tphp praktikum 8
-
Upload
maria-asih-grandis-angreni -
Category
Documents
-
view
729 -
download
26
description
Transcript of tphp praktikum 8
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Retensi Air, Equilibrium Moisture Content (EMC))
Oleh :
Kelompok : 3
Nama : Maria Grandis
NPM : 240110100010
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 20 November 2012
Waktu : 08.00 – 10.00 wib
Coass : Hendina Pratiwi
LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
Nilai :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu
bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun
pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Penentuan kadar air dalam
makanan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode pengeringan
(dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, metode khusus.
Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan
banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya dinyatakan
dengan persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap
100 gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan
kering atau padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa
waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan).
Penyimpanan bahan pangan atau hasil pertanian merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pengolahan, khususnya pengawetan dan pengemasan bahan
pangan. Bila kita membahas tentang proses pengeringan dan pengemasan bahan
maka akan sangat erat hubungannya dengan kadar air bahan. Pada praktikum kali
ini kami akan membahas tentang mengetahui kadar air dengan moisture tester dan
mengetahui berapa pengeringan yang didapat dengan oven.
1.2 Tujuan Intruksional Khusus
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengamati perubahan kadar air bahan hasil pertanian pada berbagai
kondisi penyimpanan dengan menggunakan moisture tester
2. Mengukur kadar air bahan dengan metode dasar (metode oven).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan hasil pertanian sangat sensitive terhadap kondisi lingkungan
terutama setelah dipanen. Pada umumnya bahan pertanian itu harus melalui
perlakuan awal atau modifikasi berupa pengolahan yang bertujuan
mempertahankan kuantitas dan kualitas, meningkatkan kualitas, serta
memperpanjang umur simpan, mempermudah transportasi, agar dapat dikonsumsi
serta bernilai ekonomis tinggi. Penanganan pasca panen merupakan suatu
rangkaian proses yang ditujukan untuk mengawetkan bahan hasil pertanian dari
kerusakan akibat serangan serangga, mikroorganisme dan kerusakan akibat proses
fisiologis yang kurang tepat dapat menyebabkan penurunan kualitas karena
adanya kerusakan.
Penanganan bahan hasil pertanian dikatakan tepat jika penanganan
tersebut mampu mengelola hubungan antara faktor-faktor yang dimiliki bahan
pertanian (diantaranya struktur bahan biologis dan retensi air) dengan lingkungan
dimana bahan hasil pertanian berada untuk dapat mempertahankan kualitasnya.
Untuk dapat memilih teknik penanganan hasil pertanian yang tepat perlu dipahami
pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kualitas bahan hasil pertanian.
Dan pada proses pengeringan didalam industry pertanian merupakan salah
satu tahapan yang penting dari beberapa proses lainnya dalam penanganan bahan
hasil pertanian. Pengeringan dapat membantu menghambat kerusakan yang terjadi
pada bahan hasil pertanian, karena bahan yang telah dipanen masih melakukan
proses respirasi sehingga apabila disimpan dalam waktu yang lama akan
mengalami pembusukan. Dengan proses pengeringan, kadar air bahan dapat
dikurangi sampai tingkat air kesetimbangan dengan kondisi udara luar normal
atau tingkat kadar air yang setara dengan aktivitas air sehingga bahan hasil
pertanian akan aman dari kerusakan mikrobiologi, enzimatis, dann kimiawi.
Kadar air bahan pertanian biasanya dinyatakan dalam persentase basis
basah (m) dan persentase basis kering (M). Dalam perhitungan-perhitungan
teknik, kadar air basis kering lebih sering dipakai karena pembagi pada
perhitungan kadar air basis kering adalah bahan setelah dikeringkan yang tidak
mengandung air sehingga beratnya konsisten dan perubahan penurunan
kandungan air lebih terlihat dengan jelas. Penentuan kadar air dapat dilakukan
dengan menggunakan dua metode, yaitu metode praktis, metode dasar.
2.1 Kadar Air
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot
bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar aair bahan
tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah
(wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan hasil pertanian biasanya dilakukan
berdasarkan obot basah. Dalam perhitungan ini berlaku rumus sebagai berikut:
KA = (Wa / Wb) x 100% (Taib, 1988).
Teknologi pengawetan bahan pangan pada dasarnya adalah berada dalam
dua alternatif yaitu yang pertama menghambat enzim-enzim dan
aktivitas/pertumbuhan microba dengan menurunkan suhunya hingga dibawah 0oC
dan yang kedua adalah menurunkan kandungan air bahan pangan sehingga
kurang/tidak memberi kesempatan untuk tumbuh /hidupnya microba dengan
pengeringan/penguapan kandungan air yang ada di dalam maupun di permukaan
bahan pangan, hingga mencapai kondisi tertentu (Suharto, 1991).
Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada suatu
bahan adalah dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“,
yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali
produk tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap atau
jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada pemanasan 100oC – 102oC
sampai diperoleh berat yang tetap (Apriyantono, 1989).
Berdasarkan kadar air (bobot basah dan bobot kering) dan bahan basah
maupun bahan setelah dikeringkan, dapat ditentukan rasio pengeringan (drying
ratio) dari bahan yang dikeringkan tersebut. Besarnya “drying ratio“ dapat
dihitung sebagai bobot bahan sebelum pengeringan per bobot bahan sebelum
pengeringan per bobot bahan setelah pengeringan. Dapat dihitung dengan
rumus: Drying ratio = bobot bahan sebelum pengeringan / bobot bahan setelah
pengeringan (Winarno, 1984).
2.2 Equilibrium Moisture Content (EMC)
Kadar air keseimbangan adalah kadar air dimana laju perpindahan air dari
bahan ke udara sama dengan laju perpindahan air dari udara ke bahan. Kadar air
keseimbangan dapat digunakan untuk mengetahui kadar air terendah yang dapat
dicapai pada proses pengeringan dengan tingkat suhu dan kelembaban udara
relatif tertentu. Kadar air keseimbangan dari bahan pangan adalah kadar air bahan
tersebut pada saat tekanan uap air dari bahan seimbang dengan lingkungannya,
sedangkan kelembaban relatif pada saat terjadinya kadar air keseimbangan disebut
kelembaban relatif keseimbangan.
Sifat-sifat kadar air keseimbangan atau Equilibrium of Moisture Content
(EMC) dari bahan pangan sangat penting dalam penyimpanan dan pengeringan.
Kadar air keseimbangan didefinisikan sebagai kandungan air pada bahan pangan
yang seimbang dengan kandungan air udara sekitarnya. Hal tersebut merupakan
satu faktor yang menentukan sampai seberapa jauh suatu bahan dapat dikeringkan
pada kondisi lingkungan tertentu (aktivitas air tertentu) dan dapat digunakan
sebagai tolak ukur pencegahan kemampuan berkembangnya mikroorganisme yang
menyebabkan terjadinya kerusakan bahan pada saat penyimpanan.
Kadar air keseimbangan (equilibrium moisture content) adalah kadar air
minimum yang dapat dicapai pada kondisi udara pengeringan yang tetap atau pada
suhu dan kelembaban relatif yang tetap. Suatu bahan dalam keadaan seimbang
apabila laju kehilangan air dari bahan ke udara sekelilingnya sama dengan laju
penambahan air ke bahan dari udara di sekelilingya. Kadar air pada keadaan
seimbang disebut juga dengan kadar air keseimbangan atau keseimbangan
higroskopis.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan pada Retensi Air
3.1.1 Alat
1. Cawan
2. Desikator
3. Refrigerator
4. Oven
5. Moisture tester
6. Timbangan Analitik
7. RH meter
3.1.2 Bahan
1. Kacang Hijau
2. Beras
3. Kacang tanah
4. Kacang kedelai
5. Jagung
3.2 Prosedur Percobaan pada Retensi Air
a. Pengamatan pada bahan awal
1) Kadar air semua bahan diukur (3 kali) dengan menggunakan moisture
tester.
