Trauma Listrik & Petir

33
REFERAT TRAUMA LISTRIK DAN PETIR OLEH SUNARYO, S.Ked M. SULFIKAR, S.Ked 61109031 611090312 PEMBIMBING : Dr. Reinhard J.D, S.H, Sp.F SMF / BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH EMBUNG FATIMAH

Transcript of Trauma Listrik & Petir

Page 1: Trauma Listrik & Petir

REFERAT

TRAUMA LISTRIK DAN PETIR

OLEH

SUNARYO, S.Ked M. SULFIKAR, S.Ked

61109031 611090312

PEMBIMBING : Dr. Reinhard J.D, S.H, Sp.F

SMF / BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH EMBUNG FATIMAH

BATAM

2013

Page 2: Trauma Listrik & Petir

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan Referat ini dengan judul

TRAUMA LISTRIK DAN PETIR. Penyelesaian Referat ini banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Dr. Reinhard J.D S.H, Sp.F selaku supervisor SMF Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikolegal RSUD Embung Fatimah Kota Batam.

2. Kedua Orang Tua saya yang selalu memotivasi sehingga penyelesaian

Referat ini bisa terselesaikan tepat waktu.

3. Teman-teman sejawat yang telah banyak memberikan masukan dalam

penyelesaian referat ini.

4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini baik

secara langsung ataupun tidak langsung.

Penulis sangat menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tenaga kesehatan terkhusus dalam bidang

ilmu kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Batam, November 2013

Penulis

Page 3: Trauma Listrik & Petir

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I

1.1. Pendahuluan................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Luka Listrik ..................................................................... 3

2.2. Etiologi Luka Listrik ..................................................................... 5

2.3. Patofisiologi Luka Listrik.............................................................. 5

2.4. Sebab Kematian Luka Listrik........................................................ 8

2.5. Definisi Trauma Petir..................................................................... 9

2.6. Etiologi Trauma Petir..................................................................... 9

2.7. Derajat Cedera Akibat Trauma Petir.............................................. 10

2.8. Pemeriksaan Korban...................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Trauma Listrik & Petir

BAB 1

PENDAHULUAN

Luka listrik adalah salah satu jenis luka karena peristiwa fisika. Trauma listrik

terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau

disebabkan oleh terkenanya pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Rangkaian

listrik dalam hal ini adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling

dihubungkan dengan cara-cara tertentu. Elemen atau komponen memiliki dua buah

terminal atau kutub pada kedua ujungnya. Pembatasan elemen atau komponen listrik

pada Rangkaian Listrik dapat dikelompokkan kedalam elemen atau komponen aktif dan

pasif. Elemen aktif adalah elemen yang menghasilkan energi dalam hal ini adalah

sumber tegangan dan sumber arus. Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen ini

tidak dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen yang hanya

dapat menyerap energi dalam hal ini hanya terdapat pada komponen resistor atau banyak

juga yang menyebutkan tahanan atau hambatan dengan simbol R.

Cedera Akibat Listrik merupakan kerusakan yang terjadi jika arus listrik

mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan

terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang

baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik yang mengalir

ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat membakar dan

menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi

mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung,

otot atau otak.

Luka yang diakibatkan oleh arus listrik yang fatal umumnya disebabkan oleh

kecelakaan, dan lebih sering pada arus bolak-balik (AC) daripada searah (DC).

Kerusakan yang diakibatkan oleh trauma listrik disebabkan oleh dua mekanisme yaitu

terjadinya pemanasan dan aliran listrik itu sendiri yang melewati jaringan. Pemanasan

akan menyebabkan nekrosis koagulatif dan aliran listrik pada jaringan akan

Page 5: Trauma Listrik & Petir

menyebabkan kerusakan membran sel. Kerusakan terbesar biasanya pada sel-sel saraf

pembuluh darah dan otot.

Secara umum, terdapat 2 jenis tenaga listrik:

a. Tenaga listrik alam, seperti petir dan kilat.

b. Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti baterai dan

accu, dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik PLN pada rumah

maupun pabrik.

