TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

download TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

of 27

Transcript of TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    1/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Identifikasi problem produksi

    Problem Produksi

    Di dalam memproduksikan fluida reservoir, selalu diusahakan agar sumur tetap berproduksi

    secara optimum. Menurunnya kapasitas produksi dan laju produksi minyak secara drastis dari

    suatu sumur minyak merupakan problem produksi. Problem produksi ini harus diidentifikasi

    secara dini untuk dapat ditangani sebelum problem terjadi maupun setelah terjadi. Penanganan

    problem produksi yang tepat akan mengembalikan sumur berproduksi dengan kapasitas yang

    optimum.

    Pada prinsipnya problem produksi yang mengakibatkan tidak optimumnya produksi minyak di

    suatu sumur dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok :

    A. Menurunnya produktivitas formasi

    - Problem kepasiran

    Gambar 1

    Problem Kepasiran

    - Problem coning baik gas maupun air

    Gambar 2

    Water Coning

    Identifikasi problem produksi 1

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    2/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    B. Menurunnya laju produksi

    - Problem emulsi

    Gambar 3

    Emulsi pada Minyak dan Air yang Dicampur Surfaktan

    Gambar 4

    Emulsi Minyak dalam Air

    - Problem scale

    - Problem korosi

    Gambar 5

    Korosi dan Scale pada Pipa

    Identifikasi problem produksi 2

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    3/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    - Problem paraffin

    Gambar 6

    Parafin Problem

    Sebab sebab Problem Produksi

    Problem produksi yang terjadi sangat bergantung pada karakteristik batuan reservoir,

    karakteristik fluida reservoir, dan kondisi reservoir itu sendiri. Oleh karena itu faktor-faktor

    diatas manjadi acuan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya problem produksi.

    Kepasiran

    Sebab sebab dari terproduksinya pasir berhubungan dengan :

    - Tenaga pengerukan (drag force), yaitu tenaga yang terjadi oleh aliran fluida dimana laju

    aliran dan visositasnya meningkat menjadi lebih tinggi.

    - Pengurangan kekuatan formasinya, hal ini sering dihubungkan dengan produksi air, karena

    melarutkan material penyemen atau pengurangan gaya kapiler dengan meningkatnya saturasi air.

    - Penurunan tekanan reservoir, dengan penurunan ini akan mengganggu sifat penyemenan antar

    batuan.Ikut terproduksinya pasir pada operasi produksi menimbulkan problem produksi. Problem

    produksi ini biasanya berhubungan dengan formasi dangkal berumur tersier yang umumnya

    batupasir berjenis lepas-lepas (unconsolidated sand) dengan sementasi antar butiran kurang kuat.

    Hal ini berarti pekerjaan komplesi sumur menjadi perhatian kritis dalam zona-zona kepasiran.

    Berdasarkan kemudahan pasir ikut terproduksi maka formasi batupasir dibedakan ke dalam tiga

    jenis sebagai berikut :

    1. Quicksand

    Pada formasi jenis ini ikatan antar butiran pasir lemah sehingga mudah bergerak bersama-sama

    fluida produksi (tersuspensi oleh fluida).

    Identifikasi problem produksi 3

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    4/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Gambar 7

    Terbentuknya Quick Sand

    Pasir ini ikut terproduksi secara kontinyu dengan kapasitas kepasiran tetap selama kapasitas

    produksi fluida juga tetap. Ikut terproduksinya pasir jenis ini tidak menyebabkan terjadinya

    pembesaran lubang di sekitar sumur karena rongga-rongga yang semula ditempati pasir yang ikut

    terproduksi selalu diisi oleh pasir yang tersuspensi fluida produksi.

    2. Packed SandFormasi pasir jenis ini mempunyai bahan penyemen yang sangat sedikit sehingga kekuatan

    sementasinya sangat lemah dan pasir mudah terproduksi bersama-sama fluida pada kapasitas

    produksi yang tertentu. Ikut terproduksinya pasir ini menyebabkan rongga-rongga di sekitar

    lubang perforasi yang semula ditempati oleh pasir yang ikut terproduksi. Pembentukan rongga-

    rongga ini tidak berlangsung terus karena pada suatu saat terbentuknya lengkungan ketsatbilan

    pasir (sand arch) di sekitar lubang perforasi yang mampu menahan terproduksinya butiran pasir

    Gambar 8

    Packed Sand

    Identifikasi problem produksi 4

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    5/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Problem lengkungan kestabilan pasir ini dapat runtuh dalam jumlah yang besar akibat adanya

    lempung atau lanau yang hampir tidak punya kekuatan rekat sama sekali terhadap butiran pasir.

    3. Friable Sand

    Gambar 9

    Friable Sand

    Pada formasi pasir jenis ini ikatan antar butirnya nampak cukup kuat tetapi pada kenyataannya

    butiran pasair dapat tererosi oleh fluida yang terproduksi. Sama halnya packed sand, jenis friable

    sand bisa menyebabkan terbentuknya rongga-rongga di sekeliling lubang perforasi. Kepasiran

    berkurang dengan terbentuknya lengkungan pasir dengan kestabilan lemah. Runtuhnya

    lengkungan pasir menyebabkan kepasiran dalam jumlah besar. Selain kekuatan formasi

    (kemampuan formasi untuk menahan butiran pasir untuk tetap pada tempatnya) maka faktor lain

    yang menyebabkan kepasiran adalahsebagai berikut :

    1. Tingginya kapasitas produksi fluida gaya seret fluida yang bekerja pada lengkungan

    kestabilan pasir juga tinggi. Jika penurunan tekanan telah melewati batas kestabilan

    lengkungan pasir, maka lengkungan kestabilan menjadi runtuh. Lengkungan kestabilan yang

    lebih kecil umumnya lebih kuat

    2. Pertambahan saturasi air menyebabkan gaya kapileritas yang menahan butiran pasir pada

    lengkungan kestabilan menjadi berkurang atau hilang sama sekali, sehingga lengkungan

    kestabilan pasir mudah runtuh.

