[ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

25
ABSTRAK Latar belakang : Penggunaan kokain dan NAPZA merupakan masalah di banyak negara. Jumlah penyalahguna narkoba di dunia sebesar 200 juta orang (5% dari populasi dunia). Sebagian besar pengguna kokain adalah remaja. Dibutuhkan peranan semua komponen bangsa untuk mengatasi masalah ini, demikian pula peranan pemuka agama dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba ini. Presentasi kasus : Melakukan wawancara kepada pasien ketergantungan obat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta. Seorang remaja pria, 19 tahun, berkewarganegaraan Malaysia dengan riwayat pengkonsumsian kokain, ekstasi dan shabu Diskusi : Tingginya angka penyalahgunaan kokain membuat meningkatnya angka pasien ketergantungan obat. Banyak hal yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan salah satunya adalah pendampingan dan pengawasan secara agama. Simpulan dan Saran : Pengaruh kokain pada fisik dan perilaku akibat intoksikasi kokain memerlukan tindakan segera. Intoksikasi kokain adalah sindrom mental organik yang terjadi beberapa menit sampai jam setelah menggunakan kokain. Pengobatan psikofarmaka pasien pengguna kokain tergantung dari gejala-gejala yang timbul, intoksikasi ataupun putus kokain, juga dibutuhkan pengobatan lain seperti terapi kelompok, terapi keluarga atau rujuk ke kelompok- kelompok bantuan yang mendukung upaya penyembuhan Kata kunci : ketergantungan kokain, peran agama 1

description

fhffh

Transcript of [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

Page 1: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

ABSTRAK

Latar belakang : Penggunaan kokain dan NAPZA merupakan masalah di banyak negara.

Jumlah penyalahguna narkoba di dunia sebesar 200 juta orang (5% dari populasi dunia).

Sebagian besar pengguna kokain adalah remaja. Dibutuhkan peranan semua komponen bangsa

untuk mengatasi masalah ini, demikian pula peranan pemuka agama dalam menanggulangi

penyalahgunaan narkoba ini.

Presentasi kasus : Melakukan wawancara kepada pasien ketergantungan obat di Rumah Sakit

Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta. Seorang remaja pria, 19 tahun, berkewarganegaraan

Malaysia dengan riwayat pengkonsumsian kokain, ekstasi dan shabu

Diskusi : Tingginya angka penyalahgunaan kokain membuat meningkatnya angka pasien

ketergantungan obat. Banyak hal yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan salah

satunya adalah pendampingan dan pengawasan secara agama.

Simpulan dan Saran : Pengaruh kokain pada fisik dan perilaku akibat intoksikasi kokain

memerlukan tindakan segera. Intoksikasi kokain  adalah sindrom mental organik yang terjadi

beberapa menit sampai jam setelah menggunakan kokain. Pengobatan psikofarmaka pasien

pengguna kokain tergantung dari gejala-gejala yang timbul, intoksikasi ataupun putus kokain,

juga dibutuhkan pengobatan lain seperti terapi kelompok, terapi keluarga atau rujuk ke

kelompok-kelompok bantuan yang mendukung upaya penyembuhan

Kata kunci: ketergantungan kokain, peran agama

PENDAHULUAN

Penggunaan kokain dan NAPZA merupakan masalah di banyak negara. Jumlah

penyalahguna narkoba di dunia sebesar 200 juta orang (5% dari populasi dunia) yang terdiri dari

160,9 juta orang penyalahguna ganja, 13,7 juta orang penyalahguna kokain, 15,9 juta orang

penyalahguna opiat dan 10,6 juta orang penyalahguna heroin (UN Publication,2005).

Penggunaan kokain juga masalah bagi Indonesia. Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia telah

mencapai 0,06% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah kasus narkoba meningkat dari 3.478

kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004 atau meningkat rata-rata 28,9% per tahun.

1

Page 2: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

Penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan lembaga

penelitian dari salah satu perguruan tinggi negeri pada tahun 2006 hingga 2007 menyebutkan,

dari 3,2 juta pengguna NAPZA di Indonesia, 1,1 juta di antaranya adalah mahasiswa. Dari data

yang ada diketahui bahwa penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15 – 24 tahun,

sementara generasi muda sendiri adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Dalam

beberapa tahun ini pun, menurut kepolisian Tindak Pidana Narkoba, peredaran kokain jumlahnya

merangkak naik di Indonesia. Hal ini sesuai dengan hasil jumlah kokain yang berhasil disita,

sejak Januari hingga November tahun ini, naik dari 66,97 gram menjadi 5.878,44 gram

(Mursyadad, 2009).

