TTN Dr. Etti Anthony

24
Pendahuluan Sistem pernafasan memegang peranan sangat penting dalam mempertahankan kehidupan neonatus. Penyebab gangguan pernafasan dapat dibagi menjadi infeksi dan noninfeksi. Kira – kira 1% neonatus memiliki distress pernafasan yang tidak berhubungan dengan infeksi. Dari 1 %, kira – kira 33% - 50%nya adalah Transient Tachypnea of the Newborn (TTN). 1 TTN merupakan self limited disease, namun dapat juga membahayakan kehidupan neonatus sehingga diperlukan bantuan pernafasan. 1,2 Tingginya tindakan seksio sesarea pada masa kini meningkatkan morbiditas TTN. Insidensi dari tindakan seksio sesarea pada kehamilan yang belum in partu adalah 35,5 per 1000, bila sudah memasuki proses persalinan adalah 12,2 per 1000. 2 Adanya peningkatan morbiditas dan potensi mortalitas memacu pembahasan yang lebih mendalam mengenai TTN. Pada referat ini akan dibahas mengenai definisi, etiologi dan faktor risiko, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari TTN. Definisi Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) adalah suatu penyakit ringan pada bayi baru lahir (BBL) yang mendekati cukup bulan (near term) atau cukup bulan 1

description

ttn

Transcript of TTN Dr. Etti Anthony

Page 1: TTN Dr. Etti Anthony

Pendahuluan

Sistem pernafasan memegang peranan sangat penting dalam

mempertahankan kehidupan neonatus. Penyebab gangguan pernafasan dapat

dibagi menjadi infeksi dan noninfeksi. Kira – kira 1% neonatus memiliki distress

pernafasan yang tidak berhubungan dengan infeksi. Dari 1 %, kira – kira 33% -

50%nya adalah Transient Tachypnea of the Newborn (TTN).1 TTN merupakan

self limited disease, namun dapat juga membahayakan kehidupan neonatus

sehingga diperlukan bantuan pernafasan. 1,2

Tingginya tindakan seksio sesarea pada masa kini meningkatkan

morbiditas TTN. Insidensi dari tindakan seksio sesarea pada kehamilan yang

belum in partu adalah 35,5 per 1000, bila sudah memasuki proses persalinan

adalah 12,2 per 1000.2 Adanya peningkatan morbiditas dan potensi mortalitas

memacu pembahasan yang lebih mendalam mengenai TTN. Pada referat ini akan

dibahas mengenai definisi, etiologi dan faktor risiko, patofisiologi, manifestasi

klinis, diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,

komplikasi, dan prognosis dari TTN.

Definisi

Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) adalah suatu penyakit ringan

pada bayi baru lahir (BBL) yang mendekati cukup bulan (near term) atau cukup

bulan (term) yang mengalami respiratory distress segera setelah lahir dan hilang

dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari. 2-4

Faktor Risiko

Berikut adalah faktor risiko neonatus dalam mengidap TTN: 2,4

Elektif seksio sesarea yang belum in partu

Neonatus yang lahir dengan seksio sesarea, terutama dengan usia gestasi

kurang dari 38 minggu berisiko terjadinya penimbunan cairan dalam paru-paru

karena tidak melewati seluruh proses persalinan dan diikuti pelepasan

katekolamin yang tidak adekuat, akibatnya dapat menghambat pertukaran gas

1

Page 2: TTN Dr. Etti Anthony

dalam paru-paru. Oleh karena itu, maka neonatus lebih sulit untuk menghirup

oksigen dengan semestinya dan neonatus bernapas lebih cepat.

Near term neonates

Hal ini terjadi kemungkinan karena imaturitas dari epithelial Na+ channel

(ENaC), kurangnya produksi surfaktan dari lamellar bodies, dan imaturitas

epitel paru.

Neonatus dengan berat badan lahir rendah

Neonatus yang lahir dengan berat badan lahir rendah cenderung untuk

mengalami partus presipitatus sehingga tidak mengalami peremasan pada jalan

lahir.

Yang lahir dari ibu dengan asma

TTN yang terjadi dianggap dipengaruhi oleh kelainan atopik mengingat

adanya riwayat atopik (asma) pada ibu.

Yang lahir dari ibu dengan diabetes

Kurang baiknya aliran darah pada keadaan hiperglikemia dapat

mengakibatkan kurang sempurnanya ENaC.

