Artikel Anthony Dio Martin "Cinderella Complex" Tabloid GSH April 2012
BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS …repository.unika.ac.id/16484/4/13.50.0011...
Transcript of BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS …repository.unika.ac.id/16484/4/13.50.0011...
32
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT
KERAS DAN PERANGKAT LUNAK
3.1 Pengontrol Penerbangan
Pengontrol Penerbangan / Flight Controller (FC) yang digunakan pada
wahana ini adalah flight controller dari wahana sebelumnya. CRIUS All In One Pro
V2. FC ini tergolong cukup lengkap dengan perangkat lunak permanen bersifat
terbuka dari megapirate NG. memiliki 8 kanal untuk penerima gelombang standar
dan PPM SUM kanal input. Memiliki 3 kanal kelaran untuk servo gimbal. FC ini
dilengkapi dengan 16Mbit dataflash chip untuk data-logging otomatis, ATMega
2560-16AU sebagai microcontroller, MPU6050 gyro sensor / accelerometer
dengan unit prosesor pergerakan, HMC5883L sebagai magnetometer, dan
MS5611-01BA03 altimeter dengan presisi tinggi.
Dengan fitur-fitur yang sudah ada pada FC ini, maka bisa disimpulkan
bahwa FC ini adalah FC yang cukup lengkap untuk keperluan penerbangan pesawat
tanpa awak sipil. Selain dilengkapi dengan fitur yang mumpuni, FC ini juga mudah
didapatkan di pasar Indonesia.
Gambar 3 - 1 Pengontrol Penerbangan Crius AIOP V2
33
Tabel 3 - 1 Perbandingan Pengontrol Penerbangan
Pro
ject
MC
Us
Sen
sors
Flig
ht
m
od
es
Co
nfi
gur
atio
n(s
)
Pri
ce/E
UR
Tri
Qu
ad
Hex
a
Oct
o
>Oct
o
Gyr
o
Acc
GP
S
Co
mp
as
s Pre
ssu
r
e
DSL
Tem
p
HH
AC
C
AH
Hei
ght
Ho
ld
GP
S P
H
GP
S FP
+
x ☆
Y ☆
+
V
Aer
oQ
uad
W F
Ard
uin
o P
ro
Min
i/ S
TM3
2 F
4
MEM
S
Y Y Y Y N
N
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y N
N
10
0$
- 2
00
$
Ard
uco
pte
r W
F
Atm
ega2
56
0
MEM
S
Y Y Y Y ?
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y N
AP
M 1
.0 $
25
0
AP
M 2
.0 $
19
9
USD
dra
gon
Co
pte
r W
STM
32F
MEM
S
Y Y Y Y N
Y Y Y ?
N
N
N
N
Y N
N
N
N
N
N
N
540
Euro
s
HB
-Ko
pte
r W
LPC
214
8
MEM
S
Y Y Y Y 1x
Y ?
Y ?
Y Y Y N
Y N
N
N
N
N
N
N
?
Mu
ltiW
iiCo
pte
r W
F
Ard
uin
o P
ro M
ini &
Meg
a
MEM
S
Y N
Y Y N
N
Y Y ?
Y N
N
Y Y Y Y Y N
N
N
N
≥200
op
enm
ult
ico
pte
r
min
i W F
STM
32
MEM
S
Y Y Y Y Y Y N
Y ?
Y Y Y N
Y Y N
N
N
N
N
N
Op
enP
ilot
Co
pte
rCo
ntr
ol W
F
STM
32
MEM
S
Y Op
t
Op
t
Op
t
N
Y Y Y ?
N
N
N
Y Y Y Y Y Y Y Y Y 95
$
Pap
araz
zi
bo
oz
W
LPC
214
8
MEM
S
Y Op
t
Y Y Y Y Y Y ?
Y Y Y N
Y Y Y Y Y Y Y Y
Pap
araz
zi
Lisa
/L W
STM
32
MEM
S
Y Op
t
Y Y Y Y Y Y ?
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
34
Pap
araz
zi
Lisa
/M W
STM
32
MEM
S
Y Op
t
Y Y Y Y Y Y ?
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Shre
diq
uet
te W
Ard
uin
o P
ro
Min
i (M
32
8p
)
MEM
S
Y Y Y Y N
N
Y Y ?
Y Y Op
t
Y N
Y Y N
N
N
N
N
25
0 -
40
0
UA
VP
W
PIC
16
F87
6
MEM
S
Y Op
t
Op
t
Op
t
Y N
Y Y ?
