TUGAS IDENTIFIKASI

6
Bagaimana cara anda mengidentifikasi kawasan prospek atau non prospek untuk ditambang? Untuk menentukan kawasan prospek atau non prospek untuk ditambang dapat dilakukan dengan cara mengkaji data-data yang telah didapat dari kegiatan awal pertambangan yang terdiri dari prospeksi (penyelidikan) dan eksplorasi. Kegiatan prospeksi merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian, atau penemuan endapan-endapan mineral berharga yang merupakan tahap awal eksplorasi pada suatu daerah berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika. Atau dengan kata lain kegiatan ini bertujuan untuk menemukan keberadaan atau indikasi adanya bahan galian yang akan dapat atau memberikan harapan untuk diselidiki lebih lanjut. Jika pada tahap prospeksi ini tidak ditemukan adanya cadangan bahan galian yang berprospek untuk diteruskan sampai ke tahapan eksplorasi, maka kegiatan ini harus dihentikan. Apabila tetap diteruskan akan menghabiskan dana secara sia- sia. Namun jika sudah ditemukan adanya indikasi atau tanda- tanda keberadaan bahan galian yang memiliki prospek untuk ditambang dan menghasilkan keuntungan, kegiatan ini dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya yang disebut eksplorasi. Metoda prospeksi antara lain penelurusan jejak serpihan mineral (tracing float) dan pemetaan geologi dan bahan galian. metode tracing float ini digunakan terutama pada anak sungai, yang lebih mudah dilakukan pada musim kemarau. Metode ini dilakukan untuk mencari atau menemukan float bahan galian yang diinginkan, yang berasal dari lapukan zone mineralisasi yang melewati lereng bukit atau terpotong anak sungai dan terhanyutkan oleh aliran sungai. Dengan melakukan tracing float dari arah hilir ke hulu sungai, maka bisa diharapkan untuk menemukan adanya zone mineralisasi yang tersingkap pada arah hulu sungai. Pada metode ini litologi setempat sebagian besar sudah diketahui.

description

fregfregregf

Transcript of TUGAS IDENTIFIKASI

Page 1: TUGAS IDENTIFIKASI

Bagaimana cara anda mengidentifikasi kawasan prospek atau non prospek untuk ditambang?

Untuk menentukan kawasan prospek atau non prospek untuk ditambang dapat dilakukan dengan cara mengkaji data-data yang telah didapat dari kegiatan awal pertambangan yang terdiri dari prospeksi (penyelidikan) dan eksplorasi.

Kegiatan prospeksi merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian, atau penemuan endapan-endapan mineral berharga yang merupakan tahap awal eksplorasi pada suatu daerah berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika. Atau dengan kata lain kegiatan ini bertujuan untuk menemukan keberadaan atau indikasi adanya bahan galian yang akan dapat atau memberikan harapan untuk diselidiki lebih lanjut.

Jika pada tahap prospeksi ini tidak ditemukan adanya cadangan bahan galian yang berprospek untuk diteruskan sampai ke tahapan eksplorasi, maka kegiatan ini harus dihentikan. Apabila tetap diteruskan akan menghabiskan dana secara sia-sia. Namun jika sudah ditemukan adanya indikasi atau tanda-tanda keberadaan bahan galian yang memiliki prospek untuk ditambang dan menghasilkan keuntungan, kegiatan ini dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya yang disebut eksplorasi.

Metoda prospeksi antara lain penelurusan jejak serpihan mineral (tracing float) dan pemetaan geologi dan bahan galian. metode tracing float ini digunakan terutama pada anak sungai, yang lebih mudah dilakukan pada musim kemarau. Metode ini dilakukan untuk mencari atau menemukan float bahan galian yang diinginkan, yang berasal dari lapukan zone mineralisasi yang melewati lereng bukit atau terpotong anak sungai dan terhanyutkan oleh aliran sungai. Dengan melakukan tracing float dari arah hilir ke hulu sungai, maka bisa diharapkan untuk menemukan adanya zone mineralisasi yang tersingkap pada arah hulu sungai. Pada metode ini litologi setempat sebagian besar sudah diketahui.

