Tugas Agama

51
TUGAS AGAMA Manfaat dan Hikmah Shalat Berjama'ah Banyak umat Islam yang menganggap remeh urusan shalat berjamaah. Kenyataan ini dapat kita lihat di sekitar kita. Masih bagus mau shalat, pikir kebanyakan orang, sehingga tidak berjamaah pun dianggap sudah menjadi muslim yang baik, layak mendapat surga dan ridha Allah. Padahal, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dalam shahihain, sampai pernah hendak membakar rumah para sahabat yang enggan berjamaah. Kisah ini seharusnya dapat membuka mata kita betapa pentingnya berjamaah dalam melaksanakan rukun Islam kedua ini. Jika mengamati hadits-hadits yang berkaitan dengan shalat berjamaah, barangkali kita dapat menyimpulkan sendiri bahwa hukum shalat berjamaah “nyaris” wajib. Bagaimana tidak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan bahwa hanya ada tiga hal yang dapat menjadi alasan bagi kita untuk meninggalkan shalat berjamaah; hujan deras, sakit, dan ketiduran. Di luar itu, beliau akan sangat murka melihat umat Islam menyepelekan shalat berjamaah. Perhatian besar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini cukup beralasan. Karena di dalam shalat berjamaah terdapat banyak hikmah dan manfaat bagi umat Islam, baik untuk maslahat dien, dunia, dan akhirat mereka. Berikut ini beberapa hikmah dan manfaat yang bisa diunduh umat Islam dari shalat berjamaah. 1. Allah telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu- waktu tertentu. Ada yang dilaksanakan secara berulang kali dalam sehari semalam, yaitu shalat lima waktu dengan berjamaah di

description

indahnya belajar

Transcript of Tugas Agama

TUGAS AGAMA

☻Manfaat dan Hikmah Shalat Berjama'ah

Banyak umat Islam yang menganggap remeh urusan shalat berjamaah. Kenyataan ini dapat kita lihat di sekitar kita. Masih bagus mau shalat, pikir kebanyakan orang, sehingga tidak berjamaah pun dianggap sudah menjadi muslim yang baik, layak mendapat surga dan ridha Allah. Padahal, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dalam shahihain, sampai pernah hendak membakar rumah para sahabat yang enggan berjamaah. Kisah ini seharusnya dapat membuka mata kita betapa pentingnya berjamaah dalam melaksanakan rukun Islam kedua ini.

Jika mengamati hadits-hadits yang berkaitan dengan shalat berjamaah, barangkali kita dapat menyimpulkan sendiri bahwa hukum shalat berjamaah “nyaris” wajib. Bagaimana tidak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan bahwa hanya ada tiga hal yang dapat menjadi alasan bagi kita untuk meninggalkan shalat berjamaah; hujan deras, sakit, dan ketiduran. Di luar itu, beliau akan sangat murka melihat umat Islam menyepelekan shalat berjamaah.

Perhatian besar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini cukup beralasan. Karena di dalam shalat berjamaah terdapat banyak hikmah dan manfaat bagi umat Islam, baik untuk maslahat dien, dunia, dan akhirat mereka. Berikut ini beberapa hikmah dan manfaat yang bisa diunduh umat Islam dari shalat berjamaah.

1.  Allah telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu-waktu tertentu. Ada yang dilaksanakan secara berulang kali dalam sehari semalam, yaitu shalat lima waktu dengan berjamaah di masjid. Ada juga pertemuan yang dilaksanakan sekali dalam sepekan, yaitu shalat Jum'at. Ada juga yang dilangsungkan setelah pelaksanaan ibadah yang agung, dan terulang dua kali setiap tahunnya. Yaitu Iedul Fitri sesudah pelaksanaan ibadah puasa Ramadlan dan Iedul Adha sesudah pelaksanaan ibadah Haji. Dan ada juga yang dilaksakan setahun sekali yang dihadiri umat Islam dari seluruh penjuru negeri, yaitu wukuf  di Arafah. Semua ini untuk menjalin hubungan persaudaraan dan kasih sayang sesama umat Islam, juga dalam rangka membersihkan hati sekaligus dakwah ke jalan Allah, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.

2.  Sebagai bentuk ibadah kepada Allah melalui pertemuan ini dalam rangka memperoleh pahala dari-Nya dan takut akan adzab-Nya.

3.  Menanamkan rasa saling mencintai. Melalui pelaksanaan shalat berjamaah, akan saling mengetahui keadaan sesamanya. Jika ada yang sakit dijenguk, ada yang meninggal di antarkan jenazahnya, dan jika ada yang kesusahan cepat dibantu. Karena seringnya bertemu, maka akan tumbuh dalam diri umat Islam rasa cinta dan kasih sayang.

4.  Ta'aruf (saling mengenal). Jika orang-orang mengerjakan shalat secara berjamaah akan terwujud ta'aruf. Darinya akan diketahui beberapa kerabat sehingga akan tersambung kembali tali silaturahim yang hampr putus dan terkuatkan kembali yang sebelumnya telah renggang. Dari situ juga akan diketahui orang musafir dan ibnu sabil sehingga orang lain akan bisa memberikan haknya.

5.  Memperlihatkan salah satu syi'ar Islam terbesar. Jika seluruh umat Islam shalat di rumah mereka masing-masing, maka tidak mungkin diketahui adanya ibadah shalat di sana.

6.  Memperlihatkan kemuliaan kaum muslimin. Yaitu jika mereka masuk ke masjid-masjid dan keluar secara bersamaan, maka orang kafir dan munafik akan menjadi ciut nyalinya.

7.  Memberi tahu orang yang bodoh terhadap syariat agamanya. Melalui shalat berjamaah, seorang muslim akan mengetahui beberapa persoalan dan hukum shalat yang sebelumnya tidak diketahuinya. Dia bisa mendengarkan bacaan yang bisa dia petik manfaat sekaligus dijadikan pelajaran. Dia juga bisa mendengarkan beberapa bacaan dzikir shalat sehinga lebih mudah menghafalnya. Dari sini, orang yang belum mengetahui tentang syariat shalat, khususnya, bisa mengetahuinya.

8.  Memberikan motifasi bagi orang yang belum bisa rutin menjalankan shalat berjamaah, sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya saling mengingatkan untuk membela kebenaran dan senantiasa bersabar dalam menjalankannya.

9.  Membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah belah. Dalam berjamaah terdapat kekuasaan kecil, karena terdapat imam yang diikuti dan ditaati secara tepat. Hal ini akan membentuk pandangan berIslam secara benar dan tepat tentang pentingnya kepemimpinan (imamah atau khilafah) dalam Islam.

10.  Membiasakan seseorang untuk bisa menahan diri dari menuruti kemauan egonya. Ketika dia mengikuti imam secara tepat, tidak bertakbir sebelum imam bertakbir, tidak mendahului gerakan imam dan tidak pula terlambat jauh darinya serta tidak melakukan gerakan bebarengan dengannya, maka dia akan terbiasa mengendalikan dirinya.

11.  Membangkitkan perasaan orang muslim dalam barisan jihad, sebagaimana yang Allah firmankan,

ص�وص� مر� ب�ن�يان� م� ن�ه� كأ ا ف� ص ب�يل�ه� س ف�ي ات�ل�ون ي�ق ال�ذ�ين ب& ي�ح� الل�ه إ�ن�

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. Ash Shaff: 4)

Orang yang mengerjakan shalat lima waktu dengan berjamaah dan membiasakan diri untuk berbaris rapi, lurus dan rapat, akan menumbuhkan dalam dirinya kesetiaan terhadap komandan dalam barisan jihad sehingga dia tidak mendahului dan tidak menunda perintah-peritnahnya.

12. Menumbuhkan perasaan sama dan sederajat dan menghilang status sosial yang terkadang menjadi sekat pembatas di antara mereka. Di sana, tidak ada pengistimewaan tempat bagi orang kaya, pemimpin, dan penguasa. Orang yang miskin bisa berdampingan dengan yang kaya, rakyat jelata bisa berbaur dengan penguasa, dan orang kecil bisa duduk berdampingan dengan orang besar. Karena itulah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk menyamakan shaff (barisan) shalat. Beliau bersabda, "janganlah kalian berselisih yang akan menyebabkan perselisihan hati-hati kalian." (HR. Muslim)

13. Dapat terlihat orang fakir miskin yang serba kekurangan, orang sakit, dan orang-orang yang suka meremehkan shalat. Jika terlihat orang memakai pakaian lusuh dan tampak tanda kelaparan dan kesusahan, maka jamaah yang lain akan mengasihi dan membantunya. Jika ada yang tidak terlihat di masjid, akan segera diketahui keadaannya, apakah sakit atau meremehkan kewajiban shalat berjamaah. Orang yang sakit akan dijenguk dan diringankan rasa sakit dan kesusahannya, sedangkan orang yang meremehkan shalat akan cepat mendapat nasihat sehingga akan tercipta suasana saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.

14. Akan menggugah keinginan untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para shabatnya. Melalui shalat berjamaah, umat Islam bisa membayangkan apa yang pernah dijalani oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama para shabatnya. Sang imam seolah menempati tempat Rasulullah yang para jamaah seolah menempati posisi sahabat.

15. Berjamaah menjadi sarana turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

16. Akan menumbuhkan semangat dalam diri seseorang untuk meningkatkan amal shalihnya dikarenakan ia melihat semangat ibadah dan amal shalih saudaranya yang hadir berjamaah bersamanya.

17. Akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian." (HR. Muslim)

18. Menjadi sarana untuk berdakwah, baik dengan lisan maupun perbuatan. Berkumpulnya kaum muslimin pada waktu-waktu tertentu akan mendidik mereka untuk senantiasa mengatur dan menjaga waktu.

