Dasar Dasar Elektrokardiografi
-
Upload
chacha-tasya -
Category
Documents
-
view
155 -
download
19
Transcript of Dasar Dasar Elektrokardiografi
Dasar-dasar Elektrokardiografi
Dr. Arie Bachtiar D, SpPD
Subbagian Kardiologi Bag. Penyakit Dalam FK Undip/ SMF Kardiologi RS Dr. Kariadi Semarang
PENDAHULUAN
1903 Willem Einthoven pertama kali merekam potensial listrik jtg memakai String Galvanometer
EKG adalah pencatatan gravis potensial listrik pada waktu jtg berkontraksi
Pendekatan diagnostik penyakit jantung bertumpu pada : anamnesis, diagnosis fisik, radiologik, laboratorik, elektrokardiografik, ekokardiografik - Doppler, uji latih jantung dengan beban, radionuklid, serta pemeriksaan diagnosis invasif
EKG dapat mendiagnosis kelainan jantung dengan sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda
SIFAT LISTRIK SEL OTOT JANTUNG
• POLARISASI : Membran sel dalam keadaan istirahat Potensial membran : - 90 MV K dominan intra sel Na dominan ekstra sel
• DEPOLARISASI : Perubahan potensial membran karena sti mulus Na masuk ke dalam sel Potensial membran : +20 MV
• REPOLARISASI : Potensial membran kembali seperti keadaan
istirahat
KURVE POTENSIAL AKSI SEL OTOT JANTUNG
Fase 0 : Potensial membran : 20 mV Ion natrium masuk ke dalam sel
Fase 1 : Potensial membran : 0 mVFase 2 : Fase Plateu
Ion kalsium masuk sel Ion Kalium keluar sel
Fase 3 : Potensial membran cepat turun ke arah Potensial Istirahat
Fase 4 : Pompa Natrium - Kalium - ATP Ion natrium dipompa keluar sel
Ion kalium dipompa masuk ke sel
KONSEP VEKTOR ELEKTROKARDIOGRAFI
VEKTOR : kekuatan elektro motif dari siklus jantung (Depolarisasi - Repolarisasi)
Prinsip Mekanik : digambarkan sebagai anak panah Sifat vektor : * Arah
* Tenaga
* Muatan (Pos - Neg)
* Dapat dijumlahkan Terdapat hubungan antara arah vektor terhadap
aksis elektroda dengan defleksi elktrokardigram
SISTEM KONDUKSI OTOT JANTUNG
Nodus Sino - Aurikularis Traktus Internodularis AV Junction : * Regio Atrio - Nodul
* Regio Nodal (Nodus AV)
* Regio Nodal His (NH) Jaras His : cabang kanan dan kiri Serabut Purkinje
Otot jantung
Merupakan suatu rangkaian sel-sel khusus yang memiliki sifat-sifat:
- Mampu berkontraksi
- Mampu menghasilkan rangsang listrik
- Mampu menghantarkan rangsang listrik
Sistim konduksi jantung
Merupakan jaringan sel-sel yang sangat khusus yang memiliki sifat otomatisitas yang menyebabkan jantung dapat terdepolarisasi mulai dari sinus node hingga serabut-serabut purkinye pada otot ventrikel
Gambar Skematis Sistim Konduksi Jantung
Gambaran skematis otot jantung
+ + + + + + + +
- - - - - - - -
- - - - - - - -
+ + + + + + + +
-90 mV
Sel Istirahat
“terpolarisasi”
- - - - - - - -
+ + + + + + + +
+ + + + + + + +- - - - - - - -
+ 20 mV
Sel terangsang
“Terdepolarisasi”
+ + +
+ + +
+ +
+ +
Gambar Potensial Aksi Monofasik
Arah defleksi EKG ditentukan oleh:•Arah penyebaran impuls Depolarisasi
•Letak Elektrode
Aliran arus listrikA B
Arah Impuls Arah Defleksi
Menuju elektroda Keatas
Menjauhi elektroda Kebawah
Menuju lalu menjauhi Bifasik
Fase Repolarisasi:
Bila arah: Repolarisasi = Depolarisasi defleksi
berlawananRepolarisasi x depolarisasi defleksi sama
Pada keadaan normal:Arah repolarisasi ventrikel x arah depolarisasi
defleksi fase depolarisasi (QRS) = Repolarisasi (T)
