Tugas I Metolak

download Tugas I Metolak

of 11

description

st

Transcript of Tugas I Metolak

UNIVERSITAS INDONESIA

RESUME MATA KULIAH METODE PENELITIAN AKUNTANSICASE STUDY RESEARCH IN ACCOUNTING & COST MANAGEMENT IN SRI LANKA: A CASE STUDY ON VOLUME, ACTIVITY, AND TIME AS COST DRIVERS

Oleh:1. Arif Beta Hendriyanto NPM 12063168432. Dwi Irfan YudiyatnoNPM3. Rinai PurnamasuriNPM4. Tri Juli Astuti Sihombing NPM

PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMIPROGRAM STUDI AKUNTANSISALEMBASEPTEMBER 2014CASE STUDY RESEARCH IN ACCOUNTING (PENELITIAN STUDI KASUS DALAM AKUNTANSI)

PENGANTARPenelitian akuntansi secara periodik mendapat tantangan tentang relevansi praktik dan perkembangan pencapaian ilmiah dari penelitian tersebut (Reiter dan Williams 2002; Hopwood 2007). Studi kasus dapat membantu peneliti untuk menjawab tantangan tersebut dan berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan. Kita menggunakan contoh dari akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, dan audit untuk menunjukkan nilai studi kasus dalam membuat materi penelitian akuntansi, baik untuk mengembangkan teori maupun meningkatkan praktik.Kebanyakan akuntan mengenal studi kasus dalam hubungannya dengan bidang pendidikan. Mereka memberikan contoh nyata yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, tidak sedikit untuk menghasilkan pengetahuan bagaimana cara sebuah prinsip umum dapat diterapkan dalam hal yang lebih spesifik, dan bahkan hal yang kompleks. Cooper dan Morgan (2005) memfokuskan penulisan paper pada studi kasus untuk tujuan penelitian. Perbedaan yang penting antara studi kasus untuk pembelajaran dan studi kasus yang berorientasi penelitian adalah aturan pusat dari kedua teori tersebut.Studi kasus adalah pendekatan penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terorganisir, untuk menghasilkan informasi tentang topik serta produk dari pendekatan ini. Bagi kita, penelitian studi kasus adalah pendalaman dan pemeriksaan kontektual mengenai organisasi tertentu atau peristiwa yang secara eksplisit menangani teoriPendekatan studi kasus tidak hanya menentukan apakah sebuah teori seharusnya menginformasikan studi atau digunakan untuk mendapatkan dan menganalisa data. Penelitian dengan pendekatan studi kasus bermanfaat ketika peneliti melakukan penelitian atas:Comment by Bagian Kepegawaian: ini ku tambahin subjeknya1. Fenomena kompleks dan dinamis ketika banyak variable yang digunakan;2. Praktik aktual; termasuk detil tentang aktivitas yang signifikan;3. Fenomena yang penting karena pengaruh dari fenomena tsb dapat dipelajari.Yin (1989) mencatat bahwa studi kasus sama seperti menjawab pertanyaan Bagaimana dan Kenapa. Praktisi menemukan bahwa pertanyaan Bagaimana menjadi sangat penting. Studi kasus sangat berharga dalam menggambarkan secara rinci tentang bagaimana inovasi baru dalam akuntansi dan audit benar-benar dilakukan. Studi kasus juga membahas tentang pertanyaan Kenapa. Schon (1983, 50) berpendapat bahwa studi kasus berharga bagi "seluruh proses refleksi dalam aksi", yang merupakan pusat untuk seni dimana praktisi kadang-kadang menghadapi situasi ketidakpastian, ketidakstabilan, keunikan, dan konflik nilai.Meskipun setiap pendekatan penelitian dapat fokus pada pertanyaan bagaimana atau kenapa, pendekatan non kasus biasanya menekankan pertanyaan yang berbeda. Analisis statistik yang menggunakan banyak data, memiliki keunggulan komparatif dalam menjawab pertanyaan seberapa banyak, misalnya untuk mengukur rata-rata kompensasi bagi CEO. Selain itu, penelitian mungkin secara khusus dapat menjawab pertanyaan apa, seperti apa tanggapan individu terhadap usulan pengukuran dan pengungkapan dalam akuntansi. Studi kasus, penelitian arsip, dan eksperimen adalah pendekatan penelitian yang saling melengkapi.Untuk menggambarkan sifat saling melengkapi dari berbagai pendekatan, kantor akuntan berusaha untuk mengembangkan audit, melalui:1. Analisa data statistik atas akun-akun khusus;2. melakukan studi uji coba (piloting) sebelum diterapkan prosedur audit yang baru; 3. mempelajari kasus praktik terbaik dari audit, mengingat bahwa klien, staf audit, regulator, dan mitra mungkin berbeda penilaian tentang apa yang terbaik.

MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN MELALUI KASUSPenelitian studi kasus muncul dalam berbagai bentuk, tapi perlu dikaji apakah penelitian tersebut memiliki potensi yang signifikan untuk memberikan kontribusi bagi praktik yang ada. Pembatasan ini mengharuskan kita untuk menjelaskan lebih lanjut kriteria dalam menilai penelitian akuntansi tersebut penting dan relevan, serta bagaimana kaitannya dengan keahlian professional.Comment by Bagian Kepegawaian: ini tambahan ajaWalaupun prinsip yang berlaku umum dapat direplikasi, serta berbasis pengetahuan empiris mungkin dicapai dalam ilmu alam, dan dapat membantu menjawab banyak pertanyaan dalam akuntansi, tetapi beberapa komentator menunjukkan keterbatasan penelitian akuntansi dalam menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat. Keterbatasan tersebut antara lain, 1) hasil penelitian akuntansi sulit untuk digeneralisasikan ke dalam bidang serupa, 2) kurang relevan bagi para praktisi, terutama berkaitan dengan asumsi yang digunakan dan kompleksitas dari fenomena yang diteliti.Kasus dapat dipilih untuk memahami diskontinuitas dan ketidakseimbangan, dimana penelitian menggunakan sampel besar cenderung menganggap stabilitas temporal dan menekankan keseimbangan. Inilah keuntungan dari studi kasus. Kepekaan terhadap konteks penelitian kasus memungkinkan dan mendorong peneliti untuk mempertimbangkan pertanyaan yang mungkin tidak dipertimbangkan dalam peneliti lain.Isu penting dalam penelitian serta praktik akuntansi adalah cara terbaik untuk menghasilkan informasi yang relevan dalam hubungan dengan beberapa teori masalah. Banyak penelitian dalam akuntansi berfokus pada menentukan rata-rata variabel dalam sampel besar dengan tujuan menghasilkan generalisasi yang dapat diandalkan dan valid untuk populasi yang lebih luas. Studi kasus dapat menghasilkan dan mengkomunikasikan informasi tentang apa yang terbaik untuk dilakukan, dan bagaimana mereka melakukannya. Detail data yang luas yang disediakan dan diperiksa oleh studi kasus meningkatkan kemungkinan menghasilkan teori baru dan wawasan kreatif. Phronesis: Kebijakan konteks khususStudi kasus mungkin memiliki keunggulan komparatif untuk menghasilkan pengetahuan dan dapat melengkapi pendekatan tradisional untuk penelitian akuntansi. Kita tidak mengatakan bahwa pengetahuan konteks khusus dan pengalaman cukup untuk seorang praktisi virtuoso; phronesis juga bergantung pada pengetahuan ilmiah dan teknis. Studi kasus menghasilkan tipe pengetahuan berbasis konteks yang dalam penelitian untuk pembelajaran menunjukkan bahwa hal ini dibutuhkan untuk membangun seorang dari rule-based beginners menjadi virtuoso-experts.Comment by Bagian Kepegawaian: .Phronesis: Interface dengan teori Phronesis melibatkan intelektual, kontekstual, dan pengetahuan politik dalam pekerjaan ilmiah dan pengetahuan teknis. Hal ini dapat berorientasi hanya untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi isu-isu keahlian dan nilai-nilai, tetapi juga dapat memungkinkan peneliti untuk terlibat dalam perdebatan dengan para praktisi, peneliti lain, dan masyarakat. Studi kasus juga dapat bermanfaat untuk praktiksi dalam mengidentifikasi masalah-masalah baru untuk penyelidikan dan pengujian tentang teori, pengambilan keputusan, dan pembenaran dalam konteks yang kompleks dan sarat nilai. Penelitian berbasis studi kasus memiliki keuntungan yang memungkinkan peneliti untuk berinteraksi dengan dunia sosial dan ekonomi, hal ini lebih sulit bagi para peneliti dari pada menggunakan arsip/dokumen. Ttidak semua penelitian melalui kasus diperlukan untuk membahas teori, nilai-nilai yang eksplisit, dan menghasilkan pengetahuan phronetic, tetapi studi kasus dapat diandalkan dalam berkontribusi untuk praktik dan orang cenderung untuk melakukannya.Comment by Bagian Kepegawaian:

