Makalah Agama Tugas

27
Kata Pengantar Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun, kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari semua pihak, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi. Makalah ini disusun agar ibu dan teman-teman sekalian dapat memperluas ilmu tentang Agama Islam, yang akan kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada semua yang membaca makalah ini khususnya para mahasiswa Universitas Sumatera Utara fakultas teknik. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Transcript of Makalah Agama Tugas

Page 1: Makalah Agama Tugas

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun, kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari semua pihak, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.

Makalah ini disusun agar ibu dan teman-teman sekalian dapat memperluas ilmu tentang Agama Islam, yang akan kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada semua yang membaca makalah ini khususnya para mahasiswa Universitas Sumatera Utara fakultas teknik.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Page 2: Makalah Agama Tugas

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

BAB 1 – HAKIKAT ISLAM

BAB 2 – SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM

A. Alquran1. Pengertian Al-quran2. Kodifikasi Al-quran3. Kandungan Al-quran4. Kemukjizatan Al-quran5. Al-quran hidayah sempurna6. Komitmen terhadap Al-quran7. Muhkamat dan Mutasyabihat

B. BAS-SUNNAH (AL-HADIS)1. Pengertian As-Sunnah2. Macam-macam sunnah3. Kedudukan As-sunnah4. Posisi as-sunnah dalam syariat islam5. Sunnah tasyri/ dan sunnah ghairu tasyri’6. Fungsi As-sunnah terhadap Al-quran7. Otoritas As-sunnah sebagai sumber hukum8. Perbedan Al-quran dan Al-hadis sebagai sumber hukum

BAB 3 – UTIHAD (Al-Ra’yu)

1. Pengertian Ijtihad2. Kedudukan Ijtihad3. Obyek Ijtihad4. Syarat-syarat mujtahid5. Metode Ijtihad6. Taqlid, Ittiba’, Talpiq

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Makalah Agama Tugas

PENDAHULUAN

Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam. Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M. (A.Mustofa,Abdullah,1999: 23). Namun yang pasti, hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah daerah Aceh.(Taufik Abdullah:1983) Datangnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di Indonesia.

Kegiatan pendidikan Islam di Aceh lahir, tumbuh dan berkembang bersamaan dengan berkembangnya Islam di Aceh. Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa perdagangan disebabkan oleh Islam merupakan agama yang siap pakai, asosiasi Islam dengan kejayaan, kejayaan militer Islam, mengajarkan tulisan dan hapalan, kepandaian dalam penyembuhan dan pengajaran tentang moral.(Musrifah,2005: 20).

Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa kerajaan Islam di Aceh tidak lepas dari pengaruh penguasa kerajaan serta peran ulama dan pujangga. Aceh menjadi pusat pengkajian Islam sejak zaman Sultan Malik Az-Zahir berkuasa, dengan adanya sistem pendidikan informal berupa halaqoh. Yang pada kelanjutannya menjadi sistem pendidikan formal. Dalam konteks inilah, pemakalah akan membahas tentang pusat pengkajian Islam pada masa Kerajaan Islam dengan membatasi wilayah bahasan di daerah Aceh, dengan batasan masalah, pengertian pendidikan Islam, masuk dan berkembangnya Islam di Aceh, dan pusat pengkajian Islam pada masa tiga kerajaan besar Islam di Aceh.

Page 4: Makalah Agama Tugas

BAB 1

I. Hakikat Islam

Apabila dari asal katanya Islam berasal dari kata aslama yang merupakan turunan (derivasi) dari kata assalmu, assalamu, assalamatu yang artinya bersih dan selamat dari kecacatan lahir bathin. Dari asal kata ini dapat diartikan bahwa dalam islam terkandung makna suci, bersih tanpa cacat atau sempurna. Kata islam juga juga dapat diambil dari kata assilmu assalmu yang berarti perdamaian dan keamanan. Dari kata ini, islam mengandung makna perdamian dan keselamatan , karena itu kata assalamu ‘alaikum merupakan tanda kecintaan seorang muslim kepada orang lain, karena itu ia selalu menebarkan do’a dan kedamaian kepada sesama. Dari kata assalamu, assalmu dan assilmu yang berarti menyerahkan diri, tunduk dan taat. Semua asal kata diatas berasal dari tiga huruf, yaitu : sin, lam, dan mim (dibaca salima) yang artinya sejahtera, tidak tercela dan selamat.

Dari pengertian kata sebagaimana diungkapkan diatas dapat disimpulkan bahwa islam mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh, dan taat sepenuhnya kepada kehendak allah. Kepatuhan dan ketundukkan kepada allah itu melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri serta kedamaian kepada sesama manusia dan lingkungannya.

Pengertian islam secara terminologis diungkapkan Ahmad Abdullah Almasdoos bahwa islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia digelarkan di muka bumi, dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Alquran yang suci yang diwahyukan tuhan kepada nabi-Nya yanng terakhir, yakni nabi Muhammad bin Abdullah, satu kaidah hidup yang memuat tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual maupun material.