Sedasi pada ibu yang berlebihan

Sedasi pada ibu akan menyebabkan efek sedasi pada neonatus sehingga

neonatus tidak menangis kuat saat lahir, sedangkan tangisan pada neonatus

berperan dalam penyerapan cairan dalam paru-paru sebanyak 30%.

Asfiksia perinatal

Neonatus yang mengalami asfiksia perinatal akan merangsang neonatus

untuk mengambil nafas lebih cepat sehingga cairan dalam jalan lahir dapat

masuk ke dalam paru-paru.

Skor APGAR yang rendah (menit 1: ≤ 7)

Skor APGAR yang rendah dapat menandakan adanya ketidaksempurnaan

bersihan dari jalan nafas, termasuk cairan dalam paru-paru neonatus.

2

Page 3: TTN Dr. Etti Anthony

Etiologi dan Patofisiologi

Transient tachypnea of the newborn (TTN) adalah hasil dari terlambatnya

pembersihan cairan paru-paru janin. Distress pernafasan dulu diperkirakan karena

defisiensi relatif pada surfaktan tetapi sekarang penyebabnya telah diketahui, yaitu

timbunan cairan pada paru-paru karena ketidakmampuan paru-paru janin dalam

menyerap cairan.1,3-6

Percobaan in vivo memperlihatkan bahwa epitel paru-paru

mengsekresikan Cl- dan cairan selama kehamilan tetapi baru mengembangkan

kemampuan untuk menyerap Na+ secara aktif pada akhir kehamilan.4 Pada saat

lahir, paru-paru yang matang mengubah fungsinya dari sekresi Cl- menjadi

absorbsi Na+ karena respon dari katekolamin yang bersirkulasi dalam darah.3-6

Telah dibuktikan juga bahwa glukokortikoid berperan dalam perubahan

ini. Pada paru-paru janin yang imatur terdapat imaturitas expresi EnaC.

Glukokortikoid dapat mempercepat penggantian fungsi dari sekresi cairan

menjadi absorpsi cairan. Glukokortikoid menginduksi reabsorpsi Na+ kebanyakan

melalui ENaC alveolus paru-paru janin pada akhir kehamilan. Epinefrin yang

dilepaskan selama proses persalinan juga mempengaruhi cairan paru-paru janin

dengan cara menghambat chloride pump dan menstimulasi ENaC yang

mengabsorbsi cairan dari paru-paru ke interstisial. Perubahan tekanan oksigen

juga menambah kapasitas transport epitel paru dan meningkatkan ekspresi gen

ENaC.3-6

Percobaan memblokade ENaC yang dilakukan pada paru-paru tikus

memperlihatkan pentingnya transport Na+ secara fisiologis saat lahir. Ketika

transport Na+ tidak efektif, hewan yang baru lahir tersebut memperlihatkan gejala

distres pernafasan, hipoksemia, retensi cairan paru-paru, dan pada akhirnya terjadi

kematian. Penelitian menunjukkan bahwa TTN dan Respiratory Distress

Syndrome (RDS) melibatkan kegagalan pada transport Na+. 3-6

Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) terjadi pada neonatus cukup

bulan dengan surfaktan yang matang dan transport Na+ epitel pernafasan yang

belum berkembang baik, sedangkan RDS terjadi pada neonatus dengan surfaktan

yang belum matang dan transport Na+ yang belum berkembang baik. 3-6 Walaupun

3

Page 4: TTN Dr. Etti Anthony

begitu, neonatus yang cukup bulan bisa saja memiliki lamellar body count yang

rendah, yang menandakan kurangnya fungsi surfaktan dan berhubungan dengan

tachypnea yang lama. 7

Cairan paru- paru janin dibersihkan oleh ENaC beberapa hari sebelum

lahir sebanyak 35%, selama proses persalinan sebesar 30% karena efek pelepasan

katekolamin, dan sekitar 35% dibersihkan setelah persalinan dengan menangis

kuat dan bernafas. 1,3-6

Manifestasi Klinis TTN

Gejala TTN meliputi: 1,2

Takipnea lebih dari 60 napas per menit

Merintih

Nafas cuping hidung

Retraksi dada

Sianosis

Neonatus dapat memperlihatkan barrel chest karena peningkatan diameter

anteroposterior.

