AGAMA TUGAS

29
Sejarah singkat gereja Katolik Roma Awalnya, jemaat Kristen berada di bawah kepemimpinan besar lima daerah, yaitu Yerusalem , Antiokia , Aleksandria , Konstantinopel , dan Roma . Uskup Roma dikenal oleh 5 daerah sebagai "yang pertama", permasalahan dengan doktrin dan prosedur banyak mengambil Roma sebagai masukan pendapat. Kursi Roma merupakan kursi dari suksesor Santo Petrus yang mendapat julukan "Pangeran Para Rasul" sebagai tanda persatuan Gereja Perpecahan-perpecahan besar dalam struktur Gereja sebagai lembaga tercatat sebagai berikut: Perpecahan pertama pada gereja terjadi pada saat Konsili Efesus 431 , yang menyatakan status Perawan Maria sebagai Theotokos (Bunda Allah). Kebanyakan yang menolak hasil keputusan ini adalah Kristen Persia , gereja yang sekarang dikenal sebagai Gereja Asiria Timur . Perpecahan berikut terjadi setelah Konsili Khalsedon (451 ). Konsili ini menolak monofisit . Umat Kristen yang menolak ini dikenal sebagai Komuni Oriental Ortodoks . Perpecahan besar pertama dalam Gereja Katolik terjadi pada abad 11 . Masalah perbedaan doktrin tentang rumusan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel (lihat filioque ). Gereja Katolik pun terbagi menjadi dua, yaitu "Barat" dan "Timur". Inggris , Prancis , Roma dan negara-negara Skandinavia termasuk Gereja "Barat" (Gereja Katolik Roma). Sedangkan Yunani , Rusia , Suriah , Mesir termasuk dalam Gereja "Timur" (Gereja Ortodoks Timur). Perpecahan ini dikenal sebagai Skisma Timur-Barat . Perpecahan terbesar dalam Gereja Katolik Roma terjadi pada abad ke-16 dengan adanya Reformasi Protestan yang melahirkan gereja-gereja Protestan . Perpecahan terakhir terjadi ketika Raja Henry VIII dari Inggris memisahkan seluruh gereja-gereja di kerajaannya dari persekutuan dengan Paus karena permintaannya untuk menikah kedua kalinya sementara istri pertamanya masih hidup ditolak. Kelompok gereja inilah yang dikenal sebagai Gereja Anglikan Inggris. Seluruh grup di atas kecuali Protestan masih menyebut persekutuan mereka sebagai Katolik. Dewasa ini, semakin banyak

Transcript of AGAMA TUGAS

Page 1: AGAMA TUGAS

Sejarah singkat gereja Katolik Roma

Awalnya, jemaat Kristen berada di bawah kepemimpinan besar lima daerah, yaitu Yerusalem, Antiokia, Aleksandria, Konstantinopel, dan Roma. Uskup Roma dikenal oleh 5 daerah sebagai "yang pertama", permasalahan dengan doktrin dan prosedur banyak mengambil Roma sebagai masukan pendapat. Kursi Roma merupakan kursi dari suksesor Santo Petrus yang mendapat julukan "Pangeran Para Rasul" sebagai tanda persatuan Gereja

Perpecahan-perpecahan besar dalam struktur Gereja sebagai lembaga tercatat sebagai berikut:

Perpecahan pertama pada gereja terjadi pada saat Konsili Efesus 431, yang menyatakan status Perawan Maria sebagai Theotokos (Bunda Allah). Kebanyakan yang menolak hasil keputusan ini adalah Kristen Persia, gereja yang sekarang dikenal sebagai Gereja Asiria Timur.

Perpecahan berikut terjadi setelah Konsili Khalsedon (451). Konsili ini menolak monofisit. Umat Kristen yang menolak ini dikenal sebagai Komuni Oriental Ortodoks.

Perpecahan besar pertama dalam Gereja Katolik terjadi pada abad 11. Masalah perbedaan doktrin tentang rumusan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel (lihat filioque). Gereja Katolik pun terbagi menjadi dua, yaitu "Barat" dan "Timur". Inggris, Prancis, Roma dan negara-negara Skandinavia termasuk Gereja "Barat" (Gereja Katolik Roma). Sedangkan Yunani, Rusia, Suriah, Mesir termasuk dalam Gereja "Timur" (Gereja Ortodoks Timur). Perpecahan ini dikenal sebagai Skisma Timur-Barat.

Perpecahan terbesar dalam Gereja Katolik Roma terjadi pada abad ke-16 dengan adanya Reformasi Protestan yang melahirkan gereja-gereja Protestan.

Perpecahan terakhir terjadi ketika Raja Henry VIII dari Inggris memisahkan seluruh gereja-gereja di kerajaannya dari persekutuan dengan Paus karena permintaannya untuk menikah kedua kalinya sementara istri pertamanya masih hidup ditolak. Kelompok gereja inilah yang dikenal sebagai Gereja Anglikan Inggris.

Seluruh grup di atas kecuali Protestan masih menyebut persekutuan mereka sebagai Katolik. Dewasa ini, semakin banyak Gereja-Gereja Timur yang kembali ke dalam persekutuan penuh dengan Roma, namun dengan tetap mempertahankan tata cara beribadah mereka. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Gereja Katolik ritus Timur.

Gereja Katolik Roma

Secara umum, sebutan Gereja Katolik merujuk pada Gereja Katolik Roma. Kata Roma diatributkan pada Gereja ini karena Gereja Katolik mengimani Paus yang berkedudukan di kota Roma, Italia sebagai kepala gereja yang kelihatan, wakil Yesus Kristus di bumi, yang merupakan kepala utama gereja yang tak kelihatan. Paus adalah penerus Petrus turun temurun yang tidak terputuskan. Menurut tradisi gereja, Petrus menjadi uskup Roma dan menjadi martir di sana. Gereja Katolik dengan penambahan kata Roma sendiri sebenarnya tidak pernah menjadi nama resmi yang digunakan oleh Gereja Katolik.

Page 2: AGAMA TUGAS

Sakramen

Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus menginstitusikan tujuh sakramen, tidak lebih dan tidak kurang, baik menurut Kitab Suci maupun Tradisi Suci dan sejarah Gereja. Adapun sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik Roma sebagai berikut:

Baptis Pengakuan dosa Ekaristi Penguatan /Krisma Imamat Pernikahan Pengurapan orang sakit

Dalam ajaran Katolik, sakramen adalah berkat penyelamatan khusus yang oleh Yesus Kristus diwariskan kepada gereja. Santo Agustinus menyebut sakramen sebagai "tanda kelihatan dari rahmat Allah yang tidak kelihatan"

Katolik di Indonesia

Pada awal kehadiran agama ini kurang mendapatkan tanggapan baik di tengah masyarakat karena dianggap sebagai proses kolonial karena disebarkan oleh bagian dari masyarakat kolonial pada masa itu sehingga sering disebut "agama kafir". Sebenarnya penyebaran agama Katolik sudah dimulai sejak kedatangan Portugis di Indonesia yang dilakukan oleh beberapa misionaris pada abad ke-16 dan abad ke-17 di bagian timur seperti di Maluku dan Flores. Agama katolik baru memasuki tanah Jawa pada masa pemerintahan Herman Willem Daendels di Batavia awal abad-19 dengan didirikan gereja pertama di sana pada tahun 1807 dan disertai dengan diakuinya oleh Vatikan. Pada 2005, sekitar 3,05%–7.380.203 dari 241.973.879 penduduk Indonesia, beragama Katolik.