Page 6: Trauma Listrik & Petir

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. LUKA LISTRIK

1. Definisi Luka Listrik

Luka Listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang merupakan

jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang memiliki

arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat berubahnya

energi listrik menjadi energi panas.

Arus listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke potensial rendah.

Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan positif (berlawanan arah dengan

elektron-elektron).

Bagian-bagian listrik, antara lain :

1. Arus listrik (I)

a. Arus listrik searah atau direct current (DC)

mengalir secara terus menerus ke satu arah, dipakai dalam industri

elektrolisis, misalnya pada pemurnian dan pelapisan/penyepuhan logam.

Juga digunakan pada telepon (30-50 volt), dan kereta listrik (600-1500

volt). Sumber misalnya baterai dan accu.

b. Arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC)

mengalir bolak-balik, digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik,

biasanya 110 volt atau 220 volt, jauh lebih berbahaya daripada arus DC,

tubuh manusia 4-6 kali lebih sensitif terhadap arus AC.

2. Frekuensi listrik

Satuan : cycle per second atau hertz, yang paling sering digunakan 50 dan 60

hertz, yang paling tinggi 1 jt hertz dengan voltage 20.000-40.000 volt tidak

Page 7: Trauma Listrik & Petir

begitu berbahaya dapat digunakan sebagai diatermi. Tubuh sangat tidak peka

terhadap frekuensi yang sangat tinggi atau sangat rendah, contohnya kurang dari

40 hertz atau lebih dari 1.000 hertz.

3. Tegangan (voltage/V)

Satuan : volt. 1 volt = tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan

intensitas listrik sebesar 1 ampere melalui sebuah konduktor (penghantar) yang

memiliki tahanan sebesar 1 ohm.

- Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan, pabrik, tram listrik.

- Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor arus listrik.

- Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep X-rays therapy

dan diatermi. Diatermi : frekuensi 1 juta Hz dan tegangan 20 ribu - 40 ribu

volt. Kuat arus yang sering kita gunakan dibawah 6 ampere. LET GO

CURRENT = kuat arus dari aliran listrik dimana korban masih bisa

melepaskan diri darinya.

4. Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)

Satuan : ohm. Menurut hukum Ohm, besarnya intensitas listrik (I) sama

dengan besarnya tegangan/voltage (V) dibagi dengan tahanan (R) dari medium.

Panas yang terjadi tergantung dari :

1. banyaknya arus

2. lamanya kontak

3. besarnya hambatan

Hal ini sesuai dengan rumus :

Keterangan : W = panas yang dihasilkan (kalori)

I = kuat arus (ampere)

R = hambatan (ohm)

t = waktu (detik)

V

I = ---

R

W = I2 R t

Page 8: Trauma Listrik & Petir

2. Etiologi Luka Listrik

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang

menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat

berada dekat dengan sumber listrik.

Secara umum, terdapat 2 jenis tenaga listrik:

c. Tenaga listrik alam, seperti petir dan kilat.

d. Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti baterai dan

accu, dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik PLN pada rumah

maupun pabrik.

3. Patofisiologi Luka Listrik

Elektron mengalir secara abnormal melalui tubuh menghasilkan cedera dengan

atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama elektrik

pada jantung dan otak, atau menghasilkan luka bakar elektrik internal maupun

eksternal melalui panas dan pembentukan pori di membran sel.

Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan

penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus AC dapat

menghasilkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik yang lama

membuat kerusakan iskemik otak terutama yang diikuti gangguan nafas. Seluruh

aliran dapat mengakibatkan mionekrosis, mioglobinemia, dan mioglobinuria dan

berbagai komplikasi. Selain itu dapat juga mengakibatkan luka bakar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efek listrik terhadap tubuh:

a. Jenis / macam aliran listrik

Arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian akibat sengatan

arus listrik AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC dengan intensitas 70-80

mA dapat menimbulkan kematian, sedangkan arus DC dengan intensitas 250 mA

masih dapat ditolerir tanpa menimbulkan kerusakan.

