Trauma Ginjal Dan Saluran Kemih
Transcript of Trauma Ginjal Dan Saluran Kemih
Definisi
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam trauma baik
tumpul maupun tajam.
Etiologi dan Patofisiologi
Ada 2 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu
1. Trauma tajam
2. Trauma Iatrogenik
3. Trauma tumpul
Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman merupakan 10 – 20 % penyebab trauma pada
ginjal di Indonesia.Baik luka tikam atau tusuk pada abdomen bagian atas atau pinggang maupun
luka tembak pada abdomen yang disertai hematuria merupakan tanda pasti cedera pada ginjal.
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi
intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography, percutaneous nephrostomy,
dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin meningkatnya popularitas dari teknik teknik di
atas, insidens trauma iatrogenik semakin meningkat , tetapi kemudian menurun setelah
diperkenalkan ESWL. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya
pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma akibat kecelakaan
lalu lintas juga semakin meningkat.
Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung
biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal
biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung
misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam
rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika
intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis.
Klasifikasi
Tujuan pengklasifikasian trauma ginjal adalah untuk memberikan pedoman dalam menentukan
terapi dan prognosis.
Grade I: Kontusio ginjal,terdapat perdarahan di ginjal tanpa adanya kerusakan
jaringan,kematian jaringan maupun kerusakan kaliks. Hematuria dapat mikroskopik
atau makroskopik.pencitraan normal.
Grade II: Hematom subkapsular atau perineal yang tidak meluas, tanpa adanya kelainan
parenkim.
Grade III: Laserasi ginjal < 1 cm dan tidak mengenai pelviokaliks dan tidak terjadi
ekstravasasi.
Grade IV: Laserasi > 1cm dan tidak mengenai pelviokaliks atau ekstravasasi urin.
Laserasi yang mengenai korteks,medulla dan pelviokaliks
Grade V: Cedera pembuluh darah utama, avulsi pembuluh darah yang mengakibatkan
gangguan perdarahan ginjal, laserasi luas pada beberapa tempat/ ginjal yang terbelah
Gejala Klinik
Pada trauma tumpul dapat ditemukan adanya jejas di daerah lumbal, sedangkan pada trauma
tajam tampak luka.
Pada palpasi didapatkan nyeri tekan daerah lumbal, ketegangan otot pinggang, sedangkan
massa jarang teraba. Massa yang cepat menyebar luas disertai tanda kehilangan darah merupakan
petunjuk adanya cedera vaskuler.
Nyeri abdomen umumya ditemukan di daerah pinggang atau perut bagian atas, dengan
intenitas nyeri yang bervariasi. Bila disertai cedera hepar atau limpa ditemukan adanya tanda
perdarahan dalam perut. Bila terjai cedera Tr. Digestivus ditemukan adanya tanda rangsang
peritoneum.
Fraktur costae terbawah sering menyertai cedera ginjal. Bila hal ini ditemukan sebaiknya
diperhatikan keadaan paru apakah terdapat hematothoraks atau pneumothoraks
Hematuria makroskopik merupakan tanda utama cedera saluran kemih. Derajat hematuria
tidak berbanding dengan tingkat kerusakan ginjal. Perlu diperhatikan bila tidak ada hematutia,
kemungkinan cedera berat seperti putusnya pedikel dari ginjal atau ureter dari pelvis ginjal. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda shock.
Diagnostik Radiologi
Ada beberapa tujuan pemeriksaan radiologis pada pasien yang dicurigai menderita trauma ginjal,
yaitu:
Klasifikasi beratnya trauma sehingga dapat dilakukan penenganan yang tepat dan
menentukan prognosisnya
Menyingkirkan keadaan ginjal patologis pre trauma
Mengevaluasi keadaan ginjal kontralateral
Mengevaluasi keadaan organ intra abdomen lainnya
Pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
Grade I:
o Hematom minor di perinephric , pada IVP, dapat memperlihatkan
gambaran ginjal yang abnormal
o Kontusi dapat terlihat sebagai massa yang normal ataupun tidak
o Laserasi minor korteks ginjal dapat dikenali sebagai dfek linear pada
parenkim atau terlihat mirip dengan kontusi ginjal
o Yang lebih penting, pencitraan IVP pada pasien trauma ginjal grade I
dapat menunjukkan gambaran ginjal normal.