Y N
N
Y Y Y N
N
N
N
N
N
ca. 4
61
UA
VP
-NG
W F
1x
ATT
Meg
a, 1
x
LPC
21
48
MEM
S
Op
t
Op
t
Op
t
Y 4x
Y Y Y ?
Y Y Op
t
Y Y Y Op
t
Y Y Y Op
t
Y ca. 4
20
UA
VP
-NG
Min
i W F
2x A
TTM
ega,
1x
LPC
214
9
MEM
S
Op
t
Op
t
Op
t
Y 4x
Y Y Y ?
Y Y Op
t
Y Y Y Op
t
Y Y Y Op
t
Y ca. 4
00
UA
VX
W F
Rep
lace
ori
gin
al
PIC
w/p
lug-
in
18F2
620
an
d
UA
VX
fir
mw
are
by
gke
M
EMS
Y Op
t
Op
t
Op
t
Y Op
t
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y US
$13
0-$
450
Tabel diatas merupakan tabel perbandingan FC dengan sumber terbuka
(Open Source). Hampir semua fitur yang terdapat pada FC lain terdapat pada FC
Crius. Penerima gelombang standar pada FC ini berfungsi untuk penerimaan
perintah dari pengontrol jarak jauh. perintah yang diterima adalah perintah sesuai
kanal yang tersambung pada pengontrol jarak jauh. perintah mulai dari kanal 1
hingga kanal 8.
Tabel 3-1 Perbandingan Pengontrol Penerbangan (lanjutan)
Gambar 3 - 2 Kalibrasi Radio
35
Gambar 3 - 4 Pembacaan Magnetometri
MPU6050 gyro sensor / accelerometer ini yang mengatur pergerakan
wahana agar stabil dan mudah dikontrol. Data yang didapat oleh MPU6050 ini
adalah 3 axis gyroscope, 3 axis accelerometer, dan temperatur pada sekitar sensor.
Hasil pembacaan sinyal input ini dikelola oleh microcontroller pada FC agar dapat
memperbaiki posisi wahana supaya seimbang dan stabil.
HMC5883L magnetometer adalah modul multi-chip dengan penginderaan
magnetik dengan antarmuka digital. Sensor ini menghasilkan pembacaan kompas
dengan akurasi 1o-2o dan pembacaan magnetometri. Sensor ini sangat penting bagi
sistem navigasi wahana. Menentukan arah wahana berdasarkan medan magnet
bumi.
Gambar 3 - 3 Pembacaan IMU
36
MS5611-01BA03 altimeter/barometer adalah sensor untuk membaca
ketinggian wahana. Sensor ini sangat sensitive dengan keadaan sekitar sensor.
Perubahan suhu yang ekstrim dan mendadak dapat menyebabkan kesalahan
pembacaan. Perubahan suhu ekstrim tersebut bisa didapat dari paparan sinar
matahari langsung dan angin dari baling-baling. Pembacaan sensor ini penting agar
wahana bisa menahan posisi pada ketinggian tertentu. Apabila sensor ini terganggu,
maka wahana tidak bisa menjaga stabilitas ketinggian. Untuk menjaga kestabilan
ini, sensor ditutup menggunakan busa gelap dan FC ditutup juga menggunakan
wadah berwarna gelap.
Semua sensor tadi ada di dalam pengontrol penerbangan Crius All In One
Pro V2 yang digunakan dalam wahana. Sensor-sensor tersebut diintegrasikan agar
wahana bisa berfungsi dengan semestinya.
3.2 Pengontrol Kecepatan Elektronik.
Pengontrolan wahana dilakukan dengan cara mengontrol kecepatan baling
baling pada setiap motor yang terdapat di wahana. Motor yang digunakan pada
wahana adalah motor BLDC (Brushless DC Motor). Untuk mengontrol motor
BLDC ini, maka dibutuhkan pengontrol kecepatan elektronik atau sering disebut
juga sebagai ESC (Electronic Speed Controller). Setiap motor dikontrol oleh 1
ESC. Instalasi ESC sangat mudah. ESC memiliki 2 ujung, ujung pertama memiliki
kabel plus dan minus yang disambungkan ke catu daya dan kabel data yang
disambungkan ke FC sesuai dengan bagan yang dibutuhkan. Ujung kedua memiliki
3 kabel yang semuanya tersambung pada motor sebagai pengatur kecepatan motor
dan menentukan arah motor.
37
Prinsip kerja ESC yaitu mengubah arus DC dari catu daya/baterai menjadi
arus AC 3 fasa untuk mengontrol kecepatan motor. Pengontrolan dilakukan dengan
mengubah frekuensi fasa yang dikirimkan ke motor sesuai dengan throttle sesuai
perintah atau kebutuhan.
