traksi 2
-
Upload
winda-ramadhani -
Category
Documents
-
view
67 -
download
3
Transcript of traksi 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Beberapa tulang, misalnya femur mempunyai kekutan otot yang kuat sehingga
reposisi tidak dapat dilakukan sekaligus. Traksi adalah pemasangan gaya tarikan
ke bagian tubuh digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi,
menyejajarkan mengibolisasikan fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk
menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi doperlukan
untuk reposisi dan imobilisasi pada tulang panjang.
Traksi digunakan untuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya,
penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau perubahan
bentuk. Penanganan nyeri dan penegaan komplikasi adalah dua kunci tugas
perawat dalam perawatan traksi. Komplikasi yang terjadi berhubungan dengan
penggunaan traksi dan pematasan gerak, jika klien obesitas cachetic, tua, anak
muda, diabetes, dan perokok.
Kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk
mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Efek traksi yang dipasang harus
dievaluasi dengan sinar-X, dan mungkin diperlukan penyesuaian. Indikasi traksi
adalah pasien fraktur an atau dislokasi. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks,
berat yang digunakan harus diganti untuk memperoleh gaya tarik yang diinginkan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Pengertian dan WOC dari traksi
2) Apa saja pengkajian, diagnosa keperawatan traksi?
3) intervensi dari traksi?
~ 1 ~
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi kegiatan belajar mata kuliah keperawatan, dalam
proses pembelajaran WOC traksi.
2. Tujuan Khusus
Memperoleh gambaran umum mengenai traksi
Dapat memahami tentang konsep asuhan keperawatan pasien
dengan gangguan traksi
~ 2 ~
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi
digunakan untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan,
dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah
ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan
arah dan besaran yang diinginka untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-
faktor yang mengganggu keefekktifan tarikan traksi harus dihilangkan (Smeltzer
& Bare, 2001 ). Traksi merupakan metode lain yang baik untuk mempertahankan
reduksi ektermitas yang mengalami fraktur (Wilson, 1995 ).
B. JENIS- JENIS TRAKSI
-Traksi kulit
Traksi kulit digunakan untuk mengontrol sepasme kulit dan memberikan
imobilisasi . Traksi kulit apendikuler ( hanya pada ektermitas digunakan pada
orang dewasa) termasuk “ traksi ektensi Buck, traksi russell, dan traksi Dunlop”.
-Traksi buck
Ektensi buck ( unilateral/ bilateral ) adalah bentuk traksi kulit dimana tarikan
diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial atau temporer yang
diinginkan. Digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah
ciderapinggulsebelum dilakukan fiksasi bedah (Smeltzer & Bare,2001 ).
Traksi buck merupakan traksi kulit yang paling sederhana, dan paling tepat bila
dipasang untuk anak muda dalam jangka waktu yang pendek. Indikasi yang paling
sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca
trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut (Wilson,
1995 ).
~ 3 ~
Mula- mula selapis tebal semen kulit, tingtura benzoid atau pelekat elastis
dipasang pada kulit penderita dibawah lutut. Kemudian disebelah distal dibawah
lutut diberi stoking tubular yang digulung, kemudian plester diberikan pada
bagian medikal dan lateral dari stoking tersebut lalu stoking tersebut dibungkus
lagi dengan perban elastis. Ujung plester traksi pada pergelangan kaki di
hubungkan dengan blok penyebar guna mencegah penekanan pada maleoli.
Seutas tambang yang diikat ketengah blok penyebar tersebut kemudian
dijulurkan melalui kerekan pada kaki tempat tidur. Jarang dibutuhkan berat lebih
dari 5 lb. penggunaan traksi kulit ini dapat menimbulkan banyak komplikasi. Ban
perban elastis yang melingkar dapat mengganggu sirkulasi yang menuju kekaki
penderita, yang sebelumnya sudah menderita penyakit vaskular. Alergi kulit
terhadap plester juga dapat menumbuhkan masalah. Kalau tidak dirawat dengan
baik mungkin akan menimbulkan ulserasi akibat tekanan pada maleolus. Traksi
berlebih dapat merusak kulit yang rapuh pada orang yang berusia lanjut. Bahkan
untuk peenderita dewasa lebih disukai traksi pin rangka, terutama bila perawatan
harus dilakukan selama beberapa hari.
-Traksi Russell
Dapat digunakan pada fraktur plato tibia, menyokong lutut yang fleksi pada
penggantung dan memberikan gaya tarik horizontal melalui pita traksi balutan
elastis ketungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat disangga dengan bantal agar
lutut benar- benar fleksi dan menghindari tekanan pada tumit (Smeltzer & Bare,
2001 ).