Page 3: AGAMA TUGAS

PERNYATAAN GEREJA KATOLIK TENTANG HUBUNGAN DENGAN AGAMA-AGAMA BUKAN   KRISTIANI

1. Umum. Semua bangsa merupakan satu masyarakat,mempunyai satu asal, sebab Allah menghendaki segenapumat manusia mendiami seluruh muka bumi (Kis 17:26).Semua juga mempunyai satu tujuan terakhir yakni Allah,yang penyelenggaraanNya, bukti-bukti kebaikanNya danrencana penyelamatanNya meliputi semua orang (Keb 8:1; Kis14:17; Rom 2:6-17; 1Tim 2:4). (Nostra Aetat [NA]e, art. 1)

2. Pandangan terhadap Hinduisme dan Budhisme. Gereja Katoliktidak menolak yang dalam agama-agama itu (hinduisme danbudhisme) serba benar dan suci. Dengan sikap hormat dantulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup,kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalambanyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannyasendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaranyang menyinari semua orang. Namun Gereja Katolik tiadahentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus,yakni “jalan, kebenaran dan hidup’ (Yoh. 14:6); dalam Diamanusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Diapula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya (2Kor5:18-19).

Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya denganbijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja samadengan para penganut agama-agama lain, sambil memberikesaksian tentang iman serta peri hidup kristiani, mengakui,memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani danmoral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat padamereka. (NA, art.2)

3. Pandangan terhadap Islam. Gereja juga menghormati umatIslam, yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup danberdaulat, penuh belaskasihan dan mahakuasa, Penciptalangit dan bumi, yang telah bersabda kepada manusia. Kaummuslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap hatikepada ketetapan-ketetapan Allah juga yang bersifat rahasia,seperti dahulu Abraham – iman Islam dengan suka relamengacu kepadanya – telah menyerahkan diri kepada Allah.Memang mereka tidak mengakui Yesus sebagai Allah,melainkan menghormatiNya sebagai Nabi. Mereka jugamenghormati Maria BundaNya yang tetap perawan, pada saat-saat tertentu dengan khidmat berseru kepadanya. Selain itumereka mendambakan hari Pengadilan, bila Allah akanmengganjar semua orang yang telah bangkit. Maka merekajuga menjunjung tinggi kehidupan susila, berbakti kepada Allahterutama dalam doa, dengan memberi sedekah dan berpuasa.

Page 4: AGAMA TUGAS

MEMANG BENAR, DI SEPANJANG ZAMAN CUKUP SERING TELAHTIMBUL PERTIKAIAN DAN PERMUSUHAN ANTARA UMATKRISTIANI DAN KAUM MUSLIMIN. KONSILI SUCI MENDORONGMEREKA SEMUA, SUPAYA MELUPAKAN YANG SUDAH-SUDAH,DAN DENGAN TULUS HATI MELATIH DIRI UNTUK SALINGMEMAHAMI, DAN SUPAYA BERSAMA-SAMA MEMBELA SERTAMENGEMBANGKAN KEADILAN SOSIAL BAGI SEMUA ORANG,NILAI-NILAI MORAL MAUPUN PERDAMAIAN DAN KEBEBASAN.(NA, 3)

4. Pandangan terhadap Yahudi. Berangkat dari kenangan ikatan/pusaka rohani antara umat Kristiani dan bangsa Yahudi,Konsili suci ini bermaksud mendukung dan menganjurkansaling pengertian dan saling penghargaan antar keduanya,dan itu terwujudkan terutama melalui studi Kitab Suci danteologi serta dialog persaudaraan. (NA, 4)

5. Persaudaraan semesta tanpa diskriminasi. “Barang siapatidak mencintai, ia tidak mengenal Allah” (1Yoh 4:8). Jaditiadalah dasar bagi setiap teori atau praktek, yangmengadakan pembedaan mengenai martabat manusia sertahak-hak yang bersumber padanya antara manusia danmanusia, antara bangsa dan bangsa. MAKA GEREJA

MENGECAM SETIAP SIKAP DISKRIMINASI ANTARA ORANG-ORANG ATAU PENGANIAYAAN BERDASARKAN KETURUNANATAU WARNA KULIT, KONDISI HIDUP ADATU AGAMA, SEBAGAIBERLAWANAN DENGAN SEMANGAT KRISTUA. (NA, 5)

Pernyataan Gereja Katolik ini inklusif tanpa melukai atau merugikan kepentingan agama lain. Gereja Katolik juga tidak menjadi kehilangan identitasnya sebagai pengikut Kristus ketika menjalin kerja sama dengan penganut agama lain dalam menggapai perdamaian dan kebebasan serta kebaikan bersama.

Page 6: AGAMA TUGAS

Memahami dan Memaknai Masa   Adven

1. Beberapa pengertian

Kata ‘adven’ berasal dari kata Latin ‘adventus’ yang berarti kedatangan. Maka  ‘masa adven’ berarti masa untuk menunggu kedatangan Tuhan Yesus. Masa adven berlangsung selama 4 minggu, yakni dari Minggu Adven I sampai dengan Minggu Adven IV.

2. Perkembangan tradisi adven

Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari.

Pada tahun 380-381, Konsili lokal Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan. Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. The Gelasian Sacramentary, yang menurut tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Praktek adven semakin melembaga sejak abad ke 7, yakni pada saat Paus Gregorius Agung berkuasa (590-604). Adven ditetapkan berlangsung selama 4 minggu dan diisi dengan puasa. Sekitar abad kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja.

3. Tradisi adven

Pada awalnya tradisi adven sebenarnya tidak berasal dari Gereja Katolik Roma, tetapi merupakan tradisi Gereja Timur untuk mempersiapkan  Epifani, yang jatuh pada tanggal 6 Januari. Pada peristiwa tersebut kanak-kanak Yesus dikunjungi oleh orang majus dari timur. Bagi Gereja Timur itulah Natal.

Maka mereka merayakannya secara meriah. Tradisi Katolik menghayati masa adven dengan melakukan ibadat bersama dan puasa. Selain itu juga mulai diciptakan simbol-simbol yang disebut dengan Korona Adven (lingkaran Adven). Kebiasaan membuat Korona Adven berasal dari Eropa Utara, khususnya dari Skandinavia.

Korona Adven berbentuk sebuah lingkaran yang diuntai dengan daun-daun pinus atau cemara dan diatasnya dipasang empat lilin (tiga lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah); selain itu juga masih diberi asesoris lain seperti pita berwarna ungu dan merah.

