Tugas Elektrokardiografi

45
1. Konsep Dasar Elektrokardiografi a. Definisi Elektrokardiografi Jantung memiliki suatu sistem dimana selnya mempunyai kemampuan untuk membangkitkan dan menghantarkan impuls listrik secara spontan. Kegiatan listrik jantung sering dihubungkan dengan perjalanan impuls dari jantung yang dihantaran menuju jaringan tubuh dan diukur pada permukaan tubuh menggunakan galvanometer. Galvanometer yang khusus digunakan untuk mendeteksi dan meningkatkan aktivitas listrik yang lebih kecil dari jantung dan kemudian dapat digambarkan pada kertas yang berjalan disebut Elektrokardiogram (EKG). EKG dapat mencatat aktivitas listrik miokardium dari 12 posisi yang berbeda - 3 posisi standar, 3 posisi unipolar, dan 6 posisi dada. Elektrokardiograf juga dapat didefinisikan sebagai alat diagnosa yang sudah umum dan sering digunakan dalam rangka mengukur aktivitas elektrik jantung dengan bentuk gelombang (McCann, 2004). Impuls yang bergerak akibat adanya sistem konduksi jantung menciptakan elektriksitas yang kemudian dapat dimonitor dari permukaan tubuh. Pemasangan elektrode di kulit individu dapat mendeteksi elektriksitas tersebut dan mentransmisi tersebut ke 1

description

buat anak-anak perawat yg butuh materi EKG

Transcript of Tugas Elektrokardiografi

Page 1: Tugas Elektrokardiografi

1. Konsep Dasar Elektrokardiografi

a. Definisi Elektrokardiografi

Jantung memiliki suatu sistem dimana selnya mempunyai kemampuan

untuk membangkitkan dan menghantarkan impuls listrik secara spontan.

Kegiatan listrik jantung sering dihubungkan dengan perjalanan impuls dari

jantung yang dihantaran menuju jaringan tubuh dan diukur pada permukaan

tubuh menggunakan galvanometer. Galvanometer yang khusus digunakan

untuk mendeteksi dan meningkatkan aktivitas listrik yang lebih kecil dari

jantung dan kemudian dapat digambarkan pada kertas yang berjalan disebut

Elektrokardiogram (EKG). EKG dapat mencatat aktivitas listrik

miokardium dari 12 posisi yang berbeda - 3 posisi standar, 3 posisi

unipolar, dan 6 posisi dada.

Elektrokardiograf juga dapat didefinisikan sebagai alat diagnosa yang

sudah umum dan sering digunakan dalam rangka mengukur aktivitas

elektrik jantung dengan bentuk gelombang (McCann, 2004). Impuls yang

bergerak akibat adanya sistem konduksi jantung menciptakan elektriksitas

yang kemudian dapat dimonitor dari permukaan tubuh. Pemasangan

elektrode di kulit individu dapat mendeteksi elektriksitas tersebut dan

mentransmisi tersebut ke instrumen dan merekamnya (elektrokardiogram)

sebagai aktivitas jantung (McCann, 2004). Jadi pengertian EKG adalah

rekaman aktivitas listrik jantung atau bioelektrikal pada jantung yang

digambarkan dengan sebuah grafik EKG atau dengan kata lain grafik EKG

menggambarkan rekaman aktifitas listrik jantung.

EKG adalah alat bantu diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi

aktivitas listrik jantung. Sangat keliru bila EKG diidentikkan sebagai alat

pendeteksi kontraksi jantung (Sundana, 2007:1).

Dalam buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II (2009;1523), bahwa

EKG adalah pencatatan grafis potensial listrik yang ditimbulkan oleh

jantung pada waktu berkontraksi.

1

Page 2: Tugas Elektrokardiografi

Menurut Muttaqin (2010;193), pemeriksaan EKG merupakan suatu

penilaian yang berguna untuk mencatat data tentang aktivitas listrik

jantung, denyut jantung, dan integritas konduksi listrik jantung. EKG

mempunyai nilai diagnostik pada keadaan klinis, meliputi : aritmia jantung,

hipertrofi atrium dan ventrikel, iskemia dan infark miokard, efek obat-

obatan terutama digitalis dan anti-aritmia, gangguan keseimbangan

elektrolit khususnya kaliun, serta penilaian fungsi pacu jantung.

Elektrokardiografi yang umumnya disebut EKG merupakan

pemeriksaan kondisi jantung yang paling banyak dilakukan. EKG

digunakan untuk membuat grafik rekaman arus listrik jantung yang

ditimbulkan oleh denyut jantung. Arus ini menyebar dari jantung ke segala

arah dan ketika mencapai kulit diukur dengan elektroda yang dihubungkan

ke alat penguat dan kertas grafik perekam, yang akan mencetak hasil

perekaman (http://medicastore.com).

b. Sejarah Elektrokardiografi

(http://id.wikipedia.org)

Alexander Muirhead menghubungkan kabel ke pergelangan tangan

pasien yang sakit untuk memperoleh rekaman detak jantung pasien selama

kuliah untuk DSc-nya (dalam listrik) pada tahun 1872 di St. Bartholomew's

Hospital. Aktivitas ini direkam secara langsung dan divisualisasikan

menggunakan elektrometer kapiler Lippmann oleh seorang fisiolog Britania

bernama John Burdon Sanderson.

Orang pertama yang mengadakan pendekatan sistematis pada jantung

dari sudut pandang listrik adalah Augustus Waller, yang bekerja di St.

Mary's Hospital di Paddington, London. Mesin elektrokardiografnya terdiri

atas elektrometer kapiler Lippmann yang dipasang ke sebuah proyektor.

