Tugas Akhir Desain Pak Nathan

18
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabupaten Gowa meupakan salah satu daerah tingkat 2 di Provinsi Sulawesi Selatan, ibu kota kabupaten ini terletak di kota Sungguminasa. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.883,32 km² dan berpenduduk sebanyak ± 652.941 jiwa. Kecamatan Tinggimoncong merupakan salah satu kecamatan yang tergabung dalam wilayah administrasi Kabupaten Gowa, yang merupakan penyangga utama Kota Makassar adalah salah satu daerah yang istimewa dibanding dengan daerah lainnya. Industri hortikultura, industri perkebunan dan industri agrowisata sudah merambah ke daerah ini, khusus di daerah Malino, Ibukota Kecamatan Tinggimoncong adalah primadona perpariwisataan di Selawesi Selatan. Daerah yang berada diatas ketinggian 1.500 DPL, ini juga pemasok utama tanaman holtikultura ke Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan hasil dari perkebunan ini sebahagian sudah di ekspor kebeberapa negara di Asia dan Eropa. Keadaan geografisnya di Kecamatan Tinggimoncong memang indah dan khas. Kesemuanya ini baik langsung maupun tidak langsung menambah pendapatan penduduk, sehingga penduduk akan sejahtera, disamping itu perpindahan penduduk ke daerah ini meningkat dari tahun ketahun, tapi dibalik itu semua kita juga perlu menyadari akan dampak negatif yang timbul sebagai efek dari geliat ekonomi di daerah ini. Atas alasan inilah, sehingga kami mengambil daerah kecamatan Tinggimoncong sebagai sampel dari praktek Desain

description

Desain dan Tata Ruang

Transcript of Tugas Akhir Desain Pak Nathan

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kabupaten Gowa meupakan salah satu daerah tingkat 2 di Provinsi

Sulawesi Selatan, ibu kota kabupaten ini terletak di kota Sungguminasa.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.883,32 km² dan berpenduduk sebanyak ±

652.941 jiwa. 

Kecamatan Tinggimoncong merupakan salah satu kecamatan yang

tergabung dalam wilayah administrasi Kabupaten Gowa, yang merupakan

penyangga utama Kota Makassar adalah salah satu daerah yang istimewa

dibanding dengan daerah lainnya. Industri hortikultura, industri perkebunan dan

industri agrowisata sudah merambah ke daerah ini, khusus di daerah Malino,

Ibukota Kecamatan Tinggimoncong adalah primadona perpariwisataan di

Selawesi Selatan. Daerah yang berada diatas ketinggian 1.500 DPL, ini juga

pemasok utama tanaman holtikultura ke Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan

hasil dari perkebunan ini sebahagian sudah di ekspor kebeberapa negara di Asia

dan Eropa. Keadaan geografisnya di Kecamatan Tinggimoncong memang indah

dan khas.

Kesemuanya ini baik langsung maupun tidak langsung menambah

pendapatan penduduk, sehingga penduduk akan sejahtera, disamping itu

perpindahan penduduk ke daerah ini meningkat dari tahun ketahun, tapi dibalik

itu semua kita juga perlu menyadari akan dampak negatif yang timbul sebagai

efek dari geliat ekonomi di daerah ini.

Atas alasan inilah, sehingga kami mengambil daerah kecamatan

Tinggimoncong sebagai sampel dari praktek Desain dan Tata Ruang Pertanian,

guna untuk menata atau menggali potensi yang bisa dicapai baik dari sektor

pertanian itu sendiri ataupun dari perikanan, peternakan, kelautan, kehutanan,

dan sebagainya.

Pengembangan berbasis potensi wilayah berguna dalam memberikan

gambaran kondisi dari berbagai cara pandang atau aspek yang terkait maupun

dalam distribusi keruangan sehingga dapat terlihat keuanggulan komparatif

maupun kompetitifnya. Berkaitan dengan upaya peningkatan ekonomi wilayah

yang merupakan salah satu target pembangunan di daerah tertinggal khususnya,

2

perlu upaya menemukenali komoditas unggulan. Oleh karena itu, makalah ini

berguna dalam menggali potensi pertanian khususnya dalam menunjang

alternatif komoditas pengembangan usaha tani dan peningkatan pendapatan

petani. Dengan demikian pada akhirnya terjadi peningkatan pendapatan ekonomi

wilayah.

I.2 Tujuan

Tujuan pembuatan Project Mini ini sebagai salah satu tugas wajib bagi

mahasiswa yang mengambil mata kuliah Desain dan Tata Ruang, selain itu agar

dapat bermanfaat dan sebagai salah satu pertimbangan lagi bagi para

masyarakat dikecamatan Tinggi Moncong untuk lebih mengembangkan lagi

potensi-potensi yang terdapat didaerah tersebut.