Pada multirotor, arah putaran motor saling berkebalikan demi menjaga
keseimbangan, kestabilan, dan kemudahan kontrol. ESC tidak dapat mengatur arah
putaran sesuai kemauan pengguna. Motor yang dikontrol oleh ESC akan berputar
pada satu arah saja.
Gambar 3 - 5 Bagan Instalasi Pengontrol Kecepatan Elektronik
Gambar 3 - 6 Arah Rotasi Motor Pada Multicopter
38
Oleh karena itu, untuk menentukan arah putaran motor, harus dilakukan
pengecekan ganda saat instalasi ESC. Pembalikan arah motor dapat dilakukan
dengan cara membalik 2 dari 3 kabel penghubung pada motor.
3.3 Global Positioning System
Global Positioning System (GPS) atau Sistem Pemosisian Global adalah
salah satu sistem yang sangat diandalkan wahana. GPS diandalkan baik saat
menahan wahana pada satu posisi, bernavigasi ke suatu lokasi tertentu, mengetahui
posisi tepat wahana, dll. Untuk mencapai hasil navigasi yang optimal, GPS harus
mendapat koneksi dengan satelit sebanyak mungkin dan error sekecil mungkin.
Koneksi satelit atau sering disebut sebagai satcount yang diharapkan adalah sekitar
20 satelit. Semakin banyak satelit yang terdapat pada satcount, maka pergerakan
wahana akan semakin akurat. Error yang dimaksud adalah HDOP (Horizontal
Dilution of Position). Error ini bisa disesbut sebagai dilusi geometris. Dilusi ini
dihasilkan karena perbedaan persepsi posisi objek pada setiap satelit yang
terhubung dengan objek. Besaran HDOP adalah besaran perbandingan error dengan
posisi sebenarnya. Besaran HDOP yang ideal adalah <1. Ini adalah kemungkinan
terbaik yang bisa didapatkan oleh suatu wahana. Besaran 1-2 adalah besaran yang
diharapkan dari wahana. Semakin besar besaran HDOP, maka semakin besar
perbandingan error dengan posisi sebenarnya.
Sebuah sistem navigasi satelit dengan cakupan wilayah global disebut
dengan GNSS (Global Navigation Satellite System). Saat ini ada beberapa GNSS
yang sudah beroperasi di Medium Earth Orbit. GNSS tersebut adalah: NAVSTAR
dari Amerika, GLONASS dari Rusia, Galileo dari Uni Eropa, dan BeiDou dari
39
China. Sistem navigasi global ini memiliki peranan penting dalam pemberian
informasi kepada wahana. GPS yang digunakan pada wahana ini memiliki
kemampuan untuk menerima informasi dari 3 GNSS dalam waktu yang sama.
Indikator koneksi GNSS dapat diketahui dari gpsstatus pada stasiun kontrol darat.
GNSS yang informasinya dapat diterima adalah GLONASS, Galileo, dan BeiDou.
Dengan terkoneksi dengan 3 GNSS ini, maka wahana bisa melakukan misi dengan
akurasi sekitar 1-2 meter.
3.4 Stasiun Kontrol Darat
Pengontrolan misi wahana dikendalikan dari stasiun kontrol darat. Stasiun
ini terdiri dari sebuag computer dengan perangkat telemetri untuk pengiriman dan
penerimaan sinyal dari wahana. Perangkat lunak pada stasiun kontrol darat ini
adalah Mission Planner. Perangkat lunak ini adalah aplikasi untuk ardupilot dengan
sumber terbuka untuk kendali otomatis. Pada stasiun kontrol darat ini terdapat fitur
lengkap untuk wahana. Data penerbangan, perancangan penerbangan, pengaturan
awal wahana, konfigurasi dan pengaturan wahana, simulasi penerbangan, dsb.
Aplikasi ini dapat didapatkan secara gratis dengan mengunduhnya pada situs
mission planner.
Gambar 3 - 7 Antarmuka Mission Planner
40
3.5 Catu Daya Wahana
Catu daya pada wahana digunakan untuk mencatu semua perangkat yang
terdapat dalam wahana. Mulai dari sistem propulsi hingga sistem kendali. Pada
wahana ini, sistem catu daya dibagi menjadi 2. Yaitu catu daya untuk sistem kendali
dan catu daya untuk sistem propulsi. Sistem catu daya yang terpisah ini lebih
menguntungkan wahana karena wahana mendapatkan waktu terbang yang lebih
lama daripada menggunakan hanya satu sistem catu daya terpadu. Catu daya yang
digunakan pada sistem kendali adalah baterai Lithium Polymer dengan 3 sel. Catu
daya ini berfungsi sebagai daya utama bagi pengontrol penerbangan, sensor, sistem
navigasi, sistem telemetri, dan sensor api. Sedangkan catu daya untuk sistem
propulsi adalah baterai Lithium Polymer dengan 4 sel. Catu daya digunakan khusus
untuk menyuplai daya ke 6 motor.
