Trauma Tajam

32
BAB I PENDAHULUAN Mata merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indera penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi frekuensi kecelakaan masih sangat tinggi. 1 Kemajuan teknologi dan bertambah banyaknya kawasan industri meningkatkan kecelakaan akibat pekerjaan, kecelakaan akibat kepadatan lalu lintas, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang kesemuanya dapat mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat alat dari permainan yang biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari gagang mainan dan lain- lain. 2 Trauma tajam mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada dewasa muda. Kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa muda, terutama pria, merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan api, cedera akibat olahraga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata. 3 Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga 1

description

referat

Transcript of Trauma Tajam

Page 1: Trauma Tajam

BAB I

PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia.

Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indera penglihatan yang baik merupakan kebutuhan

yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Meskipun mata telah

mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan

bulu matanya, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi

frekuensi kecelakaan masih sangat tinggi.1

Kemajuan teknologi dan bertambah banyaknya kawasan industri meningkatkan

kecelakaan akibat pekerjaan, kecelakaan akibat kepadatan lalu lintas, belum terhitung

kecelakaan akibat perkelahian, yang kesemuanya dapat mengenai mata. Pada anak-anak

kecelakaan mata biasanya terjadi akibat alat dari permainan yang biasa dimainkan seperti

panahan, ketapel, senapan angin, tusukan dari gagang mainan dan lain-lain.2 Trauma tajam

mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada dewasa muda. Kelompok usia ini

mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa muda, terutama pria, merupakan

kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan di rumah,

kekerasan, ledakan api, cedera akibat olahraga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan

keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata.3

Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola mata

terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh hubungan tulangyang kuat. Kelopak

mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa

mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan. Trauma tajam dapat

mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Trauma

pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih

berat ataupun kebutaan.3,4 Perforasi bola mata merupakan keadaan yang gawat untuk bola

mata karena pada keadaan ini kuman mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat

menyebabkan kerusakan susunan anatomi dan fungsional jaringan intraokuler. Trauma

tembus dapat berbentuk perforasi sklera, prolaps badan kaca maupun prolaps badan siliar.4

1

Page 2: Trauma Tajam

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memenuhi salah satu kewajiban dalam

menjalankan kepaniteraan ilmu penyakit mata dan agar dapat menambah pengetahuan

tentang trauma tajam pada mata lebih dalam khususnya bagi penulis umumnya bagi teman

teman kepaniteraan dan pembaca yang lainnya.

2

Page 3: Trauma Tajam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Mata

1. Anatomi Kelopak Mata

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan

sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat

penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan

pengeringa bola mata.3

Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang bagian belakang

ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjkungtiva tarsal.3

Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata

sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos. Pada kelopak terdapat bagian kelenjar (Sebasea,

Moll atau kelenjar keringat, Zeis pada pangkal rambut, Meibom pada tarsus), otot (M.

Orbicularis oculi, M. Rioland), di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan

ikat dengan kelenjar didalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra,

septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas

isi orbita dengan kelopak depan.3

Kelopak mata diperdarahi oleh a. Palpebra, dan persarafan sensorik kelopak mata atas

didapatkan dari ramus frontal n. V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan

eversi kelopak. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel goblet.33

2. Anatomi Sistem Lakrimal

Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupa kelenjar

lakrimalis dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimalis, kanalis lakrimalis, sakus

lakrimalis, duktus nasolakrimalis, dan meatus inferior.3

Kelenjar lakrimalis terletak pada bagian lateral atas mata yang disebut dengan fossa

lakrimalis. Bagian utama kelenjar ini bentuk dan ukuranya mirip dengan biji almond, yang

terhubung dengan suatu penonjolan kecil yang meluas hingga ke bagian posterior dari

palpebra superior. Dari kelenjar ini, air mata diproduksi dan kemudian dialirkan melalui 8-12