3

BAB II

METODOLOGI

II.1 Letak Administrasi Wilayah

Kecamatan tinggimoncong merupakan salah satu kecamatan yang

berada dalam lingkup kabupaten Gowa terletak pada koordinat antara  33’ 6”

sampai   34’ 7” Lintang Selatan dan   38’ 6” sampai   33’ 6” Bujur Timur.

Kabupaten Gowa terletak di bagian selatan Pulau Sulawesi. Ibukotanya

Sungguminasa dengan jarak sekitar 6 km dari ibukota Makassar. Dengan luas

wilayah 1.883,33 km atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi

Sulawesi Selatan.Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan

dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726

Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran

tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni

Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya,

Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Kecamatan tinggi moncong terdiri

dari 7 desa yang meliputi Desa Parigi, Desa Bulutana, Desa Bontolerung, Desa

Patappang, Kelurahan Malino, Kelurahan Gantarang dan Desa Garassi.

II.2 Kondisi Sosial Budaya

Penduduk yang tersedia dalam hal kuantitas merupakan potensi yang

cukup besar dalam membangun suatu daerah. Kekurangan jumlah penduduk

akan mempersulit jalannya suatu proses pembangunan sebab penduduk

disamping sebagai obyek pembangunan juga berfungsi sebagai subyek

pembangunan. sebagai obyek merupakan faktor yang sangat penting, disamping

merupakan uama dalam suatu proses penduduk.

Pangkaan kualitas penduduk adalah hal yang mutlak harus dilakukan,

sebab penduduk adalah titik sentral faktor produksi lainnya atau sebagai motor

penggerak dari faktor-faktor produksi lainnya.

Upaya-upaya peningkatan produktivitas penduduk senantiasa dilakukan,

dalam pengertian kuantitas penduduk diusahakan untuk dibina, diterampilkan

4

agar bisa berproduksi atau mendatangkan manfaat. Yang tentu dengan

sendirinya akan menghasilkan kesejahteraan pembangunan.

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mempertimbangkan

keterkaitannya dengan upaya pelestarian lingkungan hidup dan sumber daya

alam, penciptaan keserasian antara generasi serta peningkatan kesejahteraan

rakyat. Penduduk usia lanjut memiliki pengalaman dan kearifan yang luas

sehingga perlu diberikan perhatian untuk berperan didalam pembangunan.

Selanjutnya pengendalian pertumbuhan penduduk juga dilakukan

terutama untuk menurunkan angka kelahiran melalui gerakan KB Mandiri.

Menurungkan angka kematian ibu dan anak Balita melalui program sayang ibu

dan anak.

Pengendalian kuantias penduduk dilakukan dengan langkah yang berhubungan

dengan penetapan jumlah, sruktur dan komposisi sera pertumbuhan dan

persebaran penduduk yang ideal. Pengarahan mobilitas dan persebaran

penduduk harus memperhatikan kemampuan daya dukung alam dan sesuai

dengan tata ruang yang diselenggarakan melalui transmigrasi, peningkatan

sarana penunjang pertumbuhan ekonomi di wilayah sebaran, serta pemberian

intensif bagi tenaga kerja sehingga mampu menggairahkan tenaga

terdidik/terlatih untuk mengabdi di wilayah pertumbuhan baru.

II.3 Kondisi Ekonomi Masyarakat

Kecamatan Tinggimoncong merupakan wilayah dataran tinggi dengan

ketinggian kira-kira 1050 mdpl yang sebagian besar wilayahnya berupa lahan

pertanian menyebabkan mayoritas penduduknya menggantungkan hidupnya

pada sektor pertanian, baik sebagai petani pemilik lahan, petani penggarap

ataupun buruh tani. Selain sebagai petani, sebagian lainnya bekerja sebagai

pedagang, pegawai atau karyawan. Sektor informal yang banyak membantu

masyarakat Tinggimoncong dalam memperoleh pekerjaan adalah keberadaan

tempat/obyek wisata beragam yang merupakan sumber penghasilan yang cukup

memadai.