2) Mengukur suhu dan RH udara (3 kali) pada ruangan praktikum
b. Penurunan kadar air
1) Mengukur suhu dan RH pada oven
2) Menyiapkan bahan dan cawan, memasukkan bahan (± 5 g) kedalam
cawan
3) Menyimpan cawan yang telah berisi bahan kedalam oven, dan diberi
tanda untuk 3 pengamatan (5, 15, dan 30 menit)
4) Sesudah 5, 15, dan 30 menit dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke
dalam desikator
5) Mengukur kadar air bahan untuk 3 pengamatan
c. Peningkatan kadar air
1) Mengukur suhu dan RH refrigerator
2) Menyiapkan bahan dan cawan, kemudian bahan dimasukkan (± 5 g)
kedalam cawan
3) Menyimpan cawan yang telah berisi bahan kedalam refrigerator, dan
diberi tanda untuk 3 pengamatan (5, 15, dan 30 menit)
4) Sesudah 5,15, dan 30 menit cawan dikeluarkan dari refrigerator dan
dimasukkan kedalam desikator
d. Pembacaan pada Mositure Tester
1) Sebelum memasukkan bahan dalam tempat sampel, tempat sampel
dibersihkan dengan sikat
2) Menggunakan sendok dan pinset untuk memasukkan sampel (pilih
sampel yang baik)
3) Memutar grinding handle ke kiri (stop line) dan memasukkan wadah
kedalam instrument
4) Menunggu selama 20 detik dan dilihat pengukuran pada layer LCD
5) Menekan select button untuk merubah sampel
6) Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan sampel yang sama dan
untuk mendapatkan nilai rata-rata dengan menekan average button
(interval pengukuran 3 menit)
7) Mematikan alat dengan menekan average button dua kali
3.3 Alat dan Bahan pada EMC
3.3.1 Alat
1. Cawan Alumunium
2. Desikator
3. Timbangan analitik
4. Oven
5. Thermometer
3.3.2 Bahan
1. Kacang Hijau
2. Beras
3. Kacang tanah
4. Kacang kedelai
5. Jagung
3.4 Prosedur Percobaan pada EMC
A. Pengukuran kadar air metode oven pada 1300C (ISTA)
1) Memanaskan cawan kosong dalam oven pada 1300C selama ± 20
menit
2) Setelah dipanaskan cawan dimasukkan kedalam desikator selama ± 20
menit, didinginkan dan ditimbang (a gram)
3) Memasukkan 5 gram bahan kedalam cawan yang telah diketahui
beratnya dan ditimbang (b gram)
4) Memasukkan dalam oven dengan suhu 1300C dalam 60 menit
5) Setelah selesai cawan dikeluarkan dan disimpan dalam desikator untuk
didinginkan selama 10 menit
6) Bila sudah dingin cawan beserta bahan ditimbang (c gram)
7) Menghitung kadar air bahan basis basah dan basis kering untuk 3
pengamatan
Kadar air basis basah (Ka wb) = (b−c ) gram(b−a ) gram
x 100%
Kadar air basis kering (Ka db) = (b−c ) gram(c−a ) gram
x 100%
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Data Hasil Pengamatan pada Kacang Tanah
Tabel 1. Hasil Pengukuran Suhu dan RH
Pengukuran Ruangan Oven RefrigeratorRH (%) T (0C) RH (%) T (0C) RH (%) T (0C)
1 66,2 24,1 38,60 40,35 65,60 21,552 68,6 24,3 37,58 39,53 67,90 21,203 69,3 24,9 37,92 39,82 66,60 20,00
Rata-rata 68,03 24,43 38,03 39,90 66,67 20,91
Massa bahan ± 5 gram
Tabel 2. Hasil Pengukuran Penurunan
Perlakuan Waktu (menit)
Rata-rata kadar air awal (%)
Kadar Air Akhir (%)Penurunan Peningkatan
514,8
11,4 11,515 10,9 11,230 10,6 11,2
Tabel 3. Hasil Pengeringan Bahan
Massa cawan (Ma) gram
Massa cawan + bahan awal (Mb)
gram
Massa cawan + bahan akhir (Mc)
gram
Ka wb (%)
Ka db (%)
5,35 10,36 10,15 4,19 4,37
Perhitungan
Ka wb = Mb−McMb−Ma
x 100%
= 10,36−10,1510,36−5,35
x 100%
= 4,19%
Ka db = Mb−McMc−Ma
x 100%
= 10,36−10,1510,15−5,35
x 100%
= 4,37%
4.2 Data Hasil Pengamatan pada Kacang Hijau
