Tugas Farmakologi FT

21
Nama : Jhon Roby Purba NIM : 1490361029 Mata Kuliah : Farmakologi Semester : II Jurusan : S2 Fisiologi Olahraga (Konsentrasi Fisioterapi) MAKALAH TUGAS FARMAKOLOGI FISIOTERAPI General Pharmacology Introduction. Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat : sejarah, sumber, sifat kimia & fisik, efek fisiologi & biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi & penggunaannya (proses penggunaan obat sampai dihasilkan efek obat). Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat : cara membuat, memformulasi, menyimpan, menyediakan obat (proses sampai dihasilkan obat). Cabang – cabang ilmu farmakologi adalah : Farmakognosi : mempelajari sifat tumbuhan & bahan obat lain Farmakoterapi : penggunaan obat untuk pengobatan & pencegahan penyakit Farmakologi eksperimental: pada hewan Famakologi klinik : pada manusia Toksikologi : keracunan zat kimia (obat/zat yang digunakan dalam rumah tangga mis: insektisida, pestisida, zat pengawet, dll) Farmakoekonomi : mempelajari hubungan obat & nilai ekonomis dari obat tsb. Farmakoepidemiologi dsb

description

contoh tugas

Transcript of Tugas Farmakologi FT

Nama : Jhon Roby Purba

NIM : 1490361029

Mata Kuliah : Farmakologi

Semester : II

Jurusan : S2 Fisiologi Olahraga (Konsentrasi Fisioterapi)

MAKALAH TUGAS FARMAKOLOGI FISIOTERAPI

General Pharmacology Introduction.

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat : sejarah, sumber, sifat kimia &

fisik, efek fisiologi & biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi,

ekskresi & penggunaannya (proses penggunaan obat sampai dihasilkan efek obat).

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat : cara membuat, memformulasi,

menyimpan, menyediakan obat (proses sampai dihasilkan obat).

Cabang – cabang ilmu farmakologi adalah :

Farmakognosi : mempelajari sifat tumbuhan & bahan obat lain

Farmakoterapi : penggunaan obat untuk pengobatan & pencegahan penyakit

◦ Farmakologi eksperimental: pada hewan

◦ Famakologi klinik : pada manusia

Toksikologi : keracunan zat kimia (obat/zat yang digunakan dalam rumah tangga mis:

insektisida, pestisida, zat pengawet, dll)

Farmakoekonomi : mempelajari hubungan obat & nilai ekonomis dari obat tsb.

Farmakoepidemiologi dsb

Farmakodinamik : mempelajari efek obat thd fisiologi & biokimia organ tubuh &

mekanisme kerjanya (pengaruh obat terhadap tubuh).

Farmakokinetik : mempelajari absorpsi, distribusi, metabolisme & ekskresi obat

dalam tubuh (pengaruh tubuh terhadap obat.

Sumber-sumber obat :

Tumbuhan (Kuinin, digitalis)

Hewan (insulin)

Mineral (kaolin, carbon)

Mikroorganisme (Penisilin, eritromisin)

Sintesis kimiawi (aspirin, parasetamol)

Bioteknologi (Interferon, hormon, growth factors)

Farmakokinetik

Berasal dari kata Kinetik = pegerakan, jadi farmakokinetik adalah mempelajari pergerakan

obat sepanjang tubuh:

Absorpsi (diserap kedalam tubuh)

Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh)

Metabolisme (diubah menjadi bentuk yang dapat dibuang dari tubuh).

Ekskresi (dikeluarkan dari tubuh)

Absorpsi

- Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui

jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik.

- Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif

dan transport pasif.

Farmakokinetik Obat : perjalanan obat (kimia dan biokimia)

Terdiri dari :

- Absorbsi

- Distribusi

- Metabolisme

- Ekskresi/ eliminasi.

ABSORBSI

adalah proses penyerapan obat di tempat pemberian hingga akhirnya masuk ke dalam

pembuluh darah.

Faktor yang mempengaruhi:

Fisik dan kimia bahan obat

Bentuk sediaan obat

Formulasi obat

Cara pemberian

Luas permukaan kontak obat.

Jenisnya :

Per-oral

Per oral → paling mudah,murah,relatif aman

(+) : tidak membutuhkan alat khusu alat, aseptik

(-) : - Tidak bisa dipakai untuk pelupa

- Tidak bisa dipakai emergency

Suntikan/injeksi

- Lebih maju

- Syarat : septik,keahlian

- (+) : langsung ke darah, bisa utk emergency

- (-) : kemungkinan alergi lebih cepat

Intravena

- Melalui pembuluh darah vena

- Dapat digunakan untukobat yang dapat menyebabkan iritasi

- Tidak melalui absorbsi

Intramuskular

- Banyak digunakan

- Absorbsi tidak scepat iv,

- Misal : KB

Subkutan

- Misal : KB

Inhalasi

- (+) Cepat bereaksi

- (-) Perlu metode khusus(sukar)

- Obat sering mengiritasi paru

- Sukar mengatur dosis (Misal: utk anestesi ,asma).