Jejak detak jantung diproyeksikan ke piringan foto yang dipasang ke sebuah

kereta api mainan. Hal ini memungkinkan detak jantung untuk direkam

2

Page 3: Tugas Elektrokardiografi

dalam waktu yang sebenarnya. Pada tahun 1911 ia melihat karyanya masih

jarang diterapkan secara klinis.

Gebrakan bermula saat seorang dokter Belanda kelahiran Kota

Semarang, Hindia Belanda (kini Indonesia) bernama Willem Einthoven,

yang bekerja di Leiden, Belanda, menggunakan galvanometer senar yang

ditemukannya pada tahun 1901, yang lebih sensitif daripada elektrometer

kapiler yang digunakan Waller. Einthoven menuliskan huruf P, Q, R, S dan

T ke sejumlah defleksi, dan menjelaskan sifat-sifat elektrokardiografi

sejumlah gangguan kardiovaskuler. Pada tahun 1924, ia dianugerahi

Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk penemuannya.

Meski prinsip dasar masa itu masih digunakan sekarang, sudah banyak

kemajuan dalam elektrokardiografi selama bertahun-tahun. Sebagai contoh,

peralatannya telah berkembang dari alat laboratorium yang susah dipakai ke

sistem elektronik padat yang sering termasuk interpretasi elektrokardiogram

yang dikomputerisasikan.

c. Tujuan Tindakan

1. Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)

2. Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan

ventrikel)

3. Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung

4. Mengetahui adanya gangguan elektrolit

3

Page 4: Tugas Elektrokardiografi

5. Mengetahui adanya gangguan perikarditis

6. Mengidentifikasi gangguan ritme dan konduksi jantung dan pembesaran

rongga jantung.

d. Kompetensi Dasar lain yang Harus Dimiliki

Sebelum melakukan perekaman EKG, kompetensi yang harus dimiliki

perawat yaitu:

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi jantung

Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa yaitu

atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Hubungan

fungsional antara atrium dan ventrikel diselenggarakan oleh jaringan

susunan hantar khusus yang menghantarkan impuls listrik dari atrium ke

ventrikel. Sistem tersebut terdiri dari nodus Sinoatrial (SA), nodus

Atrioventrikuler (AV), berkas His dan serabut-serabut Purkinje. Setiap

denyut jantung normal merupakan hasil pembangkitan impuls listrik di

SINO-ATRIAL NODE (SA Node), yang mengatur frekuensi dan irama

denyutan jantung. Pola hantaran normal jantung dikenal sebagai

IRAMA SINUS (sinus rhythm) karena denyut tersebut berasal dari SA

Node. SA Node terletak pada petemuan antara vena kava superior

dengan atrium kanan.

Impuls jantung kemudian akan meninggalkan SA Node dan

berpencar menuju otot atrium melalui jalur intra atrium. Rangsangan

listrik ini mengakibatkan kontraksi kedua atrium. Impuls kemudian

sampai ke atrio ventrikuler node (AV Node) dimana impuls

dihamburkan untuk memberikan waktu kontraksi kedua atrium selesai

dan memastikan pengisian darah di ventrikel. Mengikuti penghambatan

di AV Node, impuls kemudian mencapai BERKAS HIS, lalu turun ke

kanan dan kiri dari cabang berkas dan naik ke serat PURKINJE.

Peristiwa ini tidak lebih dari beberapa detik dan mengakibatkan

kontraksi ventrikel. Hantaran impuls sepanjang serabut khusus, 5 kali

lebih cepat dibandingkan pada serabut otot jantung tidak khusus.

4

Page 5: Tugas Elektrokardiografi

Transmisi impuls yang cepat merangsang sel otot selalui kedua ventrikel

berkontraksi secara terus menerus.

Frekuensi denyutan alami pada jalur hantaran pacemaker :

SA Node : 60-100 x/menit

AV Node : 40-60 x/menit

Sistem Purkinje : 25-40 x/menit

e. Kertas Perekam EKG

Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan

kecepatan 25 mm/s, meskipun kecepatan yang di atas daripada itu sering

digunakan. Setiap kotak kecil kertas EKG berukuran 1 mm². Dengan

kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s (40 ms).

5 kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms).

Karena itu, ada 5 kotak besar per detik. 12 sadapan EKG berkualitas

diagnostik dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1

mV. Sinyal "kalibrasi" harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal

standar 1 mV harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2

kotak besar di kertas EKG. (http://id.wikipedia.org)

Menurut Meurs (1995;5), kecepatan gerak dari kertas

elektrokardiografis adalah 25 mm/detik. Alat EKG telah ditera sedemikian

rupa, hingga deflekasi dari pena yang mencatat pada kertas setinggi 10 mm,

adalah sesuai dengan perbedaan tegangan sebesar 1 mV. Pada voltage yang

lebih tinggi, misalnya pada hipertrofi dari ventrikel kiri, kadang-kadang kita

menggunakan teraan separuhnya (jadi 1 mV adalah sesuai dengan 5 mm).

Cara mengukur tinggi dari puncak EKG adalah dari titik atas puncak, hingga

bagian atas dari garis iso-elektris.

Menurut Widjaja (2009;8), pada kertas EKG terdapat kotak-kotak

dalam ukuran milimeter (mm), dimana:

- Satu kotak kecil berukuran 1 mm x 1 mm.

- Satu kotak sedang berukuran 5 mm x 5 mm.

5

Page 6: Tugas Elektrokardiografi

Umumnya, pada setiap lima kotak sedang terdapat satu garis tanda

yang menunjukkan panjang kertas EKG ialah 5 x 5 mm = 25 mm. Pada

rekaman baku telah ditetapkan bahwa:

- Kecepatan rekaman : 25 mm/detik.