Sistim lead (sandapan) Sandapan ekstremitas (standard):
- I, II, III (bipolar)
- aVR, aVL, aVF (unipolar) Sandapan dada (unipolar)
- V1 – V6
Sandapan dada
V1 – interkostal ke-4, garis parasternal kanan
V2 – interkostal ke-4, garis parasternal kiri
V3 – antara V2-V4
V4 – interkostal ke-5, garis mid-klavikula kiri
V5 – interkostal ke-5 garis aksilaris anterior
V6 – interkostal ke-5 garis mid-aksila kiri
Nomenklatur EKG Gel P: Menggambarkan depolarisasi atrium. Gel P
sinus bila (+) di II dan (-) di aVRKegunaaan:- Menandakan adanya aktifitas atrium- menunjukkan aktifitas atrium- Menunjukkan tanda-tanda pembesaran atrium
Gel Q: Defleksi negatif pertama dari kompleks QRS menggambarkan awal depolarisasi ventrikelCiri-ciri gel Q patologis: lebarnya > 0,04 detik, dalamnya lebih dari 25% tinggi gel R.Kegunaan: dapat menunjukkan nekrosis miokard (infark miokard)
Gel R: - Defleksi positif pertama kompleks QRS. Menggambarkan fase depolarisasi ventrikel
Kegunaan:
- Menandakan adanya hipertrofi ventrikel
- Menandakan adanya BBB
Kompleks QRS: Depolarisasi ventrikel kanan dan kiri
Segmen ST: Permulaan repolarisasi ventrikel, diukur dari akhir QRS hingga permulaan gel T. Permulaan segm ST disbt: J point.
Gel T: Repolarisasi ventrikel kanan dan kiri
Gel U: Menggambarkan repolarisasi lambat. Tidak selalu tampak
Terminologi QRS kompleks Gel Q: defleksi negatif pertama Gel R: defleksi positif pertama Gel S: defleksi negatif setelah gel R Gel R’: defleksi positif kedua setelah gel S Gel S’: defleksi negatif kedua setlh gel R Gel QS: seluruh komp QRS yg seluruhnya
merupakan defleksi negatif
Huruf kapital (Q,R,S) menunjukkan defleksi besar, sedangkan huruf kecil (q,r,s) biasanya menunjukkan defleksi kecil
Pengukuran EKG
Ukuran di kertas EKG:Horisontal:
1 mm = 1/25 detik = 0,04 detik5 mm = 5/25 detik = 0,20 detik25 mm= 1,00 detik
Vertikal:1 mm = 0,10 mV10 mm = 1 mV
Rekamam baku EKG:- Kecepatan rekamam: 25 mm/detik- kekuatan voltase: 10 mm= 1 mV
Axis Jantung Cara sederhana:
Tentukan defleksi di I dan aVF
I aVF Axis
(+) (+) Normal
(+) (-) Deviasi kiri
(-) (+) Deviasi kanan
(-) (-) Superior kanan
Cara menghitung Frekuensi Denyut jantung
Cara I:
- Tentukan jarak R-R interval dalam kotak sedang (5 mm)
- Frek DJ = 300/RR interval (dlm kotak sdg)
Cara II:
- Tentukan jarak RR interval dalam kotak kecil (1mm)
- Bagi 1500 / jml kotak kecil RR interval
Pembacaan EKG Irama Frekuensi Deviasi sumbu Posisi elektrik Zone transisi Gelombang P P – R interval QRS komplek Gelombang T Lain – lain Kesimpulan EKG Anjuran / nasehat
Gambaran Hipertrofi Miokardium
LEFT VENTRICLE HYPERTOPHY
Criteria
Chest leads (Sokolov,Lyon)
SV1 + RV5 or V6 ; > 35 mm
RV5 or V6; > 26 mm
R + S in any chest lead; > 45
mm Limb leads (Gubner, Ungerleider)
R1 + SIII; > 35 mm
RaVF; > 20 mm
RaVL; >11 mm SaVR; > 15 mm
LEFT VENTRICLE HYPERTOPHY
LEFT VENTRICLE HYPERTOPHY– Voltage criteria
LEFT VENTRICLE HYPERTOPHYWith Secondary Abnormality
LEFT VENTRICLE HYPERTOPHY With Secondary Abnormality
RIGHT VENTRICLE HYPERTROPHY
Criteria
RIGHT VENTRICLE HYPERTROPHY
RAD > +1100
R or R’ V1 ≥ 5 mm R aVR > 5 mm R:S ratio V1 > 1 and V6 < 1 QRS complex slightly prolonged but < 0.12 sec S1, S2, S3 pattern may be present ST segment depression, upward convexity and
inverted T in V1 and V2
