TUGAS FARMAKOLOGI

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa genus Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia. Lebih dari seratus negara merupakan wilayah endemik malaria dengan jumlah penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Orang yang paling berisiko tertular malaria adalah anak balita, wanita hamil dan penduduk non-imun (penduduk yang tidak mempunyai imunitas alami sehingga tidak mempunyai pertahanan alam terhadap infeksi malaria) yang mengunjungi daerah endemik malaria seperti para pengungsi, transmigran, dan wisatawan. Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena mempengaruhi tingginya angka kesakitan

Transcript of TUGAS FARMAKOLOGI

Page 1: TUGAS FARMAKOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa

genus Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.

Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia. Lebih dari seratus negara

merupakan wilayah endemik malaria dengan jumlah penduduk yang berisiko terkena

malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia.

Orang yang paling berisiko tertular malaria adalah anak balita, wanita hamil

dan penduduk non-imun (penduduk yang tidak mempunyai imunitas alami sehingga

tidak mempunyai pertahanan alam terhadap infeksi malaria) yang mengunjungi

daerah endemik malaria seperti para pengungsi, transmigran, dan wisatawan.

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena

mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan angka kematian. Hingga kini, malaria

ditemukan tersebar luas di Indonesia dan bahkan dapat timbul secara tiba-tiba di

suatu daerah yang telah dinyatakan bebas malaria. Lebih dari 15 juta penderita

malaria klinis di Indonesia dengan 30.000 kematian di laporkan melalui unit

pelayanan kesehatan di Indonesia setiap tahun (SKRT, 1995).

Umumnya penderita malaria ditemukan di daerah-daerah terpencil, daerah

pedesaan, daerah transmigrasi, daerah pengungsian penduduk dan sebagian besar dari

golongan ekonomi lemah. Menurut data kesehatan tahun 2001 diperkirakan

Page 2: TUGAS FARMAKOLOGI

prevalensi malaria di Indonesia adalah 850,2 per 100.000 penduduk dengan angka

tertinggi di Papua.

Propinsi Papua dikenal sebagai salah satu daerah endemis malaria di

Indonesia. Angka malaria klinis di Papua tercatat 198 per 1000 penduduk.

Jumlah penderita malaria klinis jauh di atas catatan tersebut. Tingginya

insidensi dan prevalensi malaria di Papua menunjukkan upaya pemberantasan

malaria yang dilakukan belum mengena. Sampai tahun 2000 angka kesakitan klinis

malaria mencapai 210.991 kasus, atau 101,16 per 1000 penduduk, menurut Annual

Malaria Incidence (AMI).

Salah satu faktor penyebab penularan malaria adalah cuaca, iklim, penggalian

pasir, tambak tidak terurus, penebangan hutan. Keadaan lingkungan yang saling

berinteraksi akan dapat berpengaruh besar terhadap ada-tidaknya malaria di suatu

daerah.

Salah satu upaya pencegahan penyakit malaria yaitu pengelolaan lingkungan

untuk pengendalian vektor nyamuk Anopheles. Beberapa upaya yang dilakukan

meliputi pengendalian tempat perindukan jentik seperti mengalirkan air yang

tergenang dengan saluran air, penimbunan genangan air, penggunaan insektisida

(untuk pengendalian nyamuk dewasa), penebaran ikan pemangsa jentik seperti ikan

kepala timah dan mujair, pengeringan air dengan menanam pohon yang cepat

menyerap air, penanaman pohon bakau dan membersihkan tanaman ganggang atau

lumut pada saluran air.

Page 3: TUGAS FARMAKOLOGI

Papua merupakan daerah endemis malaria memiliki karakteristik wilayah

berbukit-bukit, dataran tinggi, hutan dan pantai. Kondisi musim hujan dan panas di

Papua. Penduduk di Papua tersebar di kota dan desa dengan pola tinggal tersebar di

kampung-kampung kecil yang terpisah jauh dan kadang sulit dijangkau. Hal tersebut

yang seringkali menyebabkan pembangunan kesehatan menjadi lebih sulit.

Curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan malaria.

Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan kemarau

namun hujan yang diselingi panas juga akan memperbesar kemungkinan

perkembangbiakan nyamuk Anopheles.

Malaria saat ini tersebar luas di daerah endemis Papua. Kondisi tersebut

dimungkinkan oleh terhentinya beberapa program pemberantasan malaria seperti

pembagian kelambu yang kurang merata, penyemprotan nyamuk dewasa, penelitian

bionomik nyamuk dalam rangka pengendalian vektor sekitar tahun 1992-2001(9).

Data kasus malaria di Papua berdasarkan laporan bulanan Puskesmas, dalam

tahun terakhir diketahui bahwa angka Annual Malaria Incidence (AMI) 2001 sebesar

360,66o/oo, AMI 2002 sebesar 303,94o/oo, AMI 2003 sebesar 428,15o/oo dan AMI

2004 sebesar 490,77 o/oo, maka wilayah Papua dikatakan sebagai daerah “HIGH

INCIDENCE AREA” (AMI> 200o/oo). Beberapa upaya pengendalian malaria telah

dilakukan seperti penyemprotan nyamuk di rumah-rumah penduduk, pembagian

kelambu, penyuluhan tentang malaria baik lewat radio maupun tokoh masyarakat dan

penebaran ikan pemangsa jentik namun kasus malaria masih tetap tinggi.

Page 4: TUGAS FARMAKOLOGI

Angka malaria di Papua Khususnya Kabupaten Biak-Numfor tahun 2004

adalah 47.648penderita yang terdiri dari malaria klinis (18.483) kasus, penderita

malaria tropika (1.552) kasus dan penderita malaria tertiana (27.613) kasus

Wilayah kerja Puskesmas di Papua merupakan daerah dengan angka kasus

klinis tinggi. Puskesmas di Papua Bosnik terletak di Kecamatan Biak Timur memiliki

luas wilayah 436.02 Km2 dengan wilayah cakupan 17 desa.

Karakteristik wilayah kerja Puskesmas Bosnik terbagi menjadi wilayah

Pantai, hutan dan sebagian kecil merupakan perbukitan. Penggunaan air bersih oleh

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bosnik sangat tergantung dari air hujan yang

ditampung dan air permukaan seperti air sumur dan air kali. Untuk mendapatkan air

kali penduduk sering mengambil di kali yang letaknya dekat dengan pemukiman

penduduk. Kondisi tersebut memungkinkan untuk terbentuknya tempat perindukan

nyamuk dan mempengaruhi penyebaran malaria. Menurut data kasus malaria di

Puskesmas Bosnik angka Annual Malaria Incidence (AMI) sebesar 450,30o/oo (11).

Beberapa upaya yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas di Papua dalam

mencegah penyakit malaria adalah melakukan penebaran ikan pemakan jentik,

penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat atau menggerakkan masyarakat dalam

menjaga lingkungan bersih dengan tujuan untuk menghambat perkembangan vektor,

pengobatan penyakit. Meskipun berbagai upaya pencegahan penyakit dan

pemberantasan nyamuk sudah dilakukan namun kurang optimal.

Upaya pendekatan lingkungan di wilayah pelayanan Puskesmas di Papua

adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang dilakukan melalui

Page 5: TUGAS FARMAKOLOGI

pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes) yang biasanya berada pada rumah

kepala desa atau rumah kader agar masyarakat dapat mudah memperoleh pelayanan

pengobatan malaria di bawah pengawasan tenaga kesehatan. Berbagai upaya telah

dilakukan namun masih kurang adanya dukungan dari sebagian masyarakat yang

kurang mengikuti pola hidup sehat dan di satu sisi masih kurangnya perhatian dan

kurangnya dukungan dana dari PEMDA masing-masign daerah di wilayah Papua

sehingga angka kejadian masih meningkat di wilayah tersebut. Berdasarkan latar

belakang di atas, maka merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti dan sangat

penting dalam mengetahui adanya upaya pelaksanaan kegiatan manajemen

lingkungan dalam menangani beberapa kondisi lingkungan yang berisiko terhadap

kejadian malaria di wilayah Papua.