- Kekuatan voltage : 1 milivolt (mV) = 10 mm.

Jadi berarti ukuran di kertas EKG.

a. Pada garis horizontal

- Tiap satu mm = 1/25 detik = 0,04 detik

- Tiap lima mm = 5/25 detik = 0,20 detik

- Tiap 25 mm = = 1,00 detik

b. Pada garis vertikal.

- 1 mm = 0,10 mV.

- 10 mm = 1, 00 mV.

f. Sadapan Elektrokardiograf

Menurut Sundana (2007;14), fungsi sadapan EKG adalah untuk

menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap jantung. Sadapan ini

dapat diibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati jantung dari

berbagai arah.

6

Page 7: Tugas Elektrokardiografi

Kata sadapan memiliki 2 arti pada elektrokardiografi bisa merujuk ke

kabel yang menghubungkan sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau

(yang lebih umum) ke gabungan elektrode yang membentuk garis khayalan

pada badan di mana sinyal listrik diukur (http://id.wikipedia.org).

Menurut Widjaja (2009;10), untuk rekaman rutin, terdapat 12

sadapan yaitu.

a. Tiga buah bipolar standard lead (I, II, dan III).

b. Tiga buah unipolar limb lead (aVr, aVL, aVF).

c. Enam buah unipolar chest lead (V1-V6).

Menurut Sundana (2007;14), sadapan (Lead) pada mesin EKG secara

garis besar terbagi menjadi 2 yaitu.

a. Sadapan bipolar

Sadapan ini merekam 2 kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub

positif dan kutub negatif. Masing-masing elektoda dipasang di kedua

tangan dan kaki. Sadapan ini memnadang jantung secara arah vertikal

(ke atas-bawah, dan ke samping). Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan

dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung melalui 4 kabel

elektroda yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing

LA (left arm), RA (right arm), LF (left foot), RF (right foot). Dari 4

kabel elektroda tersebut akan dihasilkan beberapa sadapan sebagai

berikut.

1) Sadapan I, dihasilkan dari perbedaan potensial listrik antara RA

yang bermuatan negatif (-) dan LA yang bermuatan positif (+)

sehingga arah listrik jantung bergerak ke sudut 00 (sudutnya ke arah

lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat

oleh sadapan I.

2) Sadapan II, dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat

bermuatan negatif (-) dan LF yang bermuatan positif (+) sehingga

arah listrik bergerak sebesar +600 (sudutnya ke arah inferior).

7

Page 8: Tugas Elektrokardiografi

Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh

sadapan II.

3) Sadapan III, dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat

bermuatan negatif (-) dan LF yang dibuat bermuatan positif (+)

sehingga listrik bergerak sebesar +1200 (sudutnya ke arah inferior).

Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh

sadapan III.

Ketiga sadapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga sama

sisi yang lazim disebut segitiga EITHOVEN.

Sadapan Bipolar (I, II, dan III)

b. Sadapan unipolar

Sadapan unipolar merekam beda potensial lebih dari 2 elektode

(http://dokter-medis.blogspot.com). Sadapan ini merekam satu kutub

positif (+) dan lainnya dibuat indifferent (potensial 0). Sadapan

unipolar terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar

prekordial (http://nersnova.blogspot.com).

1) Unipolar Ekstremitas

Menurut Sundana (2007;18), sadapan unipolar ekstremitas

merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas. Gabungan

elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode indifferent

(potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki

dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan

8

Page 9: Tugas Elektrokardiografi

bipolar. Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut

pandang terhadap jantung dalam arah vertikal.

Menurut Widjaja (2009;12), sadapan ekstremitas unipolar adalah

rekaman perbedaan potensial antara RA, LF, atau LF terhadap

elektroda indifferent yang berpotensial nol, jadi sebenarnya adalah

rekaman potensial dari bagian-bagian tubuh tersebut.

a) Sadapan aVL, dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA

yang dibuat bermuatan positif (+) dengan RA dan LF yang

dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah -300

(sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral

jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.

b) Sadapan aVF, dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang

dibuat bermuatan positif (+) dengan RA dan LA dibuat

indifferent sehingga listrik bergerak ke arah +900 (tepat ke arah

inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung selain

sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.

c) Sadapan aVR, dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA

yang dibuat bermuatan positif (+) dengan LA dan LF dibuat

indifferent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan dengan

arah lsitrik jantung -1500 (ke arah ekstrem).

2) Unipolar Prekordial

Menurut Sundana (2007;21), sadapan unipolar prekordial merekam

besar potensial listrik dengan elektroda eksplorasi diletakkan pada

dinding dada. Elektroda indifferent (potensial 0) diperoleh dari

penggabungan ketiga elektroda ekstremitas. Sadapan ini memandang

jantung secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral,

posterior dan ventrikel sebelah kanan).

Untuk unipolar prekordial, sudut pandang jantung dapat diperluas

ke daerah posterior dan ventrikel kanan. Untuk posterior dapat

9

Page 10: Tugas Elektrokardiografi

ditambahkan V7, V8, dan V9, sedangkan untuk ventrikel kanan dapat

dilengkapi dengan V1R, V2R, V3R, V4R, V5R, V6R, V7R, V8R, dan

V9R.

Penentuan letak disesuaikan dengan urutan sebagai berikut.

- V1 : Ruang interkostal IV garis sternal kanan (merah).

- V2 : Ruang interkostal IV garis sternal kiri (kuning).

- V3 : Pertengahan antara V2 dan V4 (hijau).

- V4 : Ruang interkostal V garis midklavikula kiri (cokelat).

- V5 : Sejajar V4 garis aksila depan (hitam).