3

Page 4: Trauma Tajam

duktus kecil yang mengarah ke bagian lateral dari fornix konjungtiva superior dan di sini air

mata akan disebar ke seluruh permukaan bola mata oleh kedipan kelopak mata.5

Gambar 1. Kelenjar Lakrimalis dan Sistem Drainase

Selanjutnya, air mata akan dialirkan ke dua kanalis lakrimalis, superior dan inferior,

kemudian menuju ke punctum lakrimalis yang terlihat sebagai penonjolan kecil pada kantus

medial. Setelah itu, air mata akan mengalir ke dalam sakus lakrimalis yang terlihat sebagai

cekungan kecil pada permukaan orbita. Dari sini, air mata akan mengalir ke duktus

nasolakrimalis dan bermuara pada meatus nasal bagian inferior. Dalam keadaan normal,

duktus ini memiliki panjang sekitar 12 mm dan berada pada sebuah saluran pada dinding

medial orbita.5

3. Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian

belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva. Konjungtiva

mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola

mata terutama kornea. 3

Konjungtiva terdiri atas, konjungtiva tarsal yang menutupi lensa, konjungtiva bulbi

yang menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera dibawahnya, serta konjungtiva

fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan

konjungtiva bulbi. 3

4. Anatomi Bola Mata

a. Kornea

4

Page 5: Trauma Tajam

Merupakan bagian terdepan dari bola mata yang bentuknya menyerupai mangkuk

dan transparan karena tak mengandung pembuluh darah. Kornea mendapat nutrisi

makanan dari daerah limbus yang mengadung pembuluh darah. Lapisan luar kornea

juga mendapat oksigen dari atmosfir dan lapisan dalam mendapat nutrisi dari cairan

aqueous humor di bilik mata depan. 6

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam yaitu lapisan Epitel, Membran

Bowman, Stroma, Membran Descement dan lapisan Endotel. 14Tebal kornea adalah

0,7 – 1,0 mm pada bagian tepi, dan ± 0,5 mm pada bagian tengah, serta mempunyai

garis tengah 11 – 12 mm. 6

Kornea mendapat persarafan sensoris dari N. V (Trigeminal). Pada epitel kornea

banyak dijumpai serabut saraf dengan ujung tanpa sarung saraf. Bila lapisan ini

terpapar, akan timbul sensasi nyeri yang berat ringannya tergantung dari jumlah dan

lokasi serabut saraf yang terkena. Ada tiga hal yang menyebabkan kornea menjadi

transparan yaitu avaskular, struktur yang tersusun teratur, dan keadaan keseimbangan

osmosis. 6

Kornea merupakan jendela tempat masuknya cahaya ke dalam mata dan berfungsi

sebagai media refraksi yang terdepan dan terkuat. Berkas cahaya dari luar (yang

arahnya masih rancu) yang masuk ke dalam mata akan difokuskan oleh kornea.

Sebagian besar fungsi refraksi (90%) dipegang oleh kornea yang mempunyai

kekuatan refraksi sebesar kira-kira 43 D. Kornea akan berakhir di limbus dan akan

melanjutkan diri sebagai sklera. 6

b. Uvea

Lapis Vaskular Di Dalam Bola Mata Yang Terdiri Dari Iris, Badan Siliar Dan

Koroid. Perdarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2

buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal

dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada

setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral. A. Siliar anterior dan

A. Siliar posterior bergabung membentuk A. Sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea

posterior mendapat perdarahan dari 15-20 buah A. Siliar posterior brevis yang

menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik. 3

Persarafan didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan

otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar saraf di bagian

posterior yaitu, saraf sensoris yang berasal dari saraf nasosiliar, saraf simpatis yang 5

Page 6: Trauma Tajam

membuat pupil berdilatasi, dan akar saraf motor yang akan memberikan saraf

parasimpatis untuk mengecilkan pupil. 3

Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam

bola mata. Badan siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem

ekskresi di belakang limbus. Radang badan siliar mengakibatkan melebarnya

pembuluh darah di daerah limbus yang akan mengakibatkan mata merah. 3

c. Pupil

Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis.

Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa

silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.3

Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi koma, dan

tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari berkurangnya rangsangan

simpatis dan kurangnya rangsangan hambatan miosis.

Bila subkosrteks bekerja sempurna maka akan terjadi miosis. Di waktu bangun

korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur

hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang

akan menjadikan miosis. Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis

pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang

diafragmanya dikecilkan. 3

d. Sudut Bilik Mata Depan

Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada

bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terjadi hambatan pengaliran

keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata didalam bola mata

sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut mata

ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal schlemm, baji sklera, garis Schwalbe dan

jonjot iris. 3

Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan disini

ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 3600 dan merupakan batas

belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman

trabekular mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu

badan siliar dan uvea. 3

6

Page 7: Trauma Tajam

Pada sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel

dan membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke

salurannya.3

e. Lensa

Terletak di belakang iris dan pupil berbentuk cembung (bikonveks), tidak

mengandung pembuluh darah (avaskular), tidak berwarna dengan tebal ± 4 mm dan

diameter ± 9 mm. 6

Lensa tetap berada pada tempatnya karena digantung oleh tali penggantung lensa

(Zonula Zinii) yang merupakan serabut-serabut berasal dari badan siliar dan berinsersi

di lensa pada daerah equator. Lensa mendapat nutrisi dari cairan bola mata (Humor

Aqueous) sekitarnya. Sebagian besar terdiri dari air dan sisaya terdiri dari protein.