☻Subhanallah sungguh besar manfaat dari sholat berjamaah, walapun saya sendiri belum mampu menjalankannya dengan sepenuhnya, dan semoga bisa cepat bisa menjalankanya, namun aku akan berbagi ilmu yang saya dapatkan dari catatan facebook "kembang anggrek" aku copy paste, jika ingin yang lebih lengkap silahkan kunjungi sumber aslinya di "Kembang Angrek". Dan ini lah 40 Manfaat Shalat Berjamaah di Masjid/Musholla :

1. Mematuhi perintah Allah

2. Sebagai saksi keimanan3. Mendapat tajkiah (Pernyataan Kesucian) dan Anugerah Besar dari Allah4. Mengagungkan dan menekankan apa yang diagungkan dan ditekankan oleh Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wassalam5. Mematuhi perintah Rasulullah6. Selamat karena mengikuti Rasul7. Sholat berjamaah termasuk sasaran Islam yang Agung8. Mengagungkan dan menampakkan syi'ar Allah9. Termasuk sunnah petunjuk10. Lebih utama dari shalat sendirian11. Lebih suci di sisi Allah daripada shalat sendiri12. Menjaga diri dari setan13. Jauh dari menyerupai orang-orang munafik14. Diantara sebab datangnya Ridho Allah15. Ta'ajub Allah 16. Berpahala besar karena berjalan untuk menunaikannya17. Berkumpulnya para Malaikat pada waktu shalat shubuh dan ashar serta permohonan

ampun mereka bagi yang hadir18. Menyamai shalat separuh malam atau sepanjang malam (khusus Isya dan SUbuh)19. Berada dalam jaminan Allah20. Berada dalam naungan Allah pada Hari kiamat21. Bebas dari Neraka dan bebas dari sifat munafik22. Mendapatkan shalawat dari Allah dan para Malaikat23. Mendapatkan Rumah di Surga24. Mendapatkan pahala berjamaah meskipun telah selesai dikerjakan25. Sempurnanya shalat26. Amal paling utama27. Selamat dari neraka Wail28. Selamat dari kelalaian29. Doanya tidak ditolak30. Persaudaraan, kasih sayang dan persamaan31. Menjaga shalat-shalat sunnah Rawatib dan Dzikir32. Memahami hukum-hukum shalat 33. Membiasakan disiplin dan menguasai diri34. Menampakkan kekuatan umat Islam dan membuat kesal orang-orang kafir dan munafik35. Memperbaiki penampilan dan jati diri36. Saling mengenal dan memperkenalkan diri37. Berlomba-lomba dalam ketaatan kepada Allah38. Terjaganya kepribadian yang baik39. Adanya perasaan berdiri dalam suatu barisan Jihad40. Menghadirkan perasaan apa yang terjadi pada Zaman Nabi Muhammad SAWdan para

Sahabatnya

☻Oleh Ust. H. M. Melvin Zainul Asyiqin Mahrus Spd.i

�ه� �ات ك �ر� و�ب الله� ح�م�ة� و�ر� �م� �ك �ي ع�ل �م� ال الس�

, �ار ر� س�� و�أ � �م �ح�ك ل �ج�م�اع�ة� �ال ب ه�م� م�ر�

� و�أ �م�ة ع�ظ�ي �ج�و�ر� �أ ب �خ�م�س� ال �و�ات� الص�ل �اد�ه� ب ع� ع�ل�ى ف�ر�ض� �ذ�ي� ال �ه� �ل ل �ح�م�د� ال

الله� , , � �ال إ �ه� �ل إ � ال �ن أ ه�د� �ش� و�أ �ة �ئ �خ�ط�ي و�ال �ب� الذ�ن �ر� ص�غ�ائ م�ن� �ه�ن� �ن �ي ب �م�ا ل �ات �فBر� م�ك �و�ات� الص�ل ه�ذ�ه� و�ج�ع�ل� �ة �ل �ي ل ج�ة , ر� �ر� �ب و�ال �ن� �ق�ي �م�ت ال �م�ام� إ �ه� و�ل س� و�ر� �د�ه� ع�ب م�ح�مJد�Iا �ن� أ ه�د� �ش� و�أ ة �ع�ز� و�ال �ع�ظ�م�ة� ال ذ�و �ه� ل �ك� ر�ي ش� � ال . و�ح�د�ه�

, , , و�ع�ل�ى ،�م�ح�م�د �ا �ن و�م�و�ال �ا Bد�ن ي س� و�ل�ك� س� و�ر� �د�ك� ع�ب ع�ل�ى �ن� ن �ح� و�ت ح�م� �ر� و�ت و�ع�ظBم� �ار�ك� و�ب Bم� ل و�س� Bص�ل �ه�م� الله�د�اه �ع� �ب ت و�م�ن� �ه� اب ص�ح�

� و�أ �ه� �ل . أ : �ع�ال�ى : ت الله� ف�ق�ال� �ق�و�ى الت اد� الز� �ر� ي خ� �ن� ف�إ و�د�و�ا �ز� و�ت ، الله� �ق�و�ى �ت ب �ف�س�ي و�ن �م� �ك و�ص�ي

� أ ، الله� �اد� ب ع� �ا ف�ي �ع�د� ب م�ا� أ

�م�و�ن� ل مWس� �م� �نت و�أ � �ال إ �ن� �م�و�ت ت � و�ال �ه� �ق�ات ت ح�ق� الله� �ق�وا ات �وا ء�ام�ن �ن� �ذ�ي ال � Wها �ي �اأ .ي

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah…..Pada kesempatan khutbah Jum’at kali ini, perkenankanlah saya mengajak dan menghimbau kepada saya sendiri dan kepada para jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah Swt. Yakni dengan melaksanakan setiap yang diperintahkan, serta menjauhi setiap yang dilarang. Kita laksanakan takwa sebagai manifestasi penghambaan diri kita kepada Allah Swt, yang marajai seluruh alam, yang menguasai seluruh alam. Allah menjanjikan kenikmatan yang tiada tara bagi mereka yang mau bertakwa, dan mengancam mereka yang durhaka, dengan siksa pedih yang tiada akhir.

Disamping itu, kita juga harus mengikuti perilaku Rasulullah Saw, manusia sempurna yang menjadi penyampai kebenaran kepada hamba Allah. Insan kamil yang membawa petunjuk jalan lurus untuk menggapai rahmat dan ridlo Allah Swt. Rasul akhir zaman yang mengusung ajaran dengan prinsip akhlakul karimah dan rahmatan lil alamin.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah…..Salah satu ajaran syariat Rasulullah Saw. yang sangat ditekankan adalah shalat berjamaah. Yakni pelaksanaan shalat lima waktu secara bersamaan, tidak secara individual dan terpisah belah. Hukum pelaskanaan jamaah dalam shalat lima waktu adalah sunnah muakkad, yakni merupakan perilaku Rasulullah Saw. yang sangat dianjurkan untuk diikuti oleh umatnya. Bahkan, sebagian versi ulama menyatakan bahwa hukum melaksanakan shalat berjamaah adalah fardlu kifayah, artinya di setiap kampung atau desa wajib diadakan shalat berjamaah sebagai syiar Islam, sebagai identitas Islam yang menggema dan menggaung di cakrawala. Jika tidak, maka seluruh penduduk kampung tersebut memperoleh dosa dan murka dari Allah Swt.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah….Shalat berjamaah memiliki manfaat yang sangat besar, baik dalam kaitannya dengan ibadah shalat yang dilakukan, maupun dalam hal hubungan sosial kemasyarakatan. Salah satu keistimewaan shalat berjamaah yang sangat besar adalah sebagaimana disabdakan Rasulullah Saw., bahwa pahala shalat berjamah lebih utama dibanding dengan shalat sendiri dengan selisih 27 derajat. Rasulullah Saw. bersabda:

Iة ج� د�ر� �ن� ر�ي و�ع�ش� ��ع ب �س� ب Bف�ذ� ال �ة� ص�ال �ف�ض�ل� ت �ج�م�اع�ة� ال �ة� ص�الArtinya: ”Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendiri dengan selisih 27 derajat.” (HR. Bukhari & Muslim).

Shalat yang dilakukan dengan cara berjamaah juga lebih mudah untuk dapat diterima disisi Allah, sebagaimana dijelaskan dalam kitab I’anatuthalibin, dengan berjamaah kekurangan salah seorang peserta jamaah dapat disempurnakan dengan yang lain, sehingga seluruhnya dinilai menjadi shalat yang sempurna. Ibarat menjual buah jeruk, jika dijual satu persatu, tentu pembeli hanya akan memilih jeruk yang benar-benar bagus dan segar. Namun jika buah jeruk itu dijual dengan cara borongan, maka jeruk yang kurang bagus pun akan turut terbeli, demikian pula halnya dengan ibadah shalat kita.

Mengenai hal ini, Rasulullah Saw. dalam sabda Beliau mengibaratkan, bahwa harimau hanya akan memakan kambing yang jauh dari kawanannya, setan akan mudah merasuki orang yang terpisah dari jamaahnya, yang tidak melaksanakan shalat dengan berjamaah. Rasulullah Saw. bersabda:�م�ا �ن ف�إ �ج�م�اع�ة� �ال ب �ك� �ي ف�ع�ل �ط�ان� ي الش� �ه�م� �ي ع�ل �ح�و�ذ� ت اس� � �ال إ �ج�م�اع�ة� ال �ه�م� ف�ي �ق�ام� ت � ال ��د�و ب و�

� أ ��ة ي ق�ر� ف�ي� ��ة �ث �ال ث م�ن� م�ا�ة� �ق�اص�ي ال �ب� الذBئ �ل� �ك �أ ي

Artinya: “Tidaklah di suatu desa atau sahara, tidak didirikan shalat berjamaah di antara mereka kecuali mereka akan dikuasai dan dikalahkan oleh setan. Maka dirikanlah shalat jamaah, karena sesungguhnya harimau akan memakan kambing yang jauh dari kawanannya.” (HR. Abu Dawud).

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah….Selain itu, shalat berjamaah juga memiliki hikmah yang tidak sedikit bagi kehidupan sosial kemasyarakatan. Shalat berjamaah mengajarkan banyak hal penting bagi kehidupan sosial, tentang bagaimana mestinya seorang muslim bergaul dan menjalin hubungan dengan sesama dalam kehidupan ini.

Dapat kita lihat, dalam shalat berjamaah seluruh jamaah berdiri dalam barisan yang rapi di bawah komando satu pemimpin. Tidak diperkenankan bagi seorang makmum mendahului gerakan shalat sang imam. Ini menyimpan hikmah dan pelajaran untuk selalu menjaga persatuan umat dan selalu patuh kepada atasan, serta tidak melakukan pemberontakan atau pembangkangan.

Jika dalam pelaksanaan shalat imam melakukan suatu kesalahan, dianjurkan bagi makmum untuk mengingatkannya, yaitu dengan cara membaca tashbih bagi laki-laki, dan menepukkan tangan bagi perempuan. Secara konteks hal ini juga memberikan pelajaran tentang cara amar makruf dan nahi mungkar yang tepat, yakni mengingatkan dengan cara yang halus atau dengan sikap. Bukan dengan kekerasan dan tindak anarkis.Kepatuhan seseorang terhadap pemimpin merupakan manifestasi dari perintah Allah. Dalam al Quran Allah Swt. berfirman:�ل�ى إ دWوه� ف�ر� �ي�ء ش� ف�ي �م� ع�ت �از� �ن ت �ن� ف�إ �م� �ك م�ن �م�ر� �أل ا �ول�ي و�أ س�ول� الر� �ط�يع�وا و�أ �ه� الل �ط�يع�وا أ �وا �م�ن آ �ذ�ين� ال Wه�ا ي

� أ �ا ي I و�يال

� �أ ت �ح�س�ن� و�أ bر� ي خ� ذ�ل�ك� �خ�ر� �آل ا � �و�م �ي و�ال �ه� �الل ب �ون� �ؤ�م�ن ت �م� �ت �ن ك �ن� إ س�ول� و�الر� �ه� اللArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisa`: 59).

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah….Dari sisi yang lain, dapat kita lihat bagaimana shalat berjamaah mengajarkan persamaan derajat antar sesama. Yang miskin bisa berdampingan dengan yang kaya, seorang presiden bisa berdampingan dengan seorang buruh dalam satu barisan shalat. Ini merupakan suatu gambaran nyata bahwa di mata Allah, semua manusia itu sama, derajat maupun pangkat yang mereka peroleh di dunia ini tidak ada artinya di sisi Allah. Hanya keimanan dan ketakwaan yang membuat manusia bisa mulia dan dekat di sisi Allah. Allah Swt berfirman:

bير� ب خ� bيم� ع�ل �ه� الل �ن� إ �م� �ق�اك �ت أ �ه� الل �د� ع�ن �م� م�ك �ر� ك� أ �ن� إ

Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13).