- V6 : Sejajar V4 garis mid-aksila kiri (ungu)

Sebelum menambah bagian posterior (V7-V9) semua sadapan

prekordial dari V1-V6 dilepas terlebih dahulu dari dinding dada.

Selanjutnya untuk sadapan V7-V9 dapat digunakan sadapan prekordial

mana pun (elektroda prekordial V1-V3 atau V3-V6 sesuai keinginan).

- V7 : Ruang interkostal V garis aksila posterir kiri.

- V8 : Ruang interkostal V garis skapula posterior kiri.

- V9 : Ruang interkostal V samping kiri tulang belakang.

Untuk daerah kanan, V1R diletakkan seperti V1, sedangkan V2R

diletakkan seperti V2. V1R dan V2R sama dengan sadapan V1 dan V2

jadi tidak perlu perekaman kembali.

- V3R : Antara V1-V4R.

10

Page 11: Tugas Elektrokardiografi

- V4R : Ruang interkostal V midklavikula kanan.

- V5R : Ruang interkostal V antara V4R-V5R.

- V6R : Interkostal V garis mid-aksila kanan.

2. Penamaan Gelombang, Interval, dan Segmen pada EKG

Sebuah EKG yang khas melacak detak jantung normal (atau siklus

jantung) terdiri atas 1 gelombang P, 1 kompleks QRS dan 1 gelombang T.

Sebuah gelombang U kecil normalnya terlihat pada 50-75% di EKG. Voltage

garis dasar elektrokardiogram dikenal sebagai garis isoelektrik. Khasnya, garis

isoelektrik diukur sebagai porsi pelacakan menyusul gelombang T dan

mendahului gelombang P berikutnya (http://id.wikipedia.org).

Bentuk gelombang EKG

11

Page 12: Tugas Elektrokardiografi

Untuk dapat membaca hasil EKG maka perlu pengetahuan mengenai

gelombang pada EKG. Gelombang pada EKG terdiri dari.

a. Gelombang P

Menurut Sundana (2007;9), gelombang P merupakan gelombang awal

hasil depolarisasi di kedua atrium. Karakteristik gelombang P yang normal

yaitu.

- Normalnya lebar kurang dari 0,12 detik.

- Tingginya (amplitudo) tidak lebih dari 03 mV.

- Gelombang P secara normal selalu defleksi positif (cembung ke bawah)

di semua sadapan.

- Selalu defleksi negatif (cekung ke bawah) di sadapan aVR.

Menurut Widjaja (2009;18), arah gelombang P normal selalu positif di

II dan selalu negatif di aVR.

Nilai-nilai normal:

- Tinggi kurang dari 3 mm (2,5 mm).

- Lebar kurang dari 3 mm (0,11 detik).

Kepentingan dari gelombang P yaitu.

- Menandakan adanya aktivitas atria.

- Menunjukkan arah aktivitas atria.

- Menunjukkan tanda-tanda hipertrofi atria.

Menurut Ervin (1996;6), bentuk gelombang P yang normal yaitu.

- Sadapan I Tegak lurus

12

Page 13: Tugas Elektrokardiografi

- Sadapan II Tegak lurus

- Sadapan III Bifasik, datar atau terinversi

- Sadapan aVR Terinversi

- Sadapan aVL Tegak lurus, terinversi atau bifasik

- Sadapan aVF Tegak lurus

b. Kompleks QRS

Menurut Sundana (2007;10), kompleks QRS merupakan gelombang

kedua setelah gelombang P, yang terdiri atas gelombang Q-R dan/atau S.

Gelombang QRS merupakan hasil depolarisasi yang terjadi dikedua

ventrikel yang dapat direkam oleh mesin EKG. Secara normal, lebar

kompleks QRS adalah 0,06-0,12 detik dengan amplitudo bervariasi

bergantung pada sadapan.

Menurut Widjaja (2009;9), jika lebar kompleks QRS lebih dari 0,12

detik merupakan blok (B.B.B.).

Variasi kompleks QRS

13

Page 14: Tugas Elektrokardiografi

Cara penamaan kompleks QRS sbb.

- Bila setelah gelombang P terjadi defleksi ke atas, hal ini dinamakan

gelombang R, dan selanjutnya turun hingga batas garis isoelektris.

Setelah melewatigaris isoelektris, gelombang tersebut kemudian turun

dan dinamakan gelombang S. Setelah itu, S naik kembali hingga batas

isoelektris dan mebentuk gelombang T.

- Bila setelah gelombang P terjadi defleksi ke bawah, hal ini dinamakan

gelombang Q, lalu naik hingga batas garis isoelektris. Setelah melewati

garis isoelektris, gelombang tersebut naik dan dinamakan gelombang R.

Setelah itu, R turun kembali hingga batas isoelektris dan membentuk

gelombang T.

c. Gelombang Q

Menurut Sundana (2007;12), gelombang Q merupakan gelombang

defleksi negatif setelah gelombang P. Secara normal, lebarnya tidak lebih

dari 0,04 detik dan dalamnya kurang dari 45% atau 1/3 tinggi gelombang R.

Bila dalam dan lebarnya melebihi nilai normal, dinamakan gelombang Q

patologis, yang pada sadapan tertentu dapat menunjukkan adanya infark

atau nekrosis miokard.

Gelombang Q Patologis

14

Page 15: Tugas Elektrokardiografi

Menurut Widjaja (2009;20), defleksi ke bawah (negatif) yang pertama

dari kompleks QRS dan gelombang Q menggambarkan awal dari fase

depolarisasi ventrikel. Kepentingan dari gelombang Q menunjukkan adanya

nekrosis miokard (infrak miokard). Gelombang Q pada sadapan aVR adalah

keadaan yang normal.

