternum.

~ PERKUSI COR

Pd anak besar, dr perifer ke tengah, dpt memberi kesan besarnya cor.

Pd bayi / anak kecil tdk memberi informasi yg akurat.

~ AUSCULTASI COR

Daerah traditional :

1. Mitral di apeks.

2. Trikuspid parasternal kiri bawah.

Page 16: Ika Jaminsen Sinaga

3. Pulmonal sela costa 2 tepi kiri sternum.

4. Aorta sela costa 2 tepi kanan sternum.

Auscultasi jangan hanya di daerah traditional.

Auscultasi : mulai dari apeks ke tepi kiri sternum bagian bawah sepanjang tepi kiri sternum sepanjang tepi kanan sternum daerah infra dan supra clav. sin et dext, daerah suprasternal, daerah karotis di leher sin et dext seluruh sisi dada bag. samping akhirnya seluruh punggung.

Stetoskop sisi diafragma mendengar bunyi dan bising nada tinggi.

Sisi sungkup mendengar nada rendah.

Yg didengarkan pd auscultasi :

1. Frekuensi cor : berapa kali / menit.

2. Irama : teratur / tdk teratur.

3. Bunyi cor :

- Bunyi cor I, II, III, IV.

Page 17: Ika Jaminsen Sinaga

- Opening snap.- Irama derap.- Klik.

4. Bising cor- Fase bising : sistolik, diastolik, keduanya.- Bentuk bising.- Derajat bising.- Punctum maximum bising.- Penjalaran bising.

BUNYI COR :

Kepentingan praktis BJ I : disebabkan penutupan mitral and tricuspid valve.

BJ II : penutupan aorta and pulmonal valve.

BJ I plg jelas di apeks.

Page 18: Ika Jaminsen Sinaga

BJ II pd basis cor.Komponen mitral BJ I disebut M1.Komponen trikuspid BJ I disebut T1.Oleh krn jarak waktu T1 terjadi 0,03 detik setelah M1 maka sering

M1 terpecah ( split ) sempit.Yg dinilai dr BJ I :- N- Melemah pd : mitral insufficiency, myocarditis, pericarditis,

efusi perikard.- Mengeras pd : ASD, mitral stenosis, pd keadaan dgn PR interval

yg memendek.Bunyi cor II : penutupan katup semilunar ( Ao / P ).Komponen Ao – BJ II A2. Komponen P – BJ II P2.Pd bayi, anak, dewasa muda N : BJ II terdengar pecah ( split ) pd

inspirasi dan tunggal pd ekspirasi.

Page 19: Ika Jaminsen Sinaga

Oleh krn :- Pd inspirasi, akibat tekanan negatif intra torakal yg makin menurun

akhir balik ( venous return ) dari V.C. sup. dan V.C. inf. ke cor bertambah.

Pengisian atrium dext dan vent. dext bertambah akibatnya waktu ejeksi vent. dext bertambah lama dan penutupan katup pulmonal ( P2 ) lbh lambat.

- Pd saat inspirasi A2 maju dan P2 mundur BJ II terdengar pecah.

BJ II :- N.- Melemah.- Mengeras.- Split.

Bandingkan A2 dgn P2. ( N : A2 > P2 ).

BJ III :

Page 20: Ika Jaminsen Sinaga

- Bernada rendah di apeks.- Harus didengar dgn sungkup stetoskop.- Akibat akselerasi darah pd akhir pengisian cepat ventrikel pd saat

diastole.

BJ IV :- Nada rendah oleh karena deselerasi darah pd saat pengisian

ventrikel oleh atrium bunyi atrium.- Tdk terdengar pd bayi, anak normal.

Opening snap : bunyi pembukaan katup ( mitral ).- Patologis.- Terdengar setelah BJ II.- Mendahului bising mid diastolik.

Irama derap ( Gallop Rhythm ).- Patologis.

Yi : BJ III dan BJ IV terdengar keras spt derap kuda yg berlari.

Page 21: Ika Jaminsen Sinaga

Klik : - Bunyi detakan pendek nada tinggi.- Klik : sistolik, diastolik.

BISING COR :

Terjadi akibat terdapatnya arus darah turbulen melalui jalan yang sempit / abnormal.

Fase apakah :- Sistolik setelah BJ I.- Diastolik setelah BJ II ( bersamaan ).

Bentuk bising.

Derajat bising 6 derajat.

Derajat 1/6 : sgt lemah, dpt diketahui hanya oleh yg berpengalaman.

Derajat 2/6 : lemah, tapi mudah terdengar, penjalaran minimal.

Derajat 3/6 : keras, tdk disertai getaran bising, penjalaran sedang.

Derajat 4/6 : keras, ada getaran bising, penjalaran luas.

Page 22: Ika Jaminsen Sinaga

Derajat 5/6 : sgt keras, tetap terdengar bila stetoskop ditempelkan sebagian saja pd dinding dada, penjalaran luas.

Derajat 6/6 : plg keras, terdengar walaupun stetoskop diangkat dari dada, penjalaran sgt luas.

~ PEMERIKSAAN RADIOLOGISYi : thorax photo ( posisi : AP/Lat ).Tujuan :1. Mengukur besar cor, yi dgn menilai anterior-posterior, utk

mengetahui cardio-thorax ratio / CTR, yi : perbandingan antara lebar max bag. dlm rongga dada ( yg diukur menyinggung tepi atas diafragma kanan ).

2. Melihat vaskularisasi : normal, berkurang, bertambah.3. Melihat pembesaran cor yi dgn lateral photo dpt dilihat :a. Pembesaran AS.b. Pembesaran VS.c. Pembesaran VD. Nilai normal CTR :

Page 23: Ika Jaminsen Sinaga

Usia ( thn ) rentangan CTR

0 – 1 0,65 – 0,39

1 – 2 0,60 – 0,39

2 – 3 0,50 – 0,39

3 – 4 0,52 – 0,40

4 – 5 0,52 – 0,40

5 – 6 0,50 – 0,40

6 – 7 0,49 – 0,43

7 – 8 0,49 – 0,42

8 – 9 0,49 – 0,41

9 – 11 0,49 – 0,43

11 – 12 0,46 – 0,40

~ PEMERIKSAAN EKG

Berguna utk :

Page 24: Ika Jaminsen Sinaga

1. Menentukan tdptnya hipertrofi ruang cor.2. Menentukan tdptnya gangguan myocardium.3. Membantu diagnosa spesifik disritmia ( segmen S-T ) / aritmia.4. Membantu diagnosa perikarditis / efusi perikardium.5. Mengetahui efek berbagai obat thdp sistem cardiovascular.6. Menentukan tdptnya gangguan metabolik / elektrolit.~ PEMERIKSAAN ECHOCARDIOGRAPHY Berguna utk :1. Menegakkan diagnosa kelainan struktural cor dan vaskular.2. Menetapkan / memperkirakan derajat kelainan.3. Menyingkirkan kelainan penyerta.4. Mengevaluasi fungsi cardiovaskular.5. Mengevaluasi pasien prabedah.6. Mengevaluasi hasil terapi medik atau bedah.7. Menilai keterlibatan kardiovaskular dgn penyakit lain.

Page 25: Ika Jaminsen Sinaga

~ KATETERISASI COR

Berguna utk mengetahui :

1. Ada / tdknya kelainan cor.

2. Jenis kelainan cor.

3. Derajat kelainan.

4. Cara terapi yg tepat.

5. Hasil terapi yg telah diberikan.