Masalah yang paling sering dilihat pada traksi Russell adalah bergesernya
penderita kebagian kaki ketempat tidur,sehingga kerekan bagian distal saling
berbenturan dan beban turun kelantai. Mungkin perlu ditempatkan blok-blok
dibawah kaki tempat tidur sehingga dapat memperoleh bantuan dari gaya tarik
bumi (Wilson, 1995).
Walaupun traksi rangka seimbang dapat digunakan untuk menangani hampir
semua fraktur femur, reduksi untuk fraktur panggul mungkin lebih sering
~ 4 ~
diperoleh dengan memakai traksi Russell dalam keadaan ini paha disokong oleh
beban. Traksi longitudinal diberikan dengan menempatkan pin dengan posisi
tranversal melalui tibia dan fibula diatas lutut. Efek dari rancangan ini adalah
memberikan kekuatan traksi ( berasal dari gaya tarik vertikal beban paha dan gaya
tarik horizontal dari kedua tali pada kaki ) yang segaris dengan tulang yang cidera
dengan kekuatan yang sesuai. Jenis traksi paling sering digunakan untuk memberi
rasa nyaman pada pasien yang menderita fraktur panggul selama evaluasi sebelum
operasi dan selama persiapan pembedahan. Meskipun traksi Russell dapat
digunakan sebagai tindakan keperawatan yang utama dan penting untuk patah
tulang panggul pada penderita tertentu tetapi pada penderita usia lanjut dan lemah
biasanya tidak dapat mengatasi bahya yang akan timbul karena berbaring terlalu
lama ditempat tidur seperti dekubitus, pneumonia, dan tromboplebitis.
-Traksi Dunlop
Adalah traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada lengan
bawah dalam posisi fleksi.
-Traksi kulit Bryant
Traksi ini sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah
tulang paha. Traksi Bryant sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang berat
badannya lebih dari 30 kg. kalau batas ini dilampaui maka kulit dapat mengalami
kerusakan berat.
-Traksi skelet
Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. Metode traksi ini digunakan
paling sering untuk menangani fraktur femur, tibia, humerus dan tulang leher.
Kadang- kadang skelet traksi bersifat seimbang yang menyokong ekstermitas
yang terkena, memungkinkan gerakan pasien sampai batas- batas tertentu dan
memungkinkan kemandirian pasien maupun asuh keperawatan sementara traksi
yang efektif tetap dipertahankan yang termasuk skelet traksi adalah sebagai
berikut (Smeltzer & Bare,2001 ).
~ 5 ~
-Traksi rangka seimbang
Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang
pada korpus femoralis orng dewasa. Sekilas pandangan traksi ini tampak
komplek, tetapi sesunguhnya hanyalah satu pin rangka yang ditempatkan
tramversal melalui femur distal atau tibia proksimal. Dipasang pancang traksi dan
tali traksi utama dipasang pada pancang tersebut. Ektermitas pasien ditempatkan
dengan posisi panggul dan lutut membentuk sekitar 35°, kerekan primer
disesuaikan sedemikian sehingga garis ketegangan koaksial dengan sumbu
longitudinal femur yang mengalami fraktur.
Beban yang cukup berat dipasang sedemikian rupa mencapai panjang
normalnya. Paha penderita disokong oleh alat parson yang dipasang pada bidai
tomas alat parson dan ektermitas itu sendiri dijulurkan dengan tali, kerekan dan
beban yang sesuai sehingga kaki tergantung bebas diudara. Dengan demikian
pemeliharaan penderita ditempat tidur sangat mudah. Bentuk traksi ini sangat
berguna sekali untuk merawat berbagai jenis fraktur femur.
Seluruh bidai dapat diadduksi atau diabduksi untuk memperbaiki deformitas
angular pada bidang medle lateral fleksi panggul dan lutut lebih besar atau lebih
kecil memungkinkan perbaikan lateral posisi dan angulasi alat banyak memiliki
keuntungan antara lain traksi elefasi keaksial. Longitudinal pada tulang panjang
yang patah, ektermitas yang cidera mudah dijangkau untuk pemeriksaan ulang
status neuro vascular, dan untuk merawat luka lokal serta mempermudah
perawatan oleh perawat. Seperti bentuk traksi yang mempergunakan pin rangka,
pasien sebaiknya diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya peradangan atau
infeksi sepanjang pin, geseran atau pin yang kendor dan pin telah tertarik dari
tulang (Wilson, 1995 ).