Page 9: Trauma Listrik & Petir

b. Tegangan / voltage

Hanya penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi biologis

kurang berarti. Tegangan yang paling rendah yang sudah dapat menimbulkan

kematian manusia adalah 50 volt. Makin tinggi tegangan akan menghasilkan efek

yang lebih berat pada manusia baik efek lokal maupun general. +60% kematian

akibat listrik arus listrik dengan tegangan 115 volt. Kematian akibat aliran listrik

tegangan rendah terutama oleh karena terjadinya fibrilasi ventrikel, sementara itu

pada tegangan tinggi disebabkan oleh karena trauma elektrotermis.

c. Tahanan / resistance

Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan

perbedaan kandungan air pada jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar terdapat

pada kulit tubuh, akan menurun besarnya pada tulang, lemak, urat saraf, otot,

darah dan cairan tubuh. Tahanan kulit rata-rata 500-10.000 ohm.

Di dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini

bergantung pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel rambut, kelenjar

keringat dan lemak. Kulit yang berkeringat lebih jelek daripada kulit yang

kering. Menurut hitungan Cardieu, bahwa berkeringat dapat menurunkan tahanan

sebesar 3000-2500 ohm. Pada kulit yang lembab karena air atau saline, maka

tahanannya turun lebih rendah lagi antara 1200-1500 ohm. Tahanan tubuh

terhadap aliran listrik juga akan menurun pada keadaan demam atau adanya

pengaruh obat-obatan yang mengakibatkan produksi keringat meningkat.

Pertimbangan tentang ”transitional resistance”, yaitu suatu tahanan yang

menyertai akibat adanya bahan-bahan yang berada di antara konduktor dengan

tubuh atau antara tubuh dengan bumi, misalnya baju, sarung tangan karet, sepatu

karet, dan lain-lain.

d. Kuat arus / intensitas /amperage

Adalah kekuatan arus (intensitas arus) yang dapat mendeposit berat tertentu

perak dari larutan perak nitrat perdetik. Satuannya : ampere. Arus yang di atas 60

mA dan berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel.

Page 10: Trauma Listrik & Petir

Berikut ini disajikan sebuah tabel mengenai efek aliran listrik terhadap

tubuh :

mA Efek

1,0 Sensasi, ambang arus

1,5 Rasa yang jelas, persepsi arus

2,0 Tangan mati rasa

4,0 Parestesia lengan bawah

15,0 Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari

aliran listrik

40,0 Kehilangan kesadaran

75-100 Fibrilasi ventrikel

Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas ketahanan seseorang,

pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran dan kematian akan terjadi

pada kuat arus 100 mA atau lebih.

e. Adanya hubungan dengan bumi / earthing

Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah

yang basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri

dengan mengggunakan alas sepatu yang kering, karena pada keadaan pertama

tahanannya rendah.

f. Lamanya waktu kontak dengan konduktor

Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak jumlah

arus yang melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah besar & luas.

Dengan tegangan yang rendah akan terjadi spasme otot-otot sehingga korban

malah menggenggam konduktor. Akibatnya arus listrik akan mengalir lebih lama

sehingga korban jatuh dalam keadaan syok yang mematikan Sedangkan pada

tegangan tinggi, korban segera terlempar atau melepaskan konduktor atau

sumber listrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan tinggi

tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang

tersentuh aliran listrik tersebut.

Page 11: Trauma Listrik & Petir

g. Aliran arus listrik (path of current)

Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk

sampai meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of entry) &

letak titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus listrik tersebut bervariasi dari

ringan sampai berat. Arus listrik masuk dari sebelah kiri bagiah tubuh lebih

berbahaya daripada jika masuk dari sebelah kanan. Bahaya terbesar bisa timbul

jika jantung atau otak berada dalam posisi aliran listrik tersebut. Bumi dianggap

sebagai kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki lebih berbahaya kalau terkena

aliran listrik, alas kaki dapat berfungsi sebagai isolator, terutama yang terbuat

dari karet.