CONTOH-CONTOH PENELITIAN STUDI KASUSCooper & Morgan (2008) menggambarkan bagaimana studi kasus dapat meningkatkan penelitian dalam akuntansi manajemen, audit, dan akuntansi keuangan. Flyvbjerg (2001) dalam Cooper & Morgan (2008) merangkum dan menggambarkan jenis-jenis kasus dengan tujuan yang berbeda dalam mengembangkan teori dan memajukan pengetahuan. Tentu saja studi kasus semacam ini menjadi tumpang tindih, namun dapat juga menggabungkan fitur dari beberapa jenis. Kesesuaian tipe studi kasus tergantung pada tujuan dan masalah yang sedang diteliti.Tabel 1 Tipe-tipe kasusTipe kasusdeskripsiContoh akuntansi

Extreme/DeviantKasus dipilih untuk mempelajari peristiwa atau kondisi yang tidak biasa (tetapi terkadang peristiwa tersebut penting) Funnell (1998); Lys and Vincent (1995)

Maximum variationKasus dipilih untuk belajar tentang suatu fenomena sementara memungkinkan variasi lainnya, berpotensi moderat, variabel.Merchant and Manzoni (1989); Simons (1990)

CriticalKasus yang dipilih untuk memungkinkan suatu kesimpulan yang logis tentang pemalsuan teoriPreston (1989); Merino and Neimark (1982)

ParadigmaticKasus yang dipilih untuk membangun kembali perspektif baru atau pemahaman teoritisPetland (1993); Townley et al. (2003)