Sebagian besar pengguna kokain adalah remaja, karena remaja merupakan kelompok

rawan yang berisiko terhadap penyalahgunaan alkohol, rokok dan zat adiktif, karena sifatnya

yang energik, dinamis dan ingin mencoba hal-hal yang baru, menyenangi petualangan, mudah

tergoda oleh tekanan dan pengaruh dari kelompoknya, cepat putus asa mudah terjerumus ke

dalam penyalahgunaan kokain. Hal ini di dukung oleh belum matangnya mental untuk lebih

memperhitungkan akibat dari suatu perbuatan (Purwanti, 2004).

Dibutuhkan peranan semua komponen bangsa untuk mengatasi masalah ini, demikian

pula peranan pemuka agama dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba perlu ditingkatkan.

Pendekatan melalui bahasa agama merupakan bagian yang integral/ tak terpisahkan dari usaha

penanggulangan penyalahgunaan narkotika. Disamping penanggulangan melalui pendekatan

jasmaniah bagi para korban penyalahgunaan narkoba. Pendekatan melalui bahasa agama dapat

meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan generasi muda terhadap bahaya penyalahgunaan

narkotika (Abdul,2006).

DESKRIPSI KASUS

Seorang remaja pria, 19 tahun di bawa ke Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO)

Jakarta oleh keluarganya satu bulan tiga hari yang lalu karena diketahui mengkonsumsi obat

terlarang. “Tempat rehab disana sudah meksimum (red: penuh) untuk menampung orang

lagi”,tutur remaja yang berasal dari Malaysia tersebut. Remaja ini mengaku bahwa dia

mengkonsumsi narkotika jenis kokain, shabu dan ekstasi. Ia mulai mencoba-coba mengkonumsi

2

Page 3: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

obat tersebut dengan alasan diajak teman-teman sebayanya saat dia berumur 15 tahun, yaitu saat

sedang menduduki bangku sekolah menengah atas (SMA).

Menurut ceritanya, ia tidak merasakan perubahan yang signifikan setelah mengkonsumsi

obat-obatan terlarang itu. Hanya saja, beban pikiran yang ia pendam selama ini seakan-akan

hilang begitu saja. Remaja ini mengaku melakukan pengkonsumsian kokain dengan cara pompa

atau bisa disebut juga dengan bong. Saat melakukannya, ia tidak sendirian, melainkan bersama

temannya. Saat diwawancarai, remaja ini juga mengaku pernah melakukan bong dirumahnya

sendiri, setelah diwawancarai lebih lanjut, ternyata di Malaysia ia tinggal sendiri, tidak dalam

satu rumah dan tidak bersama dengan keluarganya, sehingga ia dengan leluasa bisa

mengkonsumsi kokain dirumah.

Saat pertama kali masuk ke rehabilitasi di RSKO Jakarta, remaja ini mengaku bahwa

keadaan tubuhnya sangat memprihatinkan. Berat badan yang kurang dari rata-rata sehingga

tubuhnya dapat dikatakan kurus. Setelah satu bulan di RSKO Jakarta, ia mengaku lebih teratur

dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Banyak perubahan yang terlihat, salah satunya

kenaikan berat badan. Di RSKO Jakarta juga mengajarkan aspek agama, sehingga remaja ini

mengaku bahwa sekarang solatnya menjadi lebih teratur dan memahmi konsep Ketuhanan secara

lebih dalam

Selain itu, ia banyak mendapat pelajaran dan hal baru selama satu bulan di rehabilitasi

dan ini membuat ia jera dan mengaku tidak akan mengkonsumsi obat-obatan terlarang itu lagi.

DISKUSI

Kokain adalah alkaloida yang berasal dari tanaman Erythroxylon coca yang tumbuh di

Bolivia dan Peru pada lereng-lereng pegunungan Andes di Amerika Selatan. Kedua negara

tersebut dianggap penghasil kokain dalam bentuk pasta mentah terbesar di seluruh dunia,

sedangkan Negara Kolombia memproses pasta ini menjadi serbuk kokain murni. Dalam

peredaran gelap kokain diberi nama cake, snow, gold dust, dan lady serta dijual dalam bentuk

serbuk yang bervariasi kemurniannya (Joewana,1989).

Pertama sekali, kokain digunakan sebagai anastesi lokal pada pengobatan mata dan gigi.

Berbeda dengan opium, morfin, dan heroin yang memiliki sifat menenangkan terhadap jasmani

dan rohani, kokain merupakan suatu obat perangsang sama seperti psikostimulan golongan

3

Page 4: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

amfetamin tetapi lebih kuat. Zat-zat ini memacu jantung, meningkatkan tekanan darah dan suhu

badan, juga menghambat perasaan lapar serta menurunkan perasaan letih dan kebutuhan tidur.