Lensa terdiri dari kapsul yang membungkus lensa. Sebelah dalam kapsul terdapat

korteks dan di tengahnya terdapat nukleus. Serabut lensa diproduksi sepanjang tahun,

sehingga serabut yang lebih dulu terbentuk akan memadat di daerah sentral

membentuk nukleus. Makin tua seseorang, lensa semakin tebal dan kekenyalannya

berkurang. 6

Lensa merupakan bagian bola mata yang mempunyai fungsi sebagai media

refraksi (bias). Untuk dapat menjadi media refraksi yang baik lensa harus jernih. Pada

usia muda lensa mempunyai kekenyalan tertentu yaitu dapat mencembung (daya bias

meningkat) atau memipih (daya bias menurun), sehingga mata dapat melihat benda

yang jatuh maupun yang dekat dengan jelas. Kemampuan ini yang kita kenal dengan

daya akomodasi. Lensa mempunyai kekuatan kira-kira ± 10 Dioptri dalam keadaan

tanpa akomodasi. 6

Sejalan dengan meningkatnya usia, lensa menjadi berkurang. Hal itu yang

menyebabkan menurunnya daya akomodasi sehingga mulai usia 40 tahun biasanya

orang mulai sulit melihat benda yang berada pada jarak baca. Keadaan ini yang

disebut sebagai Presbiopia. Bila lensa menjadi keruh/putih disebut lensa Katarak yang

dapat terjadi akibat proses tua, akibat trauma atau keadaan lain. Bila didapat katarak

sejak lahir disebut Katarak Kongenital. Pada keadaan ini penglihatan akan mundur

perlahan-lahan karena terhalang oleh kekeruhan tersebut. 6

f. Badan Kaca (Vitreous Humour)

7

Page 8: Trauma Tajam

Terletak di belakang Lensa, di depan Retina dan Papilla N. Optikus, avaskular,

dan berbentuk agar-agar jernih. Makin tua seseorang badan kaca makin cair. Badan

kaca mengisi 2/3 bagian dari bola mata, merupakan bagian terbesar bola mata, bila isi

badan kaca keluar, mata akan kolaps. Badan kaca juga berfungsi sebagai media

refraksi. 6

g. Retina

Retina melapisi 2/3 bagian dalam posterior bola mata. Retina terdiri dari lapisan

jaringan saraf (sensoris retina) dan jaringan pigmen retina. Secara histologis, retina

terdiri dari 9 lapisan. Lapisan sensoris retina ini mudah terlepas dari lapisan pigmen

retina dan keadaan ini disebut Ablatio Retina. 6

Tebal retina 0.1 mm di daerah tepid an 0,23 mm di bagian polus posterior. Bagian

yang paling tipis berada di Fovea Sentralis yaitu bagian sentral makula. Pada

pemeriksaan oftalmoskop akan tampak refleks fovea centralis berbintik kuning

(Makula Lutea). 6

Sistem optik dari luar berakhir sampai di retina (lapisan sel kerucut dan batang).

Selanjutnya cahaya tersebut akan diolah secara kimiawi, tenaga elektris dan akan

dikirim ke otak untuk dianalisa. Sel kerucut terutama berguna untuk penglihatan detail

dan warna, dan terutama terdapat di makula, bahkan di Fovea hanya mengandung sel

kerucut. Daerah Fovea inilah yang meberika tajam penglihatan terbaik. Sel batang

yang terutama berada di luar makula berfungsi untuk penglihatan gelap atau untuk

penglihatan benda yang bergerak. 6

8

Page 9: Trauma Tajam

BAB III

ISI

III.1. Definisi

Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan

perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda berukuran kecil dengan

kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera. Trauma tajam mata dapat

diklasifikasikan atas luka tajam tanpa perforasi dan luka tajam dengan perforasi yang

meliputi perforasi tanpa benda asing intraokuler dan perforasi benda asing intraokuler.2,7

Trauma tembus mata (luka akibat benda tajam), dimana struktur okular mengalami

kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan okular dan juga dapat tertahan atau

menetap dalam mata.