Dari defenisi itu dapat disimpulkan bahwa islam adalah agama yang diturunkan allah kepada manusia melalui Rasul-Nya , berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Agama yang diturunkan Allah ke muka bumi sejak nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW . agama islam sebagaimana diungkapkan oleh Al-quran :

Page 5: Makalah Agama Tugas

Artinya :“Sesungguhnya ugama (yang benar dan diredhai) di sisi Allah ialah Islam. Dan orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberikan Kitab itu tidak berselisih (mengenai ugama Islam dan enggan menerimanya) melainkan setelah sampai kepada mereka pengetahuan yang sah tentang kebenarannya (perselisihan itu pula) semata-mata kerana hasad dengki yang ada dalam kalangan mereka. Dan (ingatlah), sesiapa yang kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Allah, maka sesungguhnya Allah Amat segera hitungan hisab-Nya.” (Ali imran : 19)

Pada saat itu semua rasul mengajarkan ilmu keesaan Allah (tauhid) kepada umat manusia sebagai dasar keyakinan manusia tetapi pengamalannya itu disesuaikan dengan perkembangan budaya manusia. Dari sinilah yang menyebabkan ajaram syariat tiap rasul itu berbeda. Ada 2 macam cara wahyu diturunkan kepada nabi yaitu :1. Wahyu langsung diterima nabi (wahyu ghairu matluwin) tanpa perantaraan Jibril.

Misalnya : Wahyu dalam bentuk pengertian atau pengetahuan yang tiba-tiba dirasakan

seseorang timbul dalam dirinya, timbul dengan tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya.

Wahyu dalam bentuk pengalaman dan penglihatan di dalam keadaan tidur atau di dalam keadaan trance, di dalam bahasa asingnya disebut Ru’ya (dream) atau kasyf (vision)

Wahyu ini langsung dalam bentuk isyarat, dan teksnya (kata-katanya) disusun sendiri oleh nabi , atau dikenal dengan istilah hadits Qudsi. Bahkan berdasarkan Q.S 53 : 3-4, ucapan perbuatan dan ketetapan nabi, yang dikenal dengan Hadits Nabawi juga dipandang sebagai wahyu. Baik hadits Qudsi dan hadits Nabawi ini dihimpun dalam kitab-kitab hadits.

2. Tidak langsung diterima nabi dari Allah. Wahyu ini diterima lewat malaikat Jibril kepada nabi lewat kata-kata.Wahyu yang diterima nabi melalui Jibril dibukukan dalam bentuk Alquran.

Dengan demikian bila hakikat islam itu adalah wahyu, maka islam yang sebenarnya ialah yang termaktub dalam Alquran dan hadits Nabawi.

Page 6: Makalah Agama Tugas

BAB 2

II. Sumber-sumber Ajaran IslamA. Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur’anMenurut bahasa quran berarti bacaan (dari kata qaraa : membaca)

Dr. Dawud al-Aththar menyebut bahwa Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan nabi kepada Nabi Muhammad Saw. Secara lafadz (lisan) , makna serta gaya bahasa uslub-nya, yang termaktub dalam mushaf yang dinukil darinya secara mutawatir.

Defenisi diatas mengandung beberapa kekhususan sebagai berikut :

a. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah, yaitu seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu Allah; tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau pikiran Nabi.

b. Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya. Artinya isi maupun redaki Al-Qur’an datang dari Allah sendiri.

c. Al-Qur’an terhimpun dalam mushaf, artinya Al-Qur’an tidak mencakup wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk hukum-hukum yang kemudian disampaikan dalam bahasa nabi sendiri.

d. Al-Qur’an dinukil secara mutawatir, artinya Al-Qur’an disampaikan kepada orang lain secara terus menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.

2. Kodifikasi Al-Qur’anAl-Qur’an turun secara berangsur-angsur dalam tenggang waktu lebih

kurang 23 tahun (22 tahun 2 bulan 22 hari) yaitu sejak diangkatnya Muhammad sebagai nabi dan rasul hingga beliau wafat. Yang dilakukan nabi pada saat itu adalah menyampaikan wahyu kepada para sahabat untuk dihafal dan dicatat. Yang mencatat pada saat itu adalah Zaid bin Sabit (Sekretaris utama) dalam bentuk tulisan ayat-ayat yang diturunkan itu dan dibantu oleh Abu Bakar , Usman, Umar, Ali, Zubair Bin Awan, Abdullah Bin Sa’ad dan Ubay bin Katab. Ayat-ayat itu ditulis diatas batu, tulang , pelepar korma dan lain lain.Pengumpulan dan dan penulisan ayat-ayat itu dalam bentuk buku, terjadi setelah banyaknya sahabat-sahabat yang menghafal Al-Qur’an gugur dalam peperangan yang terjadi di zaman Abu Bakar, 1 – 2 tahun setelah wafat Nabi Muhammad. Saat itu keadaan sedang kacau sehingga Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Sabit dan sahabatnya untuk mengumpulkan ayat-ayat yang tertulis diatas batu, tulang dan pelepah korma dan yang dihafal para sahabat untuk dikumpulkan dalam bentuk satu buku. Buku ini kemudian diperbanyak oleh Usman (644M – 655M) dan dikirimkan kedaerah daerah untuk menjadi pegangan tertulis bagi umat Islam yang ada disana. Dari teks Usman inilh di copy dan kemudian dicetak.

Page 7: Makalah Agama Tugas

3. Kandungan Al-Qur’anAl-Qur’an sebagai sumber nilai mengandung pokok-pokok ajaran sebagai berikut :a. Pokok-pokok keyakinan atau keimanan terhadap Allah, malaikat, kitab-kitab ,

rasul, dan hari akhir.b. Pokok-pokok peraturan atau hukum.c. Pokok-pokok atau aturan tingkah laku atau nilai-nilai dasar etika tingkah laku.d. Petunjuk dasar tentang tanda-tanda alam yang menunjukkan kebesaran Tuhan

sebagai pencipta.e. Kisah-kisah para Nabi dan umat terdahulu.f. Informasi tentang alam ghaib, seperti adanya jin, kiamat, surga, dan neraka.

