Tugas Akhir Desain Pak Nathan
-
Upload
indryani-bali -
Category
Documents
-
view
153 -
download
3
description
Transcript of Tugas Akhir Desain Pak Nathan
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kabupaten Gowa meupakan salah satu daerah tingkat 2 di Provinsi
Sulawesi Selatan, ibu kota kabupaten ini terletak di kota Sungguminasa.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.883,32 km² dan berpenduduk sebanyak ±
652.941 jiwa.
Kecamatan Tinggimoncong merupakan salah satu kecamatan yang
tergabung dalam wilayah administrasi Kabupaten Gowa, yang merupakan
penyangga utama Kota Makassar adalah salah satu daerah yang istimewa
dibanding dengan daerah lainnya. Industri hortikultura, industri perkebunan dan
industri agrowisata sudah merambah ke daerah ini, khusus di daerah Malino,
Ibukota Kecamatan Tinggimoncong adalah primadona perpariwisataan di
Selawesi Selatan. Daerah yang berada diatas ketinggian 1.500 DPL, ini juga
pemasok utama tanaman holtikultura ke Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan
hasil dari perkebunan ini sebahagian sudah di ekspor kebeberapa negara di Asia
dan Eropa. Keadaan geografisnya di Kecamatan Tinggimoncong memang indah
dan khas.
Kesemuanya ini baik langsung maupun tidak langsung menambah
pendapatan penduduk, sehingga penduduk akan sejahtera, disamping itu
perpindahan penduduk ke daerah ini meningkat dari tahun ketahun, tapi dibalik
itu semua kita juga perlu menyadari akan dampak negatif yang timbul sebagai
efek dari geliat ekonomi di daerah ini.
Atas alasan inilah, sehingga kami mengambil daerah kecamatan
Tinggimoncong sebagai sampel dari praktek Desain dan Tata Ruang Pertanian,
guna untuk menata atau menggali potensi yang bisa dicapai baik dari sektor
pertanian itu sendiri ataupun dari perikanan, peternakan, kelautan, kehutanan,
dan sebagainya.
Pengembangan berbasis potensi wilayah berguna dalam memberikan
gambaran kondisi dari berbagai cara pandang atau aspek yang terkait maupun
dalam distribusi keruangan sehingga dapat terlihat keuanggulan komparatif
maupun kompetitifnya. Berkaitan dengan upaya peningkatan ekonomi wilayah
yang merupakan salah satu target pembangunan di daerah tertinggal khususnya,
2
perlu upaya menemukenali komoditas unggulan. Oleh karena itu, makalah ini
berguna dalam menggali potensi pertanian khususnya dalam menunjang
alternatif komoditas pengembangan usaha tani dan peningkatan pendapatan
petani. Dengan demikian pada akhirnya terjadi peningkatan pendapatan ekonomi
wilayah.
I.2 Tujuan
Tujuan pembuatan Project Mini ini sebagai salah satu tugas wajib bagi
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Desain dan Tata Ruang, selain itu agar
dapat bermanfaat dan sebagai salah satu pertimbangan lagi bagi para
masyarakat dikecamatan Tinggi Moncong untuk lebih mengembangkan lagi
potensi-potensi yang terdapat didaerah tersebut.
3
BAB II
METODOLOGI
II.1 Letak Administrasi Wilayah
Kecamatan tinggimoncong merupakan salah satu kecamatan yang
berada dalam lingkup kabupaten Gowa terletak pada koordinat antara 33’ 6”
sampai 34’ 7” Lintang Selatan dan 38’ 6” sampai 33’ 6” Bujur Timur.
Kabupaten Gowa terletak di bagian selatan Pulau Sulawesi. Ibukotanya
Sungguminasa dengan jarak sekitar 6 km dari ibukota Makassar. Dengan luas
wilayah 1.883,33 km atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan.Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan
dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726
Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran
tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni
Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya,
Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Kecamatan tinggi moncong terdiri
dari 7 desa yang meliputi Desa Parigi, Desa Bulutana, Desa Bontolerung, Desa
Patappang, Kelurahan Malino, Kelurahan Gantarang dan Desa Garassi.