Ttopikal

- Salep,tetes

- (+) efek lokal,praktis

- (-) permukaan luas → sulit.

DISTRIBUSI

Darah ® obat + protein plasma ® seluruh tubuh

Distribusi fase 1

Terjadi segera setelah penyerapan, yakni pada organ dengan perfusi sangat baik ®

jantung, hati, ginjal, otak

Distribusi fase 2

Cakupannya lebih luas, yakni pada organ dengan perfusi kurang baik ® kulit, otot, viscera.

Distribusi ke ruang interstitial lebih cepat sebab celah endotel kapiler mampu

melewatkan semua molekul obat bebas, kecuali pada otak

Contoh akumulasi obat dalam jaringan:

Kuinakrin dalam hati, DDT dalam jaringan lemak, Pb dalam tulang, digoksin dalam

otot jantung & otot skelet, klorpromazin dalam otak.

Reaksi :

Fase I à oksidasi, reduksi, dan hidrolisis à obat jd inaktif, >> aktif, atau << aktif.

Rx metab yg terpenting : oksidasi oleh enzim sitokrom P450 dlm hati (70 %)

Misal : CYP3A4/5 à penting dlm metabolisme lintas pertama berbagai obat

 

Fase II à konjugasi dg substrat endogenGlukuronidasi melalui enzim UDP-Glukoronil

transferase. Jika enzim mengalami kejenuhan pd dosis tx à lonjakan dlm plasma à FK non

linear.

Interaksi berupa INDUKSI dan INHIBISI

INDUKSI à peningkatan sintesis enzim à kecep. metabolisme à toleransi FK

INHIBISI à pd umumnya bersifat kompetitif.

Metabolisme obat akan terganggu pada keadaan :

Pasien dg peny hati, misal perlemakan hati, sirosis hepatis, dan kanker hati

Gagal jantung

Syok

EKSKRESI

Adalah Proses pengeluaran zat/hasil metabolisme tubuh yang tidak diperlukan lagi (waste).

Zat tidak dihasilkan tubuh tetapi dari proses metabolisme,

Ex: ekskresi urea, garam, air melalui keringat ; CO2 mll paru; empedu :faeces.

3 PROSES DASAR

1. Filtrasi Glomerolus (FG)

Filtrasi plasma bebas protein menembus kaliper glomerolus ke dlm capsula bowman.

Dipengaruhi : tek.darah kapiler glomerolus (55 mmHg), tekanan koloid osmotik plasma (30),

tekanan hidrostatik kapsula bowman (10) ---> Tek.filtrasi netto (10 mmHg).

Sebanyak 20-25 % curah jantung disalurkan ke ginjal, 20%-nya difiltrasi mll glomerolus dgn

GFR 125 ml/menit.

2. Reabsorbsi Tubulus (RT)

Perpindahan selektif zat2 yg difiltrasi (dari lumen tubulus ke kapiler peritubulus).

Lebih dr 99% plasma yg difiltrasi kembali ke darah. Zat yg direabsorpsi : Na+, glukosa, asam

amino, Cl-, H2O, urea, PO4-, Ca++.

Pd tub.proximal & distal tjd reabsorpsi pasif untuk bentuk non ion, shg obat elektrolit lemah

reabsorpsi nya bergantung pd pH lumen tubulus. Bila urin lebih basa, asam lemah terionisasi

lebih bnyk, shg reabsorpsinya berkurang mk ekskesinya naik, dsb. Prinsip ini digunakan utk

mengobati keracunan obat, ex: salisilat, fenobarbital .

3. Sekresi Tubulus (ST)

Perpindahan selektif zat2 yg tidak difiltrasi (dari kapiler peritubulus ke lumen tubulus).

Sekresi zat meningkatkan eskskresinya dalam urin. Terpenting: H+, K+, anion dan kation

organik, asam organik (penisilin, salisilat), basa organik (kolin, histamin).