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah….Shalat berjamaah juga memiliki peran yang sangat penting bagi persatuan dan kesatuan, serta kerukunan hidup bermasyarakat. Sebab, dengan selalu melaksanakan shalat berjamaah di masjid, seorang muslim bisa lebih sering bertemu dengan saudara seiman, berbincang, dan bercengkrama. Hingga keakraban dan rasa saling mencintai antar mereka dapat tumbuh subur dan bersemi. Dengan begitu, mereka juga bisa saling belajar satu sama lain dan saling mengingatkan bila ada yang salah di antara mereka. Karena seorang muslim adalah cermin bagi muslim yang lain, sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda:

ه� �ح� ص�ل� أ Iا �ب ع�ي �ه�ا ف�ي �ى أ ر� �ذ�ا إ �ه� ي �خ� أ آة� م�ر� �م�ؤ�م�ن� ال

Artinya: “Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Ketika ia melihat kekurangan pada cermin itu, maka benahilah.” (HR. Bukhari).Bahkan, seorang ulama berkata, persatuan dan kesatuan penduduk suatu daerah dapat dilihat dari pelaksanaan shalat jamaah di daerah tersebut. Jika shalat berjamaah bisa terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tatacaranya, dengan barisan yang rapat dan lurus, dapat dipastikan persatuan penduduknya juga baik. Sebaliknya, jika jamaah di daerah tersebut kurang maksimal, tentu persatuan penduduk tersebut mudah terpecah belah.

Saat ini, sekian banyak masjid dibangun dengan megah dan mewah, namun sekian banyak pula masjid kosong dan sepi tak berpenghuni. Pada kesempatan kali ini, saya mengajak jamaah sekalian untuk menyemarakkan kembali masjid dan surau. Jangan sampai kesibukan duniawi kita membuat diri kita lupa dan meninggalkan shalat berjamaah. Dengan itu, semoga kita tergolong sebagai orang beriman yang digambarkan dalam firman Allah Swt. dalam al Quran al-Karim: ف�ع�س�ى �ه� الل � �ال إ �خ�ش� ي �م� و�ل �اة� ك الز� �ى �ت و�آ �ة� الص�ال �ق�ام� و�أ �خ�ر� �آل ا � �و�م �ي و�ال �ه� �الل ب �م�ن� آ م�ن� �ه� الل اج�د� م�س� �ع�م�ر� ي �م�ا �ن إ

�د�ين� �م�ه�ت ال م�ن� �وا �ون �ك ي �ن� أ �ك� �ئ �ول أArtinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18).

و�م�ن� , �ه� الل �ر� ذ�ك ع�ن� �م� �د�ك و�ال� أ � و�ال �م� �ك م�و�ال

� أ �م� �ه�ك �ل ت � ال �وا �م�ن آ �ذ�ين� ال Wه�ا ي� أ �ا ي � ج�يم الر� �ط�ان� ي الش� م�ن� �ه� بـالل �ع�وذ� أ

ون� ر� �خ�اس� ال ه�م� �ك� �ئ �ول ف�أ �ك� ذ�ل �ف�ع�ل� . ي

وه� �غ�ف�ر� ت ف�اس� � �م �ح�ك�ي ال �ر� و�الذBك �ات� �آلي ا م�ن� �ه� ف�ي �م�ا ب �م� �اك �ي و�إ �ا �ف�ع�ن و�ن ،� �م �ع�ظ�ي ال آن� �ق�ر� ال ف�ي �م� �ك و�ل �ي� ل الله� ك� �ار� بح�يم� الر� �و�اب� الت ه�و� �ه� �ن إ

�ه� �ات ك �ر� و�ب الله� ح�م�ة� و�ر� �م� �ك �ي ع�ل �م� ال و�الس�

☻Hukum Shalat Berjamaah di Masjid Bagi Wanita (dari berbagai pendapat)

Shalat berjamaah di masjid merupakan perkara yang lazim. Namun sesungguhnya Islam telah mengatur hal-hal khusus bagi wanita. Dan bagaimana Islam menyikapi kondisi saat ini di mana para wanita datang ke masjid dengan bersolek dan membuka auratnya? Simak bahasan berikut.

Sejak zaman nubuwwah, kehadiran wanita untuk shalat berjamaah di masjid bukanlah sesuatu yang asing. Hal ini kita ketahui dari hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Kata beliau:“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengakhirkan shalat ‘Isya hingga ‘Umar berseru memanggil beliau seraya berkata: ‘Telah tertidur para wanita dan anak-anak [1]. Maka keluarlah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berkata kepada orang-orang yang hadir di masjid:“Tidak ada seorang pun dari penduduk bumi yang menanti shalat ini selain kalian.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 566 dan Muslim no. 638)

Aisyah radhiyallahu ‘anha juga berkata:“Mereka wanita-wanita mukminah menghadiri shalat Shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berselimut dengan kain-kain mereka. Kemudian para wanita itu kembali ke rumah-rumah mereka seselesainya dari shalat tanpa ada seorang pun yang mengenali mereka karena masih gelap.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 578 dan Muslim no. 645)

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha menceritakan: “Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para wanita yang ikut hadir dalam shalat berjamaah, selesai salam segera bangkit meninggalkan masjid pulang kembali ke rumah mereka. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan jamaah laki-laki tetap diam di tempat mereka sekedar waktu yang diinginkan Allah. Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangkit, bangkit pula kaum laki-laki tersebut.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 866, 870)

Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Aku berdiri untuk menunaikan shalat dan tadinya aku berniat untuk memanjangkannya. Namun kemudian aku mendengar tangisan bayi, maka aku pun memendekkan shalatku karena aku tidak suka memberatkan ibunya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 868)

Beberapa hadits di atas cukuplah menunjukkan bagaimana keikutsertaan wanita dalam shalat berjamaah di masjid. Lalu sekarang timbul pertanyaan, apa hukum shalat berjamaah bagi wanita?

Dalam hal ini wanita tidaklah sama dengan laki-laki. Dikarenakan ulama telah sepakat bahwa shalat jamaah tidaklah wajib bagi wanita dan tidak ada perselisihan pendapat di kalangan mereka dalam permasalahan ini.

Ibnu Hazm rahimahullah berkata (Al-Muhalla, 3/125): “Tidak diwajibkan bagi kaum wanita untuk menghadiri shalat maktubah (shalat fardhu) secara berjamaah. Hal ini merupakan perkara yang tidak diperselisihkan (di kalangan ulama).” Beliau juga berkata: “Adapun kaum wanita, hadirnya mereka dalam shalat berjamaah tidak wajib, hal ini tidaklah diperselisihkan. Dan didapatkan atsar yang shahih bahwa para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat di kamar-kamar mereka dan tidak keluar ke masjid.” (Al-Muhalla, 4/196)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan: “Telah berkata teman-teman kami bahwa hukum shalat berjamaah bagi wanita tidaklah fardhu ‘ain tidak pula fardhu kifayah, akan tetapi hanya mustahab (sunnah) saja bagi mereka.” (Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, 4/188)

Ibnu Qudamah rahimahullah juga mengisyaratkan tidak wajibnya shalat jamaah bagi wanita dan beliau menekankan bahwa shalatnya wanita di rumahnya lebih baik dan lebih utama. (Al-Mughni, 2/18)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah bersabda kepada para wanita:“Shalatnya salah seorang di makhda’-nya (kamar khusus yang digunakan untuk menyimpan barang berharga) lebih utama daripada shalatnya di kamarnya. Dan shalatnya di kamar lebih utama daripada shalatnya di rumahnya. Dan shalatnya di rumahnya lebih utama daripada shalatnya di masjid kaumnya. Dan shalatnya di masjid kaumnya lebih utama daripada shalatnya bersamaku.” (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih keduanya. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Jilbab Al-Mar’ah Al-Muslimah, hal. 155)

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:“Jangan kalian mencegah hamba-hamba perempuan Allah dari shalat di masjid-masjid-Nya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 990 dan Muslim no. 442)

Dalam riwayat Abu Dawud (no. 480) ada tambahan:“meskipun rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud no. 576 dan dalam Al-Misykat no. 1062)

Dalm Nailul Authar, Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata setelah membawakan hadits di atas: “Yakni shalat mereka di rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka daripada shalat

mereka di masjid-masjid, seandainya mereka mengetahui yang demikian itu. Akan tetapi mereka tidak mengetahuinya sehingga meminta ijin untuk keluar berjamaah di masjid, dengan keyakinan pahala yang akan mereka peroleh dengan shalat di masjid lebih besar. Shalat mereka di rumah lebih utama karena aman dari fitnah, yang menekankan alasan ini adalah ucapan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika melihat para wanita keluar ke masjid dengan tabarruj dan bersolek.”[2] (Nailul Authar, 3/168)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah setelah menyebutkan hadits: “meskipun rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”, menyatakan dalam salah satu fatwanya: “Hadits ini memberi pengertian bahwa shalat wanita di rumahnya lebih utama. Jika mereka (para wanita) berkata: ‘Aku ingin shalat di masjid agar dapat berjamaah.’ Maka akan aku katakan: ‘Sesungguhnya shalatmu di rumahmu lebih utama dan lebih baik.’ Hal ini dikarenakan seorang wanita akan terjauh dari ikhtilath (bercampur baur tanpa batas) bersama lelaki lain sehingga akan menjauhkannya dari fitnah.” (Majmu’ah Durus Fatawa, 2/274)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah juga mengatakan: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda demikian sementara beliau berada di Madinah dan kita tahu shalat di Masjid Nabawi memiliki keutamaan dan nilai lebih. Akan tetapi karena shalat wanita di rumahnya lebih tertutup baginya dan lebih jauh dari fitnah maka hal itu lebih utama dan lebih baik.” (Al-Fatawa Al-Makkiyyah, hal. 26-27, sebagaimana dinukil dalam Al-Qaulul Mubin fi Ma’rifati maa Yuhammul Mushallin, hal. 570)

Dari keterangan di atas, jelaslah bagi kita akan keutamaan shalat wanita di rumahnya. Setelah ini mungkin timbul pertanyaan di benak kita: Apakah shalat berjamaah yang dilakukan wanita di rumahnya masuk dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:“Shalat berjamaah dibandingkan shalat sendiri lebih utama dua puluh lima (dalam riwayat lain: dua puluh tujuh derajat)”. (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 645, 646 dan Muslim no. 649, 650)

Dalam hal ini Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullah menegaskan bahwa keutamaan 25 atau 27 derajat yang disebutkan dalam hadits khusus bagi shalat berjamaah di masjid dikarenakan beberapa perkara yang tidak mungkin didapatkan kecuali dengan datang berjamaah di masjid. (Fathul Bari, 2/165-167)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah meriwayatkan akan hal ini dalam sabdanya:“Shalat seseorang dengan berjamaah dilipat gandakan sebanyak 25 kali lipat bila dibandingkan shalatnya di rumahnya atau di pasar. Hal itu dia peroleh dengan berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu ia keluar menuju masjid dan tidak ada yang mengeluarkan dia kecuali semata untuk shalat. Maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah melainkan diangkat baginya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan. Tatkala ia shalat, para malaikat terus menerus mendoakannya selama ia masih berada di tempat shalatnya dengan doa: “Ya Allah, berilah shalawat atasnya. Ya Allah, rahmatilah dia.” Terus menerus salah seorang dari kalian teranggap dalam keadaan shalat selama ia menanti shalat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 647 dan Muslim no. 649)

Dengan demikian, shalat jamaah wanita di rumahnya tidak termasuk dalam keutamaan 25 atau 27 derajat, akan tetapi mereka yang melakukannya mendapatkan keutamaan tersendiri, yaitu

shalat mereka di rumahnya, secara sendiri ataupun berjamaah, lebih utama daripada shalatnya di masjid, wallahu a’lam.