Penelitian Studi Kasus pada Akuntansi Manajemen Penelitian studi kasus dalam akuntansi manajemen merupakan penelitian yang paling populer. Dalam studi kasus pronetis, terdapat penekanan akan kontekstualisasi fenomena yang diteliti, pengakuan pentingnya memasukkan serta memahami nilai-nilai dan kepentingan yang berbeda. Penelitian pronesis yang dilakukan oleh Townley et al tahun 2003 menemukan bahwa sebuah sistem pengukuran kinerja, disamping memiliki potensi untuk meningkatkan pembenaran dan pengembangan pembelajaran dan keahlian, juga menunjukkan adanya dominasi dan manipulasi, serta ketidakefektifan. Eisenhardt (1989), Lindsay (2004) berpendapat bahwa pendekatan atas suatu kasus akan menghasilkan manfaat yang cukup besar untuk penelitian akuntansi manajemen, baik dalam pengujian dan pengembangkan teori. Beberapa kasus juga memberikan pemahaman kepada akuntan manajemen dalam pemahaman yang lebih baik atas suatu kondisi. Studi kasus menunjukkan bahwa penetapan target hanya salah satu komponen dari paket kontrol. Studi kasus memfasilitasi eksplorasi penetapan target dan konteks organisasi yang lebih luas dengan cara yang mungkin tidak layak dalam studi sampel yang lebih besar. Dalam hal penelitian kasus variasi maksimum, penelitian akan ditingkatkan jika kasus lebih terinci dan pilihan dimensi dalam kasus yang lebih bervariasi lebih eksplisit. Penelitian Studi Kasus dalam Audit Dalam Audit, penelitian studi kasus yang berkembang adalah terkait kasus pekerjaan audit dan pengoperasian Audit firms. Terkait pekerjaan audit, Pentland (1993) meneliti perilaku auditor dalam memperoleh kenyamanan (comfortable) dalam kaitanya dengan pelaksanaan tugas audit dan interaksinya dengan pihak lain (klien, rekan dll.) Dia menjelaskan bagaimana kenyamanan yang dihasilkan dalam proses audit memungkinkan auditor untuk mencapai kesimpulan. Dengan mengamati praktek keterlibatan tim, Pentland (I993) bisa memahami bagaimana kenyamanan diproduksi selama proses audit. Kenyamanan yang diperoleh dari mikro-interaksi anggota tim audit menghasilkan tingkat kenyamanan dalam opini audit, kenyamanan dalam keamanan dokumen, dan kenyamanan dalam laporan keuangan akan menghasilkan kenyamanan bagi pelaku pasar modal dan masyarakat dalam laporan keuangan. Penelitian Studi Kasus dalam Akuntansi Keuangan Jenis studi kasus umum dalam akuntansi keuangan adalah kaitan antara aturan akuntansi dengan perilaku investor dan manajer. Beberapa penelitian diantaranya: Lys dan Vincent (1995) dalam kajian akuisisi AT&T terhadap NCR. Dalam penelitiannya, pola akuisisi AT&T konsisten, tetapi lebih kuat dari penelitian besar lainnya. Kasus ekstrimnya dapat memberi kontribusi dalam pembangunan teori. Penelitianya juga menganalisis peran participant dalam menggunakan kekuasaan mereka untuk memperoleh ultimate outcome. Neinmark fokus terhadap isu kekuasaan dan dampak sosial dari representasi laporan akuntansi. Studinya dianggap kasus paradigmatik, yakni penerapan teori ideologi untuk mengkaji bahwa sifat laporan tahunan bervariasi pada tingkatan kondisi sejarah yang berbeda. Fokusnya pada peran ideologis laporan tahunan mengarah untuk menunjukkan bahwa akuntabilitas perusahaan akan meningkat jika tidak terdapat hubungan ekonomi antara perusahaan audit dan perusahaan klien serta jika terdapat tanggungjawab manajemen perusahaan yang independen atas elemen dalam annual report. Tinker et al. (1982) berpendapat bahwa studi atas kasus ekstrim tentang bagaimana suatu regulasi dipengaruhi oleh skandal akuntansi dapat membantu regulator dalam belajar mengenai kapan dan bagaimana mereka menanggapi peristiwa tersebut. Masalah Umum dan Kesalahpahaman tentang Penelitian Studi KasusMasalah umum diantaranya adalah kekhatawatiran bahwa penelitian studi kasus dapat diarahkan hanya pada "menemukan hal-hal," menghasilkan ide-ide sebelum mengerjakan penelitian "ilmiah", pengembangan materi, atau menghasilkan hipotesis yang kemudian dapat diuji dengan metode statistik. Menurut Yin, 1989, penelitian studi kasus yang baik dimulai dari identifikasi pertanyaan, unit analisis dan kriteria untuk menafsirkan temuan. Desain studi kasus yang baik memungkinkan suatu kasus akan dilihat dari perspektif yang berbeda dari beberapa peneliti dan memberikan tantangan dan penguatan hasil (Oakes et al, 1998). Kesalahpahaman yang terjadi antara lain: penelitian studi kasus tidaklah cukup diinformasikan melalui teori. Penggalian lebih dalam terhadap objek penelitian perlu dilakukan. Peneliti studi kasus cenderung memilih kasus secara teoritis, dan pilihan tersebut memiliki baik risiko maupun manfaat. Pemilihan mungkin didasarkan pada kekhawatiran teori sebelumnya untuk pengembangan teori atau mempelajari masalah yang belum dipelajari dari perspektif tertentu. Dengan demikian, penelitian studi kasus memiliki peran dan posisinya sendiri dalam pengembangan pengetahuan. Replikasi penelitian studi kasus. Temuan dari suatu studi kasus dapat direplikasi tergantung sejauh mana objek penelitian dapat berubah dari waktu ke waktu. Secara umum, replikasi atas suatu hasil studi kasus mungkin sulit dicapai dalam ilmu-ilmu sosial karena sosial dan ekonomi dunia berubah seiring dengan pembelajaran dan penyesuaian pengetahuan baru. Yang disebut sebagai refleksivitas kronis Generalisasi temuan dan penjelasan. Studi kasus memberikan kesempatan untuk menggeneralisasi teori atas penjelasan umum suatu peristiwa, atau mengidentifikasi beberapa peristiwa yang memiliki fitur teori yang sama. Kumulatif dan generalisasi temuan dapat diproduksi dari waktu ke waktu. Generalisasi mungkin tidak selalu menjadi perhatian yang relevan; dalam kasus ini, apa yang relevan adalah penciptaan bidang baru penelitian. Generalisasi dapat diatasi dengan penelitian berikutnya yang distimulasi oleh penelitian orisinal sebelumnya.

