tugas farmakologi Fuji

download tugas farmakologi Fuji

of 22

description

ini teh tugas farmakologinya fuji

Transcript of tugas farmakologi Fuji

  • FARMAKOLOGI 1

    Diajukan untuk memenuhi tugas yang di bina oleh

    Mien Rachminiawati Msi, Ph. D

    Disusun oleh:

    Fuji Pujawati (0661 13 133)

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS PAKUAN

    BOGOR

    2015

  • A. Distribusi Reseptor Parasimpatis

    Sistem saraf parasimpatis adalah bagian saraf otonom yang berpusat

    dibatang otak dan bagian kelangkang sum-sum belakang yang mempunyai

    dua reseptor yaitu reseptor muskarinik dan reseptor nikotik.

    Susunan saraf parasimpatis disebut sebagai syaraf kolinergik karena

    bila dirangsang ujung sarafnya akan melepaskan asetilkolin (Ach). Dan Efek

    asetilkolin ini adalah: Jantung: Denyut diperlambat, Arteri koronari:

    Kontriksi, Tekanan darah: Turun, Pupil mata: Kontriksi, S.P.M: Peristaltik

    bertambah.

    1. Reseptor Muskarin (M)

    berada pada neuron post-ganglion dan dibagi 3 subtipe, yaitu

    reseptor neuronal (M1), cardiak (M2) dan kelenjar (M3) dimana

    masing-masing reseptor ini memberikan efek berbeda ketika

    dirangsang.

    Muskarin (M) merupakan derivat furan yang bersifat toksik dan

    terdapat pada jamur Amanita muscaria sebagai alkaloid.

    Reseptor akan memberikan efek-efek seperti diatas setelah

    mengalami aktivasi oleh neurotransmitter asetilkolin(Ach).

    2. Reseptor Nikotin (N)

    berada pada pelat ujung-ujung myoneural dan pada ganglia

    otonom.

    Stimulasi reseptor ini oleh kolinergik (neostigmin dan piridostigmin)

    yang akan menimbulkan efek menyerupai adrenergik, berlawanan

    sama sekali. Misalnya vasokonstriksi dengan naiknya tensi, penguatan

    kegiatan jantung, stimulasi SSP ringan.

  • Efek Nikotin dari ACh juga terjadi pada perokok, yang

    disebabkan oleh jumlah kecil nikotin yang diserap ke dalam darah

    melalui mukosa mulut.

    B. Keluarnya Saraf Simpatis dan Parasimpatis

    Dalam sistem saraf parasimpatis, aliran preganglionik timbul dari inti

    saraf kranial motorik III, VII, IX, dan X dari batang otak, dan dari segmen

    kedua, ketiga, dan keempat dari sumsum tulang belakang sakral. Serat

    preganglionik dari sistem parasimpatis kemudian memperpanjang menuju

    organ yang mereka menginnervasi, dan sinaps di ganglia yang dekat atau

    berada di dalam organ itu. Setelah sinaps ganglion, serat postganglionik

    muncul untuk menginervasi jaringan tertentu.

    Sistem saraf simpatik terdiri dari ganglia simpatis paravertebral, yang

    saling berhubungan dengan saraf tulang belakang, celiac dan hipogastrik

    ganglia prevertebral, dan saraf dari ganglia ke berbagai organ. Serat simpatis

    preganglionik meninggalkan sumsum tulang belakang bersama-sama dengan

    saraf tulang belakang, tetapi mereka kemudian berpisah. Mereka juga bisa

    langsung sinaps dengan neuron simpatik postganglionik, melewati atas atau

    ke bawah dalam rantai simpatis dan sinaps dengan ganglia lain, atau

    meskipun melewati rantai dan melalui salah satu saraf simpatik ke sinaps

    dengan simpatik ganglion perifer. Serabut simpatis berasal dari tulang

    belakang segmen kabel T1 ke T12, dan L1 dan L2.

