Trombositopenia
-
Upload
nacha-malikha -
Category
Documents
-
view
165 -
download
4
Transcript of Trombositopenia
NAMA : HIFZUL MA’ADI
NIM : 011.06.0007
DD
TrombositopeniaDEFINISI
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan darah.
Darah biasanya mengandung sekitar 150.000-350.000 trombosit/mL.Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan Abnormal meskipun
biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL.
PENYEBAB
Penyebab trombositopenia:
1. Sumsum tulang menghasilkan sedikit trombosita. Leukemiab. Anemia aplastikc. Hemoglobinuria nokturnal paroksismald. Pemakaian Alkohol yang berlebihane. Anemia megaloblastikf. Kelainan sumsum tulang
2. Trombosit terperangkap di dalam limpa yang membesara. Sirosis disertai splenomegali kongestifb. Mielofibrosisc. Penyakit Gaucher
3. Trombosit menjadi terlaruta. Penggantian darah yang masif atau transfusi ganti (karena platelet tidak dapat
bertahan di dalam darah yang ditransfusikan)b. Pembedahan bypass kardiopulmoner
4. Meningkatnya penggunaan atau penghancuran trombosita. Purpura trombositopenik idiopatik (ITP)b. Infeksi HIVc. Purpura setelah transfusi darahd. Obat-obatan, misalnya heparin, kuinidin, kuinin, antibiotik yang mengandung
sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garam emas, rifampine. Leukemia kronik pada bayi baru lahirf. Limfomag. Lupus eritematosus sistemik
h. Keadaan-keadaan yang melibatkan pembekuan dalam pembuluh darah, misalnya komplikasi kebidanan, kanker, keracunan darah (septikemia) akibat bakteri gram negatif, kerusakan otak traumatik
i. Purpura trombositopenik trombotikj. Sindroma hemolitik-uremikk. Sindroma gawat pernafasan dewasa
- Infeksi berat disertai septikemia.
GEJALA
Perdarahan kulit bisa merupakan pertanda awal dari jumlah trombosit yang kurang.Bintik-bintik keunguan seringkali muncul di tungkai bawah dan cedera ringan bisa menyebabkan memar yang menyebar.
Bisa terjadi perdarahan gusi dan darah juga bisa ditemukan pada tinja atau air kemih.Pada penderita wanita, darah menstruasinya sangat banyak.
Perdarahan mungkin sukar berhenti sehingga pembedahan dan kecelakaan bisa berakibat fatal.
Jika jumlah trombosit semakin menurun, maka perdarahan akan semakin memburuk.Jumlah trombosit kurang dari 5.000-10.000/mL bisa menyebabkan hilangnya sejumlah besar darah melalui saluran pencernaan atau terjadi perdarahan otak (meskipun otaknya sendiri tidak mengalami cedera) yang bisa berakibat fatal.
PURPURA TROMBOSITOPENIK IDIOPATIK (ITP)
Purpura Trombositopenik Idiopatik adalah suatu penyakit dimana terjadi perdarahan abnormal akibat rendahnya jumlah trombosit tanpa penyebab yang pasti.
Penyebab dari kekurangan trombosit tidak diketahui (idiopatik). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri.Meskipun pembentukan trombosit di sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
Pada anak-anak, penyakit ini biasanya terjadi setelah suatu infeksi virus dan setelah bebeerapa minggu atau beberapa bulan akan menghilang tanpa pengobatan.
Gejalanya bisa timbul secara tiba-tiba (akut) atau muncul secara perlahan (kronik).Gejalanya berupa:- bintik-bintik merah di kulit sebesar ujung jarum- memar tanpa penyebab yang pasti- perdarahan gusi dan hidung- darah di dalam tinja.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala serta hasil pemeriksaan darah dan sumsum tulang yang menunjukkan rendahnya jumlah trombosit dan adanya peningkatan penghancuran trombosit.