☻Keutamaan Shalat Berjamaah

Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

�ذ�ا إ �ه� ن� أ �ك� و�ذ�ل ض�ع�فIا ر�ين� و�ع�ش� ا Iخ�م�س س�وق�ه� و�ف�ي �ه� �ت �ي ب ف�ي �ه� ت ص�ال� ع�ل�ى �ض�ع�ف� ت �ج�م�اع�ة� ال ف�ي ج�ل� الر� ة� ص�ال�

�ه�ا ب �ه� ل ف�ع�ت� ر� �ال� إ Iخ�ط�و�ة �خ�ط� ي �م� ل ة� الص�ال� �ال� إ �خ�ر�ج�ه� ي ال� ج�د� �م�س� ال �ل�ى إ ج� خ�ر� �م� ث �و�ض�وء� ال ح�س�ن�� ف�أ � �و�ض�أ ت

�ه� �ي ع�ل Bص�ل �ه�م� الل ه� م�ص�ال� ف�ي د�ام� م�ا �ه� �ي ع�ل �ص�لBي ت �ة� �ك ئ �م�ال� ال ل� �ز� ت �م� ل ص�ل�ى �ذ�ا ف�إ bة� خ�ط�يئ �ه�ا ب �ه� ع�ن و�ح�ط� bج�ة د�ر�ة� الص�ال� �ظ�ر� �ت ان م�ا �ة ص�ال� ف�ي �م� �ح�د�ك أ ال� �ز� ي و�ال� ح�م�ه� ار� �ه�م� الل

“Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649)

Dari Abu Musa Radhiyallaahu ‘anhu  dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

م�ع� �ه�ا Bي �ص�ل ي �ى ح�ت ة� الص�ال� �ظ�ر� �ت �ن ي �ذ�ي و�ال �ع�د�ه�م� ب� ف�أ ى Iم�م�ش �ه�ا �ي �ل إ �ع�د�ه�م� �ب أ ة� الص�ال� ف�ي ا Iج�ر� أ �اس� الن �ع�ظ�م� أ �ن� إ

�ام� �ن ي �م� ث Bيه�ا �ص�ل ي �ذ�ي ال م�ن� ا Iج�ر� أ �ع�ظ�م� أ � �م�ام اإل�

“Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” (HR. Muslim no. 662)

dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:Dari Abu Ad-Darda`

�ج�م�اع�ة� �ال ب �ك� �ي ف�ع�ل �ط�ان� ي الش� �ه�م� �ي ع�ل �ح�و�ذ� ت اس� ق�د� �ال� إ ة� الص�ال� ف�يه�م� �ق�ام� ت ال� ��د�و ب و�ال� ��ة ي ق�ر� ف�ي ��ة ث �ال� ث م�ن� م�ا�ة� �ق�اص�ي ال �ب� الذBئ �ل� �ك �أ ي �م�ا �ن ف�إ

“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).” (HR. Abu Daud no. 547, An-Nasai no. 838, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh An-Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin no. 344)

Dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Iج�ة د�ر� ر�ين� و�ع�ش� ��ع ب �س� ب Bف�ذ� ال ة� ص�ال� م�ن� �ف�ض�ل� أ �ج�م�اع�ة� ال ة� ص�ال�

“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 650)

 

Penjelasan ringkas:

Karena besarnya urgensi shalat berjamaah bagi keumuman lingkungan kaum muslimin dan bagi setiap individu yang ada di dalamnya, Allah Ta’ala menjanjikan untuknya pahala yang besar dan Ar-Rasul -alaihishshalatu wassalam- senantiasa memotifasi untuk mengerjakannya. Dan beliau -alaihishshalatu wassalam- mengabarkan bahwa shalatnya seseorang secara berjamaah jauh lebih utama daripada shalat sendirian dan bahwa shalat berjamaah merupakan sebab terjaganya kaum muslimin dari setan. Keutamaan yang pertama untuk individu dan yang kedua untuk masyarakat kaum muslimin.

☻Di antara manfaat shalat berjamaah yaitu ia merupakan kesempatan besar untuk mempelajari sifat-sifat shalat dan mengetahui hukum-hukumnya. Dan itu bisa dilakukan saat masing-masing orang menyaksikan lainnya yang sedang shalat. Atau dengan mendengarkan ceramah-ceramah yang disampaikan di masjid-masjid, juga dengan membaca tulisan-tulisan yang ditempelkan di dalam masjid.

Shalat berjamaah juga merupakan kesempatan untuk mengetahui bacaan yang benar serta belajar hukum-hukum tajwid dengan mendengarkan bacaan imam. Adapun orang yang shalat sendirian, maka ia tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari hal-hal di atas. Bahkan mungkin terkadang ia melakukan kesalahan yang membatalkan shalatnya tetapi ia tidak merasa.

☻Dalam Islam, yang dianjurkan shalat berjamaah di masjid adalah lelaki. Sedangkan wanita lebih dianjurkan untuk shalat di rumah saja, meskipun tidak dilarang untuk pergi ke masjid. Diperbolehkan bagi wanita untuk pergi ke masjid untuk shalat berjamaah dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Meminta izin suami atau mahram-nya.2. Menutup aurat secara lengkap dan benar.3. Tidak berhias dan memakai wewangian, utamanya yang mencolok.4. Menghindari fitnah dan tidak bergunjing.5. Hanya bertujuan ke masjid dan ketika selesai harus segera pulang.

Perintah dari Allah Ta’ala, tempat shalat yang paling baik bagi wanita adalah di rumahnya sendiri. Hal ini termaktub dalam ayat berikut ini:

ن� �ن� ف�ي و�ق�ر� �ك �وت �ي ج�ن� و�ال� ب �ر� �ب ج� ت Wر� �ب �ة� ت �ي اه�ل �ج� �ول�ى ال األ�

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” Al Ahzab :33

Dari ayat ini sudah jelas bahwa wanita lebih baik shalat di rumah daripada di masjid. Hal ini tentu untuk menghindari masalah atau fitnah yang mungkin timbul saat wanita keluar rumah, karena pada dasarnya manusia sangat suka bergunjing. Selain itu, mengenai shalat seorang wanita lebih baik di rumah juga disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang berbunyi:

� �ع�وا ال �م�ن �م� ت اء�ك �س� اج�د� ن �م�س� �ه�ن� ال �وت �ي �رb و�ب ي �ه�ن� خ� ل

“Jangan kalian larang istri-istri kalian untuk pergi ke masjid, tetapi rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.” HR. Abu Daud

Wanita diberikan syarat-syarat tertentu untuk shalat berjamaah di masjid tentu saja bukan ingin mengekang hak wanita. Namun justru Allah Ta’ala ingin menyelamatkan wanita dari mudharat yang mungkin timbul. Apalagi jika wanita tersebut suka bersolek dan memakai wewangian. Tentu saja justru akan menimbulkan fitnah dan dosa diantara pria yang melihatnya. Hal ini termaktub dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Abu Musa radhiyallahu‘anhu, yang berbunyi:

« Wل� �ن� ك �ةb ع�ي �ي ان �ة� ز� أ �م�ر� �ذ�ا و�ال ت� إ �ع�ط�ر� ت ت� اس� �م�ج�ل�س� ف�م�ر� �ال �ذ�ا ف�ه�ى� ب �ذ�ا ك �ى و�ك �ع�ن �ةI ي �ي ان ز� ».

“Setiap mata berzina dan seorang wanita jika memakai minyak wangi lalu lewat di sebuah majelis (perkumpulan), maka dia adalah wanita yang begini, begini, yaitu seorang wanita pezina”. HR. Tirmidzi

Dengan demikian hukum wanita yang pergi shalat berjamaah ke masjid adalah diperbolehkan. Seperti yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa jangan melarang wanita yang ingin shalat berjamaah di masjid, akan tetapi shalat di rumah lebih utama. Dan yang perlu menjadi perhatian khusus adalah bagaimana caranya supaya wanita yang keluar dari rumah tersebut tidak menimbulkan fitnah. Semoga bermanfaat. (iwan)

☻Manfaat ke 1 : Mematuhi petrintah Allah

           

            Sesungguhnya dengan sholat berjamaah berarti kita telah mematuhi (salah satu ) perintah Allah yang dibebankan kepada hambanya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :

Surat Albaqoroh ayat 43 :

43. dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'[44].

 

[44] Yang dimaksud Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.

 

            Menjelaskan ayat diatas, Ibnu Katsir Rahimahullah dalam kitab tafsirnya berkata : Yakni hendaklah kalian bersama orang-2 beriman dalam berbagai perbuatan yang terbaik, dan yang paling utama dan sempurna dari semua itu adalah Sholat. Dan banyak para ulama yang menjadikan ayat ini sebagai dalil bagi diwajibkanya sholat berjamaah.

 

Manfaat ke 2 : Sebagai Saksi Keimanan

            Shalat berjamaah adalah sarana terpenting dan utama untuk memakmurkan rumah-rumah Allah. Jika bukan karena sholat berjamaah tentu masjid menjadi sepi.

            Allah ta’ala bersaksi bahwa memakmurkan masjid adalah dengan iman dan bahwasanya mereka adalah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah pada kebenaran ( Al-haq )  dan sungguh mereka adalah orang-2 beruntung.

            Allah berfirman dalam surat At- Taubah ayat 18 :

18 .hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan

Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

 

Manfaat ke 3 : Mendapatkan Tazkiyah ( Pernyataan kesucian ) dan Anugerah Besar dari Allah.

                        Sholat berjamaah adalah diantara sebab-2 dzikrullah ( mengingat Allah ) dan bertasbih ( memuji ) kepada  Nya di masjid-2. Allah memuji mereka yang melakukan hal itu skaligus menjuluki mereka sebagai RIJAL ( orang-2 yang  gentleman ).

                        Mereka adalah orang-2 yang tidak lalai karena bisnis dan perdagangan mereka dari mengingat Allah, mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Allah juga bersaksi terhadap keimanan dan rasa takut mereka kepada Nya.

                        Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa mereka adalah orang-2 yang diterima kebaikannya, diampuni segala kesalahan dan dosa mereka, disamping anugerah-2 lain yang diberikan Allah kepada mereka selain pahala.

 

                        Allah berfiman dalam surat An- Nur surat ayat 36 -38.

 

36. Bertasbih[1041] kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,

37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

38. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.