II.2 Kondisi Sosial Budaya
Penduduk yang tersedia dalam hal kuantitas merupakan potensi yang
cukup besar dalam membangun suatu daerah. Kekurangan jumlah penduduk
akan mempersulit jalannya suatu proses pembangunan sebab penduduk
disamping sebagai obyek pembangunan juga berfungsi sebagai subyek
pembangunan. sebagai obyek merupakan faktor yang sangat penting, disamping
merupakan uama dalam suatu proses penduduk.
Pangkaan kualitas penduduk adalah hal yang mutlak harus dilakukan,
sebab penduduk adalah titik sentral faktor produksi lainnya atau sebagai motor
penggerak dari faktor-faktor produksi lainnya.
Upaya-upaya peningkatan produktivitas penduduk senantiasa dilakukan,
dalam pengertian kuantitas penduduk diusahakan untuk dibina, diterampilkan
4
agar bisa berproduksi atau mendatangkan manfaat. Yang tentu dengan
sendirinya akan menghasilkan kesejahteraan pembangunan.
Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mempertimbangkan
keterkaitannya dengan upaya pelestarian lingkungan hidup dan sumber daya
alam, penciptaan keserasian antara generasi serta peningkatan kesejahteraan
rakyat. Penduduk usia lanjut memiliki pengalaman dan kearifan yang luas
sehingga perlu diberikan perhatian untuk berperan didalam pembangunan.
Selanjutnya pengendalian pertumbuhan penduduk juga dilakukan
terutama untuk menurunkan angka kelahiran melalui gerakan KB Mandiri.
Menurungkan angka kematian ibu dan anak Balita melalui program sayang ibu
dan anak.
Pengendalian kuantias penduduk dilakukan dengan langkah yang berhubungan
dengan penetapan jumlah, sruktur dan komposisi sera pertumbuhan dan
persebaran penduduk yang ideal. Pengarahan mobilitas dan persebaran
penduduk harus memperhatikan kemampuan daya dukung alam dan sesuai
dengan tata ruang yang diselenggarakan melalui transmigrasi, peningkatan
sarana penunjang pertumbuhan ekonomi di wilayah sebaran, serta pemberian
intensif bagi tenaga kerja sehingga mampu menggairahkan tenaga
terdidik/terlatih untuk mengabdi di wilayah pertumbuhan baru.
II.3 Kondisi Ekonomi Masyarakat
Kecamatan Tinggimoncong merupakan wilayah dataran tinggi dengan
ketinggian kira-kira 1050 mdpl yang sebagian besar wilayahnya berupa lahan
pertanian menyebabkan mayoritas penduduknya menggantungkan hidupnya
pada sektor pertanian, baik sebagai petani pemilik lahan, petani penggarap
ataupun buruh tani. Selain sebagai petani, sebagian lainnya bekerja sebagai
pedagang, pegawai atau karyawan. Sektor informal yang banyak membantu
masyarakat Tinggimoncong dalam memperoleh pekerjaan adalah keberadaan
tempat/obyek wisata beragam yang merupakan sumber penghasilan yang cukup
memadai.
Dalam bidang pertanian, pemanfaatan pengairan yaitu irigasi sederhana
dengan memanfaatkan air dari sungai Jeneberang dan sungai Bulang yang
mampu mengairi areal persawahan walaupun pada musim kemarau. Musim
panen terutama padi dua kali dalam satu tahun dan hasilnya cukup untuk
5
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga satu tahun ke depan diharapkan
pemanfaatan sungai tersebut dapat menampung air dengan teknologi yang lebuh
canggih dan produksi pertanian terutama padi diharapkan akan semakin
meningkat. Bidang perdagangan dalam satu tahun kedepan diharapkan akan
semakin besar konstribusinya terhadap peningkatan perekonomian masyarakat
kecamatan Tinggimoncong. Bidang pariwisata merupakan bidang yang
diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendapatan penduduk, karena ditunjang
dengan beragamnya tempat dan obyek wisata di kecamatan ini seperti air terjun
Takapala, lembah biru, air terjun Bulang serta perbaikan akses jalan menuju
wilayah ini diharapkan akan lebih baik. Perkembangan positif dibidang pertanian,
perdagangan dan pariwisata di wilayah ini diperkirakan akan menyebabkan
perekonomian di wilayah kecamatan Tinggimoncong tahun yang akan datang
semakin menjanjikan.