Page 6: TUGAS FARMAKOLOGI

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah dalam pembuatan dalam makalh ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan malaria di wilayah Papua?

2. Apa saja yang menjadi factor-factor berkembangnya penyakit malaria di

Papua?

3. Bagaimana Antopologi Kesehatan dalam Aspek Pengobatan Tradisional dan

Aspek Pengobatan Modern Peyakit Malaria di Papua?

1.3 Tujuan

Tujuan yang igin dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui perkembangan malaria di wilayah papua

2. Untuk mengetahui factor-faktor yang menjadi penyebab malaria di Papua.

3. Untuk megetahui Antopologi Kesehatan dalam Aspek Pengobatan

Tradisional dan Aspek Pengobatan Modern Peyakit Malaria di Papua.

1.4 Manfaat

Diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih banyak

terkait dengan perkembangan malaria di Papua kepada mahasiswa, sehingga

mahasiswa dapat menyebarkan pengetahuan tersebut kepada masyarakat, dan

kedepannya, masyarakat dapat mengantisipasi malaria berkembang semakin luas

di wilayahnya masing-masing.

Page 7: TUGAS FARMAKOLOGI

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.2 Pengertian Penyakit Malaria

Malaria adalah Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium

yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara

alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Depkes,2005).malaria

diambil dari dua kata bahasa bahasa italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau

udara buruk, karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan

bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain, seperti demam roma,

demam rawa, demam tropic, demam pantai, demam charges, demam kura dan

paludisme (Prabowo,2004)

2.3 Pengertian pengobatan tradisional

Pengobatan tradisional mengandung pengertian cara penyembuhan penyakit

yang sudah dilakukan oleh nenek moyang suatu etnik dan kemudian diturunkan

secara turun-temurun kepada anak-cucunya. (MA 2011)

2.4 Pengertian Pengobatan modern

Pengobatan Modern Mengandung pengertian cara Penyembuhan Penyakit

yang dilakukan oleh tenaga medis dari rumah sakit dengan menggunakan teknologi

teknologi yang sudah maju.

Page 8: TUGAS FARMAKOLOGI

2.5 Pengertian Kejadian Luar biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi (waktu dan daerah tertentu)

(Gunawan 2009).

Page 9: TUGAS FARMAKOLOGI

BAB III

PEMBAHASAN

Malaria merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia. Di Indonesia masih banyak daerah yang merupakan

endemis malaria..

Perilaku manusia sehari-hari ikut mempengaruhi transmisi malaria seperti

keluar rumah sampai larut malam, dimana nyamuk anopheles bersifat eksofilik dan

eksofagik akan memudahkan kontak dengan nyamuk, repelant adalah salah satu cara

untuk menghindari gigitan nyamuk pada malam hari. Pada saat tidur biasakan

menggunakan kelambu apabila berada di wilayah endemis malaria, program

pendistribusian kelambu untuk ibu hamil merupakan salah satu cara untuk mencegah

penularan malaria. Perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia tanpa disadari

meningkatkan transmisi malaria, kegiatan manusia terkadang mengakibatkan

terbentuknya tempat perindukan nyamuk (breeding places) selain itu perubahan

lingkungan terkadang juga mengakibatkan terjadinya perpindahan nyamuk dari satu

tempat ke tempat lain.

3.1 Perkembangan Malaria Di Masyarakat yang Berada di Wilayah Papua

Adanya malaria di masyarakat dapat dibedakan sebagai endemik atau

epidemik. Daerah yang termasuk wilayah endemic malaria seperti di Papua.

Page 10: TUGAS FARMAKOLOGI

Penggolongan lain adalah stable dan unstable malaria menurut Mac-Donald.