Baik trauma tajam yang penetratif atau trauma tumpul yang mengakibatkan tekanan

kontusif dapat menyebabkan ruptur bola mata. Benda tajam atau benda dengan kecepatan

tinggi dapat menyebabkan perforasi langsung. Benda asing dapat mempenetrasi mata dan

tetap berada di bola mata.8,9

Trauma akibat partikel kecil dengan kecepatan tinggi misalnya yang ditimbulkan dari

proses penggilingan atau pemahatan dapat memberikan manifestasi berupa nyeri ringan atau

penurunan visus. Kemosis hemoragik, laserasi konjungtiva, bilik mata depan dangkal dengan

atau tanpa pupil ekstrinsik, hifema, atau perdarahan vitreous juga dapat terjadi. Tekanan

intraokuler dapat rendah, normal atau sedikit meningkat.9

III.2. Epidemiologi

United States Eye Injury Registry (USEIR) merupakan sumber informasi epidemiologi

yang digunakan secara umum di AS. Menurut data dari USEIR, rata-rata umur orang yang

terkena trauma tajam okuli adalah 29 tahun, dan laki-laki lebih sering terkena dibanding

dengan perempuan. Menurut studi epidemiologi internasional, kebanyakan orang yang

terkena trauma tajam okuli adalah laki-laki umur 25 sampai 30 tahun, sering mengkonsumsi

alkohol dan trauma terjadi dirumah.10

Lebih dari 65.000 trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan, menyebabkan

morbiditas dan disabilitas, dilaporkan di Amerika Serikat setiap tahunnya. Lebih dari

setengah trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi di pabrik, dan industri

9

Page 10: Trauma Tajam

kontruksi. Delapan puluh satu persen trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan

terjadi pada pria dan kebanyakan terjadi pada pekerja berusia 25 sampai 44 tahun.10

Aktivitas olahraga dan rekreasi juga dapat menyebabkan trauma mata. Lebih dari

40.000 trauma mata terjadi setiap tahunnya. Sembilan puluh persen terjadi saat olahraga. Tiga

puluh persen terjadi pada anak-anak yang berusia di bawah 16 tahun.10

Terdapat sekitar 3 juta kasus trauma okular dan orbital terjadi di Amerika Serikat setiap

tahun. Diperkirakan 20.000 hingga 68.000 dari angka tersebut merupakan kasus yang

mengganggu visus dan sekitar 40.000 mengalami kehilangan visus yang signifikan. Trauma

merupakan penyebab utama kebutaan unilateral. Laki-laki lebih sering terkena daripada

perempuan. Frekuensi trauma mata di Amerika Serikat adalah: trauma superfisial mata dan

adneksa (41.6%), benda asing pada mata bagian luar (25.4%), kontusio mata dan adneksa

(16.0%), trauma terbuka pada adneksa dan bola mata (10.1%), fraktur dasar orbita

(1.3%), cedera saraf (0.3%).11

III.3. Etiologi

Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain dan berolahraga.

Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi, kecepatan saat impaksi, dan

komposisi benda tersebut, benda tajam seperti pisau akan menyebabkan laserasi berbatas

tegas pada bola mata.9

Luas cedera yang disebabkan oleh benda asing yang terbang ditentukan oleh energi

kinetiknya. Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka laserasi yang jelas pada bola

mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang terbang, beratnya kerusakan

ditentukan oleh energi kinetik yang dimilikinya. Contohnya pada peluru pistol angin yang

besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar memiliki energi kinetik yang tinggi

dan menyebabkan kerusakan mata yang cukup parah. Kontras dengan pecahan benda tajam

yang memiliki massa yang kecil dengan kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi dengan

batas tegas dan beratnya kerusakan lebih ringan dibandingkan kerusakan akibat peluru pistol

angin.12

 

III.4. Patofisiologi

Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera atau

kornea serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen posterior kemudian

bersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita. Dalam hal ini akan ditemukan suatu

10

Page 11: Trauma Tajam

luka terbuka dan biasanya terjadi prolaps (lepasnya) iris, lensa, ataupun corpus vitreus.