Dalam larutan kadar rendah, kokain menghambat penyaluran impuls dari Sistem Saraf

Pusat (SSP) di otak sehingga digunakan untuk anastesi lokal, sedangkan dalm konsentrasi tinggi

kokain merangsang penyaluran impuls-impuls listrik. Sifat kokain yang didambakan oleh

pecandu adalah kemampuannya untuk meningkatkan suasana jiwa (euphoria) dan kewaspadaan

yang tinggi serta perasaan percaya diri akan kapasitas mental dan fisik.

Dalam dosis kecil kokain yang dihisap melalui hidung menimbulkan euphoria tetapi

disusul segera oleh depresi berat yang menimbulkan keinginan untuk menggunakannya lagi

dalam dosis yang semakin besar dan menyebabkan ketergantungan psikis yang kuat dan toleransi

untuk efek sentral. Pada keadaan kelebihan dosis, timbul rasa eksitasi berlebihan , kesadaran

yang berkabut, pernafasan yang tidak teratur, tremor, pupil melebar, nadi bertambah cepat, suhu

badan naik, rasa cemas, dan ketakutan, serta kematian biasanya disebabkan pernafasan berhenti

(Sasangka,2003).

Mekanisme kerja kokain adalah dengan cara menghambat pengembalian norepinefrin,

serotonin, dan dopamin kembali ke terminal presinapsis, tempat transmitter tersebut dilepaskan.

Penghambatan ini memperkuat dan memperpanjang kerja katekolamin pada SSP dan susunan

saraf perifer. Pendapat lain mengatakan, perpanjangan efek dopamin paling banyak terjadi pada

sistem yang membawa kenikmatan dalam otak (sistem limbik), yang menghasilkan rasa gembira

yang berlebihan akibat pengaruh kokain. Penggunaan kronik akan menghabiskan dopamin.

Kekosongan ini akan menimbulkan siklus visius, ingin mendapatkan kokain yang akan

menghilangkan depresi berat untuk sementara. Efek kokain pada tingkah laku merupakan akibat

dari rangsangan kuat pada korteks dan sambungan otak.

Kokain digunakan sendiri dengan mengunyah, mengendus dengan hidung, merokok dan

suntikan intravena. Efek puncak terjadi setelah 15 – 20 menit sehabis mengendus tepung kokain

dan menurun setelah 1 - 1,5 jam. Efek yang cepat tetapi berjangka waktu pendek diperoleh

setelah suntikan intravena kokain atau merokok bentuk basa bebas (“crack”). Karena terjadinya

efek sangat cepat, kemungkinan intoksikasi dan ketergantungan paling besar dengan suntukan

intravena dan mengisap crack. Absorpsi dilakukan dari segala tempat termasuk selaput lendir.

Pada pemberian oral, kokain tidak efektif karena di dalam usus sebagian besar mengalami

4

Page 5: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

hidrolisis. Sebagian besar mengalami detoksikasi di hati dan sebagian kecil diekskresi bersama

urin dalam bentuk utuh. Diperkirakan hati dapat melakukan detoksikasi kokain sebanyak 1 dosis

letal minimal dalam waktu satu jam. Detoksikasi kokain tidak secepat detoksikasi zat anestesi

local sintetik.

Intoksikasi kokain adalah sindrom mental (organic mental disoder) yang terjadi beberapa

menit sampai satu jam setelah menggunakan kokain. Sindrom tersebut dapat menyebabkan

gangguan fisik dan perilaku. Lamanya kerja kokaiin dalam tubuh sangat singkat, eliminasi waktu

paruh kokain hanya satu jam,kecuali pada kasus-kasus overdosis, sebagian besar kokain sudah

hilang dari tubuh pada saat pasien masuk ke ruang gawat darurat dan kamar praktek dokter.

Pengaruh kokain pada fisik dan perilaku akibat intoksikasi memerlukan tindakan segera. Tanda –

tanda klinis: nadi cepat/ takikardi, pelebaran pupil/ midriasis, meningkatnya tekanan darah,

berkeringat, panas dingin, tremor, mual, muntah, meningkatnya suhu badan, nadi tidak teratur/

aritmia, halusinasi visual atau taktil, pingsan/ syncope, nyeri dada & bila overdosis maka dapat

terjadi kejang, tertekannya pernapasan, koma dan meninggal (Kay, 2000).