II.4 Kondisi Biofisika Wilayah
II.4.1 Iklim Wilayah
Jenis tanah di Kecamatan Tinggimoncong antara lain Tropodult,
Troporthent, dan Tropohumult. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson
bahwa dikecamatan Tinggimoncong memiliki jumlah rata–rata bulan basah 9
(>100mm) dan rata–rata bulan kering 3(<65mm) termasuk dalam tipe iklim C.
Kecamatan Tinggimoncong memiliki curah hujan tertinggi pada bulan Desember,
Januari, Februari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus
dan September. Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Tinggimoncong pada
umumnya didominasi oleh hutan, selain itu juga banyak terdapat belukar, ladang.
Wilayah Kecamatan Tinggimoncong memiliki topografi yang bervariasi, secara
umum mulai dari datar, datar berbukit, datar bergelombang, bergelombang, dan
curam. Setiap desa berbeda-beda tingkat topografinya.
II.4.2 Kondisi Wilayah
Di Kecamatan Tinggimoncong penggunan wilayah yaitu hutan, ladang,
belukar, dan sawah. Pola pembangunan tanah yang sudah ada peruntukannya
dan rencana alokasi penggunaan ruang berdasarkan Rencana Tata Ruang.
Untuk mewujudkan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
pada skala wilayah dan kawasan, maka pola pemanfaatan ruang di Kecamatan
Tinggimoncong Kabupaten Gowa terbagi dalam 2 (dua) kawasan, yaitu Kawasan
6
Non-Budidaya dan Kawasan Budidaya. Dengan pola ini, proses penetapan
kebijakan, peraturan, serta mekanisme perizinan dapat menjadi alat pengambilan
keputusan dalam rangka perwujudan pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang secara efektif. Kawasan-kawasan tersebut adalah sebagai
berikut: Kawasan Non-Budidaya yaitu Kawasan Lindung, Hutan Suaka Alam dan
Cagar Alam, dan Kawasan Perkebunan, Kawasan Budidaya Non-Pertanian yaitu
Kawasan Pemukiman, Kawasan Pemukiman Transmigrasi dan Kawasan
Pariwisata.
8
BAB III
HASIL
III.1 Perencanaan Penggunaan Lahan
III.1.2 Peta Perencanaan
Gambar 1: Peta Perencanaan
III.1.2 Pembahasan Peta Perencanaan
Pengembangan wilayah ini sangat berpengaruh terhadap pembangunan
Kabupaten Gowa secara keseluruhan. Sektor pertanian di wilayah ini masih
mendominasi konstribusi pendapatan wilayah meskipun terdapat kecamatan-
kecamatan yang memiliki kegiatan utama pada sektor perdagangan dan jasa.
Hal ini menunjukkan sektor pertanian berperan penting dalam perkembangan
ekonomi di lokasi studi.
Analisis sumberdaya lahan atau penilaian kesesuaian lahan merupakan
usaha untuk menilai lahan untuk kecocokan tanaman pertanian. Pengertian
cocok untuk tanaman merupakan tinjauan secara fisik lahan terhadap faktor-
9
faktor yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Penilaian kesesuaian
lahan ini sangant penting karena dapat mengembangkan lahan pertanian sesuai
dengan kemampuannya dan tanaman yang dikembangkannya menjadi tidak
terlalu beragam tetapi mempunyai kecocokan yang paling baik.
Berdasarkan hasil yang telah dibuat yaitu peta perencanaan Kabupaten
Gowa, Sulawesi Selatan dapat dijelaskan bahwa pada daerah yang berwarna
biru dengan ketinggian 700-900 mdpl merupakan daerah persawahan. Pada
bagian ini tidak saya ubah menjadi perencaaan baru karena sawah akan lebih
berproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat jika tetap pada sawah
dibandingkan dengan daerah tambak. Pada daerah berwarna hijau tua berada
pada 900-1100 mdpl saya prioritaskan menjadi hutan konservasi sedangkan
pada daerah berwarna hijau muda saya berencana menjadikannya sebagai
hutan agrowisata. Pada daerah berwarna hijau lumut dengan ketinggian 900
mdpl yang awalnya adalah belukar saya ubah menjadi perkebunan tanaman
hortikultura. Karena pada ketinggian tersebut tanaman hortikultura akan
berproduksi optimal.