Perdarahan intraokular dapat terjadi apabila trauma mengenai jaringan uvea, berupa hifema

atau henophthalmia.1

III.5. Manifestasi Klinis

Gambar 1. Lokasi cedera mata; tampak depan dan tampak samping. 

Trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata,

maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti tajam penglihatan yang menurun,

laserasi kornea, tekanan bola mata rendah, bilik mata dangkal, bentuk dan letak pupil yang

berubah, terlihat ruptur pada kornea atau sklera, terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan

mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina, katarak traumatik, dan konjungtiva kemosis.12

Pada perdarahan yang hebat, palpebra menjadi bengkak, berwarna kebiru-biruan,

karena jaringan ikat palpebra halus. Ekimosis yang tampak setelah trauma menunjukkan

bahwa traumanya kuat, sehingga harus dilakukan pemeriksaan dari bagian-bagian yang lebih

dalam dari mata, juga perlu dibuat foto rontgen kepala. Perdarahan yang timbul 24 jam

setelah trauma, menunjukkan adanya fraktur dari dasar tengkorak. Sebagian besar cedera

tembus menyebabkan penurunan penglihatan yang mencolok, tetapi cedera akibat partikel

kecil berkecepatan tinggi yang dihasilkan oleh tindakan menggerinda atau memalu mungkin

hanya menimbulkan nyeri ringan dan kekaburan penglihatan. Tanda-tanda lainnya adalah

kemosis hemoragik, laserasi konjungtiva, kamera anterior yang dangkal dengan atau tanpa

dilatasi pupil yang eksentrik, hifema, atau perdarahan korpus vitreus. Tekanan intraokuler

mungkin rendah, normal, atau yang jarang sedikit meninggi.13

11

Page 12: Trauma Tajam

III.6. Berbagai Kerusakan Jaringan Mata akibat Trauma Tembus

Luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti berikut:

a. Trauma tembus pada palpebra

Mengenai sebagian atau seluruhnya, jika mengenai levator apaneurosis dapat

menyebabkan suatu ptosis yang permanen.14

Gambar 3. Laserasi palpebra.

b. Trauma tembus pada saluran lakrimalis

Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai ke

rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.14

c. Trauma tembus pada Orbita

Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf optik,

menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga menimbulkan

paralisis dari otot dan diplopia. Selain itu juga bisa menyebabkan infeksi,

menimbulkan selulitis orbita, karena adanya benda asing atau adanya hubungan

terbuka dengan rongga-rongga di sekitar orbita.14

Gambar 4. Trauma tembus orbita. 

d. Trauma tembus pada Kongjungtiva12

Page 13: Trauma Tajam

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva. Bila robekan konjungtiva

ini kecil atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila

robekan lebih dari 1 cm perlu dilakukan penjahitan untuk mencegah granuloma.

Pada setiap robekan conjungtiva perlu diperhatikan juga robekan sklera yang biasa

disertai robekan konjungtiva. Disamping itu, pemberian antibiotik juga perlu

diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.14

Gambar 5. Trauma tembus subkunjungtiva. 

e. Trauma tembus pada Sklera

Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan bola mata

dan kamera okuli jadi dangkal, luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan

bola mata, sehingga bisa menyebabkan infeksi dari bagian dalam bola mata.14

 

f. Trauma tembus pada Kornea

Bila luka tembus mengenai kornea dapat menyebabkan gangguan fungsi

penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus

kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini

dapat menurunkan visus. 14

Bila tanpa perforasi : erosi atau benda asing tersangkut di kornea. Tes fluoresia (+).

Jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga menyebabkan timbulnya ulkus atau

herpes pada kornea. Lakukan pemberian antibiotika atau kemoterapeutika yang

berspektrum luas, lokal dan sistemik. Benda asing di kornea diangkat, setelah diberi

anastesi lokal dengan pantokain. Jika mulai ada neovaskularisasi dari limbus,

berikanlah kortison lokal atau subkonjungtiva. Tetapi jangan diberikan kortison

pada luka yang baru atau bila ada herpes kornea.14

13

Page 14: Trauma Tajam

Bila ada perforasi : bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang berdekatan,

kemudian ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap konjungtiva). Bila

luka di kornea luas, maka luka itu harus dijahit. Kemudian ditutup dengan flap

konjungtiva. Jika luka di kornea itu disertai prolaps iris, iris yang keluar harus

dipotong dan sisanya di reposisi, robekan di kornea dijahit dan ditutup dengan flap

konjungtiva. Jika luka telah berlangsung beberapa jam, sebaiknya bilik mata depan

dibilas terlebih dahulu dengan larutan penisilin 10.000 U/cc, sebelum kornea

dijahit. Sesudah selesai seluruhnya, berikan antibiotika dengan spektrum luas dan

sistemik, juga subkonjungtiva. 14

Gambar 6. Laserasi kornea.