  • C. Perbedaan Saraf Simpatik dan Parasimpatik Secara Anatomi

    1. Saraf simpatik

    Ganglion terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada

    sumsum tulang belakang

    Serabut praganglion berukuran pendek

    Serabut postganglion berukuran panjang

    2. Saraf parasimpatik

    berpangkal kepada sumsum lanjutan atau medula oblongata

    Serabut praganglion berukuran panjang

    Serabut postganglion berukuran penek

    D. Obat yang Bekerja pada Vaskular

    ANTI TROMBOSIT.

    Anti trombosit (anti platelet) adalah obat yang dapat menghambat

    agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan

    trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri. Beberapa obat

    yang termasuk golongan ini adalah aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol,

    dekstran, tiklopidin, prostasiklin ( PGI-2 ). Obat anti trombosit yang telah

    terbukti efektifitasnya dalam pencegahan stroke adalah :

    1. Aspirin (asetosal, asam asetil-salisilat).

    Aspirin bekerja mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat

    pembentukan enzim cyclic endoperoxides. Aspirin juga menghambat sintesa

    tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya

    menghambat agregasi trombosit. Aspirin menginaktivasi enzim-enzim pada

  • trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan

    cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic

    Attack). Pada endotel pembuluh darah, aspirin juga menghambat

    pembentukan prostasiklin. Hal ini membantu mengurangi agregasi trombosit

    pada pembuluh darah yang rusak.

    Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa aspirin dapat

    menurunkan resiko terjadinya stroke, infark jantung non fatal dan kematian

    akibat penyakit vaskular pada pria dan wanita yang telah pernah mengalami

    TIA atau stroke sebelumnya.

    Farmakokinetik :

    Mula kerja : 20 menit -2 jam.

    Kadar puncak dalam plasma: kadar salisilat dalarn plasma tidak

    berbanding lurus dengan besamya dosis.

    Waktu paruh : asam asetil salisilat 15-20 rnenit ; asarn salisilat 2-20

    jam tergantung besar dosis yang diberikan.

    Bioavailabilitas : tergantung pada dosis, bentuk, waktu pengosongan

    lambung, pH lambung, obat antasida dan ukuran partikelnya.

    Metabolisrne : sebagian dihidrolisa rnenjadi asarn salisilat selarna

    absorbsi dan didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh

    dengan kadar tertinggi pada plasma, hati, korteks ginjal , jantung dan

    paru-paru.

  • Ekskresi : dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk asam salisilat dan

    oksidasi serta konyugasi metabolitnya.

    Farmakodinamik :

    Adanya makanan dalam lambung memperlambat absorbsinya ;

    pemberian bersama antasida dapat mengurangi iritasi lambung tetapi

    meningkatkan kelarutan dan absorbsinya. Sekitar 70-90 % asam

    salisilat bentuk aktif

    terikat pada protein plasma.

    lndikasi :

    Menurunkan resiko TIA atau stroke berulang pada penderita yang

    pernah menderita iskemi otak yang diakibatkan embolus.

    Menurunkan resiko menderita stroke pada penderita resiko tinggi

    seperti pada penderita tibrilasi atrium non valvular yang tidak bisa

    diberikan anti koagulan.

    Kontra indikasi .

    hipersensitif terhadap salisilat, asma bronkial, hay fever, polip hidung,

    anemi berat, riwayat gangguan pembekuan darah.

    lnteraksi obat:

  • obat anti koagulan, heparin, insulin, natrium bikarbonat, alkohol clan,

    angiotensin -converting enzymes.

    Efek samping:

    nyeri epigastrium, mual, muntah , perdarahan lambung.