Delayed intrinsicoid deflection V1(0.035-0.055 sec) Prominent P in lead II
Classical Pattern
RIGHT VENTRICLE HYPERTROPHY
RIGHT VENTRICLE HYPERTROPHY
Classical Pattern
RIGHT VENTRICLE HYPERTROPHY
CriteriaVariations
RAD >900
rSr’ V1
T inverted V1 (sometimes V2)
RS comples V6
Prominent P in II Relatively low voltage
Pulmonary Disease Pattern
BIVENTRICULAR HYPERTROPHY
Criteria
RAD > +900
Voltage criteria LVH
BIVENTRICULAR HYPERTROPHY
ATRIAL ENLARGEMENT
Lead II
Lead V1
LEFT ATRIAL ENLARGEMENT
II
LEFT ATRIAL ENLARGEMENTCriteria
Broad P wave ≥ 0.12 sec
Notched P wave in II
Terminal negative deflection –
1 mm wide; 1 mm deep
LEFT ATRIAL ENLARGEMENT
RIGHT ATRIAL ENLARGEMENT
Lead II
Lead V1
II
RIGHT ATRIAL ENLARGEMENTCriteria
Sharply peaked P waves in II, III, aVF
P II ≥ 3 mm
P wave duration normal
Ta wave depression
RIGHT ATRIAL ENLARGEMENT
BIATRIAL ENLARGEMENT
Criteria
Tall, peaked P in II, at least 3 mm high
Biphasic P in V1
Prominent terminal negative P deflection
in V1, 1 mm wide, 1 mm deep
BIATRIAL ENLARGEMENT
Gambaran Iskemia Myokardium
Gambaran Disritmia
Pembagian disritmia :
I. Ggn. Pembentukan Impuls
A. Ggn. Pembentukan impuls di sinus : sinus bradikardi, sinus takikardi, sinus aritmia, sinus
pauseB. Ggn. Pembentukan impuls di atrium : atrial ekstrasistol, atrial takikardi, atrial fibrilasi, atrial
flutterC. Ggn. Pembentukan impuls di AV junction : AV junction ekstrasistol, AV junction takikardi, AV
junction escape beatD. Ggn. Pembentukan impuls di Ventrikel : ventrikel ekstrasistol, vent. takikardi, vent. fibrilasi,
vent. Flutter, ventr. Pause, ventr. escape beat
II. Ggn. Penghantaran Impuls
A. Blok Sino-atrialB. Blok Atrio-ventrikuler (derajat I, II, III)C. Blok intraventrikuler
Sinus BradikardiPola : Gel. P sinus, QRS dan T normal, frek < 60 x /menit
Etiologi : Fisiologis (atlet, dewasa muda, tidur)Patologis (AMI inferior, obat2an, t.i.k., hipotermia, hipotiroid, ikterus obstruktif, dll)
Gejala : Sering tanpa keluhan meski < 50 x /mntDi bawah itu biasanya : dizziness, presinkop/sinkop, chest pain
Terapi : Hanya bila ada keluhan atau timbul VES. Sulfas Atropin 0,5 mg intravena, dapat diulang tiap 5 menit, dosis maksimal 2 mg. Bila tidak respon, mungkin perlu alat pacu jantung.
Sinus TakikardiPola : Gel. P sinus, QRS dan T normal, frek > 100 x /menit
Etiologi : Dehidrasi, demam, kecemasan, kesakitan, anemia, exercise, gagal jantung, hipoksia, dll
Terapi : Pengobatan kelainan penyebab
Supraventrikel ekstrasistole (SVES)Pola : Gel. P ektopik, pause kompensatoar biasanya inkomplet,
QRS dan T dbn. Bila ada aberasi, QRS berpola rSR’ (pola RBBB)
Etiologi : Sering timbul tanpa sebab yg jelasKafein, tembakau, hipoksia, obat simpatomimetik
Terapi : Bila benigna (kadang2 dan asimtomatik), tidak diterapi.Bila sering muncul dpt diberi quinidin, propanolol, digitalis
Supraventrikel Takikardi (SVT)Pola : Kompleks 3 atau lebih SVES. Gel. P ektopik, frek 160-200 x/mnt
QRS bisa normal atau aberasi. Bisa ada ST depresi atau T terbalik. Bisa ada blok bila frek atrium > 200 x/mnt
Etiologi : Bisa terjadi pada jantung normal, penyakit paru kronis, sindrom preeksitasi
Gejala : Timbul dan berakhir tiba-tiba, beberapa detik – jam.Palpitasi, sinkop, bisa gagal jantung atau iskemia akut bila irama terlalu cepat.