    Faktor faktor yang mempengaruhi rusaknya kestabilan formasi pasir tercakup dalam sifat

    batuan itu sendiri disamping pengaruh fluida, faktor faktor tersebut adalah:

    1. Kecepatan aliran; adalah fungsi penurunan tekanan aliran formasi. Semakin besar aliran

    fluda, semakin besar pula gaya seret fluida yang bekerja pada busur kestabilan. Dengan

    membesarnya kecepatan fluida, kestabilan formasi semakin berkurang dan dapat

    menyebabkan runtuhnya formasi

    Identifikasi problem produksi 5

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    6/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    2. Sementasi batuan; faktor sementasi tergantung pada tingkat konsolidasi batuan. Formasi

    dengan faktor sementasi lebih kecil dari 1,8 merupakan formasi yang tidak stabil dan sering

    terjadi problem kepasiran pada formasi ini.

    3. Kandungan lempung formasi; Pada umumnya formasi pasir mengandung lempung sebagai

    matrik atau semen batuan dan kadar clay lining akan bertambah besar jika diameter pori

    pori mengecil. Biasanya lempung mempunyai sifat yang basah air atau water wet, sehingga

    apabila air bebas melewati formasi yang mengandung lempung akan menimbulkan dua

    akibat; lempung menjadi lembek dan gaya adhesi dari fluida yang mengalir terhadap material

    yang dilaluinya akan naik. Akibatnya , butiran pasir cenderung bergerak ke lubang sumur,

    apabila air formasi mulai terproduksi. Pembengkakan (swelling) lempung menyebabkan

    ruang pori semakin mengecil, sehingga porositas batuan berkurang. Dengan begitu,

    permeabilitas akan mengalami penurunan pula.

    4. Migrasi butir butir halus; butir butir halus formasi didefinisikan oleh Muecke adalah butir

    butir halus yang dapat melewati saringan mesh terkecil, yaitu 400 mesh atau 37 m,

    diendapkan sewaktu terbentuknya batuan dan masuk ke dalam formasi pada waktu operasi

    pemboran dan komplesi sumur. Material padat yang sangat halus ini terdapat di dalam ruangpori pori sebagai indiidu partikel yang bebas bermigrasi bersama aliran fluida. Dengan ikut

    terproduksinya partikel ke lubang sumur kemudian ke permukaan dan dianggap sebagai

    pasir, sedangkan sisanya akan menyumbat pori pori disekitar lubang sumur. Karena

    tertutupnya pori pori akan menyebabkan penurunan permeabilitas dan naiknya gradien

    tekanan pada busur kestabilan, sehingga gaya akibat aliran semakin tinggi. Penambahan gaya

    ini menjadi penyebab runtuhnya kestabilan formasi..

    Kepasiran dapat menghambat kelangsungan operasi produksi, baik pada sumur atau di

    permukaan. Kepasiran menimbulkan problem sebagai berikut :

    1. Kapasitas produksi turun dratis akibat naiknya butiran pasir tersuspensi dalam fluida

    produksi. Faktor lainnya antara lain : tersumbatnya lubang perforasi dan pipa salur dipermukaan.

    2. Pembengkokan selubung atau liner akibat terbentuknya rongga-rongga di sekitar lubang

    perforasi karena pasir terproduksi terus-menerus ke permukaan.

    3. Pengikisan atau erosi pada peralatan produksi di bawah permukaan dan di permukaan pada

    choke atau di persimpangan pipa salur.

    Coning

    Terproduksinya air atau gas yang berlebihan tidak hanya menurunkan produksi minyak, tetapi

    juga dapat mengakibatkan sumur ditutup atau ditinggalkan sebelum waktunya. Selain itu

    terproduksinya air atau gas yang berlebihan akan menyebabkan proses pengolahan selanjutnya

    menjadi lebih sulit. Terproduksinya air atau gas berlebihan dapat disebabkan karena:

    1. Pergerakan air atau posisi batas air minyak telah mencapai lubang perforasi.

    2. Pergerakan gas atau batas gas minyak telah mencapai lubang perforasi.

    3. Terjadinya water fingeringataugas fingering

    Identifikasi problem produksi 6

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    7/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    1. Water Coning

    Water coning didefinisikan sebagi gerakan vertikal dari air yang memotong bidang perlapisan

    formasi produktif.

    Gambar 10

    Water Coning Process

    Water coning tidak akan memotong penghalang permeabilitas vertikal kecuali pada rekahan

    alami atau buatan.

    Water coning yang tinggi sering terjadi pada reservoir terumbu karang atau reservoir lain yangmemiliki permeabilitas relatif air yang tinggi. Water coning terjadi karena produksi sumur

    melebihi kondisi aliran kritis sehingga air yang berada di aquifer terikut aliran fluida produksi

    dan menghambat aliran hidrokarbon ke permukaan.

    2. Gas Coning

    Gas coning atau terproduksinya gas secara berlebihan yang berasal dari gas terlarut dalam

    minyak, tudung gas primer atau sekunder dan aliran gas dari zona gas di atas atau di bawah zona

    minyak.

    Gambar 11

    Terjadinya Gas Coning

    Identifikasi problem produksi 7

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    8/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Pada reservoir bertenaga dorong gas terlarut terjadi kenaikkan saturasi gas (S g) akibat penurunan

    tekanan selama pengambilan minyak. Jika gas terlarut dalam minyak terbebaskan, maka gas

    mengalir menuju sumur dan menjadi fluida yang paling mobil karena tekanan yang terus-

    menerus.

    Jika tidak ada penghalang permeabilitas vertikal, maka gas mengembang ke dalam interval

    produktif. Adanya beda tekanan yang tinggi di sumur, maka gas coning terjadi pada sumur yang

    memiliki perubahan permeabilitas vertikal secara kontinyu. Dalam reservoir berlapis-lapis, aliran

    gas di atas atau di bawah zona minyak terjadi karena adanya selubung yang pecah, pecahnya

    semen dan rekahan-rekahan yang berhubungan dengan zona gas.

    Emulsi

    Emulsi adalah campuran dua jenis cairan yang tidak dapat campur.