    Hati -hati

    Tidak dianjurkan dipakai untuk pengobatan stroke pada anak di bawah

    usia 12 tahun karena resiko terjadinya sindrom Reye. Pada orang tua

    harus hati- hati karena lebih sering menimbulkan efek samping

    kardiovaskular. Obat ini tidak dianjurkan pada trimester terakhir

    kehamilan karena dapat menyebabkan gangguan pada janin atau

    menimbulkan komplikasi pada saat partus. Tidak dianjurkan pula pada

    wanita menyusui karena disekresi melalui air susu.

    Dosis :

    FDA merekomendasikan dosis: oral 1300 mg/hari dibagi 2 atau 4 kali

    pemberian. Sebagai anti trombosit dosis 325 mg/hari cukup efektif dan

    efek sampingnya lebih sedikit.

    Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf merekomendasikan dosis 80-320

    mg/hari untuk pencegahan sekunder stroke iskemik.

  • 2. Tiklopidin

    Tiklopidin adalah inhibitor agregasi platelet yang bekerja menghalangi

    ikatan antara platelet dengan fibrinogen yang diinduksi oleh ADP (Adenosin

    Di Pospat) secara irreversibel, serta menghalangi interaksi antara platelet

    yang mengikutinya. Proses ini menyebabkan penghambatan pada agregasi

    platelet dan pelepasan isi granul platelet.

    Penderita yang diberi Tiklopidin harus dimonitor jumlah netrofil dan

    trombositnya setiap dua minggu selama 3 bulan pertama pengobatan.

    Netropeni berat dapat terjadi dalam waktu 3 minggu sampai 3 bulan sejak

    pengobatan dimulai. Karena waktu paruhnya panjang, maka penderita yang

    berhenti mendapat Tiklopidin dalam waktu 90 hari sejak dimulai harus tetap

    dimonitor darah lengkap clan hitung jenis lekositnya. Kadang-kadang dapat

    terjadi trombositopeni saja atau kombinasi dengan netropeni.

    Tiklopidin adalah obat pilihan pertama untuk pencegahan stroke pada

    wanita yang pemah mengalami TIA serta pada pria dan wanita yang pemah

    mengalami stroke non kardioembolik. Walaupun Tiklopidin telah terbukti

    efektif pada pria yang pernah mengalami TIA, tetapi obat ini merupakan

    pilihan kedua bila tidak ada intoleransi terhadap aspirin.

    Farmakokinetik :

    Mula kerja : diabsorbsi cepat.

    Kadar puncak dalam plasma: 2 jam.

    Waktu paruh : 4-5 hari.

  • Bioavailabilitas : > 80%.

    Metabolisme : terutama di hati .

    Ekskresi : 60% melalui urine daD 23% melalui feses

    Farmakodinamik :

    bioavailabilitas oral meningkat 20% hila diminum setelah makan ;

    pemberian bersama makan dianjurkan untuk meningkatkan toleransi

    gastrointestinal.

    98% terikat secara reversibel dengan protein plasma terutama albumin

    dan lipoprotein.

    Indikasi :

    Mengurangi resiko stroke trombotik pada penderita yang pemah

    mengalami prekursor stroke atau pemah mengalami stroke merupakan

    pilihan bila terjadi intoleransi terhadap aspirin.

    Kontraindikasi :

    Hipersensitivitas terhadap Tiklopidin, kelainan darah (misalnya

    netropeni, trombositopeni), gangguan pembekuan darah, perdarahan

    patologis aktif (misalnya perdarahan lambung, perdarahan intrakranial),

    gangguan fungsi hati berat.

    Interaksi obat

  • aspirin, antasida, simetidin, digoksin, teofilin, fenobarbital, fenitoin,

    propanolol, heparin, antikoagulan oral, obat tibrinolitik.

    Efek samping :

    Paling sering : diare, mual, dispepsia, rash, nyeri gastrointestinal,

    netropeni, purpura, pruritus, dizziness, anoreksia, gangguan fungsi

    hati.