Gejala – gejala klinis intoksikasi kokain meliputi:

Euforia, disforia

Agitasi psikomotor

Agresif dan menantang berkelahi

Waham paranoid

Halusinasi

Delirium

Eksitasi

Penilaian realita yang kurang wajar (poor judgement), gangguan fungsi sosial dan

okupasional

Meningkatnya kewaspadaan dan aktivitas bergerak terus menerus, memaksakan

keinginan, banyak berbicara

Mulut kering

Meningkatnya kepercayaan diri

Selera makan kurang

Grandiositas

5

Page 6: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

Perilaku repetitif dan stereotipik

(Holstage,2005)

Umumnya tidak ada tanda-tanda klinis keadaan putus kokain yang tepat untuk menggambarkan

perubahan fisiologis yang terjadi setelah penghentian penggunaan berat kokain. Gejala-gejala

klinis keadaan putus kokain ditandai dengan adanya perasaan disforik yang menetap selama

lebih dari 24 jam setelah menurunnya konsumsi kokain dan diikuti gejala-gejala berikut:

Keletihan (fatigue)

Insomnia atau hipersomnia

Agitasi psikomotor

Ide-ide bunuh diri dan paranoid

Mudah tersinggung atau iritabel

Perasaan depresif

(Depkes,2000)

Keadaan putus kokain adalah satu-satunya indikasi yang menunjukkan adanya

ketergantungan kokain. Gejala utama keadaan putus kokain adalah menagih kokain (“craving”).

Beratnya kondisi keadaan putus kokain berkaitan dengan jumlah, lama dan cara penggunaan

kokain. Snorting menyebabkan ketergantungan dan keadaan putus kokain ringan, penggunaan

intravena dan merokok crack freebase menyebabkan ketergantungan dan keadaan putus kokain

berat (Kaplan, 1990).

Gejala-gejala putus kokain mencapai puncaknya setelah beberapa hari, dan berakhir

setelah beberapa minggu. Bila gejala-gejala tetap ada setelah lebih beberapa minggu, maka ini

menunjukkan adanya indikasi depresi sekunder. Gangguan psikiatris lainnya yang sering

menyertai ketergantungan kokain adalah : Gangguan kepribadian, ketergantungan alkohol dan

ketergantungan sedativa-hipnotika (Kay, 2000).

Perasaan disforia dan depresi berat merupakan dua gejala yang sering terdapat pada

keadaan putus kokain. Dengan ditemukannya dua gejala tersebut perlu dipertimbangkan pula

adanya gangguan psikiatris lainnya sebagai diagnosis banding. Pasien sering menderita

gangguan kepribadian yang mendasarinya (gangguan kepribadian ambang atau antisosial),

sehingga berperilaku manipulatif. Akibatnya pasien sering mengobati keadaan putus kokain pada

6

Page 7: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

dirinya sendiri dengan menggunakan kembali kokain. Angka relaps tetap tinggi meskipun ia

telah dirawat berkali-kali (Kaplan, 1990).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium :

Elektrolit : akut bisa memberikan gambaran hipokalemi sedangkan pada intoksikasi

kokain yang berat memberikan gambaran hiperkalemi.

Glukosa darah : pada pemeriksaan gula darah memberikan gambaran hipoglikemi

Fungsi ginjal : gagal ginjal berhubungan dengan rhabdomyolisis dan trombosis arteri

ginjal pernah dilaporkan pada penyalahgunaan kokain.

Urinalisis untuk skrining kokain atau zat adiktif lain yang digunakan bersama-sama,

Tes kehamilan : semua wanita yang berada dalam usia subur sbaiknya dilkukan tes

kehamilan

Fungsi hati : kerusakan hati mungkin terjadi pada intoksikasi akut. Sebagai tambahan,

pasien yang menggunakan kokain beresiko untuk terinfeksi hepatitis, yang pada akirnya

bias menyebabkan perubahan mental.

Jumlah sel darah : anemia, lekositosis, dan leucopenia

Toksikologi : Urine drug screens : Benzoylecogonine (bentuk metabolic kokain) bisa

ditemukan pada urin  60 jam setelah menggunakan kokain. Pada pengguna kokain yang

berat bisa ditemukan sampai 22 hari.

Enzim jantung : pada pengguna kokain terdapat angka prevalensi yang tinggi untuk

terjadinyamyocardial infection, pasien yang dating dengan nyeri dada dan riwayat

penggunaan kokain bisa dipikirkan untuk melakukan pemeriksaan enzim jantung.

2.   Gambaran Radiologi :

Chest x-Ray : pneumomediastinum, pneumothorax, pneumonia, emboli paru, atelektasis.

CT-Scan. : perdarahan intrkranial dan emboli serta trombosis strok.

3.   Tes lain : dapat menggunakan analisa gas darah, ECG

(Holstege,2003)

PENATALAKSANAAN

7

Page 8: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

Intoksikasi Kokain

Yakinkan dan tenangkan pasien bahwa gejala-gejala hanya terjadi dalam beberapa

waktu yang terbatas sebagai akibat masuknya kokain ke dalam tubuh, dan segera setelah

itu ia akan menjadi tenang kembali seperti semula.