Page 7: AGAMA TUGAS

Apa makna dari Korona Adven tersebut? Korona Adven adalah symbol yang mau menunjukkan pesan-pesan tertentu, yakni:

a. Korona Adven berbentuk suatu lingkaran. Lingkaran adalah suatu bentuk tanpa awal dan akhir. Lingkaran ini melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir. Kita juga diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga.

b.    Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Warna hijau merupakan symbol pengharapan. Selain itu juga dipilih daun pinus atau cemara yang tidak kunjung putus. Warna hijau juga melambangkan Kristus, Yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tahan pada bermacam-macam musim. Daun cemara tidak rontok dan tetap hijau pada musim gugur dan musim dingin. Ungkapan pengharapan yang tanpa akhir bagi kita.

c.    Tiga batang lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Warna ungu melambangkan tobat, keprihatinan, matiraga atau berkabung, persiapan dan kurban; warna ini juga dipakai pada masa Prapaskah, tidak hanya untuk warna lilin, tetapi juga pakaian liturgi lain. Warna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir. Selain itu warna merah juga merupakan tanda cinta kasih.

d. Lilin juga sebagai simbol terang. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin (setiap minggu satu lilin) menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus. Persiapan, kerinduan dan harapan kita tidak terjadi serta merta, tetapi tahap demi tahap. Kerinduan kita yang semakin besar akan Yesus yang datang sebagai Terang Dunia, dilambangkan dengan menyalakan lilin satu demi satu. Penyalaan lilin secara bertahap ini rupanya juga dipengaruhi oleh tradisi Yahudi, khususnya pentahbisan Bait Allah (Hanukkah). Pesta Hanukkah dirayakan selama delapan hari. Delapan lilin dinyalakan satu per satu setiap hari hingga genap delapan lilin pada hari ke delapan. Jumlah lilin ada 4 batang mengungkapkan lama masa adven berlangsung, yakni 4 minggu .

e.     Selain Korona Adven, Gereja Katolik juga tidak mengumandangkan madah kemuliaan atau Gloria; madah yang berkaitan dengan nyanyian para malaikat saat kelahiran Yesus, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 2, 14). Madah ini akan dikidungkan pada saat Natal. Maka juga tidak tepat kalau umat Katolik merayakan Natal pada masa adven.

Mari kita memasuki masa Adven dengan penuh kerinduan akan pertobatan hati dan budi. Sehingga kita semakin layak menyambut Sang Bayi Yesus di Palungan. Tuhan memberkati…

Page 8: AGAMA TUGAS

DOA UNTUK PARA   IMAM

Tuhan terkasih, Bapa Pengasih, aku berdoa kepadaMu;

Lindungilah para imam GerejaMu, sebab mereka itu milikMu.

Biarlah hidup mereka terbakar luluh di atas altarMu yang suci,

sebab mereka telah disucikan dan menyucikan diri bagiMu saja.

Lindungilah mereka sebab mereka berada di tengah dunia,

meskipun mereka bukan dari dunia ini.

Masukkanlah mereka dalam lubuk hatiMu,

bila nikmat duniawi menggoda dan memikat mereka.

Lindungilah dan hiburlah mereka dalam saat-saat sepi,

Susah derita dan bila pengorbanan hidupnya nampak sia-sia.

Ingatlah ya Tuhan tak seorangpun kecuali Engkau

yang menjadi pemiliknya yang sah

Dan walaupun mereka Kauberi pangilan ilahi,

tetapi tetaplah mereka memiliki hati insani,

dengan segala kerapuhannya.

Maka, Bapa terkasih, lindungilah mereka bagaikan biji mataMu,

dan peliharalah mereka bagaikan hosti tanpa noda.

Semoga setiap hari, pikiran dan perbuatannya

aman terjaga dan menjadi teladan indah bagi seluruh umatMu.

Tuhan terkasih, sudilah memberkati mereka senantiasa.

Page 9: AGAMA TUGAS

Terpujilah Engkau yang telah memanggil dan mengutus mereka;

terpujilah Engkau yang tetap mendampingi

dan memampukan mereka.

Ya Hati Kudus Imam Agung Yesus. kasihanilah mereka.

Ya Hati Tersuci Maria Ratu Para Imam, doanlah mereka.

Santo Yohanes Maria Viannev. doakanlah mereka.

Page 10: AGAMA TUGAS

Makna Kekayaan Tata Gerak dan Sikap Tubuh Dalam Liturgi   Ekaristi

Tata gerak atau sikap tubuh seluruh umat dan para pelayannya juga menjadi bagian terpenting dalam simbolisasi kebersamaan dan kesatuan Gereja yang sedang berdoa. Tata gerak dan sikap tubuh imam, diakon, para pelayan, dan jemaat tentu punya maksud. Sikap tubuh yang seragam menandakan kesatuan seluruh jemaat yang berhimpun untuk merayakan Liturgi Suci. Sebab sikap tubuh yang sama mencerminkan dan membangun sikap batin yang sama pula. Maka, jika dilakukan dengan baik:

(1) seluruh perayaan memancarkan keindahan dan sekaligus kesederhanaan yang anggun; (2) makna aneka bagian perayaan dipahami secara tepat dan penuh; dan            (3) partisipasi seluruh jemaat ditingkatkan (PUMR 42).

 

“Berkumpul” dan maknanya

Berkat pembaptisan kita dijadikan satu keluarga dalam Gereja yang kudus. Orang kristiani adalah pribadi yang komuniter, selalu terpaut dalam kebersamaan. Kita tidak sendirian. Dalam nama Bapa dan Putra, kita juga dipersatukan oleh Roh Kudus. Itu tampak ketika kita berkumpul, khususnya dalam “tempat kudus”. Kita berkumpul sebagai orang-orang pilihan, yang terpanggil, yang dicintai Allah. Liturgi mengundang kita untuk menemukan kembali panggilan kita, yakni tumbuh dalam kesatuan, menjadi umat Allah, berkarya dengan dan bagi saudara-saudari dalam perayaan yang dinamis. Maka, berkumpul adalah bagian dari tata gerak kolektif. Agar pertemuan itu tidak kacau, tidak anarkis, tetap utuh, maka diperlukanlah keyakinan dan sikap yang sama. Di sinilah letak pentingnya suatu pedoman atau aturan bersama. Kita berkumpul untuk merayakan Ekaristi, suatu perayaan bersama yang bukan tanpa aturan. Selain itu, berkumpul juga menjadi tanda kehadiran Kristus sendiri: “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18:20).