Pada penderita dewasa, diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) dosis tinggi untuk mencoba menekan respon kekebalan tubuh. Pemberian kortikosteroid hampir selalu bisa meningkatkan jumlah trombosit, tetapi efeknya hanya sekejap.Obat-obat yang menekan sistem kekebalan (misalnya azatioprin) juga kadang diberikan.Jika pemberian obat tidak efektif atau jika penyakitnya berulang, maka dilakukan pengangkatan limpa (splenektomi).
Imun globulin atau faktor anti-Rh (bagi penderita yang memiliki darah Rh-positif) dosis tinggi diberikan secara intravena kepada penderita yang mengalami perdarahan hebat akut.Obat ini juga digunkan untuk periode yang lebih lama (terutama pada anak-anak), guna mempertahankan jumlah trombosit yang memadai untuk mencegah perdarahan.
TROMBOSITOPENIA AKIBAT PENYAKIT
Infeksi HIV (virus penyebab AIDS) seringkali menyebabkan trombositopenia. Penyebabnya tampaknya adalah antibodi yang menghancurkan trombosit.Pengobatannya sama dengan ITP. Zidovudin (AZT) yang diberikan untuk memperlambat penggandaan virus AIDS, seringkali menyebabkan meningkatnya jumlah trombosit.
Lupus eritematosus sistemik menyebabkan berkurangnya jumlah trombosit dengan cara membentuk antibodi.Disseminated intravascular coagulation (DIC) menyebabkan terbentuknya bekuan-bekuan kecil di seluruh tubuh, yang dengan segera menyebabkan
berkurangnya jumlah trombosit dan faktor pembekuan.
PURPURA TROMBOSITOPENIK TROMBOTIK
Purpura Trombositopenik Trombotik adalah suatu penyakit yang berakibat fatal dan jarang terjadi, dimana secara tiba-tiba terbentuk bekuan-bekuan darah kecil di seluruh tubuh, yang menyebabkan penurunan tajam jumlah trombosit dan sel-sel darah merah, demam dan kerusakan berbagai organ.
Penyebab penyakit ini tidak diketahui.Bekuan darah bisa memutuskan aliran darah ke bagian otak, sehingga terjadi gejala-gejala neurologis yang aneh dan hilang-timbul.Gejala lainnya adalah:
a. sakit kuning (jaundice)b. adanya darah dan protein dalam air kemihc. kerusakan ginjald. nyeri perut
e. irama jantung yang abnormal.
Jika tidak diobati, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal; dengan pengobatan, lebih dari separuh penderita yang bertahan hidup.
Plasmaferesis berulang atau transfusi sejumlah besar plasma (komponen cair dari darah yang tersisa setelah semua sel-sel darah dibuang) bisa menghentikan penghancuran trombosit dan sel darah merah.Bisa diberikan kortikosteroid dan obat yang menghalangi fungsi trombosit (misalnya aspirin dan dipiridamol), tetapi efektivitasnya belum pasti.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan jumlah trombosit dibawah normal.
Pemeriksaan darah dengan mikroskop atau pengukuran jumlah dan volume trombosit dengan alat penghitung elektronik bisa menentukan beratnya penyakit dan penyebabnya.Aspirasi sumsum tulang yang kemudian diperiksa dengan mikroskop, bisa memberikan informasi mengenai pembuatan trombosit.
PENGOBATAN
Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka menghentikan pemakaian obat tersebut biasanya
bisa memperbaiki keadaan.
Jika jumlah trombositnya sangat sedikit penderita seringkali dianjutkan untuk menjalani tirah
baring guna menghindari cedera.
Jika terjadi perdarahan yang berat, bisa diberik
Penyakit Demam Tifoid
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau
types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang
bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di
masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.
Menurut keterangan dr. Arlin Algerina, SpA, dari RS Internasional Bintaro, Di Indonesia,
diperkirakan antara 800 - 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang
tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih
sering terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
Cara Penularan Penyakit Demam Tifoid
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui
makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus.
Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa.
Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri
saat diraba.
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Tifoid
Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau
minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian
mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang
biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang
ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala
yang ditimbulkan antara lain ;
1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
menjelang malamnya demam tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya
anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam
atau pedas.
3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di
hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan
lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan,
akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi
lewat mulut.
4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam
beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas,
pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di
perut.
6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman
dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang
parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.
Diagnosa Penyakit Demam Tifoid
Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan
beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan
Widal dan biakan empedu.
1. Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah
dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan
ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah
limfosis yang meningkat dan eosinofilia.
2. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti
terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau
menunjukkan kenaikan progresif.
3. Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan
ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama
dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.
Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine
dan faeces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah
benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman(carrier).
Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit
lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari,
dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain
seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria,
TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia).
Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Tifoid
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types
bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit,
mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali.
Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan
melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien
harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru
boleh duduk, berdiri dan berjalan.
Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti
demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka
pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan
terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun
beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin,
trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin
sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan
diberikan cairan Infus.
Komplikasi Penyakit Demam Tifoid
Komplikasi yang sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah
perdarahan usus karena perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis.
Gangguan otak (ensefalopati) kadang ditemukan juga pada anak.
Diet Penyakit Demam Tifoid
Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti
petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :
1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
2. Tidak mengandung banyak serat.
3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan secara bertahap bersamaan dengan
mobilisasi. Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan
seterusnya.
Pencegahan Penyakit Demam Tifoid
Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan
sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan
vaksin oral dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak
digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan
dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-
paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.
DHF
.Pengertian
DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
.Etiologi
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe.
Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan
dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 – 1954.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter
dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe yang paling
banyak beredar.
.Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan
yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada
otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran
plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada
DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan
koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh,
seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
.Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi
anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa
suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit
kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di
bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan
pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal.
Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam
sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama
beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang
kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada
dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.
Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya
kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada
hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.
Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis,
hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam
telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung
jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan
darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
.Diagnosis
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam
disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
b. . Manifestasi perdarahan :
1. Uji tourniquet positif
2. Petekia, purpura, ekimosis
3. Epistaksis, perdarahan gusi
4. Hematemesis, melena.
5. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
6. . Dengan atau tanpa renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit
7. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis
buruk.
8. . Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
6.Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4
derajat (Menurut WHO, 1986) :
a. .Derajat I
trombositopenia dan hemokonsentrasi.Demam disertai gejala klinis lain, tanpa
perdarahan spontan, uji tourniquet
b. .Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c. .Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah
(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini
renjatan).
d.Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
.Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat
dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila
hematokrit pada masa konvalesen.
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan
tepat.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik
terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena
berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.
Diagnosa Banding
Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
a. .Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C
disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.
b. .Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya
leukopenia, limfositosis relatif.
c. .Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul
karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.
d.Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak
terjadi hemokonsentrasi.
.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. .Diet makan lunak.
c. .Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
d. .Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan
e. .Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f. .Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g. .Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
h. .Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i. .Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
j. .Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k. .Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
.Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
a. .Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
b. .Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara
spontan.
c. .Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,
rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d. .Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah
dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos
(abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah
dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah
dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate
SG 1 % per 10 liter air.
b. .Tanpa insektisida
Caranya adalah :
1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal
1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).
2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan
benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai cara untuk
mengatasi masalah klien.
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian keperawatan, identifikasi, analisa
masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi).
a. Pengkajian Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul
dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan
dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi,
konsultasi.
1. Data subyektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau
keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan
menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :
1.)Lemah.
2.)Panas atau demam.
3.)Sakit kepala.
4.)Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
5.)Nyeri ulu hati.
6.)Nyeri pada otot dan sendi.
7.)Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
8.)Konstipasi (sembelit).
2. .Data obyektif :
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas
kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita
DHF antara lain :
1)Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
2)Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
3)Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+),
epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.
4)Hiperemia pada tenggorokan.