Menurut Ervin (1996;10), gelombang Q tidak selalu terlihat di semua

sadapandan lamanya gelombang Q normalnya 0,03 detik atau kurang.

Gelombang Q merupakan depolarisasi septum dalam EKG normal.

d. Gelombang R

Menurut Sundana (2007;12), gelombang R merupakan gelombang

defleksi positif (ke atas) setelah gelombang P atau setelah Q. Gelombang ini

umumya selalu positif di semua sadapan, kecuali aVR. Penampakannya di

sadapan V1 dan V2 kadang-kadang kecil atau tidak ada, tetapi hal ini masih

normal.

Menurut Widjaja (2009;21), gelombang R adalah defleksi positif

pertama dari kompleks QRS dan menggambarkan fase depolarisasi

ventrikel. Kepentingan dari gelombang R yaitu.

1. Menandakan adanya hipertrofi ventrikel.

2. Menandakan adanya tanda-tanda B.B.B. (Bundle Branch Block).

15

Page 16: Tugas Elektrokardiografi

e. Gelombang S

Menurut Sundana (2007;12), merupakan gelombang defleksi negatif (ke

bawah) setelah gelombang R atau gelombang Q. Secara normal, gelombang

S berangsur-angsur menghilang pada sadapan V1-V6. Gelombang ini sering

terlihat lebih dalam di sadapan V1 dan aVR, dan ini normal.

Menurut Widjaja (2009;21), gelombang S adalah defleksi negatif

sesudah gelombang R dan menggambarkan fase depolarisasi ventrikel.

Kepentingan dari gelombang S hampir sama dengan gelombang R.

f. Gelombang T

Menurut Sundana (2007;13), merupakan gelombang hasil repolarisasi di

kedua ventrikel. Normalnya, positif (ke atas) dan inverted (terbalik) di aVR.

Gelombang T yang inverted selain di aVR merupakan indikasi adanya

iskemik miokard. Gelombang T yang runcing di semua sadapan dapat

membantu menegakkan adanya hiperkalemia, sedangkan gelombang T yang

tinggi pada beberapa sadapan tertentu dapat menunjukkan adanya hiper-

akut T yang merupakan tanda awal sebelum infark miokard terjadi.

Menurut Widjaja (2009;27), gelombang T menggambarkan fase

repolarisasi ventrikel. Arah normal gelombang T sesuai dengan arah

gelombang utama kompleks QRS. Kepentingan dari gelombang T yaitu

16

Page 17: Tugas Elektrokardiografi

menandakan adanya iskemik/infark dan adanya kelainan elektrolit.

Amplitudo normal :

- Kurang dari 10 mm di sandapan dada.

- Kurang dari 5 mm di sadapan ekstremitis.

- Minimum 1 mm.

Menurut Ervin (1996;14), bentuk gelombang T normal yaitu.

- Sadapan I Tegak lurus

- Sadapan II Tegak lurus

- Sadapan III Datar, bifasik atau terinversi

- Sadapan aVR Terinversi

- Sadapan aVL Tegak lurus, datar, bifasik atau terinversi

- Sadapan aVF Tegak lurus, datar, bifasik atau terinversi

g. Gelombang U

Menurut Sundana (2007;13), merupakan gelombang yang muncul

setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya. Umumnya

merupakan suatu kelainan akibat hipokalemia.

Menurut Widjaja (2009;28), asal usul gelombang U tidak diketahui dan

paling jelas terlihat di sadapan dada V I – V4. Kepentingan dari gelombang

U yaitu.

- Bila amplitudo U > T, menandakan adanya hipokalemia.

- Gelombang U yang terbalik terdapat pada iskemia dan hipertrofi.

17

Page 18: Tugas Elektrokardiografi

h. Interval PR

Menurut Sundana (2007;13), adalah garis horizontal yang diukur dari

awal gelombang P hingga awal kompleks QRS. Interval ini

menggambarkan waktu yang diperlukan dari permukaan depolarisasi atrium

sampai awal depolarisasi ventrikel atau waktu yang diperlukan impuls

listrik dari nodus SA menuju serabut Purkinje. Normalnya 0,12-0,20 detik.

Menurut Widjaja (2009;30), interval PR merupakan penjumlahan dari

waktu perlambatan dari simpul AV (AV node delay). Adalah jarak antara

permulaan gelombang P sampai dengan permulaan kompleks QRS. Nilai

normal interval antara permulaan gelombang PR ditentukan oleh frekuensi

jantung, bila denyut jantung lambat maka interval PR akan menjadi lebih

panjang. Batas normal 0,12-0,20 detik.

Kepentingan dari interval PR yaitu.

- Interval PR < 0,12 detik : terdapat pada hantaran dipercepat

(syndroma W.P.W).

- Interval PR > 0,20 detik : terdapat pada blok AV.

- Interval PR berubah-ubah : terdapat pada Wandering pacemaker.

Tabel 1.1 Batas Atas dari Interval P-R Normal (diukur dalam detik)

Frekuensi JantungDibawah

7071-90 91-110 111-130 Di Atas 130

DewasaDewasa muda

0,210,21

0,200,19

0,190,18

0,180,17

0,170,16

Anak, usia 14-17Anak, usia 7-13

0,190,18

0,180,17

0,170,16

0,160,15

0,150,14

18

Page 19: Tugas Elektrokardiografi

Anak, usia 11/2- 6Anak, usia 0-11/2

0,170,16

0,1650,15

0,1550,145

0,1450,135

0,1350,125

i. Interval QT

Menurut Sundana (2007;13), merupakan garis horizontal yang diawali

dari gelombang Q sampai akhir gelombang T. Interval ini merupakan waktu

yang diperlukan ventrikel dari awal terjadinya depolarisasi sampai akhir

repolarisasi. Panjang interval QT bervariasi bergantung pada frekuensi

jantung (heart rate, HR).