o Hal ini tidak terlalu menimbulkan masalah karena penderit grade I
memang tidak memerlukan tindakan operasi .
o Pada CT Scan, daerah yang mengalami kontusi terlihat seperti massa
cairan diantara parenkim ginjal
Grade II:
o Pada IVP dapat terlihat extravasasi kontras dari daerah yang mengalami
laserasi
o Extravasasi tersebut bisa hanya terbatas pada sinus renalis atau meluas
sampai ke daerah perinefron atau bahkan sampai ke anterior atau posterior
paranefron.
o Yang khas adalah, batas ;uar ginjal terlihat kabur atau lebih lebar.
o Dengan pemeriksaan CT Scan , fraktur parenkim ginjal dapat terlihats
o Akumulasi masif dari kontras, terutama pada ½ medial daerah perinefron,
dengan parenkim ginjal yang masih intak dan nonvisualized ureter,
merupakan duggan kuat terjadinya avulsi ureteropelvic junction
Grade III:
o Secara klinis pasien dalam kadaan yang tidak stabil.
o Kdang kadang dapat terjadi shock dan sering teraba massa pada daerah
flank.dapt diertai dengan hematuria.
o Bila pasien sudah cukup stabil, dapat dilakukan pemeriksaan IVP, dimana
terlihat gangguan fungsi ekskresi baik parsial maupun total
o Ada 2 tipe lesi pada pelvis renalis yaitu trombosis A.Renalis dan avulsi A.
Renalis. Angiografi dapat memperlihtkan gambaran oklusi A.Renalis.
Viabilitas dari fragmen ginjal dapat dilihat secara angiografi.
o Arteriografi memperlihatkan 2 fragmen ginjal yang terpisah cukup
jauh.fragmen yang viabel akan terlihat homogen karena masih mendapat
perfusi cukup baik. Fragmen diantaranya berarti merupaka fragmen yang
sudah tidak viable lagi
Grade IV:
o Grade IV meliputi avulsi dari ureteropelvic junction. Baik IVP maupun
CT Scan memeperlihatkan adanya akumulasi kontras pada derah
perinefron tanpa pengisian ureter.
Sebagai kesimpulan, sampai sekarang belum ada pembatasan yang jelas kapan seorang
penderita yang diduga trauma ginjal memerlukan IVP atau CT Scan sebagai pemeriksaan
penunjangnya. Keputusan tersebut harus didasarkan kepada pemeriksaan manakah yang lebih
tersedia.
CT San biasanya diambil sebagai pemeriksaan penunjang pertama pada psien yang
mengalami trauma multiple organ intra abdomen, dan pasien yang diduga trauma ginjal Grade
III atau IV.
CT Scan berfungsi sebagai pemeriksaan kedua setelah IVP pada pasien yang pada IVP
memperlihtkan gambaran kerusakan luas parenkim ginjal dan pasien yang keadaan umumnya
menurun.
Terapi dan Prognosis
Lesi minor, grade 1, biasanya diobati secara konservatif. Pengobatan konservatif tersebut
meliputi istirahat di tempat tidur, analgesik untuk menghilangkan nyeri, serta observasi status
ginjal dengan pemeriksaan kondisi lokal, kadar hemoglobin, hematokrit serta sedimen urin.
Penanganan trauma ginjal grade 2 masih menimbulkan suatu kontroversi. Penenganan
secara konservatif, seperti yang dipilih oleh kebanyakan dokter, mengandalkan kemampuan
normal ginjal untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Penenganan secara operatif biasanya
dilakukan apabila pasien tidak memberikan respon positif terhadap pengobatan konservatif,
seperti kehilangan darah yang terus bertambah, bertambah besarnya massa pada regio flank, rasa
sakit yang terus menerus dan disertai dengan adanya demam. Pengecualian dari indikasi diatas
adalah oklusi pada A. Renalis ( grade 3 ). Tindakan konservatif ini dilakukan untuk menghindari
dilakukannya tindakan nephrektomi. Sedangkan dokter yang memilih tindakan operatif secara
dini mengemukakan bahwa finsidens terjadinya komplikasi lanjut dapat diturunkan dengan
tindakan nephrektomi.