g. Trauma tembus pada Uvea

Bila terdapat luka pada uvea maka dapat menyebabkan pengaturan banyaknya

cahaya yang masuk sehingga muncul fotofobia atau penglihatan kabur.14

h. Trauma tembus pada Lensa

Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga

menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya

akomodasi tidak adekuat.14

14

Page 15: Trauma Tajam

i. Trauma tembus pada Retina

Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan

kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca.14

 

j. Trauma tembus pada corpus siliar 

Luka pada corpus siliar mempunyai prognosis yang buruk, karena kemungkinan

besar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis yang berakhir dengan ptisis

bulbi pada mata yang terkena trauma. Sedangkan pada mata yang sehat dapat

timbul oftalmia simpatika. Oleh karena itu, bila lukanya besar, disertai prolaps dari

isi bola mata, sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya dienukleasi

bulbi, supaya mata yang sehat tetap menjadi baik. 14

III.7. Diagnosis

Diagnosis trauma tajam okuli dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa, informasi yang diperoleh dapat berupa

mekanisme dan onset terjadinya trauma, bahan/ benda penyebab trauma dan pekerjaan untuk

mengetahui penyebabnya. Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan

sebelum dan segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat

progresif lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraokuler

apabila terdapat kegiatan memahat, mengasah atau adanya ledakan. Cedera pada anak dengan

riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang di derita, harus dicurigai adanya penganiayaan

pada anak. Riwayat kejadian harus diarah secara khusus pada detail terjadinya trauma,

riwayat pembedahan okuler sebelumnya, riwayat penyakit sebelumnya dan energi.3

Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan.

Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua

titik, dan adanya defek pupil aferan. Periksa motilitas mata dan sensasi kulit periorbita, dan

lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi tulang orbita.3,8,11

Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat ke dalam cedera di segmen

anterior bola mata. Tes fluoresein dapat digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera

kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk mengetahui tekanan

bola mata. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek penting untuk

dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler. Bila benda asing yang masuk

cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari 15

Page 16: Trauma Tajam

mata. Tes ini dilakukan dengan cara memberi anestesi pada mata yang akan di periksa,

kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter

kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada

pengeluaran cairan mata.3,8

Pemeriksaan CT-Scan dan USG B-Scan digunakan untuk mengetahui posisi benda

asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam. Electroretinography

(ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya degenarasi pada retina dan sering digunakan

pada pasien yang tidak berkomunikasi dengan pemeriksa. Bila dalam inspeksi terlihat ruptur

bola mata, atau adanya kecenderungan ruptur bola mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan

lagi. Mata dilindungi dengan pelindung tanpa bebat, kemudian dirujuk ke spesialis mata.8,12

 

III.8. Penatalaksanaan Trauma Tembus

Penatalaksanaan pasien dengan trauma tajam mata adalah2,14,15

A. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit:

- Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.

- Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.

- Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.

- Sebaiknya pasien di puasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.

B. Penatalaksanaan di rumah sakit:

- Pemberian antibiotik spektrum luas.

- Pemberian obat sedasi, antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi.

- Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.

- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata

intak).

- Tindakan pembedahan/ penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.

Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan harus segera

mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti infeksi, Siderosis,

kalkosis dan oftalmika simpatika. Pada setiap tindakan harus dilakukan usaha untuk

mempertahankan bola mata bila masih terdapat kemampuan melihat sinar atau ada proyeksi

penglihatan. Bila terdapat benda asing, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan

benda asing tersebut.1,8,14

16

Page 17: Trauma Tajam

Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari

sampai pasien mendapat anestesia umum. Sebelum pembedahan jangan diberi obat

siklopegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada jaringan intraokular

yang terpajan. Berikan antibiotik parenteral spektrum luas dan pakaikan pelindung FOX pada

mata. Analgetik, antimiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan, serta gizi

atau nutrisi yang baik. Sebelum dirujuk mata tidak boleh diberi salep, karena salep dapat

masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh diberikan steroid lokal, dan bebat yang diberikan

pada mata tidak menekan bola mata.15

Pada penutupan luka segmen anterior, harus digunakan teknik-teknik bedah mikro.