Batas normal interval QT pada laki-laki berkisar antara 0,42-0,44 detik,

sedangkan pada wanita berkisar antara 0,43-0,47 detik.

Menurut Widjaja (2009;32), interval QT adalah jarak antara permulaan

gelombang Q sampai dengan akhir gelombang T, jadi menggambarkan

lamanya aktivitas depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Nilai interval QT

dipengaruhi oleh frekuensi jantung, dan batas-batas normalnya dapat dilihat

dalam tabel/kurva.

Interval QT – c (corrected QT interval) adalah nilai interval QT yang

telah dikoreksi/disesuaikan dengan interval QT pada frekuensi jantung 60

kali per menit, dan nilainya dapat ditentukan dengan sebuah NOMOGRAM.

Tabel 1.2 Q–T interval : Batas Atas Nilai Normal

Interval R-R yang terukur (dalam detik)

Denyut jantung (per menit)

Batas atas nilai normal Q-T (dalam menit)

1,50 40 0,501,20 50 0,451,00 60 0,420,86 70 0,400,80 75 0,380,75 80 0,370,67 90 0,350,60 100 0,340,50 110 0,310,40 150 0,25

19

Page 20: Tugas Elektrokardiografi

Nilai normal interval QT – c adalah:

- Laki-laki = 0,42 detik

- Wanita = 0, 43 detik

Kepentingan dari interval QT-c yaitu.

1. Interval QT – c memanjang : efek Quinidin, hipokalsemia.

2. Interval QT – c memendek : efek digitalis, hiperkalsemia.

Menurun Ervin (1996;15), bahwa lama Q-T normal adalah darai 0,32-

0,40 detik.

j. Interval QRS

Menurut Widjaja (2009;31), interval ini menggambarkan lamanya

aktivitas depolarisasi ventrikel dan merupakan jarak antara permulaan

gelombang Q sampai akhir gelombang S. Nilai normalnya < 0,12 detik.

Kepentingan dari interval QRS yaitu.

- Interval QRS ≥ 0,12 detik terdapat pada.

Blok cabang berkas (Bundle Branch Block - BBB).

Hiperkalemia.

k. Segmen ST

Menurut Sundana (2007;14), merupakan garis horizontal setelah akhir

QRS sampai awal gelombang T. Segemen ini merupakan waktu

depolarisasi ventrikel yang masih berlangsung sampai dimulainya awal

repolarisasi ventrikel. Normalnya sejajar garis isoelektris.

Segmen ST yang naik di atas isoelektris dinamakan elevasi dan yang

turun di bawah isoelektris dinamakan ST depresi. ST elevasi dapat

menunjukkan adanya suatu infark miokard dan ST depresi menunjukkan

adanya iskemik miokard.

Menurut Widjaja (2009;36), segmen S–T adalah bagian dari rekaman

EKG diantara titik J sampai permulaan gelombang T. Normalnya

20

Page 21: Tugas Elektrokardiografi

isoelektris (boleh berkisar antara – 0,5 mm sampai + 2 mm). Kepentingan

dari segmen S-T yaitu.

- Elevasi segmen ST terdapat pada :

Infark miokard

Aneurisma

Perikarditis

- Depresi segmen ST terdapat pada :

Angina pektoris.

Efek digitalis.

Ventricular strain.

l. Cara Menilai EKG

Untuk dapat membaca hasil EKG maka perlu pengetahuan mengenai

gelombang pada EKG (yang telah dibahas pada sub-judul di atas), frekuensi,

irama, dan aksis jantung.

1) Rate (frekuensi)

Menurut Widjaja (2009;37)

Frekuenis jantung yang normal ialah 60-100 x/menit

Lebih besar dari 100 x/menit : (sinus) takikardia

Kurang dari 60 x/menit : (sinus) bradikardia

140-250 x/menit : takikardia abnormal

250-350 x/menit : flutter

Lebih besar dari 350 x/menit : fibrilasi

Frekuensi jantung dapat ditentukan secara tepat dengan memperhatikan

interval RR (begitu juga interval PP) sebagai berikut.

- Tentukan gelombang R (atau P) yang tepat berimpit pada garis vertikal

kotak sedang.

- Cari puncak gelombang R (atau P) ke II.

- Hitung jarak antara R pertama dan kedua dalam ukuran kotak sedang

(begitu juga gelombang P).

- Frekuensi jantung kemudian ditentukan dengan rumus di bawah ini

21

Page 22: Tugas Elektrokardiografi

Bila jaraknya 1 kotak sedang, berarti 300 x/menit.

Bila jaraknya 2 kotak sedang, berarti 150 x/menit.

Bila jaraknya 3 kotak sedang, berarti 100 x/menit.

Bila jaraknya 4 kotak sedang, berarti 75 x/menit.

Bila jaraknya 5 kotak sedang, berarti 60 x/menit.

Bila jaraknya 6 kotak sedang, berarti 50 x/menit.

Frekuensi jantung atau Heart Rate adalah jumlah denyut jantung selama

1 menit. Cara menentukannya dari hasil EKG ada bermacam-macam.

Rumusnya berikut ini:

a) Cara 1

HR = 1500 / x

Keterangan: x = jumlah kotak kecil antara gelombang R yang satu dengan

gelombang R setelahnya.

b) Cara 2

HR = 300 / y

Keterangan: y = jumlah kotak sedang (5×5 kotak kecil) antara gelombang

R yang satu dengan gelombang R setelahnya. (jika tidak pas boleh

dibulatkan ke angka yang mendekati, berkoma juga tidak masalah).

c) Cara 3

Adalah cara yang paling mudah, bisa ditentukan pada Lead II panjang

(durasi 6 detik, patokannya ada di titik-titik kecil di bawah kertas EKG,

jarak antara titik 1 dengan titik setelahnya = 1 detik, jadi bila hendak

durasinya 6 detik, pada lead II dibuat manual dengan 7 titik).