Penanganan trauma ginjal unuk grade 3,4,dan 5 memerlukan tindakan operatif berupa
laparotomi.
Komplikasi
Komplikasi awal: Perdarahan yang masiv sangat sering terjadi, terutama di retroperitoneal.
Persisten retroperitoneal persisten atau gross hematuri yang berat, indikasi untuk dilakukan
operasi.
Komplikasi lanjut: hypertensi, hydronephrosis, arteriovenous fistula, pembentukan
calculus, dan pyelonephritis. renal atrophy dapat muncul dari vascular compromise dan dapat
diditeksi dengan urography. Perdarahan yang berat dan lanjut dapat muncul setelah 1-4 minggu.
Trauma pada saluran kemih
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena
perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas yang ada di tubuh dan anggota gerak saja,
kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan
peritonitis oleh karena itu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai
sampai dibuktikan tidak ada.
Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga
sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus
dingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan
sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik.
Trauma ginjal
Dapat disebabkan oleh trauma langsung baik tajam atau tumpul di daerah perut bagian
depan samping maupun daerah lumbal, dapat pula diakibatkan trauma tidak langsung seperti
jatuh terduduk atau jatuh berdiri.
Gejala dan tanda
a)Jejas luka daerah ginjal, kadang-kadang disertai terbentuknya tumor daerah pinggang.
b) Hematuri keadaan ini biasanya tidak terjadi segera karena mula-mula terbentuk bekuan
darah yang menyumbat kaliks atau ureter, hematuri baru timbul 24-48 jam kemudian setelah
sumbatan tersebut hilang. bekuan darah tersebut dapat menyebabkan clot colic. Derajat hematuri
tidak sejajar dengan beratnya trauma bahkan pada avulsi ginjal tak ditemukan hematuri.
c) Rangsang peritoneum, timbul akibat darah dalam rongga perut, mungkin disertai dengan ileus
paralitik
d)Laboratorik, nilai Hb dan Ht dapat menurun. Pengamatan nilai Ht secara berkala dapat
digunakan untuk memperkirakan beratnya perdarahan. Pada urin terdapat hematuri makroskopik
dan mikroskopik
e)Pemeriksaan radiologi, khususnya pada foto polos perut dapat dijumpai keadaan skoliosis
ringan dengan bagian cekung menghadap ginjal yang terkena trauma, gambar psoas line kabur,
contour ginjal hilang dan dapat disertai dengan kelainan pada tulang-tulang iga dan tulang
belakang. Pielogram intravena perlu dilakukan secepatnya tanpa menunggu hematuri berhenti.
Bertujuan untuk menilai kedua fungsi ginjal baik yang terkena trauma atau yang sehat, ini
penting bila nantinya dipikirkan tindakan nefrektomi. Gambaran yang tak jelas dapat pula
disebabkan oleh gangguan ekskresi akibat syok.
Penatalaksanaan
1)Istirahat baring, sekurang-kurangnya sampai seminggu setelah hematuri berhenti, mobilisasi
dilakukan bertahap, bila kemudian hematuri timbul lagi, penderita diistirahatkan lagi.
2)Periksa tanda vital dengan ketat. amati pembesaran tumor pada daerah pinggang dan evaluasi
nilai hematokrit untuk menduga perdarahan. Hematom dipinggang dapat mencapai 1-2 liter.
3) Awasi hematuri dengan menampung urin.
4) Antibiotika spektrum luas, karena bekuan darah sekitar ginjal dapat merupakan tempat
berkembangnya bakteri.
5)Bila telah diyakini dapat ditangani secara konservatif, penderita dapat diberi minum banyak
untuk menigkatkan diuresis sehingga bekuan darah dalam ginjal dapat keluar.
6)Bila perdarahan terus berlangsung dan keadaan umum memburuk, pikirkan tindakan bedah.
Tergantung pada kelainan yang dijumpai dapat dilakukan penjahitan, nefrektomi parsial atau
total.
Trauma ureter
Keadaan ini jarang terjadi, tapi biasanya akibat kesalahan sewaktu pembedahan. Gejala yang
timbul tidak khas, setelah beberapa saat mungkin timbul gejala rangsang peritoneum akibat
ekstravasasi urin. Untuk memastikannya dapat dilakukan pielografi intravena atau pyelografi
retrograd. Pengobatan satu-satunya adalah pembedahan mungkin dilakukan reanastomosis,
anastomosis ureteroureter atau dibuat ureterostomi.