Malaria di suatu daerah dikatakan endemik bila insidensnya menetap untuk waktu

yang lama. Berdasarkan spleen rate (SR) pada kelompok 2-9 tahun, endemisitas

malaria di suatu daerah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. hipoendemik : SR 10%

2. mesoendemik : SR 11-50%

3. hiperendemik : SR 50%

4. holoendemik : SR 75% (dewasa : 25%)

Di daerah holoendemik, SR pada orang dewasa rendah karena imunitas tinggi

yang disebabkan transmisi tinggi sepanjang tahun. Epidemi atau kejadian luar biasa

(KLB) malaria adalah terjadinya peningkatan jumlah penderita atau kematian karena

malaria yang secara statistik bermakna bila dibandingkan dengan waktu sebelumnya

(periode 3 tahun yang lalu).

Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan dominan di Papua.

Banyak kerugian yang disebabkan dengan angka yang sakit sebesar 17 persen

penduduk pada tahun 2010.

Hawley Perwakilan UNICEF Indonesia menjelaskan dengan angka sebesar

17 persen penduduk pada 2010 dan berdasarkan estimasi perhitungan menyebabkan

kerugian finansial minimal sebesar Rp20,5 milyar untuk satu tahun

Page 11: TUGAS FARMAKOLOGI

Kemungkinan masuknya penderita malaria ke daerah Papua dimana dijumpai

adanya vektor malaria yang disebut ‘malariogenic potential’, yang dipengaruhi oleh

dua factor, yaitu: receptivity dan vulnerability.

Receptivity adalah adanya vektor malaria dalam jumlah besar dan terdapatnya

factor-faktor ekologis yang memudahkan penularan. Vulnerability menunjukkan

suatu daerah malaria atau kemungkinan masuknya seorang atau sekelompok

penderita malaria dan atau vektor yang telah terinfeksi. 1

Dalam pembahasan penyakit malaria di daerah Papua, perlu dipertanyakan

asal-usul infeksi penyebab terjadinya malaria di Papua:

Indigenous : bila transmisi terjadi setempat atau lokal.

Imported : bila berasal dari luar daerah.

Introduced : kasus kedua yang berasal dari kasus imported.

Induced : bila kasus berasal dari tranfusi darah atau suntikan, baik yang

disengaja maupun tidak disengaja.

Relaps : kasus rekrudesensi (kambuh dalam 8 minggu) atau rekurensi

(kambuh dalam lebih dari 24 minggu)

Unclassified : asal-usulnya tidak diketahui atau sulit dilacak

Page 12: TUGAS FARMAKOLOGI

Malaria di daerah Papua bersifat stable apabila transmisi di daerah tersebut

tinggi tanpa banyak fluktuasi selama bertahun-tahun, sedangkan malaria bersifat

unstable apabila fluktuasi transmisi dari tahun ke tahun cukup tinggi. Malaria yang

unstable lebih mudah ditanggulangi daripada malaria yang stable.

3.2 Faktor-Faktor Penyebab Malaria di Papua

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya epidemic (KLB) malaria di

Papua adalah:

1. Meningkatnya kerentanan penduduk yang berada di daerah perbatasan. Hal

ini sering disebabkan pindahnya penduduk yang tidak imun ke suatu daerah

yang endemik, misalnya pada proyek transmigrasi, proyek kehutanan,

pertambangan, dsb.

2. Meningkatnya reservoir (penderita yang infektif). Kelompok ini mungkin

tanpa gejala klinik namun darahnya mengandung gametosit, misalnya

transmigran yang ‘mudik’ atau berkunjung dari daerah endemik ke kampong

asalnya yang sudah bebas malaria.

3. Meningkatnya jumlah dan umur (longevity) dari vektor penular. Hal ini bisa

disebabkan perubahan iklim/lingkungan atau menurunnya jumlah ternak

sehingga nyamuk zoofilik menjadi antropofilik.

4. Meningkatnya efektivitas dari vektor setempat dalam menularkan malaria.

Page 13: TUGAS FARMAKOLOGI

3.3 Antopologi Kesehatan dalam Aspek Pengobatan Tradisional dan Modern

Penyakit Malaria di Papua

Pengobatan penyakit malaria yang sering dilakukan diwilayah Papua dapat

dilakukan dengan 2 cara pengobatan, Yaitu secara modern dan tradisional. Secara

tradisional dilakukan dengan meminum ramuan obat-obatan yang dibuat dari pohon

Johor, Sambiloto dan lain-lain. Sedang secara modern yaitu dengan menggunakan

tablet-tablet anti malaria.