Diagnosis

Anamnesis pada TTN biasanya didapatkan riwayat persalinan presipitatus,

persalinan dengan seksio sesarea, atau persalinan yang lama 1,2 Pada pemeriksaan

fisik didapatkan tanda-tanda distres pernafasan, seperti takipnea, nafas cuping

hidung, merintih, retraksi, dan sianosis dapat muncul segera setelah lahir.

Neonatus tersebut bisa saja tidak menunjukkan distres yang akut dan sering hanya

menunjukkan quiet tachypnea.1 Pemeriksaan rasio LS, Analisis Gas Darah

(AGD), pemeriksaan darah lengkap, tes antigen serum dan urin, kadar plasma

endothelin-1 (ET-1), interleukin-6 (IL-6), foto rontgen thoraks, tes oksigen 100%

juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding lain ataupun

membantu menentukan penyebabnya.

Kelainan ini haruslah sementara, biasanya baik dalam waktu 72 jam

setelah lahir. Namun beberapa studi menunjukkan bahwa pasien TTN dengan

4

Page 5: TTN Dr. Etti Anthony

frekuensi pernafasan lebih dari 90 per menit selama 36 jam pertama kehidupannya

berhubungan dengan prolonged takipnea yang berakhir lebih dari 72 jam. 7

Diagnosis Banding

Terdapat beberapa penyakit lain yang menyebabkan gangguan pernafasan

pada neonatus yang kerap kali sulit dibedakan dengan TTN, yaitu sebagai

berikut:1,2

1. Hyaline Membrane Disease (HMD) / Respiratory Distress Syndrome (RDS)

Hyaline Membrane Disease (HMD) disebut juga Sindroma Gawat Nafas

(SGP) tipe 1, yaitu gawat napas pada neonatus kurang bulan yang terjadi

segera atau beberapa saat setelah lahir, ditandai adanya takipnea, merintih,

pernafasan cuping hidung, retraksi dada, dan sianosis yang menetap atau

menjadi progresif dalam 48 – 96 jam pertama kehidupan dan pada

pemeriksaan radiologis ditemukan pola retikulogranuler yang uniform dan air

bronkogram.

Tanda dari HMD biasanya muncul beberapa menit sesudah lahir, namun

biasanya baru diketahui beberapa jam kemudian. Bila didapatkan onset

takipnea yang terlambat harus dipikirkan penyakit lain.

2. Meconium Aspiration Syndrome (MAS)

Cairan amnion yang terwarnai mekonium ditemukan pada 5 – 15%

kelahiran, tetapi sindrom ini biasanya terjadi pada neonatus cukup bulan atau

lewat bulan. Didapatkan riwayat ketuban hijau karena mekonium dan tanda –

tanda kegawatan janin merupakan penemuan yang penting dalam

mendiagnosis sindrom ini. Neonatus ini tercat mekonium dan memerlukan

resusitasi pada saat lahir. Mekonium yang kental teraspirasi ke dalam paru

mengakibatkan obstruksi jalan napas kecil yang dapat menimbulkan

kegawatan pernapasan dalam beberapa jam pertama dengan gejala takipnea,

pernafasan cuping hidung, merintih, retraksi, mendengkur, dan sianosis.

Keadaan ini biasanya membaik dalam 72 jam, tetapi bila dalam perjalanan

penyakitnya neonatus memerlukan bantuan ventilasi, keadaan ini dapat berat

5

Page 6: TTN Dr. Etti Anthony

dan kemungkinan mortalitasnya tinggi. Takipnea dapat menetap selama

beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Rontgen dada bersifat khas

ditandai dengan bercak – bercak infiltrat, corakan kedua lapangan paru kasar,

diameter antero – posterior tambah, dan diafragma mendatar.

3. Pneumonia Neonatal

Infeksi akibat Streptococcus grup B kurang bisa dibedakan dengan

takipnea lainnya. Pada pneumonia yang muncul saat lahir, gambaran rontgen

dada dapat identik dengan HMD, namun dari aspirat lambung atau trakea

ditemukan kokus gram positif, dan apus buffy coat juga dapat membantu

menandakan adanya penyakit infeksi. Tes urin untuk antigen streptococcus

positif, serta adanya neutropenia.

4. Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn (PPHN)

Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn (PPHN) merupakan

kegagalan perubahan sirkulasi paru-paru bayi dari sebelum lahir hingga setelah

lahir. PPHN terjadi pada bayi cukup bulan dan lewat bulan pasca asfiksia,

MAS, sepsis streptokokus grup B, HMD, hipoglikemia, polisitemia, dan

hipoplasia paru akibat hernia diafragmatika, oligohidramnion. PPHN juga

dapat terjadi karena hypoplasia of the pulmonary cascular bed atau idiopathic

pulmonary hypertension.

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan pada TTN untuk menyingkirkan

diagnosis banding lain atau justru membantu menegakkan diagnosis banding lain,

terutama bila keadaan nafas neonatus sudah sangat buruk dalam < 3 hari

kehidupannya.1,2

A. Pemeriksaan Laboratorium

1. Prenatal Testing

6

Page 7: TTN Dr. Etti Anthony

Rasio L-S > 2 dengan phosphatidilgliserol pada cairan amnion dapat

menyingkirkan HMD.

2. Postnatal testing

a. Analisa Gas Darah (AGD)

Pemeriksaan AGD penting untuk memastikan keadaan pertukaran

gas dan keseimbangan asam – basa. Tidak terdapat tanda hipoventilasi

dan tekanan parsial karbondioksida biasanya normal atau meningkat

ringan (PCO2 < 55 mmHg) karena takipnea. Bila ditemukan

peningkatan tekanan karbondioksida pada neonatus dengan takipnea

mungkin merupakan tanda kelelahan dan ancaman gagal nafas atau

komplikasi seperti pneumothorax.

Analisis gas darah merupakan indikator definitif dari pertukaran

gas untuk menilai gagal nafas akut. Hipoksemia berat ditandai dengan

PaO2 < 50-60 mmHg dengan FiO2 60% atau PaO2 < 60 mmHg

dengan FiO2 > 40% pada bayi < 1250 g, hiperkapnik berat dengan

PaCO2 > 55-60 mmHg dengan pH <7,2-7,25.

b. Pemeriksaan darah lengkap

Untuk menyingkirkan tanda infeksi dan menyingkirkan

polisitemia.

c. Tes antigen serum dan urin

d. Kadar Plasma endothelin-1 (ET-1)

Kadar plasma ET-1 lebih tinggi pada pasien dengan RDS bila

dibandingkan dengan TTN.

e. Interleukin-6 (IL-6)

Beberapa studi menunjukkan bahwa pemeriksaan awal IL-6 dapat

membedakan sepsis dengan TTN sehingga dapat menghindari

penggunaan antibiotik pada neonatus.

B. Rontgen Thorax

7

Page 8: TTN Dr. Etti Anthony

Karena TTN memiliki gejala yang awalnya mirip dengan gangguan

pernafasan lain yang lebih berat (seperti pneumonia neonatal atau HMD),

maka dapat digunakan sinar-X dada selain anamnesis dan pemeriksaan fisik

untuk membuat diagnosis. Gambaran yang didapat adalah hiperinflasi paru

yang simetris atau normal, fisura interlobaris terlihat opak karena terdapat

cairan, perihilar streaking, efusi pleura yang minimal, corakan vaskular yang

meningkat, pembesaran jantung yang ringan. Gambaran radiografi terkadang

dapat seperti gambaran granular, diffuse seperti hyaline membrane disease

tetapi tanpa pulmonary underaeration. Radiografinya dapat juga menyerupai

gambaran meconium aspiration syndrome.

Paru – paru kanan kadang terlihat lebih opak daripada paru - paru kiri.

Gambaran ini didapat pada umur neonatus 1-3 hari. Pada hari ke 4 akan

terlihat paru – paru yang bersih.

C. Lung Ultrasonography

Akhir – akhir ini ultrasonografi dipakai dalam mendiagnosis TTN dengan

ditemukannya double lung point yang tidak terlihat pada RDS, atelektasis,

pneumotoraks, pneumonia, dan neonatus yang sehat.