Kontusio buli-buli
Penderita mengeluh nyeri, terutama bila ditekan daerah suprapubik dan dapat ada hematuri
tanpa ada tanda rangsang peritoneum. Sulit dibedakan dengan laserasi buli-buli atau ruptura
uretra intra pelvis.
Penatalaksanaan
1) Istirahat baring sampai hematuri makroskopik hilang.
2) Minum banyak untuk menigkatkan diuresis. Bila psnderita dapat miksi dengan lancar berarti
tidak ada ruptura buli-buli ataupun uretra.
3) Bila hematuri berat dan menetap sampai 5-6 hari pasca trauma, buat sistogram untuk mencari
penyebab lainnya.
4) Obat-obatan, dapat diberikan obat antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
misalnya Ampisilin dosis 4 x 250-500 mg/hari
DEFINISI TRAUMA
Trauma adalah cedera atau rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam
rudapaksa baik tumpul maupun tajam didaerah perut bagian depan samping maupun daerah
lumbal, dapat pula diakibatkan trauma tidak langsung seperti jatuh terduduk, jatuh berdiri dan
kontraksi otot perut yang berlebihan pada hidronefrosis.
Trauma ureter adalah trauma yang disebabkan oleh intervensi iatrogenik yang dilakukan
oleh dokter. Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan dilindungi oleh tulang dan
otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi.
Trauma kandung kemih adalah trauma yang disebabkan oleh trauma tumpul seringkali
terjadi pada kecelakaan sepeda motor dan bisa menyebabkan robekan pada kandung kemih. Luka
tembus, biasanya akibat tembakan, juga bisa mencederai kandung kemih.
Trauma uretra adalah trauma yang disebabkan oleh trauma langsung di daerah perineum
dan pelvis. Trauma uretra adalah trauma yang terjadi sepanjang uretra dan biasanya berhubungan
dengan intervensi pembedahan.
ETIOLOGI
Trauma ginjal : Dapat disebabkan oleh trauma langsung baik tajam atau tumpul, di daerah perut
bagian depan, samping maupun daerah lumbal. Dapat pula di akibatkan trauma tidak langsung
seperti jatuh terduduk, jatuh berdiri dan kontraksi otot perut yang berlebihan pada hidronefrosis.
Cedera dari luar, Rudapaksa tumpul, Fraktur /patah tulang panggul.
Trauma ureter: Luka tembak atau tusuk, Ruda paksa ureter disebabkan oleh ruda paksa tajam
atau tumpul dari luar maupun iatrogenik terutama pada pembedahan rektum, uterus, pembuluh
darah panggul atau tindakan endoskopik
Trauma kandung kemih: Cedera dari luar, Rudapaksa tumpul, Fraktur /patah tulang panggul.
Trauma uretra: Fraktur tulang pelvis terjadi robekan pars membranasea karena prostat dengan
uretra prostatika tertarik ke kranial bersama fragmen fraktur, sedangkan uretra membranasea
terikat diafragma urogenital. Cedera menyebabkan memar dinding dengan atau tanpa robekan
mukosa baik parsial maupun total. Jatuh terduduk atau terkangkang sehingga uretra terjepit
antara obyek yang keras dengan tulang simfisis. Instrumentasi urologik seperti pemasangan
kateter, brusinasi dan bedah endoskopi.
PATOFISIOLOGI
Trauma ginjal: Trauma tumpul akibat jatuh, olahraga dan kecelakaan lalu lintas menyebabkan
ginjal malposisi dan kontak dengan iga (tulang belakang). Penetrasi benda tajam (luka tembak
atau tikam) menyebabkan trauma pada ginjal sehingga terjadi syok akibat trauma multisistem.
Trauma renal berupa trauma minor seperti contusio, laserasi minor parenkim ginjal; trauma
mayor seperti laserasi mayor (kerusakan pada sistem kaliks) dan fragmen parenkim ginjal, ruptur
kapsul ginjal akibat hematom; kritis seperti multipel, laserasi berat dan cedera pedikel ginjal
(cedera pada pembuluh darah ginjal).