Ekskresi obat mll ginjal menurun pd gangguan fungsi ginjal, shg dosis perlu diturunkan /

interval pemberian diperpanjang. Jika tidak disesuaikan mk, kadar obat aktif maupun

metabolit aktifnya meningkat dalam darah dan jaringan, shg dapat menimbulkan respon yg

berlebihan /efek toksik. Disamping itu, penyakit ginjal dpt mengurangi kadar protein plasma

shg meningkatkan kadar obat bebas dlm plasma, mengubah keseimbangan elektrolit dan

asam-basa, meningkatkan sensitivitas jaringan thd beberapa obat, mengurangi efektivitas

beberapa obat.

Prinsip penggunaan obat pd gagal ginjal:

1. Sedapat mungkin dipilih obat yg eliminasinya mlll metabolisme di hati

2. Hindarkan penggunaan : gol.tetrasiklin (kec.doksisiklin & monosiklin), diuretik

merkuri, diuretik hemat kalium, tiazid, antidiabetik oral, aspirin

(parasetamol :analgesik paling aman)

3. Dosis lebih rendah dr normal

Selanjutnya lakukan evaluasi respon klinik penderita dan sebaiknya monitoring kadar obat

dlm plasma

EKSKRESI OBAT NON GINJAL

HATI

Banyak metobolit obat terbentuk di hati lalu dieksktresi ke usus mll empedu, lalu

dibuang mll faeces, tapi lebih sering diserap kembali dan akhirnya diekskresi lewat ginjal.

Transpot empedu ada 3, yg semuanya berupa transport aktif: asam organik, basa

organik, dan zat netral (steroid).

Musculoskeletal Medications.

A. Penatalaksanaan Osteoporosis.

1. Gejala Hipokalsemia

a. Eksitabilitas saraf dan otot meningkat

b. twitching, tremors, cramping dari Otot

c. Mati rasa, perasaan geli, dan kejang

2. Gejala Hiperkalsemia

a. Mual/muntah, anoreksia

b. Meningkatkan rasa haus, meningkatkan volume urine

c. Nyeri otot/kelemahan otot

Bisphosphonates (Penghambat Resorpsi Tulang/Bone Resorption Inhibitors)

a. Mekanisme kerjaà menarik kalsium dari dalam darah ke tulang sehingga

meningkatkan mineralisasi tulang . Contoh: alendronate (Fosamax)

b. Kegunaan : osteoporosis, Paget’s disease, Hiperkalsemia 2o keganasan

c. Efek samping ketidaknyamanan pada saluran cerna dan iritasi esofagus

Bisphosphonates :

- Diberikan sekali seminggu

- Diberikan pada keadaan perut kosong

- Posisi tetap berdiri atau duduk selama 30 menit setelah mengkonsumsi obat

(mencegah iritasi esofagus).

Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis

NSAID’s

Efek analgesik

Efek anti-inflamasi

Ganggguan saluran cerna

Corticosteroids

Efek antiinflamasi

Gangguan saluran cerna

Efek jangka panjang

Disease-Modifying Antirheumatic Drugs (DMARD’s)

Obat sistotoksik

Gold Salts

Obat antimalaria

Sulfasalazine

Efek samping :

- GI discomfort/ulkus

- Disfungsi hepatik

- Myelosupresi .

Obat Sitotoksik

methotrexate (Rheumatrex)

mual, stomatitis, alopecia, mielosupresi.

Obat antimalaria

hydrochloroquine (Plaquenil)

Efek samping lebih sedikit, namun dapat menyebabkan kerusakan retina

sehingga berakibat kebutaan.

Sulfasalazine

sulfasalazine (Azulfidine)

GI discomfort (n/v, diarrhea, cramping)

Hepatotoksik

Mielosupresi

Evaluasi pengobatan

Berkurangnya rasa nyeri

Berkurangnya inflamasi, pembengkakan

Meningkatnya fungsi sendi.

Evaluasi Efek samping

GI discomfort, ulkus, perdarahan saluran cerna

Test fungsi liver (Liver Function Test)

Hitung sel darah.

Muscle Relaxants

Keguanaan

Muscle spasm

Back pain

Contoh:

baclofen (Lioresal)

Efek samping:

Mengantuk (drowsiness), lethargi (Lesu/malas), confusion (kebingungan )

Hindaari kombinasi/penggunaan bersamaan dengan depresan lainnya

Review Muscle relaxants

Digunakan untuk mengobati back pain dan/ atau spasme otot

Depresi CNS.