Catu daya yang digunakan pada sistem kendali berkapasitas 2200 mAh
dengan tegangan maksimum 12V dan tegangan minimum 11.1V. Catu daya ini
disambungkan ke Pengontrol Penerbangan melewati UBEC. UBEC adalah penurun
tegangan atau Step Down Converte. Tegangan input dari baterai sebesar 12V diubah
UBEC menjadi 5V sehingga bisa diterima oleh pengontrol penerbangan.
Pengontrol penerbangan meneruskan tegangan yang diterima dari UBEC ke
pengontrol kecepatan elektronik, sistem telemetri, dan GPS. Catu daya ini dapat
digunakan dalam beberapa penerbangan tanpa harus ada pengisian kembali. Catu
daya ini juga memungkinkan pengguna wahana untuk mengambil data pada
wahana tanpa membuang tenaga untuk sistem propulsi. Pengambilan data yang
diperlukan adalah pengambilan data GPS agar wahana bisa terbang dengan stabil.
41
Catu daya yang digunakan pada sistem propulsi ini memiliki kapasitas
sebesar 10.000 mAh dengan tegangan maksimum 16.8V dan tegangan minimum
14.8V. Catu daya dihubungkan ke papan distribusi listrik untuk menyalurkan
tegangan ke 6 motor secara paralel. Tegangan yang memasuki motor dikontrol oleh
pengontrol kecepatan elektronik yang dikontrol oleh pengontrol penerbangan. Catu
daya ini dapat memberikan waktu penerbangan untuk wahana dengan berat 3.8kg
sekitar 15 menit. Catu daya ini adalah perangkat paling berat didalam wahana. Catu
daya diletakan tepat di tengah wahana di tempat yang telah disediakan agar pusat
massa wahana berada di tengah. Pusat massa yang di tengah wahana ini membantu
wahana agar wahana lebih seimbang saat beroperasi dan tidak memberi beban
berlebihan pada motor tertentu.
3.6. Sistem Propulsi Wahana
Motor yang digunakan pada wahana ini adalah V2814-11KV700 dengan
baling baling 12 inch dengan pitch 3,8. Dengan kombinasi motor dan baling baling
ini, didapatkan gaya dorong paling tinggi dibanding dengan baling-baling dengan
ukuran yang lain pada motor dan catu daya yang sama.
Gambar 3 - 8 Tabel Perbandingan Motor - Baling-baling
42
Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa baling-baling 12x3.8
mendapat daya dorong/thrust paling besar daripada baling-baling lainnya.
Meskipun mendapat daya dorong paling besar, namun dengan baling baling ini
motor menjadi lebih panas.
3.7 Sistem Komunikasi Wahana
Sistem komunikasi wahana terbagi menjadi beberapa macam. Komunikasi
wahana dengan stasiun kontrol darat, komunikasi wahana dengan pengendali jarak
jauh, dan komunikasi wahana dengan satelit. Komunikasi wahana dengan stasiun
kontrol darat bersifat komunikasi dua arah menggunakan sistem telemetri. Sistem
telemetri sendiri menggunakan gelombang radio 2.4GHz untuk mengirim dan
menerima sinyal dari wahana dan stasiun kontrol darat. Sistem telemetri ini
berfungsi untuk mengetahui semua informasi tentang wahana yang sedang
beroperasi. Mulai dari posisi bujur dan lintang, kemiringan wahana, arah wahana,
moda yang sedang beroperasi, GNSS yang terhubung dengan wahana, jumlah
satelit yang terhubung dengan wahana, dan lain sebagainya. Sistem telemetri
memberikan informasi kepada pilot agar mengetahui semua status wahana secara
cepat dan tepat.
Sistem telemetri yang digunakan pada wahana adalah Holybro 500mW
433MHz transceiver. Modul telemetri ini bisa menjadi transmitter dan bisa menjadi
receiver tergantung peletakan modul tersebut. Sistem telemetri ini dapat
menjangkau stasiun kontrol darat dalam radius lebih dari 1km. Telemetri ini
kompatibel dengan perangkat lunak yang digunakan, yaitu Mission Planner.