Trauma ureter: Cidera pada ureter kebanyakan terjadi karena pembedahan antara lain pada
operasi endourologi trans-ureter (uteroskopi atau uretorenoskopi, ekstrasksi batu dengan dormia
atau litotripsi batu ureter) dan operasi di daerah pelvis (diantaranya adalah operasi ginekologi,
bedah digestif atau bedah vaskular) sedangkan cidera ureter akibat ruda paksa dari luar lebih
jarang terjadi. Tindakan kateterisasi ureter yang menembus dinding ureter atau pemasukan zat
asam atau alkali yang terlalu keras dapat juga menimbulkan trauma ureter. Trauma ureter yang
paling sering terjadi biasanya lebih disebabkan oleh trauma tajam seperti luka tusuk dan tembak.
Trauma kandung kemih: Cedera tumpul karena kecelakaan sepeda motor menyebabkan
robekan pada kandung kemih. Luka tembus karna tembakan menyebabkan cedera pada kandung
kemih.
Trauma uretra: Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar dan cedera iatrogenik
akibat instrumentasi pada uretra. Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis
menyebabkan ruptur uretra pars membranasea, sedangkan trauma tumpul pada selangkang atau
straddle injury dapat menyebabkan ruptur uretra para bulbosa. Pemasangan kateter pada uretra
yang kurang hati-hati dapat menimbulkan robekan uretra karena salah jalan (false route).
Intervensi operasi trans-uretra dapat menimbulkan cedera uretra iotrogen.
MANIFESTASI
Trauma ginjal: Pada rudapaksa tumpul dapat ditemukan jejas di daerah lumbal, sedangkan pada
rudapksa tajam tampak luka. Pada palpasi di dapat nyeri tekan, ketegangan otot pinggang,
sedangkan massa jarang teraba. Massa yang cepat meluas sering ditandai tanda kehilangan darah
yang banyak merupakan tanda cedera vaskuler. Nyeri abdomen pada daerah pinggang atau perut
bagian atas. Fraktur tulang iga terbawah sering menyertai cedera ginjal. Hematuria makroskopik
atau mikroskopik merupakan tanda utama cedera saluran kemih.
Trauma ureter: Pada umumnya tanda dan gejala klinik umumnya tidak spesifik. Hematuria
menunjukkan cedera pada saluran kemih. Bila terjadi ekstravasasi urin dapat timbul urinom pada
pinggang atau abdomen, fistel uretero-kutan melalui luka atau tanda rangsang peritoneum bils
urin masuk ke rongga intraperitoneal. Pada cedera ureter bilateral ditemukan anuria.
Trauma kandung kemih: Umumnya fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat. Nyeri
suprapubik. Ketegangan otot dinding perut bawah. Hematuria Ekstravasasi kontras pada
sistogram.
Trauma uretra: Pada ruptur uretra posterior, terdapat tanda patah tulang pelvis. Pada daerah
suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas, hematom dan nyeri tekan. Terdapat tetes
darah segar di meatus uretra Bila terjadi ruptur uretra total, penderita mengeluh tidak bisa buang
air kecil. Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstruksi karena edema atau
bekuan darah. Abses periuretral atau sepsis mengakibatkan demam.
PENATALAKSANAAN
Trauma ginjal: Istirahat baring, sekurang-kurangnya sampai seminggu setelah hematuri berhenti,
mobilisasi dilakukan bertahap, bila kemudian hematuri timbul lagi, penderita diistirahatkan lagi.
Perhatikan tanda vital dengan ketat. Amati pembesaran tumor di daerah pinggang dan nilai Ht
untuk menduga pendarahan. Hematom di pinggang dapat mencapai 1-2 liter. Awasi hematuri
dengan menampung urin tiap 3 jam dan dideretkan pada rak, bila perdarahan berhenti maka
tabung-tabung akhir berwarna makin coklat, bila tetap/makin rendah, perdarahan tetap
berlangsung. Antibiotik spektrum luas selama 2 minggu, karena bekuan darah sekitar ginjal
dapat merupakan tempat berkembangnya bakteri. Bila telah diyakini dapat ditangani secara
konservatif, penderita dapat diberi minum banyak untuk meningkatkan diuresis sehingga bekuan
darah dalam ginjal cepat keluar. Bila perdarahan terus berlangsung dan keadaan umum
memburuk, pikirkan tindakan bedah. Tergantung pada kelainan yang dijumpai dapat dilakukan
penjahitan, nefrektomi parsiil atu total.