 

[1041] Yang bertasbih ialah laki-laki yang tersebut pada ayat 37 berikut.

 

Manfaat ke 4 : Mengagungkan dan menekankan Apa yang diagungkan dan ditekankan oleh Rosulullah.

           

            Sholat berjamaah memiliki arti yang besar dan urgen sekali. Perintah melakukannya tidak saja dalam situasi-2 biasa, tetapi Allah memerintahkan bahkan menekankan shalat berjamaah sampai dalam situasi Khauf  ( tak aman, menakutkan ).

 

            Allah berfirman dalam surat An-Nisa’ ayat 102:  

102. dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat)[344], Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu[345]], dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu[346].

 

[344] Menurut jumhur mufassirin bila telah selesai serakaat, Maka diselesaikan satu rakaat lagi sendiri, dan Nabi duduk menunggu golongan yang kedua.

[345] Yaitu rakaat yang pertama, sedang rakaat yang kedua mereka selesaikan sendiri pula dan mereka mengakhiri sembahyang mereka bersama-sama Nabi.

[346] Cara sembahyang khauf seperti tersebut pada ayat 102 ini dilakukan dalam Keadaan yang masih mungkin mengerjakannya, bila Keadaan tidak memungkinkan untuk mengerjakannya, Maka sembahyang itu dikerjakan sedapat-dapatnya, walaupun dengan mengucapkan tasbih saja.

 

Manfaat ke 5 : Mematuhi Perintah Rasulullah

            Dengan sholat berjamaah berarti mematuhi perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam dan mengikuti sunnah beliau, baik qauliyah ( ucapan ) maupun fi’liyah ( perbuatan ). Rasulullah memerintahkan kita melakukan dan bersegera shalat berjamaah. Beliau bersabda :

 

1. Siapa yang mendengar adzan lalu tidak mendatanginya ( untuk sholat berjamaah ) maka tidak ada shalat baginya kecuali ia mempunyai udzur.

2. Jika mereka bertiga maka hendaklah salah seorang dari mereka menjadi imam. Dana yang baling berhak menjadi imam adalah yang paling pandai membaca Al-Qur’an.

 

 

Manfaat ke 6 : Selamat karena mengikuti Rasul Shallallahu ‘alaihi Wasllam.

Mengikuti Rasul dalam ibadah yang agung ini, yakni shalat berjamaah – juga dalam ibadah-2 yang lain – adalah diantara sebab-2 turunya hidayah   (petunjuk), kecintaan Allah, ampunan Nya atas dosa-2 kita serta diantara sebab-2 keselematan kita dari Neraka dan masuk surga.

Allah berfirman dalam potongan  Surat An - Nur ayat 54 :

 

Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.

               

Firman Allah di surat Ali Imran ayat 31

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 

Rasulullah juga bersabda :

                “ Segenap umatku akan masuk surga kecuali orang-2 yang tidak mau. Siapa yang mentaati pasti masuk Surga dan siapa yang mendurhakaiku maka dia tidak mau ( masuk surga ). HR Al Bukhari.

  

Manfaat ke 7 : Shalat Berjamaah termasuk Sasaran Islam yang Agung

 

Berjamaah dalam maknanya yang umum termasuk sasaran Islam yang Agung. Banyak nash-2 yang menyeru ditegakan dan dijaganya jama’ah ( persatuan ), sebaliknya melarang perpecahan dan menjauhi jama’ah umat Islam.

 

Nabi Bersabda :

1. Tangan Allah besama jama’ah (umat Islam ) àHR  Turmudzi.

2. Berjamaah ( bersatu ) adalah Rahmad dan perpecahan adalah Adzab.

  

Manfaat ke 8 : Mengagungkan dan Menampakkan Syi’ar Allah.

 

            Dengan sholat berjamaah berarti menampakkan dan mengagungkan salah satu diantara Syi’ar Islam, bahkan termasuk syi’ar yang paling agung, yakni Sholat.

Allah berfirman dalam surat Al-Haj ayat  32 :

 

32. Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah[990], Maka Sesungguhnya itu timbul dari Ketakwaan hati.

 

[990] Syi'ar Allah Ialah: segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan tempat-tempat mengerjakannya.

 

Manfaat ke 9 : Lebih utama dari Sholat Sendirian

 

Sholat berjamaah lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian.  Riwayat lain menyebutkan bahwa ia lebih utama 25 derajat.

 

Rasul bersabda : Shalat berjamaah itu lebih utama 25 derajat dari pada sholat sendirian. (HR Al-Bukhari). Dalam riwayat lain disebutkan “ Lebih Utama ) 27 derajat.

 

Manfaat ke 10 : Lebih suci di Sisi Allah daripada shalat sendiri-2.

           

            Sesungguhnya sholat berjamaah itu, meskipun dengan jumlah yang sedikit, ia lebih suci di Sisi Allah daripada sholat sendiri-2  meskipun jumlah orangnya lebih banyak.

 

Rosul bersabda : Shalat dua orang laki-2 dengan salah seorang daripadanya menjadi Imam adalah lebih suci di sisi Allah daripada sholat empat orang secara sendiri-2, Shalat empat orang dengan salah seorang dari mereka menjadi Imam adalah lebih suci disisi Allah daripada shalat delapan   orang secara sendiri-2. Dan shalat delapan orang dengan salah seorang dari mereka menjadi Imam adalah lebih suci disisi Allah dari pada sholat 100 orang secara sendiri-2.

 

Manfaat ke 11 : Menjaga Diri dari Setan.

            Sholat berjamaah dengan izin Allah – menjaga seorang muslim dari musuh bebuyutannya yang tidak pernah diam dan putus asa, juga menghindarkannya dari penguasaan setan.

            Rosul bersabda : Tidaklah orang berada disuatu desa atau dusun dan mereka tidak mendirikan sholat ( berjamaah ) kecuali mereka telah dikuasai oleh setan. Karena itu, hendaklah kalian senantiasa berjamaah. Sungguh serigala itu hanya makan (hewan piaraan) yang jauh ( dari gerombolan kawan-kawannya ).

 

Manfaat ke 12 : Jauh dari menyerupai Orang-2 Munafiq.

            Melakukan shalat berjamaah secara rutin bisa menjauhkan seorang muslim dari menyerupai orang-2 munafiq yang oleh Allah diancam bakal menempati Neraka yang paling bawah, NA’UDZUBILLAH.

 

            Diantara sifat orang-2 munafiq yang paling nyata yaitu meninggalkan sholat berjamaah, terutama sholat Isyak dan Shubuh.

 

            Rosul bersabda : “ TAK ADA YANG LEBIH BERAT MENURUT ORANG-2 MUNAFIQ MELEBIHI (BERATNYA) SHALAT SUBUH DAN ISYAK. DAN SEANDAINYA MEREKA MENGETAHUI PAHALA PADA KEDUANYA, NISCAYA MEREKA AKAN DATANG (BERJAMAAH) MESKIPUN DENGAN MERANGKAK.

 Manfaat ke 13 : Berkumpulnya para malaikat pada waktu Sholat Shubuh dan Ashar serta  Permohonan Ampun mereka bagi yang hadir.

 

Paramalaikat yang mulia berkumpul ( untuk menyaksikan ) jamaah sholat shubuh dan Ashar dan mereka juga memohonkan ampun bagi setiap yang datang ( waktu itu ) ke Masjid untuk sholat berjamaah.

Rosul bersabda : “ Para malaikat malam dan malaikat siang bergantian menyertai kalian dan mereka berkumpul pada saat ( diselenggarakan jama’ah ) shalat shubuh dan shalat Ashar. Lalu malaikat yang (sudah) menyertai kalian naik (ke langit ), dan mereka ditanya oleh Tuhan mereka, padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka, bagaimana keadaan hamba-2 Ku yang kalian tinggalkan ? Mereka menjawab : kami meninggalkankan mereka sedang dalam keadaan sholat (juga ).

Dalam riwayat lain menurut Khuzaimah : “ Mereka menjawab : kami datang sedang mereka dalam keadaan sholat dan kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat (pula), maka ampunilah mereka pada hari pembalasan.”

 

Manfaat ke 14 : Menyamai shalat separuh Malang atau sepanjang Malang

Sholat isyak secara berjamaah menyamai shalat separuh malam sedang shalat Shubuh secara berjamaah menyamai sholat sepanjang malam

Rosul bersabda : “ Siapa yang sholat isyak secara berjamaah, maka seakan-akan ia sholat separuh malam. Dan siapa yang shalat shubuh berjamaah, maka seakan-akan ia shalat sepanjang malam ( HR Muslim ).

 

Manfaat ke 15 : Berada dalam jaminan Allah.

            Sholat berjamaah adalah diantara sebab penjagaan Allah terhadap hamba Nya, bahkan ia menjadikan hamba tersebut dalam jaminan, amanat dan tanggungan-Nya. Dan itu diperoleh dengan melakukan sholat shubuh secara berjamaah.

            Rosul bersabda : “Siapa yang sholat shubuh secara berjamaah maka ia berada dalam jaminan Allah.”

 

Manfaat ke 16 : Mendapatkan Rumah di Surga

            Sholat berjamaah menjadikan seorang muslim memperhatikan masalah lurusnya shaf-shaf. Dan itulah yang memang dianjurkan oleh Nabi SAW. Karena itu, mereka akan shalat dalam satu shaf ( yang lurus ) atau mengisi tempat yang kososng ( dalam shof ). Dan yang demikian itu mendatangkan keutamaan yang agung dan pahala yang besar dari Allah SWT.

            Aisyah Ra, meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda :

1. “ Sesungguhnya Allah dan para malaikat Nya bershalawat atas orang-2 yang menghubungkan Shaf “

 

2. Siapa yang mengisi tempat kosong ( dalam shof ), niscaya denganya Allah mengangkat ( untuknya ) satu derajat dan membangunkan baginya rumah di Surga”.

Manfaat ke 17 : Sempurnanya Sholat;

 

            Sholat berjamaah adalah salah satu sebab bagi kesempurnaan dan kelengkapan sholat, juga pada galipnya menyelematkan dan mengamankan diri dari lupa. Selanjutnya, ia berdampak pada semakin tingginya derajat ( potensi ) diterimanya shalat tersebut dengan izin Allah SWT.

            Rosul bersabada “ Imam adalah yang bertanggung-jawab, mu’adzin adalah yang dipercaya. Ya Allah, berilah petunjuk kepada para Imam dan ampunilah para Mu’adzin.

 

            Para ulama berkata : Imam adalah yang bertanggung jawab maksudnya dialah yang menanggung kesempurnaan shalat para makmum.

                        Ini tentu berbeda dengan orang yang sholat sendirian, Jika terjadi kesalahan, lupa atau kekurangan, tak seorangpun yang menanggung atasnya.

☻Menengok Sedikit Manfaat Shalat BerjamaahOPINI | 11 October 2012 | 14:07 Dibaca: 842 Komentar: 0 1 inspiratif

Shalat adalah rukun islam yang kedua, dimana amaliah ini juga diyakini sebagai amaliah pertama yang nantinya akan di hisab (timbang) ketika di yaumul hisab nanti. Shalat juga merupakan satu-satunya ibadah yang diperintahkan secara langsung oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. Oleh sebab itulah mengapa ibadah ini begitu ditekankan ketika seseorang telah mengucap dua kalimat syahadat. Dalam agama islam juga diyakini bahwa apabila seseorang selalu menjaga dengan baik ibadah shalatnya maka seluruh amalnya juga akan menjadi baik.