43
Sistem komunikasi dengan pengontrol jarak jauh juga menggunakan
gelombang radio 2.4GHz yang bersifat satu arah. Pengontrol jarak jauh hanya bisa
memberikan perintah kepada wahana. Pengontrol jarak jauh yang digunakana
adalah turnigy 9x dengan 9 kanal berbeda yang bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan misi wahana. Pengontrol ini menggunakan FrSky V8Fr-II dengan 8
kanal sebagai penerima dan pengirim. Modifikasi saluran penerima dan pengirim
gelombang radio ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kehilangan sinyal
saat wahana beroperasi.
3.8 Perakitan Wahana
Perakitan wahana dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah
perakitan rangka. Rangka dibuat dan dirakit sesuai dengan pemodelan yang telah
dilakukan. Tahap kedua adalah instalasi perangkat elektronik. Perangkat elektronik
yang akan dipasang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi wahana
3.8.1 Perakitan Rangka
Hal pertama yang dilakukan saat merakit wahana adalah pemotongan
batang aluminium sebagai airframe dan pemotongan akrilik sebagai dasar airframe.
Batang aluminium ini dipotong menjadi beberapa ukuran berbeda. 80cm, 37cm,
dan 20cm. aluminium dengan panjang 80cm dan 37cm menjadi rangka utama untuk
meletakkan motor, papan distribusi listrik, pengontrol kecepatan elektronik, dan
sensor api. Rangka ini disatukan dan diatur oleh akrilik yang telah dipotong sesuai
dengan kebutuhannya. Akrilik berfungsi sebagai penahan posisi aluminium agar
tetap 60o. Akrilik ini tidak berfungsi sebagai penahan tabrakan ataupun kondisi
ekstrim lainnya. Batangan aluminum dengan panjang 20cm ditata keatas 3 susun
44
dan kebawah 1 susun untuk menguatkan rangka agar tahan tabrakan dan kondisi
ekstrim lainnya. Rongga diantara aluminium ini digunakan untuk slot catu daya
sehingga catu daya bisa diganti kapan saja dengan mudah.
Perlengkapan pendaratan berupa pipa PVC dengan diameter 17cm dan lebar
2cm dipasang pada 4 ujung frame. Pipa PVC ini dipilih karena material yang tahan
banting dan dapat digunakan dalam waktu yang lama. Pipa ini juga difungsikan
sebagai shock breaker disaat wahana mendarat dengan kasar.
3.8.2 Instalasi Perangkat Elektronik
Instalasi perangkat kendali adalah langkah selanjutnya setelah airframe
selesai dirakit. Perangkat elektronik yang akan dipasang pada rangka adalah motor,
Gambar 3 - 9 Desain Rangka Tengah Hexacopter
Gambar 3- 10 Desain Rangka Hexacopter
45
pengontrol kecepatan elektronik, papan distribusi listrik, pengontol penerbangan,
UBEC, penerima sinyal radio, sistem telemetri, dua catu daya, dan GPS.
Keenam motor dipasang pada ujung frame, ketiga kabel motor dipasangkan
dengan tiga kabel dari pengontrol kecepatan elektronik. Pengontrol kecepatan
elektronik dipasang pada bagian bawah lengan rangka untuk mengurangi
gelombang elektromagnetik yang mempengaruhi pengontrol kecepatan yang
mungkin timbul dari pengontrol ini. 2 kabel power dari ujung pengontrol kecepatan
elektronik disambungkan ke papan distribusi listrik yang berada di tengah wahana.
Pengontrol penerbangan diletakkan di tengah wahana diatas papan akrilik
dibagian atas wahana. Pengontrol penerbangan harus ditutup dengan busa hitam
dan ditutup dengan wadah berwarna gelap agar mengurangi error dari lingkungan
sekitar. Kabel servo dari pengontrol kecepatan elektronik dihubungkan dengan
pengontrol penerbangan sesuai posisi. UBEC dipasang disamping kiri wahana
didekat pengontrol penerbangan. Sistem telemetri dipasang disamping kanan
wahana.
Penerima sinyal radio dipasang didepan pengontrol penerbangan. Kabel-
kabel dari penerima sinyal disambungkan dengan pengontrol penerbangan sesuai
urutan dan fungsi. GPS dipasang dibelakang pengontrol penerbangan dan dijauhkan
dari pengontrol penerbangan agar tidak terjadi interferensi.
Catu daya untuk sistem propulsi dipasang dirongga yang telah disediakan
di tengah wahana. Catu daya untuk sistem kontrol dipasang dibelakang pengontrol
kecepatan. Kabel dari catu daya sistem ini disambungkan ke UBEC agar arus dari
catu daya dapat diterima oleh pengontrol penerbangan.
46
Gambar 3- 11 Skema Instalasi Perangkat Elektronik