Dalam bidang pertanian, pemanfaatan pengairan yaitu irigasi sederhana

dengan memanfaatkan air dari sungai Jeneberang dan sungai Bulang yang

mampu mengairi areal persawahan walaupun pada musim kemarau. Musim

panen terutama padi dua kali dalam satu tahun dan hasilnya cukup untuk

5

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga satu tahun ke depan diharapkan

pemanfaatan sungai tersebut dapat menampung air dengan teknologi yang lebuh

canggih dan produksi pertanian terutama padi diharapkan akan semakin

meningkat. Bidang perdagangan dalam satu tahun kedepan diharapkan akan

semakin besar konstribusinya terhadap peningkatan perekonomian masyarakat

kecamatan Tinggimoncong. Bidang pariwisata merupakan bidang yang

diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendapatan penduduk, karena ditunjang

dengan beragamnya tempat dan obyek wisata di kecamatan ini seperti air terjun

Takapala, lembah biru, air terjun Bulang serta perbaikan akses jalan menuju

wilayah ini diharapkan akan lebih baik. Perkembangan positif dibidang pertanian,

perdagangan dan pariwisata di wilayah ini diperkirakan akan menyebabkan

perekonomian di wilayah kecamatan Tinggimoncong tahun yang akan datang

semakin menjanjikan.

II.4 Kondisi Biofisika Wilayah

II.4.1 Iklim Wilayah

Jenis tanah di Kecamatan Tinggimoncong antara lain Tropodult,

Troporthent, dan Tropohumult. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson

bahwa dikecamatan Tinggimoncong memiliki jumlah rata–rata bulan basah 9

(>100mm) dan rata–rata bulan kering 3(<65mm) termasuk dalam tipe iklim C.

Kecamatan Tinggimoncong memiliki curah hujan tertinggi pada bulan Desember,

Januari, Februari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus

dan September. Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Tinggimoncong pada

umumnya didominasi oleh hutan, selain itu juga banyak terdapat belukar, ladang.

Wilayah Kecamatan Tinggimoncong memiliki topografi yang bervariasi, secara

umum mulai dari datar, datar berbukit, datar bergelombang, bergelombang, dan

curam. Setiap desa berbeda-beda tingkat topografinya.

II.4.2 Kondisi Wilayah

Di Kecamatan Tinggimoncong penggunan wilayah yaitu hutan, ladang,

belukar, dan sawah. Pola pembangunan tanah yang sudah ada peruntukannya

dan rencana alokasi penggunaan ruang berdasarkan Rencana Tata Ruang.

Untuk mewujudkan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang

pada skala wilayah dan kawasan, maka pola pemanfaatan ruang di Kecamatan

Tinggimoncong Kabupaten Gowa terbagi dalam 2 (dua) kawasan, yaitu Kawasan

6

Non-Budidaya dan Kawasan Budidaya. Dengan pola ini, proses penetapan

kebijakan, peraturan, serta mekanisme perizinan dapat menjadi alat pengambilan

keputusan dalam rangka perwujudan pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang secara efektif. Kawasan-kawasan tersebut adalah sebagai

berikut: Kawasan Non-Budidaya yaitu Kawasan Lindung, Hutan Suaka Alam dan

Cagar Alam, dan Kawasan Perkebunan, Kawasan Budidaya Non-Pertanian yaitu

Kawasan Pemukiman, Kawasan Pemukiman Transmigrasi dan Kawasan

Pariwisata.

7

8

BAB III

HASIL

III.1 Perencanaan Penggunaan Lahan

III.1.2 Peta Perencanaan

Gambar 1: Peta Perencanaan

III.1.2 Pembahasan Peta Perencanaan

Pengembangan wilayah ini sangat berpengaruh terhadap pembangunan

Kabupaten Gowa secara keseluruhan. Sektor pertanian di wilayah ini masih

mendominasi konstribusi pendapatan wilayah meskipun terdapat kecamatan-

kecamatan yang memiliki kegiatan utama pada sektor perdagangan dan jasa.

Hal ini menunjukkan sektor pertanian berperan penting dalam perkembangan

ekonomi di lokasi studi.

Analisis sumberdaya lahan atau penilaian kesesuaian lahan merupakan

usaha untuk menilai lahan untuk kecocokan tanaman pertanian. Pengertian

cocok untuk tanaman merupakan tinjauan secara fisik lahan terhadap faktor-

9

faktor yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Penilaian kesesuaian

lahan ini sangant penting karena dapat mengembangkan lahan pertanian sesuai

dengan kemampuannya dan tanaman yang dikembangkannya menjadi tidak

terlalu beragam tetapi mempunyai kecocokan yang paling baik.

