TRAKSI Juli 2010
-
Upload
timbul-jaya-aruan -
Category
Documents
-
view
235 -
download
13
Embed Size (px)
Transcript of TRAKSI Juli 2010

TTTT
0

1 TTTT
Sekapur sirih
Halo!
Halo! Kiranya menjadi sapaan pembuka pada edisi
perdana majalah ini, setelah brainstorming yang cukup
lama telah kami putuskan untuk membuat majalah
sebagai bentuk karya kami. Segala daya dan upaya kami
curahkan agar IMATETANI tidak mati sebagai wacana
dan majalah adalah bentuk dokumentasi dari segala
gerak kami.
Dinamai "TRAKSI" yang berarti daya tarik pada traktor
karena kental dengan nuansa mekanisasi pertanian dan
juga diharapkan menjadi "penarik" semangat pergerakan
mahasiswa teknik pertanian nusantara agar tetap berkarya
dan memajukan almamaternya.
Pada edisi perdana ini kami mengangkat tema
"Mekanisasi Pertanian, Kini dan Nanti di Indonesia"
untuk membuka wawasan pembaca agar memahami
terlebih dahulu apa itu mekanisasi pertanian, karena tidak
dipungkiri terkadang banyak dari kita belum mengetahui
hal tersebut. Lebih lanjutnya tema ini akan kami bahas
pada rubrik Traksi Spesifik.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis akan disajikan pada
rubrik Lingkungan. Sementara untuk rubrik Low Tech
kami bahas penggunaan knalpot untuk mengubah minyak
kelapa sebagai salah satu teknologi pemrosesan tepat
guna. Dan masih banyak rubrik lain yang tidak perlu
kami sebutkan disini.
Edisi perdana ini kami harap menjadi sesuatu yang baru
dari IMATETANI, sesuatu yang berharga kami
perjuangkan dan juga berharga untuk dibaca. Kritik dan
saran selalu kami nantikan dari semua pihak. Selamat
membaca...
Pengurus Harian IMATETANI
TRAKSI
Pelindung
Tuhan Yang Maha Esa
Penasehat Dewan Pembina IMATETANI
Penerbit Bidang Infokom IMATETANI
Penanggung Jawab Abdul Wahid Santoso
Kontributor Abdul Wahid Santoso
Taufiq Ana Khoiriyah Pendi Putra DC. Heru Santoso
Oktari Ega Santika Chakra Herlaut Siregar
Joko Prasetyo
Sekretariat
Gedung D Lt.3 FTP Universitas Brawijaya
Malang, 65145
Website http://imatetani.webs.com
E-mail [email protected]

TTTT
MEKANISASI
T R A K S I S P E S I F I K
KONTEN Dari Kami 3
Fokus 5
Traksi Spesifik 8
Lingkungan 15
Advotani 18
Prosesing 21
Inovasi 22
Low Tech 23
Opini 24
Energi 25
Komoditas 26
Resensi 27
Kabar Rayon 28
Rehat 29
IMATETANI PENGURUS HARIAN
Ketua Umum
Abdul Wahid Santoso
Sekretaris Umum
Taufiq
Bendahara Umum
Ana Khoiriyah
Ketua Bidang Advokasi
Pendy Putra D.C.
Ketua Bidang Humas
Heru Santoso
Ketua Bidang Litbang
Oktari Ega Santika
Ketua Bidang Infokom
Chakra Herlaut Siregar
KONTEN
MEKANISASI PERTANIANKini dan Nanti di Indonesia!
Trend Mekanisasi Pertanian
Kini dan Peningkatan Nilai
Tambah Petani
Selama 60 tahun mekanisasi pertanian
hidup di Indonesia tentu saja banyak yang
berubah, banyak penemuan baru dan
trend-trend di bidang mekanisasi pertanian
tidak lagi seperti dahulu. Apakah yang
menyebabkannya? Lalu bagaimana trend
mekanisasi pertanian saat ini?
Perizinan Tanam Bukan
Bentuk Kepedulian Terhadap
Petani
Menanam tanaman pangan kini perlu
izin? Apakah kebijakan ini sudah benar?
Biodiesel Nyamplung, Diantara
Jenuhnya Jarak Pagar dan
Tuntutan Kebutuhan Bioenergi
Diantara maraknya bioenergi dan jenuhnya
penelitian biodiesel berbahan baku Jarak Pagar
kini muncul Nyamplung yang diprediksi
menjadi alternatif lain.
Hal. 12
Hal. 18
2
PERTANIAN, di Indonesia!
Perizinan Tanam Bukan
Bentuk Kepedulian Terhadap
Menanam tanaman pangan kini perlu
izin? Apakah kebijakan ini sudah benar?
Biodiesel Nyamplung, Diantara
Jenuhnya Jarak Pagar dan
Tuntutan Kebutuhan Bioenergi
Diantara maraknya bioenergi dan jenuhnya
bahan baku Jarak Pagar
kini muncul Nyamplung yang diprediksi
Hal. 25
Sekilas TRAKSI

3
TTTT
DARI KAMI
Bom Harga Itu Tidak
Dinikmati Petani!
Abdul Wahid Santoso
Ketua Umum IMATETANI 09/10
Akhir-akhir ini masyarakat sedang gempar dengan “bom periodik” berupa naiknya harga harga
kebutuhan pangan. Entah terimbas kebiasaan rutin
menjelang bulan puasa atau pasokan yang kurang
akibat ketidakpastian iklim, yang pasti kenaikan
tersebut cukup untuk menggertak dan menyiutkan
nyali keluarga miskin dalam berbelanja kebutuhan
pokok seperti biasanya. Meroketnya harga bahan
pokok tersebut tentu sangat menyesakkan bagi
sebagian besar rakyat. Disaat pendapatan stagnan pada
kondisi yang di bibir jurang, mereka justru dipaksa
berperang dengan margin harga.
Beras mulai konsisten marangkak naik dengan
kisaran Rp 2000 per Kg. Cabai pun tak mau
ketinggalan dengan juga ikut naik bahkan beberapa
ratus persen. Belum lagi kenaikan bahan pangan lain
yang berupa sayuran, minyak goreng dan lain
sebagainya. Wajarlah jika kenyataan ini membuat
masyarakat kalang kabut. Jika dirilis dari prioritas
pertama hal yang membuat masyarakat tidak bisa tidur
nyenyak, maka kenaikan harga bahan pangan akan
muncul di urutan pertama. Bahkan pendidikan yang
semakin hari semakin mahal pun masih belum cukup
kuat untuk menyodok posisi bahan pangan sebagai
produk yang lebih inelastis daripada pendidikan,
meskipun disisi lain pemerintah mewajibkan hal
tersebut.
Bahkan kenyataan mirisnya, di Jakarta ada
seorang anak yang nekat bunuh diri karena orang
tuanya tidak mampu membiayai sekolahnya. Entah
malu pada teman teman sebayanya yang riang
gembira dengan seragam baru atau semangat
belajarnya yang sangat tinggi, yang jelas ini
membuktikan bahwa bahan pangan memang lebih
inelastis dari pada pendidikan. Orang tua akan
berpikir lebih baik untuk makan daripada untuk
biaya pendidikan. Namun demikian, bukan disitu
arah pembahasan yang tepat ketika disesuaikan
dengan kenyataan tersebut. Akan tetapi lebih
kepada kecukupan syarat guna didesain menjadi
cermin oleh pemerintah untuk sedikit mengaca,
mengetahui dan mengoreksi sepak terjangnya
selama ini.
Kembali ke topik awal, manakala kita
bicara segala sesuatu yang berkitan dengan bahan
pangan, maka sebenarnya kita tidak bisa
mengesampingkan kaum penghasil produk produk
tersebut. Sudah pasti kita tidak bisa melupakan
petani dalam hal ini. Merekalah yang sebenarnya
rela memeras keringat dibawah ganasnya sinar
matahari sawah demi menyediakan bulir bulir nasi
yang setiap pagi kita santap. Merekalah kaum
mulia yang rela bersusah payah memeraskan susu
yang setiap malam kita minum.

TTTT
Meski sebenarnya merekapun tidak tahu apa
hasil yang didapatkannya selama ini. Bertahun tahun
rumah tetap sederhana, makan asal bisa kenyang dan asal
anak-anak mereka bisa sekolah cukup sampai tingkat
menengah. Dan nampaknya
“…apakah petani sudah memikirkan
bahwa sebenarnya kenaikan harga
produk pangan bisa menja
dengan lebih tingginya pendapatan
mereka?”
hal itu sudah memberikan
kepuasan tersendiri bagi
mereka. Setidaknya sampai
saat ini, belum ada tanda
tendensi dari mereka untuk
menuntut lebih atas kerja
kerasnya dalam
“menghidupi” bangsa dan
negara. Oleh karena itu, keharusan disini adamemaknai dan untuk lebih menghargai hasil jerih payah
petani.Terkait dengan kenaikan harga bahan pangan,
pertanyannya adalah sudahkah kenaikan h
berimbas terhadap peningkatan taraf kehidupan petani?
Kita pun tidak tahu apakah petani
memikirkan bahwa sebenarnya kenaikan harga produk
pangan bisa menjadi berkah dengan lebih tingginya
pendapatan mereka. Namun sepertinya mereka tida
peduli dengan ini semua.
Ketidakpedulian tersebut harus kita cermati
karena bisa dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Pertama,
ketidakpedulian tersebut disebabkan oleh
ketidaktertarikan petani akan masalah ini. Mereka lebih
tertarik jika diajak pergi ke sawah lebih pagi dari dan
pulang lebih sore dari biasanya. Jika diteropong dari
alasan ini maka akan tidak menjadi permasalahan
ketidakpedulian tersebut.
Kedua, ketidakpedulian petani disebabkan oleh
habisnya harapan yang mereka gantungkan selama ini
akibat tidak adanya perubahan signifikan terhadap nasib
mereka apapun yang terjadi. Meskipun harga pangan
naik, tetap tidak ada peningkatan kesejahteraan bagi
mereka. Naiknya harga justru menaikkan jumlah
tabungan para tengkulak dan pedagang tanpa sedikitpun
berimbas terhadap kesejahteraan petani. Sementara jika
terjadi penurunan harga, satu hal yang bisa dipastikan
adalah petani akan selalu rugi. Jika dilirik dari fenomena
ini, maka ketidakpedulian ini harus dijadikan sebagai
alasan lain bagi pemerintah untuk
kepeduliannya.
Percaya atau tidak, hal inilah yang sehari hari
menjadi pemandangan rutin meskipun penuh sesak
dengan atmosfer ketidakadilan. Di saat harga bahan
pangan turun, dengan segala daya
DARI KAMI
Meski sebenarnya merekapun tidak tahu apa
hasil yang didapatkannya selama ini. Bertahun tahun
rumah tetap sederhana, makan asal bisa kenyang dan asal
anak mereka bisa sekolah cukup sampai tingkat
“…apakah petani sudah memikirkan
bahwa sebenarnya kenaikan harga
produk pangan bisa menjadi berkah
dengan lebih tingginya pendapatan
mereka?”
keharusan disini adalah untuk untuk lebih menghargai hasil jerih payah
petani.Terkait dengan kenaikan harga bahan pangan,
pertanyannya adalah sudahkah kenaikan harga tersebut
berimbas terhadap peningkatan taraf kehidupan petani?
Kita pun tidak tahu apakah petani sudah
memikirkan bahwa sebenarnya kenaikan harga produk
pangan bisa menjadi berkah dengan lebih tingginya
pendapatan mereka. Namun sepertinya mereka tidak
Ketidakpedulian tersebut harus kita cermati
karena bisa dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Pertama,
ketidakpedulian tersebut disebabkan oleh
ketidaktertarikan petani akan masalah ini. Mereka lebih
sawah lebih pagi dari dan
pulang lebih sore dari biasanya. Jika diteropong dari
alasan ini maka akan tidak menjadi permasalahan
Kedua, ketidakpedulian petani disebabkan oleh
habisnya harapan yang mereka gantungkan selama ini
bat tidak adanya perubahan signifikan terhadap nasib
mereka apapun yang terjadi. Meskipun harga pangan
naik, tetap tidak ada peningkatan kesejahteraan bagi
mereka. Naiknya harga justru menaikkan jumlah
tabungan para tengkulak dan pedagang tanpa sedikitpun
berimbas terhadap kesejahteraan petani. Sementara jika
terjadi penurunan harga, satu hal yang bisa dipastikan
adalah petani akan selalu rugi. Jika dilirik dari fenomena
ini, maka ketidakpedulian ini harus dijadikan sebagai
alasan lain bagi pemerintah untuk meningkatkan
Percaya atau tidak, hal inilah yang sehari hari
menjadi pemandangan rutin meskipun penuh sesak
dengan atmosfer ketidakadilan. Di saat harga bahan
daya dan upaya petani
selalu dipaksa untuk menanggung kerugian.
Sedangkan ketika harga melangit, belum tentu
petani menikmati margin tersebut. Kejadian
seperti ini sudah terjadi sekian tahun lamanya
entah sampai kapan
akan terus
Pada kejadian seperti
ini, patut kita tunggu
apakah ada perubahan
atau hanya tetap
seperti ini. Yang jelas,
petani hanya berpikir
bahwa
tingginya niat pengabdian kepada ban
negara yang membuat mereka
4
selalu dipaksa untuk menanggung kerugian.
Sedangkan ketika harga melangit, belum tentu
petani menikmati margin tersebut. Kejadian
seperti ini sudah terjadi sekian tahun lamanya dan entah sampai kapan
akan terus berlanjut.
Pada kejadian seperti
ini, patut kita tunggu
apakah ada perubahan
atau hanya tetap
seperti ini. Yang jelas,
petani hanya berpikir
bahwa hanya atas
tingginya niat pengabdian kepada bangsa dan
tetap bertahan.