SIMPULAN Studi kasus adalah suatu tool yang berguna dalam memahami fenomena yang kompleks. Studi kasus memiliki beberapa manfaat penelitian dan dapat digunakan untuk menguji teori yang ada serta dapat pula digunakan untuk menghasilkan teori baru. Dalam penelitian akutansi, studi kasus relatif sedikit ditemukan karena prosesnya sulis dan menantang untuk dilakukan, selain itu membutuhkan sumber daya yang signifikan. Dalam penerapanya, terdapat masalah umum dan kesalahpahaman atas penelitian studi kasus. Beberapa upaya dapat membantu mewujudkan manfaat penelitian studi kasus dalam rangka pengembangan teori dan pemberian kontribusi bagi perkembangan praktik dan ilmiah seperti pelatihan penelitian (studi filsafat modern dan sosiologi ilmu sosial dapat membantu untuk menghindari pemahaman naif "metode ilmiah"). Pelatihan harus mencakup instruksi dalam metode kasus dan filsafat, pengakuan atas pentingnya teori pengembangan serta pengujian. Praktisi dan pihak seperti regulator, pembuat standar, dan manajer dapat memberikan akses kepada organisasi atau data untuk memfasilitasi penelitian yang dapat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi (Gendron 2000). Tindakan tersebut dapat membantu untuk menunjukkan nilai peneltian pronetis.

COST MANAGEMENT IN SRI LANKA: A CASE STUDY ON VOLUME, ACTIVITY, AND TIME AS COST DRIVERS

Tujuan dari diciptakannya sistem akuntansi manajemen, termasuk pula akuntansi biaya, adalah untuk memberikan informasi yang relevan bagi proses pengambilan keputusan dalam perhitungan model costing. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, proses pengumpulan dan pengkomunikasian data terkait biaya menjadi semakin meningkat. Namun demikian, keterbatasan dalam metode traditional costing dalam menyediakan data yang akurat belum dapat diperbaiki.ABC CostingAdopsi ABC costing untuk mengatasi kelemahan traditional volume-based costing, salah satunya adalah dengan mengalokasikan resource cost ke dalam berbagai aktivitas pada beberapa level dalam organisasi. Akan tetapi, bukan berarti penerapan ABC costing telah berhasil menggantikan traditional volume-based costing karena pada kenyataannya kompleksitas implementasi ABC costing telah menimbulkan permasalahan tersendiri.Dua permasalahan utama yang teridentifikasi dari penerapan ABC costing adalah:1. pada tahap awal penerapan ABC costing:a. proses pengumpulan data costing yang akan dialokasikan ke dalam cost pool memerlukan waktu yang sangat panjang, rumit, dan komitmen yang besar;b. ABC costing membutuhkan proses identifikasi cost activity dan cost driver yang kompleks sehingga membutuhkan kapasitas data processing yang cukup besar;c. ABC costing tidak mampu mengidentifikasi kapasitas yang tidak terpakai pada suatu waktu tertentu.2. pada saat menjalankan proyek dengan ABC costing:a. kompleksitas ABC costing akan semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan organisasi;b. ABC costing tidak dapat terintegrasi dengan sistem informasi lainnya yang ada dalam organisasi; danc. Model ABC costing kurang sesuai dengan dukungan manajemen yang berkelanjutan.Time Driven Activity-Based Costing (TDABC)Untuk mengatasi kelemahan dari ABC costing terutama untuk mengatasi permasalahan pada tahap awal penerapan ABC costing, maka dibangunlah model Time Driven Activity-Based Costing (TDABC). TDABC menyederhanakan implementasi dan pengelolaan ABC costing dengan menghilangkan biaya dan waktu untuk melakukan survey dalam proses pengumpulan data costing, tetapi tetap dapat menghasilkan data yang sama akuratnya dengan ABC costing.Perbedaan utama TDABC dengan ABC costing adalah: Jumlah aktivitas (cost pool dan cost driver) dikurangi sampai ke level departemen/proses. Kebutuhan akan pengumpulan informasi dan data costing dikurangi dan digantikan dengan menggunakan duration standard drivers.