HISTAMIN DAN ANTIHISTAMIN

1. PENDAHULUAN

Histamin (2-4 imidazol etilamin), angiotensin, vasopresin, bradikinin, serotonin,

leukotren® “autakoid” atau “self remedy”

Histos: oleh Best 1927

• H1

• H2

• H3

• H4

Aktivasi H1:

Penurunan tahanan vaskuler perifer

Peningkatan venula pasca kapiler

Vasokonstriksi A. Koroner dan A. Basiler

Bronkospasme

Kontraksi otot polos ileum

Rasa sakit, gatal di ujung saraf kulit

Aktivasi H2:

Penurunan tahanan vaskuler perifer

Vasodilatasi kulit muka

Dilatasi A. Karotis dan A. Pulmonalis

Peningkatan otomatisitas artrium dan ventrikel

Efek krono dan inotrofik

Bronkodilatasi

Sekresi asam lambung dan pepsin

Relaksasi uterus dan ileum

Menghambat “Ig=E dependent degranulation”

• Aktivasi H3:

Menghambat saraf eksitasi kolinergik dan non-kolinergik

Menghambat “feedback”

Aktivasi H4: reaksi imun

Histamin:

• Amin endogen BM rendah

• Sel mas dan basofil.

G Protein Coupled Receptors

Pelepasan histamin

MEKANISME KERJA

• Aktivasi H1:

- Peningkatan Ca intrasel

- Fosfolipase

- EDRF ® NO ® Vasodilatasi ® c GMP

- Fosfoinositol + meningkatkan Ca intrasel ® vasokonstrisi

• Aktivasi H2:

- peningkatan c AMP lambung, jantung dan

sel imun

• Aktivasi H3:

- menurunkan histamin ® meningkatkan influks Ca

• Aktivasi H4:

- meningkatkan Ca

INDIKASI :

1. Uji sekresi asam lambung

2. Diagnosis feokromositoma

3. Uji faal paru

4. Uji pembedaan Anemia pernisiosa dengan anemia lain

II. ANTAGONIS HISTAMIN

1. PENDAHULUAN

• Antagonis histamin dibagi 3 yaitu H1, H2 dan H3

• Antagonis H1 disebut antihistamin

a. Antagonis H1 atau antihistamin

• Dibagi 3 yaitu:

- Generasi I: etanolamin, alkilamin, piperazin, etilendiamin dan fenotiazin

@ menembus sawar darah-otak

@ Bersifat sedatif dan antimuskarinik (+)

Antagonis H1

- Generasi II: piperidin, alkilamin, piperazin

@ tidak menembus sawar darah otak

@ non-sedatif dan antimuskarinik (-)

- Generasi III: Desloratadin, feksofenadin, levocetirizin

@ turunan generasi II ® ESO¯

• MEKANISME KERJA:

Mengantagonis H1 secara kompetitif dan reversibel, tetapi tidak memblok pelepasan

histamin

ANTAGONIS H1

FARMAKOKINETIK:

• Absorpsinya baik, kadar puncak plasma 2-3jam

• Efeknya 4-6 jam (Aztemizol > 24 jam)

• Difenhidramin (G1): distribusinya luas, dijumpai di urin dalam bentuk metabolit.

Eliminasinya cepat pada anak-anak dan menginduksi enzim mikrosomal hati

• Aztemizol, terfenadin, loratadin dan feksofenadin (G2): absorpsinya cepat dan

dimetabolisme di hati melalui sitokrom P-450.

Antagonis H1

INDIKASI:

1. Reaksi alergi

• Generasi 1: alergi akut utk rinitis, urtikaria dan konjungtivitis

• Anafilaktik syok: tetap epinefrin (adrenalin)

• Rinitis alergika:

- Akut : Alkilamin (Klorfeniramin)

- Kronis : Piperidin (terfenadin/fekso)

• Asma: Antihistamin kurang bermanfaat terutama pada anak-anak

• Konjungtivitis alergika:

- Levokabastin dan antazolin

• Dermatitis alergika:

- mengurangi rasa gatal, edema, eritema ®terfenadin > klorfeniramin thd urtikaria kronik

idiofatik

- urtikaria fisik (misal: dingin): cetirizin

2. Antiemetik:

• Fenotiazin (prometazin) dng cara menghambat reseptor D2 di saluran cerna

• Etanolamin (doksilamin): hiperemesis gravidarum

3. Motion sickness:

• Skopolamin merupakan drug of choice

• Prometazin: motion sickness dng mual-muntah

• Dimenhidrinat & meklizin: gangguan vestibuler

4. Anestesi lokal: prometazin dan difenhidramin dlm dosis besar

KONTRAINDIKASI

1. Wanita hamil dan menyusui kecuali prometazin, doksilamin dan terfenadin

2. Asma terutama anak-anak

3. Pengemudi atau orang yang menjalankan mesin terutama generasi 1

4. Glaukoma dan hipertrofi prostat

5. Gangguan kardiovaskuler dan hepatik terutama terfenadin dan aztemizol

EFEK SAMPING

1. Generasi 1 yang sering terjadi yaitu sedasi

• Gejala SSP lain: pusing, lesu, insomnia, tremor

• Saluran cerna: hilangnya nafsu makan, mual-muntah, nyeri epigastrium dan diare

• Efek muskarinik: kering mulut dan jalan nafas, retensi urin dan disuria, gangguan

penglihatan

2. Generasi 2 dapat menyebabkan “TORSADES DE POINTES”, perpanjangan QT

interval (terfenadin & aztemizol) mungkin dikarenakan dosis besar atau adanya

gangguan hepatic.