5
TTTT
FOKUS
Mekanisasi Pertanian
Masih Ada! Mekanisasi pertanian adalah suatu cara
untuk meningkatkan efisiensi usaha pertanian.
Peningkatan efisiensi tersebut meliputi
produktifitas, mutu, dan kontinuitas pasokan
produk-produk pertanian untuk selalu terus
ditingkatkan dan dipelihara. Selain efisiensi diatas
tadi juga ada sisi lain yang harus juga di
tingkatkan efisiensinya yang meliputi: efisiensi
lahan, tenaga kerja, energi, sumber daya (benih,
pupuk, air), kualitas komoditas, kesejahteraan
petani, kelestarian lingkungan dan produksi yang
berkelanjutan.
Mekanisasi pertanian dalam kerangka
pembangunan pertanian di Indonesia memiliki
peran yang strategis yang meliputi peningkatan
produktivitas, efisiensi kerja, produksi,
diversifikasi, kualitas dan nilai tambah,
pengembangan pertanian maju dan peningkatan
lapangan kerja.
Produktivitas pertanian di Indonesia
sudah saatnya berubah dari pola tradisional
menjadi pola modern yang ramah lingkungan.
Produktif tidak hanya ditataran on farm tetapi juga
harus ditataran off farm.
Pada level on farm yang harus mulai
berbenah adalah pada level peningkatan nilai
produksi dan efisiensi. Efisiensi dilevel on farm
meliputi penggunaan benih, pupuk, air dalam
uapaya yang sangat sinergis, artinya harus ada
korelasi dan hubungan yang seimbang antara
ketiganya, sehingga diharapkan adanya
keterpaduan yang menguntungkan bagi petani.
Banyak kasus muncul akibat tidak sinerginya
ketika faktor tersebut seperti benih yang tidak
layak untuk dikembangkan, penggunaan pupuk
dan pemakaian air yang berlebihan sehingga
berpengaruh pada konversi dan degradasi lahan.
Pada level off farm yang harus ditekankan
adalah kemampuan pasokan komoditas, pengolahan
lanjutan serta industrialisasi pedesaan berbasis
pertanian. Titik tekan mekanisasi juga berpengaruh
di sektor off farm, dengan adanya sentuhan
mekanisasi maka nilai tambah dari komoditas akan
lebih tinggi dari pada tanpa sentuhan. Sentuhan
tersebut dapat berupa pengolahan lanjutan seperti
penyimpanan, pengemasan, dan alur
pendistribusian yang terpadu pada pemasaran
komoditas.
Untuk mendukung keberlanjutan ini perlu
adanya pendampingan secara berkala, penyiapan
infrastruktur yang memadai, dan sosialisasi kepada
masyarakat. Pendampingan secara berkala
diwujudkan dengan melakukan pelatihan-pelatihan
kepada kelompok tani akan pentingnya mekanisasi
sesuai dengan pendekatan yang dijalankan.
Pendekatan ini perlu dilakukan agar program bisa
mengalami keberlanjutan yang baik, tidak hanya
sekadarnya saja.
Mengutip dari makalah komisi mekanisasi
pertanian dijelaskan bahwa pendekatan
pengembangan makanisasi pertanian ada 2 hal
yaitu:
1. Holistik : pengembangan dalam sistem holistik terpadu dan sinergi antara
teknologi, prasarana dan kelembagaan
2. Progresif : pengembangan secara proaktif ke arah kemajuan melibatkan partisipasi
stake holder
Penyiapan infrastruktur juga menjadi entri
point dalam menjaga keberadaan mekanisasi.
Infrastruktur penting karena memiliki peran yang
strategis dan merupakan penunjang utama bagi
penerapan mekanisasi pertanian. Lemahnya
infrastruktur dapat menimbulkan ancaman

TTTT
ancaman serius terhadap keberadaan mekanisasi
terutama dalam mendukung ketahanan pangan
nasional. Seperti contoh pada program swasembada
pangan. Program ini dapat berjalan jika saja
penerapan mekanisasi dan optimalisasi infrastruktur
pertanian dapat bersinergi menjadi kesatuan yang
utuh dilapangan.
Sosialisasi pengembangan program
mekanisasi pertanian dapat dilakukan dengan strategi
pemgembangan yang benar-benar tepat sasaran.
Jenis pendekatan sosialisasi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu pendekatan selektif dan pendekatan
partisipatif. Pendekatan selektif yaitu dengan
pemilihan teknologi disesuaikan dengan
agroekosistem dan komoditas pertanian, sedangkan
pendekatan partisipatif yaitu dengan pengemban
mengikutsertakan partisipasi aktif semua
stakeholder.
Melihat dari adanya kebijakan sek
mekanisasi pertanian yang memiliki keberpihakan
kepada masyarakat akan sungguh nai
dalam tataran wacana saja. Sudah saatnya penerapan
mekanisasi mulai menjamah dikalangan masyarakat
petani sebagai stakeholder utama penyedia pangan,
tidak hanya dimiliki oleh petani-petani besar. Untuk
itu semua arah kebijakan yang dijalankan oleh
pemerintah harus benar-benar tepat dan bermanfaat
bagi pembangunan keberlanjutan sektor pertanian
ini.
Tanpa adanya kesatuan dukungan dan
sinergisitas semua pihak yang saling bekerja
bersama untuk kemajuan ini niscaya prospek
pengembangan mekanisasi pertanian akan menjadi
buah sejarah kegagalan yang akan selalu diingat ole
generasi penerus kita mendatang. Sudah saatn
semua mulai menerapkan kebijakan yang bersifat
proaktif dan berpihak kepada masyarakat dengan
melibatkan partisipasi aktif stakeholder
diharapkan mekanisasi pertanian lebih cepat
berkembang. (/Taufiq)
FOKUS
ancaman serius terhadap keberadaan mekanisasi
terutama dalam mendukung ketahanan pangan
nasional. Seperti contoh pada program swasembada
dapat berjalan jika saja
n optimalisasi infrastruktur
pertanian dapat bersinergi menjadi kesatuan yang
isasi pengembangan program
mekanisasi pertanian dapat dilakukan dengan strategi
benar tepat sasaran.
i dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu pendekatan selektif dan pendekatan
partisipatif. Pendekatan selektif yaitu dengan
pemilihan teknologi disesuaikan dengan
agroekosistem dan komoditas pertanian, sedangkan
pendekatan partisipatif yaitu dengan pengembangan
mengikutsertakan partisipasi aktif semua
elihat dari adanya kebijakan sektor
mekanisasi pertanian yang memiliki keberpihakan
pada masyarakat akan sungguh naif jika hanya ada
dalam tataran wacana saja. Sudah saatnya penerapan
mulai menjamah dikalangan masyarakat
utama penyedia pangan,
petani besar. Untuk
itu semua arah kebijakan yang dijalankan oleh
benar tepat dan bermanfaat
rlanjutan sektor pertanian
Tanpa adanya kesatuan dukungan dan
sinergisitas semua pihak yang saling bekerja
bersama untuk kemajuan ini niscaya prospek
pengembangan mekanisasi pertanian akan menjadi
buah sejarah kegagalan yang akan selalu diingat oleh
generasi penerus kita mendatang. Sudah saatnya kita
ebijakan yang bersifat
proaktif dan berpihak kepada masyarakat dengan
stakeholder sehingga
diharapkan mekanisasi pertanian lebih cepat
Imagine
Your Ads
Here…
6
Imagine
Your Ads
Here…

7 TTTT
TRAKSI SPESIFIK
MEKANISASI PERTANIAN
KINI DAN NANTI DI INDONESIA!

8
TTTT
TRAKSI SPESIFIK
REPOSISI MEKANISASI PERTANIAN :
SEBUAH UPAYA MENUJU PENGUATAN
PERAN TERHADAP PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN PETANI Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian
besar penduduk Indonesia menggantungkan hidup dari
sektor pertanian. Hampir separuh persentase tenaga kerja
yang terjun ke sektor ini kiranya cukup untuk
mengokohkan pendapat tersebut.
Data resmi Badan Pusat Statistik juga
menyebutkan bahwa di tahun 2005 tenaga kerja yang
terserap pada sektor pertanian tercatat sebesar 41,30 juta
orang, dan pada tahun 2006 sebanyak 40,13 juta orang.
Selanjutnya pada tahun 2007 penyerapan tenaga kerja di
sektor pertanian meningkat menjadi 41,20 juta orang,
atau 43,66 persen dari total tenaga kerja. Pada tahun
2008 kembali terjadi peningkatan tenaga kerja di sektor
pertanian yaitu sebesar 41,33 juta orang. Tahun 2009
terjadi kenaikan yang signifikan di sektor ini yaitu
sebesar 43,02 juta orang atau setara dengan 41,18 % dari
total tenaga kerja di Indonesia.
Kenyataan ini menjadikan sektor pertanian
sebagai sektor yang menguasai struktur perekonomian
masyarakat. Dengan bahasa yang lebih ringan, melalui
data tersebut pada simpulan akhirnya sektor pertanian
akan mengukuhkan dirinya sebagai penyangga
kehidupan sebagian besar rakyat, penjamin setiap bulir
bulir nasi yang dimakannya setiap hari dan penentu bisa
atau tidaknya anak anak mereka menikmati pendidikan.
Fakta tersebut seharusnya bisa diteropong oleh
pemerintah untuk kemudian dijadikan sebagai pijakan
utama dalam mengambil kebijakan. Akan terasa percuma
deretan angka tersebut diukur setiap tahun atau bahkan
setiap bulan jika kemudian tidak berperan sedikitpun
terhadap kemakmuran rakyat.
Pemerintah pun tidak jarang mengelu-
elukan kenyataan bahwa pertanian merupakan
sektor penyerap tenaga kerja terbesar. Namun
pertanyaannya adalah sudahkah tenaga kerja
tersebut dijamin kesejahteraannya. Dalam hal ini
akan semakin tidak jelas apa sebenarnya makna
dan fungsi dari “menyerap” tersebut. Jika
semangat yang diusung hanyalah untuk
menyelamatkan dan memoles citra pemerintah
dengan memperkecil persentase pengangguran
maka itu hal yang lumrah. Dalam bahasa awam,
langkah tersebut seolah olah akan dijadikan
argumen utama dengan kalimat pertahanan
terakhir “daripada menganggur”. Sekali lagi hal itu
merupakan sesuatu yang wajar dan sedikit bisa
dibenarkan. Namun jika ditilik dari keterjaminan
mereka untuk hidup dalam taraf yang sejahtera,
agaknya itu belum tercapai. Lalu kemudian apa
gunanya pertanian digadang gadang sebagai
penyerap tenaga kerja jika justru tenaga kerjanya
terlantar?
Pertanian : Peran besar dan beberapa
permasalahan
Peran begitu besar yang dimainkan oleh
sektor pertanian seharusnya bisa dilihat dengan jeli
oleh pemerintah untuk kemudian dijadikan sebagai
jembatan menuju terwujudnya bangsa. Indonesia
yang adil dan makmur. Setidaknya ada dua hal
pokok yang bisa dijadikan referensi untuk
dijadikan rencana aksi oleh pemerintah terkait
dengan besarnya peran diambil oleh sektor
pertanian. Pertama pertanian akan mampu
dijadikan sebagai pembangun perekonomian
nasional. Dalam hal ini, pemerintah perlu
mendorong sebesar besarnya kegiatan
perekonomian yang berbasis pada produk
pertanian. Industrialisasi pertanian perlu segera
dibangun dengan sistematis, adil dan berwawasan
lingkungan, peningkatan nilai tambah
dioptimalkan dan ekspor diarahkan agar besar
secara kuantitas serta kualitas.

9
TTTT
Kedua pertanian akan mampu dijadikan
instrumen yang tepat untuk mengurangi tingkat
kemiskinan. Fakta yang ada saat ini adalah sebagian
besar (lebih dari 60 %) rakyat miskin masih
terkonsentrasi di daerah pedesaan dan pesisir. Dari
jumlah itu, sebagian besarnya adalah bermata
pencaharian sebagai petani. Inilah yang harus
menjadi konsern dari pemerintah. Sebagai sebuah
bangsa yang wajib menjamin kesejahteraaan satiap
rakyatnya, pemerintah memang sudah seharusnya
mengangkat taraf hidup mereka. Dalam hal ini,
sangat tepat kiranya jika upaya tersebut disandarkan
pada sektor pertanian yang tidak lain adalah
“pegangan” mereka dalam menjalankan aktivitas
perekonomian sehari harinya. Dua hal tersebut
kiranya cukup untuk membuktikan bahwa sektor
pertanian memang layak dijadikan sebagai upaya
andalan oleh pemerintah dalam membangun bangsa
dan negara.
Namun demikian, beberapa dekade terakhir
ini pertanian secara perlahan tapi pasti memang
terus menerus mengalami kemunduran.
Penyebabnya pun semakin kabur, jika kompleksitas
permasalahan yang semakin hari semakin besar
dijadikan alasan, maka bagaimana dengan negara
lain yang ternyata mampu mengatasi. Permasalahan
akan selalu muncul sebagai ekses dari
perkembangan peradaban, termasuk di sektor
pertanian. Jadi kurang arif kiranya jika menjadikan
kompleksitas permasalahan sebagai pihak tertuduh.
Lalu jika keseriusan pemerintah dijadikan kambing
hitam, maka itupun akan mendapat banyak
tentangan. Karena pemerintah pun telah melakukan
berbagai upaya (setidaknya melalui laporan yang
dipubliksikan) untuk mengatasi meskipun
kenyataannya belum menggembirakan.
Banyak yang bisa dilakukan untuk melihat
betapa sektor pertanian sedang mengalami masa
yang suram. Di tataran makro, semakin menurunnya
sumbangan sektor pertanian terhadap pendapatan
nasional menjadi kenyataan yang menyesakkan.
Ketidakproporsionalan jumlah tenaga kerja dengan
sumbangan PDB yang diberikan juga menuntut
semua pihak untuk segera melakukan sesuatu. Bisa
dibayangkan, dengan jumlah tenaga kerja yang
hampir separuh dari total tenaga kerja aktif,
sedangkan PDB yang didonasikan hanya sebesar 13
%. Tentu hal itu merupakan kondisi yang jauh dari
kata ideal.
TRAKSI SPESIFIK
Sementara di level mikro, atmosfer
ketidakadilan yang semakin kuat di kalangan
pelaku pertanian kecil masih menjadi kerikil
tajam yang menghambat perjalanan
pembangunan pertanian nasional. Petani selalu
diposisikan sebagai pihak yang dirugikan.
Ketika harga produk pertanian naik, petani
belum tentu mendapatkan margin kenaikan
harga tersebut, sedangkan manakala harga
pangan turun petani selalu “dipaksa” untuk
merugi. Belum lagi permasalahan distribusi
pupuk yang selalu membuat petani kesulitan di
saat masa tanam, atau permasalahan
kepemilikan lahan yang hanya kurang dari 0,5
ha per kepala petani. Sedangkan disisi lain
perusahaan perusahaan besar dengan
nyamannya menguasai beribu ribu hektar.
Ditambah lagi dengan semakin berkurangnya
minat generasi muda ke sektor pertanian. Sekali
lagi ini mempertegas bahwa pertanian negeri ini
memang sedang berada di masa masa yang sulit.
Pertanyaan besarnya kemudian adalah
apakah sebenarnya sumber dari semua ini?.
Akan muncul banyak hipotesis yang menyertai
rumusan tersebut, sebanyak permasalahan yang
selalu setia mengikuti pembangunan sektor
pertanian. Namun banyak pihak yang
menjadikan ketidakmaksimalan penerapan
mekanisasi pertanian sebagai penyebab utama.
Pandangan tersebut dibangun diatas landasan
bahwa kedepan, tidak ada jalan lain selain
mewujudkan pertanian modern. Dalam hal ini,
pertanian dipandang sebagai sesuatu yang pasti
terkena imbas dari derasnya arus globalisasi
dimana pencitraan yang selalu dicirikannya
adalah melalui modernisasi.
Mekanisasi pertanian sendiri lahir
sebagai hasil olah pikir manusia untuk lebih
meningkatkan daya karsa di bidang pertanian.