Laserasi kornea diperbaiki dengan jahitan nilon 10-0 untuk menghasilkan penutupan yang

kedap air. Iris atau korpus siliaris yang mengalami inkarserasi dan terpajan kurang dari 24

jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata dengan viskoelastik atau dengan memasukkan

suatu spatula siklodialisis melalui insisi tusuk di limbus dan menyapu jaringan keluar dari

luka. Apabila hal ini tidak dapat dilakukan, apabila jaringan telah terpajan lebih dari 24 jam,

atau apabila jaringan tersebut mengalami iskemia dan kerusakan berat, maka jaringan yang

prolaps harus dieksisi setinggi bibir luka. Setiap jaringan yang dipotong harus dikirim ke

laboratorium patologik untuk diperiksa. Dilakukan pembiakan untuk memeriksa

kemungkinan infeksi bakteri atau jamur. Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkan dengan

aspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi. Reformasi kamera anterior selama tindakan

perbaikan dapat dicapai dengan cairan intraokuler fisiologis, udara atau viskoelastik.15

Luka sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interupted yang tidak dapat diserap.

Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya agar tindakan lebih mudah

dilakukan. Luka keluar di bagian posterior sklera pada cedera tembus ganda dapat sembuh

sendiri, dan biasanya tidak dilakukan usaha penutupan.15

Bedah vitreoretinal, bila ada luka kornea yang besar, dapat dilakukan melalui

keratoprostesis Landers Foulks temporer sebelum melakukan penanaman kornea. Enukleasi

dan eviserasi primer hanya boleh dipikirkan bila bola mata mengalami kerusakan total. Mata

sebelah rentan terhadap oftalmika simpatetik bila terjadi trauma tembus mata terutama bila

ada kerusakan di jaringan uvea. Untungnya, komplikasi ini jarang terjadi.14,15

III.9. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi setelah terjadinya trauma tembus adalah endoftalmitis,

panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan oftalmiasimpatika.9,10

17

Page 18: Trauma Tajam

Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa jam hingga dalam beberapa minggu

tergantung pada jenis mikroorganisme yang terlibat. Endoftalmitis dapat berlanjut menjadi

panoftalmitis.9

Oftalmia simpatika adalah inflamasi yang terjadi pada mata yang tidak cedera dalam

jangka waktu 5 hari sampai 60 tahun dan biasanya 90% terjadi dalam 1 tahun.10

Diduga akibat respon autoimun akibat tereksposnya uvea karena cedera, keadaan ini

menimbulkan nyeri, penurunan ketajaman penglihatan mendadak, dan fotofobia yang dapat

membaik dengan enukleasi mata yang cedera.9,15

 

III.10. Prognosis

Prognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visus awal, tipe dan luasnya

luka, adanya atau tidak adanya ablasio retina, atau benda asing. Secara umum, semakin

posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau ruptur, prognosis semakin buruk. Trauma

yang disebabkan oleh objek besar yang menyebabkan laserasi kornea tapi menyisakan badan

vitreus, sklera dan retina yang tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang baik

dibandingkan laserasi kecil yang melibatkan bagian posteror. Trauma tembus akibat benda

asing yang bersifat inert pun mempunyai prognosis yang baik. Trauma tembus akibat benda

asing yang sifatnya reaktif magnetik lebih mudah dikeluarkan dan prognosisnya lebih baik.

Pada luka penetrasi, 50-75% mata akan mencapai visus akhir 5/200 atau lebih baik.3,15

 

III.11. Pencegahan

Trauma mata dapat dicegah dan diperlukan penerangan kepada masyarakat untuk

menghindari terjadinya trauma mata, seperti: 2

- Trauma tajam akibat kecelakaan lalu lintas tidak dapat dicegah, kecuali trauma tajam

perkelahian.

- Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindari terjadinya trauma tajam.

- Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya bagi matanya. Orang yang

menggunakan lensa dari kaca atau plastik yang sedang bekerja dalam industri atau

melakukan aktivitas atletik memiliki resiko terkena pecahan fragmen lensa. Kaca mata

yang paling efektif untuk mencegah cedera terdiri dari lensa polikarbonat dalam rangka

poliamida dengan tepi penahan di posterior. Sebaiknya digunakan bingkai pada

wraparound (bukan bingkai berengsel) karena lebih dapat menahan pukulan dari

samping. Pada atletik atau aktivitas rekreasi beresiko tinggi (misalnya perang-perangan

18

Page 19: Trauma Tajam

dengan peluru hampa atau cat), pelindung mata tanpa lensa tidak selalu melindungi

mata secara adekuat. Perlindungan mata yang sesuai terutama diindikasikan bagi

mereka yang bermain bola raket, bola tangan, dan squash. Banyak kebutaan yang

terjadi akibat olah raga ini, terutama akibat trauma kontusio pada mata yang tidak

terlindung dengan baik.2,4,8

19

Page 20: Trauma Tajam

BAB III

KESIMPULAN

Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan

perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda berukuran kecil dengan

kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera.2

Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera atau

kornea serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen posterior kemudian

bersarang di dalamnya bahkan dapat mengenai os orbita.1

Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain dan berolahraga.

Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi, kecepatan saat impaksi, dan

komposisi benda tersebut.3,4

Manifestasi klinis berupa visus turun, tekanan intra okular rendah, angulus

iridokornealis dangkal, bentuk dan letak pupil berubah, terlihatnya ada ruptur pada kornea

atau sklera, terdapat jaringan yang prolaps (lepas), seperti: iris, lensa, retina, kemosis

konjungtiva. Komplikasi dari trauma tajam okuli adalah endoftalmitis, panoftalmitis, oftalmia

simpatika, hemoragik intraokular.2,3,15

Penatalaksanaan diberikan antibiotik topikal, mata ditutup, dan segera dikirim pada

dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Diberikan antibiotik sistemik secara oral atau

intravena, anti tetanus profilaktik, analgesik dan sedatif bila perlu. Steroid lokal dan bebat

tidak boleh diberikan. Pengeluaran benda asing sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan

fasilitas yang memadai.15

Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau ruptur,

prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang menyebabkan

laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina yang tidak luka mempunyai

prognosis penglihatan yang baik dibandingkan laserasi kecil yang melibatkan bagian

posterior. Trauma tembus akibat benda asing yang bersifat inert pun mempunyai prognosis

yang baik.15

20

Page 21: Trauma Tajam

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury, Taylor. Trauma Mata. Dalam: Vaughan. Oftalmologi Umum Edisi

XVII.Jakarta: Widya Medika. 2008; 373-80.2.

2. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: EGC. 1993; 312-26.3.

3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta: 2004; 192-8.4.

4. Peate, W. F, Work Related Eye Injuries And Illness. Available at: www.aafp.org.

January 15, 2011.5.

5. Ellis, Harold. 2006. Clinical Anatomy, A Revision and Applied Anatomy for Clinical

Students Eleventh Edition. Massachusetts, USA : Blackwell Publishing, Inc .

6. DR. Med. Dr. Jannes Fritz Tan Sp.M; Dr. Elisabet Surjani Widjaja; Modul Skill Lab

Bagian IP. Mata FK UKI. 2005. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Indonesia.

7. Soeroso, A. Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Ruda Paksa.

www.portalkalbe.com.

8. Chew, Chris. Trauma. Dalam : James. Lecture Notes : Oftalmologi. Jakarta: Erlangga.

2006.

9. Indiana University. Traumatic Cataract. Available at:

http://www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Tray2/Slide07. 2011.

10. Edward SH Eye Institute. Digital Reference of Ophthalmology - Traumatic Cataract.

Available at: http://dro.hs.columbia.edu/lc2/soemmeringb. 2011

11. Webmaster. Traumatic Cataract. Available at:

http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/ophthalmology. 2011.

12. Berson, FG. Ocular and Orbital Injuries. In : Basic Ophtalmology. 6th ed. American

Academy of Ophtalmology. 1993.

13. Khun Frenc, Piramici J Dante. In : Emergensi Management Of Trauma

Ocular,.Department of OphthalmologyUniversity of Pécs. Hungary. 2002.

14. Rodriguez, Jorge. Prevention And Treatment Of Common Eye Injuries In Sport.

Available at: www.aafp.org. 2010.

15. Rappon, Joseph M. Primary Care Ocular Trauma Management. Available at:

www.pacificu.edu/optometry. 2010.

21