- Traksi 90-90-90
Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak usia 3 tahun
sampai dewasa muda. kontrol terhadap fragmen – fragmen pada fraktur tulang
~ 6 ~
femur hamper selalu memuaskan dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat
bergerak dengan cukup bebas diatas tempat tidur (Wilson, 1995 ).
C. KOMPLIKASI
Decubitus
Kongestiparu/pneumonia
Konstipasi
Anoreksia
Stasis & ISK
Trombosis vena profunda
D. KLASIFIKASI :
-Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
-Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
-Dislokasi traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan).
~ 7 ~
E. ETIOLOGI :
1. Tidak diketahui
2. Faktor predisposisi
Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
Trauma akibat kecelakaan.
Trauma akiba tpembedahan ortopedi
Terjadi infeksi disekitar sendi.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri
2. perubahan kontur sendi
3. perubahan panjang ekstremitas
4. kehilangan mobilitas normal
5. perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
6. deformitas
7. kekakuan
G. PATOFISIOLOGI
Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan
disekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persyarafan dan pembuluh darah,
oleh karena itu pada kasus fraktur harus ditangani cepat, dan perlu dilakukan
tindakan operasi.
Tanda dan Gejala :
a. Nyeri hebat ditempat fraktur
b. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
~ 8 ~
F. PredisposisiKelainan pertumbuhan sejak lahir,
Trauma akibat kecelakaan,Trauma akibat pembedahan otapendi,
Terjadi infeksi disekitar sendi
TRAKSI
Tulang saling bergesekan Kontur sendi berubah Tubuh tidak dapat bergerak
Nyeri pada tulang
MK: Nyeri Akut
MK: Intoleran Aktivitas Kehilangan mobilitas normal
KekakuanMK: Gangguan Mobilitas Fisik
c. Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,
sepsis pada fraktur terbuka dan deformitas
H. WOC
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
-Pemeriksaan fotopolossevikal
Tes diagnostic pertama yang sering dilakukan pada pasien dengan keluhan nyeri
leher.Fotopolos sevikal sangat penting untuk mendeteksi adanya fraktur dan
subluksasi pada pasien dengan trauma leher.
-CT Scan
Pemeriksaan inidapat memberikanvisualisasi yang baik komponen tulang sevikal
dan sanga tmembantu bila ada fraktur akut.
-MRI ( Magnetic resonance imaging )
~ 9 ~
Pemeriksaan ini sudah menjadi metode imajing pilihan untuk daerah sevikal MRI
dapat mendeteksi kelainan ligament maupun discus.MRImenggunakan medan
magnet kuat dan frekuensi radio dan bila bercampur dengan frekuensi radio yang
dilepaskan oleh jaringan tubuh akan menghasilkan citra MRI yang berguna dalam
mendiagnosi stumor, infrak, dan kelainan pada pembuluh darah. Pada
pemeriksaan ini,penderita tidak terpajan oleh radiasi dan tidak merasa nyeri
walaupun pasien dapat mengeluh Klaustrofobia dan suara logam yang
mengganggu selama prose durini.
-Elektrokardiografi ( EMG)
Pemeriksaan ini membantu mengetahui apakah suatu gangguan bersifat
neurogenik atau tidak.Karena pasien dengan spasme otot, atritis juga mempunyai
gejala yang sama. Selain itu juga untuk menentukan level dari iritasi/
kompresiradiks, membedakan lesiradiks dan lesi saraf perifer, membedakan
adanya iritasi atau kompresi.
J. PRINSIP PERAWATAN TRAKSI
Pemasangan traksi menimbulkan adanya kontratraksi. Kontratraksi adalah
gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan. Umumnya berat badan klien dan
pengaturan posisi tempat tidur mempu memberikan kontratraksi. Kontratraksi
harus dipertahnakan agar traksi tetap efektif. Traksi harus berkesinambungan agar
reduksi dan imobilisasi fraktur efektif. Traksi kulit pelvis dan serviks sering
digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi
intermiten.
Prinsip traksi efektif adalah sebagai berikut.
1. Traksi skelet tidak boleh putus.
2. Beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.
3. Tubuh klien harus dalam keadaan sejajarr dengan pusat tempat tidur ketika traksi
dipasang.
4. Tali tidak boleh putus.
~ 10 ~
5. Beban harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau
lantai.
6. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat
tidur.
K.KOMPLIKASI dan PENCEGAHAN
Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang timbul pada klien
terpasang traksi adalah sebagai berikut.