10
TTTT
Namun seiring dengan semakin buramnya kondisi
sektor pertanian, terlebih kesejahteraan petani yang
semakin memprihatinkan, agaknya perlu sebuah
pertanyaan lagi untuk menguji hipotesis sementara
tersebut. Pertanyaannya adalah apakah mekanisasi
mampu menjadi dewa penolong untuk meningkatkan
kesejahteraan petani?
Inilah sebenarnya tesis pokok tulisan ini.
Bahwa akan sangat belum cukup jika mekanisasi
diandalkan untuk mengangkat taraf kehidupan petani
karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi.
Contoh nyatanya adalah pada salah satu kelompok tani
di Lumajang Jatim. Kelompok tersebut bernama
kelompok tani “Alam Subur”. Kelompok tersebut
bahkan telah menjadi kelompok tani percontohan di
tingkat kabupaten dan propinsi. Kelompok ini pun
sudah menerapkan mekanisasi di sebagian besar proses
produksi maupun pasca penen. Akan tetapi
kenyataanya, dari data yang didapatkan penulis dari
ketua kelompok, persentase petani miskin di kelompok
tersebut masih diatas 75 %. Ini membuktikan bahwa
mekanisasi pertanian (yang tidak diarahkan secara
tepat) saja tidaklah cukup.
Bahwa mekanisasi akan meningkatkan daya
karsa manusia tidak akan ada yang bisa menyangkal.
Mekanisasi memang akan memimpin didepan sebagai
pioneer dalam meningkatkan efisiensi, memperkecil
input energi serta memperbesar produksi. Tetapi jika
kemudian dijadikan sebagai media pengangkat taraf
kehidupan petani, hal itu menjadi belum mungkin,
setidaknya sampai saat ini berdasar data yang didapat.
Maka akan terasa “sia sia” penerapan mekanisasi yang
ada selama ini di Indonesia semampang masih belum
mampu mengangkat taraf hidup petani. Karena pada
hakikatnya mekanisasi lahir sebagai solusi untuk
meningkatkan daya karsa manusia, dimana jika kita
analisis lebih jauh, terminal akhirnya adalah untuk
mewujudkan kesejahteraan petani.
Re-posisi Mekanisasi Pertanian : Sebuah Upaya
Menuju Penguatan Peran Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Petani
Oleh karena itu harus ada reposisi mekanisasi
dalam pembangunan pertanian modern ini, Reposisi
yang dilakukan harus diarahkan untuk lebih kepada
penempatan yang sesuai terhadap mekanisasi pertanian
sehingga mampu mengatasi permasalahan tersebut.
Dimana mekanisasi harus tepat masuk dan melakukan
penyesuaian pada sistem besar pertanian nasional
sehingga benar benar mampu meningkakan
kesejahteraan petani.
TRAKSI SPESIFIK
Selama ini, penerapan mekanisasi baik di
tingkat pra, budidaya maupun pasca panen justru
tidak menguntungkan petani. Tetapi lebih
menguntungkan tengkulak dan pedagang yang
bahkan panasnya matahari sawah pun tidak pernah
merasakan. Sementara petani hanya menikmati
sebagian kecil kue hasil mekanisasi berupa margin
energi yang kemudian berwujud biaya tersisa.
Sementara disisi lain, hasil produk mereka
dipermainkan habis habisan di tataran pasca
panen. Mau tidak mau mereka harus mengikuti
sistem yang menjerumuskan tersebut karena tidak
punya pilihan lain.
Meningkatnya produktivitas yang selama
ini memang menjadi andalan mekanisasi pun
justru menambah tabungan para tengkulak dan
distributor. Di lain pihak, penelitian penelitian
yang didesiminasikan civitas akademika
mekanisasi yang dikemas secara mendalam pun
justru terasa semakin berada di permukaan, masih
samar rasio keberhasilannya untuk diterapkan oleh
petani serta belum menyentuh dasar permasalahan.
Karena sekali lagi pada hakikatnya mekanisasi
muncul untuk meningkatkan daya karsa manusia
pada awalnya dimana diharapkan akan menjadi
stimulus peningkatan kesejahteraan petani pada
akhirnya.
Lalu kemanakah mekanisasi pertanian
harus diarahkan?. Dalam konteks pembangunan
bangsa secara utuh, maka mekanisasi haruslah
diarahkan sebagai pendukung utama terwujudnya
indutrialisasi pertanian di Indonesia. Industrialisasi
yang dimaksud harus dilaksanakan dengan
sistematis, adil dan berwawasan lingkungan. Inilah
akhirnya yang akan menjadi penyeimbang
semakin maraknya industri yang hanya dibangun
diatas kekuatan modal berbasis pada produk
produk impor dan kurang ramah lingkungan.
Industrialisasi pertanian memang sebuah
terobosan besar yang perlu diapresiasi tidak hanya
dengan tulisan seperti ini, akan tetapi harus
diarahkan lebih ke arah dukungan konkret berupa
analisis penyesuaian yang perlu dilakukan serta
diakhiri dengan rencana aksi yang nyata dan
benar-benar dirasakan oleh petani. Industrialisasi
sendiri teridentifikasi sebagai langkah ideal dalam
membangun kesejahteraan petani karena besarnya
peran yang diberikan. Pertama, industrialisasi
pertanian akan mendorong terciptanya nilai
tambah sebesar besarnya terhadap produk-produk

11 TTTT
pertanian sehingga akan berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan petani. Selama ini petani hanya
diposisikan sebagai produsen yang menyediakan produk
primer dengan harga rendah, sedangkan nilai tambah
terbesar justru berada pada tingkat pengolahan yang
selama ini hanya dinikmati pemodal besar.
Kedua, Industrialisasi akan mampu mendorong
petani dalam memanfaatkan segala sesuatu yang berasal
dari sumberdaya alam untuk diolah kembali menjadi
produk yang bernilai ekonomis. Selama ini petani
memang sering masih dianggap sebagai “pemotong
padi” bukan “pemanen padi”. Pendapat tersebut
didasarkan pada kenyataan bahwa sejauh ini petani
hanya memotong untuk kemudian menjual padi tanpa
memanfaatkan produk produk turunan lain yang
sebenarnya mempunyai nilai ekonomis sangat tinggi
Jerami yang ternyata bisa dijadikan sebagai bahan
produksi etanol atau dedak yang mampu diolah menjadi
minyak dedak bernilai ekonomis tinggi adalah sebagian
kecil contoh.
Ketiga, industrialisasi pertanian akan menyerap
tenaga kerja dari sektor pertanian primer tradisonal yang
dicirikan dengan memerlukan banyak tenaga kerja ke
sektor pertanian industrial. Peran ini pada tingkat lanjut
akan menstimulus transformasi struktural sebaran tenaga
kerja di Indonesia. Lebih sederhana, peran ini akan
mampu menutupi “kesalahan” industrialisasi (dalam arti
umum) karena ketidakmampuannya dalam menyerap
tenaga kerja dari sektor pertanian. Inilah kesalahan
historis perjalanan bangsa dimana proses
pemasyarakatan industrialisasi yang oleh sebagian besar
negara di dunia dipandang sebagai ideologi baru justru
tidak mampu menyerap tenaga kerja yang pada saat itu
hingga kini masih terkonsentrasi pada sektor pertanian
tradisional. Pada akhirnya inilah yang menjadi embrio
kemiskinan berkelanjutan pada petani.
Paparan diatas memang akan berkesimpulan
bahwa mekanisasi mengambil peran sangat strategis
dalam hal ini. Dimana peran tersebut terletak pada
mewujudmantapkan industrialisasi pertanian di
Indonesia. Kementerian pertanian pun telah menetapkan
visi pembangunan pertanian 2009-2010 yaitu
“Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul
Berkelanjutan Yang Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk
Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah,
Daya Saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani”.
TRAKSI SPESIFIK
Mekanisasi dalam hal ini tidak perlu
meninggalkan peran lainnya yang berada pada
tataran peningkatan produksi. Jikapun arah gerak
utama memang harus diarahkan ke arah
industrialisasi yang berada pada kuadran pasca
panen, namun peran mekanisasi dalam pra
maupun saat budidaya justru harus ditingkatkan.
Pertama, karena disitulah inti utama dari
mekanisasi, yaitu untuk meningkatkan daya dan
karsa manusia dalam bidang pertanian, baik pra
atau pasca panen. Kedua, karena pergerakan
industri manufaktur (pengolahan), termasuk
industri pertanian akan selalu bergantung pada
pasokan sumberdaya alam sebagai bahan yang
akan diolah.
Pemerintah pun harus mematangkan
konsep tersebut karena disisi lain, konsep
semacam ini menuntut banyak penyesuaian di
beberapa sisi. Penguasaan dan pemasyarakatan
teknologi, permodalan, penyesuaian pada tataran
kebudayaan lokal adalah beberapa diantaranya.
Sedangkan perbaikan serta pemantapan struktur
dan ketahanan kelembagaan petani menjadi
upaya kunci. Namun, dengan semangat yang
tinggi dari semua pihak, terutama pemerintah dan
civitas akademika mekanisasi, dibarengi niat
tulus ikhlas mengabdi kepada bangsa dan negara,
bukan tidak mungkin dalam waktu dekat
mekanisasi akan menjadi motor utama
pengangkat taraf hidup dan kesejahteraan petani.

12
TTTT
TRAKSI SPESIFIK
Trend Mekanisasi Pertanian
Kini dan Peningkatan Nilai
Tambah Petani 60 tahun mekanisasi pertanian
di Indonesia tidak menghentikan laju
perkembangan mekanisasi pertanian,
Banyak trend baru yang berkembang di
bidang mekanisasi pertanian sehingga
menyebabkan banyak pihak setuju
mekanisasi pertanian memegang peran
penting dalam kemajuan pertanian di
Indonesia, namun bagaimana pengaruh
perkembangan ini bagi kesejahteraan
petani? Apakah dengan trend-trend baru
di bidang mekanisasi pertanian ini bisa
meningkatkan nilai tambah pada petani?
Berikut hasil wawancara tim
Traksi Spesifik dengan Bambang Susilo,
selaku dosen dan pemerhati mekanisasi
pertanian serta anggota PERTETA.
1. Bagaimana menurut bapak
tentang perkembangan mekanisasi
pertanian mulai dulu hingga saat
ini?
Intinya perkembangan mekanisasi
pertanian di Indonesia itu memenuhi
prinsip dasar dari mekanisasi pertanian
itu sendiri yaitu penerapan dasar
teknik di bidang pertanian untuk
meningkatkan daya karsa manusia
dalam rangka memanfaatkan sumber
daya alam untuk kesejahteraan
manusia. Namun umumnya trend
perkembangan di bidang mekanisasi
pertanian itu di bidang pra panen,
pasca panen dan teknik sumberdaya
air.
Di bidang pra panen terlihat pada
realita minim sekali tenaga kerja yang
berminat untuk bekerja di bidang pra
panen sehingga perkembangan di
bidang ini akan berkembang dengan