Penatalaksanaan TTN

Penatalaksanaan pada TTN hanyalah suportif. Ketika cairan paru – paru

terabsorbsi oleh sistem limfatik neonatus, maka kondisi paru – paru akan

membaik. Namun, seperti halnya neonatus yang baru lahir yang memiliki masalah

pernapasan, neonatus dengan TTN juga perlu diawasi dengan ketat. Kadang-

kadang neonatus akan dimasukkan ke unit perawatan intensif neonatus (NICU)

untuk perawatan ekstra. Monitor diperlukan untuk mengukur denyut jantung, laju

pernapasan, suhu tubuh, dan kadar oksigen secara kontinu.1,2,9,10

1. Penanganan awal adalah dengan membersihkan jalan nafas, jalan nafas

dibersihkan dari lendir atau sekret yang dapat menghalangi jalan nafas selama

diperlukan, serta memastikan pernafasan dan sirkulasi yang adekuat.

Monitoring saturasi oksigen dapat dilakukan dengan menggunakan pulse

8

Page 9: TTN Dr. Etti Anthony

oxymetri secara kontinyu untuk memutuskan kapan memulai intubasi dan

ventilasi. Semua bayi yang mengalami distres nafas dengan atau tanpa sianosis

harus mendapatkan tambahan oksigen. Oksigen yang diberikan sebaiknya

oksigen lembab dan telah dihangatkan. Pemberian oksigen dapat dimulai

dengan high flow nasal (HFN) kanul aliran 4-8 liter/menit FiO2 21% - 40%.

Bila tidak berespon, dapat diberikan Continuous Positive Airway Pressure

(CPAP) dengan PEEP 7 cm H2O FiO2 ≤ 40%. Pemakaian CPAP juga dapat

langsung dipertimbangkan bila memenuhi salah satu kriteria berikut ini: 10

1. Frekuensi napas > 60x/menit

2. “Merintih (grunting)”

3. Retraksi dada

4. Saturasi oksigen <93% (preduktal)

5. Kebutuhan Oksigen >60%

6. Sering mengalami apnea

Menghentikan pemakaian CPAP jika:10

1. Setelah bayi bernapas dengan mudah dan terlihat penurunan frekuensi napas

dan retraksi. FiO2 diturunkan secara bertahap 2-5% sampai menjadi 21%

atau udara ruangan dengan dipandu pulse oxymeter atau hasil analisa gas

darah.

2. Jika bayi sudah nyaman bernapas dengan CPAP PEEP 5 cm H2O dan FiO2

21%, maka dicoba melepas CPAP. Bayi dinilai selama percobaan ini apakah

mengalami takipnea, retraksi, desaturasi oksigen, atau apnea. Jika tanda

tersebut timbul, percobaan dianggap gagal. CPAP harus segera dipasang

lagi pada bayi paling sedikit satu hari sebelum dicoba lagi di hari

berikutnya.

3. Jika bayi terus menggunakan CPAP PEEP 5 cm H2O dengan FiO2 21%,

ulangi percobaan dengan memberikan tambahan oksigen melalui HFN,

aliran 4-8 liter/menit, FiO2 21%.

9

Page 10: TTN Dr. Etti Anthony

Bayi dengan CPAP nasal dengan tekanan yang optimal akan memerlukan

ventilasi mekanis / Non-invasive Positive-pressure Ventilation (NIPV) jika

terjadi hal berikut: 10

1. FiO2 > 40%

2. PaCO2 > 60 mmHg

3. Asidosis metabolik menetap dengan defisit basa > -8

4. Terlihat retraksi yang nyata saat dilakukan CPAP

5. Sering mengalami apnea dan bradikardi

Tabel 1. Evaluasi Gawat Napas dengan Skor Downes

Skor 0 1 2

Laju pernapasan < 60 x/menit 60 – 80 x/menit > 80 x/menit

Sianosis Tidak ada Tidak ada dengan

FiO2 40%

Perlu FiO2 40%

Retraksi Tidak ada Ringan Berat

Merintih Tidak ada Sedikit Jelas

Udara masuk Baik Menurun Sangat Buruk

Sumber: Mathai8

Evaluasi

Total Diagnosis

1-3 Sesak napas ringan Tidak ada gawat napas

4-5 Sesak napas sedang Gawat napas CPAP

≥ 6 Sesak napas berat Ancaman gagal napas Intubasi

10

Page 11: TTN Dr. Etti Anthony

Tabel 2. Nilai Analisis Gas Darah

Nilai

0 1 2 3

PaO2 (mmHg) > 60 50 – 60 < 50 < 50

pH > 7,3 7,2 – 7,29 7,1 – 7,19 < 7,1

PaCO2 (mmHg) < 50 50 – 60 61 - 70 > 70

Skor > 3: memerlukan ventilator

Sumber: Mathai8

Tabel 3. Panduan Untuk Monitoring Saturasi Oksigen dengan Pulse Oximetri

> 95% Bayi aterm

88 – 94% Bayi preterm (28-24 minggu)

85 – 92% < 28 minggu

Sumber: Mathai8

Penilaian AGD seharusnya secara periodik diulangi, terutama bila kondisi

neonatus memburuk. Rontgen thorax seharusnya diulang bila secara klinis

semakin memburuk (dekompensasi).