Dalam agama islam juga dianjurkan sholat secara berjamaah –shalat yang dilakukan secara bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang imam. Imam shalat harus memenuhi beberapa kriteria yang telah dijelaskan dalam ajaran agama islam. Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah memiliki hafalan ayat Al Qur’an yang paling banyak dan mampu membaca Al Qur’an secara fasih diantara orang yang berjamaah. Kriteria yang kedua, imam adalah orang yang mencapai baligh, atau orang yang paling tua diantara jamaah dan mampu memenuhi kriteria pertama serta masih kuat melakukan rukun-rukun shalat.

Shalat berjamaah diyakini memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan shalat secara individu. Beberapa kelebihanan dan manfaat shalat berjamaah adalah sebagai berikut

Yang pertama, kelebihan shalat berjamaah jika dilihat dari sudut pandang syariat islam adalah bahwa orang yang melakukan shalat berjamaah akan mendapatkan pahala dua puluh tujuh derajat (:dua puluh tujuh kali lipat jika dibandingkan shalat secara individu). Inilah salah satu kelebihan shalat berjamaah yang seharusnya bisa menjadi motivasi umat islam untuk selalu shalat secara berjamaah. Dalam sebuah riwayat pernah dikatakan ada salah seorang sahabat dalam hidupnya selalu melakukan shalat berjamaah dan pada suatu ketika seorang sahabat tersebut melewatkan shalat jamaah dimasjid. Karena merasa menyesal karena melewatkan shalat berjamaah sahabat tersebut melakukan shalat individu sebanyak dua puluh tujuh. Dan pada malam harinya dia bermimpi, dalam mimpinya dia menaiki kuda yang berlari kencang untuk mengejar rombongan umat islam yang berjalan kaki dimana rombongan tersebut adalah rombongan orang-orang yang biasa melakukan shalat jamaah dimasjid. Tetapi yang terjadi sekencang apapun dia memacu kudanya tetap tidak bisa mengejar rombongan orang-orang yang melakukan jamaah tersebut.

Yang kedua, dengan selalu melakukan shalat berjamaah, jalinan silaturahmi antara sesama umat islam dapat terjalin lebih erat. Dengan shalat berjamaah, umat islam akan selalu mengikuti gerakan-gerakan imam shalat, sehingga dapat menimbulkan sikap sama rasa diantara umat islam. Dan juga akan menghilangkan sikap saling memusuhi (jika mungkin sikap saling memusuhi itu ada) karena ketika bertemu dalam satu majlis (:tempat), umumnya mereka akan saling mengucap salam dan atau berjabat tangan sehingga hubungan antar umat islam dapat selalu terjaga dengan baik tanpa adanya permusuhan. Dan sebenarnya memang itulah perilaku yang selalu diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. yaitu hubungan baik antar umat manusia terutama antar sesama muslim. Agama islam juga selalu mengajarkan bahwa sesama umat islam itu adalah saudara, jadi alangkah tidak baiknya kita apabila kita sesama muslim saling bermusuhan dan saling menyalahkan antara yang satu dengan yang lain.

Yang ketiga, dengan shalat berjamaah kita akan terbiasa hidup disiplin, hal ini karena dengan shalat berjamaah terutama apabila shalat berjamaah tersebut dilakukan di masjid. Shalat berjamaah di masjid pasti dilakukan pada awal masuk waktu shalat dan dengan melakukan shalat jamaah di masjid secara rutin, kita akan terbiasa untuk melakukan shalat pada awal waktunya. Dan bisa jadi dengan kebiasaan itu kita juga menjadi disiplin dalam mengerjakan setiap tugas yang biasa kita lakukan setiap hari.

Itulah beberapa atau mungkin hanya sebagian kecil kelebihan dan keutamaan shalat berjamaah. Semoga dengan tulisan ini dapat memotivasi pembaca untuk membiasakan diri dan lebih giat lagi melakukan shalat berjamaah setiap hari. Dalam islam selalu diajarkan bahwa umat muslim haruslah berlomba-lomba dalam kebaikan dan itulah yang seharusnya selalu kita usahakan.

☻Hukum Shalat Berjamaah 5 Waktu

Di kalangan ulama memang berkembang banyak pendapat tentang hukum shalat berjamaah. Ada yang mengatakan fardhu `ain, sehingga orang yang tidak ikut shalat berjamaah berdosa. Ada yang mengatakan fardhu kifayah sehingga bila sudah ada shalat jamaah, gugurlah kewajiban orang lain untuk harus shalat berjamaah. Ada yang mengatakan bahwa shalat jamaah hukumnya fardhu kifayah. Dan ada juga yang mengatakan hukumnya sunnah muakkadah.

Tentu masing- masing pendapat itu ada benarnya, sebab mereka telah berijtihad dengan memenuhi kaidah istimbath hukum yang benar. Kalau pun hasilnya berbeda beda, tentu karena hal ini adalah ijtihad. Sebab tidak ada lafadz yang secara eksplisit di dalam Al Quran atau hadits yang menyebutkan bahwa tentang shalat berjamaah itu hukumnya begini dan begini.

19 Video Debat Islam-Kristen

Plus 4.000 artikel Islami, 6.000 kitab, serta nasyid walimah & jihad.

digitalhuda.com/?f1

Peluang Usaha

Peluang Usaha Sambil Ibadah, Perwakilan Biro Umrah-Haji Plus dan Raih Reward Ratusan Juta Rupiah.

www.rumahhajidanumrah.com

Pusat Toko Buku Islam

Pusat Belanja Buku Islam Online Lengkap Dan Murni.

tokopedia.com/tokobukumuslim

Koleksi Film Islam

Film Rasulullah Muhammad SAW, Umar bin Khattab, Nabi Yusuf, Konspirasi Dajjal Akhir Zaman.

rubystore.wordpress.com/

Yang ada hanya sekian banyak dalil yang masih mungkin menerima ragam kesimpulan yang berbeda. Dan sebenarnya hal seperti ini sangat lumrah di dunia fiqih, kita pun tidak perlu terlalu risau bila ada pendapat dari ulama yang ternyata tidak sejalan dengan apa yang kita pahami selama ini. Atau berbeda dengan apa yang diajarkan oleh guru kita selama ini.

Dan berikut ini merupakan uraikan masing-masing pendapat yang ada beserta dalil masing –masing :

2. Pendapat Kedua: Fardhu Kifayah

Yang mengatakan hal ini adalah Al Imam Asy Syafi`i dan Abu Hanifah sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Habirah dalam kitab Al Ifshah jilid 1 halaman 142. Demikian juga dengan jumhur (mayoritas) ulama baik yang lampau (mutaqaddimin) maupun yang berikutnya (mutaakhkhirin). Termasuk juga pendapat kebanyakan ulama dari kalangan mazhab Al Hanafiyah dan Al Malikiyah.

Dikatakan sebagai fardhu kifayah maksudnya adalah bila sudah ada yang menjalankannya, maka gugurlah kewajiban yang lain untuk melakukannya. Sebaliknya, bila tidak ada satu pun yang menjalankan shalat jamaah, maka berdosalah semua orang yang ada di situ. Hal itu karena shalat jamaah itu adalah bagian dari syiar agama Islam.

Di dalam kitab Raudhatut Thalibin karya Imam An Nawawi disebutkan bahwa:

Shalat jamaah itu itu hukumnya fardhu `ain untuk shalat Jumat. Sedangkan untuk shalat fardhu lainnya, ada beberapa pendapat. Yang paling shahih hukumnya adalah fardhu kifayah, tapi juga ada yang mengatakan hukumnya sunnah dan yang lain lagi mengatakan hukumnya fardhu `ain.

Adapun dalil mereka ketika berpendapat seperti di atas adalah:

Dari Abi Darda` Radhiyallahu ‘Anh bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidaklah 3 orang yang tinggal di suatu kampung atau pelosok tapi tidak melakukan shalat jamaah, kecuali syetan telah menguasai mereka. Hendaklah kalian berjamaah, sebab srigala itu memakan domba yang lepas dari kawanannya.” (HR Abu Daud 547 dan Nasai 2/106 dengan sanad yang hasan)

Dari Malik bin Al Huwairits bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Kembalilah kalian kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka shalat dan perintahkan mereka melakukannya. Bila waktu shalat tiba, maka hendaklah salah seorang kalian melantunkan azan dan yang paling tua menjadi imam.” (HR.Muslim nomor 292 dan 674).

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anh bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Shalat berjamaah itu lebih utama dari shalat sendirian dengan 27 derajat.” (HR Muslim nomor 650 dan 249)

Al Khatthabi dalam kitab Ma`alimus Sunan jilid 1 halaman 160 berkata bahwa kebanyakan ulama As Syafi`i mengatakan bahwa shalat berjamaah itu hukumnya fardhu kifayah bukan fardhu `ain dengan berdasarkan hadits ini.

1. Pendapat Pertama: Fardhu `Ain

Yang berpendapat demikian adalah Atha` bin Abi Rabah, Al Auza`i, Abu Tsaur, Ibnu Khuzaemah, Ibnu Hibban, umumnya ulama Al Hanafiyah dan mazhab Hanabilah. Atha` berkata bahwa kewajiban yang harus dilakukan dan tidak halal selain itu, yaitu ketika seseorang mendengar azan, haruslah dia mendatanginya untuk shalat. (lihat Mukhtashar Al Fatawa Al Mashriyah halaman 50).

Dalilnya adalah hadits berikut:

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anh berkata, “Siapa yang mendengar azan tapi tidak menjawabnya (dengan shalat), maka dia tidak menginginkan kebaikan dan kebaikan tidak menginginkannya.” (Al Muqni` 1/193)

Dengan demikian bila seorang muslim meninggalkan shalat jamaah tanpa uzur, dia berdoa namun shalatnya tetap syah.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Sungguh aku punya keinginan untuk memerintahkan shalat dan didirikan, lalu aku memerintahkan satu orang untuk jadi imam. Kemudian pergi bersamaku dengan beberapa orang membawa seikat kayu bakar menuju ke suatu kaum yang tidak ikut menghadiri shalat dan aku bakar rumah rumah mereka dengan api.” (HR Bukhari 644,657,2420,7224. Muslim 651 dan lafaz hadits ini darinya).

3. Pendapat Ketiga: Sunnah Muakkadah

Pendapat ini didukung oleh mazhab Al Hanafiyah dan Al Malikiyah sebagaimana disebutkan oleh imam As Syaukani dalam kitabnya Nailul Authar jilid 3 halaman 146. Beliau berkata bahwa pendapat yang paling tengah dalam masalah hukum shalat berjamaah adalah sunnah muakkadah. Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa hukumnya fardhu `ain, fardhu kifayah atau syarat syahnya shalat, tentu tidak bisa diterima.

