Tugas 03 Resume Paper

11
RESUME PAPER Dosen Pengampu : Dr. Widya Utama, DEA Disusun Oleh : Robi Alfaq Abdillah (3713 100 004) Dara Felisia Ardhityasari (3713 100 054) TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

description

Sediimentasi

Transcript of Tugas 03 Resume Paper

RESUME PAPER Dosen Pengampu : Dr. Widya Utama, DEA

Disusun Oleh: Robi Alfaq Abdillah(3713 100 004)Dara Felisia Ardhityasari(3713 100 054)

TEKNIK GEOFISIKAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

ResumePada kali ini kami akan memberikan resume terhadap paper yang berjudul Sikuen Stratigrafi, Fasies Pengendapan dan Zonasi Hidrokarbon pada Lapangan VN pada Cekungan Sumatera Selatan. Tujuan dibuatnya paper ini adalah untuk mengetahui kerangka sikuen stratigrafi, lingkungan pengendapan dan model pengendapan yang ada di daerah penelitian. Daerah penelitian lapangan VN berada pada formasi air benakat di dalam sub-cekungan Palembang Tengah, Sumatera Selatan. Cekungan Sumatera Selatan terletak di sebelah timur dari Pegunungan Barisan dan menyebar ke bagian timur laut hingga offshore area dan merupakan cekungan belakang busur (back-arc basin) dibatasi oleh Pegunungan Barisan di sebelah barat daya, dan Paparan Sunda pra-tersier disebelah timur laut. Berdasarkan aktifitas orogenesanya cekungan ini dibagi menjadi empat sub-cekungan yaitu Subcekungan Jambi, Subcekungan Palembang Utara, Subcekungan Palembang tengah dan Subcekungan Palembang Selatan. Cekungan ini dikenal sebagai cekungan penghasil hidrokarbon baik minyak maupun gas. Kebutuhan dunia akan minyak bumi terus meningkat setiap tahunnya maka dari itu peranan eksplorasi dan eksploitasi di dunia migas sangatlah dibuthkan. Pendekatan yang dipakai daalam mencari eksplorasi hidrokarbon adalah studi fasies, studi lingungan pengendapan dan sikeuen stratigrafi. Sikuen stratigrafi memberikan koonsep baru dalam menentukan distribusi fasies secara lateral dan vertical dengan menginterpretasikan paket sedimenter dan memebrikan pemahaman terhadap proses-proses pengendapan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisa lebih lanjut terhadap proses pengendapan dan factor yang mempengaruhinya bisa menjelaskan lebih lanjut tentang penyebaran, peristiwa dan fasies sedimenter tersebut. Sekuen stratigrafi juga membantu dalam penadsiran petroleum system yang meliputi fasies reservoir batuan tudung (Seal) dan batuan induk (Source Rock) yang dapat membantu mengurangi resiko eksplorasi dan memperbaiki korelasi komponen-komponen pada reservoir untuk eksploitasi. Berdasarkan startigrafi regional dalam buku karangan Koesoemadinata menyatakan bahwa sedimentasi cekungan Sumatra Selatan terjadi pada zaman tersier dan mengalami perliparan pada tersier akhir. Ketebalan batuan sedimen yang terdapat pada cekungan ini diperkirakan sekitar 6000 meter. Terdapat dua daur besar pada cekungan ini yaitu fase transgresi yang dikelompokkan menjadi kelompok Telisa (Formasi Talangakar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai) dan kelompok Palembang (Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai). Metode penelitian dalam paper ini antara lain pengumpulan data sekunder dan studi literature, analisis data laporan (Report Data), analisis well log serta penentuan lingkungan pengendapan serta marker sikuen stratigrafi, korelasi stratigrafi, pembuatan peta bawah permukaan dan pembuatan model. Pengetahuan sikuen stratigrafi dapat memberikan pemahaman mengenai proses-proses dan faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi, yang meliputi: perubahan muka air laut (eustacy), kecepatan penurunan (subsidence), suplai sedimen, iklim, dan geometri cekungan, untuk menjelaskan dan menafsirkan kejadian, penyebaran, dan geometri fasies sedimenter. Target dari penelitian ini terletak pada formasi air benakat yang menurut stratigrafi regionalnya termasuk pada fase regresi. Untuk melakukan analisis parasikuen, dilakukanlah pembagian parasikuen pada data log sumur,dimana masing-masing parasikuen dibatasi oleh Flooding Surface (FS). Dari batas- batas parasikuen yang ada menunjukkan bahwa makin muda lapisan batupasir terdapat siklus makin menebal hingga sangat tebal. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa terdapat parasikuen yang terendapkan pada daerah yang lebih ke arah darat atau mendangkal sehingga set parasikuen tersebut merupakan Progradational Parasequencesets. Dari cekungan tersebut terdapat lingkungan delta yang terbentuk karena suplai sedimen yang besar dari dua arah sumber dan menghasilkan Progradational Sikuen. Hal tersebut merupakan karakteristik utama yang membedakan antara lingkungan delta, estuarine dan tidal flat.Jika dicocokkan kembali dengan Log Gamma Ray pada daerah penelitian maka motif pengendapannya cenderung ke atas dari litologi daerah penelitian. Pembagian fasies pengendapan di daerah penelitian ini menjadi 5 fasies dimana terdapat salah satu fasies yang potensial sebagai reservoir hidrokarbon yaitu Proximal Pro- Delta, Overbank, Interdistributary Channel, Distal Distributary Mouthbar, dan proximal Distributary Mouthbar. Model sikuen pada zone of interest didapat setelah analisa fasies dan analisa log. Berdasarkan analisa log diperoleh marker sikuen dan system tracts untuk orde 5. Naik turun air laut pada proses pertama mengendapkan distal mouthbar dengan motif log coarsening upward. Kemudia terjadi lagi dan terendapkan overbank dengan motif log finning upward. Kenaikan air laut yang ketiga mneyebabkan terbentuk endapan proximal prodelta dengan adanya sisipan batu pasir, hal ini menunjukkan bahwa proses pengendapan mulai menjorok ke daratan. Kemudian dilanjutkan pengendapan interdistributary chanel yang didalamnya terendapkan pula moutbar berupa batu pasir dengan motif log blocky. Proses pengendapan berakhir dengan ditandai turnnya muka ar laut dan terendapkan pula distributary mouthbar proximal berupa batupasir tebal dengan motif log blocky dan ditaksir memiliki kandungan hidrokarbon yang baik.Model pengendapan di daerah penelitian didapatkan dari hasil analisis kerangka sikuen, analisis lingkungan pengendapan dan analisis ketebalan. Model pengendapan itu dimulai dari transgresive sytem tract yang ditandai dengan adanya maximum regresive surface atau transgresive surface,menunjukkan adanya kenaikan muka air laut. Pada fase ini daerah penelitian terbentuk sebagai proximal pro-delta. Selanjutnya daerah penelitian mengalami penurunan muka air laut, menghasilkan highstand system tract dibatasi oleh maximum flooding surface dan ditandai pula dengan perubahan fasies pengendapan menjadi interdistributary chanel. Masih pada kenaikan muka air laut yang sama pada chanel terendap pula sand bar yang membentuk lowstand system tract dan sequence boundary sebagai batasnya. Dilanjutkan dengan naiknya muka air laut, hasil endapannya tererosi dan membentuk sequence boundary berikutnya menjadi batas dari lowstand system tract ditandai pula dengan perubahan fasies pengendapan menjadi distributary mouthbar proximal. Kesimpulan dari paper ini antara lain :1. Pada daerah penelitian diinterpretasikan terdapat 5 lingkungan pengendapan yaitu Proximal Pro-Delta, Overbank, Interdistributary Channel, Distal Distributary Mouthbar, dan proximal Distributary Mouthbar.2. Sikuen stratigrafi ini menggunakan data yang ada seperti litostratigrafi (jenis batuan), biostratigrafi (fosil yang dikandungnya), seismik stratigrafi dan tektonostratigrafi (tektonik yang mempengaruhi) untuk merekonstruksi fasies yang berhubungan secara genetik yang terletak diantara bidang-bidang kronostratigrafi. Pro dan Kontra Terdapat beberapa pro dan kontra mengenai Sekuen Stratigrafi antara lain :1. Model Pengendapan Pada model pengendapan tradisional, akumulasi sedimentasi terjadi dalam cekungan, dimana pinggiran cekungan merupakan suatu tempat pembajian lapisan, dan lapisan akan menumpuk secara vertikal di tengah cekungan. Adanya transgresi, dan regresi terjadi pada pinggiran cekungan, dan terjadi perubahan fasies dari darat sampai ke laut, di tengah cekungan. Transgresi, dan regresi ini hanya mempengaruhi fasies sekitar pantai. Pada model pengendapan sikuen stratigrafi, akumulasi sedimentasi terjadi di pinggiran paparan (shelf) atau daerah pantai. Adanya clinoform atau lereng pada tepi paparan merupakan gejala yang penting dalam mengendalikan pengendapan dan pergeseran fasies, bukan saja di daerah pinggiran paparan tetapi juga hingga paparan dan jauh di daratan maupun di laut dalam, bersifat daur yang berulang-ulang.2. Pendekatan Stratigrafi Tradisionil : DeskriptifStratigrafi ini berlandaskan atas deskripsi dari lapisan-lapisan yang diamati, (didasarkan kriteria yang dapat diamati), dan interpretasi terbatas dari padanya. Kriteria itu bisa bersifat litologi dan/ atau fosil (paleontologi, biostratigrafi), sehingga adanya satuan lithostratigraphy, satuan chronostratigraphy dan geochronology. Malah dalam Sandi Stratigraphy International terakhir (1984) terdapat profillifsas satuan stratigrafi yang bersifat desktriptif, dan beberapa satuan interpretasinya. Satuan interpretatif ini yang bersifat satuan waktu, merupakan usaha globalisasi satuan seperti berbagai jenis satuan kronostratigrafi. Satuan litologi tetap bersifat lokal dan tidak terkait secara global. Sequnce Stratigraphy: DeterministikTerikat oleh hukum-hukum dari daur turun/ naiknya muka laut. Stratigrai sikuen, walupun pada mulanya bersifat deskriptip seperti halnya dalam stratigrafi tradisional, tetapi telah berkembang menjadi ilmu yang sangat deterministik, malahan bersifat prediktif. Satuan stratigrafi & sedimentasi ditentukan oleh aturan-aturan yang dapat diturunkan dari hukum turun-naiknya muka air laut yang bersifat global. Dengan menambahkah input laju pasokan sedimen, laju penurunan tektonik, maka satuan-satuan stratigrafinya (sytem tract/ facies) dapat diprediksi. Dalam stratigrafi sikuen faktor geologi yang mengendalikan urutan stratigrafi, pola penumpukan lapisan (stratal stactking pattern) dan facies dikendalikan hanya oleh 3 faktor yaitu Laju perubahan m.a.l eustatik (eustatic sealevel changes), Laju penurunan/ tektonik (tectonic subsidence) dan Laju Pemasokan sediment (sediment supply). Ketiga faktor itu menentukan perubahan muka laut relatif dan apa yg disebut sediment accomodation, suatu konsep baru yg menyangkut kedalaman laut (bathymetry) Satuan statigrafinya spt: sequence, system tracts, parasequences dpt dikaitkan langsung dengan turun naik muka laut relatif. Hal ini langsung dikaitkan dengan perubahan muka laut eustatik yang bersifat cyclic, dengan memperhitungkan laju pasokan sedimen dan laju penurunan tektonik. Dengan mengetahui persamaan sinusoid dari perubahan muka laut eustatik untuk zaman tertentu, dan memasukan 2 nilai laju tsb, maka pada suatu titik dalam suatu cek sedimen dapat diprediksi urutan stratigrafi sikuen, termasuk sistim tracks yang akan terbentuk, pola penumpukan lapisan, serta ketebalan, sehigga dimungkinkan suatu simulasi sedimentasi komputer, dimana out-putnya berupa suatu penampang stratigrafi.Endapan darat adalah sangat ditentukan oleh perubahan muka laut relatif, hal ini yang akan merubah base-of level of erosion, dan ini menentukan adanya erosi atau pengendapan di dataran aluvial. Pengendapan laut dalam yang diluar pengaruh turun naiknya m.a.l akan ditentukan secara tidak langsung oleh turun-naiknya m.a.l, yi perubahan yg hampir tdk teramati dalam gejala kimia-fisika dan biologi dr ling pengendapan. Dengan demikian jelaslah bhw strat sikuen sifatnya sdh sangat deterministik, bahkan prediktif.3. Dasar Klasifikasi StratigrafiPada stratigrafi tradisional yang dijadikan dasar pengelompokan satuan batuan adalah kriteria litologi dalam hal satuan litostratigrafi atau penyebaran asosiasi fosil dalam hal biostratigrafi. Yang belakangan ini ditafsir sebagai kronostrat dan menjadi dasar geo- kronologi. Dalam stratigrafi sikuen dasar pembagian satuan stratigrafi adalah pengenalan adanya permukaan antar lapangan yg bersifat unconformity serta korelasinya, permukaan yang memisahkan berbagai sistim track yang tidak berdasarkan kriteria litologi saja tetapi harus memperhatikan kriteria biostratigrafi maupun kriteria korelasi serta sifat dari bid permukaannya sendiri. Posisi suatu satuan stratigrafi dapat saja berdampingan dengan sat lainnya atau bergeser secara geografi dan tidak perlu berada di atas atau di bawahnya. PengembanganAdanya tinjauan ulang mengenai penggunaan litostratigrafi untuk menerangkan stratigrafi endapan delta di semua cekungan, terutama apabila dimensi deltanya ekivalen dengan Delta Mahakam purba. Hal ini menjadi sangat penting karena keragaman fasies litologi endapan delta, baik secara lateral/ vertikal yang diakibatkan oleh proses naik-turunnya muka air laut relatif dapat sangat ekstrim, yaitu dari dominan batupasir fluvial sampai ke endapan laut dalam, sehingga satu penamaan formasi saja tidak cukup untuk memerikan stratigrafinya. Dan penggunaan kecepatan seismic terhadap perhitungan kecepatan produksi karbonat dari suatu cekungan. Data Penelitian

Gambar 1. Peta Area Penelitian (Hutchinson,1996)Gambar 2. Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatera