traksi 2

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Beberapa tulang, misalnya femur mempunyai kekutan otot yang kuat sehingga reposisi tidak dapat dilakukan sekaligus. Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan mengibolisasikan fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi doperlukan untuk reposisi dan imobilisasi pada tulang panjang. Traksi digunakan untuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya, penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau perubahan bentuk. Penanganan nyeri dan penegaan komplikasi adalah dua kunci tugas perawat dalam perawatan traksi. Komplikasi yang terjadi berhubungan dengan penggunaan traksi dan pematasan gerak, jika klien obesitas cachetic, tua, anak muda, diabetes, dan perokok. Kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Efek traksi yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar-X, dan mungkin diperlukan ~ 1 ~

Transcript of traksi 2

Page 1: traksi 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Beberapa tulang, misalnya femur mempunyai kekutan otot yang kuat sehingga

reposisi tidak dapat dilakukan sekaligus. Traksi adalah pemasangan gaya tarikan

ke bagian tubuh digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi,

menyejajarkan mengibolisasikan fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk

menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi doperlukan

untuk reposisi dan imobilisasi pada tulang panjang.

Traksi digunakan untuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya,

penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau perubahan

bentuk. Penanganan nyeri dan penegaan komplikasi adalah dua kunci tugas

perawat dalam perawatan traksi. Komplikasi yang terjadi berhubungan dengan

penggunaan traksi dan pematasan gerak, jika klien obesitas cachetic, tua, anak

muda, diabetes, dan perokok.

Kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk

mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Efek traksi yang dipasang harus

dievaluasi dengan sinar-X, dan mungkin diperlukan penyesuaian. Indikasi traksi

adalah pasien fraktur an atau dislokasi. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks,

berat yang digunakan harus diganti untuk memperoleh gaya tarik yang diinginkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil

dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Pengertian dan WOC dari traksi

2) Apa saja pengkajian, diagnosa keperawatan traksi?

3) intervensi dari traksi?

~ 1 ~

Page 2: traksi 2

1.3 TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi kegiatan belajar mata kuliah keperawatan, dalam

proses pembelajaran WOC traksi.

2. Tujuan Khusus

Memperoleh gambaran umum mengenai traksi

Dapat memahami tentang konsep asuhan keperawatan pasien

dengan gangguan traksi

  

~ 2 ~

Page 3: traksi 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi

digunakan untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan,

dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah

ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan

arah dan besaran yang diinginka untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-

faktor yang mengganggu keefekktifan tarikan traksi harus dihilangkan (Smeltzer

& Bare, 2001 ). Traksi merupakan metode lain yang baik untuk mempertahankan

reduksi ektermitas yang mengalami fraktur (Wilson, 1995 ).

B. JENIS- JENIS TRAKSI

-Traksi kulit

Traksi kulit digunakan untuk mengontrol sepasme kulit dan memberikan

imobilisasi . Traksi kulit apendikuler ( hanya pada ektermitas digunakan pada

orang dewasa) termasuk “ traksi ektensi Buck, traksi russell, dan traksi Dunlop”.

-Traksi buck

Ektensi buck ( unilateral/ bilateral ) adalah bentuk traksi kulit dimana tarikan

diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial atau temporer yang

diinginkan. Digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah

ciderapinggulsebelum dilakukan fiksasi bedah (Smeltzer & Bare,2001 ).

Traksi buck merupakan traksi kulit yang paling sederhana, dan paling tepat bila

dipasang untuk anak muda dalam jangka waktu yang pendek. Indikasi yang paling

sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca

trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut (Wilson,

1995 ).

~ 3 ~

Page 4: traksi 2

Mula- mula selapis tebal semen kulit, tingtura benzoid atau pelekat elastis

dipasang pada kulit penderita dibawah lutut. Kemudian disebelah distal dibawah

lutut diberi stoking tubular yang digulung, kemudian plester diberikan pada

bagian medikal dan lateral dari stoking tersebut lalu stoking tersebut dibungkus

lagi dengan perban elastis. Ujung plester traksi pada pergelangan kaki di

hubungkan dengan blok penyebar guna mencegah penekanan pada maleoli.

Seutas tambang yang diikat ketengah blok penyebar tersebut kemudian

dijulurkan melalui kerekan pada kaki tempat tidur. Jarang dibutuhkan berat lebih

dari 5 lb. penggunaan traksi kulit ini dapat menimbulkan banyak komplikasi. Ban

perban elastis yang melingkar dapat mengganggu sirkulasi yang menuju kekaki

penderita, yang sebelumnya sudah menderita penyakit vaskular. Alergi kulit

terhadap plester juga dapat menumbuhkan masalah. Kalau tidak dirawat dengan

baik mungkin akan menimbulkan ulserasi akibat tekanan pada maleolus. Traksi

berlebih dapat merusak kulit yang rapuh pada orang yang berusia lanjut. Bahkan

untuk peenderita dewasa lebih disukai traksi pin rangka, terutama bila perawatan

harus dilakukan selama beberapa hari.

-Traksi Russell

Dapat digunakan pada fraktur plato tibia, menyokong lutut yang fleksi pada

penggantung dan memberikan gaya tarik horizontal melalui pita traksi balutan

elastis ketungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat disangga dengan bantal agar

lutut benar- benar fleksi dan menghindari tekanan pada tumit (Smeltzer & Bare,

2001 ).

Masalah yang paling sering dilihat pada traksi Russell adalah bergesernya

penderita kebagian kaki ketempat tidur,sehingga kerekan bagian distal saling

berbenturan dan beban turun kelantai. Mungkin perlu ditempatkan blok-blok

dibawah kaki tempat tidur sehingga dapat memperoleh bantuan dari gaya tarik

bumi (Wilson, 1995).

Walaupun traksi rangka seimbang dapat digunakan untuk menangani hampir

semua fraktur femur, reduksi untuk fraktur panggul mungkin lebih sering

~ 4 ~

Page 5: traksi 2

diperoleh dengan memakai traksi Russell dalam keadaan ini paha disokong oleh

beban. Traksi longitudinal diberikan dengan menempatkan pin dengan posisi

tranversal melalui tibia dan fibula diatas lutut. Efek dari rancangan ini adalah

memberikan kekuatan traksi ( berasal dari gaya tarik vertikal beban paha dan gaya

tarik horizontal dari kedua tali pada kaki ) yang segaris dengan tulang yang cidera

dengan kekuatan yang sesuai. Jenis traksi paling sering digunakan untuk memberi

rasa nyaman pada pasien yang menderita fraktur panggul selama evaluasi sebelum

operasi dan selama persiapan pembedahan. Meskipun traksi Russell dapat

digunakan sebagai tindakan keperawatan yang utama dan penting untuk patah

tulang panggul pada penderita tertentu tetapi pada penderita usia lanjut dan lemah

biasanya tidak dapat mengatasi bahya yang akan timbul karena berbaring terlalu

lama ditempat tidur seperti dekubitus, pneumonia, dan tromboplebitis.

-Traksi Dunlop

Adalah traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada lengan

bawah dalam posisi fleksi.

-Traksi kulit Bryant

Traksi ini sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah

tulang paha. Traksi Bryant sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang berat

badannya lebih dari 30 kg. kalau batas ini dilampaui maka kulit dapat mengalami

kerusakan berat.

-Traksi skelet

Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. Metode traksi ini digunakan

paling sering untuk menangani fraktur femur, tibia, humerus dan tulang leher.

Kadang- kadang skelet traksi bersifat seimbang yang menyokong ekstermitas

yang terkena, memungkinkan gerakan pasien sampai batas- batas tertentu dan

memungkinkan kemandirian pasien maupun asuh keperawatan sementara traksi

yang efektif tetap dipertahankan yang termasuk skelet traksi adalah sebagai

berikut (Smeltzer & Bare,2001 ).

~ 5 ~

Page 6: traksi 2

-Traksi rangka seimbang

Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang

pada korpus femoralis orng dewasa. Sekilas pandangan traksi ini tampak

komplek, tetapi sesunguhnya hanyalah satu pin rangka yang ditempatkan

tramversal melalui femur distal atau tibia proksimal. Dipasang pancang traksi dan

tali traksi utama dipasang pada pancang tersebut. Ektermitas pasien ditempatkan

dengan posisi panggul dan lutut membentuk sekitar 35°, kerekan primer

disesuaikan sedemikian sehingga garis ketegangan koaksial dengan sumbu

longitudinal femur yang mengalami fraktur.

Beban yang cukup berat dipasang sedemikian rupa mencapai panjang

normalnya. Paha penderita disokong oleh alat parson yang dipasang pada bidai

tomas alat parson dan ektermitas itu sendiri dijulurkan dengan tali, kerekan dan

beban yang sesuai sehingga kaki tergantung bebas diudara. Dengan demikian

pemeliharaan penderita ditempat tidur sangat mudah. Bentuk traksi ini sangat

berguna sekali untuk merawat berbagai jenis fraktur femur.

Seluruh bidai dapat diadduksi atau diabduksi untuk memperbaiki deformitas

angular pada bidang medle lateral fleksi panggul dan lutut lebih besar atau lebih

kecil memungkinkan perbaikan lateral posisi dan angulasi alat banyak memiliki

keuntungan antara lain traksi elefasi keaksial. Longitudinal pada tulang panjang

yang patah, ektermitas yang cidera mudah dijangkau untuk pemeriksaan ulang

status neuro vascular, dan untuk merawat luka lokal serta mempermudah

perawatan oleh perawat. Seperti bentuk traksi yang mempergunakan pin rangka,

pasien sebaiknya diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya peradangan atau

infeksi sepanjang pin, geseran atau pin yang kendor dan pin telah tertarik dari

tulang (Wilson, 1995 ).

- Traksi 90-90-90

Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak usia 3 tahun

sampai dewasa muda. kontrol terhadap fragmen – fragmen pada fraktur tulang

~ 6 ~

Page 7: traksi 2

femur hamper selalu memuaskan dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat

bergerak dengan cukup bebas diatas tempat tidur (Wilson, 1995 ).

C. KOMPLIKASI

         Decubitus

         Kongestiparu/pneumonia

         Konstipasi

         Anoreksia

         Stasis & ISK

         Trombosis vena profunda

D. KLASIFIKASI :

-Dislokasi congenital

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

-Dislokasi patologik

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.

-Dislokasi traumatic

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress

berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami

pengerasan).

~ 7 ~

Page 8: traksi 2

E. ETIOLOGI :

1.      Tidak diketahui

2.      Faktor predisposisi

      Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.

      Trauma akibat kecelakaan.

      Trauma akiba tpembedahan ortopedi

      Terjadi infeksi disekitar sendi.

F. MANIFESTASI KLINIS

1.      Nyeri

2.      perubahan kontur sendi

3.      perubahan panjang ekstremitas

4.      kehilangan mobilitas normal

5.      perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

6.      deformitas

7.      kekakuan

G. PATOFISIOLOGI

Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan

disekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persyarafan dan pembuluh darah,

oleh karena itu pada kasus fraktur harus ditangani cepat, dan perlu dilakukan

tindakan operasi.

Tanda dan Gejala :

a. Nyeri hebat ditempat fraktur

b. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

~ 8 ~

Page 9: traksi 2

F. PredisposisiKelainan pertumbuhan sejak lahir,

Trauma akibat kecelakaan,Trauma akibat pembedahan otapendi,

Terjadi infeksi disekitar sendi

TRAKSI

Tulang saling bergesekan Kontur sendi berubah Tubuh tidak dapat bergerak

Nyeri pada tulang

MK: Nyeri Akut

MK: Intoleran Aktivitas Kehilangan mobilitas normal

KekakuanMK: Gangguan Mobilitas Fisik

c. Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,

sepsis pada fraktur terbuka dan deformitas

H. WOC

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

-Pemeriksaan fotopolossevikal

Tes diagnostic pertama yang sering dilakukan pada pasien dengan keluhan nyeri

leher.Fotopolos sevikal sangat penting untuk mendeteksi adanya fraktur dan

subluksasi pada pasien dengan trauma leher.

-CT Scan

Pemeriksaan inidapat memberikanvisualisasi yang baik komponen tulang sevikal

dan sanga tmembantu bila ada fraktur akut.

-MRI ( Magnetic resonance imaging )

~ 9 ~

Page 10: traksi 2

Pemeriksaan ini sudah menjadi metode imajing pilihan untuk daerah sevikal MRI

dapat mendeteksi kelainan ligament maupun discus.MRImenggunakan medan

magnet kuat dan frekuensi radio dan bila bercampur dengan frekuensi radio yang

dilepaskan oleh jaringan tubuh akan menghasilkan citra MRI yang berguna dalam

mendiagnosi stumor, infrak, dan kelainan pada pembuluh darah. Pada

pemeriksaan ini,penderita tidak terpajan oleh radiasi dan tidak merasa nyeri

walaupun pasien dapat mengeluh Klaustrofobia dan suara logam yang

mengganggu selama prose durini.

-Elektrokardiografi ( EMG)

Pemeriksaan ini membantu mengetahui apakah suatu gangguan bersifat

neurogenik atau tidak.Karena pasien dengan spasme otot, atritis juga mempunyai

gejala yang sama. Selain itu juga untuk menentukan level dari iritasi/

kompresiradiks, membedakan lesiradiks dan lesi saraf perifer, membedakan

adanya iritasi atau kompresi.

J. PRINSIP PERAWATAN TRAKSI

Pemasangan traksi menimbulkan adanya kontratraksi. Kontratraksi adalah

gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan. Umumnya berat badan klien dan

pengaturan posisi tempat tidur mempu memberikan kontratraksi. Kontratraksi

harus dipertahnakan agar traksi tetap efektif. Traksi harus berkesinambungan agar

reduksi dan imobilisasi fraktur efektif. Traksi kulit pelvis dan serviks sering

digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi

intermiten.

Prinsip traksi efektif adalah sebagai berikut.

1.    Traksi skelet tidak boleh putus.

2.    Beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.

3.    Tubuh klien harus dalam keadaan sejajarr dengan pusat tempat tidur ketika traksi

dipasang.

4.    Tali tidak boleh putus.

~ 10 ~

Page 11: traksi 2

5.    Beban harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau

lantai.

6.    Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat

tidur.

K.KOMPLIKASI dan PENCEGAHAN

Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang timbul pada klien

terpasang traksi adalah sebagai berikut.

1.    Dekubitus

  Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan intervensi

awal untuk mengurangii tekanan.

  Perubahan posisi dengan seing dan memakai alat pelindung kulit (missal

pelindung siku) sangat membantu perubahan posisi.

    Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk mencegah kerusakan kulit.

      Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi dengan dokter

atau ahli terapi enterostomal, mengenai penanganannya.

2.    Kongesti Paru dan Pneumonia

      Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien.

      Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif.

      Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus, misalnya

spirometri insentif, bila riwayat klien dan datadasar menunjukkan klien beresiko

tinggi mengalami komplikasi pernapasan.

      Bila telah terjadi masalah pernapasan, perlu diberikan sesuai order.

3.    Konstipasi dan Anoreksia

    Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang motilitas gaster.

    Bila telah terjadi konstipasi, konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan

pelunak tinja, laksatif, supositoria, dan enema.

~ 11 ~

Page 12: traksi 2

  Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukkan dalam program diet

sesuai kebutuhan.

4.    Stasis dan Infeksi Saluran Kemih

    Pantau masukan dan keluaran berkemih.

    Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup, dan

berkemih tiap dua sampai tiga jam sekali.

   Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih, konsultasikan dengan

dokter untuk menanganinya.

5.    Trombosis Vena Profunda

      Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi.

     Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan

hemokonsentrasi yang menyertainya, yang akan menyebabkan stasis.

      Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan melaporkannya

kedokter untuk menentukan evaluasi dan terapi.

~ 12 ~

Page 13: traksi 2

ASUHAN KEPERAWATAN TRAKSI

1.PENGKAJIAN

Traksi menbatasi mobilitas dan kemandirian klien. Dampak psikologik dan

fisiologik masalah muskuloskeletal dengan terpasangnya alat traksi harus di

pertimbangkan. Peralatan sering terluhat mengerikan dan pemasangannya tampak

menakutkan bagi klien.Kebingungan, disorientasi, dan masalah perilaku dapat

terjadi pada klien yang terkungkung pada tempat terbatas dalam waktu yang

cukup lama. Tingkat ansietas klien dan respons psikologis terhadap traksi harus

dikaji dan dipantau.

Bagian tubuh yang ditraksi harus dikaji. Status neurovaskular (misal

warna, suhu, dan pengisian kapiler) dievaluasi dan dibandingkan dengan

ekstremitas yang sehat. Integritas kulit harus diperhatikan. Pengkajian fungsi

sistem tubuh harus dilengkapi dengan data dasar, dan dilakukan pengkajiaan

terus-menerus.Imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah pada sistem

kulit, respirasi, gastrointestinal, perkemihan, dan kardiovaskular. Masalah tersebut

dapatberupa ulkus akibat tekanan, kongesti paru. Stasis pneumonia, konstipasi,

kehilangan nafsu makan, stasis kemih, dan infeksi saluran kemih.

Adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan, bengkak, atau tanda Homan

positif (tidak nyaman ketika kaki didorsofleksi dengaan kuat) mengarahkan

adanya thrombosis vena dalam.Identifikasi awal masalah yang telah timbul dan

telah berkembang memungkinkan dilakukan intervensi segera untuk masalah

tersebut.

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pada klien menggunakan traksi menurut Atlman

(1999), adalah kerusakan mobilitas fisik, nyeri, dan resiko kerusakan integritas

kulit. Sedangkan menurut Smeltzer (2002), diagnosis keperawatan utama yang

dapat ditemukan pada klien yang dipasang traksi adalah kurang pengetahuan

mengenai program terapi, ansietas berhubungan dengan status kesehatan dan alat

traksi, nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan traksi dan imobilisasi,

~ 13 ~

Page 14: traksi 2

kurang perawatan diri: makan, higiene, atau toileting berhubungan dengan traksi,

dan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit dan traksi.

Berdasarkan dua pendapat diatas dapat disimpulkan diagnosis keperawatan

yang dapat ditemukan pada klien dengan traksi adalah sebagai berikut.

1.   nyeri akut berhubungan dengan agen injury

(biologi,kimia,fisik,psikologi),kerusakan jaringan

2.    nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial

kronis(metatastase kanker,injuri neurologis,artritis)

3.    gangguan mobilitas fisik

3.INTERVENSI

No Dx Kep Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut

berhubungan

dengan:

Agen injuri (biologi,

kimia,

fisik, psikologis),

kerusakan

jaringan

NOC :

 Pain Level,

 pain control,

 comfort level

Setelah dilakukan tindakan

Keperawatan selama ….

Pasien tidak mengalami

nyeri, dengan criteria hasil:

Mampu mengontrol

nyeri

(tahu penyebab nyeri,

Mampu menggunakan

Tehnik nonfarmakologi

Untuk mengurangi nyeri,

Mencari bantuan)

Melaporkan bahwa

nyeri

Berkurang dengan

NIC :

 Lakukan pengkajian nyeris ecara

Komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas

dan factor presipitasi

 Observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan

 Bantu pasien dan keluarga untuk

mencari

Dan menemukan dukungan

 Kontrol lingkungan yang dapat

Mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan,

Pencahayaan dan kebisingan

 Kurangi factor presipitasi nyeri

 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

Menentukan intervensi

~ 14 ~

Page 15: traksi 2

menggunakan

manajemen nyeri

Mampu mengenali

nyeri

(skala, intensitas,

Frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa

nyaman

Setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam

rentang

normal

Tidak mengalami

- Gangguan tidur

 Ajarkan tentang teknik non

farmakologi:

Napas dala, relaksasi, distraksi,

kompres

hangat/ dingin

 Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri:

……...

 Tingkatkan istirahat

 Berikan informasi tentang nyeri

seperti

Penyebab nyeri, berapa lama nyeria

kan berkurang dan antisipasi

ketidaknyamanan

Dari prosedur

 Monitor vital sign sebelum dan

sesudah

Pemberian analgesic pertama kali

2 Nyeri Kronis

berhubungan

Dengan

ketidakmampuan

fisik-psikososial kronis

(metastasekanker, injuri

neurologis, artritis)

DS:

- Kelelahan

- Takut untuk injuri

ulang

DO:

- Atropiotot

NOC :

 Comfort level

 Pain control

 Pain level

Setelah dilakukan tindakan

Keperawatan selama ….

Nyeri kronis pasien

Berkurang dengan kriteria

hasil:

 Tidak ada gangguan

tidur

 Tidak ada gangguan

konsentrasi

NIC :

Pain Manajemen

- Monitor kepuasan pasien terhadap

Manajemen nyeri

- Tingkatkan istirahat dan tidur yang

adekuat

- Kelola anti analgetik ...........