    Kadang-kadang ecchymosis, epistaksis, hematuria, perdarahan

    konjunktiva, perdarahan gastrointestinal, perdarahan perioperatif,

    perdarahan intraserebral, urtikaria, sakit kepala, asthenia, nyeri,

    tinnitus.

    Hati -hati

    Pada usia di bawah 18 tahun belum terbukti keamanan dan

    efektifitasnya. Tidak dianjurkan pada penderita gangguan fungsi hati

    berat. Penggunaan selama kehamilan hanya bila sangat dibutuhkan.

    Bila diberi pada wanita menyusui harus dihentikan menyusuinya.

    Dosis :

    Dewasa dan orang tua : 2 x 250 mg/hari diminum bersama makanan.

    Tidak dianjurkan untuk usia di bawah 18 tahun.

    Dosis yang direkomendasikan Perdossi adalah 250-500 mg/hari pada

    penderita yang tidak tahan dengan aspirin.

  • ANTI KOAGULAN

    1. Warfarin

    Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin

    K-yang berperan dalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi faktor II,

    VII, IX dan X. Ia bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K

    dari protein prekursomya. Karena waktu paruh dari masing-masing faktor

    pembekuan darah tersebut, maka hila terjadi deplesi faktor Vll waktu

    protrombin sudah memanjang. Tetapi efek anti trombotik baru mencapai

    puncak setelah terjadi deplesi keempat faktor tersebut. Jadi efek anti

    koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa hari karena efeknya

    terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan terhadap faktor

    yang sudah ada disirkulasi.

    Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah

    terbentuk, tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti

    efektif untuk pencegahan stroke kardioembolik. Karena meningkatnya

    resiko pendarahan, penderita yang diberi warfarin harus dimonitor waktu

    protrombinnya secara berkala.

    Farmakokinetik :

    Mula kerja biasanya sudah terdeteksi di plasma dalam 1 jam setelah

    pemberian.

    Kadar puncak dalam plasma: 2-8 jam.

    Waktu paruh : 20-60 jam; rata-rata 40 jam.

    Bioavailabilitas: hampir sempurna baik secara oral, 1M atau IV.

  • Metabolisme: ditransformasi menjadi metabolit inaktif di hati dan

    ginjal.

    Ekskresi: melalui urine clan feses.

    Farmakodinamik :

    99% terikat pada protein plasma terutama albumin.

    Absorbsinya berkurang hila ada makanan di saluran cerna.

    Indikasi :

    Untuk profilaksis dan pengobatan komplikasi tromboembolik yang

    dihubungkan dengan fibrilasi atrium dan penggantian katup jantung ;

    serta sebagai profilaksis terjadinya emboli sistemik setelah infark

    miokard (FDA approved).

    Profilaksis TIA atau stroke berulang yang tidak jelas berasal dari

    problem jantung.

    Kontraindikasi .

    Semua keadaan di mana resiko terjadinya perdarahan lebih besar dari

    keuntungan yang diperoleh dari efek anti koagulannya, termasuk pada

    kehamilan, kecenderungan perdarahan atau blood dyscrasias dll.

    Interaksi obat :

    Warfarin berinteraksi dengan sangat banyak obat lain seperti

  • asetaminofen, beta bloker, kortikosteroid, siklofosfamid, eritromisin,

    gemfibrozil, hidantoin, glukagon, kuinolon, sulfonamid, kloramfenikol,

    simetidin, metronidazol, omeprazol, aminoglikosida, tetrasiklin,

    sefalosporin, anti inflamasi non steroid, penisilin, salisilat, asam

    askorbat, barbiturat, karbamazepin dll.

    Efek samping

    Perdarahan dari jaringan atau organ, nekrosis kulit dan jaringan lain,

    alopesia, urtikaria, dermatitis, demam, mual, diare, kram perut,

    hipersensitivitas dan priapismus.