3.3.1 Pengobatan Malaria dengan Menggunakan Pengobatan Tradisional

Indonesia khususnya Papua kaya akan ragam hayati. Banyak tanaman yang

bisa menjadi pengobatan yang sangat baik menyembuhkan penyakit. Bahkan

kemanjurannya pun sudah dibuktikan nenek moyang kita.

Di samping obat-obatan medis, ada beberapa tanaman yang bisa membantu

melawan malaria. Pengalaman nenek moyang kiranya pantas dilestarikan dan tidak

ada salahnya kita coba praktikkan.

Ada beberapa tanaman tradisional berikut ini yang terbukti mampu mengobati

malaria, tanaman-tanaman ini tumbuh berada di wilayah Papua dan kebanyakan

pengobatan dengan meminum ramuan dari daun-daunan ini sudah menjadi tradisi

masyarakat Papua dalam mengobati malaria yang tejadi di masyarakat:

Page 14: TUGAS FARMAKOLOGI

1. ANUMA

Sebutan botaninya adalah Artemisia annua, termasuk suku Asteraceae. Orang

Jawa dan Papua sama-sama menyebutnya anuma. Hidupnya di hutan-hutan, atau

kadang tumbuh liar di pinggir-pinggir jalan. Belakangan, tanaman anuma dijadikan

tanaman hias dalam pot, karena tampilannya memang cukup eksotik. 

Daunnya berbentuk oval, lonjong, panjang sekitar 10-18 cm dan lebar 5-15

cm. Ujung runcing, pangkal tumpul, tepi beringgir, dan warna hijau atau ada pula

ungu kehijauan. Batangnya tegak, bulat persegi, dan berwarna hijau kecokelatan.

Daun atau seluruh bagian tanaman mengandung saponin, flavonoida, polyfenol, dan

minyak atsiri. 

Kegunaan anuma, selain sebagai obat demam, juga dipakai untuk obat

malaria. Sediakan daun anuma segar sebanyak 60 gram, cuci bersih, lalu rebus dalam

400 ml air. Biarkan mendidih selama 10-15 menit. Saring, dan setelah dingin

diminum. Lakukan sehari 2 kali pagi dan sore. 

2. BROTOWALI

Tanaman brotowali (Tinospora crispa) hidupnya merambat. Batangnya

berwarna hijau, penuh benjolan, dan banyak mengandung air. Daun berbentuk

jantung berwarna hijau muda. Bunga bermahkota 6 berwarna hijau muda. Buah

berwarna hijau.Batang brotowali mengandung glikosida pikroretosid, alkaloid

berberina, palmatina, zat pahit pikroretin, dan hars. Oleh karena itu, batang brotowali

Page 15: TUGAS FARMAKOLOGI

terasa amat pahit, bahkan binatang pun enggan menyentuhnya. Mereka yang belum

biasa menikmati brotowali, bisa jadi akan muntah karena pahitnya. Untuk itu,

tambahkan gula pada ramuan brotowali. 

Dibutuhkan tigaperempat jari batang brotowali segar. Potong batang

seperlunya lalu rebus di dalam 4,5 gelas minum air. Biarkan mendidih hingga sisanya

tinggal separuh. Air rebusan disaring, tambahkan pemanis gula. Saban hari, penderita

malaria dianjurkan menenggak tiga kali, dan masing-masing tigaperempat gelas

minum.

3. JOHAR

Tanaman johar (Cassia siamea) lumayan sering diteliti kemungkinannya

sebagai obat malaria. Daunnya mengandung alkaloida bersifat sedikit beracun dan

oxymethylanthraquinone. Namun, zat-zat itu masih terus diuji kaitannya dengan

pengobatan malaria. Menurut Heyne (1917), sudah sejak lama daun johar dipakai

mengobati malaria. 

Lazimnya pohon johar ditanam di tepi-tepi jalan sebagai pohon perindang.

Tingginya bisa mencapai 15 meter dengan batang berdiameter 40-50 cm. Bunganya

berbentuk malai, warna kuning. Kayunya termasuk kuat dan awet. 