4. Kemukjizatan Al-Qur’anMukjizat menurut bahasa berarti melemahkan. Al-Qur’an sebagai mukjizat menjadi

bukti kebenarn Muhammad selaku utusan Allah yang membawa misi universal, risalah akhir, dan syari’ah yang sempurna bagi manusia.

Abu Ishaq Ibrahim an-Nizam dan pengikutnya dari kaum syi’ah berpendapat, kemukjizatan Qur’an adalah dengan cara sirfah (pemalingan). Arti sirfah dalam pandangan an-Nizam ialah bahwa Allah memalingkan orang-orang Arab untuk menentang Qur’an, padahal sebenarnya mereka mampu menghadapinya. Pendapat tentang sirfah ini batil dan di tolak oleh Qur’an sendiri. Dalam fiman-Nya :

Artinya : “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (al-Isra’ (17):88)

Page 8: Makalah Agama Tugas

Kemukjizatan Al-Qur’an secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

a. Aspek bahasa Al-Qur’an

   Nada dan langgamnya . Kelembutan dalam jalinan huruf dan kata, sehingga Al-Qur’an dapat dilagukan.

   Singkat dan padat Maksudnya disini Al-Qur’an itu tidak bertele-tele dalam penyampaian kata . artinya perintah dalam Al-Qur’an itu hanya ditemukan di 1 surah dan dalam 1 ayat.

  Memuaskan para pemikir kebanyakan orang . Maksudnya disini dapat diterima akal sehat manusia.

b. Aspek SejarahMengisahkan para nabi yang berusaha menyampaikan wahyu sehingga terjadi peperangan. Dalam peperangan itu nabi diberikan mukjizat yang dalam pikiran manusia tidak masuk akal.

c. Isyarat tentang ilmu pengetahuanSeperti berikut ini : Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan. Perbedaan sidik jari manusia  Aroma/bau manusia berbeda-beda  Adanya nurani (super ego) dan bawah sadar manusia  Masa penyusuan yang tepat dan masa kehamilan minimal sebagai wara  Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas

d. Konsistensi ajaran selama proses penurunan yang panjangDari awal hingga akhir Al-Qur’an membawa nilai-nilai dan hukum-hukum dalam Al-Qur’an bagai cerita bersambung. Tidak ada dalam Al-Qur’an nilai-nilai dan hukum yang saling berlawanan, karena ia datang dari Allah. Demikian juga dengan konsistensi nilai-nilai Al-Qur’an selama proses penurunannya menjadi dalil yang meneguhkan keberadaan Muhammad selaku Rasulullah dan keberadaan risalah yang dibawanya.

e. Keberadaan Nabi Muhammad yang UmmiUmmi disini diartikan bahwa Nabi Muhammad tidak pandai membaca dan menulis. Allah berfirman :Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur’an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tanganmu. Karena (andaikata kamu pernah membaca dan menulis ) tentulah ragu orang-orang yang mengingkarimu. (Al-Ankabut : 48).Demikianlah Al-Qur’an sebagai mukjizat Allah yang membuktikan keberadaan Muhammad sebagai Rasullah dan kebenaran risalah yng dibawanya.

5. Al-Qur’an hidayah sempurnaAl-Qur’an memotivasi manusia untuk mengisi hidup dengan dinamis dan menjalaninya dengan penuh optimis . Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk

Page 9: Makalah Agama Tugas

meraih kesuksesan dan kejayaan hidup dunia. Bersamaan dengan itu Al-Qur’an menuntun manusia supaya berhubungan dengan sesamanya sesuai fitrahnya. Hubungannya, manusia didorong agar bersikap toleran dan hormat, tolong menolong dan musyawarah serta adil dan bijaksana.

Sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an Surah Yunus ayat 57 sebagai berikut.

Artinya :

‘Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhannmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.’

6. Komitmen terhadap Al-quranAda 4 sikap yang menunjukkan komitmen muslim terhadap Al-quran, yaitu sebagai berikut :1. Mengimani Al-quran

Meyakini bahwa Al-quran adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Ia mengandung kebenaran yang mutlak dan merupakan syariat yang diturunkan Allah sebelumnya. Sebagaimana :

Artinya :“Wahai orang-orang yang beriman! Tetapkanlah iman kamu kepada Allah dan RasulNya, dan kepada Kitab Al-Quran yang telah diturunkan kepada RasulNya (Muhammad s.a.w) dan juga kepada Kitab-kitab Suci yang telah diturunkan dahulu daripada itu. Dan sesiapa yang kufur ingkar kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab- kitabNya, dan Rasul-rasulNya dan juga Hari Akhirat, maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.”

Page 10: Makalah Agama Tugas

2. Mempelajari Al-quranMempelajari berarti membuka pintu rahmat Allah. Dalam ayatnya :

Artinya :“Dan apabila Al-quran dibacakan, kemudian dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikanlah (kandungannya) supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S Al-A’raf : 204)

3. Mengamalkan Al-quranDalam hal ini, setiap musim wajib mengamalkan perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an. Bukan saja dipahami tetapi juga mampu membentuk mental manusia.

4. Mendakwahkan Al-quranYaitu mensosialisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-quran kepada orang lain dari mulai lingkungan keluarga hingga masyarakat pada umumnya.