    Gambar 12

    Emulsi

    Dalam emulsi salah satu cairan dihamburkan dalam cairan lain berupa butiran-butiran yang

    sangat kecil. Kondisi-kondisi yang menyebabkan terbentuknya emulsi adalah sebagai berikut :

    1. Adanya dua macam zat cair yang tidak saling campur pada kondisi tertentu.

    2. Adanya zat koloid yang membantu terbentuknya emulsi (emulsifying agent).

    Gambar 13

    Surfaktan, Contoh Emulsifying Agent

    Identifikasi problem produksi 8

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    9/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    3. Adanya agitasi (pengadukan) yang mampu menghamburkan salah satu cairan menjadi tetes-

    tetes (droplet) dalam cairan yang lainnya.

    Emulsi kental memiliki jumlah oksigen droplet yang dihamburkan dalam cairan lebih banyak dan

    emulsi encer adalah sebaliknya. Emulsi semacam itu ditinjau dari viskositasnya. Sedang

    berdasarkan fasanya maka emulsi dibagi menjadi dua yaitu :

    1. Air dalam emulsi minyak (water in oil emulsion) jika minyak sebagai fasa eksternal dan air

    menjadi fasa internal.

    2. Minyak dalam emulsi air (oil in water emulsion) jika sebaliknya.

    Kestabilan emulsi merupakan ketahanan emulsi terhadap tenaga yang memecahkan emulsi.

    Kestabilan emulsi tergantung pada faktor-faktor berikut ini :

    1. Emulsifying agent yang merupakan faktor penentu kestabilan emulsi. Tanpa emulsifying

    agent tidak akan terjadi emulsi yang stabil karena tenaga emulsifying agent berpengaruh pada

    kestabilan emulsi.

    2. Viskositas yang merupakan sifat keengganan fluida untuk mengalir. Minyak bervikositas

    tinggi cenderung menahan butiran air dalam jumlah besar. Minyak bervikositas tinggi

    membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melepaskan droplet air.

    3. Specific gravity (SG) yang merupakan berat zat dalam cairan per satuan volume tertentu.

    Perbedaan SG yang besar menyebabkan waktu pemisahan emulsi lebih cepat sehingga minyak

    berat (SG besar, 0API kecil) cenderung menyimpan droplet air lebih lama.

    4. Prosentase air yang besar cenderung membentuk emulsi tidak stabil karena droplet per satuan

    volumenya lebih besar sehingga bisa bergabung menjadi droplet yang lebih besar dan mudah

    terpisah dari minyak dengan gaya berat sendiri.

    Umur emulsi sejalan dengan waktu dimana masih terdapat prosentase air dalam minyak maka

    emulsi lebih stabil dan sukar diperlakukan.

    Pengendapan Scale

    Gambar 14

    Pengendapan Scale

    Identifikasi problem produksi 9

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    10/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Endapan scale adalah endapan mineral yang terbentuk pada bidang permukaan yang

    bersentuhan dengan air formasi sewaktu minyak diproduksikan ke permukaan. Timbulnya

    endapan scale tergantung dari komposisi air yang diproduksikan. Untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat reaksi pembentukan scale di bawah ini :

    1. BaCl2 + Na2SO4 BaSO4 + 2 NaCl scale barium sulfat dengan air tak kompatibel.

    2. SrCl2 + MgSO4 SrSO4 + MgCl2 scale strontium sulfat dengan air tak kompatibel.

    3. CaCl2 + Na2SO4 CaCO4 + 2 NaCl scale gipsum dengan air tak kompatibel dan

    supersaturasi.

    4. 2 NaHCO3 + CaCl2 CaCO3 + 2 NaCl + CO2 + H2O scale kalsium karbonat dengan air tak

    kompatibel.

    5. Ca(HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O scale kalsium karbonat dengan supersaturasi sampai

    terjadi penurunan tekanan, panas dan adanya agitasi.

    Air mempunyai kemampuan yang terbatas untuk mempertahankan komponennya yang terdiri

    dari ion-ion agar tetap dalam larutan air. Jika kelarutan ion terlampaui maka komponen menjadiu

    terpisah dari larutan sebagai padatan, dan membentuk endapan scale.

    Gambar 15

    Scale Pada Pipeline

    Sebab-sebab terjadinya endapan scale antara lain :

    1. Air tak kompatibel

    Air tak kompatibel adalah bercampurnya dua jenis air yang tak dapat campur akibat adanya

    kandungan dan sifat kimia ion-ion air formasi yang berbeda. Jika dua macam air ini bercampur

    maka terjadi ion-ion yang berlainan sifat tersebut sehingga menyebabkan terbentuknya zat baru

    tersusun atas kristal-kristal atau endapan scale.

    2.

    Penurunan tekananSelama produksi terjadi penurunan tekanan reservoir akibat fluida diproduksikan ke permukaan.

    Penurunan tekanan ini terjadi pada formasi ke dasar sumur, ke permukaan dan dari kepala sumur

    ke tangki penimbun. Adanya penurunan tekanan ini, maka gas CO2 jadi terlepas dari ion-ion

    bikarbonat. Pelepasan CO2 menyebabkan berubahnya kelarutan ion yang terkandung dalam air

    formasi sehingga mempercepat terjadinya endapan scale.

    3. Perubahan temperatur

    Identifikasi problem produksi 10

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    11/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Sejalan dengan berubahnya temperatur (ada kenaikkan temperatur ) terjadi penguapan, sehingga

    terjadi perubahan kelarutan ion yang menyebabkan terbentuknya endapan scale. Perubahan

    temperatur ini disebabkan oleh penurunan tekanan .

    4. Faktor-faktor lainnya

    Agitasi menyebabkan terjadinya turbulensi aliran, sehingga endapan scale lebih cepat terbentuk.

    Semakin lama waktu kontak semakin besar pula endapan scale yang terbentuk. Semakin besar

    pH larutan mempercepat terbentuknya endapan scale.