13
TTTT
pesat, apalagi 10 hingga 20 tahun lagi dimana tenaga
kerja di bidang pertanian nyaris nihil. Untuk bidang
teknik sumberdaya air tentu sangat terlihat saat ini
dimana sudah terjadi persaingan penggunaan air,
mulai dari konsumsi sehari-hari, industri hingga
pertanian. Begitu juga perkembangan pasca panen,
saat ini banyak perkembangan di automatisasi di
bidang pengolahan hasil pertanian bahkan sudah
merambah ke bidang robotika, perkembangan di
bidang pasca panen juga berkaitan dengan
pembuatan mesin-mesin pengolahan yang
menggunakan renewable energy.
2. Menurut bapak apa yang menjadi trend di
dunia mekanisasi pertanian sekarang, di bidang
apa saja?
Ya seperti yang saya katakan tadi bahwa
trend di bidang mekanisasi pertanian itu mencakup
tiga bidang, yaitu pra-panen terutama di bidang
pengolahan lahan dan bidang ini sangat terkait
dengan pengelolaan sumberdaya air. Sedangkan
perkembangan pasca panen itu pada umumnya di
bidang pengolahan produk pertanian, automatisasi
mesin pertanian, namun isu utama dalam
perkembangan pasca panen adalah energi, karena di
masa depan konsumsi energi tidak akan terelakkan di
bidang pasca panen, karena itu perkembangannya
berupa pembuatan mesin-mesin pengolah yang
menggunakan konsep renewable energy dalam input
energinya.
3. Apakah menurut bapak trend mekanisasi
pertanian sekarang bisa meningkatkan
kesejahteraan petani atau memberikan nilai
tambah bagi petani?
Jelas meningkatkan, karena dengan
penggunaan mesin sudah dipastikan produktivitas
petani meningkat, sebagai contoh jika petani dalam
satu hari hanya mampu memanen satu hektar dengan
mesin panen bisa saja 10 hektar. Dan trend-trend
yang berkembang saat ini juga sering dikaitkan
dengan kenyamanan kerja. Jika produksi pertanian
dan kenyamanan kerja tinggi pastinya kesejahteraan
petani itu meningkat.
4. Menurut bapak inovasi seperti apa yang
seharusnya ada di bidang mekanisasi pertanian
yang bisa meningkatkan nilai tambah petani?
Inovasi yang seharusnya berkembang di
mekanisasi pertanian adalah pembuatan-pembuatan
mesin pertanian dengan input energi yang terbarukan
sehingga biaya operasional bisa dipertahankan pada
titik seminim mungkin.
Dan juga harus ada mesin-mesin
pengolahan pertanian yang mampu
mempertahankan nutrisi dan kualitas dari produk
agrokompleks dan inovasi mesin-mesin pertanian
yang berkonsep back to nature karena pada
dasarnya mesin pertanian itu mesin yang
memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam.
Selain itu sistem robotika di bidang pertanian juga
sangat berperan penting, karena sumber daya
manusia di bidang pertanian makin hari makin
minim, dan tidak menutup kemungkinan suatu saat
akan digunakan robot untuk proses pemanenan,
penanaman dan lain sebagainya.
5. Bagaimana menurut bapak soal pemerataan
penerapan mekanisasi pertanian? Apakah sudah
menyeluruh di Indonesia?
Jika suatu daerah itu memiliki sumberdaya
manusia tinggi di bidang pertanian pasti penggunaan
mekanisasi pertanian itu sedikit dikonsumsi. Bisa
diperkirakan sendiri kan bagaimana ratanya
penerapan mekanisasi pertanian di Indonesia?
6. Sejauh pengamatan bapak, apakah
pemerintah mendukung penerapan mekanisasi
pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan
petani?
Dari pemerintah memang kurang. Jika saja
pemerintah mau konsekuen mendukung penerapan
mekanisasi pertanian maka seharusnya pemerintah
membuatkan alat dan mesin pengolahan produk
pertanian di desa-desa. Selama ini kan petani di desa
identik dengan proses budidaya saja dan ketika
panen petani hanya bisa menjual.
Sebagai contoh sederhana, kopi yang belum
diolah dengan kopi yang sudah disajikan hangat
dalam gelas sangat berbeda sekali harganya, bahkan
kopi panen dengan kopi yang sudah dikeringkan
saja harganya sudah berbeda.
Itu baru kopi, jika saja produk pertanian
diolah terlebih dahulu tentu ada peningkatan nilai
tambah bagi petani dan ini jelas meningkatkan
kesejahteraan hidup petani di desa dan
meningkatkan gengsi untuk bekerja di bidang
pertanian.
Kebijakan-kebijakan pemerintah juga
berperan dalam perkembangan dan penerapan
mekanisasi pertanian, dengan adanya kebijakan-
kebijakan yang berdasarkan kondisi nyata di lapang
tentu perkembangan dan penerapan mekanisasi
pertanian bisa jauh lebih berkembang, baik di skala
kecil maupun industri. Dan juga harus diingat jika
petani itu dianggap sebagai produsen seharusnya
TRAKSI SPESIFIK

14
TTTT
pemerintah berfungsi sebagai regulator yang mengatur
regulasi proses dan produk pertanian.
7. Lalu bagaimana seharusnya peran mahasiswa
Teknik Pertanian untuk membantu peningkatan nilai
tambah petani melalui mekanisasi pertanian? Bisa dalam bentuk pengkajian dan mengkritisi
kebijakan-kebijakan di bidang pertanian khususnya di
bidang mekanisasi pertanian, karena terkadang kebijakan
pertanian terkadang hanya di bidang industri bukan di
skala pedesaan.
Peningkatan nilai tambah bagi petani ini juga
terkait dengan pengembangan alat dan mesin pertanian dan
mahasiswa Teknik Pertanian bisa meningkatkan nilai
tambah bagi petani dengan menciptakan alat dan mesin
pertanian yang mampu meningkatkan produktivitas petani,
meskipun dulu kalangan sosial ekonomi pertanian
berpendapat bahwa penggunaan alat dan mesin pertanian
menyebabkan pengangguran namun ternyata kini tidak
terbukti bahkan tanpa alat dan mesin pertanian banyak
pengangguran yang tidak mau bertani.
8. Apa harapan bapak untuk perkembangan
mekanisasi pertanian indonesia selanjutnya? Saya optimis, karena tanpa adanya trend
perkembangan mekanisasi pertanian yang sebelumnya
sudah saya sebutkan maka pertanian itu akan berhenti.
Tanpa adanya sentuhan teknologi saya yakin pertanian
akan ditinggalkan. Dan perkembangan mekanisasi
pertanian, mulai dari pengolahan lahan, pra panen, panen,
pasca panen hingga perkembangan robotik di bidang
pertanian ini sangat diperlukan. Satu hal lagi,
perkembangan ekonomi juga mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh perkembangan pertanian. (/Siregar,Ana)
TRAKSI SPESIFIK
PROFIL
NAMA :
Dr. Ir. Bambang Susilo, M.Sc.Agr.
TEMPAT TANGGAL LAHIR :
Tegal, 19 Juli 1962
PROFESI :
Dosen Jurusan Keteknikan Pertanian
Universitas Brawijaya
RIWAYAT PENDIDIKAN :
S1 Institut Pertanian Bogor
S2 Universitas George August
Goettingen, Jerman
S3 Universitas Brawijaya
ORGANISASI :
Anggota Perhimpunan Teknik Pertanian
“Tanpa adanya sentuhan teknologi saya
yakin pertanian akan ditinggalkan”

15
TTTT
LINGKUNGAN
Kajian Lingkungan
Hidup Strategis Menteri Lingkungan Hidup Gusti
Muhammad Hatta mengatakan bahwa pemerintah
daerah harus melakukan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) sebelum memberikan izin
pengelolaan lahan maupun hutan.
"Daerah harus melakukan KLHS untuk
pemberian izin seperti yang ditentukan dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,"
katanya saat membuka rapat kerja teknis Menuju
Indonesia Hijau untuk menurunkan emisi karbon di
Jakarta, Selasa (15/6/2010).
Pembuatan KLHS ditujukan untuk
memastikan penerapan prinsip pembangunan
berkelanjutan dalam pembangunan suatu wilayah,
serta penyusunan kebijakan dan program
pemerintah.
Menurut undang-undang tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
KLHS harus dilakukan dalam penyusunan dan
evaluasi rencana tata ruang wilayah, rencana
pembangunan jangka menengah dan panjang,
kebijakan dan program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan atau risiko lingkungan
hidup.
Mekanisme pelaksanaan KLHS,
menurut undang-undang meliputi pengkajian
pengaruh kebijakan, rencana, dan program
terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu
wilayah, perumusan alternatif penyempurnaan
kebijakan dan program serta rekomendasi
perbaikan untuk pengambilan keputusan
kebijakan dan program yang mengintegrasikan
prinsip pembangunan berkelanjutan.
KHLS sendiri menurut ketentuan harus
memuat kajian mengenai kapasitas daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan; perkiraan mengenai dampak dan
risiko lingkungan hidup.
Kemudian, kinerja layanan/jasa
ekosistem; efisiensi pemanfaatan sumber daya
alam; tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim; serta tingkat
ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Lebih lanjut Menteri Lingkungan
Hidup menjelaskan pewajiban pelaksanaan
KLHS dimaksudkan untuk memastikan sumber
daya alam terkelola dengan baik dan tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan.
"Karena penggunaan sumber daya alam
melebihi daya dukung akan menimbulkan
kerugian sangat besar dan pemulihannya
membutuhkan lebih banyak uang," demikian
Gusti Muhammad Hatta. (/Kompas)
“…penggunaan sumber daya
alam melebihi daya dukung
akan menimbulkan kerugian
sangat besar dan
pemulihannya membutuhkan
lebih banyak uang.”

16
TTTT
LINGKUNGAN
Inovasi Lingkungan Hidup
Berbasis Pertanian Kehutanan
Merebaknya isu lingkungan hidup di
Indonesia tidak lepas dari kaitannya terhadap
perusakan hutan. Hutan sebagai suatu ekosistem tidak
hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu,
tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat
diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui
budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan.
Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam
berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil
oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan
peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah
timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia
air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu
kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan
hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.
Selain itu dengan adanya hutan ini adalah
penghasil oksigen Karena di hutan terjadi proses
fotosintesis yang mampu menghasilkan gas oksigen
yang berguna bagi kehidupan makhluk hidup. Isu
yang kini sedang booming dibelahan dunia adalah
pemanasan global atau sering disebut sebagai global
warming. Suatu keadaan dimana suhu bumi
mengalami kenaikan yang disebabkan oleh gas hasil
pembakaran kendaraan bermotor dan penggundulan
jutaan hektar lahan hutan ataupun alih fungsi hutan
yang tidak wajar sehingga menyebabkan menipisnya
atmosfer bumi. Global warming telah menjadi
ancaman bagi makhluk bumi, dikarenakan selain
menipisnya atmosfer bumi yang menyebabkan suhu
bumi yang semakin tinggi juga keseimbangan tata
lingkungan dibumi mengalami gangguan seperti
banyaknya berbagai bencana akhir-akhir ini.
Salah satu upaya yang coba dilakukan adalah
dengan melakukan penataan lingkungan yang
komprehensip dan terpadu. Mengembalikan fungsi
hutan seperti semula dan merehabilitasinya dengan
baik. Program konservasi dan rehabilitasi hutan yang
baik harus segera dipercepat dengan melalui cara-cara
yang terpadu yang juga melibatkan sumberdaya
manusia yang ada di wilayah hutan tersebut.
Masyarakat harus diajak dan diberikan pendidikan
terkait dengan program tersebut. Salah satu program
yang coba diterapkan adalah kegiatan budidaya
pertanian diwilayah hutan. Melihat kondisi hutan
terutama dipulau jawa yang sudah sangat sedikit
memberikan peluang yang begitu besar untuk
kegiatan ini. Kegiatan budidaya tersebut
diperkirakan akan dapat membawa keuntungan baik
dari segi ekonomis maupun ekologis, dimana
kesuburan tanah akan tetap dapat dipertahankan
tanpa mengubah hutan yang sudah memiliki fungsi
pokoknya.
Program konservasi hutan adalah salah satu
program yang sudah lama dicanangkan oleh
pemerintah. Program ini dicanangkan karena
melihat banyaknya hutan yang rusak akibat
berbagai ulah masyarakat yang tidak mengerti akan
tata lingkungan dan peran hutan itu sendiri. Banyak
hutan digunduli dengan alasan pembukaan lahan
baru dengan cara melakukan pembakaran hutan
sehingga dimana-mana terjadi kabut asap sehingga
mengganggu aktivitas transportasi karena jarak
pandang yang relaitif pendek, selain itu asap yang
dihasilkan sangat mengganggu kesehatan.
Perusakan hutan yang semakin parah ini secara
langsung akan merusak keseimbangan alam
sehingga dimana-mana banyak terjadi banjir yang
cukup meresahkan masyarakat. Untuk itu
diperlukan adanya terobosan penanganan masalah
tersebut dengan cara-cara yang arif dan tidak
merugikan berbagai pihak yang memiliki
kepentingan dengan pengelolaan kawasan hutan
baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
Konservasi hutan yang biasa dilakukan
adalah dengan budidaya tanaman hutan, namun hal
ini belum bisa memberikan hasil memuaskan
karena untuk pembudidayaan tanaman hutan
dibutuhkan waktu yang lama. Adapun inovasi yang
bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah
dengan penanaman tanaman pertanian yang bisa
hidup di ekosistem hutan yang produktif, sehingga
bisa juga meningkatkan nilai tambah bagi
masyarakat desa hutan. Salah satu tanaman yang
bisa dijadikan alternatif untuk konservasi adalah
Porang.Porang (Amorphophallus Oncophyllus
Prain) termasuk famili Araceae, merupakan jenis
tanaman umbi yang mempunyai potensi dan
prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Selain
mudah didapatkan juga mampu menghasilkan
karbohidrat yang cukup tinggi berupa glukomanan.
Glukomanan dapat digunakan selain untuk
makanan, juga untuk berbagai macam industri,
laboratorium kimia, dan obat-obatan.