5)Nyeri tekan pada epigastrik.
6)Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
7)Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi,
ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
1)Ig G dengue positif.
2)Trombositopenia.
3)Hemoglobin meningkat > 20 %.
4)Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5)Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia,
peningkatan limfosit, monosit, dan basofil
1)SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2)Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
3)Waktu perdarahan memanjang.
4)Asidosis metabolik.
5)Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
b. .Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut
Christiante Effendy, 1995 yaitu :
a. .Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
b. .Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
d. .Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
e. .Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang
lemah.
f. .Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh.
g. .Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).
h. .Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
i. .Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan yang dialami pasien.
c. .Perencanaan Keperawatan
a.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Tujuan :
Suhu tubuh normal (36 – 370C).
Pasien bebas dari demam.
Intervensi :
5)Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2,5 liter/24 jam.7)Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
)Berikan kompres hangat.
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat
penurunan suhu tubuh.
)Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
)Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Tujuan :
Rasa nyaman pasien terpenuhi.
Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
b. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
c. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
d. Berikan obat-obat analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.
Intervensi :
a. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan
pasien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan
makanan .
d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual.
e. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
f. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah
dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
g. Ukur berat badan pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien
h. .Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
Tujuan :
Volume cairan terpenuhi.
Intervensi :
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda
vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui
penyimpangan dari keadaan normalnya.
2. Observasi tanda-tanda syock.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani
syok.
3. Berikan cairan intravena sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan
langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
4. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume
cairan tubuh.
5. Catat intake dan output.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
6. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
Tujuan :
Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.
Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji keluhan pasien.
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien
b. )Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan
oleh pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien
dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-
hari sesuai tingkat keterbatasan pasien.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien
pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung
jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa
mengalami ketergantungan pada perawat.
d. Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh
pasien.
Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
e. .Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan
kurangnya volume cairan tubuh
4.Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan
intervensi yang telah direncanakan.
5.Evaluasi Keperawatan.
Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi
pada pasien.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :
a. .Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.
b. .Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c. .Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
d. dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
e. .Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.
f. .Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
g. .Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda
vital dalam batas normal.
h. .Infeksi tidak terjadi.
i. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
j. .Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat
tentang proses penyakitnya
Demam Dengue (Dengue Fever)/Demam Berdarah Dengue
Penyakit ini tercatat pertama kali menjadi endemi pada tahun 1779-1780 di Asia, Afrika dan
Amerika Utara dan terjadi secara hampir bersamaan dengan tingkat morbiditas dan mortalitas
yang tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa penyebaran penyakit ini sudah sangat luas sejak
lebih dari 200 tahun lalu dan merupakan penyakit yang cukup membahayakan. Saat inipun
penyakit ini masih merupakan masalah serius di bidang kesehatan umumnya di daerah tropis
dan subtropis dengan tingkat ekonomi dan kesehatan yang rendah.
DEMAM DENGUE
Demam Dengue atau Dengue Fever (DF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Penyakit ini tidak
ditularkan secara langsung dari manusia ke manusia melainkan melalui perantaraan melalui
gigitan nyamuk. Spesies nyamuk yang menjadi vektor perantara penyakit ini utamanya adalah
Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina.
DF merupakan bentuk paling ringan dari bentuk berikutnya yaitu Demam Berdarah Dengue
atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).