Caranya adalah:

HR = Jumlah QRS dalam 6 detik tadi itu x 10.

2) Rhythm (irama)

Irama jantung normal adalah Irama Sinus, yaitu irama yang berasal dari

impuls yang dicetuskan oleh Nodus SA yang terletak di dekat muara vena

cava superior di atrium kanan jantung.

22

Page 23: Tugas Elektrokardiografi

Menurut Widjaja (2009;43), irama sinus memiliki ciri-ciri EKG sebagai

berikut.

- Frekuensi antara 60-100 x/menit.

- Teratur.

- Gelombang P negatif di aVR dan positif di sadapan II.

- Tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS-T.

Irama sinus adalah irama dimana terdapat gelombang P yang diikuti

oleh kompleks QRS. Irama jantung juga harus teratur/reguler, artinya jarak

antara gelombang yang sama relatif sama dan teratur. Jadi, yang tentukan

dari irama jantung adalah, apakah dia merupakan irama sinus atau bukan

sinus, dan apakah dia reguler atau tidak reguler.

- Irama Sinus, yakni adanya gelombang P, dan setiap gelombang P harus

diikuti oleh kompleks QRS. Ini normal pada orang yang jantungnya sehat.

- Irama Bukan Sinus, yakni selain irama sinus, misalkan tidak ada

kompleks QRS sesudah gelombang P, atau sama sekali tidak ada

gelombang P. Ini menunjukkan adanya blokade impuls elektrik jantung di

titik-titik tertentu dari tempat jalannya impuls seharusnya (bisa di Nodus

SA-nya sendiri, jalur antara Nodus SA – Nodus AV, atau setelah nodus

AV), dan ini abnormal.

- Reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan

teratur. Kita juga bisa menentukan regulernya melalui palpasi denyut nadi

di arteri karotis, radialis dan lain-lain.

- Tidak reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya tidak sama

dan tidak teratur, kadang cepat, kadang lambat, misalnya pada pasien-

pasien aritmia jantung.

3) Aksis (sumbu)

Menurut Sundana (2007;32), aksis atau sumbu listrik jantung

merupakan sudut yang dihasilkan dari penjumlahan (resultan) beberapa

23

Page 24: Tugas Elektrokardiografi

vektor listrik yang disadap pada beberapa sadapan. Aksis sangat berguna

dalam menilai ada tidaknya jipertrofi dan blok pada fasikulus.

- Untuk jantung normal, aksis berada antara -300 - +1100.

- Deviasi aksis ke kiri berada antara -300 dan -900 dan dapat merupakan

tanda dari :

Adanya pembesaran ventrikel kiri.

Blok vasikular anterior.

Infark miokard dinding inferior.

Blok cabang berkas kiri.

Defek kongenital berat.

Aritmia, seperti ventrikular takikardia (VT) dan sindrom Wolff

Parkinson White (W. P. W.).

- Deviasi aksis ke kanan sebesar +1100 - ±1800 dapat mengindikasikan

adanya :

Hipertrofi ventrikel kanan.

Blok vasikular posterior.

Blok cabang berkas kanan.

Dekstrokardia.

Ventrikular takikardia (VT)

Wolff Parkinson White syndrome.

- Indeterminate, yakni sudut -900 - ±1800.

Ada tiga cara untuk menghitung aksis yaitu (Sundana, 2007;35).

24

Page 25: Tugas Elektrokardiografi

1) Cara I

Cara ini cukup akurat, yaitu dengan mengambil 2 sadapan pada

rekaman EKG yang memiliki sudut 900 lalu menarik garis perpotongan

antara 2 sadapan. Sebagai contoh kita ambil sadapan I dan aVF,

kemudian jumlahkan tinggi gelombang R dengan dalamnya gelombang S

atau dengan gelombang Q dari garis isoelektris.

Pada sadapan I, tampak gelombang R memiliki tinggi +5 mm dan

gelombang S memiliki kedalaman -2 mm dari garis isoelektris sehingga

penjumlahan keduannya adalah +3 mm. Sedangkan pada sadapan aVF,

tampak tinggi gelombang R dari garis isoelektris +7 mm dan gelombang

S dengan kedalaman -1 mm, sehingga penjumlahan keduanya

menghasilkan angka +6 mm.

Langkah selanjutnya adalah menarik garis bantu yang memotong

sadapan I pada angka +3 dan aVF pada angka +6.

Tanda panah yang ditunjukkan merupakan aksis jantung yang

dihasilkan dari sadapan I dengan aVF. Dengan menggunakan mistar

busur derajat, akan didapatkan perpotongan garis bantu dari sadapan I dan

aVF yang menghasilkan sudut sebesar +61. Dengan demikian, aksisnya

masih berada dalam batas normal atau antara -300 - +1100.

2) Cara II

Kita harus mencari bentuk gelombang QRS yang bifasik (tinggi

gelombang R sama dengan dalamnya gelombang S). Dari contoh,

sadapan aVL merupakan sadapan yang merekam gelombang QRS bifasik.

Sudut yang memotong hampir tegak lurus (900) dengan sadapan aVL

yaitu sadapan aVR dan II. Sadapan aVR tampak defleksi negatif,

sedangkan sadapan II paling positif. Jadi, aksis mengalami deviasi ke arah

normal atau ke arah sadapan II. Akan tetapi, untuk menentukan secara

akurat besarnya sudut aksis, diperlukan perhitungan seperti cara I.