    Pengendapan Parafin dan Aspal

    Gambar 16

    Pengendapan Parafin

    Terbentuknya endapan parafin dan aspal disebabkan oleh perubahan kesetimbangan

    fluida reservoir akibat menurunnya kelarutan lilin dalam minyak mentah. Pengendapan yang

    terjadi pada sumur produksi dipengaruhi oleh kelarutan minyak mentah dan kandungan lilin

    dalam minyak. Kristal-kristal lilin yang menjarum berhamburan dalam minyak mentah saat

    berbentuk kristal-kristal tunggal. Bahan penginti (nucleating agent) yang terdapat bersama-sama

    dengan kristal lilin dapat memisahkan diri dari larutan minyak mentah dan membentuk endapan

    dalam sumur produksi.

    Penyebab utama terbentuknya endapan parafin dan aspal adalah penurunan tekanan

    karena kelarutan lilin dalam minyak mentah menurun saat menurunnya temperatur. Adanya

    gerakan ekspansi gas pada lubang perforasi dan di dasar sumur dapat menyebabkan terjadinya

    pendinginan atau penurunan temperatur sampai di bawah titik cair parafin, sehingga timbul

    parafin dan aspal. Terlepasnya gas dan hidrokarbon ringan dari minyak mentah bisa

    menyebabkan penurunnan kelarutan lilin, sehingga terbentuk endapan parafin dan aspal. GORyang tinggi dapat mempercepat terbentuknya endapan parafin dan aspal.

    Korosi

    Problem korosi timbul akibat adanya air yang berasosiasi dengan minyak dan gas pada

    saat diproduksikan ke permukaan. Air bersifat asam atau garam, atau keduanya dan

    kecenderungan mengkorosi logam yang disentuhnya. Besi umumnya mudah bersenyawa dengan

    sulfida dan oksigen, sehingga korosi yang dihasilkan berupa feri oksida. Untuk itu adanya

    Identifikasi problem produksi 11

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    12/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    anggapan bahwa korosi merupakan reaksi antara besi dengan oksigen atau hidrogen sulfida

    sebagai berikut :

    4 Fe+++ + 3 O2 2 Fe2O3 (karat)

    Fe++ + H2S FeS + H2 (karat)

    Besi tidak bisa bereaksi dengan oksigen kering atau hidrogen sulfida kering pada temperatur

    biasa karena korosi hanya dapat terjadi jika ada air.

    Korosi sebenarnya merupakan proses elektrokimia yaitu proses listrik yang terjadi setelah

    reaksi kimia dan disebabkan oleh kandungan garam dan asam dalam air. Jika ada dua permukaan

    logam berbeda muatan listrik maka terjadi aliran listrik melalui air.

    Korosi pada logam dapat dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

    1. Pengaruh komposisi logam, dimana setiap logam yang berbeda mempunyai kecenderungan

    yang berbeda terhadap korosi.

    2. Pengaruh komposisi air, dimana pengkaratan oleh air akan meningkat dengan naiknya

    konduktivitas. Disamping itu pengkaratan oleh air juga akan meningkat dengan menurunnya pH

    air.

    3. Kelarutan gas, dimana oksigen, karbon dioksida atau hidrogen sulfida yang terlarut didalam

    air akan menaikkan korosivitas secara drastis. Gas yang terlarut adalah sebab utama problem

    korosi.

    Identifikasi Problem Produksi

    Untuk mengetahui problem produksi, perlu dilakukan identifikasi problem produksi tersebut,

    dalam usaha pencegahan dan penanggulangannya. Sehingga bila terjadi penurunan kapasitas

    produksi dari sumur minyak, maka segera dapat dilakukan penanggulangan. Usaha

    penanggulangan problem produksi secara tepat akan mengembalikan produksi sumur menjadi

    berproduksi dengan kapasitas optimum.

    Problem produksi yang mengakibatkan tidak optimumnya minyak yang diproduksikan di suatu

    sumur, yaitu pertama menurunnya produktifitas formasi. Pengidentifikasian problem produksi inibertumpu pada reservoar dan masalahnya. Macam problem yang menyebabkan menurunya

    produktifitas formasi, antara lain; problem kepasiran, problem produksi air dan gas berlebihan,

    invasi cairan dan invasi padatan. Kedua, menurunnya laju produksi. Pengidentifikasian problem

    produksi yang kedua ini dititikberatkan pada material produksi. Akibat yang ditimbulkan lebih

    luas, tidak hanya di formasi tetapi juga dapat berlanjut sampai ke permukaan, bahkan sampai ke

    refinery (pengilangan). Problem ini meliputi: problem emulsi, problem scale, problem korosi,

    problem parafin.

    Identifikasi problem produksi secara visual dilakukan di permukaan dengan cara mengamati laju

    produksi yang tercatat pada meter aliran. Penurunan laju produksi secara drastis memberikan

    informasi adanya problem produksi pada sumur. Analisa BS&W (Basic Sediment & Water) yang

    diambil di kepala sumur, choke manifold dan keluaran separator juga dapat mengidentifikasikan

    adanya problem produksi. Telah diketahui bahwa hasil analisa BS&W (dalam persen) bisa

    memberikan informasi tentang jumlah sedimen/padatan dalam minyak mentah berhubungan

    kepasiran atau air formasi yang mengandung bahan-bahan pembentuk endapan scale, gas-gas

    korosif dan bahan emulsi. Analisa lanjutan adalah analisa fluida reservoir (uji PVT) di

    laboratorium untuk mendapatkan sifat fisik fluida.

    Identifikasi problem produksi 12

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    13/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Uji produksi menghasilkan data laju produksi untuk masing-masing fasa yaitu laju produksi

    minyak (Qo), air (Qw) dan gas (Qg), sehingga identifikasi problem produksi seperti water atas gas

    coning dapat dilakukan dengan mengamati rasio gas/minyak (GOR), kadar air (WC) dan rasio

    air/minyak (WOR).

    Uji produksi adalah kegiatan produksi sumur yang dilakukan secara rutin. Choke manifold atau

    orifice digunakan dalam uji produksi untuk mendapatkan data laju produksi gas. Laju produksi

    minyak diperoleh dari separator atau tangki pengumpul. Sedangkan basic sediment and water

    (BS dan W) didapatkan melalui centrifuge.

    A. Peralatan Produksi

    Peralatan uji produksi di permukaaan antara lain : choke manifold, separator, tangki pengumpul

    dan centrifuge yang dipakai untuk mengukur besaran-besaran produksi.