- Jelaskan pada pasien penyebab

nyeri

- Lakukan tehnik nonfarmakologis

(relaksasi, masa sepunggung)

~ 15 ~

Page 16: traksi 2

- Gangguan aktifitas

- Anoreksia

- Perubahan pola tidur

- Respon simpatis (suhu

dingin, perubahanposisi

tubuh , hipersensitif,

perubahan berat badan)

 Tidak ada gangguan

hubungan interpersonal

 Tidak ada ekspresi

Menahan nyeridan

Ungkapan secara verbal

 Tidak ada tegangan otot

3 Gangguanmobilitasfisi

k

Berhubungan dengan :

- Gangguan

metabolismesel

- Keterlembatan

perkembangan

- Pengobatan

- Kurang support

lingkungan

- Keterbatasan ketahan

kardiovaskuler

- Kehilangan integritas

Struktur tulang

- Terapi pembatasan

gerak

- Kurang pengetahuan

Tentang kegunaan

Pergerakan fisik

- Indeks massa tubuh

diatas

75 tahun percentile

sesuai dengan usia

- Kerusakan persepsi

NOC :

 Joint Movement :

Active

 Mobility Level

 Self care : ADLs

 Transfer performance

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama….gangguan

mobilitas fisik teratasi

dengan kriteriahasil:

 Klien meningkat dalam

Aktivitas fisik

 Mengerti tujuan dari

Peningkatan mobilitas

 Memverbalisasikan

Perasaan dalam

meningkatkan

kekuatan dan

kemampuan berpindah

 Memperagakan

Penggunaan alat Bantu

Untuk mobilisasi

(walker)

NIC:

Exercise therapy : ambulation

 Monitoring vital sign

sebelm/sesudah latihan dan lihat

respon pasien saat latihan

 Konsultasikan dengan terapi fisik

Tentang rencana ambulasi sesuai

dengankebutuhan

 Bantu klien untuk menggunakan

Tongkat saat berjalan dan cegah

Terhadap cedera

 Ajarkan pasien atau tenaga

kesehatan lain tentang teknik

ambulasi

 Kaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi

 Latih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan ADLs secara mandiri

sesuai kemampuan

 Dampingi dan Bantu pasien saat

Mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan

ADLs ps.

 Berikan alat Bantu jika klien

~ 16 ~

Page 17: traksi 2

sensori

- Tidak nyaman, nyeri

- Kerusakan

muskuloskeletal

Dan neuromuskuler

- Intoleransi

aktivitas/penurunan

kekuatan dan stamina

- Depresi mood

ataucemas

- Kerusakan kognitif

- Penurunan kekuatan

otot,

Control dan atau masa

- Keengganan untuk

memulai

gerak

- Gaya hidup yang

menetap,

Tidak digunakan,

deconditioning

- Malnutrisi selektif

atau

umum

DO:

- Penurunan waktu

reaksi

- Kesulitan merubah

posisi

- Perubahan gerakan

(penurunan untuk

memerlukan.

 Ajarkan pasien bagaimana

merubah posisi dan berikan bantuan

jika diperlukan

~ 17 ~

Page 18: traksi 2

berjalan,

kecepatan, kesulitan

memulai langkah

pendek)

- Keterbatasan motorik

kasar

Dan halus

- Keterbatasan ROM

- Gerakan disertai nafas

pendekatau tremor

- Ketidakstabilan posisi

Selama melakukan

ADL

- Gerakan sangat lambat

dan

Tidak terkoordinasi

~ 18 ~

Page 19: traksi 2

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah ini kami dapat menarik kesimpulan bahwa traksi digunakan

untuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya, penyembuhan, mengurangi

nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau perubahan bentuk. Indikasi traksi adalah

pasien fraktur atau dislokasi.

B. Saran

Saran yang dapat kami berikanyaitu agar mahasiswa dapat memahami prinsip

penanganan pasien dengan traksi guna kelancaran dalam perawatan.

~ 19 ~

Page 20: traksi 2

Daftar pustaka

Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.

Jakarta:EGC

Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinik Edisi

6. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth

Edisi 8.Jakarta : EGC

Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter Pratama.

Jakarta.

Ngastiyah. 2000. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

~ 20 ~