 

Makna “berdiri”

Sikap tubuh kita mengungkapkan kegembiraan. Gembira atas kebersamaan dan persaudaraan di dalam Kristus. Berdiri menyatakan keyakinan dan perasaan yang utuh, jiwa yang siaga di hadapan Allah, siap bertemu dan berdialog dengan yang Ilahi. Kita berdiri karena kita berada di hadapan yang menentukan dan menguasai hidup kita,  yang memberi kekuatan dan menjaga kita. Berdiri untuk menyatakan bahwa Dia adalah satu-satunya Allah Tuhan kita. Kita berdiri untuk menghormati Allah yang Mahatinggi itu (bdk. Kej 18:8). Jemaat yang berdiri menunjukkan rasa syukurnya dan keakrabannya dengan Allah. Umat yang berdiri juga mengungkapkan persaudaraan yang hidup, yang dipersatukan bagi dan oleh Allah. Maka sangatlah tepat bila kita berdiri khususnya pada saat menyatakan iman (syahadat) dan Doa Syukur Agung. Kita mengakui secara terbuka bahwa wafat dan kebangkitan Kristus (misteri Paskah) adalah dasar kehidupan kita. Inilah dasar kegembiraan kita. Kegembiraan Paskah mengantar perjalanan kita menuju Allah. Kita berdiri seolah bersama Kristus berada di dalam Yerusalem surgawi.

Page 11: AGAMA TUGAS

Saat dan Makna “duduk”

Umat hendaknya duduk (a) selama bacaan-bacaan sebelum Injil dan selama Mazmur Tanggapan; (b) selama Homili; [c] selama persiapan persembahan; [d] selama saat hening sesudah komuni. Khusus untuk yang berkaitan dengan Liturgi Sabda, sikap ini ada dasar biblisnya. Misalnya, saat Yesus mengajar, orang-orang mendengarkan Dia dengan duduk memperhatikan (Mat 5:1). Atau, saat Maria yang sedang duduk mendengarkan Yesus, sementara Marta sibuk melayani para tamunya. Yesus berkata: “Maria telah mengambil bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya”        (Luk 10:39).

Maknanya sungguh luas. Sikap duduk bisa menggambarkan saat orang mengharapkan sesuatu; ia sedang mendengarkan atau mencerna suatu pesan. Keadaan batin tertentu juga bisa digambarkan dengan duduk. Orang seolah mendambakan untuk menemukan makna hidupnya yang sejati. Pada saat kita duduk, kita pun berharap agar Allah berbicara atau menyatakan diri-Nya kepada kita. Ini adalah saat epiklesis juga. Dengan duduk pun kita menyambut sabda-sabda Allah itu dengan hati terbuka. Kita berharap agar sabda Allah sungguh menyirami dan menyegarkan hati kita. Allah sendiri ingin agar kita dapat subur dan berbuah berkat sabda-Nya. Maka, duduk juga berarti kesediaan untuk saling mendengarkan, saling berbagi pengalaman, saling mempersatukan diri. Duduk menerbitkan rasa damai, aman, percaya, karena kita memang sedang bersatu dengan Allah. Ini menggambarkan dimensi eskatologis, saat istirahat nanti, setelah perjalanan panjang dan perjuangan hidup di dunia: “barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas tahta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan bapaKu di atas tahtaNya (Why 3: 21). Setiap kali duduk, jiwa kita memasuki kedamaian yang membantu kita untuk menerima sabda Ilahi dan mencicipi komunikasi dengan Allah nanti.

 

Ada juga makna tersendiri untuk “berlutut lama”

Biasanya orang berlutut lama untuk berdoa secara pribadi. Ada banyak motivasi atau alasan mengapa orang itu berlutut. Berlutut bisa menandakan “kegagalan, kekalahan”. Kita pasrah dan mengakui kelemahan kita di hadapan Allah. Sikap tubuh ini menunjukkan semangat kerendahan diri yang menguasai hati dan jiwa kita. Di hadapan Allah, Sang Sumber Hidup, kita ini tidak ada apa-apanya. Saat itu pula, dengan sikap tubuh itu, kita mengungkapkan isi batin kita dan menyembah Allah. Kita juga ingin menyelaraskan diri dengan Kristus, Putra-Nya. Berlutut semacam ini juga mengungkapkan keyakinan kita bahwa Allah yang telah memulai itu akan juga menggenapi semua karyaNya di dalam diri kita. Secara lebih dramatis lagi, bentuk kepasrahan diri ini diungkapkan dalam sikap tubuh “tiarap” atau “merebahkan diri” untuk mereka yang akan ditahbiskan atau oleh Imam pada awal Liturgi Pengenangan Sengsara Tuhan, Jumat Agung.

Page 12: AGAMA TUGAS

Kapan lagi harus “berlutut”?

Saat kita masuk ke gedung gereja, setelah membuat tanda salib dengan air suci, sebelum duduk, biasanya kita berlutut sejenak. Mengapa? Sebenarnya kita hendak menghormati tabernakel, terutama jika di dalamnya terdapat Sakramen Mahakudus. Jika tidak ada tabernakelnya (tempat Sakramen Mahakudus yang menjadi simbol kehadiran Kristus yang abadi), dapat diartikan kita menghormati gereja sebagai tempat yang kudus. Sikap ini memang belum termasuk tata gerak dalam Perayaan Ekaristi. Namun, pada prinsipnya setiap kita mendekati atau melewati tabernakel dengan Sakramen Mahakudus di dalamnya, kita diharapkan memberi penghormatan dengan cara berlutut; kecuali pada saat dalam perarakan. “Berlutut” diganti “menundukkan kepala” ntuk kesempatan tertentu, “berlutut” (juga “membungkuk”) bisa diganti dengan “menundukkan kepala”. Misalnya, ketika para pelayan Misa (putra altar, lektor, diakon) sedang membawa salib, lilin, dupa, atau Kitab Injil harus menghormati Sakramen Mahakudus atau altar. Menurut PUMR 275a, “menundukkan kepala’ dilakukan juga ketika mengucapkari nama Tritunggal Mahakudus, nama Yesus, nama Santa Perawan Maria, dan nama para orang kudus yang diperingati dalam Misa yang bersangkutan.

 

Demikianlah ajakan Gereja untuk melibatkan seluruh gerak dan hidup kita dalam Liturgi Ekaristi. Mari kita maknai dengan lebih dalam lagi keterlibatan kita dalam Ekaristi. Sehingga peran serta dan campur tangan Allah selalu kita yakini dan imani dalam seluruh gerak dan hidup kita.

 

“Tuhan…aku bersyukur akan kekayaan dalam Liturgi GerejaMu. Semoga aku selalu menemukan Engkau dalam seluruh gerak tubuh dan hidupku…”

Page 13: AGAMA TUGAS

Pelayan Awam Dalam   Liturgi

Kita mengetahui bahwa pelayan yang selaku pribadi Kristus dapat melaksanakan sakramen Ekaristi, hanyalah Imam yang ditahbiskan secara sah. Bila kebutuhan Gereja memintanya, namun tidak tersedia pelayan-pelayan rohani, maka kaum awam di antara umat beriman dapat menjalankan beberapa tugas liturgis tertentu, menurut ketentuan-ketentuan hukum. Orang beriman yang demikian dipanggil dan ditunjuk untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu, baik yang lebih berat maupun yang lebih ringan, dan dibantu oleh rahmat Tuhan. Banyak di antara orang beriman awam sudah melaksanakan, dan hingga kini masih melaksanakan tugas-tugas ini dengan penuh dedikasi, terutama di daerah-daerah misi, di mana jumlah anggota Gereja masih terbatas atau di mana Gereja mengalami penganiayaan, tetapi juga di wilayah-wilayah yang mengalami kekurangan Imam dan Diakon.