    1. Choke Manifold

    Gambar 17

    Choke Manifold

    Choke manifoldmempunyai dua fungsi yaitu :

    a). Mengatur aliran dari wellhead. Untuk keperluan ini choke manifold memiliki tiga cabang

    yaitu :

    - Manifold baypass (tengah) digunakan untuk mengalirkan fluida pada saat clean up period.

    - Choke manifold (kiri dan kanan) digunakan untuk mengatur kapasitas aliran fluida yang

    masuk separator pada saat flowing period dengan mengganti-ganti ukuran-ukuran choke yang

    telah dipersiapkan. Penggantian ukuran choke menyebabkan perubahan tekanan dan temperaturkepala sumur (FWHP dan FWHT).

    Identifikasi problem produksi 13

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    14/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Gambar 18

    Manifold Bypass

    b). Menutup aliran fluida dari wellhead bila diperlukan. Misalnya untuk memperoleh data

    tekanan dan temperatur di kepala sumur pada waktu tutup sumur (SWHP dan SWHT).

    2. Separator

    Fungsi utama separator adalah untuk memisahkan gas, minyak dan air yang datang dari sumur

    minyak atau gas, sehingga dapat dilakukan pengukuran data laju produksi gas, minyak dan air.

    Laju produksi dapat berubah jika ukuran choke yang dipasang di manifold dirubah. Bentuk

    separator ada tiga macam yaitu : vertikal, horisontal dan sferikal.

    Gambar 19

    Horizontal Separator

    3. Tangki Pengumpul

    Tangki pengumpul digunakan untuk menampung minyak dan air yang keluar dari separator-

    separator dengan maksud untuk mengambil tambahan sampel fluida, jika oil meter atau water

    meter tidak berfungsi dengan baik untuk mengukur laju produksi minyak atau air dan untuk

    kepentingan kalibrasi kapasitas minyak atau air dan untuk kepentingan kalibrasi kapasitas

    Identifikasi problem produksi 14

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    15/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    minyak atau air dapat ditentukan pada tangki pengumpul. Caranya dengan mengukur waktu yang

    dibutuhkan untuk pengisian satu satuan tangki pengumpul yang sudah diberi tanda (misalnya 1

    bbl) kemudian dilakukan perhitungan kapasitas produksinya.

    Gambar 20

    Tangki Pengumpul

    B. Laju Produksi Minyak, Gas dan Air

    Laju produksi dari sumur bisa terdiri dari tiga macam yaitu laju produksi minyak, gas dan air.

    Besarnya ketiga laju produksi sangat penting dalam uji produksi. Laju produksi minyak (Qo)ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

    ....................................................(3-1)

    dimana

    Qo = Laju Produksi minyak pada keadaan standart, STBO/d.

    Fm = Koefisien oil meter. Ditentukan dari kalibrasi oil meter dan

    umumnya diambil Fm = 1.

    K = Koreksi volume ke temperatur standart (600

    F).Shr = Faktor penyusutan minyak. Ditentukan dari shrinkage meter.

    BSW = Basic sediment and water. Ditentukan dengan centrifuge.

    R = Selisih pembacaan oil meter, bbl untuk interval T.

    T = Interval waktu alir, jam.

    Untuk mengukur minyak bersih memakai meteran aliran, maka faktor meteran harus

    ditetapkan dulu melalui kalibrasi. Jika meteran dengan kompresator temperatur dan gravity

    otomatis, maka pembacaan sudah dikonversikan untuk

    volume minyak pada 600F.

    Laju produksi air (Qw) dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

    Laju produksi gas (Qg) dihitung berdasarkan pembacaan tekanan, temperatur, gas gravity dan

    ukuran jepitan atau orifice yang digunakan :

    Identifikasi problem produksi 15

    http://3.bp.blogspot.com/-WAFR8ZA1AIE/TgoR6Tt36II/AAAAAAAAABo/M0MY0WiSi54/s1600/New+Picture+(1).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-57Lyh_cDzeo/TgoRTu4IYdI/AAAAAAAAABk/sPVo9Kni8H0/s1600/New+Picture.png
  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    16/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    1. Perhitungan melalui jepitan (di kepala sumur) untuk temperatur alir dan gas gravity diketahui

    :

    ............................................................................(3-3)

    2.

    Perhitungan melalui jepitan untuk temperatur alir dan gas gravity tidak diketahui :

    dimana :

    Qg = laju produksi gas, MSCF/d.

    C = Koefisien jepitan.

    P = Tekanan masuk, psi.

    g = Specific gravity gas.

    T = Temperatur alir, 0R (T0R = 460 + T0F).

    3. Perhitungan melalui orifice meter (di separator )

    ................................................................(3-5)

    dimana :

    Qg = Laju produksi gas pada kondisi reservoir, cuft/d

    C1 = Konstanta aliran orific. Yaitu kapasitas aliran dalam cuft/jam

    pada kondisi reservoir jika pressure extension, .hw = Beda tekanan, in. Udara.

    Pf = Tekanan statik, psi.

    Harga C1 dapat diperoleh dari hasil kali beberapa faktor yang dinyatakan

    sebagai berikut :

    ........................................(3-6)

    dimana :

    Fb = Faktor dasar aliran orific.

    Fr = Faktor bilangan Reynolds.

    ............................................................................(3-7)

    Y = Faktor ekspansi.

    Fpb = Faktor tekanan dasar sumur.

    Ftb = Faktor temperatur dasar sumur.

    ........................................................................................(3-8)

    Identifikasi problem produksi 16

    http://3.bp.blogspot.com/-kCPN52g43DE/TgoTNQZSkaI/AAAAAAAAAB4/dvEpnSzoXFg/s1600/New+Picture+(4).pnghttp://2.bp.blogspot.com/-_fAqT96ZFjg/TgoSt0593BI/AAAAAAAAAB0/uP8ftM5quGA/s1600/New+Picture+(2).pnghttp://4.bp.blogspot.com/-ncdIBw1z0BY/TgoSVpSywCI/AAAAAAAAABs/4J8xqDnKNuk/s1600/New+Picture+(3).png
  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    17/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Tb = Temperatur dasar sumur absolut.

