tugas gilut

22
TUGAS KEPANITRAAN KLINIK OLEH: NURALISA SAFITRI 18122006 PEMBIMBING: drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI

description

tugas

Transcript of tugas gilut

Page 1: tugas gilut

TUGAS KEPANITRAAN KLINIK

OLEH:NURALISA SAFITRI

18122006

PEMBIMBING: drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI

RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN2015

Page 2: tugas gilut

1. Apa yang dimaksud Lesi D1-D6?

Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan

larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email

dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari

substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya

terjadi kavitas.

Lesi D1-D6 merupakan klasifikasi dari karies gigi. Adapun beberapa

klasifikasi Karies Menurut ICDAS:

a. D1, merupakan suatu lesi dini yang terlihat adanya lesi putih pada

permukaan gigi pada saat gigi dalam keadaan kering.

b. D2, merupakan suatu lesi yang terlihat adanya lesi putih pada permukaan

gigi pada saat gigi dalam keadaan basah.

c. D3, terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.

d. D4, lesi email lebih dalam dengan tampaknya bayangan gelap dentin atau

lesi sudah menyerang bagian Dentino Enamel Junction (DEJ).

e. D5, lesi telah menyerang dentin.

f. D6, lesi sudah mencapai pulpa.

2. Jelaskan proses terjadinya karies dari mulai gigi sehat hingga gigi dicabut!

Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi, substrat,

mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan

glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam (H+) sehingga

pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit. Penurunan pH yang

berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi

(Kidd, 2012).

Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi. Plak

terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel

jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula

terbentuk, agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri

(Suryawati, 2010).

Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa (gula) dari

sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi

Page 3: tugas gilut

asam (H+) laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan

menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-

lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum

sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam

proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi

sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang

makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai, yang terlihat hanya

lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan

membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima

(lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin

merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi,

bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat

lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin

partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

Patofisiologi karies gigi menurut Miller, Black dan William adalah awalnya

asam (H+) terbentuk karena adanya gula (sukrosa) dan bakteri dalam plak (kokus). Gula

(sukrosa) akan mengalami fermentasi oleh bakteri dalam plak hingga akan terbentuk

asam (H+) dan dextran. Desxtran akan melekatkan asam (H+) yang terbentuk pada

permukaan email gigi. Apabila hanya satu kali makan gula (sukrosa), maka asam (H+)

yang terbentuk hanya sedikit. Tapi bila konsumsi gula (sukrosa) dilakukan berkali-kali

atau sering maka akan terbentuk asam (H+) hingga pH mulut menjadi ±5 (Chemiawan,

2004).

Asam (H+) dengan pH ±5 ini dapat masuk ke dalam email melalui ekor enamel

port (port d’entre). Tapi permukaan email lebih banyak mengandung kristal fluorapatit

yang lebih tahan terhadap serangan asam (H+) sehingga asam (H+) hanya dapat melewati

permukaan email dan akan masuk ke bagian bawah permukaan email. Asam (H+) yang

masuk ke bagian bawah permukaan email akan melarutkan kristal hidroksiapatit yang

ada.

Apabila asam (H+) yang masuk kebawah permukaan email sudah banyak, maka

reaksi akan terjadi berulang kali. Maka jumlah Ca yang lepas bertambah banyak dan

lama kelamaan Ca akan keluar dari email. Proses ini disebut dekalsifikasi, karena proses

Page 4: tugas gilut

ini terjadi pada bagian bawah email maka biasa disebut dekalsifikasi bagian bawah

permukaan.