TTTT
Konservasi yang dilakukan b
dalam bentuk kemitraan antara masyarakat desa hutan
dan pihak pengelola hutan, seperti Perhutani. Pola
kerjasama yang dibangun adalah dengan memberikan
akses yang mudah bagi masyarakat yaitu dengan
mengajak mereka untuk melakukan penanaman po
pada lahan-lahan didalam hutan.
Masyarakat sebagai mitra kerja Perhutani
dijadikan sebagai pengelola pertama program ini.
Masyarakat diberi kesempatan sebesar
pengelolaan hutan dengan melakukan penanaman
tanaman tersebut. Masing-masing luasan hutan dibagi
secara rata untuk dikelola oleh masyarakat dengan
proporsi pembagian yang adil. Masyarakat pengelola
tidak dikenakan pajak atas pemakaian lahan hutan
karena program ini dirancang dengan sistem bagi hasil
yang baik dan sudah dirumuskan dan disosialisasikan
sebelumnya kepada masyarakat.
Sedangkan pola kerjasama yang dibentuk bisa
digambarkan dalam diagram dibawah :
Diagram Kerjasama Konservasi
Budidaya Porang
Masyarakat desa hutan adalah masyarakat yang
bertempat tinggal di sekitar hutan, mereka pada
umumnya bertani dan beternak. Masyarakat inilah yang
akan menjadi pelaku utama konservasi. Dengan luasnya
kawasan hutan harusnya dibentuk kelompok
tani yang tergabung menjadi gabungan kelompok tani.
LMDH atau lembaga masyarakat desa hutan ini adalah
suatu lembaga yang dibentuk oleh gapoktan yang
nantinya kemudian akan menjembatani kemitraan
tersebut dengan pihak Perhutani.
LINGKUNGAN
Konservasi yang dilakukan bisa dijadikan
dalam bentuk kemitraan antara masyarakat desa hutan
dan pihak pengelola hutan, seperti Perhutani. Pola
kerjasama yang dibangun adalah dengan memberikan
akses yang mudah bagi masyarakat yaitu dengan
mengajak mereka untuk melakukan penanaman porang
Masyarakat sebagai mitra kerja Perhutani
dijadikan sebagai pengelola pertama program ini.
Masyarakat diberi kesempatan sebesar-besarnya dalam
pengelolaan hutan dengan melakukan penanaman
g luasan hutan dibagi
secara rata untuk dikelola oleh masyarakat dengan
proporsi pembagian yang adil. Masyarakat pengelola
tidak dikenakan pajak atas pemakaian lahan hutan
karena program ini dirancang dengan sistem bagi hasil
dan disosialisasikan
Sedangkan pola kerjasama yang dibentuk bisa
digambarkan dalam diagram dibawah :
Selain sebagai penghubung dengan
Perhutani, lembaga ini diharuskan juga memiliki
sentra pengolahan porang karena melihat potensi
harga jual yang cukup tinggi dalam produk jadi
(chip porang dan tepung porang) maka diperlukan
adanya Pabrik pengolahan. LMDH juga didesain
agar dapat menampung sementara hasil panen
porang untuk kemudian diolah di pabrik.
Adapun mekanisme kemitraan tersebut
adalah pihak lembaga masyarakat desa hutan
bekerjasama dengan Perhutani karena pihak
Perhutani yang memiliki lahan. Lahan tanam
disiapkan dan luasanya dibagi secara adil untuk
kemudian diserahkan pengelolaanya kepada
LMDH. Disamping itu pihak Perhutani juga
diharuskan memberikan pembinaan dan
penyuluhan terkait dengan program tersebut
kepada petani yang tergabung di LMDH. Petani
yang tergabung dalam program ini diharuskan
membayar pajak kepada Perhutani, karena lahan
tanam yang dikelola adalah milik Perhutani.
Besaran pajak tersebut ditetapkan dalam nota
kesepakatan/ MOU antar keduanya. Untuk
menghindari hal-hal yang kurang memuaskan dari
kemitraan tersebut kedua lembaga diharuskan
membentuk lembaga pemantau independen yang
anggotanya terdiri dari perwakilan kedua belah
pihak.(/Taufiq)
Diagram Kerjasama Konservasi Hutan Dengan
Masyarakat desa hutan adalah masyarakat yang
pat tinggal di sekitar hutan, mereka pada
umumnya bertani dan beternak. Masyarakat inilah yang
akan menjadi pelaku utama konservasi. Dengan luasnya
kawasan hutan harusnya dibentuk kelompok-kelompok
tani yang tergabung menjadi gabungan kelompok tani.
tau lembaga masyarakat desa hutan ini adalah
suatu lembaga yang dibentuk oleh gapoktan yang
nantinya kemudian akan menjembatani kemitraan
17
Selain sebagai penghubung dengan
Perhutani, lembaga ini diharuskan juga memiliki
sentra pengolahan porang karena melihat potensi
harga jual yang cukup tinggi dalam produk jadi
n tepung porang) maka diperlukan
adanya Pabrik pengolahan. LMDH juga didesain
agar dapat menampung sementara hasil panen
porang untuk kemudian diolah di pabrik.
Adapun mekanisme kemitraan tersebut
adalah pihak lembaga masyarakat desa hutan
ngan Perhutani karena pihak
Perhutani yang memiliki lahan. Lahan tanam
disiapkan dan luasanya dibagi secara adil untuk
kemudian diserahkan pengelolaanya kepada
LMDH. Disamping itu pihak Perhutani juga
diharuskan memberikan pembinaan dan
dengan program tersebut
kepada petani yang tergabung di LMDH. Petani
yang tergabung dalam program ini diharuskan
membayar pajak kepada Perhutani, karena lahan
tanam yang dikelola adalah milik Perhutani.
Besaran pajak tersebut ditetapkan dalam nota
tan/ MOU antar keduanya. Untuk
hal yang kurang memuaskan dari
kemitraan tersebut kedua lembaga diharuskan
membentuk lembaga pemantau independen yang
anggotanya terdiri dari perwakilan kedua belah

18
TTTT
ADVOTANI
Oleh : Pendy Putra
Ketua Bidang Advokasi IMATETANI 09/10
Indonesia sebagai republik dengan kekayaan
alam dan sumber daya alam yang melimpah seringkali
harus dihadapkan pada masalah-masalah yang tidak
penting untuk dipermasalahkan. Mulai dari masalah
umum hingga masalah yang spesifik, seperti masalah
di bidang pertanian. Tanaman pangan yang dulu tanpa
adanya halangan apapun dapat ditanam dan diproduksi
dengan mudah dan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia. Kini untuk memproduksi
tanaman pangan menjadi sulit dan bahkan menjadi
permasalahan besar bagi para petani tanaman pangan.
Dan hal seperti ini nanti akan mempengaruhi jumlah
produksi dan harga tanaman pangan serta menyangkut
kelanjutan hidup petani tanaman pangan di Indonesia.
Sebagai Negara agraris, Indonesia seharusnya
memperhatikan dan mendukung perkembangan sektor
pertanian untuk lebih maju. Karena selain sebagai
identitas negara, pertanian juga dijadikan sebagai
tulang punggung perekonomian negara. Namun hal
tersebut nampaknya sulit terwujud karena terkadang
peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah malah
menekan kaum petani bawah sebagai pelaku pertanian.
Dalam usaha peningkatan dan pengembangan ekonomi
kerakyatan berbasis pertanian, peraturan pemerintah
seharusnya tidak memberatkan petani kelas bawah.
Pada kesehariannya pun petani masih
diberatkan dengan keadaan–keadaan lain, seperti
sumberdaya yang tidak mencukupi untuk melakukan
aktivitasnya bertanam, tingginya harga eceran pupuk
bersubsidi dan juga tingginya harga benih tanam.
Perizinan Tanam Bukan Bentuk
Kepedulian Terhadap Petani!
Ditambah lagi permasalahan pasca panen, petani
dihadapkan dengan permasalahan rendahnya
harga jual produk pertanian. Kini masalah
tersebut akan ditambah lagi dengan adanya
peraturan yang mengatur perizinan komoditas
pangan ke pada pemerintah setempat. Dengan
kompleksnya masalah yang dihadapi petani
bagaimana mungkin petani di Indonesia akan
dapat berkembang?
Dalam kebijakan baru yang dibuat ini
para petani diwajibkan untuk mendaftarkan
komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung,
kedelai, ubi jalar, ubi kayu, kacang hijau, dan
sorgum dan menunggu turunnya perizinan
tanam dari pemerintah kabupaten atau kota. Hal
ini dirasakan sangat memberatkan petani,
kenapa untuk menanam sesuatu yang nantinya
akan dimakan harus meminta izin dari yang
akan memakan tanaman tersebut? Kenapa untuk
mengembangkan ekonomi kerakyatan harus
membuat berat para pelaku ekonominya? Ironis
atau dilematis?
Permentan tentang Pedoman Perizinan
Usaha Budidaya Tanaman Pangan ini selain
mengatur perizinan investasi di sektor tanaman
pangan oleh perusahaan besar ataupun korporasi
multinasional, juga mengatur perizinan usaha
tanaman pangan untuk petani skala kecil-
menengah. Usaha tani dengan skala usaha
kurang dari 25 hektar dan/atau menggunakan
tenaga kerja tetap kurang dari 10 orang harus
didaftar oleh bupati/wali kota.

19
TTTT
Permentan ini merupakan tindak lanjut dari
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2010
tentang Usaha Budidaya Tanaman. Adapun PP ini
merupakan amanat Tahun 2009, Kementerian
Pertanian dan DPR sepakat memasukkan aturan baru
yang mengizinkan swasta ikut mengembangkan
tanaman pangan. Kebijakan investasi swasta di sektor
tanaman pangan muncul secara sembunyi-sembunyi
pada akhir pengesahan UU No 41/2009, tanpa melalui
uji publik.
Kebijakan perizinan ini tidak sesuai apabila
diterapkan diindonesia, karena kebanyakan dari
petani Indonesia adalah petani gurem bukan petani
kakap. Apabila kebijakan tersebut diterapkan justru
tidak membantu meningkatkan kesejahteraan petani
melainkan membatasi petani untuk dapat menanam
tanaman pangan. Bukan tidak mungkin apabila
peraturan tersebut benar-benar diterapkan maka para
petani akan berpindah haluan, dan hal itu tentunya
nanti juga akan berpengaruh terhadap kebutuhan
pangan nasional.
Menanggapi keputusan tersebut maka kita
sebagai insan akademik seharusnya merasa keberatan
dan menolak hal ini karena dengan adanya peraturan
tersebut maka petani akan menjadi sasaran dari
kurangnya sistem pendataan lahan dan usaha tani oleh
pemerintah dan petani akan dijadikan kambing hitam
pada kondisi tersebut. Seharusnya dilakukan studi
kelayakan publik dan peninjauan lapang kembali
terlebih dahulu sebelum keputusan tersebut
dikeluarkan.
…kenapa untuk
menanam sesuatu
yang nantinya akan
dimakan harus
meminta izin dari
yang akan memakan
tanaman tersebut?...
Dari keadaan peraturan tersebut terlihat
pemerintah menganggap petani berstatus sebagai
pengusaha, disinilah letak kesalahannya.
Seharusnya pemerintah menganggap petani
sebagai abdi negara yang memenuhi kebutuhan
pangan rakyat Indonesia, yang bekerja untuk
mendukung perekonomian Indonesia, sebagai
pekerja yang seharusnya mendapatkan perhatian
lebih dan bukan sebagai obyek yang dikenai
berbagai macam peraturan yang memberatkan.
ADVOTANI
Looking place for advertising?
How
about
HERE?
Lets your image talks!

TTTT
Your
Event
Will Be
HERE…
Your
Event
Will Be
HERE
…
Your
Event
Will Be
HERE20
Your
Event
Will Be
HERE…
Your
Event
Will Be
HERE…

21 TTTT
PROSESING
Trend Pengemasan Modern Seharusnya
Tidak Menggeser Kemasan Tradisional Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai
sejak manusia mengenal sistem penyimpanan bahan
makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara
tradisional diawali dengan memasukkan bahan
makanan ke dalam suatu wadah yang ditemuinya.
Dalam perkembangannya di bidang
pascapanen, sudah banyak inovasi dalam bentuk
maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan
kemasan baru dan berbagai inovasi selalu
dikedepankan oleh para produsen produk-produk
pertanian, dan hal ini secara pasti menggeser metode
pengemasan tradisional yang sudah ada sejak lama di
Indonesia.
Ragam kemasan makanan tradisional yang
sering dijumpai seperti kemasan dengan menggunakan
daun pisang, kelobot jagung (pelepah daun jagung),
daun kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati.
Cara pengemasannyapun dilakukan dengan berbagai
macam cara seperti dapat dilihat dalam Tabel berikut
Program ini sayang belum menyentuh ke
pengemasan produk pertanian, hanya di bidang
makanan tradisional saja. Namun perlu dikaji
kembali bahwasanya dengan dipelajari dan
didukung lebih lanjut seharusnya dalam
pengemasan makanan tradisional masih pro-kontra
dengan pencitraan tradisional itu sendiri yang
terasa kurang khas tanpa kemasan tradisional
apalagi bahan kemasan berasal dari bahan
pertanian juga. Jika dalam hal ini bisa ditemukan
solusi yang dapat menggabungkan kemasan
tradisional dan modern tentu bisa meningkatkan
nilai tambah petani di Indonesia.
Dengan adanya penggabungan kemasan
tradisional dan modern tentu konsep yang
dihasilkan adalah kemasan yang menarik, mampu
melindungi produk yang dikemas serta tidak
melupakan ciri khas dari produk tersebut yang tetap
berkesan tradisional.
The product is the package, yang berarti
sebuah produk bisa dinilai dari kemasannya adalah
budaya dasar pemasaran produk di Inggris sejak
abad 19 yang nyata kini sangat dirasakan. Kini
kemasan menjadi penentu utama penarik minat
pembeli dalam mengonsumsi sebuah produk.
Keberhasilan daya tarik kemasan ditentukan oleh
estetika yang menjadi bahan pertimbangan sejak
awal perencanaan bentuk kemasan karena pada
dasarnya nilai estetika harus terkandung dalam
keserasian antara bentuk dan penataan desain grafis
tanpa melupakan kesan jenis, ciri, dan sifat
barang/produk yang diproduksi.
Tidak kalah pentingnya dalam kemasan
bahan makanan tradisional adalah harus
tersedianya label. Mengapa pangan dalam kemasan
harus berlabel? Karena label menjadi media
informasi sebagai bahan pertimbangan untuk
membeli/mengonsumsi pangan tersebut. Minimal
pada makanan tradisional harus ada informasi
mengenai komposisi dan masa kadaluwarsa, agar
dapat digunakan sebagai pedoman dalam membeli
suatu produk.(/Siregar)
Pengemasan, disamping bertujuan untuk
melindungi makanan tradisional dari kerusakan, juga
merupakan daya pikat-bagi orang agar tergiur
menikmatinya. Dalam bahasa prdagangan
pengemasan merupakan iklan tersendiri agar menarik
dan orang tertarik untuk membelinya.
Pada pertengahan tahun 2007 Program
Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi
(P4MI) melalui kegiatannya dilakukan upaya
perbaikan pengemasan makanan siap saji guna
meningkatkan daya pikat dan memenuhi persyaratan.
Upaya perbaikan kemasan dilakukan melalui
pendekatan studi orientasi, evaluasi teknologi dan
pengembangan pengemasan. Jalur ini diharapkan
mampu mendongkrak keberhasilan perdagangan
makanan tradisional di daerah sentra produksi.