Tempatkan pasien pada suasana yang tenang. Sementara itu, lakukan wawancara tentang

frekuensi, jumlah kokain dan rute penggunaan kokain. Ikuti dan kendalikan semua

gerakan/aktivitas pasien dan lakukan pengendalian secara tepat. Hati-hati dalam

pendekatan pasien-pasien dengan waham paranoid. Jika memungkinkan, minta bantuan

keluarga untuk bekerjasama menenangkan pasien.

Bila sudah memungkinkan, lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.

Bila terjadi demam, lakukan tindakan secepat mungkin untuk mengatasinya, kompres

dan/atau beri antipiretika.

Pantaulah tekanan darah dan denyut nadi pasien sesering mungkin.

Pastikan apakah pasien juga menggunakan zat adiktif lainnya seperti opioida (misalnya

heroin yang digunakan bersama-sama dengan kokain secara intravena yang dikenal

dengan istilah speed ball), sedativa-hipnotika dan alkohol.

Isolasi dan fiksasi adalah tindakan terakhir yang kadang-kadang perlu dilakukan.

Gejala-gejala psikosis seringkali menghilang setelah satu episode akut penggunaan

kokain, tapi dapat juga menetap pada penyalahgunaan berat kokain dan menimbulkan

gangguan yang disebut dengan gangguan waham akibat penggunaan kokain (cocaine

delusional disorders), terutama pada orang-orang yang sensitif.

Pertimbangkan rawat-inap agar dapat dilakukan detoksifikasi. Seorang pasien yang

datang ke unit gawat darurat merupakan peluang yang baik untuk melakukan terapi

induksi agar pasien bersedia ikut program rehabilitasi.

Persiapkan pasien tentang akan terjadinya keadaan putus kokain dan latih pasien untuk

menghadapinya.

Terapi psikofarmaka:

- Bila agitasi, galak, membahayakan lingkungan atau delusi dapat diberikan derivat

benzodiazepin ringan oksazepam 10-30 mg per oral atau lorazepam 1-2 mg per oral, dan

dapat diulang setelah satu jam.

8

Page 9: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

- Bila agitasi masih tetap bertahan setelah beberapa dosis benzodiazepin atau timbul

gejala toksisitas benzodiazepin (ataksia, disartria, nistagmus), maka dapat diberikan obat

antipsikotik berkekuatan tinggi seperti haloperidol atau flufenazin masing-masing 2-5

mg per oral atau i.m. sebagian klinisi kurang menyukai penggunaan antipsikotika karena

mengurangi nilai ambang kejang dan mengubah atau menyamarkan gejala-gejala

intoksikasi kokain dengan gejala-gejala efek samping antipsikotika.

- Bila terjadi takhikardia dan hipertensi, dapat diberikan beta-bloker (propanolol) atau

klonidin.

- Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, kejang, gangguan respirasi dan gejala-gejala

overdosis lain merupakan indikasi untuk merawat pasien di unit rawat intensif (ICU). 

Keadaan Putus Kokain

Pastikan apakah ada risiko bunuh diri. Meskipun gejala-gejala akan hilang dalam beberapa

hari, namun pasien dengan kecenderungan bunuh diri harus di rawat-inap di rumah sakit.

Ketika pasien datang beri ketenangan (reassurance) dan terangkan kepadanya bahwa

gejala-gejala keadaan putus kokain tersebut akan hilang dalam satu atau dua minggu.

Wawancarai bagaimana kokain tersebut masuk ke dalam tubuh, frekuensi dan jumlahnya

serta kapan penggunaan kokain terakhir.

Tanyakan juga apakah pasien menggunakan zat adiktif lain.

Motivasi pasien agar bersedia mengikuti program detoksifikasi atau rehabilitasi.

Rujuk pasien agar mengikuti terapi kelompok, terapi keluarga atau rujuk ke kelompok-

kelompok bantuan yang mendukung upaya penyembuhan (seperti Narcotic Anonymous,

Narcotic Anonymous Family).

Evaluasi apakah pasien menderita gangguan psikotik atau menggunakan zat adiktif lain.

Terapi psikofarmaka:

- Agitasi berat sampai perilaku maladaptif dapat dikendalikan dengan pemberian derivat

benzodiazepin ringan estazolam 0,5 sampai 1 mg per oral, oksazepam 10-30 mr per

oral atau lorazepam 1-2 mg per oral.

- Antidepresiva dapat diberikan pada pasien-pasien dengan gejala depresif menetap

yang umumnya terjadi setelah dua minggu penggunaan kokain dihentikan.

9

Page 10: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

- Ketergantungan kokain dapat diberikan despiramin (200-250 mg/hari), doksepin atau

antidepresiva lain (amitriptilin, imipramin). Kadang-kadang juga diberikan

bromokriptin untuk mengendalikan emosinya. 

(Ahuja,2006)

PERAN KELUARGA

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan individu.

Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peranan

keluarga menjadi sentral dan besar pengaruhnya terhadap penyebab seseorang menjadi

ketergantungan kokain dan besar pula pengaruhnya terhadap penyembuhan pecandu kokain.

Faktor-faktor keluarga yang menyebabkan anak menjadi pecandu narkoba:

1. Keadaan dan kondisi keluarga. Keharmonisan keluarga ikut menentukan mudahnya

seseorang terkena narkoba atau tidak. Keluarga yang kurang harmonis, baik antara

suami-istri, orang tua-anak, serta anggota keluarga yang lain, sangat memudahkan

anggotanya terpikat oleh narkoba. Untuk pencegahan, ciptakan kehidupan keluarga yang

harmonis.

2. Kurang perhatian. Perhatian tidak cukup hanya dalam bentuk materi saja, tetapi perlu

empati. Untuk pencegahan, bina perhatian dan kepedulian antar anggota keluarga.

3. Kurangnya komunikasi antar keluarga. Hal ini menyebabkan anggota keluarga

mencari orang lain (bukan keluarga) untuk melepaskan segala permasalahan yang

dialaminya. Untuk pencegahan, perbaiki komunikasi dalam keluarga!

4. Kurang kesatuan. Kurangnya kesatuan dalam keluarga membuat ikatan keluarga

menjadi longgar. Dengan demikian, masing-masing anggota keluarga akan mencari

pelampiasan di tempat lain. Untuk pencegahan, ajak setiap anggota keluarga untuk lebih

mendekatkan diri pada agama dan tuhan

5. Orang tua yang otoriter. Orang tua yang selalu mengatur dan memaksakan kehendak,

baik dalam menentukan pendidikan atau hal-hal lain, membuat anggota keluarga (anak)

merasa tidak bebas. Anggota keluarga akan mencari pelampiasan kepada hal/orang lain.

Untuk pencegahan, ciptakan suasana keluarga yang terbuka, demokratis, dan ajarkan

10

Page 11: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

kepada anak, agar berani mengemukakan pendapat dan berani mengatakan TIDAK untuk

hal/benda-benda asing/negatif (Say No to Drugs).

6. Terlalu menuntut prestasi anak. Orang tua yang terlalu menuntut, bisa memicu

timbulnya kejengkelan bagi anggota keluarga. Apabila mereka yang dituntut tidak

sanggup memenuhi tuntutan tersebut, maka mereka bisa merasa depresi dan lari ke

narkoba. Untuk pencegahan, berikan kebebasan anggota keluarga mengemukakan

pendapat dan hargai pendapat mereka!

7. Terlalu memanjakan anggota keluarga. Kebiasaan menuruti semua kemauan anak

tidak baik. Untuk pencegahan, jangan memanjakan siapa pun dalam keluarga dan

hindarkan kebebasan yang tidak bertanggung jawab!

8. Kurang pengawasan. Salah satu anggota keluarga yang menjadi pecandu narkoba bisa

"menulari" anggota keluarga yang lain. Waspadalah! Untuk pencegahan, segera obati

penderita kecanduan dan kirim ke tempat rehabilitasi!

9. Peran Keluarga dalam Penanggulangan Narkoba. Peran keluarga sangat penting bagi

setiap anggota keluarga yang menghadapi suatu masalah. Dukungan keluarga terhadap

anggotanya yang terjerat narkoba sangat besar pengaruhnya dalam penyembuhan.

Biasanya, para pecandu narkoba suka mencari sensasi, hiperaktif, mudah kecewa, cenderung

agresif, dan destruktif. Selain itu, ia juga kurang berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di

sekolah (cenderung antisosial), kurang cerdas, suka memberontak terhadap peraturan, dan suka

berbohong. Kalau anggota keluarga sudah terkena narkoba, jangan jauhi dia, dengar keluhannya

dengan sabar namun tetap waspada. Ajak dia berkonsultasi ke dokter untuk memulihkan

kesehatannya, apalagi dalam keadaan sakaw.

Jangan biarkan dia bergaul dengan teman-teman yang menjadi pemakai. Lakukan rehabilitasi

psikologis, baik di keluarga maupun dengan bantuan psikolog, untuk memulihkan konsep diri

dan mengembalikan kepercayaan dirinya sebagai anak yang baik, berguna, dan diterima

keluarga.

Lakukan rehabilitasi sosial, dengan didampingi keluarga, untuk belajar keterampilan, latihan

kerja, melakukan rekreasi,dan kegiatan positif lainnya agar dia merasa diterima sebagai keluarga

dan anggota masyarakat. Keluarga harus terus mendampingi dan mengawasi perubahan yang

terjadi. Jaga pergaulannya agar tidak kambuh lagi.