Untuk menggunakannya dalam pengobatan malaria digunakan tigaperempat

genggam daun johar segar. Silakan direbus di dalam 3 gelas air, hingga rebusannya

tersisa tigaperempatnya. Saring dan diminum 3 kali sehari, masing-masing

tigaperempat gelas. 

Page 16: TUGAS FARMAKOLOGI

4. MENIRAN

Tanaman meniran (Phyllanthus niruri) disebut juga dengan nama lokal

memeniran, daun-gendong-anak, atau sidukung-anak. Di negeri Cina lebih dikenal

dengan sebutan ye xia zhu atau zhen chu cao. Selama ini, meniran masih tumbuh liar

di kebun atau hutan. Menyukai tempat-tempat yang tanahnya lembap. Ada juga yang

menanamnya untuk pengobatan alami. 

Meniran termasuk tumbuhan berbatang basah, tingginya sampai 45 cm,

bunganya berseling, tumbuh pada ketiak daun. Buahnya kotak, bentuknya bulat-bulat

seperti menir. Daunnya bersirip genap. Daun tersebut mengandung zat-zat seperti

filantin, kalium, damar, dan zat samak.Untuk mengobati malaria, siapkan setengah

genggam daun meniran, cuci bersih lalu rebus dengan air bersih sebanyak 3 gelas.

Biarkan mendidih hingga tinggal tigaperempat bagian. Sesudah dingin, saring lantas

minum 3 kali sehari sebanyak tigaperempat gelas. Bila perlu tambahkan sedikit

madu. 

Resep lainnya, sediakan 7 batang lengkap tanaman meniran, 5 biji bunga

cengkeh kering, dan 1 potong kayu manis. Semuanya dicuci bersih, lalu ditumbuk

halus dan direbus dengan 2 gelas air bersih sampai mendidih. Saringlah, lalu silakan

diminum 2 kali sehari pagi dan sore. 

Page 17: TUGAS FARMAKOLOGI

5. PEPAYA

Tanaman pepaya sungguh kaya gizi dan kandungan zat-zat lainnya. Daun

pepaya mengandung enzym papain, alkaloid karpaino, psudo-karpaina, glikosid,

karposid dan saponin, sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Sedangkan buahnya

mengandung karotena, pectin, d-galaktosa, papain, dan sebagainya. Sementara biji

pepaya memiliki glucoside, cacirin, dan karpain. Getahnya mengandung papain,

kemokapain, lisosim, lipase, glutamin, dan sklotransferase.

Untuk mengobati malaria, ambil daun pepaya agak muda dan masih segar

sebanyak setengah gelas minum. Cuci bersih lalu giling sampai halus, tambahkan

tigaperempat cangkir air masak dan sedikit garam. Peras, lalu saring dan minum 3

kali sehari.

6. PULAI

Sekarang memang sudah cukup sulit menemukan pohon pulai (Alstonia

spectabilis), kecuali mereka yang bergerak di bidang bisnis korek api. Kayu pulai

dipakai sebagai batang korek api tersebut. Kayu pulai tergolong ringan, tidak keras,

dan tak ada galihnya. Pohon pulai bisa tumbuh sangat tinggi dan besar, bisa

mencapai 15 meter dengan diameter batang mencapai 60 cm. 

Pohon pulai mengandung banyak getah berwarna putih yang sangat pahit.

Pada kulit batangnya terdapat kandungan saponin, flavonoida, dan polifenol. Untuk

mengatasi malaria, sediakan 3 jari kulit pulai, cuci dan potong-potong seperlunya.

Page 18: TUGAS FARMAKOLOGI

Lantas rebus dengan 5 gelas minum air bersih. Biarkan mendidih sampai

setengahnya. Sesudah dingin, saring lalu minum 3 kali sehari masing-masing

tigaperempat gelas. Jika perlu, boleh ditambah sedikit gula agar tidak terlalu pahit.