(Algoritma diagnosis dan tatalaksana gagal nafas pada neonatus terlampir).

2. Pemasangan orogastric tube (OGT) diharuskan pada penggunaan bantuan

nafas dengan tujuan dekompresi distensi gastrointestinal dan untuk memulai

trophic feeding, dimulai dengan 10 cc/kgBB/hari.2 Enteral feeding tetap

diberikan untuk mempertahankan flora normal usus dan membantu

perkembangan villi – villi usus. Cairan intravena dapat segera diberikan untuk

mencegah keadaan hipoglikemia. Keseimbangan cairan, elektrolit dan glukosa

harus diperhatikan. Pemberian cairan biasanya dimulai dengan jumlah yang

minimum, mulai dari 60 ml/kgBB/hari dengan Dekstrose 10%. Kalsium

glukonas dengan dosis 6-8 ml/kgBB/hari dapat ditambahkan pada infus cairan

yang diberikan. Pemberian nutrisi parenteral dapat dimulai dalam 24 jam.11

Pemberian protein biasanya dimulai dari 0,5-1 g/kgBB/hari, tingkatkan 0,5-1

11

Page 12: TTN Dr. Etti Anthony

gram/kgBB/hari hingga maksimal 4 g/kgBB/hari dan lipid diberikan sebaiknya

mulai dari 0,5-1 g/kgBB/hari, tingkatkan 0,5 g/kgBB/hari hingga maksimal 3

g/kgBB/hari. Kalium 1-2 mEq/kgBB/hari dan natrium 2-3 mEq/kgBB/hari

pada periode stabilisasi (hari 1-3), sedangkan pada periode transisi (hari 4-6)

kalium 2-4 mEq/kgBB/hari dan natrium 4-8 mEq/kgBB/hari.12

3. Keadaan hipotermi maupun hipertermi harus dihindari. Temperatur bayi harus

dijaga dalam rentang 36,5−37,5oC.

4. Prinsip lain perawatan neonatus yang mengalami distress nafas adalah minimal

handling. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan monitor sekaligus untuk

menilai keadaan kardiorespiratorik, temperatur, dan saturasi oksigen pada

neonatus.

5. Penggunaan obat pada TTN adalah minimal. Sulit untuk menyingkirkan sepsis

atau pneumonia secara klinis, dengan tanda distress pernafasan, terutama bila

tidak ada faktor risiko infeksi pada neonatus. Untuk itu, antibiotik empirik

dapat diberikan pada 36 jam pertama kehidupan neonatus hingga sepsis dapat

disingkirkan (kultur negatif). Pemilihan antibiotik inisial yang dianjurkan

adalah ampicillin dan gentamicin. Namun, beberapa studi menyatakan bahwa

penggunaan antibiotik empirik tidak dianjurkan pada neonatus cukup bulan

atau hampir cukup bulan dengan TTN tanpa adanya faktor risiko infeksi.

Neonatus yang mendapatkan antibiotik harus tinggal lebih lama di rumah sakit.

Diuretik, beta agonist, dan epinefrin inhalasi tidak menunjukkan adanya

manfaat. 13,14

Ketika TTN teratasi, takipnea berkurang, kebutuhan oksigen berkurang,

dan rontgen thorax menunjukkan resolusi dari garis perihilar (perihilar streaking).