Artinya :“Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). Dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang semestinya), tentulah (iman) itu menjadi baik bagi mereka. (Tetapi) diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.”

7. Muhkamat dan MutasyabihatMuhkamat berarti ayat-ayat yang tegas maknanya da mudah dipahami maksudnya dan mutasyabihat berarti kurang jelas maksudnya dan tidak mudah dimengerti kecuali oleh orang-orang yang luas dan dalam ilmu pengetahuannya.

Page 11: Makalah Agama Tugas

B. BAS-SUNNAH (AL-HADIS)1. Pengertian As-Sunnah

Ditinjau dari segi bahasa, sunnah berarti cara, jalan,kebiasaan, dan tradisi. Arti sunah dan yang populer adalah “ath-thariqah al mu’tadah hasanah kanat am sayyiah”, suatu cara yang berlaku, baik cara itu bersifat terpuji maupun tercela.

Sunah merupakan salah satu nama dari dalil-dalil hukum. Apabia suatu hukum ditetapkan berdasarkan sunnah, maksudnya adalah dasar dari ketetapan hukum tersebut ialah keterangan dari Nabi Muhammad , baik berupa ucapan (sunnah qauliyah), perbuatan (sunnah fi’liyah), maupun ketetapan atau keizinannya (sunnah taqririyah).

2. Macam-macam sunnah1. Ditinjau dari segi bentuknya terbagi kepada :

- Fi’li, yaitu perbuatan nabi- Qauli, yaitu perkataan nabi- Taqriri, yaitu keizinan nabi, artinya perbuatan sahabat nabi yang disaksikan

oleh Nabi dan oleh nabi tidak ditegurnya.2. Ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya terbagi kepada :

- Mutawatir, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak yang menurut akal tidak mungkin mereka bersepakat dusta serta disampaikan melalui jalan indera

- Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak kepada orang banyak tetapi tidak sampai kepada derajat mutawatir, baik karena jumlahnya maupun karena tidak dengan indera.

- Ahad, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih yang tidak sampai ke tingkat masyhur maupun mutawatir.

3. Ditinjau dari kualitasnya hadis terbagi kepada :- Sahih, yaitu hadis yang sehat, yang diriwayatkan oleh orang-orang yang baik

dan kuat hapalannya, materinya baik dan persambungan sanadnyadapat di pertanggungjawabkan.

- Hasan, yaitu hadits yang memenuhi persyaratan hadits shahih kecualidi segi hapalan pembawanya kurang baik.

- Dla’if, yaitu hadits lemah, baik karena terputus oleh salah satu sanadnya atau karena salah seorang pembawanya kurang baik dan lain-lain.

- Maudlu, yaitu hadis palsu, hadis yang diuat oleh seseorang dan dikatakan sebagai sabda atau perbuatan rasul.

4. Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya, hadits terbagi kepada :- Maqbul, yaituyang mesti diterima- Mardud, yaitu hadits yang mesti ditolak

5. Ditinjau dari segi orang yang berperan dalam berbuat atau berkata, maka hadits terbagi kepada :- Marfu’, yaitu benar-benar nabi yang berperan (bersabda dan lain-lain).- Mauquf, yaitu sahabat nabi yang berperan dan nabi tidak menyaksikan.- Maqtu’ yaitu tabi’in yang berperan. Artinya perkataan tabi’in yang

berhubungan dengan soal-soal agama.6. Pembagian lain yang disesuaikan dengan jenis, sifat, redaksi teknik penyampaian

dan lain-lain seperti :- Hadits yang banyak menggunakan kata-kata ‘an (dari) menjadi hadits

Mu’an’an.

Page 12: Makalah Agama Tugas

- Hadits yang banyak menggunakan kata anna (sesungguhnya) menjadi hadits mu’anna.

- Hadits yang menyangkut perintah disebut hadits awarnir.- Hadits yang menyangkut larangan disebut hadits nawahi.- Hadits yang sanad (sandaran) nya terputus disebut hadits munqathi.

3. Kedudukan As-SunnahKehujjahan As-Sunnah didukung argumen-argumen sebagai berikut :a. Pengalaman As-Sunnah Sebagai Konsekuensi Iman Kepada Rasul

Dalam menjalankan tugas kerasulannya, Muhammad mendapat jaminan pemeliharaan dari Allah atas kesalahan-kesalahan (ma’shum) serta memperoleh bimbingan dan petunjuk-Nya. Atas dasar ini, maka keimanan kepada rasul menuntut keimanan pula terhadap keberadaan sunnah rasul dan menjadikannya dasar hukum dalam mengamalkan syariat Allah.

b. Keterangan Al-Qur’an tentang RasulKeberadaan dan posisi rasul dalam syariat islam, yaitu sebagai juru baca Alkitab, hakim pemutus perkara,sebagai contoh dan tauladan.

c. Pernyataan rasul mengenai As-Sunnah Rasulullah menerangkan keberadaan dirinya sebagai sumber agama serta rujukan pengalaman syariat.

“Ketahuilah, sesungguhnya aku telah diberi al-Kitab dan sesuatu sejenisnya.” (HR. Abu Daud dan al-Miqdam bin Ma’di Kariba)

Rasulullah menyatakan bahwa beliau sendiri yang menjadi pola dan rujukan pengalaman syariat sebagaimana sabdanya :

“Jika perkara itu bagian dari duniamu, maka sesungguhnya engkau lebih mengetahuinya. Dan jika perkara itu bagian dari agamamu, maka sesungguhnya akulah yang lebih mengetahuinya.” (HR. Ahmad dari Anas)

Rasul menegaskan keharusan kaum muslimin berpegang teguh kepada sunahnya supaya tidak sesat dalam mengamalkan syariat serta Rasulullah memerintahkan kaum muslimin supaya melaksanakan sunnahnya.

d. Ijma’ Sahabat Untuk Mengamalkan As-SunnahPara sahabat melaksanakan syariat islam dengan kesungguhan, ketaatan dan keikhlasan tanpa membedakan hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah. Para sahabat menjadikan Sunnah Rasul sebagai pijakan untuk memperoleh kejelasan dan perincian hukum dan dalil-dalil Al-Qur’an yang bersifat umum, serta menjadikan rujukan bagi penyelesaian urusan yang hukumnya tidak tersurat dalam Al-Qur’an.

e. Keberadaan Al-Qur’an Mengharuskan Adanya As-SunnahSebagian besar syariat Al-Qur’an yang diturunkan Allah melalui Al-Qur’an bersifat umum atau berupa garis-garis besar saja, seperti kewajiban shalat, zakat, shaum, dan haji yang diungkapkan dalam bentuk perintah.

Page 13: Makalah Agama Tugas

4. Posisi As-Sunnah dalam Syariat IslamAs-Sunnah menempati posisi kedua setelah Al-Qur’an. Penempatan ini disebabkan karena perbedaan sifat diantara keduanya. Al Syatibi memberikan argumentasi bahwa As-Sunnah sebagai penjelas dan penjabar Al-Qur’an menunjukkan bahwa yang menjelaskan itu lebih rendah kedudukannya dari yang dijelaskan. Hal ini dapat diterima oleh pikiran manusia.

5. Sunnah Tasyri’ dan Ghairu Tasyri’Mahmud Syaltout menerangkan adanya sumpah yang tasyri’ (membentuk hukum) dan ghairu tasyri’ (tidak membentuk hukum), semua yang menyangkut itu, baik ucapan perbuatan maupun ketepatannya dikelompokkan ke dalam beberapa bagian :a. Bersifat al-hajah al basyariah (kebutuhan yang bersifat kemanusiaan), seperti

makan dan minum.b. Mencerminkan tradisi pribadi dan masyarakat, seperti urusan ppertanian dan

pengobatan.c. Pengaturan urusan tertentu seperti bertempur.d. Tiga persoalan diatas bukan tasyri’. Karena itu perilaku nabi dan kebijakan beliau

dalam hal-hal diatas tidak termasuk kategori sunnah yang mempunyai fungsi hukum dan tidak mengikat kaum muslimin secara umum.

e. Bersifat tasyri’ : membentuk hukum. Ketentuan yang bersifat tasyri’ meliputi 3 hal, yaitu :1. Merupakan pengejawantahan dari misi kerasulan, seperti penjabaran Al-

Qur’an yang meliputi lafadz ‘am (umum), pengikatan lafadz muthlaq (myang bermakna lepas), dan penjelasan aspek ibadah yang meliputi perkara-perkara yang halal dan haram, akidah dan akhlak. Jenis ini merupakan tasyri’ yang universal.

2. Aturan yang berkaitan dengan imamah (kepemimpinan) dan tadbir (pengurusan) yang bersifat umum untuk kepentingan jamaah, seperti pengutusan pasukan untuk perang, penetapan arah penggunaan distribusi harta dari baitul mal dan ghanimah (rampasan perang), serta pembuatan akad perdamaian. Ini termasuk tasyri’ yang bersifat khusus.

3. Keputusan-keputusan rasul dalam kedudukan beliau sebagai hakim atau kasus- kasus yang terjadi pada saat itu. Jenis ini pun termasuk kategori tasyri yang tidak umum.

6. Fungsi As-Sunnah Terhadap Al-Qur’anKedudukan Sunnah terhadap Al-Qur’an pada garis besarnya terbagi 3 yaitu :a. As-Sunnah sebagai penguat Al-Qur’an

Memiliki fungsi sebagai berikut :- Menegaskan kedudukan hukum, seperti penyebutan hukum wajib atau

fardhu.- Menerangkan posisi kewajiban atau larangan dalam syariat Allah.- Menjelaskan sanksi hukum bagi pelanggarnya.

Contoh penguatan sunnah atas Al-Qur’an antara lain berkaitan dengan iman dalam Al-Qur’an sebagai berikut.Hai orang-orang yang beriman, berimanlah (sungguh-sungguh) kepada Allah dan Rasul-Nya dan (kepada) kitab yang telah ia turunkan atas Rasul-Nya dan (kepada) kitab yang telah ia turunkan terlebih dahulu. Dan barang siapa tidak percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-

Page 14: Makalah Agama Tugas

Nya dan Hari Akhir, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa : 136)

b. As-Sunnah sebagai penjelasan Al-Qur’an, antara lain :- Menjelaskan makna-makna yang rumit dari ayat-ayat Al-Qur’an.

Contoh :Peliharalah semua sholat (mu) dan (peliharalah) shalat wustha (Al-Baqarah : 238)

- Mengikat makna-makna yang yang bersifat lepas (taqyid al-muthlaqah) dari ayat-ayat Al-Qur’an.Contoh :Laki-laki dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya, sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Maidah : 38)Pengertian tangan disini bersifat lepas (mutlak) sehingga batasan tangan pencuri yang harus dipotong menjadi kabur, apakah tangan dekat bahu, siku, atau pergelangan tangan ? As-sunnah menjelaskan tangan itu adalah pergelangan tangan.