Al Karkhi dari ulama Al Hanafiyah berkata bahwa shalat berjamaah itu hukumnya sunnah, namun tidak disunnahkan untuk tidak mengikutinya kecuali karena uzur. Dalam hal ini pengertian kalangan mazhab Al Hanafiyah tentang sunnah muakkadah sama dengan wajib bagi orang lain. Artinya, sunnah muakkadah itu sama dengan wajib. (silahkan periksan kitab Bada`ius Shanai` karya Al Kisani jilid 1 halaman 76).

Khalil, seorang ulama dari kalangan mazhab Al Malikiyah dalam kitabnya Al Mukhtashar mengatakan bahwa shalat fardhu berjamaah selain shalat Jumat hukumnya sunnah muakkadah. Lihat Jawahirul Iklil jilid 1 halaman 76.

Ibnul Juzzi berkata bahwa shalat fardhu yang dilakukan secara berjamaah itu hukumnya fardhu sunnah muakkadah. (lihat Qawanin Al Ahkam As Syar`iyah halaman 83). Ad Dardir dalam kitab Asy Syarhu As Shaghir jilid 1 halaman 244 berkata bahwa shalat fardhu dengan berjamaah dengan imam dan selain Jumat, hukumnya sunnah muakkadah.

Dalil yang mereka gunakan untuk pendapat mereka antara lain adalah dalil dalil berikut ini:

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anh bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Shalat berjamaah itu lebih utama dari shalat sendirian dengan 27 derajat.” (HR. Muslim 650,249)

Ash Shan`ani dalam kitabnya Subulus Salam jilid 2 halaman 40 menyebutkan setelah menyebutkan hadits di atas bahwa hadits ini adalah dalil bahwa shalat fardhu berjamaah itu hukumnya tidak wajib.

Selain itu mereka juga menggunakan hadits berikut ini:

Dari Abi Musa Radhiyallahu ‘Anh berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang mendapatkan ganjaran paling besar adalah orang yang paling jauh berjalannya. Orang yang menunggu shalat jamaah bersama imam lebih besar pahalanya dari orang yang shalat sendirian kemudian tidur.” (lihat Fathul Bari jilid 2 halaman 278)

4. Pendapat Keempat: Syarat Syahnya Shalat

Pendapat keempat adalah pendapat yang mengatakan bahwa hukum syarat fardhu berjamaah adalah syarat syahnya shalat. Sehingga bagi mereka, shalat fardhu itu tidak syah kalau tidak dikerjakan dengan berjamaah.

Yang berpendapat seperti ini antara lain adalah Ibnu Taymiyah dalam salah satu pendapatnya (lihat Majmu` Fatawa jilid 23 halaman 333). Demikian juga dengan Ibnul Qayyim, murid beliau. Juga Ibnu Aqil dan Ibnu Abi Musa serta mazhab Zhahiriyah (lihat Al Muhalla jilid 4 halaman 265). Termasuk di antaranya adalah para ahli hadits, Abul Hasan At Tamimi, Abu Al Barakat dari kalangan Al Hanabilah serta Ibnu Khuzaimah.

Dalil yang mereka gunakan adalah:

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anh bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersaba, “Siapa yang mendengar azan tapi tidak mendatanginya, maka tidak ada lagi shalat untuknya, kecuali karena ada uzur.” (HR Ibnu Majah793, Ad Daruquthuny 1/420, Ibnu Hibban 2064 dan Al Hakim 1/245)

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anh bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya shalat yang paling berat buat orang munafik adalah shalat Isya dan Shubuh. Seandainya mereka tahu apa yang akan mereka dapat dari kedua shalat itu, pastilah mereka akan mendatanginya meski dengan merangkak. Sungguh aku punya keinginan untuk memerintahkan shalat dan didirikan, lalu aku memerintahkan satu orang untuk jadi imam. Kemudian pergi bersamaku dengan beberapa orang membawa seikat kayu bakar menuju ke suatu kaum yang tidak ikut menghadiri shalat dan aku bakar rumah rumah mereka dengan api.” (HR Bukhari 644,657,2420,7224. Muslim 651 dan lafaz hadits ini darinya).

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anh berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam didatangi oleh seorang laki laki yang buta dan berkata, “Ya Rasulullah, tidak ada orang yang menuntunku ke masjid. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata untuk memberikan keringanan untuknya. Ketika sudah berlalu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam memanggilnya dan bertanya, “Apakah kamu dengar azan shalat?” “Ya,” jawabnya. “Datangilah,” kata Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam. (HR Muslim 1/452).

Keutamaan Shalat Jama’ah

Ada begitu banyak dalil yang menunjukkan keutamaan shalat berjamaah, salah satunya adalah hadits berikut:

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anh bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya shalat yang paling berat buat orang munafik adalah shalat Isya dan Shubuh. Seandainya mereka tahu apa yang akan mereka dapat dari kedua shalat itu, pastilah mereka akan mendatanginya meski dengan merangkak.

Sungguh aku punya keinginan untuk memerintahkan shalat dan didirikan, lalu aku memerintahkan satu orang untuk jadi imam. Kemudian pergi bersamaku dengan beberapa orang membawa seikat kayu bakar menuju ke suatu kaum yang tidak ikut menghadiri shalat dan aku bakar rumah rumah mereka dengan api.” (HR Bukhari 644, 657, 2420, 7224. Muslim 651 dan lafaz hadits ini darinya).

Hadits ini adalah hadits yang shahih, karena terdapat di dalam dua kitab tershahih di dunia, yaitu Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Sehingga kebenaran riwayat hadits ini tidak perlu diotak atik lagi. Seluruh umat Islam sepanjang masa sepakat atas keshahihan kedua kitab shahih ini.

Selain hadits merangkak di atas, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam juga bersabda tentang keutamaan shalat jamaah dalam hadits lainnya, seperti:

Shalatnya seseorang dengan berjamaah lebih banyak dari pada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh kali. (HR Muslim dalam kitab al masajid wa mawwadhiusshalah no. 650)

Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari jilid 2 halaman 133 dalam kitab azan telah menyebutkan secara rinci apa saja yang membedakan keutamaan seseorang shalat berjamaah dengan yang shalat sendirian.

Di antaranya adalah ketika seseorang menjawab azan, bersegera shalat di awal waktu, berjalannya menuju masjid dengan sakinah, masuknya ke masjid dengan berdoa, menunggu jamaah, shalawat malaikat atas orang yang shalat, serta permohonan ampun dari mereka, kecewanya syetan karena berkumpulnya orang orang untuk beribadah, adanya pelatihan untuk membaca Al Quran dengan benar, pengajaran rukun rukun shalat, keselamatan dari kemunafikan dan seterusnya.

Semua itu tidak didapat oleh orang yang melakukan shalat dengan cara sendirian di rumahnya.

Dalam hadits lainnya disebutkan juga keterangan yang cukup tentang mengapa shalat berjamaah itu jauh lebih berharga dibandingkan dengan shalat sendirian.

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anh bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Shalatnya seseorang dengan berjamaah lebih banyak dari pada bila shalat sendirian atau shalat di pasarnya dengan duap puluh sekian derajat. Hal itu karena dia berwudhu dan membaguskan wudhu`nya, kemudian mendatangi masjid di mana dia tidak melakukannya kecuali untuk shalat dan tidak menginginkannya kecuali dengan niat shalat. Tidaklah dia melangkah dengan satu langkah kecuali ditinggikan baginya derajatnya dan dihapuskan kesalahannya hingga dia masuk masjid….dan malaikat tetap bershalawat kepadanya selama dia berada pada tempat shalatnya seraya berdoa, “Ya Allah berikanlah kasihmu kepadanya, Ya

Allah ampunilah dia, Ya Allah ampunilah dia....” (HR Muslim dalam kitab Al Masajid Wa Mawwadhiush Shalah no. 649)

Pada kesempatan lain, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda dengan hadits yang lainnya:

Dari Abi Darda` Radhiyallahu ‘Anh bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidaklah 3 orang yang tinggal di suatu kampung atau pelosok tapi tidak melakukan shalat jamaah, kecuali syetan telah menguasai mereka. Hendaklah kalian berjamaah, sebab srigala itu memakan domba yang lepas dari kawanannya.” (HR Abu Daud 547 dan Nasai 2/106 dengan sanad yang hasan)

Dari Ibnu Mas`ud Radhiyallahu ‘Anh berkata bahwa aku melihat dari kami yaitu tidaklah seseorang meninggalkan shalat jamaah kecuali orang orang munafik yang sudah dikenal kemunafikannya atau seorang yang memang sakit yang tidak bisa berjalan.” (HR Muslim)

Dari Ibni Abbas Radhiyallahu ‘Anh bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Siapa yang mendengar azan namun tidak mendatanginya untuk shalat, maka tidak ada shalat baginya. Kecuali bagi orang yang uzur.” (HR Ibnu Majah 793, Ad Daruquthuni 1/420, Ibnu Hibban 2064, Al Hakim 1/245 dan sanadnya shahih).

Dengan adanya hadits hadits di atas, akhirnya para ulama berbeda pendapat tentang hukum shalat berjamaah. Ada yang bilang fardhu ‘an, ada yang bilang fardhu kifayah, ada yang bilang sunnah muakkadah dan ada juga yang bilang syarth.

Shalat Berjamaah atau Shalat di Awal Waktu?

Kalau kita mau main banding bandingan, mana yang lebih utama antara shalat berjamaah tapi waktunya tidak benar benar di awal, dengan shalat benar benar di awal waktu tapi sendirian, maka yang lebih utama adalah shalatberjamaah meski tidak terlalu di awal waktu.

Tentu kita masih ingat hadits yang menyebutkan betapa utamanya shalat berjamaah. Ya, perbandingannya 25 derajat atau 27 derajat. Sedangkan hadits hadits tentang shalat di awal waktu, tidak sampai menyebutkan perbandingannya sedetail itu.

Sebagai dalil tambahan yang menguatkan lebih utama shalat berjamaah adalah sebagian ulama sampai kepada kesimpulan wajibnya shalat berjamaah. Dalam pandangan ulama tersebut, shalat wajib 5 waktutidak sah dikerjakan kecuali dengan cara berjamaah. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa shalat berjamaah itu hukumnya sunnah muakkadah, bahkan ada yang mengatakan hukumnya fardhu kifayah.

Sementara tidak ada ulama yang sampai mewajibkan shalat di awal waktu. Dan juga, tidak ada ulama yang mengatakan tidak sah kalau bukan dikerjakan diawal waktu.

Namun kalau masih bisa shalat berjamaah di awal waktu, maka tentu mendapat dua keutamaan sekaligus. Namun kalau terpaksa harus memilih salah satunya, maka tidak mengapa waktunya mundur sedikit, tapi tetap bisa berjamaah.

Mana Lebih Utama, Shalat Berjamaah di Masjid atau di Rumah?

Shalat berjamaah di masjid buat seorang laki laki lebih utama dari pada shalat berjamaah di rumahnya. Sesuai dengan hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam berikut ini:

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anh bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirian dengan 27 derajat.” (HR Muttafaq ‘alaihi)

Danriwayat kedua namun lewat jalur Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anh disebutkan, “dengan 25 bagian.” Dan dari riwayat Abi Said menurut Bukhari dengan lafadz; “derajat.”