1. Dekubitus
Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan intervensi
awal untuk mengurangii tekanan.
Perubahan posisi dengan seing dan memakai alat pelindung kulit (missal
pelindung siku) sangat membantu perubahan posisi.
Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk mencegah kerusakan kulit.
Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi dengan dokter
atau ahli terapi enterostomal, mengenai penanganannya.
2. Kongesti Paru dan Pneumonia
Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien.
Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif.
Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus, misalnya
spirometri insentif, bila riwayat klien dan datadasar menunjukkan klien beresiko
tinggi mengalami komplikasi pernapasan.
Bila telah terjadi masalah pernapasan, perlu diberikan sesuai order.
3. Konstipasi dan Anoreksia
Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang motilitas gaster.
Bila telah terjadi konstipasi, konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan
pelunak tinja, laksatif, supositoria, dan enema.
~ 11 ~
Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukkan dalam program diet
sesuai kebutuhan.
4. Stasis dan Infeksi Saluran Kemih
Pantau masukan dan keluaran berkemih.
Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup, dan
berkemih tiap dua sampai tiga jam sekali.
Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih, konsultasikan dengan
dokter untuk menanganinya.
5. Trombosis Vena Profunda
Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi.
Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang menyertainya, yang akan menyebabkan stasis.
Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan melaporkannya
kedokter untuk menentukan evaluasi dan terapi.
~ 12 ~
ASUHAN KEPERAWATAN TRAKSI
1.PENGKAJIAN
Traksi menbatasi mobilitas dan kemandirian klien. Dampak psikologik dan
fisiologik masalah muskuloskeletal dengan terpasangnya alat traksi harus di
pertimbangkan. Peralatan sering terluhat mengerikan dan pemasangannya tampak
menakutkan bagi klien.Kebingungan, disorientasi, dan masalah perilaku dapat
terjadi pada klien yang terkungkung pada tempat terbatas dalam waktu yang
cukup lama. Tingkat ansietas klien dan respons psikologis terhadap traksi harus
dikaji dan dipantau.
Bagian tubuh yang ditraksi harus dikaji. Status neurovaskular (misal
warna, suhu, dan pengisian kapiler) dievaluasi dan dibandingkan dengan
ekstremitas yang sehat. Integritas kulit harus diperhatikan. Pengkajian fungsi
sistem tubuh harus dilengkapi dengan data dasar, dan dilakukan pengkajiaan
terus-menerus.Imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah pada sistem
kulit, respirasi, gastrointestinal, perkemihan, dan kardiovaskular. Masalah tersebut
dapatberupa ulkus akibat tekanan, kongesti paru. Stasis pneumonia, konstipasi,
kehilangan nafsu makan, stasis kemih, dan infeksi saluran kemih.
Adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan, bengkak, atau tanda Homan
positif (tidak nyaman ketika kaki didorsofleksi dengaan kuat) mengarahkan
adanya thrombosis vena dalam.Identifikasi awal masalah yang telah timbul dan
telah berkembang memungkinkan dilakukan intervensi segera untuk masalah
tersebut.
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada klien menggunakan traksi menurut Atlman
(1999), adalah kerusakan mobilitas fisik, nyeri, dan resiko kerusakan integritas
kulit. Sedangkan menurut Smeltzer (2002), diagnosis keperawatan utama yang
dapat ditemukan pada klien yang dipasang traksi adalah kurang pengetahuan
mengenai program terapi, ansietas berhubungan dengan status kesehatan dan alat
traksi, nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan traksi dan imobilisasi,
~ 13 ~
kurang perawatan diri: makan, higiene, atau toileting berhubungan dengan traksi,
dan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit dan traksi.
Berdasarkan dua pendapat diatas dapat disimpulkan diagnosis keperawatan
yang dapat ditemukan pada klien dengan traksi adalah sebagai berikut.
1. nyeri akut berhubungan dengan agen injury
(biologi,kimia,fisik,psikologi),kerusakan jaringan
2. nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial
kronis(metatastase kanker,injuri neurologis,artritis)
3. gangguan mobilitas fisik
3.INTERVENSI
No Dx Kep Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut
berhubungan
dengan:
Agen injuri (biologi,
kimia,
fisik, psikologis),
kerusakan
jaringan
NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah dilakukan tindakan
Keperawatan selama ….