    Hati -hati :

    Untuk usia di bawah 18 tahun belum terbukti keamanan dan

    efektifitasnya. Hati- hati bila digunakan pada orang tua. Tidak boleh

    diberikan pada wanita hamil karena dapat melewati plasenta sehingga

    bisa menyebabkan perdarahan yang fatal pada janinnya. Dijumpai pada

    ASI dalam bentuk inaktif, sehingga bisa dipakai pada wanita menyusui.

    Dosis :

    Dosis inisial dimulai ,dengan 2-5 mg/hari dan dosis pemeliharaan 2-10

    mg/hari. Obat diminum pada waktu yang sama setiap hari. Dianjurkan

    diminum sebelum tidur agar dapat dimonitor efek puncaknya di pagi

    hari esoknya. Lamanya terapi sangat tergantung pada kasusnya. Secara

    umum, terapi anti koagulan harus dilanjutkan sampai bahaya terjadinya

    emboli dan trombosis sudah tidak ada. Pemeriksaan waktu protrombin

    barns dilakukan setiap hari begitu dimulai dosis inisial sampai

  • tercapainya waktu protrombin yang stabil di batas.

    terapeutik. Setelah tercapai, interval pemeriksaan waktu protrombin

    tergantung pada penilaian dokter dan respon penderita terhadap obat.

    Interval yang dianj urkan adalah 1-4 minggu.

    2. Heparin

    Heparin adalah bahan alami yang diisolasi dari mukosa intestinum

    porcine atau dari paru-paru sapi. Obat bekerja sebagai anti koagulan dengan

    mempotensiasi kerja anti trombin III (AT-III) membentuk kompleks yang

    berafinitas lebih besar dari AT - III sendiri, terhadap beberapa faktor

    pembekuan darah, termasuk trombin, faktor IIa, IXa, Xa, XIa,dan XIla. Oleh

    karena itu heparin mempercepat inaktifasi faktor pembekuan darah. Heparin

    biasanya tidak mempengaruhi waktu perdarahan. Waktu pembekuan

    memanjang bila diberikan heparin dosis penuh, tetapi tidak terpengaruh bila

    diberikan heparin dosis rendah. Heparin dosis kecil dengan AT-III

    menginaktifasi faktor XIIIa dan mencegah terbentuknya bekuan fibrin yang

    stabil. Penggunaan hefarin dimonitor dengan memeriksa waktu

    tromboplastin parsial (aPTT) secara berkala.

    Penggunaan heparin untuk stroke akut masih diperdebatkan. Belum ada

    uji klinis yang memberikan hasil yang konklusif. American Heart

    Association merekomendasikan " penggunaan heparin tergantung pada

    preferensi dokter yang menanganinya. Harus dimengerti bahwa

    penggunaan heparin bisa tidak memperbaiki hasil akhir yang diperoleh

    pada penderita stroke iskemik akut ".

    Heparin dapat diberikan secara IV atau SK. Pemberian secara IM tidak

    dianjurkan karena sering terjadi perdarahan dan hematom yang disertai rasa

  • sakit pada tempat suntikan. aPTT dimonitor ketat agar berkisar 1,5 kali nilai

    kontrol. Tujuan terapi adalah meminimalkan resiko transformasi infark

    menjadi perdarahan dan memaksimalkan pengurangan resiko serangan

    ulang. Penderita dengan infark luas (baik secara klinis maupun basil CT -

    scan kepala) mempunyai resiko besar untuk mengalami transformasi

    tersebut, sehingga pemberian heparin sebaiknya ditunda.

    Farmakokinetik :

    Mula kerja : segera pada pemberian IV, 20-60 menit setelah

    pemberian SK

    Kadar puncak dalam plasma: 2 4 jam setelah pemberian SK

    Waktu paruh : 30-180 menit.

    Bioavailabilitas : karena tidak diabsorbsi di saluran cerna, harns

    diberikan secara parenteral.

    Metabolisme : terutama di hati dan sistem retikuloendotelial (SRE) ;

    bisa juga di ginjal

    Ekskresi : secara primer diekskresi oleh hati daD SRE.