4. Sebab Kematian Luka Listrik

Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik disertai trauma

mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan korban jatuh dari ketinggian,

dalam hal ini sukar untuk mencari sebab kematian yang segera.

Sebab kematian karena arus listrik yaitu :

a. Fibrilasi ventrikel

Bergantung pada ukuran badan dan jantung. Dalziel (1961)

memperkirakan pada manusia arus yang mengalir sedikitnya 70 mA dalam

waktu 5 detik dari lengan ke tungkai akan menyebabkan fibrilasi. Yang paling

berbahaya adalah jika arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan kiri dan

keluar melalui kaki yang berlawanan/kanan. Kalau arus listrik masuk ke tubuh

melalui tangan yang satu dan keluar melalui tangan yang lain maka 60% yang

meninggal dunia.

b. Paralisis respiratorik

Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga korban meninggal

karena asfiksia, sehubungan dengan spasme otot-otot karena jantung masih

tetap berdenyut sampai timbul kematian. Terjadi bila arus listrik yang

memasuki tubuh korban di atas nilai ambang yang membahayakan, tetapi

masih di batas bawah yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Menurut

Page 12: Trauma Listrik & Petir

Koeppen, spasme otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80 mA, sedangkan

ventrikel fibrilasi terjadi pada arus 75-100 mA.

c. Paralisis pusat nafas

jika arus listrik masuk melalui pusat di batang otak, disebabkan juga oleh

trauma pada pusat-pusat vital di otak yang terjadi koagulasi dan akibat efek

hipertermis. Bila aliran listrik diputus, paralisis pusat pernafasan tetap ada,

jantung pun masih berdenyut, oleh karena itu dengan bantuan pernafasan

buatan korban masih dapat ditolong. Hal tersebut bisa terjadi jika kepala

merupakan jalur arus listrik.

B. TRAUMA PETIR

1. Definisi Trauma Petir

Petir/lightning, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase

sampai 10 mega volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu ampere yang

dalam waktu 1/1000-1 detik dilepaskan ke bumi.

2. Etiologi Trauma Petir

Petir dapat mengakibatkan ganguan kardioversi kosmik, menghasilkan

aritmia atrium dan ventrikel, cedera miokard, dan respon vasomotor. Arus searah

petir mendepolarisasi seluruh miokardium sekaligus, menyebabkan kontraksi

sistolik tunggal diikuti dengan periode variabel detak jantung (cardiac arrest

primer). Aktivitas jantung dapat kembali secara spontan, pertama pada tingkat

bradikardia dan kemudian perlahan-lahan meningkat dengan cepat. Rhythme dapat

memburuk dari apnea akibat kelumpuhan pusat pernapasan di medula. Hipoksia

yang terlalu lama menyebabkan serangan jantung sekunder dengan fibrilasi

ventrikel.

Tipe trauma petir pada manusia :

Page 13: Trauma Listrik & Petir

Petir dapat melukai seseorang 6 cara:

Sambaran langsung (sekitar 3-5% dari cedera)

Side percikan dari obyek lain (sekitar 30% dari cedera)

Hubungi tegangan dari menyentuh sebuah benda yang dipukul (sekitar 1-2%

dari cedera)

Efek tanah saat ini sebagai energi menyebar di seluruh permukaan bumi ketika

petir memukul jarak jauh dari orang (sekitar 40-50% dari cedera)

Pemimpin kenaikan yang tidak terhubung dengan pemimpin bawah untuk

menyelesaikan saluran petir (sekitar 20-25% dari cedera)

Trauma tumpul jika seseorang dilemparkan dan barotrauma dari menjadi

cukup dekat untuk mengalami kekuatan ledakan petir.