Kedua, metode pemetaan geologi dan bahan galian. Metode ini dilakukan apabila litologi setempat pada umumnya tidak diketahui, atau diperlukan data yang rinci lagi.

Kegiatan eksplorasi bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, jumlah, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut. Selain untuk mendapatkan data penyebaran dan ketebalan bahan galian, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan contoh bahan galian dan tanah penutup.

Kemudian pada tahap selanjutnya dilakukan pengkajian terhadap penelitian yang telah dilakukan untuk menentukan apakah  kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut layak dilakukan atau tidak, kegiatan ini disebut sebagai studi kelayakan. Studi kelayakan bukan hanya mengkaji secara teknis, atau membuat prediksi secara ekonomis, namun juga mengkaji aspek nonteksnis lainnya, seperti aspek sosial, budaya, hukum, dan lingkungan.

Adapun aspek-aspek yang menjadi kajian dalam studi kelayakan adalah:

1. Aspek kajian teknis, meliputi:

Page 2: TUGAS IDENTIFIKASI

kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi, sumur uji, parit uji, pemboran, kualitas endapan, dan jumlah cadangan.

Pada saat kegiatan eksplorasi, dilakukan pengambilan sample secara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Jika survei tersebut memberikan harapan yang baik maka dapat dilakukan sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.

Selain itu, hasil dari kegiatan ini dapat juga berupa data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3D (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur. Hasil kajian data-data eksplorasi tersebut digunakan sebagai data teknis dalam menentukan pilihan sistem penambangan, apakah tambang terbuka, tambang bawah tanah atau campuran. Jika cadangan berada dekat dengan permukaan bumi maka dapat dilakukan penambangan secara tambang terbuka. Sebaliknya, jika cadangan berada jauh dari permukaan bumi maka dilakukan penambangan secara tambang bawah tanah. Penentuan metode penambangan harus memperhatikan faktor resiko dan profit yang akan didapat. Misalkan, jika endapan bahan galian berada jauh di dalam permukaan bumi maka akan digunakan metode penambangan bawah tanah. Namun, untuk merealisasikan metode tersebut tentunya juga memerlukan sarana prasarana dan biaya yang cukup banyak. Jika hasil produksi dari bahan galian tersebut tidak dapat menutup total biaya yang akan dikeluarkan maka dapat dikatakan kawasan tambang tersebut tidak memiliki prospek untuk di tambang karena tidak mendatangkan keuntungan justru akan menyebabkan kerugian.

Dari kegiatan eksplorasi juga akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, lebar/ukuran bukaan atau kemiringan lereng tambang. Berdasarkan data tersebut dapat dikaji mengenai produksi bulanan atau tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya. Jika hasil produksi cadangan yang ada tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan selama proses penambangan maka kawasan tersebut tidak memiliki prospek untuk ditambang. Selain itu, kualitas cadangan juga menjadi faktor penentu karena walaupun cadangan tersedia dalam jumlah yang banyak namun kualitasnya rendah maka keuntungan yang didapat belum tentu sebanding dengan biaya penambangan.

Jika setelah pengkajian data-data hasil eksplorasi diperoleh peluang yang baik untuk melakukan penambangan atau dengan kata lain kawasan tersebut memiliki prospek

Page 3: TUGAS IDENTIFIKASI

untuk di tambang maka dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu perencanaan tambang.

Target produksi tambang dan umur tambang

Sebelum memulai kegiatan penambangan kita harus memiliki data endapan bahan galian yang dapat diproduksi dan membuat target produksi yang harus dicapai dalam waktu tertentu untuk menutupi biaya operasi selama proses penambangan. Jika biaya operasi lebih besar daripada hasil produksi maka kawasan tersebut tidak memiliki prospek yang baik untuk dilakukan penambangan. Selain itu juga perlu dikaji mengenai seberapa banyak dan lama bahan galian yang ada di kawasan tersebut dapat ditambang.