Terapi : Terminasi dan pencegahan serangan berulang.Stimulus vagus : masase sinus karotikus. Adenosin, verapamil, betabloker iv. DC cardioversi bila ada ggn. hemodinamik
Atrial Fibrilasi
Pola : Gel. P tak teratur (bentuk, interval, tinggi), biasanya disebut gel. f, frek 380-600 x/mnt. QRS dan T normal, RR interval ireguler.
Etiologi : PJI, PJH, PJR, cardiomiopati, post op janutng, tirotoksikosis, SSS, PPOK, hipoksia, ggn. elektrolit, dll
Klasifikasi : Paroksismal, Persisten, Permanen. Respon ventrikel cepat / normal / lambat. Gel P coarse / fine.
Terapi : Tergantung heart rate, penyebab dan keadaan pasien.Menurunkan kecepatan denyut Ventrikel atau konversi ke irama sinus. Kontrol rate : digitalis, Ca antagonist non-dihidropiridin, B bloker. Anti aritmia : kelas Ia, Ic, III.Pencegahan tromboemboli : antitrombosis (ASA, Clopidogrel), antikoagulan.Terapi lain sesuai etiologi
Gejala : Bisa asimtomatik, atau bervariasi : palpitasi, presinkop/sinkop, nyeri dada, sesak napas, cepat lelah
Ventrikuler Ekstrasistol (VES)Pola : Rangsang terjadi prematur, QRS bizarre. Perubahan ST - T.
Pause kompensatoar komplit. VES maligna bila : >5/mnt, salvo, multifokal, R on T
Etiologi : Bisa timbul pada orang normal, iskemia miokard, IMA, gagal jantung, kardiomiopati, MVP, intoksikasi digitalis, dll
Gejala : Biasanya asimtomatik, kadang terasa tidak enak di dada.Terapi : Atasi penyebab disritmia. Terapi bila ada keluhan atau disritmia yg mengancam jiwa. Bisa digunakan amiodaron, lidokain.
Ventrikel Takikardi (VT)Pola : Kompleks 3 atau lebih VES. Frek 150-210 x/mnt
Etiologi : PJI, IMA, gagal jantung, intoksikasi digitalis
Terapi : DC synchronized cardioversi bila ada ggn. Hemodinamik / gagal jantung. Obat : lidokain, prokainamid, B bloker, amiodaron.
Ventrikel Fibrilasi (VF)Pola : Tinggi, lebar dan bentuk QRS sangat ireguler
Etiologi : PJI, IMA, intoksikasi digitalis, long QT syndrome
Gejala : Keadaan terminal, tidak sadar, tensi & nadi tak teratur/ tak terukur
Terapi : DC shock, CPR
AV Block derajat IPola : Gel. P sinus, QRS dan T normal, interval PR > 0,20”
Etiologi : Variasi normal, peradangan, fibrosis, intoksikasi digitalis
Terapi : Tidak memerlukan terapi
AV Block derajat II, Mobitz tipe 1 (Wenkebach phenomena)
Pola : Gel. P sinus, QRS dan T normal, interval PR memanjang progresif sampai ada gel. P yg tdk diikuti QRS
Etiologi : IMA, intoksikasi digitalis
Terapi : Biasanya tidak memerlukan terapi
AV Block derajat II, Mobitz tipe 2
Pola : Gel. P sinus, QRS dan T normal, interval PR tetap sama, denyut ventrikel berkurang (dropped beat) dgn blok 2:1, 3:1, dll
Etiologi : IMA, miokarditis, degenerasi
Gejala : Bisa terjadi sinkop
Terapi : Akut & simtomatik : SA, isoproterenol, pacu temporerKronik & simtomatik : pacu jantung permanen
AV Block derajat IIIPola : Tidak ada hubungan antara P dan QRS
Etiologi : IMA, peradangan, intoksikasi digitalis
Gejala : Biasanya ggn.hemodinamik, cepat lelah, sinkop, sesak, angina
Terapi : Akut & simtomatik : SA, isoproterenol, pacu temporerKronik & simtomatik : pacu jantung permanen