Keterlibatan pelayan awam dalam bidang liturgis hendaknya diarahkan untuk menunjang pelayanan para Imam dan Diakon, untuk membangkitkan panggilan Imam serta Diakon dan untuk pelatihan yang berbobot bagi pelbagai fungsi liturgis umat beriman di setiap jemaat, sambil memperhatikan berbagai kharisma sesuai dengan norma hukum.

Di samping pelayan tertahbis, ada juga akolit yang telah dilantik secara resmi, dan karenanya menjadi pelayan untuk membagi komuni dalam perayaan Ekaristi ataupun di luar Ekaristi. Jika, selain itu, ada alasan-alasan yang mendesak, maka seorang anggota awam lain di antara umat beriman boleh diberi delegasi oleh Uskup diosesan dan -dalam batas norma hukum- diberi izin entah untuk satu kesempatan entah untuk waktu tertentu. Namun penunjukan ini tentu tidak bercorak liturgis, dan jika dalam bentuk liturgis maka sama sekali tidak boleh mirip dengan pentahbisan suci. Akhirnya, dalam kasus-kasus khusus yang tak terduga sebelumnya, izin dapat diberikan oleh Imam yang memimpin Ekaristi, tetapi hanya untuk kesempatan itu.

Page 14: AGAMA TUGAS

Siapakah Para   Majus?

Injil Matius menyebut tentang para majus yang datang dari Timur untuk menyembah bayi Kristus yang baru dilahirkan (bdk. Mat 2:1-12). Tetapi, tepatnya siapakah para majus tersebut tetap merupakan suatu misteri.

Seringkali para majus disebut juga sebagai ahli perbintangan. Dalam bahasa Yunani, bahasa asli Injil, kata “magos” (magoi, jamak) mempunyai empat arti: (1) seorang dari golongan imam Persia kuno, di mana astrologi dan astronomi berperan penting pada masa Kitab Suci; (2) seorang yang memiliki pengetahuan dan kuasa gaib (= okultisme), dan mahir dalam menafsirkan mimpi, perbintangan, ramal, hal-hal klenik, dan perantara roh; (3) seorang ahli nujum; atau (4) seorang dukun, yang memeras orang dengan mempergunakan praktek-praktek di atas. Dari definisi yang mungkin di atas dan dari gambaran dalam Injil, para majus kemungkinan adalah para imam Persia ahli perbintangan yang dapat membaca bintang-bintang, teristimewa makna bintang yang mewartakan kelahiran Mesias. (Bahkan ahli sejarah kuno Herodotus (wafat abad ke-5 SM) menegaskan keahlian kaum imam Persia dalam perbintangan).

Yang terpenting, kunjungan para majus menggenapi nubuat Perjanjian Lama: Bileam menubuatkan kedatangan Mesias yang akan ditandai dengan sebuah bintang: “Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel…” (Bil 24:17). Mazmur 72 berbicara mengenai bagaimana bangsa kafir akan datang untuk menyembah Mesias: “kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan, kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya!” (Mzm 72:10-11). Yesaya juga menubuatkan persembahan-persembahan: “Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN” (Yes 60:6).

St. Matius mencatat bahwa para majus membawa tiga persembahan; masing-masing persembahan memiliki makna nubuat: emas, persembahan bagi seorang raja; kemenyan, persembahan bagi seorang imam; dan mur – balsam penguburan, persembahan bagi seorang yang akan meninggal. St. Ireneus (wafat 202) dalam tulisannya Adversus haereses menyampaikan tafsiran atas persembahan emas, kemenyan dan mur sebagai berikut: Raja, Tuhan dan Penebus yang Menderita, juga menafsirkannya sebagai keutamaan, doa dan penderitaan.

Pada umumnya, kita berpikiran bahwa ketiga majus tersebut adalah tiga orang raja. Kita biasa menempatkan patung tiga raja di gua natal kita. Kita bahkan menyanyikan, “Kami tiga raja dari Timur….” Di sini, ketiga persembahan, Mazmur 72 dan bintang yang terbit di Timur secara bersama-sama menggambarkan para majus sebagai tiga raja yang datang dari Timur.

Sejak abad ketujuh di Gereja Barat, para majus diidentifikasikan sebagai Kaspar, Melkior dan Baltasar. Dalam suatu karya tulis berjudul Excerpta et Collectanea yang ditulis St. Beda (wafat 735) tercatat demikian, “Para majus adalah mereka yang membawa persembahan bagi Tuhan. Yang pertama dikatakan bernama Melkior, seorang tua berambut putih dan

Page 15: AGAMA TUGAS

berjenggot panjang… yang mempersembahkan emas kepada Kristus bagai kepada seorang raja. Yang kedua bernama Kaspar, seorang muda tanpa jenggot dan kulitnya kemerah-merahan… menyembah-Nya sebagai Tuhan dengan persembahan kemenyan, suatu persembahan yang layak bagi yang ilahi. Yang ketiga, berkulit hitam dan berjenggot lebat, namanya Baltasar… dengan persembahan murnya memberikan kesaksian pada Putra Manusia bahwa ia akan wafat.” Suatu kutipan dari penanggalan para kudus abad pertengahan yang dicetak di Cologne berbunyi, “Setelah mengalami banyak pencobaan dan kelelahan demi Injil, ketiga orang bijaksana tersebut bertemu di Sewa (Sebaste di Armenia) pada tahun 54 untuk merayakan Natal. Kemudian, setelah Perayaan Misa, mereka wafat: St. Melkior pada tanggal 1 Januari, dalam usia 116 tahun; St. Baltasar pada tanggal 6 Januari, dalam usia 112 tahun; dan St. Kaspar pada tanggal 11 Januari, dalam usia 109 tahun.” Martirologi Romawi juga mencatat tanggal-tanggal di atas sebagai pesta masing-masing majus.

Meskipun sebagian misteri tetap tak terungkap mengenai identitas para majus, Gereja menghormati sembah sujud mereka: Konsili Trente, ketika menekankan penghormatan yang patut diberikan kepada Ekaristi Kudus memaklumkan, “Umat beriman Kristus menghormati Sakramen Mahakudus ini dengan penyembahan latria yang diperuntukkan bagi Allah yang benar…. Sebab dalam sakramen ini kita percaya bahwa Allah yang sama hadir, yang diutus Bapa yang kekal ke dalam dunia dengan mengatakan, `Biarlah segenap malaikat Allah menyembah-Nya.’ Dialah Allah yang sama yang para Majus sujud menyembah, dan akhirnya, Allah yang sama yang dipuja para Rasul di Galilea seperti dicatat dalam Kitab Suci” (Dekrit tentang Sakramen Mahakudus, 5).