7. SAMBILOTO

Sambiloto (Andrographis paniculata) termasuk tanaman semusim. Ia tumbuh

liar di hutan, di ladang, dan di halaman-halaman yang tanahnya agak lembap. Ada

yang sengaja menanam sambiloto sebagai tanaman obat-obatan. Berbatang basah,

tinggi sampai 80 cm. Daun berbentuk lonjong atau taji, berhadap-hadapan. Bunganya

putih atau ungu, dan bergaris-garis dalam payung tambahan.

Tanaman ini mengandung panikulin dan zat-zat pahit (andrografin,

andrografoloid). Khusus daunnya mengandung zat minyak terbang, garam-kalium

dan natrium, kalmegin, dan hablur kuning (sangat pahit). 

Agar malaria segera pergi, siapkan setengah genggam daun sambiloto segar.

Cuci bersih lalu rebus dengan 3 gelas air bersih. Tunggu mendidih sampai tinggal

seperempat bagian. Setelah dingin, saring dan minum 3 kali sehari masing-masing

tigaperempat gelas

Page 19: TUGAS FARMAKOLOGI

3.3.2 Pengobatan Malaria dengan Menggunakan Pengobatan Modern

Obat dalam pengobatan modern yang dipakai untuk mencapai tujuan pada

umumnya bekerja terutama pada tingkat eritrositer, hanya sedikit yang berefek pada

tingkat eksoeritrositer (hati). Obat harus digunakan terus-menerus mulai minimal 1 -

2 minggu sebelum berangkat sampai 4 - 6 minggu setelah keluar dari daerah endemis

malaria.

OAM yang dipakai dalam kebijakan pengobatan modern di Papua adalah :

- Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan relatif

aman untuk anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis pencegahan

obat ini aman digunakan untuk jangka waktu 2-3 tahun. Efek samping :

gangguan GI Tract seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Efek samping ini

dapat dikurangi dengan meminum obat sesudah makan.

- Primakuin adalah salah satu 8-aminokuinolin yang direkomendasi untuk malaria

saat ini. log primakuin yang aktif dan dimetabolisme lambat yang saat ini sedang

dalam uji klinis. Mekanisme kerjanya belum diketahui. Aksi antimalaria kedua

obat tersebut terutama pada hipnozoit di hati dan dapat digunakan untuk

pengobatan radikal khususnya untuk parasit yang mempunyai bentuk dorman di

hati yaitu P. vivax dan P. Ovale. Primakuin efektif terhadap bentuk intrahepatik

semua spesies plasmodium yang menginfeksi manusia. Primakuin diberikan

secara oral dan diabsorpsi baik dari saluran cerna. Metabolismenya terjadi cepat

dan sangat sedikit obat yang tertinggal dalam tubuh setelah 10-12 jam. Waktu

Page 20: TUGAS FARMAKOLOGI

paronya 3-6 jam. Tafenokuin terurai lebih lambat sehingga menguntungkan dan

dapat diberikan per minggu

Berdasarkan suseptibilitas berbagai macam stadium parasit malaria terhadap

obat antimalaria, maka pengobatan modern antimalaria dapat juga dibagi dalam 5

golongan yaitu :

1 Pengobatan Skizontisida jaringan primer yang dapat membunuh parasit stadium

praeritrositik dalam hati sehingga mencegah parasit masuk dalam eritrosit, jadi

digunakan sebagai obat profilaksis kausal. Obatnya adalah proguanil,

pirimetamin.

2 Pengobatan Skizontisida jaringan sekunder dapat membunuh parasit siklus

eksoeritrositik P. vivax dan P. ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal

sebagai obat anti relaps, obatnya adala primakuin.

3 Pengobatan Skizontisida darah yang membunuh parasit stadium eritrositik, yang

berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinik. Obat ini digunakan

untuk pengobatan supresif bagi keempat spesies Plasmodium dan juga dapat

membunuh stadium gametosit P. vivax, P. malariae dan P. ovale, tetapi tidak

efektif untuk gametosit P. falcifarum. Obatnya adalah kuinin, klorokuin atau

amodiakuin; atau proguanil dan pirimetamin yang mempunyai efek terbatas.