Proses terjadinya karies gigi ditandai dengan adanya perubahan warna putih

mengkilat pada email menjadi putih buram yang disebut white spot. Apabila karies terus

berlanjut, maka white spot akan berubah menjadi kavitas pada email. Jika proses karies

terus berlanjut, kavitas akan semakin dalam mencapai dentin bahkan pulpa. Pulpa vital

yang terekspos akibat karies akan menimbulkan rasa sakit semalaman dan lama

kelamaan dapat menyebabkan nekrosis pulpa jika gigi tidak dirawat. Sebelum karies

mencapai pulpa, gigi sebaiknya direstorasi tetapi jika karies telah mencapai pulpa

dilakukan perawatan saluran akar (PSA). Apabila pulpa sudah nekrose dan gigi tidak

memiliki cukup jaringan keras (sisa akar) untuk di restorasi, langkah terakhir adalah

pencabutan (ekstraksi) gigi.

3. Jelaskan perjalanan impuls saraf dari gigi ke otak, hafalakan!

Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke-V

atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah orofacial,

selain saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf cranial ke-VII, ke-XI,

ke-XII.

NERVUS MAKSILA

Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila,

palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus ini akan

bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini

kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris superior anterior,

nervus alveolaris superior medii, dan nervus alveolaris superior posterior. Nervus

alveolaris superior anterior mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris

superior medii mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian medial,

nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian distal

serta molar II dan molar III.

NERVUS MANDIBULA

Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus

alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi

molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan

Page 5: tugas gilut

sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang

membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi.

Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan

mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada  mukosa pipi, saraf ini

juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal

di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari

caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan

memiliki cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus

mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot

mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline.

Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral

dan ligament periodontal.

Secara ringkas :

Serabut saraf yang terapat pada gigi baik rahang atas dan rahang bawah juga pada mata

terhubung melalui saraf trigeminus ( nervus V/ganglion gasseri).

N.V1 Cabang Opthalmicus

N.V2 Cabang Maxillaris

N.V3 Cabang Mandibula

Page 6: tugas gilut

Cabang maxillaris (rahang atas) dan mandibularis (rahang bawah) penting pada

kedokteran gigi.

• Cabang maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan

gingiva.

• Cabang mandibularis memberikan persarafan sensorik ke gigi mandibularis, lidah, dan

gingiva. Variasi nervus yang memberikan persarafan ke gigi diteruskan ke alveolaris, ke

soket di mana gigi tersebut berasal. 

Nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang

maxillaris nervus trigeminus.  Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal

dari cabang mandibularis nervus trigeminus.

CABANG MAXILLARIS MEMPERSARAFI :

PALATUM

Membentuk atap mulut dan lantai cavum nasi.

Terdiri dari :

o PALATUM DURUM

Terdapat tiga foramen:

– foramen incisivum pada bidang median ke arah anterior

– foramina palatina major di bagian posterior dan

– foramina palatina minor ke arah posterior

Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum),

mempersarafi gigi anterior rahang atas. Bagian belakang palatum: N. Palatinus

Majus (keluar dari foramen palatina mayor), mempersarafi gigi premolar dan

molar rahang atas.

o PALATUM MOLAE

N. Palatinus Minus (keluardari foramen palatina minus), mempersarafi seluruh

palatina mole.

PERSARAFAN DENTIS DAN GINGIVA RAHANG ATAS

o Permukaan labia dan buccal :

N. alveolaris superior posterior, medius dan anterior 

Nervus alveolaris superior anterior, mempersarfi gingiva dan gigi anterior

Page 7: tugas gilut

Nervus alveolaris superior media, mempersarafi gingiva dan gigi premolar

dan molar I bagian mesial

Nervus alveolaris superior posterior, mempersarafi gingiva dan gigi molar I

bagian distal, molar II dan molar III

o Permukaan palatal : N. palatinus major dan nasopalatinus

o Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum),

mempersarafi gingiva dan gigi anterior rahang atas

o Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen palatina

mayor), mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan molar rahang atas.