- Mengkhususkan ketetapan-ketetapan yang disebut Al-Qur’an secara umum (takhshish al-‘am) Contoh :Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (Al-Baqarah : 275)Jual beli yang dihalalkan Allah bersifat umum, Rasulullah mengkhususkan sesuatu sehingga sesuatu itu tidak halal atau dapat dikatakan kecuali.

- Menjelaskan ruang lingkup masalah yang terkandung dalam Al-Qur’an . Contoh ;“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan kepadanya.” (Ali Imran : 97)Ayat itu tidak menjelaskan bilangan kewajiban menjalankan haji berapa kali, hingga seseorang sahabat bertanya kepada Rasulullah perihal berapa kali seorang muslim wajib mengerjakan haji.

- Menjelaskan mekanisme pelaksanaan dari hukum-hukum yang ditetapkan Al-Qur’an, misalnya tentang tata cara shalat, haji , puasa yang menjelaskan bagaimana Rasul melaksanakannya.

7. Otoritas As-Sunnah Sebagai Sumber HukumAl-Siba’I mengatakan bahwa dari ketiga fungsi sunnah sebagaimana diterangkan diatas, dua yang pertama disepakati oleh para ulama, sementara yang ketiga diperselisihkan. Adapun masalah pokok yang diperselisihkan itu apakah as-sunnah dapat menetapkan suatu hukum tanpa tergantung kepada Al-quran atau apakah penetapan pokok hukum baru itu selalu mempunyai pokok (ashl) dalam Al-quran. Dalam persoalan tersebut, jumhur ulama (mayoritas ulama) berpendapat bahwa nabi mempunyai otoritas untuk membuat hukum.Dalil yang dimajukan kelompok mayoritas itu antara lain :a. Selama nabi diyakini ma’shum, maka otoritasnya untuk melakukan tasyri’ adalah

suatu hal yang dapat diterima akal.b. Kenyataan banyak nash Al-quran yang menunjukkan wajibnya ittiba (mengikuti)

sunnah rasul tanpa membeda-bedakan apakah sunnah itu mubayyinah (menjelaskan) atau mukidah (menguatkan) atau mustaqilah (memiliki otoritas untuk menetapkan suatu hukum). Pada kenyataannya banyak hadis rasul yang menunjukkan Al-quran dan sunnah merupakan rujukan pertama.

Page 15: Makalah Agama Tugas

Kelompok lain menyatakan :

a. Kenyataan bahwa tidak dijumpai suatu perkara dalam As-sunnah kecuali Al-quran itu sendiri telah menunjukkan maknanya baik secara global maupun terurai.

b. Bahwa kewajiban untuk menaati As-sunnah yang menjadi argumen jumhur diartikan sebagai ketaatan kepada rasul dalam kedudukannya sebagai penjelas.

8. Perbedaan Al-quran dan Al-Hadits sebagai Sumber Hukum1. Al-quran nilai kebenarannya qalhi (absolut), sedangkan sebagian Al-Hadits

adalah dhanni (hipokretis) yang memerlukan pembuktian dan pembenaran dari Al-quran.

2. Seluruh ayat Al-quran mesti dijadikan sebagai pedoman hidup. Sebab disamping

ada sunnah yang tasyri ada juga yang ghairu tasyri. Disamping itu ada hadits yang sahih ada pula hadits yang daif dan seterusnya.

3. Al-quran autentik lafadz dan maknanya, sedangkan hadits tidak seluruhnya

autentik.4. Apabila Al-quran berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang

ghaib maka setiap muslim wajib mengimaninya. Sedangkan apabila diterangkan oleh hadits tidak seluruhnya dapat diimani.

9. Sejarah singkat perkembangan Al-HaditsPara ulama membagi perkembangan Hadits itu kepada 7 periode, yaitu :1. Masa wahyu dan pembentukan hukum pada zaman rasul 13 SH – 11 SH2. Masa pembatasan meriwayat Hadis (masa khulafaur Rasyidin : 12-40 H)3. Masa pencarian Hadis (pada masa generasi Tabiin dan sahabat-sahabat muda :

40 H akhir abad I H)4. Masa pembukuan Hadis (permulaan abad II H)5. Masa penyaringan dan seleksi ketat (awal abad III H sampai selesai)6. Masa penyusunan kitab-kitab koleksi awal (awal abad IV sampai jatuhnya

Baghdad pada tahun 656 H)

7. Masa pembuatan Kitab Syarah Hadits. Kitab-kitab Tahrij dan penyusunan kitab-kitab koleksi yang lebih umum (656 H dan seterusnya)Berlainan dengan Al-quran, hadits tidak dicatat dan tidak dihafal di zaman nabi.