    Fg = Faktor specific gravity gas.

    Ftf = Faktor temperatur alir gas yang diukur bukan pada 600F.

    ........................................................................................(3-9)

    Tf = Temperatur alir absolut sebenarnya.

    Fm = Faktor meteran (hanya alat ukur jenis merkuri).

    Fpv = Faktor superkompressibilitas.

    C. Gas Oil Ratio, Water Oil Ratio dan Gas Liquid Ratio

    Selama berlangsungnya produksi terjadi penurunan tekanan reservoir terus-menerus. Setelah

    melewati tekanan titik gelembung maka gas yang semula terlarut dalam minyak terbebaskan. Gas

    yang terbebaskan ini ikut terproduksi bersama minyak. Rasio gas/minyak (GOR) adalah

    perbandingan gas bebas atau gas terlarut dalam minyak dan gas tanpoa adanya air yang ikut

    terproduksi, maka minyak dan gas ikutan mengalir bersama-sama ke permukaan. Secara

    matematis, GOR dinyatakan sebagai perbandingan antara laju produksi gas (Qg) dan lajuproduksi minyak (Qo) dalam kondisi reservoir sebagai berikut :

    Gambar 21

    Metode Estimasi GOR

    ..........................................................................(3-10)

    Untuk menyatakan kondisi permukaan, maka Persamaan 3-26 berubah menjadi :

    ..................................................(3-11) dimana :

    GOR = R s = Rasio gas/minyak pada kondisi reservoir, SCF/STB.

    Qg = Laju produksi gas, cuft/d.

    Qo = Laju produksi minyak, bbl/d.

    kg = Permeabilitas efektif gas, md.

    ko = Permeabilitas efektif minyak, md.

    g = Viskositas gas, cp.

    o = Viskositas minyak, cp.

    Identifikasi problem produksi 17

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    18/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    (GOR)PERMUKAAN = RP = GOR Produksi, SCF/STB.

    Bo = Faktor volume formasi minyak, bbl/STB.

    Bg = Faktor volume formasi gas, cuft/SCF.

    Untuk Ps di atas Pb, maka produksi fluida belum menghasilkan gas bebas sehingga harga GOR

    sama dengan keluaran gas dalam minyak mula-mula (Rsi). Dengan naiknya produksi kumulatif,

    maka Ps sampai di bawah Pb dan gas bergerak ke permukaan sehingga Sg sumur naik dan ko

    turun, yang selanjutnya menaikkan GOR produksi.

    Rasio air/minyak (WOR) adalah perbandingan antara laju produksi air (Qw) terhadap laju

    produksi minyak (Qo). Jika reservoir berproduksi minyak dan air tanpa adanya gas yang ikut

    terproduksi, maka minyak dan air mengalir bersama-sama ke permukaan. Pada kondisi reservoir

    besarnya WOR dapat ditulis sebagai berikut :

    ..........................................................................(3-12)

    Untuk kondisi permukaan WOR dinyatakan sebagai berikut :

    ..........................................................................(3-13)

    dimana harga faktor volume formasi air (Bw) = 1.0 bbl/STB.

    Jika aliran minyak yang bercampur dengan air dan gas, maka diturunkan persamaan rasio

    gas/cairan (GLR). GLR didefinisikan sebagai perbandingan antara laju produksi gas (Qg) dan laju

    produksi cairan total (Qo + Qw). Persamaan GLR dinyatakan sebagai berikut :

    ......................................(3-14)

    dimana w = viskositas air (cp) dan kw = permeabilitas efektif air (md) dan Bw = 1.0

    bbl/STB.

    D. Basic Sediment and Water

    Identifikasi problem produksi 18

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    19/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Gambar 22

    Proses Terbentuknya Batuan Sedimen

    Penentuan kadar air dan sedimern (BS & W) dari minyak mentah dilakukan memakai centrifuge

    yang terdiri dari centrifuge, centrifuge tube 100 ml dan transformer. Sampel BS & W diambil di

    kepala sumur, choke manifold atau keluaran separator jika dimungkinkan.

    Caranya adalah sebagai berikut :

    1. Mengambil 100 ml sampel minyak dari kepala sumur sebanyak 4 kali.

    2. Memasukkan sampel ke dalam centrifuge tube dalam posisi berpasangan.

    3. Centrifuge tube dimasukkan ke dalam centrifuge.

    4. Menghubungkan centrifuge dengan trnasformer.

    5. Mengatur timer dalam 10 menit.

    6. Mengatur regulator pada posisi 0 dan membaca putaran tiap menit (rpm).

    7. Setelah berhenti, mengambil centrifuge tube dan melaporkan BS & W dalam prosen.

    8. Jika minyak berelmusi tinggi, maka sampel ditambahkan emulsion breaker 3 tetes.

    Informasi yang bisa didapatkan dari analisa BS & W adalah identifikasi kandungan

    sedimen/padatan dalam minyak mentah, emulsi, korosi & scale.

    E. Identifikasi Water Cut

    Identifikasi water cut pertama kali dengan mengamati kelakuan kurva log resistivitas,

    baik kurva resistivitas induksi dalam (Rd) dan mikrosferikal (RMSFL) ditunjang dengan log

    porositas densitas-netron dan kurva gamma ray. Kurva resistivitas mendefinisikan keberadaan air

    yang memiliki konduktivitas tinggi (beresistivitas rendah) dari pembacaan kurva Rd < RMSFL.

    Kurva densitas dan netron menunjukkan harga yang tinggi, karena air berdensitas tinggi dan

    banyak mengandung atom hidrogen minyak. Kurva gamma ray mendefinisikan lapisan porus dan

    permeabel berkandungan air dan minyak.

    Identifikasi problem produksi 19

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    20/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Identifikasi selanjutnya dilakukan dengan uji produksi melalui pengukuran laju produksi

    air dan laju cairan total. Water Cut (WC) didefinisikan sebagai perbandingan antara laju produksi

    air (Qw) dan laju propduksi cairan total (Qo + Qw) dan dinyatakan sebagai berikut :

    ..................................................(3-15)

    dimana : Bw = 1.0 bbl/STB.