CABANG MANDIBULARIS :

PERSARAFAN DENTIS

Dipersyarafi oleh Nervus Alveolaris Inferior, mempersarafi gigi anterior dan

posterior gigi rahang bawah

PERSARAFAN GINGIVA

Permukaan labia dan buccal :

• N. Buccalis, mempersarafi bagian buccal gigi posterior rahang bawah

• N. Mentalis, merupakan N.Alveolaris Inferior yang keluar dari foramen Mentale

Permukaan lingual :

• N. Lingualis, mempersarafi 2/3 anterior lidah, gingiva dan gigi anterior dan

posterior rahang bawah

4. Jelaskan mengenai :

a. White spot/ lesi putih: Proses awal terjadinya lubang gigi yang timbul akibat

pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut dengan

demineralisasi namun pada fase ini permukaan gigi masih utuh. Bercak putih

(White spot) timbul akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi

yang disebut dengan demineralisasi.

Page 8: tugas gilut

b. Iritasi pulpa: Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi

mengalami kerusakan sampai batas dentino enamel junction.

c. Karies email: Karies email merupakan karies yang terjadi pada permukaan

email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit

hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email. Apabila keseimbangan

antara laju proses demineralisasi dengan remineralisasi berlanjut maka

permukaan lesi awal akan runtuh akibat dari pelarutan apatie yang sudah

melemah sehingga menghasilkan kavitas.

d. Karies dentin: Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang

gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi

biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan

manis.

e. Hiperemi pulpa: Hiperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa.

Hyperemi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan dentin mengalami

kerusakan , terjadi sirkulasi darah bertambah karena terjadi pelebaran

pembuluh darah halus di dalam pulpa. Pulpa terdiri dari saluran pembuluh

darah halus, urat-urat syaraf,dan saluran lympe.

f. Pulpitis reversible: Inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya

dilenyapkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal.

Stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau

atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodonsium yang

dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah

faktor-faktor yang dapat menyebabkan pulpitis reversibel.

g. Pulpitis Irreversibel: Inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih walaupun

penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi

nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali merupakan akibat atau

perkembangan dari pulpa reversible. Dapat pula disebabkan oleh kerusakan

Page 9: tugas gilut

pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur

operatif, trauma atau pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic yang

menyebabkan terganggunya aliran darah pulpa.

h. Nekrosis Pulpa: Suatu perubahan morfologis yang menunjukkan kematian

sel pada jaringan pulpa.

i. Periodontitis: Peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (=

jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah gusi,

tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen

periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam

kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan

tulang)

Page 10: tugas gilut

5. Jelaskan kiretria diagnosisnya berdasarkan ICD 10!

Diagnosis

Pulpa

Keluhan

Utama

Riwayat

Gigi

Temuan

Radiografi

Tes

Elektrik Termal Perkusi Palpasi

Pulpa Normal

Pulpitis

Reversibel

Pulpitis

Irreversibel

Nekrosis Pulpa

Tidak ada

Sensitif

terhadap

dingin dan

panas

Sensitif yang

lama terhadap

dingin dan

panas

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri

Spontan

Variasi

Normal

Normal

Normal /

RLP

Normal /

RLP

R

R

TR

TR

RS

RSB

RLB

TR

TR

TR

TR

R

TR

TR

TR

TR

Kneterangan : RLP : radiolusen pada periapikal; R: ada respon; TR: tidak ada respon;

RS: respon singkat; RSB: respon singkat dan berlebihan; RLB: respon lama dan

berlebihan

Sumber : Goodell GG, Tordik PA, Moss HD. Pulpal and periradicular diagnosis. Nav

Dent School J; 2005: 27(9): 15-8.

Page 11: tugas gilut

6. Jelaskan mengenasi trepanasi!

Trepanasi merupakan bentuk tindakan bedah sebagai terapi abses periodontal

untuk mengeluarkan nanah dan gas gangren yang terbentuk. Tujuan trepanasi adalah

menciptakan drainase melalui saluran akar atau melalui tulang untuk mengalirkan secret

luka serta untuk mnegurangi rasa sakit. Jika timbul abses alveolar akut berarti infeksi

telah meluas dari saluran akar melalui periodontal apikalis sampai ke dalam tulang

periapeks. Perasaan sangat nyeri terutama bila ditekan pada keadaan ini untuk

menghilangkannya perlu segera dilakukan drainase atau trepanasi.