2. Aspek kajian nonteknis, meliputi:

kajian peraturan perundang-undangan yang terkait dengan aspek ketenagakerjaan, aturan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), sistem perpajakan dan retribusi, aturan administrasi pelaporan kegiatan tambang, dan lain-lain;

kajian aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, meliputi kajian aspek hukum adat yang berlaku, pola perilaku, dan kebiasaan masyarakat setempat

Ketika membangun perusahaan tambang kita harus mendapat dukungan dari masyarakat di sekitar lokasi penambangan karena dengan hubungan yang baik dengan masyarkat sekitar akan membantu prospek tambang tersebut kedepannya. Jika kita tidak mendapat persetujuan dari masyarakat maka hal tersebut akan mengganggu kegiatan penambangan yang sedang berjalan bahkan perusahaan pertambangan tersebut dapat terancam ditutup sehingga dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar.

4. Kajian kelayakan ekonomis, adalah perhitungan tentang kelayakan ekonomis yang berupa estimasi-estimasi dengan mempergunakan beberapa metode pendekatan. Secara umum, metode pendekatan yang dimaksud biasanya melalui analisis Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Profitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period.

5. Kajian kelayakan lingkungan, berbentuk AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan- Upaya Pemantauan Lingkungan).

Apabila kawasan yang akan kita tambang memiliki prospek yang bagus namun dalam kegiatan penambangan kita tidak memperhatikan faktor lingkungan maka kegiatan kita tersebut akan mengganggu kestabilan ekologi di kawasan pertambangan tersebut dan akan mendapatkan sanksi bahkan penutupan perusahaan karena melanggar peraturan yang berlaku

Page 4: TUGAS IDENTIFIKASI

mengenai reklamasi pasca tambang. Hal tersebut tentunya akan sangat merugikan. Oleh karena itu, sebelum melakukan pembangunan usaha pertambangan kita juga harus menganalisis secara cermat dan mendalam mengenai dampak lingkungan yang akan terjadi terutama dampak terhadap pencemaran dan cara pencegahannya serta cara pengelolaan lingkungan selama proses penambangan.

ANTAM tutup tambang bauksit di tanjung pinang

VIVanews - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) menutup pertambangan bauksit unit pertambangan Kijang, di Tanjung Pinang, Riau. Tambang ini merupakan tambang yang mulanya dikelola oleh perusahaan Belanda, Naamloze Vennootschap Nederlandsch Indische Bauxit Exploitatie Maatschappij, sejak tahun 1935. Di tahun 1959, Pemerintah RI secara resmi mengambil alih tambang Kijang dan pada akhirnya menyerahkan pengelolaannya ke ANTAM di tahun 1968. Pada awalnya, tambang Kijang dapat menghasilkan 1,1 juta ton bauksit/tahun. Namun kini tambang Kijang hanya menghasilkan 300.000 ton bauksit setahun.

Oleh karena itu ANTAM menghentikan kegiatan penambangan bauksit di Kijang sejak 22 September 2009 namun ANTAM masih tetap menjalankan berbagai program pascatambang, yang meliputi kegiatan reklamasi, revegetasi, serta Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pengelolaan lingkungan dan mempercepat kemandirian ekonomi masyarakat setempat.

Berdasarkan berita tersebut, penutupan tambang oleh ANTAM dilakukan karena produksi yang dihasilkan tambang ini kian menurun. Hal tersebut disebabkan karena semakin menipisnya jumlah cadangan bauksit yang ada sehingga menjadikan kawasan tambang tersebut tidak memiliki prospek lagi untuk ditambang. Apabila kegiatan penambangan tetap dilakukan maka akan menyebabkan kerugian karena hasil produksi tidak sebanding dengan biaya produksi.