    Identifikasi Kepasiran

    Problem kepasiran terjadi akibat rusaknya kestabilan dari ikatan butir-butir pasir yang

    disebabkan oleh adanya gaya gesekan serta tumbukan yang ditimbulkan oleh suatu aliran dari

    fluida dimana laju aliran yang terjadi melampaui batas maksimum dari laju aliran kritis yang

    diperbolehkan, sehingga butiran-butiran pasir akan ikut terproduksi bersama-sama minyak ke

    permukaan.

    Butiran - butiran pasir yang terkumpul di dalam suatu sistem akan membentuk suatu ikatan antar

    butiran itu sendiri dalam suatu ikatan sementasi yang mana ikatan sementasi tersebut membuat

    butiran-butiran itu pasir bersatu dan kuat. Semakin besar harga faktor sementasi yang didapat,maka akan semakin kuat ikatan antar butiran butiran pasir yang ada dan semakin

    terkonsolidasi, demikian juga sebaliknya semakin rendah harga faktor sementasi, semakin rendah

    tingkat konsolidasinya, dan akhirnya butiran - butiran pasir tersebut akan mudah lepas.

    Harga faktor sementasi ini dapat diketahui dari analisa yang dilakukan pada core yang

    didapatkan dan analisa tersebut merupakan analisa core spesial yang merupakan rangkaian dari

    suatu penilaian formasi. Dimana merupakan harga faktor sementasi yang diperoleh dapat

    digunakan untuk mengidentifikasikan adanya kemungkinan problem kepasiran, semakin kecil

    faktor sementasi yang diperoleh maka semakin besar kemungkinan problem kepasiran terbentuk.

    Archie mengemukakan suatu persamaan yang meupakan hubungan antara porositas, faktor

    sementasi dan faktor formasi, yang dapat digunakan untuk menentukan sementasi batuan, ini

    ditunjukkan dalam persamaan :

    ..(3-16)

    ..(3-17)

    dimana ;

    F = faktor formasi

    = porositas batuan

    m = faktor sementasi

    Ro = resistivitas batuan dengan saturasi 100% air

    Rw = resistivitas air formasi

    Identifikasi problem produksi 20

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    21/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Tabel III 1

    Faktor Sementasi untuk Berbagai Jenis Batuan

    Litologi Harga m

    Batupasir

    Loose uncemented sand

    Slightly cemented sand

    Moderatly cemented sand

    Well cemented sand

    Batugamping

    Moderatly porous limestone

    Some oolitic limestone

    1,3

    1,3 1,7

    1,7 1,9

    1,9 2,2

    2

    2,8

    Gambar 23

    Proses Sementasi Geologi

    3.1.1. Identifikasi ConingProduksi air atau gas yang berlebihan sebelum waktunya merupakan indikasi terjadinya water /

    gas coningdan water / gas fingering. Oleh karena itu sejak awal produksi, sumur sudah harus

    diperhatikan kemungkinan kemungkinan penanggulangannya.

    Penyebab water / gas coningadalah adanya zone air / gas yang cukup besar dibawah maupun

    diatas zone minyak. Untuk mengidentifikasi suatu sumur akan mengalami water / gas coning

    perlu diketahui antara lain:

    Identifikasi problem produksi 21

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    22/27

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    23/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    yang dilakukan di laboratorium. Adapun metode yang digunakan adalah Dean and Stark

    Methode , ini merupakan pengidentifikasian problem emulsi secara tidak langsung

    Sedangkan identifikasi secara langsung dapat dilihat dari hasil production test yang berupa yang

    berupa water oil ratio (WOR). Dari WOR tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar harga

    WOR maka makin besar pula kandungan air dalam minyak, maka tendensi untuk timbulnya

    emulsi menjadi makin besar. Disamping itu dari tipe tenaga pendorong air (water drive

    mechanism) juga dapat menimbulkan emulsi karena semakin banyak air yang ikut terproduksi

    sejalan dengan produksi jika dibandingkan dengan minyak yang ada.

    Pada analisa fluida formasi tadi harga standar yang diijinkan untuk perbandingan antara air

    dengan minyak berkisar antara 2 3%. Diatas ataupun dibawah harga standart tersebut dapat

    menyebabkan kemungkinan timbulnya emulsi, baik itu water in oil emultion maupun oil in water

    emultion

    Identifikasi Endapan Scale

    Identifikasi problem dapat dilakukan dari air formasi yang diambil dari production test.

    Identifikasi ini dilakukan dengan mengadakan perhitungan kelarutan.

    Perhitungan kelarutan dapat digunakan untuk meramalkan pembentukan beberapa scale.

    Perhitungan tersebut mengindikasikan derajat dan scaling tendensi (kecenderungan pembentukan

    scale). Harga yang didapat dari prosedur perhitungan sebaiknya diambil hanya sebagai petunjuk

    karena anggapan yang mempermudah telah dibuat pada penurunan setiap persamaan. Sedangkan

    kelarutan pada air alamiah adalah gejala yang komplek. Apabila ditemukan sumber air yang

    menunjukkan gejala scaling maka harus dihindari atau melakukan treatment. Begitu pula harus

    dihindari tercampurnya air yang analisa komposisinya menunjukkan kecenderungan

    pengendapan scale. Berikut akan diuraikan perhitungan kelarutan calsium carbonat, calsium

    sulfat, dan barium sulfat.

    a. Perhitungan calcium carbonat

    Metode yang dipakai adalah metode StiffdanDavis sebagai perluasan metodeLangelier. Indekskelarutan dari Langelier dikembangkan untuk memperkirakan pembentukan scale CaCO3 dari

    fresh wateroleh StiffdanDavis untuk digunakan dalam analisa air formasi.

    Persamaan empirisnya adalah sebagai berikut:

    SI = pH pHs .(3-18)

    pHs = K p Ca p Alk .(3-19)

    SI = pH K p Ca p Alk .(3-20)

    Dimana :

    SI = Scaling indeks. Jika SI berharga (-), air dibawah kejenuhan dan scale tidak

    terbentuk.

    pH = pH air sebenarnya

    K = konstanta yang merupakan fungsi komposisi, salinitas dan temperatur air. Harga

    K didapat dari hubungan grafik dengan ionic strength dan temperatur air.