Pasien tidak mengalami
nyeri, dengan criteria hasil:
Mampu mengontrol
nyeri
(tahu penyebab nyeri,
Mampu menggunakan
Tehnik nonfarmakologi
Untuk mengurangi nyeri,
Mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri
Berkurang dengan
NIC :
Lakukan pengkajian nyeris ecara
Komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas
dan factor presipitasi
Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari
Dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
Mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,
Pencahayaan dan kebisingan
Kurangi factor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
Menentukan intervensi
~ 14 ~
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri
(skala, intensitas,
Frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman
Setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang
normal
Tidak mengalami
- Gangguan tidur
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi:
Napas dala, relaksasi, distraksi,
kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri:
……...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri
seperti
Penyebab nyeri, berapa lama nyeria
kan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan
Dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah
Pemberian analgesic pertama kali
2 Nyeri Kronis
berhubungan
Dengan
ketidakmampuan
fisik-psikososial kronis
(metastasekanker, injuri
neurologis, artritis)
DS:
- Kelelahan
- Takut untuk injuri
ulang
DO:
- Atropiotot
NOC :
Comfort level
Pain control
Pain level
Setelah dilakukan tindakan
Keperawatan selama ….
Nyeri kronis pasien
Berkurang dengan kriteria
hasil:
Tidak ada gangguan
tidur
Tidak ada gangguan
konsentrasi
NIC :
Pain Manajemen
- Monitor kepuasan pasien terhadap
Manajemen nyeri
- Tingkatkan istirahat dan tidur yang
adekuat
- Kelola anti analgetik ...........
- Jelaskan pada pasien penyebab
nyeri
- Lakukan tehnik nonfarmakologis
(relaksasi, masa sepunggung)
~ 15 ~
- Gangguan aktifitas
- Anoreksia
- Perubahan pola tidur
- Respon simpatis (suhu
dingin, perubahanposisi
tubuh , hipersensitif,
perubahan berat badan)
Tidak ada gangguan
hubungan interpersonal
Tidak ada ekspresi
Menahan nyeridan
Ungkapan secara verbal
Tidak ada tegangan otot
3 Gangguanmobilitasfisi
k
Berhubungan dengan :
- Gangguan
metabolismesel
- Keterlembatan
perkembangan
- Pengobatan
- Kurang support
lingkungan
- Keterbatasan ketahan
kardiovaskuler
- Kehilangan integritas
Struktur tulang
- Terapi pembatasan
gerak
- Kurang pengetahuan
Tentang kegunaan
Pergerakan fisik
- Indeks massa tubuh
diatas
75 tahun percentile
sesuai dengan usia
- Kerusakan persepsi
NOC :
Joint Movement :
Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer performance
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama….gangguan
mobilitas fisik teratasi
dengan kriteriahasil:
Klien meningkat dalam
Aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari
Peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan
Perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan berpindah
Memperagakan
Penggunaan alat Bantu
Untuk mobilisasi
(walker)
NIC:
Exercise therapy : ambulation
Monitoring vital sign
sebelm/sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik
Tentang rencana ambulasi sesuai
dengankebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan
Tongkat saat berjalan dan cegah
Terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu pasien saat
Mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan
ADLs ps.
Berikan alat Bantu jika klien
~ 16 ~
sensori
- Tidak nyaman, nyeri
- Kerusakan
muskuloskeletal
Dan neuromuskuler
- Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
- Depresi mood
ataucemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan
otot,
Control dan atau masa
- Keengganan untuk
memulai
gerak
- Gaya hidup yang
menetap,
Tidak digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif
atau
umum
DO:
- Penurunan waktu
reaksi
- Kesulitan merubah
posisi
- Perubahan gerakan
(penurunan untuk
memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan bantuan
jika diperlukan
~ 17 ~
berjalan,
kecepatan, kesulitan
memulai langkah
pendek)
- Keterbatasan motorik
kasar
Dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas
pendekatau tremor
- Ketidakstabilan posisi
Selama melakukan
ADL
- Gerakan sangat lambat
dan
Tidak terkoordinasi
~ 18 ~
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini kami dapat menarik kesimpulan bahwa traksi digunakan
untuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya, penyembuhan, mengurangi
nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau perubahan bentuk. Indikasi traksi adalah
pasien fraktur atau dislokasi.
B. Saran
Saran yang dapat kami berikanyaitu agar mahasiswa dapat memahami prinsip
penanganan pasien dengan traksi guna kelancaran dalam perawatan.
~ 19 ~
Daftar pustaka
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta:EGC
Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinik Edisi
6. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8.Jakarta : EGC
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter Pratama.
Jakarta.
Ngastiyah. 2000. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
~ 20 ~