Serangan langsung dapat terjadi pada korban yang berada di luar. Meskipun

tidak selalu fatal, serangan langsung berhubungan dengan morbiditas yang

tinggi karena sering menyerang di daerah kepala. Sambaran petir dekat kepala

juga dapat mengakibatkan gangguan pada mata, telinga, dan mulut.

Pada umumnya , korban tersambar dari objek ataupun benda di sekitarnya,

misalnya, ketika seseorang berusaha berlindung di bawah pohon, tempat

piknik, atau lainnya objek yang disambar petir. Sebagian dari petir dapat

melompat dari objek melanda kepada korban. Cedera Sementara juga terjadi

dari orang ke orang ketika beberapa orang berdiri berdekatan.

Derajat cedera akibat trauma petir :

Cedera ringan

Korban yang memiliki cedera ringan mungkin mengakibatkan dysesthesias

pada ekstremitas atau perasaan seperti dipukul pada kepala, dapat juga

mengeluhkan kebingungan, amnesia, tidak sadarkan diri sementara, tuli sementara,

Page 14: Trauma Listrik & Petir

atau kebutaan. Korban mungkin juga mengeluh parasthesias, nyeri otot,

kebingungan, amnesia sementara. Korban mungkin dapat mengalami pecahnya

membran timpani. Tanda-tanda vital biasanya stabil, meskipun beberapa korban

mengalami hipertensi ringan sementara. Kerusakan neurokognitif permanen dapat

terjadi.

Cedera Menengah

Korban yang tersamabar petir pada derajat menengah dapat mengakibatkan

kebingungan, agresif, atau koma. Korban akan mengalami mati rasa pada kulit serta

mengakibatkan kelumpuhan ekstremitas.Dapat juga mengakibatkan spasme

pembuluh darah akibat terjadinya trauma pembuluh darah. Gangguan irama jantung

yang dapat kembali secara spontan, Kejang juga dapat terjadi,membran timpani

pecah harus diantisipasi,. Sementara pemulihan klinis sering cepat dalam beberapa

jam pertama, korban luka-luka cukup rentan untuk menderita gejala sisa jangka

panjang seperti gangguan tidur, ganguan emosi, kesulitan dengan fungsi

psikomotorik halus, parasthesias, kelemahan umum, simpatik atau disfungsi sistem

saraf, dan stres pasca trauma sindrom. Atrofi kelumpuhan tulang belakang,

meskipun jarang terjadi.

Cederah Berat

Korban dapat mengalami serangan jantung, seperti ventrikel fibrilasi dan harus

segera ditangani dengan resusitasi jantung mungkin berhasil jika korban telah

mengalami iskemia jantung atau SSP berkepanjangan. Pecahnya membran tympani

otorrhea, Kerusakan Sistem Saraf Pusat.

Page 15: Trauma Listrik & Petir

Tabel derajat luka akibat trauma petir.

Body system Injury

Integumentary system Linear, punctuate, and partial- or full-thickness burns;keraunographic markings

Cardiac system Ventricular fibrillation; asystole; hypertension; tachycardia;nonspecific ST segment and T wave changes; prolongedQT intervals; premature ventricular contractions;myocardial infarction

Central nervous system Weakness; amnesia; confusion; intracranial injuries; immediateloss of consciousness; brief aphasia; paraplegia; quadriplegia;spinal cord damage; cold, mottled, pulseless extremities

Eyes and ears Tympanic membrane perforation; secondary otitis media;transient dizziness; temporary or permanent deafness;dilated or nonreactive pupils; transient blindness; cornealedema; uveitis; vitreous hemorrhage; cataracts

Other injuries Myoglobinuria (rare); myalgias; hypothermia; blunt traumaincluding skull, vertebral, rib, and extremity fractures

3. Gambaran Klinik Trauma Petir

Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang

disebabkan oleh faktor arus listrik, faktor panas dan faktor ledakan:

a. Ada 3 efek listrik akibat sambaran petir :

Current mark / electrik mark / electrik burn. Efek ini termasuk salah satu

tanda utama luka listrik (electrical burn).