Alasannya karena dilarang nabi, nabi kuatir bahwa dengan demikian akan terjadi pencampurbauran antara Al-quran sebagai sabda tuhan dan hadits sebagai

ucapan-ucapan nabi. Ada disebut bahwa Umar bin khattab, khalifah kedua, berniat untuk membukukan hadits nabi, tetapi karena takut akan terjadi kekacauan antara Al-quran dan hadits, niat itu tidak jadi dilaksanakan.Pembukuan baruu terjadi di permulaan abad kedua Hijriah , yaitu ketika Khalifah Umar bin Abd Al-Aziz (717 – 720 M) meminta dari Abu Bakar Muhammad Bin Umar dan Muhammad Bin Syihab Al-Zuhri, mengumpulkan hadis nabi yang dapat mereka peroleh. Di tahun 140 H , Malik Bin Anas menyusun hadis Nabi dalam buku Al-Muwatta.Pembukuan secara besar-besaran terjadi di abad ketiga Hijriah oleh :1. Bukhari (870 M), menulis Sahih Bukhari2. Muslim (875 M), menulis Sahih Muslim3. Ibnu Majah (886 M), menulis Sunan Ibnu Majah4. Abu Daud (888 M) , menulis Sunan Abu Daud5. Al-Turmuzi (892 M), menulis Sunan Al-Turmuzi6. An-Nasa’I (915 M) , menulis Sunan An-Nasa’i

Page 16: Makalah Agama Tugas

7. Ahmad Ibnu Hambal (855 M), menukis musnad Imam Ahmad

Page 17: Makalah Agama Tugas

BAB 3

III.UTIHAD (Al-Ra’yu)

1. Pengertian IjtihadIjtihad adalah turunan dari kata jahada yang artinya berusaha sungguh-sungguh. Dalam pengertian terminologi hukum, Mukti Ali (1990) menyebutkan bahwa ijtihad adalah berusaha sekeras-kerasnya untuk membentuk penilaian yang bebas tentang sesuatu masalah hukum. Ijtihad merupakan pekerjaan akal dalam memahami masalah dan menilainya berdasarkan isyarat-isyarat Al-Quran dan As-Sunnah kemudianmenettapkan kesimpulan mengenai hukum masalah tersebut.karena itu, ijtihad dapat disebut sebagai upaya mencurahkan segenap kemampuan untuk merumuskan hukum syara dengan cara istinbat dari Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam kata lain, ijtihat berarti proses penilaian hukum secara ilmiah berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Hasil usaha yang sungguh-sungguh dalam proses penelitian itu disebut ijtihad, sedangkan yang melakukan penelitian itu disebut mujtahid.Disamping ijtihad, kata yang sering digunakan untuk menggambarkan pendapat pribadi yang orisinil ialah Al-Rayu. Secara harfiah berarti perenungan (Al-Tadabbur) dan pemikiran secara kontemplatif (Al-Tafhir bin Al aqab). Secara khusus Al-Ra’yu diartikan sesuatu keputusan yang diambil oleh seseorang setelah melakukan pemikiran, perenungan dan penelitian yang sungguh-sungguh akan kebenaran dalam hal-hal dimana petunjuk-petunjuk (dalil-dalil) yang ditemukan saling bertentangan.

2. Kedudukan IjtihadPara ulama islam, khususnya para ahli hukum (fiqh) menetapkan bahwa ijtihad sebagai sumber ketiga ajaran islam, setelah al-qran dan as-sunah. Namun bila dikaji tentang pengertian sumber (masdar) secara etimologis yang berarti suatu wadah yang daripadanya ditemukan dan ditumba norma hukum, maka hanya al-quran dan sunahlah yang dapat dikatakan sebagai sumber. Sedangkan ijtihad dan metode-metodenya hanya dapat dikatakan sebagai dalil hukum, sebab dalil berarti sesuatu yang menunjuki dan membawa kita dalam menemukan nilai-nilai dan norma ajaran islam. Oleh karena itu, sebagai ulama menyebut al-ijtihad (al-ra’yu) sebagai sumber tambahan, nilai dan norma dalam islam. Bahkan ada yang memasukkan ijtihad dan caraa caranya dalam metodologi kajian islam (cara-cara memahami ajaran islam) kemutlakan terhadap produk ijtihad pda hakikatnyamerupakan pengingkaran terhadap kemutlakan allah krena sesungguhnya mutlak itu hanya allah.

3. Objek ijtihad3.1. Masalah-masalah yang terandung dalam hadis-hadis yang kedudukan dan

pengertiannya bersifat zanni (tidak pasti), yaitu zanni al-wurud (al-tsubut) dan zanni- al dalalah

3.2. Masalah-masalah yang terkandung dalam al-quran dan hadis mutawatir (qathi al-wurud/al-tsubut) tetapi maknanya tidak pasti, mungkin lebih dari satu (zanni al dalalah).

Page 18: Makalah Agama Tugas

3.3. Masalah-masalah yang terkandung dalam hadis selain mutawatir (zanni al-wurud), mekipun maknanya pasti (qathi al dalalah)

3.4. Masalah-masalah (perbuatan) yang secara eksplisit tidak terdapat dalam al-quran dan as sunah hal ini memberi pengertian bahwa suatu perbuatan yang hukumnya telah ditunjuk secara jelas, tegas, dan tuntas oleh ayat-ayat al quran, dan sunah mutawatir tidak termasuk kategori objek ijtihad. Reaktualisasi hukum atas sesuatu perbuatan tertentu yang telah diattur secara final oleh al quran dan as sunah termasuk kategori tahruf (pengubahan) dan tabdil (penggantian) alias penyelewengan dari al quran dan as sunah. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al quran dan sunah.