7. Jelaskan tentang oemberian analgetik dan antibiotik untuk pasien pada TM

1,2,3 dan periode laktasi 1,2!

Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan

pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat

atau farmakoterapi. Tujuan setiap terapi obat yang diresepkan selama kehamilan adalah

untuk menghindari reaksi obat yang merugikan baik pada ibu maupun janin.

Telah diketahui bahwa tidak satupun obat yang digunakan untuk merawat rasa

nyeri atau infeksi sepenuhnya tanpa risiko. Namun akibat yang ditimbulkan dari tidak

dirawatnya infeksi selama kehamilan melebihi risiko yang mungkin ditimbulkan oleh

sebagian besar obat-obatan yang dibutuhkan untuk perawatan gigi.

Pada masa kehamilan, obat-obatan sangat mudah diabsorbsi, oleh karena itu

dokter gigi harus sangat berhati-hati dalam memberi resep obat-obatan kepada pasien

hamil. Reaksi toksik , alergi atau hipersensitivitas yang terjadi pada wanita hamil dapat

mempengaruhi kesehatannya dan membatasi kemampuannya untuk menjalani

kehamilan. Efek obat yang merugikan secara spesifik terhadap kesehatan janin adalah

mencakup cacat kongenital, keguguran, komplikasi kelahiran, berat badan rendah dan

ketergantungan obat pasca lahir.

Food and Drug Administration atau FDA Amerika telah menetapkan lima

kategori untuk mengklasifikasikan obat berdasarkan risiko terhadap wanita hamil dan

janinnya. Kelima kategori ini memberikan pedoman untuk keamanan relatif obat yang

diresepkan bagi wanita hamil. Berikut ini kategori obat-obatan berdasarkan FDA.

Page 12: tugas gilut

1. Kategori A : Kategori ini meliputi obat-obatan dan bahan yang telah diuji melalui

penelitian terkontrol pada wanita. Penelitian tersebut menunjukkan tidak ada resiko

terhadap fetus selama semester pertama kehamilan dan kemungkinan bahaya

terhadap janin kecil.

2. Kategori B : Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa bahan ini tidak

beresiko terhadap janin, tetapi belum ada penelitian terkontrol yang telah dilakukan

pada manusia untuk memastikan kemungkinan efek samping terhadap janin.

Kategori ini juga meliputi obat-obatan yang telah menunjukkan efek samping pada

janin hewan, tetapi penelitian terkontrol pada manusia tidak diungkapkan adanya

resiko terhadap janin.

3. Kategori C : Penelitian pada hewan telah memperlihatkan bahwa obat ini mungkin

memiliki efek teratogenik dan/atau toksik terhadap embrio, tetapi belum dilakukan

penelitian terkontrol pada wanita. Suatu obat juga masuk ke dalam kategori ini bila

tidak ada penelitian terkontrol yang dilakukan pada manusia maupun hewan

4. Kategori D : Terdapat bukti risiko terhadap janin manusia, tetapi manfaatnya dalam

situasi tertentu, misalnya penyakit yang serius atau keadaan yang membahayakan

nyawa tanpa tersedia terapi alternatif lainnya, dapat membenarkan pemakaian obat-

obatan ini semasa kehamilan.

5. Kategori X : Penelitian pada hewan atau manusia telah memperlihatkan bahwa obat

ini menyebabkan perubahan pada janin atau telah menunjukkan bukti-bukti

peningkatan resiko terhadap janin, berdasarkan eksperimen pada hewan dan

manusia. Risiko terhadap janin melebihi segala manfaatnya.

Obat-obatan dalam kategori A dan B umumnya dianggap tepat untuk digunakan

selama kehamilan. Obat-obatan kategori C harus digunakan dengan peringatan, dan

obat-obatan kategori D dan X harus dihindari atau merupakan kontraindikasi. Obat-

obatan yang digunakan di kedokteran gigi seperti anestestikum lokal, analgesik,

antibiotik, antifungi dan obat-obatan lainnya biasanya memiliki waktu paruh metabolik

pendek yang diberikan untuk periode terbatas, oleh karena itu cenderung kurang

menyebabkan komplikasi selama kehamilan.