Aborescent markings. Tanda ini berupa gambaran seperti pohon gundul

tanpa daun akibat terjadinya vasodilatasi vena pada kulit korban sebagai

reaksi dari persentuhan antara kulit dengan petir. Tanda ini akan hilang

sendiri setelah beberapa jam.

Page 16: Trauma Listrik & Petir

Gambar aborescent marking

Magnetisasi. Logam yang terkena sambaran petir akan berubah menjadi

magnet. Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical

burn).

b. Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :

Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan seluruh tubuh

korban dapat terbakar atau hangus.

Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti perhiasan

dan komponen arloji. Arloji korban akan berhenti dimana tanda ini dapat

kita gunakan untuk menentukan saat kematian korban. Efek ini juga

termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn).

Page 17: Trauma Listrik & Petir

Gambar metalisasi

c. Efek ledakan:

Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi akibat

perpindahan volume udara yang cepat & ekstrim. Setelah kilat menyambar,

udara setempat menjadi vakum lalu terisi oleh udara kembali sehingga

menimbulkan suara menggelegar/ledakan.

Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban terlontar

sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda tumpul, misalnya

abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak, epidural/subdural bleeding.

PEMERIKSAAN KORBAN

a. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda yang membuatnya kena

listrik, kadang-kadang ada busa pada mulut. Yang perlu dilakukan pertama kali

adalah mematikan arus listrik atau menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering.

Lalu kemudian korban diperiksa apakah hidup atau sudah meninggal dunia.

Bilamana belum ada lebam mayat, maka mungkin korban dalam keadaan mati

suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu pernafasan buatan dan pijat jantung

Page 18: Trauma Listrik & Petir

dan kalau perlu segera dibawa ke Rumah sakit. Pernafasan buatan ini jika

dilakukan dengan baik dan benar masih merupakan pengobatan utama untuk

korban akibat listrik. Usaha pertolongan ini dilakukan sampai korban

menunjukkan tanda-tanda hidup atau tanda-tanda kematian pasti.

b. Pemeriksaan Jenazah

a. Pemeriksaan Luar

Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah kelainan

pada kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari adalah tanda-tanda

listrik atau current mark/electric mark/stroomerk van jellinek/joule burn.

Tanda-tanda listrik tersebut antara lain :

1. Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana

listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark berbentuk bundar atau oval

dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi oleh kulit yang

menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit diluar elektrik mark

akan menunjukkan hiperemis. Bentuk dan ukurannya tergantung dari

benda yang berarus lisrtrik yang mengenai tubuh.

Gambar electric mark

Page 19: Trauma Listrik & Petir

2. Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak antara

tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan

demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat

menjadi hitam hangus terbakar.

Gambar Joule burn

3. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena benda yang

berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah mengandung

panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt. Tubuh korban hangus

terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai

patahnya tulang-tulang.

Page 20: Trauma Listrik & Petir

Gambar exogenous burn

b. Pemeriksaan Dalam

Pada autopsi biasanya tidak ditemukan kelainan yang khas. Pada

otak didapatkan perdarahan kecil-kecil dan terutama paling banyak

adalah pada daerah ventrikel III dan IV. Organ jantung akan terjadi

fibrilasi bila dilalui aliran listrik . Pada paru didapatkan edema dan

kongesti. Pada korban yang terkena listrik tegangan tinggi, Custer

menemukan pada puncak lobus salah satu paru terbakar, juga ditemukan

pneumothorak, hal ini mungkin sekali disebabkan oleh aliran listrik yang

melalui paru kanan. Organ viscera menunjukkan kongesti yang merata.