    Farmakodinamik : terikat pada protein plasma secara ekstensif

    Indikasi :

    Dosis rendah untuk pencegahan stroke atau komplikasi tromboembolik.

    Profilaksis trombosis serebral pada evolving stroke (masih diteliti).

  • Kontraindikasi :

    hipersensitif terhadap heparin, trombositopeni berat, perdarahan yang

    tidak terkontrol.

    Interaksi obat :

    antikoagulan oral, aspirin, dextran, fenilbutazon, ibuprofen,

    indometasin, dipiridamol, hidroksiklorokuin, digitalis, tetrasiklin,

    nikotin, anti histamin, nitrogliserin.

    Efek samping :

    perdarahan, iritasi lokal, eritema, nyeri ringan, hematom, ulserasi,

    menggigil, demam, urtikaria, asma, rhinitis, lakrimasi, sakit kepala,

    mual, muntah,reaksi anafilaksis, trombositopeni, infark miokard,

    emboli paru, stroke, priapismus, gatal dan rasa terbakar, nekrosis kulit,

    gangren pada tungkai. Penggunaan 15.000 U atau lebih setiap hari

    selama lebih dari 6 bulan dapat menyebabkan osteoporosis dan fraktur

    spontan.

    Dosis :

    dosis rendah dianjurkan untuk pencegahan stroke dan profilaksis

    evolving stroke. Pada pemberian secara SK dimulai dengan 5000 U lalu

    5000 U tiap 8-12 jam sampai 7 hari atau sampai penderita sudah dapat

    dimobilisasi (mana yang lebih lama). Bila diberi IV, sebaiknya didrips

    dalam larutan Dekstrose 5% atau NaCI fisiologis dengan dosis inisial

    800 U/jam. Hindari pemberian dengan bolus. Sesuaikan dosis

  • berdasarkan basil aPTT (sekitar 1,5 kali nilai normal). Pada anak

    dimulai dengan 50 U/kgBB IV bolus dengan dosis pemeliharaan

    sebesar 100 U/kgBB/4jam perdrips atau 20.000 U/m2/24 jam dengan

    infus.

    OBAT TROMBOLITIK

    Biasanya obat ini digunakan untuk infark jantung akut untuk

    melarutkan bekuan darah yang terbentuk pada arteri koronaria. Walaupun

    riwayat adanya gangguan pembuluh darah otak merupakan kontra indikasi

    penggunaannya, pada saat ini sedang berlangsung beberapa penelitian

    mengenai penggunaannya pada stroke (misalnya tissue plasminogen

    activator, streptokinase dan urokinase). Pemberiannya secara IV atau IA,

    dan harus segera diberikan dalam waktu 90 menit sampai 6 jam setelah

    serangan. Saat ini penggunaanya masih dalam taraf eksperimental.

    Streptokinase berasal dari Streptococcus C. hemolyticus .Ia

    menginaktifasi plasminogen dengan cara tidak langsung yaitu dengan

    bergabung terlebih dahulu dengan plasminogen untuk membentuk kompleks

    aktifator. Selanjutnya kompleks tersebut mengkatalisis perubahan

    plasminogen bebas menjadi plasmin. Waktu paruhnya bifasik. Fase cepat

    11-13 menit dan fase lambat 23 menit. Loading dose 250.000 IU per infus

    selama 30 menit diikuti dengan 100.000 IU/jam (biasanya selama 24-72

    jam).

    Urokinase diisolasi dari urin manusia .Urokinase bekerja langsung

    mengaktifkan plasminogen. Seperti streptokinase obat ini tidak bekerja

    spesifik terhadap fibrin sehingga menimbulkan lisis sistemik

    (fibrinogenolisis dan destruksi faktor pembekuan darah lainnya). Waktu

    paruhnya sekitar 20 menit. Loading dose yang dianjurkan 1000-4.500

  • IU/kgBB IV dilanjutkan dengan infus IV 4.400 IU/kgBB/jam.