Form ABC to TDABCHubungan antara sumber biaya kelompok aktivitas dan biaya sasaran (produk/output) yang dikenal dalam model ABC-based costing dapat diadopsi dalam model TDABC-based costing melalui resource group dengan menggunakan multiple time-based sebagai penggerak untuk mengalokasikan ke biaya sasaran (output/produk) atau jika data tersebut kompleks dapat menggunakan single time-based. Adapun diagram tersebut dapat dilihat di bawah ini:Factory Resourch GroupPurchasingManufactoringQuality ControllLabour (wages & Salaries)DepreciationEnergyOther Factory CostAlphaBetaOthers

The TDABC-base costing model: the resource groups (multi-driver) variant

Labour (wages & Salaries)DepreciationEnergyOther Factory CostFactory Resourch Group (Purchasing, Manufactoring, Quality Controll)

AlphaBetaOthers

The TDABC-base costing model: the resource groups (single-driver) variant

resource group dapat berupa unit organisasi, departemen, atau seksi yang mungkin terdiri dari berbagai kegiatan. Jika dilihat sekilas sepertinya tidak terlalu berbeda dengan model ABC-based costing model. Yang menjadi perbedaannya adalah biaya atas aktivitas dikelompokkan menjadi sebuah resource group dan beberapa biaya dikonversi dengan menyesuaikan terhadap pengalinya.Multiple time-based drivers : Nilai dari sebuah resource time-activity cost driver sama dengan resource costs untuk sebuah unit dari waktu dikalikan dengan jumlah waktu dalam kegiatan tersebut. Sebagai contoh, biaya wages & salary yang dipakai oleh seluruh kegiatan (purchasing, assembly and quality control), sedangkan biaya energi tidak berhubungan dengan kegatan purchasing. Dengan kata lain, wagaes and salary berhubungan kepada setiap biaya tujuan sedangkan energi hanya melalui satu hubungan saja.Single time-based drivers : Dalam model ini kita membuat asumsi equivalent-time yang sederhana. Contohnya: kita mengasumsikan bahwa aktivitas purchasing, biaya setiap tujuan (produk) sama dengan jumlah kapasitas/waktu dari purchasing.Jika sebuah perusahaan terlalu kompleks, maka transaction-based cost drivers tidak dapat dikonversikan secara akurat menjadi standard equivalent-time drivers.Issue ArisingTerdapat empat issue yang akan dibandingkan:1. The use of standard costs vs. actual costs Kebanyakan perusahaan mendasarkan perhitungan biayanya atas biaya actual.2. The treatment of idle capacities Salah satu kegunaan TDABC adalah kemampuannya untuk mengasingkan kapasitas yang idle.3. The maintenance of the homogeneity condition ketika dalam single time-based drivers kompleksitas pemeliharaan kondisi yang sama ditambahkan kedalam daftar, hal tersebut membuat tidak ada keuntungan dari mengadopsi model TDABC sebagai pendekatan alokasi biaya.4. The estimation of time in a time-based model bukanlah isu yang muncul jika yang diperbandingkan adalah perusahaan manufaktur, yang memiliki ERP dan MRP dan pada multiple time-based drivers.Conclusion1. Merupakan metode yang sama-sama kompleks apabila diimplementasikan dengan menggunakan kondisi-kondisi yang diikuti sesuai model secara mutlak.2. Kompleksitas tidak dipengaruhi oleh faktor spesifik Negara.3. Model tersebut menghasilkan decision information errors yang sama dari sebuah traditional costing.