11

Page 12: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN KOKAIN

Dalam ajaran islam, penggunaan narkoba sangat diharamkan. Karena narkoba memiliki

mudharat (daya rusak) yang jauh lebih besar daripada manfaat yang didapatkannya. Adapun

yang bisa mengambil manfaat dari narkoba adalah pihak kalangan medis, yaitu menunjang upaya

pengobatan pasien. Untuk kepentingan tersebut, islam membolehkannya dengan alasan tidak

menimbulkan kemudharatan (merusak, berbahaya, atau berdampak negative) bagi pasien yang

diobati dan bisa membantu mempercepat proses penyembuhan (Abdul,2006).

Mengkonsumsi narkoba dalam dosis tertentu dapat menimbulkan dampak yang sangat merusak

bagi pemakainya, seperti ketagihan dan merusak akal pikiran. Khamar dan narkoba merupakan

dua jenis yang berbeda, tapi mempunyai kesamaan dalam akibat yang ditimbulkannya. Pada

zaman Rasulullah SAW, Nabi Muhammad, zat berbahaya yang paling populer memang hanya

minuman keras (khamar). Dalam perkembangan dunia Islam, khamar kemudian berganti,

bermetamorfosa dan beranakpinak dalam bentuk yang makin canggih, yang kemudian lazim

disebut narkotika atau lebih luas lagi narkoba.

Untuk itu, dalam analoginya, larangan mengonsumsi minuman keras dan hal-hal yang

memabukkan, adalah sama dengan larangan mengonsumsi narkoba.

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)

berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS Al-Maidah : 90)

Ayat yang kedua:

12

Page 13: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di

antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari

mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”.

(QS Al-Maidah : 91)

Dalam surat QS. An-Nisa ayat 29

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu: Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.”

Begitupun terdapat dalam hadits,

“Jauhilah olehmu minuman keras (narkoba), karena ia awal dari segala bentuk kejahatan.”

(HR. Hakim)

“ Seorang hamba Allah tetap dalam suatu kelapangan karena agamanya, selama ia tidak

minum-minuman keras. Akan tetapi bila ia minum-minuman keras, maka Allah akan

menggoyahkan tabirnya, sehingga syetan menjadi kawannya, jadi pendengarnya, jadi

penglihatannya, jadi kakinya. Kemudia ia dibawa syetan kepada setiap kejahatan dan ia

dipalingkan diri dari setiap kebaikan”. ( HR. Thabrani ).

“Nabi melarang mengkonsumsi setiap hal yang memabukkan dan yang menyebabkan seseorang

lemah dan malas.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Hadits diatas menyerukan umat islam untuk menjauhi narkoba, meminum-minuman keras dan

segala macam bentuk barang haram. Hal ini disebabkan dapat menimbulkan bahaya bagi yang

melanggarnya. Selain itu ia juga dapat menyeret kepada kejahatan yang lainnya, seperti zina,

13

Page 14: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

mencuri, membunuh dan sebagainya, karena dalam keadaan seperti itu orang tidak dapat

mengontrol dirinya. Jika orang sudah kecanduan narkoba maka lambat laun akan dikendalikan

oleh syaitan dan hawa nafsu yang cenderung akan diturutinya.

Keseharusan umat islam untuk peduli terhadap sesamanya ini disinggung dalam ayat berikut:

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan manusia, menuruh kepada yang ma’ruf, dan

mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah

itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka dalah

orang-orang yang fasik (QS. Al-Imron 104)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk “ (QS. An-Nahl 125)

Ayat diatas tidak dikhususkan kepada kalangan islam tertentu saja melainkan kepada siapapun

seluruh umat islam yang telah membaca ayat ini, maka kepadanya sudah dipikul tanggung jawab

untuk turut menjaga keselamatan sesamanya, termasuk turut mencegah dari bahaya narkoba.

Keseharusan untuk berdakwah mengenai ancaman bahaya narkoba harus disesuaikan dengan

kemampuan masing-masing. Jika kita mampu untuk mencegah teman-teman kita saja, maka

itulah yang harus kita lakukan

Mengingat betapa dahsyatnya bahaya yang akan ditimbulkan oleh narkoba dan betapa cepatnya

tertular para generasi muda untuk mengkonsumsi narkoba, maka diperlukan upaya-upaya konkrit

untuk mengatasinya.

Upaya-upaya tersebut antara lain adalah :

1. Meningkatkan iman dan taqwa melalui pendidikan agama dan keagamaan baik di sekolah

maupun di masyarakat.

14

Page 15: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

2. Meningkatkan peran keluarga melalui perwujudan keluarga sakinah, sebab peran keluarga

sangat besar terhadap pembinaan diri seseorang. Hasil penelitia menunjukkan bahwa anak-anak

nakal dan brandal pada umumnya adalah berasal dari keluarga yang berantakan (broken home).