TTTT
Pengontrolan Suhu Pada
Pengomposan Untuk Produksi
Kompos Yang Lebih BermutuTrend pertanian organik di Indonesia
semakin merebak luas, bahkan hingga ke bidang
pengolahan tanah. Dalam usaha meningkatkan unsur
hara pada tanah atau mengembalikannya ke kondisi
semulai digunakan bahan-bahan organik sehingga
unsur hara pada tanah dapat terjaga dan tanah bisa
memenuhi fungsinya sebagai media tanam yang
optimal bagi tanaman yang akan ditanam.
Pupuk kompos sebagai salah satu cara
mengembalikan keadaan tanah menjadi
tersendiri oleh masyarakat luas, karena bahan untuk
pupuk kompos rata-rata didapat dari sampah
pertanian ataupun sampah rumah tangga dimana
berarti bahan pembuat pupuk kompos tersebar luas
dan jarang dimanfaatkan. Hal ini tentu dapat menjadi
nilai tambah tersendiri bagi petani ataupun
masyarakat luas untuk bisa memproduksi pupuk
kompos dalam skala rumah tangga tanpa
ketergantungan terhadap pupuk bersubsidi.
Secara umum kompos merupakan bahan
organik seperti daun-daun, jerami, alang
rumput-rumputan, daun-daunan, maupu kotoran
hewan yang telah mengalami proses dekomposisi
oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat,
dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat
Kompos mengandung hara-hara mineral yang
esensial bagi tanaman. Sisa tanaman
kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil yang
berupa bakteri jamur, ganggang, hewan satu sel,
maupun banyak sel merupakan sumber bahan
organik yang sangat potensial bagi tanah.
Terdapat 3 jenis pengomposan yaitu : sitem
windrow, aerated static pile dan in vessel.
Pengomposan dengan kondisi terkontrol tetap harus
dilakukan pengawasan beberapa faktor yaitu
temperatur, kelembaban, aroma, dan pH.
INOVASI
ngontrolan Suhu Pada
Pengomposan Untuk Produksi
Kompos Yang Lebih BermutuTrend pertanian organik di Indonesia
semakin merebak luas, bahkan hingga ke bidang
pengolahan tanah. Dalam usaha meningkatkan unsur
hara pada tanah atau mengembalikannya ke kondisi
bahan organik sehingga
unsur hara pada tanah dapat terjaga dan tanah bisa
memenuhi fungsinya sebagai media tanam yang
optimal bagi tanaman yang akan ditanam.
Pupuk kompos sebagai salah satu cara
mengembalikan keadaan tanah menjadi perhatian
tersendiri oleh masyarakat luas, karena bahan untuk
rata didapat dari sampah
pertanian ataupun sampah rumah tangga dimana
berarti bahan pembuat pupuk kompos tersebar luas
dan jarang dimanfaatkan. Hal ini tentu dapat menjadi
i tambah tersendiri bagi petani ataupun
masyarakat luas untuk bisa memproduksi pupuk
kompos dalam skala rumah tangga tanpa
ketergantungan terhadap pupuk bersubsidi.
Secara umum kompos merupakan bahan
daun, jerami, alang-alang,
daunan, maupu kotoran
hewan yang telah mengalami proses dekomposisi
oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat,
dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah.
hara mineral yang
esensial bagi tanaman. Sisa tanaman, hewan, atau
kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil yang
berupa bakteri jamur, ganggang, hewan satu sel,
maupun banyak sel merupakan sumber bahan
organik yang sangat potensial bagi tanah.
Terdapat 3 jenis pengomposan yaitu : sitem
static pile dan in vessel.
Pengomposan dengan kondisi terkontrol tetap harus
dilakukan pengawasan beberapa faktor yaitu
temperatur, kelembaban, aroma, dan pH.
Seringkali masalah utama dalam
pengomposan adalah suhu yang tidak terkendali
yang menyebabkan waktu pengomposan tidak
dapat dipastikan. Dengan suhu yang dapat
dikontrol maka secara keseluruhan proses
pengomposan bisa diatur sedemikian rupa dan
dapat diproduksi dengan mudah.
Adapun untuk mengontrol suhu pada
proses pengomposan bisa menggunakan
instrumen sederhana seperti mikrokontroler
ATmega8 dengan sensor suhu LM35. Instrumen
ini bisa diterapkan pada pengomposan yang
berskala modern dimana bahan pembuat kompos
tidak hanya sekedar ditumpuk saja. Dengan suhu
yang terkontrol pada proses pengomposan
nantinya akan dihasilkan produk kompos yang
memiliki kadar air dan pH yang bisa disesuaikan
dengan kebutuhan dan kompos jauh lebih
bermutu serta memiliki kualitas yang
terkontrol.(/Joko,Siregar)
22
Pengomposan Untuk Produksi
Kompos Yang Lebih Bermutu
Seringkali masalah utama dalam
pengomposan adalah suhu yang tidak terkendali
waktu pengomposan tidak
dapat dipastikan. Dengan suhu yang dapat
dikontrol maka secara keseluruhan proses
pengomposan bisa diatur sedemikian rupa dan
dapat diproduksi dengan mudah.
Adapun untuk mengontrol suhu pada
proses pengomposan bisa menggunakan
rumen sederhana seperti mikrokontroler
ATmega8 dengan sensor suhu LM35. Instrumen
ini bisa diterapkan pada pengomposan yang
berskala modern dimana bahan pembuat kompos
hanya sekedar ditumpuk saja. Dengan suhu
yang terkontrol pada proses pengomposan
antinya akan dihasilkan produk kompos yang
memiliki kadar air dan pH yang bisa disesuaikan
dengan kebutuhan dan kompos jauh lebih
bermutu serta memiliki kualitas yang

23
TTTT
LOW TECH
Kokodiesel Dari
Knalpot Daerah
Pesisir Inovasinya bertolak dari keprihatinan karena
nelayan di daerah terpencil sering kesulitan bahan
bakar untuk motor diesel perahu mereka. Padahal, di
wilayah pesisir, banyak terdapat buah kelapa yang
bisa digunakan sebagai substitusi bahan bakar nabati.
Jadilah sebuah inovasi pengubah minyak kelapa
menjadi setara solar. Ketua Departemen Teknik
Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Desrial
mengembangkan inovasi tersebut dengan
memanfaatkan suhu knalpot untuk mengubah
kekentalan minyak kelapa agar sama dengan solar.
”Minyak kelapa memiliki kekentalan 50
sampai 60 centi-Stokes (cSt), sedangkan solar 5 cSt.
Pada suhu berkisar 80 sampai 90 derajat celsius
derajat kekentalan minyak kelapa sama dengan solar,”
kata Desrial, Rabu (19/5/2010) di Bogor.
Gas buang pada knalpot menyebabkan suhu
melimpah sampai 350 hingga 360 derajat celsius.
Desrial memanfaatkan koil pendingin untuk
menurunkan temperatur suhu knalpot.
”Tinggal diatur penempatan koil pada batang
knalpot hingga memperoleh keluaran suhu berkisar 80
sampai 90 derajat celsius, kemudian untuk
memanaskan minyak kelapa,” kata Desrial. Minyak
kelapa dengan suhu 80 sampai 90 derajat celsius pun
siap dikabutkan ke ruang pembakaran mesin diesel.
Layaknya solar, minyak kelapa itu menjadi mudah
terbakar dan menghasilkan energi gerak mesin.
Inovasi Desrial menggapai prinsip teknologi
tidak harus mahal. Desrial menghitung, biaya yang
dibutuhkan hanya sekitar Rp 100.000 untuk membeli
koil pendingin dan memodifikasi knalpot mesin diesel
menjadi konverter minyak kelapa. Harga minyak
kelapa sendiri tentu memiliki standar berbeda-beda.
Ini tergantung kemudahan memperoleh bahan baku
kelapa. Masyarakat pesisir yang memiliki kelapa
melimpah jika memproduksi minyak kelapa tentu
akan jauh lebih murah dibandingkan di tempat
lainnya. Kebutuhan untuk membuat minyak kelapa
satu liter sekitar 20 butir kelapa.
Teknologi paling murah dengan cara
mengolah daging buah kelapa segar. Daging kelapa
diparut dan diperas menjadi santan. Kandungan
santan berupa minyak (lemak) dan air kemudian
dipisahkan. Pemisahannya dengan cara
pengendapan atau pemanasan. Pada lapisan atas
dengan kandungan minyak, sedangkan lapisan
tengah berupa protein. Pada lapisan paling bawah
berupa air yang harus dibuang. Pemisahan dengan
pemanasan untuk menghilangkan kandungan air
yang lebih cepat mendidih dan menguap.
Cara lain memperoleh minyak kelapa
dengan mengeringkan daging kelapa terlebih
dahulu. Ini disebut kopra. Kopra memiliki
kandungan minyak 34,7 persen. Kopra lalu dipotong
kecil-kecil. Kemudian dengan pengepresan
potongan kopra tersebut akan dihasilkan minyak
kelapa. Minyak kelapa yang terkumpul kemudian
diendapkan dan disaring. Hasil penyaringan
kemudian diberi senyawa alkali kalium hidroksida
(KOH) atau natrium hidroksida (NaOH) untuk
menghilangkan asam lemak bebas. Untuk
menjernihkannya digunakan penyerap warna berupa
arang (karbon) aktif. ”Teknologi yang saya
kembangkan untuk pemanfaatan minyak kelapa
secara langsung yang mudah diaplikasikan petani
atau nelayan” ujar Desrial.
Minyak kelapa pun dapat diubah 100
persen menjadi biodiesel atau kokodiesel.
Pemanfaatannya tidak perlu menggunakan
konverter, tetapi biaya produksinya relatif mahal.
Kokodiesel harganya sekitar Rp 10.000 per liter,
sedangkan minyak kelapa bisa jauh di bawah harga
tersebut.
Lebih jauh dari sekadar inovasi substitusi
solar bagi nelayan adalah gagasan konservasi
pesisir. Bagi Desrial, pohon kelapa merupakan
bagian ekosistem penting pesisir. Pohon kelapa di
darat memiliki fungsi penahan gelombang tsunami.
Zonasi yang harus dipertahankan berikutnya menuju
laut berupa mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang. Pohon kelapa bisa tumbuh hampir di setiap
pulau di Indonesia berguna untuk alternatif bahan
bakar pada masa mendatang. Bahan bakar solar
tidak terbarukan, kerap pula mengalami kendala
distribusi ke wilayah-wilayah terpencil. Nelayan
sebagai pelanggan setia solar mesti bersiap diri
menghadapi kelangkaan solar.(/Kompas)

24
TTTT
OPINI
Kebutuhan dan Kesesuaian Ilmu
Pengelolaan Sumberdaya Air Dalam
Pendidikan Teknik Pertanian Oleh : Oktari Ega Santika
*
Perkembangan pengelolaan sumberdaya
air dalam dunia pendidikan teknik pertanian sangat
tidak dapat dipisahkan, karena teknik pertanian
pada awal mulanya hanya didasari penggunaan
mesin-mesin berat pengolah lahan dan sistem
pengairan.
Sebagai bukti pentingnya pengelolaan
sumberdaya air dalam bidang pertanian hampir di
setiap universitas yang menyelenggarakan
pendidikan teknik pertanian memiliki minat studi
Teknik Tanah dan Air. Jika dilihat lebih lanjut,
maka perkembangan pengelolaan sumberdaya air
di bidang pertanian sangat pesat dan banyak
penerapan ilmu teknik lanjutan (advanced
engineering) yang dilakukan oleh para peminat
pengelolaan sumberdaya air. Dan kini boleh
dibilang mata kuliah yang berkaitan dengan
pengelolaan sumberdaya air tidak jauh berbeda
dengan mata kuliah di teknik pengairan.
Penerapan ilmu teknik pada pengelolaan
sumberdaya air yang saat ini digandrungi bahkan
mencapai pada titik digunakannya perangkat lunak
dan berbagai instrumentasi tingkat lanjut. Seperti
dalam Simulasi Model Daerah Aliran Sungai
(SIMODAS) digunakan berbagai macam
permodelan dengan bantuan perangkat lunak guna
memudahkan permodelan dan menyempurnakan
tampilan, penggunaan penginderaan jauh, GPS dan
berbagai macam lainnya untuk memenuhi kondisi
saat ini yang menuntut kemudahan dalam
operasional.
Namun harus dikaji lebih lanjut sejauh apa
peran advanced engineering dalam pengelolaan
sumberdaya air yang memiliki dampak bagi
pertanian. Karena jika dikaji lebih lanjut lagi maka
segala kecanggihan teknologi yang digunakan
dalam pengelolaan sumberdaya air lebih ke arah
pertanian dalam skala besar. Dan hal ini sangat
tidak relevan ketika kita membicarakan petani di
Indonesia yang lahannya tidak luas dan tidak
begitu memerlukan berbagai macam kecanggihan
hanya untuk mendapatkan informasi sumberdaya
air dan lahan yang mereka miliki, dimana boleh
dibilang operational cost dalam penggunaan
advanced engineering ini jauh melebihi
operational cost mereka untuk mengolah lahan.
Oleh karena itu perlu dikaji lebih dalam
lagi sejauh apa pentingnya kebutuhan dan
kesesuaian ilmu pengelolaan sumberdaya air
dalam dunia pendidikan teknik pertanian
Indonesia. Karena jika penggunaan advanced
engineering dalam ilmu pengembangan
sumberdaya air ini hanya sebatas kompetensi dan
hanya untuk mengikuti trend maka tidaklah
relevan dengan kebutuhan petani di Indonesia
dimana secara umum petani lebih menginginkan
penggunaan teknologi tepat gunayang mudah
dimengerti dalam pengolahan lahan dengan biaya
lebih sedikit dan hasil yang didapat lebih
maksimum, mengingat proses bertani di Indonesia
masih berupa proses bertani tradisional.
* Ketua Bidang Penelitian & Pengembangan
Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia

TTTT
Biodiesel Nyamplung, Diantara Jenuhnya
Jarak Pagar dan Tuntutan Kebutuhan
Bioenergi Nyamplung (Calophyllum inophyllum
termasuk dalam marga Callophylum
sebaran cukup luas di dunia yaitu Ma
Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik,
Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia,
nyamplung tersebar mulai dari Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi
Nusa Tenggara Timur dan Papua. Kelebihan
nyamplung sebagai bahan baku biofuel adalah bijinya
mempunyai rendemen yang tinggi, bisa mencapai 74%,
dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan
kepentingan pangan.
Beberapa keunggulan nyamplung ditinjau
prospek pengembangan
dan pemanfaatan lain,
antara lain adalah tanaman
nyamplung tumbuh dan
tersebar merata secara
alami di Indonesia,
regenerasi mudah dan
berbuah sepanjang tahun
menunjukkan daya survival
yang tinggi terhadap
lingkungan. Tanaman
relatif mudah
dibudidayakan baik
tanaman sejenis
(monoculture) atau hutan
campuran (mixed-forest), cocok di daerah beriklim
kering, permudaan alami banyak, dan berbuah
sepanjang tahun. Hampir seluruh bagian tanaman
nyamplung berdayaguna dan menghasilkan bermacam
produk yang memiliki nilai ekonomi. Tegakan
nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin (wind
breaker) untuk tanaman pertanian dan konservasi
sempadan pantai dan pemanfaatan biofuel nyamplung
dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai
kayu bakar, produktivitas biji lebih tinggi
dibandingkan jenis lain (Jarak pagar 5 ton/ha; sawit 6
ton/ha; nyamplung 20 ton/ha).
Beberapa keunggulan biodiesel yang
ENERGI
Biodiesel Nyamplung, Diantara Jenuhnya
Jarak Pagar dan Tuntutan Kebutuhan
Calophyllum inophyllum L.)
yang mempunyai
sebaran cukup luas di dunia yaitu Madagaskar, Afrika
Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik,
Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia,
nyamplung tersebar mulai dari Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga
Nusa Tenggara Timur dan Papua. Kelebihan
nyamplung sebagai bahan baku biofuel adalah bijinya
mempunyai rendemen yang tinggi, bisa mencapai 74%,
dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan
mplung ditinjau dari
forest), cocok di daerah beriklim
kering, permudaan alami banyak, dan berbuah
sepanjang tahun. Hampir seluruh bagian tanaman
nyamplung berdayaguna dan menghasilkan bermacam
produk yang memiliki nilai ekonomi. Tegakan hutan
nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin (wind
breaker) untuk tanaman pertanian dan konservasi
sempadan pantai dan pemanfaatan biofuel nyamplung
dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai
kayu bakar, produktivitas biji lebih tinggi
an jenis lain (Jarak pagar 5 ton/ha; sawit 6
Beberapa keunggulan biodiesel yang didapat
dari nyamplung adalah rendemen minyak
nyamplung tergolong tinggi dibandingkan jenis
tanaman lain (jarak pagar 40-60%, sawit 46
dan nyamplung 40-73 %), sebagian parameter telah
memenuhi standar kualitas biodiesel Indonesia,
minyak biji nyamplung memiliki daya bakar dua
kali lebih lama dibandingkan minyak tanah.
Dalam test untuk mendidihkan air minyak
tanah yang dibutuhkan 0,9 ml, sedangkan minyak
biji nyamplung hanya 0,4 ml. Mempunyai
keunggulan kompetitif di masa depan antara lain
biodiesel nyamplung dapat digunakan sebagai
pencampur solar dengan komposisi tertentu bahkan
dapat digunakan 100 % apabila teknologi tepat. Kualitas emisi lebih
baik dari solar dan dapat
digunakan sebagai
biokerosen pengganti
minyak tanah.
Proses pengolahan
biodiesel dari nyamplung
hampir sama dengan
pengolahan minyak sawit,
kelapa dan jarak pagar.
Tetapi karena b
nyamplung mengandung
zat ekstraktif yang tinggi,
maka dibutuhkan pada proses pengukusan lebih lama dan
proses pemisahan getah (degumming) berlangsung
pada konsentrasi tinggi. (/Heru)
25
Biodiesel Nyamplung, Diantara Jenuhnya
Jarak Pagar dan Tuntutan Kebutuhan
dari nyamplung adalah rendemen minyak
nyamplung tergolong tinggi dibandingkan jenis
60%, sawit 46-54 %,
73 %), sebagian parameter telah
memenuhi standar kualitas biodiesel Indonesia,
ung memiliki daya bakar dua
kali lebih lama dibandingkan minyak tanah.
Dalam test untuk mendidihkan air minyak
tanah yang dibutuhkan 0,9 ml, sedangkan minyak
biji nyamplung hanya 0,4 ml. Mempunyai
keunggulan kompetitif di masa depan antara lain
nyamplung dapat digunakan sebagai
pencampur solar dengan komposisi tertentu bahkan
dapat digunakan 100 % apabila teknologi prosesnya tepat. Kualitas emisi lebih
baik dari solar dan dapat
digunakan sebagai
biokerosen pengganti
minyak tanah.
Proses pengolahan
biodiesel dari nyamplung
hampir sama dengan
pengolahan minyak sawit,
kelapa dan jarak pagar.
Tetapi karena biji
nyamplung mengandung
zat ekstraktif yang tinggi,
waktu yang pengukusan lebih lama dan
ahan getah (degumming) berlangsung

TTTT
Budidaya Kakao Belum
Termekanisasi Secara SempurnaTanaman kakao yang ditanam di perkebunan
pada umumnya adalah kakao jenis
cocoa atau kakao lindak), Cricolo (fine cocoa atau
kakau mulia) dan hibrida (hasil persilangan jenis
forastero dan Cricolo). Pada perkebunan
besar biasanya kakao yang dibudidayakan adalah kakao
jenis Cricolo.
Biji buah kakao yang difermentasi dijadikan
serbuk yang disebut cokelat bubuk yang biasa
digunakan untuk makanan atau minuman. Sedangkan
buah cokelat tanpa biji dapat difermentasi untuk
nantinya dijadikan pakan ternak.
Dalam proses budidaya kakao diperlukan
perawatan yang cukup spesifik, namun terlihat masih
jarang disentuh oleh teknologi mekanisasi pertanian.
Seperti untuk mengatasi kesesuaian lahan, dibutuhkan
lahan spesifik untuk tempat tumbuh kakao dan ini
menjadi tantangan tersendiri bagi perekayasa pertanian
untuk dapat mengolah lahan agar lebih sesuai untuk
media tumbuh kakao. Pada proses penanaman juga
dibutuhkan pola tanam yang spesifik dengan tambahan
pohon pelindung guna mengurangi sinar matahari yang
masuk agar tidak langsung mengenai tanaman kakao.
Dalam pemangkasannya, tanaman kakao
membutuhkan perawatan yang benar
tahap pemangkasan karena tidak semua bagian boleh
dipangkas dan pemangkasan secara berkala harus terus
dilaksanakan. Hal ini tentu bidang yang bisa dipelajari
lebih lanjut oleh para perekayasa pertanian untuk
mengatasi masalah pemangkasan yang mana tidak
semua petani memahami secara baik proses
pemangkasan kakao.
Masalah menyiangi tanaman lain disekitar
kakao juga seharusnya bisa ditangani oleh para enjinir
pertanian dimana penyiangan ini masih dilakukan secara
KOMODITAS
Budidaya Kakao Belum
Termekanisasi Secara SempurnaTanaman kakao yang ditanam di perkebunan
da umumnya adalah kakao jenis Forastero (bulk
cocoa atau kakao lindak), Cricolo (fine cocoa atau
kakau mulia) dan hibrida (hasil persilangan jenis
forastero dan Cricolo). Pada perkebunan-perkebunan
besar biasanya kakao yang dibudidayakan adalah kakao
ng difermentasi dijadikan
serbuk yang disebut cokelat bubuk yang biasa
digunakan untuk makanan atau minuman. Sedangkan
buah cokelat tanpa biji dapat difermentasi untuk
Dalam proses budidaya kakao diperlukan
cukup spesifik, namun terlihat masih
jarang disentuh oleh teknologi mekanisasi pertanian.
Seperti untuk mengatasi kesesuaian lahan, dibutuhkan
lahan spesifik untuk tempat tumbuh kakao dan ini
menjadi tantangan tersendiri bagi perekayasa pertanian
at mengolah lahan agar lebih sesuai untuk
media tumbuh kakao. Pada proses penanaman juga
dibutuhkan pola tanam yang spesifik dengan tambahan
pohon pelindung guna mengurangi sinar matahari yang
masuk agar tidak langsung mengenai tanaman kakao.
pemangkasannya, tanaman kakao
membutuhkan perawatan yang benar-benar serius pada
tahap pemangkasan karena tidak semua bagian boleh
dipangkas dan pemangkasan secara berkala harus terus
dilaksanakan. Hal ini tentu bidang yang bisa dipelajari
eh para perekayasa pertanian untuk
mengatasi masalah pemangkasan yang mana tidak
semua petani memahami secara baik proses
Masalah menyiangi tanaman lain disekitar
kakao juga seharusnya bisa ditangani oleh para enjinir
enyiangan ini masih dilakukan secara
manual dan untuk lahan yang besar tentu butuh
waktu yang lama dan tenaga yang tidak sedikit.
Dan tidak lupa pada pemupukan diperlukan
pengetahuan yang baik dalam pemberian pupuk
sesuai dosis serta perlu diketahui meto
pemupukan yang benar agar pertumbuhan kakao
lebih baik.
Untuk membarantas hama dan penyakit
pada tanaman kakao terkenal sekali sprayer untuk
menyemprotkan pestisida ataupun fungisida guna
mencegah penyakit pada kakao yang dapat
menurunkan produksi kakao. Namun hal ini belum
cukup, masih banyak sebetulnya inovasi yang bisa
diterapkan dalam merekayasa pemberantasan
hama dan penyakit pada tanaman kakao.
Pada tahap panen dan pasca panen pun
tidak begitu banyak sentuhan mekanisasi
pertanian. Pemanenan dan pengolahan masih
terlihat konvensional, padahal banyak inovasi di
bidang mekanisasi pertanian yang bisa
diimplementasikan pada tahap ini, seperti
pemanenan, sortasi kematangan buah,
perendaman, pencucian, pengeringan, sortasi biji
kering hingga penyimpanan yang syarat dengan
ilmu-ilmu pasca panen yang semuanya ada di
bidang mekanisasi pertanian dan seharusnya
ditangani oleh para peminat mekanisasi
pertanian.(/Siregar)
26
Budidaya Kakao Belum
Termekanisasi Secara Sempurna
manual dan untuk lahan yang besar tentu butuh
waktu yang lama dan tenaga yang tidak sedikit.
Dan tidak lupa pada pemupukan diperlukan
pengetahuan yang baik dalam pemberian pupuk
sesuai dosis serta perlu diketahui metode
pemupukan yang benar agar pertumbuhan kakao
Untuk membarantas hama dan penyakit
pada tanaman kakao terkenal sekali sprayer untuk
menyemprotkan pestisida ataupun fungisida guna
mencegah penyakit pada kakao yang dapat
o. Namun hal ini belum
cukup, masih banyak sebetulnya inovasi yang bisa
diterapkan dalam merekayasa pemberantasan
hama dan penyakit pada tanaman kakao.
Pada tahap panen dan pasca panen pun
tidak begitu banyak sentuhan mekanisasi
engolahan masih
terlihat konvensional, padahal banyak inovasi di
bidang mekanisasi pertanian yang bisa
diimplementasikan pada tahap ini, seperti
pemanenan, sortasi kematangan buah,
perendaman, pencucian, pengeringan, sortasi biji
yang syarat dengan
ilmu pasca panen yang semuanya ada di
bidang mekanisasi pertanian dan seharusnya
ditangani oleh para peminat mekanisasi