    Ionic Strength adalah :

    = (c1z12 + c2z2

    2 + c3z32 + .. cnzn

    2)

    c = Konsentrasi ion dalam mole/1000 gr air

    z = Valensi ion

    Identifikasi problem produksi 23

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    24/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Dimana total alkalinity = CO32- + HCO3

    -

    Dalam menghitung kelarutan Kalsium Carbonat dengan cara ini, kita harus mengetahuipH, temperatur air dan konsentrasi ion-ion : Na+, Ca++, Mg++, Cl-, CO3

    2-, HCO3-, dan SO.

    Sangat penting bahwa pH CO32- dan HCO3

    - diukur di lapangan segera setelah contoh diambil,

    karena parameter ini berubah sangat cepat setelah sampling. Perhitungan yang akurat tidak bila

    diperoleh di laboratorium.

    Harga K adalah fungsi dari ionis strength dan chart untuk menentukan p Ca dan p Alk yang

    didapat dari grafik (Lampiran).

    Hasil dari perhitungan dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Hasil SI negatif, maka air tidak jenuh dengan CaCO3 dan scale tidak terbentuk.

    2. Hasil SI positif, maka air diatas kejenuhan CaCO3 dan terdapat indikasi terbentuknya scale.

    3. Hasil SI nol, maka air pada titik kejenuhan.

    b. Perhitungan kelarutan Calcium Sulfate (Gypsum)

    Metode yang digunakan adalah Metode Skillman, McDonald dan Stiff. Metode ini banyak

    digunakan untuk memperkirakan kelarutan Gypsum di lapangan minyak pada temperatur diatas

    80oC.

    Metode ini didasarkan pada penguykuran kelarutan thermodinamika dan mempunyai dasar

    teoritis sebagai berikut :

    ..(3-21)

    Dimana :S = Kelarutan gypsum hasil perhitungan (meq/l)

    K = Konstanta yang merupakan fungsi komposisi air dan temperatur yang disebut Solubility

    Product Constant(konstanta hasil kelarutan). Harga K didapat dari grafik korelasi dengan ionic

    strength seperti halnya pada CaCO3. k sebagai fungsi ionic strength diberikan pada lampiran.

    X = Kelebihan konsentrasi ion dalam grol/liter. Ini adalah perbedaan konsentrasi ion Calcium

    dan Sulfate.

    Data yang sama diperlukan dalam perhitungan ini seperti halnya pada perhitungan SI.

    Perhitungan kelarutan gypsum (ml/l) dibanding dengan konsentrasi aktual Ca== dan SO42- yang

    terdapat di dalam air.

    Jika S lebih kecil dari yang terkecil dari kedua konsentrasi (Ca++ dan SO42-) maka scale gypsum

    akan terbentuk. Jika S lebih besar maka air tidak dijenuhi oleh gypsum dan scaling tidak

    mungkin terbentuk.

    c. Perhitungan kelarutan Barium Sulfate

    Kita dapat mempekirakan kelarutan BaSO4 dalam air yang mengandung ion sodium dan chlorida

    yang agak dominan dan ion calcium yang sangat kecil, tetapi hal tersebut tidak begitu penting

    karena kelarutan BaSO4 sangat terbatas sehingga adanya ion Ba++ dan SO4

    = menujukkan

    kemungkinan terbentuknya scale.

    Identifikasi problem produksi 24

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    25/27

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    26/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Identifikasi Korosi

    Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya problem korosi, yaitu :

    1. Pemeriksaan secara langsung

    Pada metode ini peralatan yang digunakan diperiksa secara langsung kerusakan yang terjadi

    akibat adanya korosi. Metode ini memang mudah dan sederhana, tetapi tentu saja

    pemeriksaannya hanya terbatas pada peralatan yang terlihat oleh mata, sedang bagian dalam

    peralatan digunakan peralatan tersendiri.

    a. Caliper Survey

    Caliper survey dilakukan untuk memeriksan bagian dalam tubing atau casing. Cara ini sangat

    berguna untuk mengetahui area kerusakan akibat korosi.

    Gambar 25

    Micro Caliper

    b. Casing Thickness Log

    Disini digunakan suatu alat untuk mengukur ketebalan casing. Jika logam yang hilang dari

    bagian dalam casing diukur dengan caliper log, maka kehilangan logam pada bagian luar casing

    dapat diperkirakan dari data thickness log.

    Gambar 26

    Casing Thickness Log

    c. Mengukur Kehilangan Logam dengan Coupons

    Disini sepotong logam (coupon) disisipkan ke dalam sistem untuk suatu waktu tertentu.

    Sebelumnya logam tersebut ditimbang dahulu. Dengan demikian dapat ditentukan jumlah logam

    yang hilang, masa jenis logam dan waktu yang diperlukan. Laju korosi biasa dinyatakan dalam

    mils per year (MPY).

    Identifikasi problem produksi 26

  • 7/27/2019 TUGAS 4 Identifikasi Problem Produksi

    27/27

    TUGAS KE-4 Zefano Valery Lomarga 071.11.368

    Adapun satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan derajat korosi adalah:Laju korosi < 5 MPY ; korosi ringan

    Laju korosi 5 MPY ; korosi sedang

    Laju korosi 15 MPY ; korosi berat

    2. Pemeriksaan secara tidak langsung

    Mengetahui korosi secara tidak langsung yaitu dengan mengadakan analisa air formasi, hal ini

    dimaksudkan untuk:

    a. Memperkirakan adanya korosi dengan menentukan kadar O2, H2S, CO2 dalam airyang diproduksikan.

    b. Mengetahui efektifitas inhibitor dengan jalan menentukan kadar besi dalam fluida

    yang diproduksikan sebelum dan sesudah pemakaian inhibitor.

    3. Pengukuran ketebalan metal dari satu sisi

    Dengan menggunakan audio gauge dan penetron dapat mengukur ketebalan pipa dan dinding

    tangki hanya dari satu sisi sisi saja. Audio gauge mengukur kecepatan suara dalam metal

    sedangkan penetron mengintensitaskan sinar gamma yang dihamburkan oleh metal.