3. Penanaman nilai sejak dini bahwa Narkoba adalah haram sebagaimana haramnya Babi dan

berbuat zina.

4. Meningkatkan peran orang tua dalam mencegah Narkoba, di Rumah oleh Ayah dan Ibu, di

Sekolah oleh Guru/Dosen dan di masyarakat oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat serta

aparat penegak hukum.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kokain adalah zat adiktif yang tergolong zat stimulan terhadap susunan saraf pusat (SSP)

di samping amfetamin, kafein dan efedrin. Potensi ketergantungan dan intoksikasi terbesar

ditimbulkan, bila dilakukan dengan cara suntikan atau merokok dalam bentuk murni ( crank

freebase ). Pengaruh kokain pada fisik dan perilaku akibat intoksikasi kokain memerlukan

tindakan segera. Intoksikasi kokain  adalah sindrom mental organik yang terjadi beberapa menit

sampai jam setelah menggunakan kokain. Pengobatan psikofarmaka pasien pengguna kokain

tergantung dari gejala-gejala yang timbul, intoksikasi ataupun putus kokain, juga dibutuhkan

pengobatan lain seperti terapi kelompok, terapi keluarga atau rujuk ke kelompok-kelompok

bantuan yang mendukung upaya penyembuhan. Terlebih dari itu semua, factor agama memiliki

peranan yang penting dalam pengobatan ketergantungan kokain, oleh sebab itu perlu adanya

penanaman nilai-nilai agama yang baik sejak dini dan dukungan, hubungan dan komunikasi yang

baik antar anggota keluarga supaya tercipta lingkungan keluarga yang nyaman bagi pasien baik

sejara rohani dan jasmani. Agama dapat menjadi pegangan pasien korban intoksikasi kokain agar

tidak terjerumus kembali dalam pengkonsumsian obat ini.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pertama sekali penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT atas segala

rahmat-Nya dan kedua Orang tua yang selalu memberikan dukungan moral maupun spritualnya.

Kepada RS Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur ,yang telah memberikan kesempatan untuk

15

Page 16: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

berkunjung dan memperoleh data yang diperlukan untuk penyelesaian laporan kasus ini. Ucapan

terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada pembimbing kelompok 2 kepeminatan drug abuse

dr. Hj. Fatimah Eliana, Sp. PD KEMD atas bimbingan dan dukungannya. Kepada dr. Hj.

Susilowati, M. Kes dan Dr. Drh. Hj. Titiek Djannatun selaku koordinator blok elektif. Kepada dr.

Nasruddin Noor, Sp. KJ yang telah memberikan ilmu pengetahuan tentang gangguan mental dan

perilaku akibat penggunaan zat. Kemudian terakhir kepada rekan-rekan sejawat di Fakultas

Kedokteran Universitas YARSI 2011 terutama untuk kelompok 2 kepeminatan drug abuse atas

berbagai kontribusi dan kerjasamanya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Rozak, Wahdi Sayuti. 2006. Remaja dan Bahay Narkoba Untuk Umum.

Jakarta:Prenanda.

2. Ahuja Niraj. Psychoactive substance use disorders. A short text book of

psychiatry. 4th edition.p 45-6.2006

3. Badan Pemerintah Daerah DIY. PengukuhanSatgas Anti Napza Candibinangun,

2008.Available at:URL:http://www.slemankab.go.id/

4. H., Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Bandung:

Mandar Maju.

5. Holstege, Christopher P, MD. Cocain-Related Psychiatric

Disorders. http://www.emedicine.com. 2005

6. Kaplan Harold MD et al, Gangguan berhubungan dengan kokain. Sinopsis

Psikiatri. Edisi 7 jilid satu

7. Kaplan Harold MD, Benjamin J. Sadock MD. Pocket handbook of clinical

psychiatry. Williams & Wilkins. 1990.p 42-4

8. Kay Jerald MD, Tasman Allan MD. Cocaine use disorders in Psychiatry :

behavioral science and clinical essentials. WB Saunders company.

Philadelphia.2000 p  248-57

9. Mursadad A, Rahajeng E. Peranan Konsep Diridan Masalah Kejiwaan Remaja

TerhadapTerjadinya Penyalahgunaan Narkotika. MajalahKesehatan Perkotaan

2002;9

16

Page 17: [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

10. Pedoman Terapi Pasien Ketergantungan Narkotika dan Zat Adiktif

Lainnya. DEPKES RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 2000. Penerbit Bakti

Husada.

11. S., Joewana, 1989, Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol, dan Zat

Adiktif lain, Jakarta: Gramedia

12. Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :

Sagung Seto.

13. UN Publication. World Drug Report, 2005.Available at:

URL:http://www.bnn.go.id/file

17