Dengan merayakan Hari Raya Natal dan Epifani (sekarang Hari Raya Penampakan Tuhan), kita pun patut sadar akan kewajiban kita untuk bersembah sujud kepada Kristus melalui doa, sembah bakti, dan perbuatan-perbuatan baik serta kurban. St. Gregorius Nazianze (wafat 389) menyampaikan khotbahnya, “Marilah kita tinggal dalam sembah sujud; dan kepada Dia, yang, guna menyelamatkan kita, merendahkan Diri hingga ke tingkat kemiskinan yang begitu rupa dengan menerima tubuh kita, marilah kita mempersembahkan tidak hanya kemenyan, emas dan mur…, melainkan juga persembahan-persembahan rohani, yang lebih luhur daripada yang dapat dilihat dengan mata” (Oratio, 19).

Page 16: AGAMA TUGAS

Uskup   Kojuator

Pada hari Rabu, tanggal 28 Oktober 2009 bertepatan dengan Gereja Kudus merayakan Pesta Santo Simon dan Santo Yudas Tadeus  Rasul telah diadakan Perayaan Ekaristi Penerimaan Uskup Agung Koajutor : Mgr. Ignatius Suharyo di Gereja Katedral.

 

Perayaan Ekaristi dihadiri oleh 23 Uskup dan Uskup Agung, antara lain dari Keuskupan Medan, Padang (Ketua KWI), Lampung, Bogor, Bandung, Purwokerto, Surabaya, Malang, Bali, Ketapang, Sangau, Sintang, Timika , Uskup Agung Jakarta  Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ, Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Tahta Suci (Duta besar Vatikan untuk Indonesia: Mgr. Leopolito, dan lain keuskupan lagi, sejumlah besar imam, biarawan-biarawati dan umat KAJ dan KAS.

 

Uskup Agung: biasa juga disebut metropolit. Ia bertugas menggembalakan suatu keuskupan agung sebagai uskupnya dan mengetuai suatu provinsi gerejawi.  Di Indonesia ada sepuluh keuskupan agung.

 

Uskup Koajutor : Uskup Bantu yang mempunyai hak menggantikan Uskup Diosesan kalau Uskup Diosesan meletakkan jabatan atas alasan yang berbeda-beda (Kitab Hukum Kanonik 403, ay 3)

Uskup Koajutor berbeda dengan Uskup Auksilier. Uskup ini juga disebut uskup bantu , yang diangkat oleh Paus atas permintaan Uskup Diosesan karena kebutuhan-kebutuhan pastoral di keuskupan tersebut. Uskup Auksilier tidak mempunyai hak mengganti.

 

Profil singkat Uskup Agung Koajutor:

 

Mgr. Ignatius Suharyo dilahirkan di Sedayu, Yogyakarta pada tgl         9 Juli 1950. Ditahbiskan menjadi imam Keuskupan Agung Semarang:              26 Januari 1976; Ditahbiskan menjadi Uskup Agung KAS:                             22 Agustus 1997; Ditunjuk menjadi Uskup Militer: 2 Jan 2006 dan Uskup Agung Koajutor KAJ: 25 Juli 2009.

 

Motto: “Serviens Domino Cum Omni Humilitate “(Act 20:19), yaitu: “Aku melayani Tuhan dengan segala rendah hati” (Kis 20:19).

 

Page 17: AGAMA TUGAS

Seputar   Paskah

APA ITU MASA PRAPASKAH?

Masa Prapaskah adalah masa pertumbuhan jiwa kita. Kadang-kadang jiwa kita mengalami masa-masa kering di mana Tuhan terasa amat jauh. Masa Prapaskah akan mengubah jiwa kita yang kering itu. Masa Prapaskah juga membantu kita untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk seperti mementingkan diri sendiri dan suka marah.

Banyak orang mengikuti retret setiap tahun. Retret itu semacam penyegaran jiwa. Kita membebaskan diri dari segala beban dan segala rutinitas sehari-hari. Tujuannya agar kita dapat meluangkan waktu untuk memikirkan dan mendengarkan Tuhan. Kalian boleh menganggap Masa Prapaskah sebagai suatu Retret Agung selama 40 hari. Yaitu saat untuk mengusir semua kekhawatiran dan ketakutan kita supaya kita dapat memusatkan diri pada Sahabat kita dan mempererat hubungan kita dengan-Nya. Sahabat itu, tentu saja, adalah Tuhan. Kita dapat mempererat hubungan kita dengan-Nya dengan berbicara kepada-Nya dan mendengarkan-Nya. Cara lain yang juga baik adalah dengan membaca bagaimana orang lain membangun persahabatan dengan Tuhan di masa silam. Kitab Suci adalah bacaan yang tepat atau bisa juga kisah hidup para santo dan santa.

Akhirnya, hanya ada dua kata untuk menyimpulkan apa itu Masa Prapaskah, yaitu: “NIAT” dan “USAHA”. Misalnya saja kita berniat untuk lebih mengasihi sesama, kita juga berniat untuk tidak lagi menyakiti hati sesama. Salah satu alasan mengapa kita gagal memenuhi niat kita itu adalah karena kita kurang berusaha. Kitab Suci mengatakan “roh memang penurut, tetapi daging lemah”. Di sinilah peran Masa Prapaskah, yaitu membangun karakter yang kuat. Kita berusaha untuk menguasai tubuh dan pikiran kita dengan berlatih menguasai diri dalam hal-hal kecil. Oleh karena itulah kita melakukan silih selama Masa Prapaskah. Kita berpantang permen atau rokok atau pun pantang menonton program TV yang paling kita sukai. Dengan berpantang kita belajar mengendalikan diri. Jika kita telah mampu menguasai diri dalam hal-hal kecil, kita dapat meningkatkannya pada hal-hal yang lebih serius.

Berlatih menguasai diri baru sebagian dari usaha. Tidaklah cukup hanya berhenti melakukan suatu kebiasaan buruk, tetapi kita juga harus memulai suatu kebiasaan baik untuk menggantikan kebiasaan buruk kita itu. Misalnya saja membaca Kitab Suci setiap hari, berdoa Rosario, menerima Komuni secara teratur. Jadi jangan hanya duduk diam saja, LAKUKAN SESUATU. Mulailah Hari Rabu Abu dengan menerima abu yang telah diberkati, lalu kemudian memulai hidup baru bagi jiwamu!

MENGAPA MASA PRAPASKAH BERLANGSUNG SELAMA 40 HARI?

Pada awalnya, empat puluh hari masa tobat dihitung dari hari Sabtu sore menjelang Hari Minggu Prapaskah I sampai dengan peringatan Perjamuan Malam Terakhir pada hari Kamis Putih; sesudah itu dimulailah Misteri Paskah. Sekarang, Masa Prapaskah terbagi atas dua bagian. Pertama, empat hari dari Hari Rabu Abu sampai Hari Minggu Pra-paskah I. Kedua, tiga puluh enam hari sesudahnya sampai Hari Minggu Palma.

Masa Prapaskah bagian kedua adalah masa Mengenang Sengsara Tuhan.