Berikut ini tabel anestetikum lokal yang aman dan tidak aman digunakan pada

masa kehamilan.

Page 13: tugas gilut

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan anestetikum lokal selama kehamilan

antara lain:

1. Penggunaan yang aman adalah anestetikum lokal dengan kadar rendah atau

tanpa epinefrin, sebab pada masa kehamilan biasanya terdapat komplikasi

kehamilan berupa peningkatan tekanan darah.

2. Untuk kategori anestetikum lokal yang aman (Tabel 1), maksimum penggunaan

adalah 2 karpul.

3. Hindari pemberian epinefrin pada pasien wanita hamil yang menderita

hipertensi. Gunakan 4% prilokain tanpa epinefrin (Citanest Plain) setelah

konsultasi dan mendapat keterangan dari obstetrisian pasien.

Pada kasus penanganan nyeri orofasial, kasus-kasus emergensi yang disertai rasa

nyeri ataupun terdapat potensi nyeri setelah dilakukannya perawatan, maka analgesik

diberikan untuk meredakan rasa nyeri tersebut. Idealnya, analgesik haruslah aman, tidak

memiliki efek samping, tidak invasif, penggunaannya sederhana dan onset serta offset

yang cepat.34 Analgesik yang paling sering digunakan pada masa kehamilan yaitu

asetaminofen (kategori B) dapat diberikan pada setiap trimester kehamilan.

Page 14: tugas gilut

Analgesik golongan opium tertentu seperti oksikodon, morfin, kodein atau

propoksifen digunakan secara hati-hati dan hanya jika diindikasikan. Penggunaan

analgesik opium yang berkelanjutan dan dosis yang tinggi akan berakibat retardasi

pertumbuhan dan perkembangan, risiko janin menderita cacat kongenital mutipel seperti

cacat jantung dan celah bibir atau palatum serta ketergantungan fisik.

Pada sebagian analgesik golongan opium kategori B pada akhir trimester ketiga

kehamilan menjadi kategori C/D, seperti kodein, hidrokodon dan oksikodon

dikontraindikasikan pada trimester ketiga karena dapat menyebabkan neonatal

respiratory depression dan ketergantungan opium. Meperidin (Demerol) dianjurkan

penggunaannya pada rasa nyeri yang sangat parah.

Aspirin (kategori C) harus dihindari pemakaiannya karena dapat menyebabkan

komplikasi persalinan dan perdarahan pasca melahirkan pada ibu. Anti-inflamasi

nonsteroid (AINS) hanya diberikan pada masa kehamilan jika diindikasikan. AINS

diberikan secara intermiten dengan dosis efektif yang paling rendah pada masa

kehamilan. Pada minggu ke-6 hingga minggu ke-8 prepartum, penggunaan AINS sudah

harus dihentikan. Aspirin dan AINS mempunyai mekanisme lazim menghambat sintesa

prostaglandin yang dapat menyebabkan konstriksi duktus arteriosus pada janin yang

mengakibatkan hipertensi pulmoner pada janin.

Berikut ini analgesik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa

kehamilan berdasarkan FDA.

Page 15: tugas gilut

Berikut ini antibiotik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa

kehamilan.

Obat-obatan lain seperti klorheksidin kumur, antifungi nistatin (kategori B) dan

klotrimazol (kategori C) aman diresepkan pada masa kehamilan. Klotrimazol,

ketoconazol, fluconazol (kategori C) sebaiknya dihindari pemakaiannya. Kortikosteroid

tergolong dalam FDA kategori C. Umumnya digunakan untuk mengobati berbagai

kondisi oral yang terinflamasi, untuk pasien wanita hamil biasanya diresepkan

kortikosteroid topikal misalnya obat kumur.