Trauma kandung kemih: Istirahat baring sampai hematuri makriskopik hilang. Minum banyak
untuk meningkatkan diuresis. Bila penderita dapat miksi dengan lancar berarti tidak ada ruptur
buli-buli ataupun uretra. Bila hematuria berat dan menetap sampai 5-6 hari pasca trauma, buat
sistrogram untuk mencari penyebab lain. Obat- obatan : Antibiotik: Ampisilin 4x 250-500 mg/
hari per oral. Hemostatik: Adona AC- 17 per oral.
Klasifikasi trauma ginjal:
Trauma ureter: Ekstravasasi dari urin atau obstruksi tergantung dari jenis traumanya ( urinoma,
kerusakan ginjal). Macam-macam Cedera pada ureter: Terikat, Krussing karena terikat oleh
klem, Putus (robek), Devaskularisasi
Trauma kandung kemih: Komplikasi jarang terjadi namun dapat saja terjadi infeksi karena
kateter urine atau sepsis akibat ekstravasasi urine. Dapat berbentuk : Kontusio buli-buli: terdapat
memar jaringan dan mukosa buli-buli, Ruptura buli-buli ekstraperitoneal: biasanya terjadi akibat
trauma yang terjadinpada saat buli-buli kosong atau akibat patah tulang pelvis, Ruptura buli-buli
intraperitoneal; terjadi akibat trauma pada saat buli-buli penuh.
Trauma uretra: Perdarahan dan infeksi
PRIMARY SURVEY & SECOND SURVEY
Orang yang mengalami cedera berat harus dikaji dengan cepat dan efisien. Kriteria dan protokol
untuk memudahkan pengkajian awal, intervensi dan triage untuk korban trauma telah
dikembangkan oleh american college of surgeons, committee on trauma.
Primary survey
Mendeteksi masalah-masalah jalan napas, pernapasan dan sirkulasi dan menentukan
kemungkinan ancaman terhadap jiwa dan anggota badan. Informasi tentang mekanisme
terjadinya cedera dan gambaran tentang keadaan kecelakaan akan memberikan petunjuk tentang
kemungkinan terjadinya cedera serius. Pemeriksaan neurologik yang seksama juga dilakukan.
Resusitasi
Resusitasi seringkali mulai dilaksanakan selama evaluasi primer dan mencakup tindakan
terhadap kondisi-kondisi yang mengancam keselamatan jiwa. Pasien dapat memerlukan intubasi
endotrakeal, pemberian oksigen, terapi cairan intravena dan kontrol terhadap hemoragi. Kondisi-
kondisi yang mengancam keselamatan jiwa. Misalnya tension, pneumotoraks terbuka,
hemotoraks masif dan tamponade jantung, diatasi dengan cepat. Kecuali adanya kontraindikasi,
kateter urine dan selang nasogastrik dipasang.
Secondary survey
Apabila kondisi pasien sudah berhasil distabilkan riwayat kesehatan yang lengkap, termasuk
informasi tentang mekanisme terjadinya cedera, harus diperoleh dan pemeriksaan fisik secara
menyeluruh harus dilakukan. Pemeriksaan dapat mencakup elektrokardiogram (ECG), berbagi
uji laboratorium dan pemeriksaan radiologik.
Pola-pola cedera: Informasi tentang pola atau mekanisme terjadinya cedera sering kali
akan sangat membantu dalam mendiagnosa kemungkinan gangguan yang diakibatkan.
Trauma tumpul terjadi pada kecelakaan kendaraan bermotor (KKB) dan jatuh, sedangkan
trauma tusuk (penetrasi) sering kali diakibatkan oleh luka tembak atau luka tikam.
Umumnya makin besar kecepatan yang terlibat di dalam suatu kecelakaan akan makin
besar cedera yagn terjadi (mis, KKB kecepatan tinggi peluru dengan kecepatan tinggi
jatuh dari tempat yang sangat tinggi).