Dalam waktu 24 sampai 48 jam, napas neonatus yg mengidap TTN biasanya

membaik dan kembali normal, dan dalam waktu 72 jam hingga 120 jam, semua

gejala TTN hilang.1,2

Komplikasi

12

Page 13: TTN Dr. Etti Anthony

Beberapa neonatus dapat menunjukkan hipoksia, kelelahan pernafasan,

dan asidosis. Terkadang kebocoran udara (misalnya pneumothoraks atau

pneumomediastinum yang kecil) dapat terlihat. Beberapa studi mengatakan bahwa

TTN merupakan faktor risiko terhadap sindrom wheezing di masa depan saat

masa kanak – kanak dan sifatnya tidaklah sementara seperti TTN. Namun, masih

diperlukan studi lainnya untuk memastikan hubungan ini.15,16

Prognosis

Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) adalah kelainan yang dapat

sembuh sendiri dengan prognosis yang sangat baik. Namun, TTN sering diikuti

dengan penyakit respiratori lainnya, seperti peningkatan risiko wheezing pada

masa kanak – kanak. 2,16

Kesimpulan

Transient Tachypnea of the Newborn adalah gangguan pernafasan yang

terjadi sementara pada neonatus cukup bulan atau hampir cukup bulan. Gejala dan

tandanya adalah nafas cepat, nafas cuping hidung, retraksi, merintih, sianosis, dan

tidak aktif. Karena gejala dan tanda ini tidak spesifik, maka dapat diperlukan

beberapa pemeriksaan untuk menyingkirkan diagnosis lain dengan rontgen thorax,

ataupun pemeriksaan untuk mengetahui tanda akan terjadinya gagal nafas.

Tindakan segera untuk mempertahankan nafas neonatus dalam mempertahankan

oksigenasi dan tindakan suportif merupakan tatalaksana pada TTN. Dengan

perawatan yang baik, keadaan neonatus dengan TTN akan membaik dalam 3 – 5

hari tanpa meninggalkan gejala sisa. Bagaimanapun, terdapat beberapa studi yang

menduga bahwa TTN meningkatkan risiko wheezing pada kanak – kanak.

13

Page 14: TTN Dr. Etti Anthony

Bagan 1. Algoritma Diagnosis dan Tatalaksana Gagal Nafas pada Neonatus

14

Neonatus dengan distress nafas

Berat(PCH, grunting, apneu,

sianosisResusitasi:Bersihkan jalan nafas, hisap lendir (suction)Pemberian oksigen , pasang OGTPasang akses intra vena :D10% 60 ml/kgBBCa-Gukonas 10% 6-8 ml/kgBBMonitor temperaturMonitor saturasiRontgen toraks (Bila memungkinkan)

Algoritma diagnosis dan Tatalaksana Gagal nafas pada Neonatus

Ringan(Takipneu ringan)

Disesuaikan menurut

usia

Evaluasi menggunakan skor Downes

Perbaikan klinis YA

TIDAK

Evaluasi menggunakan skor

Downes

Perawatan bayi rutin

Observasi 30 menit

Membaik

YA

Perawatan di NICU

Pemberian O2 dilanjutkanMonitoring saturasiRontgen toraks

IntubasiPemberian antibiotik spektrum luas: Ampicillin & Gentamicin (inisial)Pemeriksaan penunjang:

Darah rutin & hitung jenis, AGD, GDS, elektrolit, rontgen toraks

Konsul NICU/rujuk ke RS yang memiliki NICU

Hasil AGD:Asidosis metabolik/respiratorikBila pH ≤ 7,25 Na-Bikarbonat 1-2 mEq/kgBB dlm 30 menit

TIDAK ( Ancaman gagal nafas/DS≥6)

Hipoglikemi bolus D10% 2cc/kgBB, dilanjutkan infus kontinyu kec 6-8 mg/kgBB/mntHiperglikemi kuranngi konsentrasi infus glukosa (D5%)

• Pemberian O2 HFN 4-8 L/m, FiO2≤ 40%

• Monitoring Saturasi• Rontgen toraks

Resusitasi:• Bersihkan jalan nafas, hisap lendir

(suction)• Pemberian oksigen dengan CPAP PEEP 7

cm H2O FiO2 ≤ 40%, pasang OGT• Pasang akses intra vena:• D10% 60 ml/kgBB• Ca-glukonas 10% 6-8 ml/kgBB• Monitoring temperatur dan saturasi• Rontgen toraks (bila memungkinkan)

Algoritma diagnosis dan Tatalaksana Gagal nafas pada Neonatus

Neonatus dengan distress nafas

Berat(PCH, grunting, apneu, sianosis)

Ringan(Takipneu ringan)