TTTT
Menelusur Benang Merah
Mekanisasi Pertanian IndonesiaMekanisasi pertanian yang bermula sejak
penggunaan alat-alat berat untuk mengolah rice
estate di Sekon (P. Timor) oleh pihak Belanda,
ternyata terhenti akibat kondisi politik yang tidak
memungkinkan. Namun diinisiasi kembali dengan
pembukaan Bagian Mekanisasi Pertanian di Jawatan
Pertanian Rakyat yang dibentuk oleh Kerasidenan
Madiun pada tahun 1950. Pada saat ini masih sedikit
mekanisasi pertanian masih berkisar penggunaan
traktor ukuran besar dan crawler. Teknologi
mekanisasi masih dibangun bermodal nekat dan niat
untuk memudahkan proses pertanian.
Dalam buku ini dituliskan kembali sejarah
mekanisasi pertanian yang dibagi menjadi beberapa
dekade yang semuanya dituliskan berdasarkan fakta
terdokumentasi dan wawancara langsung terhadap
pelaku mekanisasi pertanian.
Awal dekade 1950 hingga 1960 mekanisasi
pertanian, yang masih menggunakan mesin sisa
belanda dibangun di beberapa daerah dengan tujuan
mendukung pencukupan kebutuhan pangan di
Indonesia. Peresmian Pusat Jawatan Pertanian
Rakyat didalam Kementrian Pertanian yang
membawahi Bagian Mekanisasi Pertanian
menandai awal nafas mekanisasi pertanian di
Indonesia. Di pihak akademisi mulai dibuka seksi
Kultur Teknik pada Fakultas Pertanian Universitas
Gajah Mada dan untuk meningkatkan sumberdaya
manusia banyak staff pengajar disekolahkan ke luar
negeri untuk mempelajari lebih lanjut mekanisasi
pertanian. Beberapa perusahaan swasta juga ikut
andil dalam perkembangan mekanisasi pertanian
dengan cara mulai memproduksi mesin sederhana
seperti pompa air dan huller serta melakukan service
untuk alat berat yang ada pada saat itu. Pada dekade
ini mekanisasi pertanian masih dianggap penggunaan
mesin dan rekayasa sumberdaya air untuk pertanian
di lahan kering.
Dalam perkembangannya, mekanisasi
pertanian tidak hanya merubah pola pertanian saja,
namun kehidupan sosial petani juga banyak berubah
akibat pergeseran tokoh masyarakat yang semula
berkisar tokoh agama dan militer lalu
RESENSI
Menelusur Benang Merah
Mekanisasi Pertanian IndonesiaMekanisasi pertanian yang bermula sejak
alat berat untuk mengolah rice
estate di Sekon (P. Timor) oleh pihak Belanda,
ternyata terhenti akibat kondisi politik yang tidak
memungkinkan. Namun diinisiasi kembali dengan
pembukaan Bagian Mekanisasi Pertanian di Jawatan
uk oleh Kerasidenan
Madiun pada tahun 1950. Pada saat ini masih sedikit
mekanisasi pertanian masih berkisar penggunaan
traktor ukuran besar dan crawler. Teknologi
mekanisasi masih dibangun bermodal nekat dan niat
untuk memudahkan proses pertanian.
uku ini dituliskan kembali sejarah
mekanisasi pertanian yang dibagi menjadi beberapa
dekade yang semuanya dituliskan berdasarkan fakta
terdokumentasi dan wawancara langsung terhadap
Awal dekade 1950 hingga 1960 mekanisasi
anian, yang masih menggunakan mesin sisa
belanda dibangun di beberapa daerah dengan tujuan
mendukung pencukupan kebutuhan pangan di
Indonesia. Peresmian Pusat Jawatan Pertanian
Rakyat didalam Kementrian Pertanian yang
membawahi Bagian Mekanisasi Pertanian juga
menandai awal nafas mekanisasi pertanian di
Indonesia. Di pihak akademisi mulai dibuka seksi
Kultur Teknik pada Fakultas Pertanian Universitas
Gajah Mada dan untuk meningkatkan sumberdaya
manusia banyak staff pengajar disekolahkan ke luar
mempelajari lebih lanjut mekanisasi
pertanian. Beberapa perusahaan swasta juga ikut
andil dalam perkembangan mekanisasi pertanian
dengan cara mulai memproduksi mesin sederhana
seperti pompa air dan huller serta melakukan service
pada saat itu. Pada dekade
ini mekanisasi pertanian masih dianggap penggunaan
mesin dan rekayasa sumberdaya air untuk pertanian
Dalam perkembangannya, mekanisasi
pertanian tidak hanya merubah pola pertanian saja,
tani juga banyak berubah
akibat pergeseran tokoh masyarakat yang semula
lalu berpindah ke
tokoh-tokoh penyuluh mekan
setempat. Banyak pola hidup masyarakat petani
mulai maju dan berpikir lebih cerdas dalam
mengolah pertanian dan juga memang tidak bisa
dielakkan masyarakat petani butuh teknologi
mekanisasi untuk kemudahan pertanian sehingga
hubungan masyarakat petani dan pelaku mekanisasi
pertanian tidak akan pernah putus.
Buku Sejarah Mekanisasi Pertanian ini tidak
hanya menghadirkan sejarah, namun adalah
dokumentasi penting yang seharusnya dipelajari oleh
para pelaku mekanisasi pertanian saat ini untuk
meningkatkan pertanian Indonesia. Meskipun buku
ini sudah terbit 15 tahun yang lalu namun ternyata
pada bagian pembahasan masa depan mekanisasi
pertanian sangat mencengangkan, prediksi tim
penulis sangat tepat dengan kenyataan mekanisasi
pertanian saat ini. Adalah penting bagi akademisi
mekanisasi pertanian untuk kembali menelusuri daur
hidup mekanisasi pertanian di Indonesia sebagai
pijakan dan dasar dalam menekuni bidang
mekanisasi pertanian.(/Siregar)
Judul Buku : Sejarah Mekanisasi
Pertanian, Fakta, Analisis, Masa
Depan
Penulis : Soedjatmiko, et. al
Penerbit : ASSET Professio
Jurusan Mekanisasi Pertanian ITI
Tahun Terbit : 1995
Tebal Buku : ix + 302 halaman
27
Mekanisasi Pertanian Indonesia tokoh penyuluh mekanisasi pertanian
setempat. Banyak pola hidup masyarakat petani
mulai maju dan berpikir lebih cerdas dalam
mengolah pertanian dan juga memang tidak bisa
dielakkan masyarakat petani butuh teknologi
mekanisasi untuk kemudahan pertanian sehingga
akat petani dan pelaku mekanisasi
Buku Sejarah Mekanisasi Pertanian ini tidak
hanya menghadirkan sejarah, namun adalah
dokumentasi penting yang seharusnya dipelajari oleh
para pelaku mekanisasi pertanian saat ini untuk
eningkatkan pertanian Indonesia. Meskipun buku
ini sudah terbit 15 tahun yang lalu namun ternyata
pada bagian pembahasan masa depan mekanisasi
pertanian sangat mencengangkan, prediksi tim
penulis sangat tepat dengan kenyataan mekanisasi
Adalah penting bagi akademisi
mekanisasi pertanian untuk kembali menelusuri daur
hidup mekanisasi pertanian di Indonesia sebagai
pijakan dan dasar dalam menekuni bidang
: Sejarah Mekanisasi
Pertanian, Fakta, Analisis, Masa
: Soedjatmiko, et. al
Penerbit : ASSET Professional &
Jurusan Mekanisasi Pertanian ITI
Tebal Buku : ix + 302 halaman

TTTT
Suksesi
Rencana BesarSetelah habisnya semester genap maka sudah
dapat dipastikan terjadi pergantian besar
tubuh himpunan mahasiswa teknik pertanian di seluruh
Indonesia. Pergeseran pengurus ke generasi yang lebih
muda, pertanggungajawaban kepengurusan sebelumnya
dan pembuatan rencana besar untuk kepengurusan
selanjutnya menjadi agenda di masing
himpunan. Di Universitas Sumatera Utara terpilih
saudari Tika Hazfara Siregar sebagai pengganti ketua
Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian selanjutnya
menggantikan saudara Dotor. Sementara pada HM
TMIP Universitas Padjajaran saudara Islahudin
menggantikan ketua sebelumnya yaitu Budi Setiawan.
Kabar serupa juga terdengar dari Universitas Udayana
Denpasar dimana Bli Mugiana telah sel
dan digantikan perannya oleh Bli Wayan Arsa.
Tidak berhenti pada 3 Universitas. Di
Himpunan Mahasiswa Agricultural Engineering
(HIMAGREEN) Universitas Jenderal Soedirman
menyusul pergantian ketua, M. Hidayatullah terpilih
untuk menggantikan saudara Iman Pradana Santoso
sebagai ketua selanjutnya. Dan di Universitas
Brawijaya keluar nama Agil Septian Nurdiansyah
sebagai pengganti Abdul Wahid Santoso untuk mengisi
kursi ketua himpunan mahasiswa teknik pertanian
untuk satu tahun ke depan.
Dengan pergantian ketua diharapkan
tenaga baru, pikiran baru dan semangat baru dalam
mengusung himpunan mahasiswa teknik pertanian
dapat berfungsi sebagai wadah mahasiswa teknik
KABAR RAYON
Suksesi dan
Rencana BesarSetelah habisnya semester genap maka sudah
dapat dipastikan terjadi pergantian besar-besaran di
tubuh himpunan mahasiswa teknik pertanian di seluruh
Indonesia. Pergeseran pengurus ke generasi yang lebih
anggungajawaban kepengurusan sebelumnya
dan pembuatan rencana besar untuk kepengurusan
selanjutnya menjadi agenda di masing-masing
himpunan. Di Universitas Sumatera Utara terpilih
saudari Tika Hazfara Siregar sebagai pengganti ketua
Pertanian selanjutnya
menggantikan saudara Dotor. Sementara pada HM
TMIP Universitas Padjajaran saudara Islahudin
menggantikan ketua sebelumnya yaitu Budi Setiawan.
Kabar serupa juga terdengar dari Universitas Udayana
Denpasar dimana Bli Mugiana telah selesai memimpin
dan digantikan perannya oleh Bli Wayan Arsa.
Tidak berhenti pada 3 Universitas. Di
Himpunan Mahasiswa Agricultural Engineering
(HIMAGREEN) Universitas Jenderal Soedirman
menyusul pergantian ketua, M. Hidayatullah terpilih
saudara Iman Pradana Santoso
sebagai ketua selanjutnya. Dan di Universitas
Brawijaya keluar nama Agil Septian Nurdiansyah
sebagai pengganti Abdul Wahid Santoso untuk mengisi
kursi ketua himpunan mahasiswa teknik pertanian
pergantian ketua diharapkan banyak
dan semangat baru dalam
mengusung himpunan mahasiswa teknik pertanian agar
mahasiswa teknik
pertanian untuk berkreasi, berpikir kritis dan
menambah warna-warna dalam dunia teknik
pertanian.
Kabar lain dari rayon yang
adalah persiapan besar-besaran dalam
pelaksanaan Pekan Teknik Pertanian Nasional ke
3 di Universitas Negeri Jember. Acara yang
boleh dibilang Great Event dari Ikatan
Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia ini
sangat dinanti-nantika oleh semua mahas
teknik pertanian. Acara yang dilakukan selama
sepekan kali ini sedikit berbeda dari sebelumnya
dimana biasa PTPN hanya identik dengan
seminar dan workshop, kali ini diadakan
beberapa acara tambahan sebagai variasi acara.
Seperti lomba poster 3 dimensi
penting adalah acara turun ke lapang dimana
harapannya nanti seluruh mahasiswa partisipan
bisa terbuka wawasannya terhadap kondisi
lapang pertanian sehingga mampu mengubah
pola pikir mahasiswa teknik pertanian agar tidak
membatasi masalah pertanian di permukaannya
saja.
Dalam PTPN 3 ini nantinya juga akan
diadakan diskusi Mahasiswa Teknik Pertanian
Indonesia yang mana penting untuk
keberlanjutan mahasiswa teknik pertanian
indonesia dan juga sebagai ajang penyatuan
pandangan ke depan untuk
mahasiswa teknik pertanian.
28
dan
Rencana Besar pertanian untuk berkreasi, berpikir kritis dan
warna dalam dunia teknik
Kabar lain dari rayon yang terdengar
besaran dalam
pelaksanaan Pekan Teknik Pertanian Nasional ke
3 di Universitas Negeri Jember. Acara yang
boleh dibilang Great Event dari Ikatan
Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia ini
nantika oleh semua mahasiswa
teknik pertanian. Acara yang dilakukan selama
sepekan kali ini sedikit berbeda dari sebelumnya
dimana biasa PTPN hanya identik dengan
seminar dan workshop, kali ini diadakan
beberapa acara tambahan sebagai variasi acara.
dan yang paling
penting adalah acara turun ke lapang dimana
harapannya nanti seluruh mahasiswa partisipan
bisa terbuka wawasannya terhadap kondisi
lapang pertanian sehingga mampu mengubah
teknik pertanian agar tidak
pertanian di permukaannya
Dalam PTPN 3 ini nantinya juga akan
diadakan diskusi Mahasiswa Teknik Pertanian
Indonesia yang mana penting untuk
keberlanjutan mahasiswa teknik pertanian
indonesia dan juga sebagai ajang penyatuan
pandangan ke depan untuk arah gerakan

29
TTTT
REHAT
AMBISI
Berikut adalah percakapan aktifis mahasiswa
teknik pertanian semester 10 yang ambisius
dengan dosen pembimbingnya
Mhs : Pak, bapak merasa gak pak kalo jurusan
kita ini perlu dikaji lebih lanjut?
Dosen : hmm... (menunjukkan sedikit minat)
Mhs : Kalo di luar negeri pak, jurusan kita ini
masuk fakultas teknik pak!
Dosen : hmm... (masih menunjukkan agak
berminat)
Mhs : Dan di luar negeri, kita ini diakui sebagai
engineer pak! INSINYUR!
Dosen : hmm... (mulai bosan)
Mhs : sebaiknya kita bersama lebih kukuh lagi
untuk bisa diakui sebagai engineer dan kita perlu
menghadap orang-orang di dikti sana pak!
jelaskan ke mereka kalo kompetensi kita setara
dan bahkan mampu bersaing dengan jurusan
teknik lain pak!
Dosen : ... (diam)
Mhs : Gimana menurut bapak???
Dosen : Ya tolong proposal penelitian kamu
diselesaikan minggu depan, soalnya minggu
depan saya ada proyek di luar kota.
Mhs : ........... (sakit hati)
KERAS
Musim ospek mahasiswa baru telah dimulai,
beberapa mahasiswa teknik pertanian senior
mulai iseng mencoba menguji mental dan
masuk ke barisan mahasiswa baru yang sedang
istirahat ditinggal panitia ospek.
Senior 1 : SIAPA SURUH DUDUK???
Maba : maaf kak... (sontak kaget dan berdiri
kembali)
Senior 2 : SIAP DEK!!! POSISI SIAP???
NGERTI GAK???
Maba : (terdiam, posisi siap ala paskibra)
Senior 3 : APA LIAT-LIAT??? BERANI
NANTANG SAYA?
Maba : (semua menundukkan kepala)
Senior 1 : Apa kalian gak tau di TEP itu
keras??? Ilmu kita itu gabungan antara ilmu
teknik dan pertanian! Belajar harus 2 kali lebih
banyak! Jangan lemah!!! Disini keras dek!!!
Maba : tapi kak... (bingung)
Senior 1 : APA!!! MENYELA
PEMBICARAAN SAYA KAMU!? BERANI?
Maba : (diam, menunduk dan merasa ada yang
salah)
Senior 2 : Memang mahasiswa baru sekarang
semua SOK!!! SOK PINTER!!! Pake acara
nyela omongan yang lebih tua!
Senior 3 : Kayak gini mahasiswa TEP???
GAK SOPAN!
*panitia ospek berlari dari kejauhan*
Panitia : maaf mas...
Senior 1 : APA? Kamu siapa? Berani
ngelarang saya ngospekin adek2 saya?
Panita : bukan gitu mas... tapi mahasiswa baru
jurusan mas ospeknya dibelakang gedung
sebelah sana... ini ospek maba FE mas!
Senior 1,2 & 3 : *pontang-panting kabur dari
lokasi*

30
TTTT
TRAKSI
IKATAN MAHASISWA TEKNIK PERTANIAN INDONESIA Edisi Juli 2010
Readable, Downloadable, Distributable and Free http://www.imatetani.webs.com