Page 18: AGAMA TUGAS

Makna empat puluh hari dapat ditelusuri dari kisah Musa yang sebagai wakil Hukum (Taurat) dan Elia yang sebagai wakil Nabi. Musa berbicara dengan Tuhan di gunung Sinai dan Elia berbicara dengan Tuhan di gunung Horeb, setelah mereka menyucikan diri dengan berpuasa selama empat puluh hari (Keluaran 24:18, IRaja-raja 19:8). Setelah dibaptis, Tuhan Yesus mempersiapkan diri untuk tampil di hadapan umum juga dengan berpuasa selama empat puluh hari di padang gurun. Di sana Ia dicobai setan dengan serangan pertamanya yaitu rasa lapar. Serangan yang sama digunakannya juga untuk mencobai kita agar kita gagal berpantang dan berpuasa dengan godaan keinginan daging. Kemudian setan berusaha membujuk Yesus untuk menjatuhkan diri-Nya agar malaikat-malaikat dari surga datang untuk menatang-Nya. Setan mencobai kita juga dengan kesombongan, padahal kesombongan sangat berlawanan dengan semangat doa dan meditasi yang dikehendaki Tuhan. Untuk ketiga kalinya Setan berusaha membujuk Yesus dengan janji akan menjadikan Yesus sebagai penguasa jagad raya. Setan mencobai kita dengan keserakahan serta ketamakan harta benda duniawi, padahal Tuhan menghendaki kita beramal kasih dan menolong sesama kita.

Selama Masa Prapaskah selayaknya kita hidup sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. (Efesus 5:8-9).

MENGAPA KITA BERPUASA?

1.    Berpuasa mempertajam mata rohani kita – membantu kita melihat apa yang Tuhan lihat.

2.    Berpuasa berarti semakin serupa dengan Kristus, yang sering kali berpuasa.

3.    Berpuasa adalah cara yang baik guna mengingatkan kita untuk berdoa, sebagai ganti makan.

4.    Berpuasa membantu kita mengurangi berat badan dan merasa tetap bugar.

5.    Berpuasa berarti menghemat uang (membeli lebih sedikit makanan!)

6.    Berpuasa berarti menghemat waktu (melewatkan waktu makan!) di mana semua orang serba sibuk dan tidak punya waktu luang.

7.    Berpuasa membuat kita merasa bahagia (jika kita melewatkan hari puasa dengan berhasil.)

8.    Berpuasa meningkatkan rasa disiplin diri sehingga kita dapat berbuat lebih banyak kebaikan kepada sesama.

MENGAPA KITA BERPANTANG?

Ada dua alasan utama. Pertama, sebagai kurban silih atas dosa-dosa kita. Kita melukai hati Tuhan dan sesama ketika kita berdosa. Kedua, dan yang paling utama, kita melukai hati Tuhan dan sesama karena kita kurang dapat mengendalikan diri. Ketika kita tergoda untuk melakukan sesuatu yang jahat (atau tidak melakukan sesuatu yang baik). Kita jatuh dalam pencobaan karena kita tidak mempunyai kehendak yang kuat untuk melakukan yang baik.

Page 19: AGAMA TUGAS

Jika kalian ingin belajar mengendalikan diri, mulailah dari hal-hal yang kecil. Selama beberapa minggu berpantanglah sesuatu yang kalian sukai. Misalnya berpantang permen, atau berpantang menonton acara TV yang kalian sukai, atau berpantang pergi ke bioskop.

MENGAPA KITA BERPANTANG DAGING PADA HARI JUMAT?

Pada abad ke-4 sudah ada hukum Gereja tentang berpantang pada hari-hari tertentu. Dahulu setiap hari Rabu, Jumat dan Sabtu adalah hari-hari pantang. Sejak abad ke-12 pantang ditetapkan hanya pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat – untuk mengenang bahwa Yesus wafat pada hari itu.

Pada tahun 1965 Paus Paulus VI mengijinkan Konferensi Para Uskup untuk menetapkan masa pantang dan puasa. Maka ditetapkan hari Rabu Abu dan Jumat Agung sebagai masa puasa dan pantang serta setiap hari Jumat dalam Masa Prapaskah sebagai masa pantang.

Mengapa berpantang daging? Banyak orang suka kelezatannya dan merasa kehilangan jika harus berpantang. Dulu peraturan pantang dan puasa orang-orang Kristen juga memasukkan susu dan telur sebagai pantangan. Pantang dan puasa menunjukkan rasa hormat akan ciptaan Tuhan dengan menggunakannya lebih hemat.

APA ITU JALAN SALIB?

Sejak abad pertama umat Kristiani telah mengadakan ziarah ke tanah kelahiran Yesus. Santa Helena, ibunda Raja Konstantin, melakukan ziarahnya yang terkenal itu pada abad ke-4 dalam usahanya untuk mengenali dari dekat tempat Yesus dilahirkan, wafat dan dimakamkan. Untuk jangka waktu yang pendek, yaitu setelah  tahun 1199 ketika tentara-tentara Perang Salib berhasil menguasai Yerusalem dan wilayah sekitarnya, ziarah dapat dilakukan tanpa kesulitan.

Tetapi sejak tahun 1291 setelah mereka kehilangan kekuasaan mereka atas daerah tersebut, ziarah menjadi lebih berbahaya dan mahal. Ibadat Jalan Salib bertujuan untuk menghadirkan Tanah Suci baik bagi mereka yang tidak dapat berziarah ke sana maupun bagi mereka yang sudah berziarah ke sana.

Fransiskus dari Asisi mempunyai dua devosi yang amat mendalam yaitu Inkarnasi Yesus dan Sengsara Yesus, masing-masing dilambangkan dengan buaian dan salib. Para biarawan Fransiskan mempopulerkan devosi Jalan Salib sejak abad ke-14.

Umat membuat perhentian-perhentian kecil di dalam gereja, kadang-kadang dibangun juga perhentian-perhentian yang besarnya seukuran manusia di luar gereja. Segera saja, hampir semua gereja telah memiliki Perhentian-perhentian Jalan Salib. Para biarawan Fransiskan juga menuliskan lirik Stabat Mater, yang biasanya dinyanyikan saat Ibadat Jalan Salib, baik dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Latin, maupun dalam bahasa setempat. Jumlah perhentian serta peristiwa-peristiwa Jalan Salib yang dikenangkan bervariasi dari waktu ke waktu. Ke-14 peristiwa Jalan Salib yang sekarang ditetapkan oleh Paus Clement XII (1730-1740).

Baik kita melakukan Ibadat Jalan Salib seorang diri atau bersama-sama dengan umat lain, di dalam gereja atau pun di ke-14 perhentian di luar gereja, ibadat ini menjadikan kisah sengsara dan wafat Yesus terasa nyata dan hidup.

Page 20: AGAMA TUGAS

APA ITU HARI MINGGU PALMA ?