3. Generasi III: minimal, yg menonjol drowsiness

INTERAKSI OBAT:

Terfenadin, dan aztemizol ditambah antijamur (itrakonazol, flukonazol dan

mikonazol) ® perpanjangan QT interval

Efek sedasi meningkat bila generasi 1 diberikan bersama alkohol dan diazepam .

ANTAGONIS H2

• Mengontrol asam lambung secara fisiologis

• Simetidin (ETINIDIN)mempunyai cincin imidazol

• Ranitidin mempunyai senyawa furan

• Famotidin, nizatidin, dan roksatidin mempunyai senyawa tiazol

• Lebih hidrofilik dari H1 dan mencapai SSP.

MEKANISME KERJA :

• Menghambat interaksi histamin dng reseptor H2

• Mengurangi sekresi asam lambung, histamin, gastrin, kolinomimetik (AINS),

rangsangan vagal, makanan terutama asam, insulin dan kopi

• Mengurangi sekresi asam nokturnal dan basal

• Mengurangi volume cairan lambung dan ion H+

• Simetidin, ranitidin, dan famotidin: efek pd otot polos lambung dan spinkter esofagus

menurun

• Nizatidin: menekan kontraksi otot lambung® dng cara menghambat

asetilkolinesterase.

FARMAKOKINETIK

• Absorpsi cepat di saluran cerna

• [ ] puncak plasma dicapai 1-2 jam

• W/P eliminasi simetidin, ranitidin, dan famotidin 2-3 jam, sedangkan Nizatidin lebih

kurang 1,5 jam dan roxatidin 5-6jam (eliminasi)

• Mengalami metabolisme hepatik

• Ekskresi terutama melalui urin

INDIKASI

1. Ulkus lambung dan duodenal

• Kemampuan menurunkan asam lambung yg terbaik yaitu Famotidin dan nizatidin

diikuti oleh ranitidin dan simetidin® dosis harian atau dosis harian dibagi 2

• Ulkus duodenal responnya 4-8 minggu

• Ulkus lambung: responnya 8 minggu® 50-75% penderita membaik

2. Syndrome Zollinger Ellison: dibutuhkan dosis besar untuk menekan sekresi asam

yang disebabkan oleh gastrin

3. Penyakit Refluks Esofagal: dibutuhkan 2 X dosis harian

4. Stress Ulcers: syndrome short bowel, hipersekresi oleh karena mastositosis, leukimia

basofilik dan pre-anestetik .

EFEK SAMPING

• ESO Simetidin : pusing/sakit kepala, lesu, nyeri otot, gangguan seksual,

ginekomastia, diare sedangkan somnolens dan bingung banyak terjadi pada lansia.

Gangguan seksual, penurunan libido dan ginekomastia terjadi krn obat ini

meningkatkan prolaktin dan mengikat reseptor androgen. Obat ini juga menghambat

sitokrom P-450 dan menimbulkan gangguan darah.

• ESO Ranitidin: kejadian bingung, ginekomastia, gangguan seksual dan darah lebih

rendah dari simetidin

• ESO Famotidin dan nizatidin: sakit kepala, konstipasi dan diare

• ESO Roksatidin:sakit kepala, mual-muntah, gangguan tidur

KONTRAINDIKASI

1. Hati-hati penggunaan simetidin pada lansia dan gangguan hati

2. Hati-hati penggunaan ranitidin, famotidin, nizatidin & roksatidin pada wanita hamil

3. Roksatidin: anak < 14 tahun.

INTERAKSI OBAT

1. Karena menghambat sitokrom P-450, simetidin dapat menghambat metabolisme

fenitoin, teofilin, siklosporin, metopranolol, Ca antagonis, warfarin, antidepresan

trisiklik dan imipramin

2. Simetidin juga menghambat sekresi tubular prokainamid, dan meningkatkan

metabolisme etanol

3. Ranitidin menurunkan absorpsi diazepam dan juga berinteraksi dengan teofilin dan

metoprolol

4. Nizatidin menghambat dehidrogenase dengan alkohol

5. Roksatidin: belum diketahui.