Tugas Agama

7
A. Perkembangan Kebudayaan Islam di Indonesia Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami perkembangan kebudayaan dan proses akulturasi (proses bercampurnya dua atau lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam di Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia. 1. Seni Bangungan a. Masjid Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Dipandang dari sudut arsitekturnya, masjid-masjid yang terdapat di Indonesia terutama pada masjid- masjid kuno dengan masjid-masjid di negeri lainnya. Adapun ciri khas masjid pada zaman Islam di Indonesia adalah sebagai berikut: Atap Atap bukan berupa kubay, melainkan berupa atap tumpang, yaitu atap yang bersusun, semakin keatas semakin kecil. Tingkatan paling atas membentuk limas. Jumlah tumpang selalu ganjil

description

tugas agama

Transcript of Tugas Agama

A. Perkembangan Kebudayaan Islam di IndonesiaSebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami perkembangan kebudayaan dan proses akulturasi (proses bercampurnya dua atau lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam di Indonesia.

Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.

1. Seni Bangungana. MasjidMasjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Dipandang dari sudut arsitekturnya, masjid-masjid yang terdapat di Indonesia terutama pada masjid-masjid kuno dengan masjid-masjid di negeri lainnya. Adapun ciri khas masjid pada zaman Islam di Indonesia adalah sebagai berikut:

Atap

Atap bukan berupa kubay, melainkan berupa atap tumpang, yaitu atap yang bersusun, semakin keatas semakin kecil. Tingkatan paling atas membentuk limas. Jumlah tumpang selalu ganjil baisanya 3 tapi ada juga yang lain seperti pada masjid Banten.

Pada surau-surau, atapnya mempunyai ciri tersendiri yaitu seperti limas tetapi tidak bersusun melainkan runcing pada puncaknya. Bentuk seperti ini sering dijumpai pada relief-relief di Jawa Timur. Hiasan yang terdapat pada puncak atap masjid dan surau disebut mustaka (biasanya terbuat dari tanah bakar atau benda lainnya.

MenaraMeskipun menara bukan bagian masjid yang harus ada, namun dalam seni bangunan Islam selalu merupakan bagian tambahan yang memberi keindahan. Menara pada masjid kudus dan masjid banten cukup unik bentuknya. Menara masjid kudus merupakan sebuah candi Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan penggunaannya serta diberi atap tumpang, sedang mendara masjid banten adalah tambahan yang diusahakan oleh seorang pelarian Belanda bernama Cardeel. Sebenarnya bentuk menara ini yang lebih tinggi dapat dijadikan mercu suar seperti pada bangunan-bangunan yang terdapat di Eropa.

Letak Masjid

Pada umumnya masjid didirikan berdekatan dengan istana kalau disebelah utara dan selatan istana biasanya terdapat sebuah lapangan, yang diJawa disebut alun-alun, maka masjid didirikan di tepi barat alun-alun.

Masjid sering juga ditemukan di tempat-tempat keramat, yaitu tempat makan seorang raja, wali atau ahli agama yang termasyur.

b. MakamCiri-ciri dari wujud perkembangan kebudayaan Islam pada bangunan makam terlihat dari

Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat

Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan jirat atau kijing, nisannya juga terbuat dari batu

Diatas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba

Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makan dengan makan atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu)

Didekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makan dan biasanya makan tersebut adalah makan para wali atau raja.

2. Seni RupaTradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam, agar didapat keserasian.

3. Aksara dan Seni Sastra

Tersebarnya dan berkembangnya kebudayaan agama Islam di Indonesia berpengaruh pula terhadap aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda seperti lazimnya tulisan Arab. Disamping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.

Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu-Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.

Dengan demikian wujud perkembangan kebudayaan Islam dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.

Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:

a. Hikayat, yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari persitiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama.

b. Babad, adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.

c. Suluk, adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.

d. Primbon, adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.

4. Sistem PemerintahanDalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka, dan sebagainya

Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.

5. Sistem Kalender

Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (Kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).

Nama-nama bulan yang digunakan adalah 12, sama dengan penanggalan Hijriah (Islam). Demikian pula, nama-nama bulan mengacu pada bahasa bulan Arab yaitu Sura (Muharram), Sapar (Safar), Mulud (Rabiul Awal), Bakda Mulud (Rabiul Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awal), Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb dan Besar (Dzulhijjah). Namun, penanggalan Saka karena penanggalan harian Saka saat itu paling banyak digunakan penduduk Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.