Berdasarkan hasil yang telah dibuat yaitu peta perencanaan Kabupaten

Gowa, Sulawesi Selatan dapat dijelaskan bahwa pada daerah yang berwarna

biru dengan ketinggian 700-900 mdpl merupakan daerah persawahan. Pada

bagian ini tidak saya ubah menjadi perencaaan baru karena sawah akan lebih

berproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat jika tetap pada sawah

dibandingkan dengan daerah tambak. Pada daerah berwarna hijau tua berada

pada 900-1100 mdpl saya prioritaskan menjadi hutan konservasi sedangkan

pada daerah berwarna hijau muda saya berencana menjadikannya sebagai

hutan agrowisata. Pada daerah berwarna hijau lumut dengan ketinggian 900

mdpl yang awalnya adalah belukar saya ubah menjadi perkebunan tanaman

hortikultura. Karena pada ketinggian tersebut tanaman hortikultura akan

berproduksi optimal.

Pada daerah berwarna kuning dengan ketinggian 800-1100 mdpl yang

awalnya adalah daerah belukar saya rencanakan menjadi perkebunan teh.

Karena teh dapat tumbuh secara optimal pada ketinggian tersebut. Hal ini sesuai

dengan Dinas Perkebunan Jawa Barat (2006), yang menyatakan bahwa

berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibedakan menjadi tiga

yaitu dataran rendah dengan ketinggian 800 mdpl, daerah menengah dengan

ketinggian 800-1200 mdpl dan dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1200

mdpl. Pada hal ini berarti masuk kedalam ciri dataran menengah.

Pada daerah yang berwarna coklat muda dengan ketinggian 1000 mdpl

yang awalnya adalah daerah belukar saya rencanakan menjadi perkebunan kopi

arabica. Hal ini sesuai dengan pendapat Dinas Perkebunan Jawa Barat (2006)

yang mengatakan bahwa kopi arabica dapat tumbuh dan mempunyai citarasa

yang baik pada ketinggian diatas 1000 mdpl.

Dan yang terakhir dengan daerah berwarna abu-abu dengan ketinggian

1100 mdpl saya rencanakan menjadi villa dan tempat wisata. Menurut saya

daerah ini sangat cocok dijadikan tempat penginapan dan lokasi hiburan karena

dekat dengan kebun teh dan berada di tempat yang sejuk.

10

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan Desain

dan Tata Ruang Pertanian yang dilakukan pada daerah kecamatan

tinggimoncong kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan ternyata daerah tersebut

didominasi oleh belukar dan ladang, di presentasikan daerah tersebut memilki

belukar sekitar 45%, ladangnya sekitar 37 %, disusul urutan ketiga kawasan

hutan di sekitar kecamatan tinggimoncong diperkirakan sekitar 25 %. Sehingga

setelah perencanaan diperoleh kawasan antara lain: sawah, hutan konservasi,

hutan agrowisata, perkebunan hortikultura, perkebunan teh, perkebunan kopi

arabica dan yang terakhir adalah villa dan lokasi wisata. Sehingga diharapkan

perekonomian wilayah ini akan berkembang.

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum Desain Tata Ruang Pertanian menjelaskan

lebih rinci dan tersedia literatur atau materi tentang daerah akan didesain untuk

mendapatkan informasi yang akurat mengenai pengolahan data primer dan

skunder untuk merancang pembuatan rencana dan merekomendasi rancangan

pemetaaan yang dilakukan baik secara manual maupun teknologi. Dan pada

perencanaan ini harusnya kita diberikan lokasi atau kecamatan yang lebih

spesifik sehingga memudahkan dalam pengujian lapangan.

11

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kaeadaan Geografis dan Perancangan daerah Kecamatan Timggimoncong. http://fitoremediasi.blogspot.com/2011/02/kondisi geografis kecamatan Tinggimoncong.html. Diakses pada hari Selasa, 27 Mei 2014: Makassar.

Badan Pusat Statistika Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa 2010.

Ciptohadijoyo, S., 1999. Desain Tata Ruang Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.

Dinas perkebunan Jawa Barat. 2006. Informasi komoditas. Disbun.jabarprov.go.id/index.php.subMenu/667. Diakses pada hari Minggu, 01 Juni 2014: Makassar.

Gardner, T., Engelman, R. 1999. Forest Futures: Population, Consumption andWood Resources. Population Action International. WashingtonNilwan, 2003. Desain Tata Ruang Pertanian. Fakultas Pertanian Hasauddin.Makassar.

Hadjisarosa, Purnomosidi, 1981. Konsep Dasar Pengembangan Wilayah di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Suryadi, 2003. Penggunaan Wilayah. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wijanto. 1996. Kondisi Geografis Kecamatan Kabupaten Gowa. PT. Penebar Swadaya : Makassar.

12

Lampiran

Gambar 1: Peta Kontur

13

Gambar 2: Peta Dasar

Gambar 3: Peta Lereng

14

Gambar 4: Peta Elevasi

Gambar 5: Peta Landuse (Penggunaan Lahan)

15

Gambar 6: Peta Perencanaan Wilayah