Pernahkah kalian menyaksikan suatu pertunjukan drama hidup, dengan aktor serta aktris yang nyata? Jika mereka berakting dengan baik, mungkin untuk sementara waktu kalian lupa bahwa kalian sedang berada di gedung pertunjukkan. Malahan mungkin kalian tidak sempat berpikir bahwa aktor dan aktris di atas panggung itu hanyalah sedang berpura-pura menjadi orang lain. Dengan kata lain, kalian terbawa dalam peran yang mereka mainkan.

Itulah sebabnya mengapa kita memegang daun-daun palma pada hari ini. Kalian tidak hanya menyaksikan suatu pertunjukan, tetapi kalian diminta untuk berperan serta di dalamnya. Kalian menjadi aktor serta aktris dalam suatu drama yang paling hebat sepanjang masa: minggu terakhir dalam kehidupan Yesus. Dan daun-daun palma adalah perlengkapan kalian.

Adegan diawali dengan Yesus memasuki kota Yerusalem dengan jaya. Di masa silam para raja mempunyai kebiasaan untuk setiap tahun sekali mengunjungi berbagai desa dan kota di wilayah kerajaannya. Kunjungan seperti itu dalam bahasa Yunani disebut “Epifani”. Mereka mengadakan sidang dan bertindak sebagai hakim serta menjatuhkan vonis (=hukuman). Mereka juga mengumumkan peraturan-peraturan serta memungut pajak. Sebagian kunjungan epifani bersifat damai, sementara sebagian lagi lebih menyerupai perang.

Rakyat dapat mengetahui tujuan kedatangan raja dengan mengamati bagaimana ia memasuki kota. Pada masa itu kuda harganya amat mahal dan hanya digunakan untuk berperang. Jadi jika raja memasuki kota dengan menunggang kuda, biasanya berarti kerajaan dalam bahaya. Rakyat menjadi kalut dan ketakutan. Jika raja hanya bertujuan untuk mengadakan kunjungan damai, ia akan memasuki kota dengan menunggang keledai.

Cara inilah yang digunakan Yesus Kristus sang Raja untuk memasuki Yerusalem. Yesus bermaksud menyampaikan dua pesan yang jelas kepada rakyat Yerusalem. Yang pertama bahwa Ia adalah raja, yang kedua adalah bahwa Ia bermaksud membawa damai sejahtera.

Yesus datang dari Bukit Zaitun menuju lembah Kidron, di sebelah timur Bait Allah. Perjalanan yang harus ditempuh-Nya menurun dan curam. Selain jalanan di situ sempit dan kotor, hujan musim semi telah membuat jalanan menjadi licin. Orang-orang yang bersorak-sorai menyambut Yesus menebarkan ranting-ranting dan pakaian mereka di jalan supaya keledai Yesus tidak tergelincir. Sementara Yesus menuruni bukit, khalayak ramai meneriakkan “Hosanna!”, bahasa Ibrani yang artinya “Selamatkanlah Kami!”

Menutup Salib Untuk Apa?

Kapan sih salib mulai ditutup?  Sebelum Perayaan Sabda Jum’at Agung atau setelah Misa Kamis Putih atau sebelumnya? Yang jelas dalam Perayaan Sabda pada Jum’at Agung ada upacara pembukaan selubung / tutup / bungkus salib.Dari dokumen liturgi yang ada, kita menemukan surat edaran dari Kongregasi Ibadat Ilahi tentang pedoman Pekan Suci artikel 56 berbunyi:

Sesudah Misa (Kamis Putih, Peringatan Perjamuan Malam Terakhir) altar harus kosong sama sekali. Baiknya setiap salib di Gereja dibungkus dengan kain merah atau ungu, kecuali bila salib-salib itu sudah dibungkus pada hari Sabtu sebelum Minggu V Masa Prapaska. Tidak boleh dinyalakan lampu di depan patung-patung orang kudus (Seri Dokumen Gerejawi no: 71 hal 22).

Page 21: AGAMA TUGAS

Jawaban pertama adalah setelah Misa Kamis Putih (in Cena Domini). Gereja bermaksud merenungkan Yesus yang setelah  perjamuan terakhir, menderita sengsara. Tuhan Yesus ingin juga kita selalu berjaga, waspada , jangan sampai tertidur. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (bdk.Luk22:39-46 par). Yesus menghadapi salib yang sudah di depan mata.

Saat-saat ini menjadi bagi kita saat untuk berpuasa, bertobat dari segala kejahatan dan dosa. Tuhan Yesus menderita untuk menebus kita dari dosa-dosa. Kita diajak, mari kita menutup mata, menyadari siapakah kita di hadapan Tuhan. Suasana ini berlanjut dari Kamis malam itu, Jum’at Agung pagi ketika kita diundang untuk mengalami jalan salib Tuhan, dan siangnya kita diundang untuk membelalakkan mata, membuka penutup salib satu persatu. Begitu hebat pengabdian Yesus. Dia yang adalah Allah, mengosongkan Diri-Nya, dengan menjadi manusia, mati di kayu salib (bdk.Fil 2:1-11). Tutup salib di buka, dan semakin jelaslah gambar, figure Sang Penebus dosa  itu. Suasana puasa dan upaya pertobatan masih sangat nampak dan dilanjutkan pada hari berikutnya, Sabtu sepi. Saat Sang Mempelai diambil, saat sang pengiring berpuasa (bdk.Mrk.2:20 par). Juga pada hari Sabtu bisa diadakan ibadat Tenebre (gelap), yang ingin merenungkan kegelapan makam, saat-saat genting dan gelisah, saat dibutuhkan  sebuah cahaya(art 40). Itulah yang kemudian dirayakan pada Malam Paskah, Upacara Cahaya, lilin, Yesus bangkit, menjadi cahaya dalam kegelapan, harapan dalam ketidak pastian.

Jawaban kedua: Salib ditutup pada Sabtu sebelum Minggu ke V Prapaska., alasannya ingin direnungkan peristiwa kematian, suasana pertobatan dan pengampunan sebagai hasil dari kebangkitan. Permenungan ini pada bacaan Injil Minggu kelima prapaska, tahun A dari Yoh  11:1-45 tentang kematian dan kebangkitan Lazarus; Tahun B dari Yoh 12:20-33 tentang Biji gandum yang harus mati agar menghasilkan buah banyak dan Tahun C , Injil Yoh 8 : 1- 11 tentang Pengampunan Wanita Berdosa.

Pekan kelima Prapaskah menjadi pekan terakhir ,menjadi pekan yang lebih intens untuk memasuki Pekan Suci, pekan Sengsara yang diawali dengan Minggu Palma.Permenungan semakin diarahkan pada kematian dan kebangkitan Yesus.Hari Jum’at Agung menjadi hari sunyi, hari meditasi dan refleksi, hari nyepi, tidak ada api / lampu/ lilin di depan patung-patung orang kudus, supaya focus kita adalah Yesus yang menderita , menjalani  hukuman disalibkan dan wafat. Tidak ada devosi kepada yang lain. Sembah sujud kita dipusatkan kepada Sang Penebus yang wafat tapi Dia yang bangkit.