Pada daerah berwarna kuning dengan ketinggian 800-1100 mdpl yang
awalnya adalah daerah belukar saya rencanakan menjadi perkebunan teh.
Karena teh dapat tumbuh secara optimal pada ketinggian tersebut. Hal ini sesuai
dengan Dinas Perkebunan Jawa Barat (2006), yang menyatakan bahwa
berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibedakan menjadi tiga
yaitu dataran rendah dengan ketinggian 800 mdpl, daerah menengah dengan
ketinggian 800-1200 mdpl dan dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1200
mdpl. Pada hal ini berarti masuk kedalam ciri dataran menengah.
Pada daerah yang berwarna coklat muda dengan ketinggian 1000 mdpl
yang awalnya adalah daerah belukar saya rencanakan menjadi perkebunan kopi
arabica. Hal ini sesuai dengan pendapat Dinas Perkebunan Jawa Barat (2006)
yang mengatakan bahwa kopi arabica dapat tumbuh dan mempunyai citarasa
yang baik pada ketinggian diatas 1000 mdpl.
Dan yang terakhir dengan daerah berwarna abu-abu dengan ketinggian
1100 mdpl saya rencanakan menjadi villa dan tempat wisata. Menurut saya
daerah ini sangat cocok dijadikan tempat penginapan dan lokasi hiburan karena
dekat dengan kebun teh dan berada di tempat yang sejuk.
10
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan Desain
dan Tata Ruang Pertanian yang dilakukan pada daerah kecamatan
tinggimoncong kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan ternyata daerah tersebut
didominasi oleh belukar dan ladang, di presentasikan daerah tersebut memilki
belukar sekitar 45%, ladangnya sekitar 37 %, disusul urutan ketiga kawasan
hutan di sekitar kecamatan tinggimoncong diperkirakan sekitar 25 %. Sehingga
setelah perencanaan diperoleh kawasan antara lain: sawah, hutan konservasi,
hutan agrowisata, perkebunan hortikultura, perkebunan teh, perkebunan kopi
arabica dan yang terakhir adalah villa dan lokasi wisata. Sehingga diharapkan
perekonomian wilayah ini akan berkembang.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum Desain Tata Ruang Pertanian menjelaskan
lebih rinci dan tersedia literatur atau materi tentang daerah akan didesain untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai pengolahan data primer dan
skunder untuk merancang pembuatan rencana dan merekomendasi rancangan
pemetaaan yang dilakukan baik secara manual maupun teknologi. Dan pada
perencanaan ini harusnya kita diberikan lokasi atau kecamatan yang lebih
spesifik sehingga memudahkan dalam pengujian lapangan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kaeadaan Geografis dan Perancangan daerah Kecamatan Timggimoncong. http://fitoremediasi.blogspot.com/2011/02/kondisi geografis kecamatan Tinggimoncong.html. Diakses pada hari Selasa, 27 Mei 2014: Makassar.
Badan Pusat Statistika Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa 2010.
Ciptohadijoyo, S., 1999. Desain Tata Ruang Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.
Dinas perkebunan Jawa Barat. 2006. Informasi komoditas. Disbun.jabarprov.go.id/index.php.subMenu/667. Diakses pada hari Minggu, 01 Juni 2014: Makassar.
Gardner, T., Engelman, R. 1999. Forest Futures: Population, Consumption andWood Resources. Population Action International. WashingtonNilwan, 2003. Desain Tata Ruang Pertanian. Fakultas Pertanian Hasauddin.Makassar.
Hadjisarosa, Purnomosidi, 1981. Konsep Dasar Pengembangan Wilayah di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Suryadi, 2003. Penggunaan Wilayah. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
Wijanto. 1996. Kondisi Geografis Kecamatan Kabupaten Gowa. PT. Penebar Swadaya : Makassar.