GEJALA
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum variasinya
begitu luas, mulai dari tanpa gejala, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue,
Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS)
Demam Dengue memiliki tanda dan gejala awal berupa panas yang berlangsung antara 4 – 7
hari setelah gigitan nyamuk pembawa virus tersebut disertai dengan gejala-gejala berikutnya
yang meliputi:
a. panas tinggi hingga >38ºC yang berlangsung hingga 5-7 hari
b. Nyeri kepala dan nyeri diretro-orbital (belakang mata)
c. Nyeri pada otot dan sendi
d. Rasa mual dan muntah, tidak nafsu makan
e. Adanya ganguan pencernaan (konstipasi atau diare)
f. Nyeri perut
g. Adanya rash (tanda kemerahan) pada kulit
Sedangkan Demam Berdarah Dengue memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Gejala di atas ditambah
b. Adanya manifestasi perdarahan spontan, seperti bintik-bintik merah di kulit yang tidak
hilang jika ditekan (utamanya di daerah siku, pergelangan tangan dan kaki), uji
tourniquet positif, mimisan, perdarahan gusi, perdarahan yang sulit dihentikan jika
disuntik atau terluka
c. Adanya pembesaran organ hepar (hati) dan limpa
d. Adanya trombositopenia, yaitu jumlah trombosit < 100.000/mm³ (normalnya 150-450
ribu/mm³)
e. Adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan nilai Hematokrit (Hct) yang
meningkat atau menurun 20% atau lebih dari nilai normalnya, adanya efusi pleura
(cairan dalam paru) dan ascites (penumpukan cairan dalam rongga perut).
Bentuk paling berat dari infeksi virus ini adalah Dengue Shock Syndrome (DSS) dimana
gejalanya meliputi :
a. Gejala pada DHF ditambah,
b. Adanya penurunan kesadaran
c. Tekanan darah sangat rendah
d. Nadi cepat dan lemah
e. Tangan dan kaki pucat dan dingin
Untuk memudahkan dalam menentukan diagnosis dan mencegah terjadinya overdiagnosis,
maka WHO membagi menjadi 4 derajat manifestasi klinis, yaitu:
a. DHF derajat I: Tanda-tanda infeksi virus, dengan menifestasi perdarahan yang tampak
hanya dengan Uji Torniquet positif.
b. DHF derajat II: Tanda infeksi virus dengan manifestasi perdarahan spontan (mimisan,
bintik-bintik merah)
c. DHF derajat III: Disebut juga fase pre syok, dengan tanda DHF grade II namun
penderita mulai mengalami tanda syok; kesadaran menurun, tangan dan kaki dingin,
nadi teraba cepat dan lemah, tekanan nadi masih terukur.
d. DHF derajat IV: Atau fase syok (disebut juga dengue syok syndrome/DSS), penderita
syok dalam dengan kesadaran sangat menurun hingga koma, tangan dan kaki dingin
dan pucat, nadi sangat lemah sampai tidak teraba, tekanan nadi tidak dapat terukur.
BAGAIMANA PERAWATAN PENDERITANYA
Pada prinsipnya karena ini adalah penyakit karena infeksi virus maka belum ada obat spesifik
untuk mengatasinya. Perawatan yang diberikan hanya berupa penanganan secara simtomatik
saja berupa perbaikan keadaan umum penderitanya dan menjaga jangan sampai dehidrasi
(kekurangan cairan). Perawatannya bisa dilakukan di rumah apabila penderita masih bisa
makan dan minum sendiri dan tidak ada mual atau muntah yang berat (DHF Derajat I-II).
Perawatan dapat dilakukan dengan memberikan kompres hangat, obat turun panas, pereda
nyeri dan antimuntah bila perlu.
Apabila kondisi penderita tidak membaik atau apabila ada tanda-tanda shock (DHF Derajat
III-IV) segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
DHF umumnya akan mengalami penyembuhan setelah 7-8 hari, jika tidak ada infeksi
sekunder dan dasar pertahanan tubuh penderitanya memang baik. Tanda penyembuhan antara
lain meliputi demam yang turun perlahan, nafsu makan dan minum yang membaik, lemas
yang berkurang dan tubuh terasa segar kembali.
BAGAIMANA PENCEGAHAN AGAR TIDAK TERJANGKIT PENYAKIT INI?
Yang harus dilakukan adalah mengetahui kapan biasanya penyakit ini muncul, biasanya pada
awal musim hujan dan selama musim hujan. Laksanakan tindakan pencegahan dengan
melakukan gerakan 3M plus, yaitu menguras bak air minimal seminggu sekali, menutup
tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air
hujan.