Evaluasi menggunakan skor

Downes

Membaik

Ya Observasi 30 menit

TIDAK (Ancaman gagal nafas / DS≥6

Perbaikan klinis

Evaluasi menggunakan skor Downes

Hasil AGD:Asidosis metabolik / respiratorikBila pH ≤ 7,25 Na Bikarbonat 1-2 mEq/kgBB dalam 30 menit

Perawatan bayi rutin

• Intubasi• Pemberian antibiotik swpektrum luas:

Ampicillin & Gentamisin (inisial)• Pemeriksaan penunjang:

Darah rutin & hitung jenis, AGD, GDS, elektrolit, rontgen toraks

• Konsul NICU / rujuk ke RS yang memiliki NICU

Hipoglikemi bolus D10% 2 cc/kgBB, dilanjutkan infus kontinyu kec. 6-8 mg/kgBB/mntHiperglikemi kurangi konsentrasi infus glukosa (D5%)

Perawatan di NICU

YaTidak

Page 15: TTN Dr. Etti Anthony

Sumber: Mathai8

Daftar Pustaka

1. Subramanian KNS. Transient tachypnea of the newborn. 10 Juni 2014.

Diunduh dari http://emedicine.medscape.com. 8 Januari 2015.

2. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Tuttle D. Neonatology:

management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs. United

States od America: McGraw-Hill Companies; 2009.p.54,717-20.

3. Avery GB, Fletcher MA, MacDonald MG. Acute respiratory disorders in

neonatology. In: Pathophysiology and Management of the Newborn.

5th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott; 1999.p.485.

4. Hooper SB, Siew ML, Kitchen MJ, te Pas AB. Establishing functional

residual capacity in the non-breathing infant. Semin Fetal Neonatal Med.

Dec 2013;18(6):336-43. 

5. Venkatesh VC, Katzberg HD. Glucocorticoid regulation of epithelial

sodium channel genes in human fetal lung. Am J Physiol. Jul 1997;273(1

Pt 1):L227-33.

6. Machado LU, Fiori HH, Baldisserotto M, Ramos Garcia PC, Vieira AC,

Fiori RM. Surfactant deficiency in transient tachypnea of the newborn. J

Pediatr. Nov 2011;159(5):750-4. 

7. Kasap B, Duman N, Ozer E, Tatli M, Kumral A, Ozkan H. Transient

tachypnea of the newborn: predictive factor for prolonged

tachypnea. Pediatr Int. Feb 2008;50(1):81-4. 

8. Mathai S, Raju C, Kanitkar C. Management of respiratory distress in the

newborn. MJAFI. 2007.p.269-72.

9. Effendi SH, Firdaus A. Diagnosis dan penatalaksanaan kegagalan nafas

pada neonatus. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran;

2010.h.5-12.

10. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar

neonatologi. Jakarta: Badan penerbit IDAI; 2012.h.417-21.

15

Page 16: TTN Dr. Etti Anthony

11. Sweet D, Carnielli V, Greisen G, Hallman M, Ozek E, Plavka R, dkk.

European consensus guidelines on the management of neonatal respiratory

distress syndrome in preterm infants: 2010 Update. Neonatology.

2010;97:402-17.

12. Indrasanto E, Dharmasetiawani N, Rohsiswatmo R, Kaban RK. Paket

pelatihan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif

(PONEK): Asuhan neonatal esensial. Jakarta: IDAI.h.143-48.

13. Weintraub AS, Cadet CT, Perez R, DeLorenzo E, Holzman IR, Stroustrup

A. Antibiotic use in newborns with transient tachypnea of the

newborn. Neonatology. 2013;103(3):235-40. 

14. Salama H, Abughalwa M, Taha S, Sharaf N, Mansour A. Transient

tachypnea of the newborn: Is empiric antimicrobial therapy needed?. J

Neonatal Perinatal Med. 2013;6(3):237-41.

15. Liem JJ, Huq SI, Ekuma O, Becker AB, Kozyrskyj AL. Transient

tachypnea of the newborn may be an early clinical manifestation of

wheezing symptoms. J Pediatr. Jul 2007;151(1):29-33. 

16. Birnkrant DJ, Picone C, Markowitz W, El Khwad M, Shen WH, Tafari N.

Association of transient tachypnea of the newborn and childhood

asthma. Pediatri Pulmonol. Oct 2006;41(10):978-84. 

16