Beberapa ulama menafsirkan hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam tentang fadhilah shalat berjamaah lebih utama 27 derajat dari shalat sendirian atau 25 bagian, dengan memberikan beberapa ketentuan, yaitu shalat berjamaah itu dilakukan di masjid di awal waktu.

Adapun shalat berjamaah di rumah, atau di masjid tapi di luar shalat berjamaah yang utama, atau shalat sendirian tapi di masjid, semuanya di luar maksud hadits di atas.

Di antara rahasia fadhilah shalat berjamaah di masjid itu adalah:

1. Sebelum berjalan ke masjid, ketika seseorang berwudhu’ di rumahnya, bukan berwudhu’ di masjid, dia telah mendapatkan pahala atas wudhu’nya.

2. Ketika dia memakai pakaian dan wewangian dengan niat karena akan masuk masjid, maka dia akan mendapat pahala tersendiri. Karena Allah SWT telah memerintahkan agar seseorang berhias setiap masuk masjid.

3. Ketika seseorang berjalan ke masjid dengan melangkahkan kaki, maka tiap langkah kakinya itu mendapatkan kebaikan tersendiri yang mendatangkan pahala.

4. Ketika masuk masjid, seseorang akan mendapat pahala bila membaca doa masuk masjid.5. Masih ketika masuk masjid, dia juga akan mendapatkan pahala ketika melangkah dengan kaki

kanannya.6. Begitu masuk masjid, seseorang akan mendapat kesempatan mendapatkan pahala dari shalat

tahiyatul masjid.7. Kemudian ketika seseorang duduk di masjid sambil menunggu datangnya waktu shalat, dia

sudah terbilang melakukan i’tikaf bila dia meniatkannya. Menurut mazhab As syafi’iyah, i’tikaf bisa dilakukan asalkan dengan niat dan berdiam di masjid, meski hanya sesaat saja.

8. Begitu adzan berkumandang, dia juga akan mendapatkan kesempatan mendapatkan pahala tersendiri dengan mendengarkan adzan dan menjawabnya. Apalagi bila dia sendiri yang melakukan adzan.

9. Setelah mendengar adzan, dia akan mendapatkan kesempatan mendapatkan kebaikan lagi ketika membaca doa setelah adzan.

10. Selesai doa adzan, dia akan mendapatkan lagi kesempatan mendapat pahala dengan shalat sunnah qabliyah.

11. Setelah iqamat didengungkan, lalu imam mengatur barisan, dia akan mendapatkan pahala lagi bila ikut memperhatikan imam dan mengatur barisannya agar lurus dan rapat.

12. Pada saat shalat jamaah dilaksanakan, dia akan mengikuti semua gerakan imam dengan baik. Kalau imam berdiri, maka dia berdiri, kalau imam rukuk, maka dia rukuk, kalau imam sujud maka dia ikut sujud. Semua tindakannya mengikuti imam itusudah mendatangkan pahala tersendiri.

13. Ketika imam sampai pada bacaan “waladhdhaallin”, maka dia menjawab, “amiin.” Jawaban itu mendatangkan pahala tersendiri.

14. Dia juga akan mendapatkan pahala tersendiri ketika mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, dibandingkan saat shalat sendirian di rumah, atau berjamaah di rumah. Karena salam itu doa untuk orang yang di kanan dan kirinya. Dan karena di masjid jumlah jamaahnya lebih banyak, maka doa yang akan diterimanya jauh lebih banyak.

15. Selesai shalat wajib, dia akan mendapatkan pahala lagi bila membaca beberapa lafadz dzikir atau doa.

16. Kemudian kesempatan berikutnya lagi adalah ketika dia melakukan shalat sunnah ba’diyah shalat.

17. Di dalam masjid, dia tentu akan bertemu dengan banyak jamaah shalat lainnya. Ketika bertemu dan memberi salam, dia akan mendapatkan pahala tersendiri.

18. Sambil memberi salam, apabila dia juga berjabat tangan, maka dia pun akan mendapatkan pahala tersendiri.

19. Senyumnya kepada sesama saudaranya adalah sedekah. Dan ini akan menambahlagi kesempatannya untuk mendapatkan pahala.

20. Ketika hendak berpisah dengan sesama jamaah di masjid, maka dia akan mendapat pahala bila mengucapkan salam atau membalas salam.

21. Dia juga akan mendapatkan pahala bila diikuti dengan berjabat tangan ketika akan berpisah dengan sesama muslim.

22. Ketika pulang dari masjid, dia membaca doa keluar masjid. Hal itu menambah lagi pahalanya.23. Di masjid terbuka kesempatan untuk berinfaq, maka bila dia memanfaatkan kesempatan itu, dia

akan mendapatkan pahala tersendiri dari berinfaq.24. Di dalam masjid seringkali digelar khutbah atau majelis ilmu (kultum). Bila dia mendengarkan

nasehat dan penyampaian ilmu dengan niat menjalankan perintah Allah SWT dan karena menuntut ilmu itu wajib hukumnya, maka dia akan mendapatkan kebaikan tersendiri.

25. Ketika keluar, dia melangkah dengan kaki kirinya. Satu lagi tambahan pahala akan didapatnya.26. Ketika pulang, dia mengambil jalan lain yang tidak sama dengan jalan yang dilewati saat pergi ke

masjid. Ini adalah sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang tentu mendatangkan pahala tersendiri.

27. Setiap langkah kaki saat pulang dari masjid, maka dia akan mendapatkan pahala lain tersendiri.

Butir buitr kesempatan memetik pahala di atas bukan didapat dari nash yang sharih dan menyatu, melainkan dari berbagai dalil yang berserak serak, kemudian dikumpulkan. Tentu saja jumlahnya tidak hanya 27 bagian saja, pasti akan ada lebih banyak lagi.

Namun uraian di atas hanya sekedar memberikan contoh salah satu versi ijtihad pada ulama ketika menguraikan rahasia mengapa shalat berjamaah di masjid lebih utama dari shalat yang lainnya.

Tentu saja tidak semua orang yang shalat di masjid berjamaah akan mendapatkan semua kesempatan itu. Sebab tidak semuanya melakukan hal-hal di atas.

Tapi intinya kami ingin memberikan pemaparan bahwa di balik keutaman shalat berjamaah di masjid itu, memang ada alasan alasan logis yang bisa ditarik sebagai landasan.

Paling tidak, hal-hal di atas akan memberikan alasan mengapa shalat berjamaah di masjid lebih utama untuk dikerjakan.

☻MANFAAT SHALAT BERJAMAAH

MANFAAT SHALAT BERJAMAAHhalat adalah rukun Islam kedua dan merupakan rukun Islam yang amat penting setelah syahadatain. Shalat merupakan ibadah yang harus ditunaikan dalam waktunya yang terbatas (shalat memiliki waktu-waktu tertentu) dan Allah memerintahkan kita untuk selalu menjaganya.S

Allah swt. berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 103 yang artinya :

“Sesungguhnya shalat bagi orang mukmin ialah kewajiban yang tertentu telah ditetapkan waktunya.” (QS. An-Nisa:103)

Banyak umat Islam yang menganggap remeh urusan shalat berjamaah. Kenyataan ini dapat kita lihat di sekitar kita. Masih bagus mau shalat, pikir kebanyakan orang, sehingga tidak berjamaah pun dianggap sudah menjadi muslim yang baik, layak mendapat surga dan ridha Allah.

Jika mengamati hadits-hadits yang berkaitan dengan shalat berjamaah, barangkali kita dapat menyimpulkan sendiri bahwa hukum shalat berjamaah “nyaris” wajib. Bagaimana tidak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan bahwa hanya ada tiga hal yang dapat menjadi alasan bagi kita untuk meninggalkan shalat berjamaah; hujan deras, sakit, dan ketiduran. Di luar itu, beliau akan sangat murka melihat umat Islam menyepelekan shalat berjamaah. Perhatian besar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini cukup beralasan. Karena di dalam shalat berjamaah terdapat banyak hikmah dan manfaat bagi umat Islam, baik untuk maslahat dien, dunia, dan akhirat mereka.

Berikut ini beberapa manfaat yang bisa diunduh umat Islam dari shalat berjamaah :

1. Allah telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu-waktu tertentu.Semua ini untuk menjalin hubungan persaudaraan dan kasih sayang sesama umat Islam, juga

dalam rangka membersihkan hati sekaligus dakwah ke jalan Allah, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.

2. Sebagai bentuk ibadah kepada Allah melalui pertemuan ini dalam rangka memperoleh pahala dari-Nya dan takut akan adzab-Nya.

3. Akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian." (HR. Muslim)

4. Menanamkan rasa saling mencintai.

Melalui pelaksanaan shalat berjamaah, akan saling mengetahui keadaan sesamanya. Karena seringnya bertemu, maka akan tumbuh dalam diri umat Islam rasa cinta dan kasih sayang.

5. Ta'aruf (saling mengenal)

Jika orang-orang mengerjakan shalat secara berjamaah akan terwujud ta'aruf. Dari situ juga akan diketahui orang musafir dan ibnu sabil sehingga orang lain akan bisa memberikan haknya.

6. Memperlihatkan salah satu syi'ar Islam terbesar

Jika seluruh umat Islam shalat di rumah mereka masing-masing, maka tidak mungkin diketahui adanya ibadah shalat di sana.

7. Memperlihatkan kemuliaan kaum muslimin

Yaitu jika mereka masuk ke masjid-masjid dan keluar secara bersamaan, maka orang kafir dan munafik akan menjadi ciut nyalinya.

8. Memberi tahu orang yang bodoh terhadap syariat agamanya

Melalui shalat berjamaah, seorang muslim akan mengetahui beberapa persoalan dan hukum shalat yang sebelumnya tidak diketahuinya. Dari sini, orang yang belum mengetahui tentang syariat shalat, khususnya, bisa mengetahuinya.

9. Membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah belah

10. Membiasakan seseorang untuk bisa menahan diri dari menuruti kemauan egonya

11. Menumbuhkan perasaan sama dan sederajat dan menghilang status sosial yang terkadang menjadi sekat pembatas di antara mereka

12.Akan menggugah keinginan untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para shabatnya

13. Dapat terlihat orang fakir miskin yang serba kekurangan, orang sakit, dan orang-orang yang suka meremehkan

14. Berjamaah menjadi sarana turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

15. Akan menumbuhkan semangat dalam diri seseorang untuk meningkatkan amal shalihnya dikarenakan ia melihat semangat ibadah dan amal shalih saudaranya yang hadir berjamaah

16. Menjadi sarana untuk berdakwah, baik dengan lisan maupun perbuatan.

17. Menampakkan kekuatan umat Islam dan membuat kesal orang-orang kafir dan munafik

18. Lebih suci di sisi Allah SWT daripada shalat sendiri-sendiri

19. Berkumpulnya para Malaikat pada waktu shalat shubuh dan ashar serta permohonan ampun mereka bagi yang hadir

20. Menyamai shalat separuh malam atau sepanjang malam

21. Berada dalam jaminan dan naungan Allah pada Hari kiamat dan doanya tidak ditolak

22. Memberikan motifasi bagi orang yang belum bisa rutin menjalankan shalat berjamaah, sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya saling mengingatkan untuk membela kebenaran dan senantiasa bersabar dalam menjalankannya