4 Pengobatan Gametositosida yang menghancurkan semua bentuk seksual

termasuk gametosit P. falcifarum. Obatnya adalah primakuin sebagai

Page 21: TUGAS FARMAKOLOGI

gametositosida untuk keempat spesies dan kuinin, klorokuin atau amodiakuin

sebagai gametositosida untuk P. vivax, P. malariae dan P. ovale.

5 Pengobatan Sporontosida yang dapat mencegah atau menghambat gametosit

dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles.

Dalam pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif

sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Klorokuin merupakan

obat anti malaria yang efektif terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap

klorokuin. Keuntungannya tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak mengganggu

kehamilan. Namun, dengan meluasnya resistensi terhadap klorokuin, maka obat ini

sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat. Kona merupakan obat anti-

malaria yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium dan dipilih sebagai obat

utama untuk menangani malaria berat karena masih berefek kuat terhadap

P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin.

Secara global WHO telah menetapkan dipakainya obat ACT (Artemisinin

base Combination Therapy). Golongan artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat

utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan.

Selain itu juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk

gametosit. Juga efektif juga terhadap semua spesies P. falciparum, P. vivax maupun

lainnya

Page 22: TUGAS FARMAKOLOGI

Ada beberapa pengobatan modern anti malaria kombinasi yang banyak digunakan:

1. Artesunat - Amodiaquine

2. Dihydroartemisinin + Piperaquin

3. Artemether + Lumefantrin

4. Artesunat-Meflokuin

5. Artesunat-Sulfadoxin Pirimetamin (SP)

6. Artemisinin-Naphtoquin (masih dalam penelitian)

Page 23: TUGAS FARMAKOLOGI

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Epidemi atau kejadian luar biasa (KLB) malaria adalah terjadinya

peningkatan jumlah penderita atau kematian karena malaria yang secara

statistik bermakna bila dibandingkan dengan waktu sebelumnya (periode 3

tahun yang lalu).

Pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman tradisional misalnya

Anuma, Brotowali, Meniran, Johar, Pepaya, Pulai dan Sambiloto mampu

mengobati malaria.Tanaman-tanaman ini tumbuh berada di wilayah Papua

dan kebanyakan pengobatan dengan meminum ramuan dari daun-daunan ini

sudah menjadi tradisi masyarakat Papua dalam mengobati malaria yang tejadi

di masyaraka

Obat dalam pengobatan modern yang dipakai untuk mencapai tujuan pada

umumnya bekerja terutama pada tingkat eritrositer, hanya sedikit yang

berefek pada tingkat eksoeritrositer (hati). Obat harus digunakan terus-

menerus mulai minimal 1 - 2 minggu sebelum berangkat sampai 4 - 6 minggu

setelah keluar dari daerah endemis malaria.OAM yang dipakai dalam

kebijakan pengobatan modern di Papua adalah Klorokuin dan Primakuin.

Page 24: TUGAS FARMAKOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Anonimous. 1989. Kumpulan Buletin Riset Nyamuk (Masquito) Di Indonesia. Dit. Jen. PPM dan PLP.

Barodji. 1983. Pengaruh penempatan ternak di daerah pedesaan terhadap jumlah vektor malaria An. aconitus yang menggigit orang dalam rumah (Seminar dan Kongres Nasional), Universitas Airlangga, Surabaya.

Barodji. 1987. Fluktuasi Kepadatan Populasi Vektor Malaria An. aconitus Di Daerah Sekitar Persawahan. Proc. Seminar Entomologi II, Jakarta.

Barodji dan Suwasono, H. 20 Keberadaan Sapi dan Kerbau di Daerah Pedesaan dan Pengaruhnya Terhadap Vektor Malaria. Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit. Salatiga.

Damar, T.B. Studi Epidemiologi Malaria di Daerah Endemi Malaria Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. 2002. From URL: http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2002-damar- .html (2 September 2010).

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2008. Kasus Penyakit Menular Yang Diamati Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Bengkulu, Bengkulu.

Gandahusada, S. 2006. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Sumber Internet :

www.google.com

www.wikipedia.org

www.kompas.com

www.cybermediaclips.com

Page 25: TUGAS FARMAKOLOGI