3) Cara III

25

Page 26: Tugas Elektrokardiografi

Cara ini kurang akurat, namun relatif cepat dalam menentukan

kemungkinan daerah aksis. Cara ini menuntut daya nalar letak nilai (+)

dan (-) pada sadapan I dan aVF. Kemudian kita berimajinasi untuk

membuat garis perpotongan di antara kedua sadapan.

Cara ini dapat diprediksi dalam tabel di bawah.

Tabel 1.3 Prediksi Aksis dari Sadapan I dan aVF

Sadapan I Sadapan aVF Kemungkinan Aksis

+ + Normal

+ - Left Aksis Deviation (LAD)

- + Right Aksis Deviation (RAD)

- - Indeterminate/ RAD ekstrem

Dengan demikian, letak nilai (+) dan (-) pada aksis ini berlawanan

dengan nilai-niai yang terdapat pada sumbu koordinat. Penjumlahan R

dengan S pada masing-masing sadapan I dan aVF untuk cara ini memiliki

kriteria sebgai berikut.

- Bila penjumlahan R dengan S di sadapan I bernilai (+) dan aVF

bernilai (+), aksis berada dalam batas normal.

- Bila penjumlahan R dengan S di sadapan I bernilai (+) dan aVF

bernilai (-), aksis berada pada daerah LAD.

- Bila sadapan I bernilai (-) dan aVF bernilai (+), aksis berada pada

RAD.

- Bila sadapan I bernilai (-) dan sadapan aVF bernilai (-), aksis berada

pada daerah indeterminate.

m. Prosedur Tindakan

Menurut Muttaqin (2010;193), pada setiap pelaksanaan pemeriksaan

EKG, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan perawat meliputi persiapan alat,

persiapan klien, persiapan lingkungan, dan prosedur pemeriksaan.

a. Persiapan Alat

26

Page 27: Tugas Elektrokardiografi

Mesin EKG yang siap pakai dan sudah dilakukan kalibrasi.

Kabel untuk sumber listrik.

Kabel untuk bumi (Ground)

Kabel elektroda : ekstremitas dan dada.

Plat elektroda ekstremitas/karet pengikat.

Balon pengisap elektroda dada.

Pelumas (jelly)

Kertas tisu.

Spon/kapas alkohol.

Spidol (untuk perekaman EKG serial).

Kertas EKG.

b. Persiapan Lingkungan

Lingkungan yang tenang.

Pengaturan privasi klien, terutama apabila dilakukan pada bangsal

peralatan.

c. Persiapan Klien

Pemberian informasi, terutama pada klien yang kooperatif dan mampu

menerima penjelasan yang kooperatif dan mampu menerima penjelasan

yang diberikan perawat.

Dinding dada harus terbuka.

d. Prosedur

Nyalakan mesin EKG.

Baringkan pasien dengan tenang ditempat tidur yang cukup luas, tangan

dan kaki tidak saling bersentuhan.

Bersihkan dada, kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas alkohol

(kalau perlu dada dan kaki dicukur).

Keempat elektroda ekstremitas diberi jelly.

27

Page 28: Tugas Elektrokardiografi

Pasang keempat elektroda ekstremitas tersebut pada kedua pergelangan

tangan dan kaki.

http://www.mitrakeluarga.com

- Warna merah pada pergelangan tangan kanan.

- Warna hijau pada kaki kiri

- Warna hitam pada kaki kanan

- Warna kuning pada pergelangan tangan kiri

Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi elektroda V1 sampai dengan V6

Pasang elektroda dada dengan menekan karet penghisapnya.

Buat kalibrasi sebanyak 3-4 beat.

Setelah selesai perekaman semua lead, buat kalibrasi ulang

Semua elektroda dilepas

Jelly dibersihkan dari tubuh pasien.

Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai.

Matikan mesin EKG.

Catat: nama pasien, umur, jam, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan,

nama masing-masing leat, serta nama perawat pemeriksa.

Bersihkan dan rapikan alat-alat.

28

Page 29: Tugas Elektrokardiografi

e. Hal-Hal Penting yang Harus Dicatat

1. Label rekaman ECG dengan nama pasien, nomor ruangan/kamar, dan

nomor identitas.

2. Tanggal dan waktu tes atau tindakan dilakukan.

3. Respon yang ditunjukkan atau dikeluhkan klien.

4. Tanggal, waktu, dan nama pasien dan nomor ruang yang tertera di ECG.

5. Informasi klinik lainnya terkait pemasangan ECG.

29

Page 30: Tugas Elektrokardiografi

DAFTAR PUSTAKA

Aru W. Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Interna Publishing.

Ervin, Gary W. 1996. Catatan Saku Perawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Fitria, Nova. 2012. Elektrokardiogram- EKG. [http://nersnova.blogspot.com/2012/05/elektrokardiogram-ekg.html]. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

Hampton, John R. 1994. Dasar-Dasar EKG. Jakarta : EGC.

Meurs, A. A. H. 1995. Elektrokardiografi Praktis. Jakarta : Hipokrates.

Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta : Salemba Medika.

Sundana, Krisna. 2007. Interpretasi EKG : Pedoman untuk Perawat. Jakarta : EGC.

Widjaja, Soetopo. 2009. EKG Praktis. Jakarta : Binarupa Aksara.

http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

http://medicastore.com/penyakit/3426/Elektrokardiografi_EKG.html. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

http://www.mitrakeluarga.com/bekasitimur/elektrokardiogram-ecg-ekg/. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

McCann, J.A.S. (2004). Nursing Procedures 4th Ed. Philadelphia: Lippincott

Williams &Wilkins

30