Tugas Akpem Kasus v Final

download Tugas Akpem Kasus v Final

of 12

description

akpem

Transcript of Tugas Akpem Kasus v Final

AKUNTANSI PEMERINTAHSTUDI KASUS LKPD KAB. LUMAJANG 2007 (AUDITED)KELOMPOK V

Disusun Oleh :Een Febriyani : 111000977Gautami Gandhi A: 111001014Junita Saputri : 1112700217Ratna Hening Pitaloka: 1112700267Jhon Nevry Damanik: 1112700440Muhamad Surya Setiawan: 1112700757

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIANOVEMBER 2013

Statement of Authorship

Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan dengan jelas menggunakannya.Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.NAMANPMTANDA TANGAN

1. Een Febriyani111000977

2. Gautami Gandhi A111001014

3. Junita Saputri1112700217

4. Ratna Hening Pitaloka1112700267

5. Jhon Nevry Damanik1112700440

6. Muhamad Surya Setiawan

Judul TugasTanggalDosen

(Dibuat oleh seluruh anggota kelompok)

BAB IPENDAHULUANLaporan keuangan pemda LUMAJANG TA. 2007 telah diperiksa BPK RI. Hasil Audit menyatakan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan dilapangan seputar masalah perlakuan akuntansi pendapatan,pengeluaran pembiayaan , investasi dan hasil investasi (pendapatan deviden). Secara lengkap permasalahan sebagai berikut :

I. Pendapatan deviden tidak dicatat secara bruto sebesar Rp. 654.295.605,00KondisiPada saat TA. 2007 pemda Lumajang menganggarkan pendapatan dari laba atas penyertaan modal pada bank Jatim (deviden) dengan kode rekening 1.20.03.08.xx.xx.x.x.x.xx.xx sebesar Rp. 654.295.605,00 dengan realisasi sebesar Rp. 654.295.605,04 atau 100%. Sesuai dengan Surat Direksi Bank Jatim kepada BupatiLumajang selaku pemegang saham No. 045/xxx/xxx/xxx tanggal 20 Juli 2007 mengenai pembagian deviden PT Bank Jatim Tahun BUku 2006, besarnya deviden untuk kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut :a. Cash Deviden Rp. 654.295.605.04b. Stock Deviden Rp. 654.295.605,04Jumlah deviden Rp. 1.308.591.210,08Cash deviden telah dicatat pada Neraca dan LRA sebagai Kas dan Pendapatan dari Bagian Laba Atas Penyertaan Modal pad Bank Jatim (deviden). Sedangkan pendapatan stock deviden dicatat dalam Neraca sebagai Investasi Permanen-Penyertaan Modal Pemda (debit) dan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang (kredit), deviden belum dicatat di LRA sebagai pendapatan. Pendapatan Stock Deviden seharusnya dicatat secara bruto, yaitu mencatat deviden sebagai pendapatan (kredit) dan pengeluarannya diakui sebagai Pembiayaan Pengelolaan Penyertaan Modal (debit)Kriteria Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :1. UU No. 17/2003 tanggal 5 April 2003 tentang keuangan Negara pada pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, transaparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.2. Peraturan Pemerintah No. 58/2005 tanggal 10 November 2000 tentang p-engelolaan Keuangan Derah pada pasal 17 ayat (3) yang menyebutkan bahwa aseluruh pendapatan daerah, belanja daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD. a. 3.Peraturan pemerintah Nomor 24/2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang SAP PSAP No.02 paragraf 25 yang menyebutkan bahwa pencatan pendqapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)3. Peraturan Mendagri No. 14/2006 tanggal 15 Mei 2004 tentang Pelaporan Pengelolaan Keuangan Daerah psl. 20 ayat (2) yang menyatakan bahwa seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD.

Akibatnya Permasalahan di atas mengakibatkan Pendapataan Deviden dan Pembiayaan Pengeluaran Penyertaan Modal kurang catat sebesar Rp. 654.295.605,04.Sebab Hal tersebut disebabkan mekanisme penerimaan deviden dari Bank Jatim tidak berupa uang yang diserahkan, namun digunakan langsung untuk menambah pernyertaan modal Pemda.TANGGAPAN INSTANSI/PEMDA LUMAJANGBahwa pada dasarnya pencatatan pendapatan deviden dan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal, telah kami laksanakan sesuai dengan SAP:1. Di dalam Kerangka Konseptual SAP paragraph 39 disebutkan bahwa basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam laporan Realisasi Anggaran (LRA) dana abasis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.2. Akuntansi Pendapatan sebagaimana diatur dalam PSAP 02 tentang LRA paragraph 22 disebutkan bahwa Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Derah dan paragraph 25 menyebutkan bahwa Akuntansi Pendapatan dilaksanakan berdasarkan atas bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).Kami sudah melaksanakan kriteria tersebut dimana deviden tunai (cash deviden) sebesar Rp. 654.295.605,04 yang ditransfer oleh Bank Jatim ke Rekening kas Umum Daerah sudah dicatat sebagai pendapatan hasilpengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar jumlah bruto yang diterima kas daerah yaitu Rp.654.295.605,04 dan dilaporkan di LRA dan Laporan Arus Kas (LAK).Deviden saham sebesar Rp. 654.295.605,04 tidak kami catat sebagai pendapatan karena tidak memenuhi kriteria di dalam Kerangka Konseptual dan PSAP 02 paragraph 22 dan 25 sebagaimana tersebut di atas.

3. Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan sebagaimana di atur di paragraph 56 PSAP 02 disebutkan bahwa Pengeluaran pembiayan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.Tambahan investasi atau penyertaan modal yang berasal dari deviden saham sebesar Rp. 654.295.605,04 yang diterima dari Bank Jatim tidakkami catat sebagai pengeluaran pembiayaan dan tidak kami laporkan di LRA maupun LAK karena tidak memenuhi kriteria paragraph 56 PSAP 02, tetapi di catatan atas laporan keuangan sudah kami disclose bahwa pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan belum termasuk deviden atas penyertaan di Bank Jatim sebesar Rp. 654.295605,044. Kebijakan akuntansi investasi Kabupaten Lumajang terhadap investasi di Bank Jatim menggunakan metode biaya karena merupakan pemegang saham minoritas. Sehingga pengakuan hasil investasi berpedoman sebagaimana diatur dalam paragraph 37 PSAP 06 bahwa hasil investasi berupa deviden tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba yang diperoleh oleh pemerintah tidak dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Kecuali untuk deviden dalam bentuk saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama.5. Dalam PSAP 06-12 menyebutkan bahwa : Pada penilaian investasi dengan menggunakan metode biaya, terdapat dua hal yang harus diperhatikan pada saat mengakui hasil investasi (a) apabila hasil investasi yang dibagikan berupa cash deviden maka besarnya kas yang diterima tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah investasi. Penerimaan hasil investasi di catat sebagai penambah kas dan pendapatan hasil investasi. (b) apabila hasil investasi yang dibagikan berupa saham,maka besarnya bagian laba berupa deviden akan menambah besarnya jumlah investasi . Dengan demikian secara otomatis jumlah yang diinvestasi pada permanen akan bertambah.