4. Syarat-syarat mujtahidDitemukan beberapa perbedaan pendapat dikalangan ulama-ulama islam tentang syarat-syarat mujtahid namun secara umum diterima adalah:4.1. Mengetahui dan menguasai makna ayat ayat al qurna4.2. Mengetahui dan menguasai hadis-hadis nabawi4.3. Mengetahui dan menguasai bahasa arab dengan baik4.4. Mengetahui dan menguasai tentang nasikh dan mansukh(ayat dan hadi-hadis yang

sudah batal dan yang membatalkannya)4.5. Mempunyai pengetahuan yang memadai tentang usul fiqh (metodologi kajian agama

islam)

5. Metode ijtihada. Ijma’, yaitu konsensus atau kata sepakat para ulama mujtahid tentang suatu ketentuan

hukum. Dengan kata lain hasil ijtihad mereka sama dan tidak berbeda.Disini timbul juga pertikaian pemahaman, tentang bisa atau tidak bisanya terwujud ijma’ ulama, terutama sesudah zaman sahabat.

b. Qiyas (reasoning analogi), yaitu menerapkan hukum perbuatan tertentu kepada perbuatan lain yang memiliki kesamaan. Contohnya, Al-quran melarang jual beli ketika jum’at dan hukum perbuatan selain dagang juga terlarang karena sama-sama mengganggu shalat jum’at.

c. Ihtisan, yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran islam, seperti prinsip keadilan dan kasih sayang. Contoh, seseorang mesti memilih satu dari dua aternatif perbuatan yang sama-sama buruk. Maka ia mengambil salah satu yang diyakini yang paling ringan keburukannya. Secara lebih khusus ihtisan atau memandang lebih baik ialah menentukan hukum bukan atas qiyas jelas seperti yang diterangkan diatas, tetapi atas qiyas yang tida jelas, karena maslahat menghendaki yang demikian.

d. Masalihul marsalah, yaitu menetapkan hukum berdasarkan tinjauan kegunaan atau kemanfaatannya sesuai dengan tujuan syariat. Masalihul marsalah menitikberatkan kepada perbuatan dan kaitannya dengan tujuan universal syariat islam. Contohnya, seperti abu bakar yang umpamanya memerangi suku-suku Bangsa Arab yang tidak mau membayar zakat atas dasar masalah umum.

e. Al-dzari’ah, yaitu sesuatu yang akan membawa kepada perbuatan terlarang dan menimbulkan masalah mafsadah atau yang akan membawa pada perbuatan-perbuatan baik dan menimbulkan maslahah. Contohnya, melihat aurat perempuan harus diharamkan karena akan menimbulkan rangsangan untuk berzinah.

f. Istishab, yaitu berusaha menetapkan suatu ketentuan hukum dengan tetap memberlakukan hukum yang ada untuk saat ini dan yang akan datang sama dengan hukum yang berlaku pada waktu sebelumnya, sebelum ada dalil yang mengubahnya. Contohnya, dasar segala sesuatu dalam alam ini ialah ibadah, yaitu dibolehkan, tidak dilarang, memakai, memakan, meminum, dan sebagainya selama tidak ada dalil-dalil

Page 19: Makalah Agama Tugas

Al-quran, hadis dan lain-lain yang membatalkan hukum ibadah itu, maupun benda yang bersangkutan halal dipakai, dimakan, diminum.

g. Uruf, ialah adat atau tradisi yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat, baik berupa perbuatan maupun perkataan yang tidak bertentangan dengan teks Al-quran atau hadis.contohnya, penggunaan kata-kata haram untuk perceraian. Kalau seorang suami menyatakan kepada istrinya, “engkau haram bagiku”. Maka telah jatuh talak satu.

h. Syari’at sebelum islam, yaitu hukum-hukum yang disebut dalam Al-quran dan hadis mutawatir, khusus untuk umat yahudi dan nasrani, syariat hukum itu tidak bertentangan dengan ketentuan hukum islam lainnya. Hukum-hukum syariat sebelum islam yang ada ketegasan hendak berlakunya bagi umat islam adalah Al-quran, seperti puasa dan penyembelihan binatang.

i. Mazhab sahabat, yaitu pendapat para sahabat nabi tentang ketetapan hukum suatu kasus, yang tidak ditemukan ketentuannya secara jelas dalam Al-quran dan As-sunah. Contohnya pendapat Ibnu Abbas tentang tidak diterimanya kesaksian anak kecil. Begitu juga pendapat Usman bin Affan tentang hilangnya kewajiban shalat jum’at bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha.

6. Taqlid, itiba’, dan talfiqTaqlid adalah mengambil pendapat orang lain termasuk mujtahid untuk diikuti tanpa mengetahui dalil-dalilnya. Sikap ini dicela oleh allah dan dilarang karena dapat meletakkan mujtahid (orang yang diikuti) itu dalam posisi yang amat kuat dan sakral.

“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib sebagai tuhan selain Allah,….. padahal mereka hanya disuruh menyembah Allah.” (Q.S. Al-Taubah (9) :31 )

Ittiba’ adalah mengambil pendapat orang lain (fatwa-fatwa fiqh para ulama mujtahid) secara kritis dengan mengetahui dalil-dalilnya, memahami metodologi kajian yang mereka gunakan dalam mengambil ketetapan fatwa.

Talfiq adalah melakukan sesuatu perbuatan hukum dengan mempergunakan ketentuan campuran (ketentuan yang beragam) dari berbagai mazhah, yang pada akhirnya melahirkan suatu bentuk perbuatan yang tdak pernah diruuskan seorang mujtahid pun sebelumya.

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Page 20: Makalah Agama Tugas

kami banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Rangkuti,Ramlan Yusuf. Pulungan, Sahmiar. “Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum”.hal 104-146

Page 21: Makalah Agama Tugas

http://infodakwahislam.blogspot.com/2013/02/mukjizat-alquran.html

http://quran.com/7/204