Trauma tumpul: Pada kecelakaan kendaraan mobil, badan kendaraan memberikan
sebagian perlindungan dan menyerap energi dari hasil benturan tabrakan. Pengendara
atau penumpang yang tidak menggunakan sabuk pengaman, bagaimana pun akan
terlempar dari mobil dan dampaknya mendapatkan cedera tambahan. Pengendara sepeda
motor mempunyai perlindungan yang minimal dan sering kali akan menderita cedera
yang parah apabila terlempar dari motor. Perlambatan yang cepat selama KKB atau jatuh
dapat menyebabkan kekuatan yang terputus yang dapat merobek struktur tertentu. organ-
organ abdomen (limpa, ginjal, usus) akan terlepas dari mesenteri. Cedera karena benturan
seringkali menyebabkan kerusakan internal dengan sedikit tanda-tanda trauma eksternal.
Tipe kerusakan pada kendaraan seringkali memberikan petunjuk-petunjuk cedera spesifik
yang diderita pada KKB. Benturan lateran dapat menyebabkan fraktur pelvis.
Trauma Penetrasi: Luka tembak berkaitan dengan derajat kerusakan yang lebih tinggi
dari luka-luka tikaman. Peluru dapat menyebabkan lubang disekitar jaringan dan dapat
terpecah atau merubah arah di dalam tubuh mengakibatkan peningkatan cedera.
Perdarahan internal, perforasi organ dan fraktur kesemuanya dapat disebabkan oleh
cedera penetrasi. Dengan menggunakan ketrampilan pengkajian yang baik dan
kewaspadaan pada mekanisme terjadinya cedera, perawat unit perawatan kritis dapat
membantu dalam mengidentifikasi cedera yang tidak didiagnosa diunit kegawatdaruratan.
LABORATORIUM & DIAGNOSIS
Trauma ginjal
Hb dan Ht (hematokrit) menurun. Pengamatan nilai Ht secara berkala dapat digunakan
untuk memperkirakan beratnya perdarahan.
Pada Ro foto polos perut terdapat :
o Skoliosis ringan dengan bagian cekung menghadap ginjal yang terkena trauma
o Gambaran psoas kabur
o Countour ginjal hilang Perhatikan juga keadaan tulang-tulang iga dan tulang
belakang sekitarnya.
IVP dilakukan jika terdapat luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal, cedera
tumpul ginjal yang ditandai dengan hematuria (mikroskopik maupun kasat mata), cedera
tumpul ginjal dengan hematuria dan disertai syok. Hasilnya menunjukan trauma dengan
peningkatan gejala dan fungsi kontralateral ginjal.
CT scan/MRI atau arteriografi dilakukan bila dengan IVP belum dapat menjelaskan
keadaan ginjal. Hasilnya menunjukkan laserasi, hematoma, dan defek ekstravasasi urine.
Pielogram intravena perlu dilakukan secepatnya tanpa menunggu hematuri berhenti.
Bertujuan menilai kedua fungsi ginjal-baik yang terkena trauma maupun yang sehat-ini
penting bila nantinya dipikirnya tindakan nefrektomi. Gambaran yang tak jelas dapat pula
disebabkan oleh gangguan ekskresi akibat syok.
Trauma ureter
IVP dan ultrasound diperlukan untuk mendiagnose trauma ureter ini. Pembedahan
merupakan tindakan utama untuk memperbaiki kerusakan, mungkin dengan membuat
anastomosis. Kadang-kadang prosedur radikal seperti uterostomy cutaneus, transureterotomy,
dan reimplantasi mungkin dilakukan. Pemeriksaan diagnostik yang biasanya dilakukan
adalah urografi intravena, CT scan dan urografi retrograd.
Trauma kandung kemih
Untuk mendiagnosa luka kandung kemih sebaiknya melakukan cryptography yaitu suatu
prosedur di mana pewarna radioaktif (senyawa kontras) yang dapat dilihat dengan X-ray,
disuntikkan ke dalam kandung kemih. Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan CT
scan atau X-ray untuk melihat kebocoran. Sementara untuk luka kandung kemih yang terjadi
selama prosedur operasi biasanya diketahui tepat pada waktunya sehingga rangkaian tes tersebut
tidak perlu dilakukan.
Trauma uretra
Foto uretrografi dengan memasukkan kontras melalui uretra, sehingga dapat diketahui
adanya ruptur uretra dan lokasinya.