Petekie atau perdarahan mukosa gastro intestinal ditemukan pada 1 dari

100 kasus fatal akibat listrik. Pada hati ditemukan lesi yang tidak khas.,

sedangkan pada tulang, karena tulang mempunyai tahanan listrik yang

besar, maka jika ada aliran listrik akan terjadi panas sehingga tulang

meleleh dan terbentuklah butiran-butiran kalsium fosfat yang menyerupai

mutiara atau pearl like bodies. Otot korban putus akibat perubahan

hialin. Perikard, pleura, dan konjungtiva korban terdapat bintik-bintik

pendarahan. Pada ekstremitas, pembuluh darah korban mengalami

Page 21: Trauma Listrik & Petir

nekrosis dan ruptur lalu terjadi pendarahan kemudian terbentuklah

gangren.

c. Pemeriksaan Tambahan

Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi pada electric

mark. Walaupun pemeriksaan itu tidak spesifik untuk tanda kekerasan oleh

listrik tetapi sangat menolong untuk menegakkan bahwa korban telah

mengalami trauma listrik.

Hasil pemeriksaan akan terlihat adanya bagian sel yang memipih,

pada pengecatan dengan metoxyl lineosin akan bewarna lebih gelap dari

normal. Sel-sel pada stratum korneum menggelembung dan vakum. Sel dan

intinya dari stratum basalis menjadi lonjong dan tersusun secara palisade.

Ada sel yang mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak

dari stratum korneum. Folikel rambut dan kelenjar keringat memanjang

dan memutar ke arah bagian yang terkena listrik.

Gambaran histologis luka petir

Page 22: Trauma Listrik & Petir

d. Aspek Medikolegal

Kematian oleh arus listrik biasanya tidak disengaja dari peralatan

listrik rusak atau kelalaian dalam penggunaan peralatan. Dalam industri,

kematian dapat dihasilkan dari kontak dengan kabel yang berarus, atau

dari alat-alat penerangan, alat-alat elektronik, ataupun saklar-saklar.

Kematian dapat terjadi selama terapi kejang untuk pasien dengan

gangguan jiwa namun kasus tersebut jarang, kecuali sebagai kasus

bunuh diri, dan bahkan pembunuhan telah terjadi. Organ dalam harus

dianalisis untuk mengetahui apakah korban telah rusak pada saat

kecelakaan. Bunuh diri jarang terjadi. Orang biasanya menggulung

kawat ke pergelangan tangan atau jari-jarinya, yang kemudian

dihubungkan ke arus listrik, dimana saklar terlihat dalam posisi on.

Kurang dari setengah korban sambaran petir meninggal. Mati akibat

petir adalah selalu akibat dari kecelakaan. Kadang-kadang, mayat

korban luka petir terlihat sebagai korban kekerasan. Korban tersebut

dapat ditemukan di lapangan terbuka dengan gambaran memar, luka

robek, dan fraktur. Pada kasus ini, diagnosis harus ditegakkan

berdasarkan riwayat badai petir di wilayah lokal tersebut, bukti adanya

efek dari sambaran petir, dan magnetisasi terhadab bahan logam.

Page 23: Trauma Listrik & Petir

DAFTAR PUSTAKA

1. Idries, Abdul Mun’im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa

Aksara. 1997

2. Budiyanto, A., Widiatamaka, W., Sudiono, S. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997

3. Tsokos, Michael. Forensic Pathology Reviews. Volume 5. Humana Press.

4. Lightning injuries, author ; Mary Ann Cooper, MD; chief Editor ; Rick kulkarni MD;

Updated: Feb 10, 2012, aviabel form; http://emedicine.medscape.com/article/770642-

overview#showall.

5. Artikel Journal of Lightning injuries,Medley O’Keefe Gatewood, MDa,Richard D. Zane,

MDb,c,Harvard University School of Medicine, The Massachusetts General andBrigham

and Women’s Hospitals, update : 2 mei, 2013

6. Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara:

Jakarta 1997. Hal 85-129

7. Buku Ilmu Kedokteran Forensik FK UI hal : 51

8. (http://www.bmkg.go.id/RBMKG_Wilayah_10/Geofisika/petir.bmkg)

9. http://emedicine.medscape.com/article/770642-overview

10. www.uic.edu/.../lightninginjury/Electr&Ltn.p.

11. http://ml.scribd.com/doc/51960143/luka-listrik-forensik