    NERVE-CELL PROTECTANTS

    Akhir-akhir ini sedang dikembangkan sejumlah sediaan yang dikenal

    sebagai nerve-cell protectants. Sediaan -sediaan ini diharapkan dapat

    bekerja melindungi, sel neuron dari kematian bila mengalami iskemi,

    walaupun dengan efek farmakologis yang berbeda-beda. Beberapa

    sediaan seperti calcium channel blockers, N-methyl-D-aspartate

    (NMDA) antagonists, free radical scavengers dan membrane stabilizers

    telah dicoba pada infark serebri akut. Sejauh ini hanya nimodipin yang

    memperoleh

    rekomendasi dari FDA untuk profilaksis atau terapi stroke akut karena

    terbukti menurunkan morbiditas dari perdarahan sub arakhnoid akut (PSA).

    Nimodipin

    Sebagai calcium channel blockers kerjanya sama seperti calcium

    channel blockers yang lain. Nimodipin mempunyai efek yang lebih besar

    pada arteri serebral daripada arteri lainnya, mungkin karena sifat lipofiliknya

    yang kuat. Mekanisme kerjanya mengurangi defisit neurologis setelah PSA

    (perdarahan sub arachnoid) belum diketahui. Penelitian yang dilakukan

    menunjukkan bahwa untuk PSA nimodipin terbukti mengurangi neurologic

    ischemic deficits bila diberikan sebelum 96 jam mulai serangan dan

    dilanjutkan selama 21. hari dengan dosis 60 mg/4 jam. Sedangkan untuk

    stroke iskemik akut nimodipin tidak memberikan basil yang baik.

  • Farmakokinetik :

    Kadar puncak dalam plasma: dalam 1 jam setelah pemberian.

    Waktu paruh : 8-9 jam.

    Bioavailabilitas: diabsorbsi dengan cepat, tetapi karena langsung

    dimetabolisme di hati maka bioavailibilitas(BA) rata-ratanya

    hanya 13%.

    Metabolisme : di hati (first-pass metabolism).

    Ekskresi : melalui urine dalam bentuk metabolit, hanya < 1 %

    dalam bentuk aktif.

    Farmakodinamik :

    Pemberian bersama makanan menurunkan kadar plasma dan BA

    bila dibandingkan dengan pemberian saat lambung kosong.

    Lebih dari 95% terikat pada protein plasma.

    Pada gangguan fungsi hati metabolismenya berkurang ; pada

    sirosis hati, BA nya meningkat.

    lndikasi :

    Perbaikan hasil secara neurologis dengan mengurangi insidens dan

    beratnya kerusakan pada penderita dengan PSA akibat pecahnya

    aneurisma kongenital yang berada dalam kondisi neurologis yang baik

    setelah serangan.

  • Interaksi obat : dengan calcium channel blockers yang lain.

    Efek samping :

    Sering : penurunan tekanan darah, gangguan fungsi hati, edema, diare,

    rash, sakit kepala, keluhan saluran cerna, mual, dispnoe, kelainan

    EKG, takikardi, bradikardi, nyeri/kram otot, depresi.

    Kadang-kadang : hepatitis, gatal, perdarahan lambung,

    trombositopeni, anemi, palpitasi, muntah, wheezing, dizziness,

    rebound vasospasm, hipertensi, light-headedness, jaundice.

    Dosis :

    60 mg/4 jam per oral selama 21 hari, sebaiknya 1 jam sebelum atau 2

    jam setelah makan. Pemberian pertama harus dimulai sebelum 96 jam

    terjadi serangan. Penderita dengan sirosis hati harus diturunkan

    dosisnya menjadi 30 mg/4 jam dan dimonitor tekanan darah dan

    nadinya secara ketat.