BAB IIPEMBAHASANHasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka panjang antara lain berupa cash dividen dan stock dividen. Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba yang diperoleh pemerintah akan dicatat sebagai pendapatan dan sekaligus pengurang nilai investasi pemerintah. Dividen yang diterima dalam bentuk saham (stock dividend) tidak mempengaruhi nilai investasi pemerintah sehingga pada saat pembagian stock dividend tidak dilakukan pencatatan. Informasi tentang hal tersebut cukup diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).Pada penilaian investasi dengan mempergunakan metode biaya, terdapat dua hal yang harus diperhatikan pada saat mengakui hasil investasi:a. Apabila hasil investasi yang dibagikan berupa cash dividend, maka besarnya kas yang diterima tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah investasi. Penerimaan hasil investasi dicatat sebagai penambah kas dan pendapatan hasil investasi. b. Apabila hasil investasi yang dibagikan berupa saham, maka besarnya bagian laba berupa deviden akan menambah besarnya jumlah investasi, dengan demikian secara otomatis jumlah yang diinvestasikan dalam investasi permanen juga akan bertambah. Berikut beberapa hal yang dapat kami sampaikan sehubungan dengan pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan kabupaten Lumajang mengenai pencatatan investasi atas saham minoritas di Bank Jatim:1. Akuntansi Pendapatan sebagaimana diatur dalam PSAP 02 tentang LRA paragraph 22 disebutkan bahwa Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Derah dan paragraph 25 menyebutkan bahwa Akuntansi Pendapatan dilaksanakan berdasarkan atas bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).Pemda Lumajang sudah melaksanakan kriteria tersebut dimana deviden tunai (cash deviden) sebesar Rp. 654.295.605,04 yang ditransfer oleh Bank Jatim ke Rekening kas Umum Daerah sudah dicatat sebagai pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar jumlah bruto yang diterima kas daerah yaitu Rp.654.295.605,04 dan dilaporkan di LRA dan Laporan Arus Kas (LAK).2. Deviden saham sebesar Rp. 654.295.605,04 tidak dicatat sebagai pendapatan karena tidak memenuhi kriteria di dalam Kerangka Konseptual dan PSAP 02 paragraph 22 dan 25 sebagaimana tersebut di atas karena pada transaksi tersebut tidak terdapat arus kas masuk atas dividen saham, sehingga Pemkab Lumajang tidak perlu melakukan pencatatan penerimaan deviden saham baik dalam LRA maupun LAK dalam aktivitas operasi.Deviden saham sebesar Rp. 654.295.605,04 tidak dicatat sebagai pendapatan karena tidak memenuhi kriteria pendapatan yaitu seperti definisi pendapatan dalam PSAP 01: semua penerimaan Rekenis Kas umum Negara Daerah yang menambah ekuitas dana lancardan juga di PSAP 02 paragraph 22 Pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening kas umum Negara/daerah dan paragraf 25 Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto,, yang perlu dilakukan oleh Pemkab Lumajang adalah melakukan pengakuan hasil investasi berupa dividen saham yang akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana sesuai dengan paragraf 37 PSAP 06 tentang investasi pemerintah kecuali untuk dividen dalam bentuk saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama pencatatannya dilakukan di neraca sesuai dengan paragraf 78 PSAP 01 tentang komposisi dari neraca atau dilaporkan dalam dalam laporan perubahan ekuitas sesuai dengan paragraf 20, 95, dan 96 PSAP 01.3. Kebijakan akuntansi akuntansi investasi kabupaten Lumajang terhadap investasi di Bank Jatim menggunakan metode biaya karena merupakan pemegang saham minoritas. Sehingga pengakuan hasil investasi berpedoman sebagaimana diatur dalam paragraph 37 PSAP 06 bahwa hasil investasi berupa deviden tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Kecuali untuk deviden dalam bentuk saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama Dan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba yang diperoleh oleh pemerintah tidak dicatat sebagai pendapatan hasil investasi dan dividen saham yang dibagikan tidak menambahkan nilai investasinya, karena penambahan atas kepemilikan pemerintah sudah dicatat atau bertambah pada saat diumumkannya laba oleh perusahaan. Perubahan nilai investasi pemerintah dengan metode ekuitas, terjadi pada saat perusahaan mengumumkan adanya laba/rugi.4. Dan seperti yang telah dijelaskan di bagian awal bab ini, dalam PSAP 06 Paragraf 12 menyebutkan bahwa : Pada penilaian investasi dengan menggunakan metode biaya, terdapat dua hal yang harus diperhatikan pada saat mengakui hasil investasi (a) apabila hasil investasi yang dibagikan berupa cash deviden maka besarnya kas yang diterima tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah investasi. Penerimaan hasil investasi di catat sebagai penambah kas dan pendapatan hasil investasi. (b) apabila hasil investasi yang dibagikan berupa saham, maka besarnya bagian laba berupa deviden akan menambah besarnya jumlah investasi . Dengan demikian secara otomatis jumlah yang diinvestasi pada permanen akan bertambah.5. Untuk perlakuan atas dividen berupa saham Pemerintah perlu melakukan pencatatan Penyertaan Modal Pemerintah sebagai Pengeluaran Pembiayaan, hal ini tidak ada uang kas yang keluar dari Rekening Kas Umum Daerah Sehingga jurnal atas pencatatannya adalah sebagai berikut:

Penyertaan Modal Pemerintah Rp. 654.295.605,04EDI Diinvestasikan Dalam Investasi Jk. PanjangRp. 654.295.605,04

6. Pengakuan terhadap penerimaan dividen saham diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan bahwa hasil investasi yang dibagikan berupa saham, sebesar bagian laba berupa deviden akan menambah besarnya jumlah investasi (tidak menambah besarnya proporsi nilai investasi) dengan demikian secara otomatis jumlah yang diinvestasikan dalam investasi permanen juga akan bertambah.

7. Pencatatan nya pada neraca adalah sebagai berikut:ASETASET LANCAR ....Investasi Jangka Pendek Rp XXXINVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Nonpermanen Rp YYYInvestasi Permanen Rp YYYJumlah Investasi Jk Panjang Rp YYYYKEWAJIBAN....EKUITASEkuitas Dana Lancar SILPA Rp ZZZZEKUITAS DANA INVESTASIDiinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp YYYY

BAB IIIKESIMPULAN Pada dasarnya penerapan akuntansi oleh Pemda Lumajang sudah sesuai dengan pengelolaan keuangan daerah yang baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 sebagai mana telah diubah dengan peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang menjadi peraturan teknis perlakuan akuntansi pendapatan, pengeluaran pembiayaan, investasi dan hasil investasi (pendapatan deviden) pemerintah. BPK RI tidak memahami konsep perlakuan akuntansi pendapatan, pengeluaran pembiayaan, investasi dan hasil investasi pemerintah, sehingga BPK RI menyimpulkan laporan keuangan Pemda Lumajang TA 2007 terdapat penyimpangan, dan dikatakan bertentangan dengan UU No.17/2003, PP No.58/2005, PP No.24/2005, dan Permendagri No.14/2006 yang sebenarannya tidak bertentangan namun memenuhi ketentuan dalam peraturan-peraturan tersebut.