Tabel 4. Hasil Pengukuran Suhu dan RH
Pengukuran Ruangan Oven RefrigeratorRH (%) T (0C) RH (%) T (0C) RH (%) T (0C)
1 66,2 24,1 38,60 40,35 65,60 21,552 68,6 24,3 37,58 39,53 67,90 21,203 69,3 24,9 37,92 39,82 66,60 20,00
Rata-rata 68,03 24,43 38,03 39,90 66,67 20,91
Massa bahan ± 5 gram
Tabel 5. Hasil Pengukuran Penurunan
Perlakuan Waktu (menit)
Rata-rata kadar air awal (%)
Kadar Air Akhir (%)Penurunan Peningkatan
515,3
9,8 10,915 9,6 10,0030 9,5 9,5
Tabel 6. Hasil Pengeringan Bahan
Massa cawan (Ma) gram
Massa cawan + bahan awal (Mb)
gram
Massa cawan + bahan akhir (Mc)
gram
Ka wb (%)
Ka db (%)
5,33 10,33 10,09 4,8 5,04
Perhitungan
Ka wb = Mb−McMb−Ma
x 100%
= 10,33−10,0910,33−5,33
x 100%
= 4,8 %
Ka db = Mb−McMc−Ma
x 100%
= 10,33−10,0910,09−5,33
x 100%
= 5,04%
4.3 Data Hasil Pengamatan pada Beras
Tabel 7. Hasil Pengukuran Suhu dan RH
Pengukuran Ruangan Oven RefrigeratorRH (%) T (0C) RH (%) T (0C) RH (%) T (0C)
1 66,2 24,1 38,60 40,35 65,60 21,552 68,6 24,3 37,58 39,53 67,90 21,203 69,3 24,9 37,92 39,82 66,60 20,00
Rata-rata 68,03 24,43 38,03 39,90 66,67 20,91
Massa bahan ± 5 gram
Tabel 8. Hasil Pengukuran Penurunan
Perlakuan Waktu (menit)
Rata-rata kadar air awal (%)
Kadar Air Akhir (%)Penurunan Peningkatan
518,9
9,4 9,915 9,7 13,030 12,4 13,2
Tabel 9. Hasil Pengeringan Bahan
Massa cawan (Ma) gram
Massa cawan + bahan awal (Mb)
gram
Massa cawan + bahan akhir (Mc)
gram
Ka wb (%)
Ka db (%)
5,36 10,36 9,84 10,4 11,6
Perhitungan
Ka wb = Mb−McMb−Ma
x 100%
= 10,36−9,8410,36−5,36
x 100%
= 10,4%
Ka db = Mb−McMc−Ma
x 100%
= 10,36−9,849,84−5,36
x 100%
= 11,6%
4.4 Data Hasil Pengamatan pada Kacang Kedelai
Tabel 10. Hasil Pengukuran Suhu dan RH
Pengukuran Ruangan Oven RefrigeratorRH (%) T (0C) RH (%) T (0C) RH (%) T (0C)
1 66,2 24,1 38,60 40,35 65,60 21,552 68,6 24,3 37,58 39,53 67,90 21,203 69,3 24,9 37,92 39,82 66,60 20,00
Rata-rata 68,03 24,43 38,03 39,90 66,67 20,91
Massa bahan ± 5 gram
Tabel 11. Hasil Pengukuran Penurunan
Perlakuan Waktu (menit)
Rata-rata kadar air awal (%)
Kadar Air Akhir (%)Penurunan Peningkatan
510,3
10 10,615 9,2 13,630 8,7 14,8
Tabel 12. Hasil Pengeringan Bahan
Massa cawan (Ma) gram
Massa cawan + bahan awal (Mb)
gram
Massa cawan + bahan akhir (Mc)
gram
Ka wb (%)
Ka db (%)
5,30 10,30 9,86 8,8 9,64
Perhitungan
Ka wb = Mb−McMb−Ma
x 100%
= 10,30−9,8610,30−5,30
x 100%
= 8,8%
Ka db = Mb−McMc−Ma
x 100%
= 10,30−9,869,86−5,30
x 100%
= 9,64%
4.5 Data Hasil Pengamatan pada Jagung
Tabel 13. Hasil Pengukuran Suhu dan RH
Pengukuran Ruangan Oven RefrigeratorRH (%) T (0C) RH (%) T (0C) RH (%) T (0C)
1 66,2 24,1 38,60 40,35 65,60 21,552 68,6 24,3 37,58 39,53 67,90 21,203 69,3 24,9 37,92 39,82 66,60 20,00
Rata-rata 68,03 24,43 38,03 39,90 66,67 20,91
Massa bahan ± 5 gram
Tabel 14. Hasil Pengukuran Penurunan
Perlakuan Waktu (menit)
Rata-rata kadar air awal (%)
Kadar Air Akhir (%)Penurunan Peningkatan
510,3
11,4 12,615 11,3 12,630 11,2 12,5
Tabel 15. Hasil Pengeringan Bahan
Massa cawan (Ma) gram
Massa cawan + bahan awal (Mb)
gram
Massa cawan + bahan akhir (Mc)
gram
Ka wb (%)
Ka db (%)
5,35 10,37 10,24 2,58 2,65
Perhitungan
Ka wb = Mb−McMb−Ma
x 100%
= 10,37−10,2410,37−5,35
x 100%
= 2,58%
Ka db = Mb−McMc−Ma
x 100%
= 10,37−10,2410,24−5,35
x 100%
= 2,65%
4.1 Data Hasil Pengamatan pada Kacang Hijau 2
Tabel 1. Hasil Pengukuran Suhu dan RH
Pengukuran Ruangan Oven RefrigeratorRH (%) T (0C) RH (%) T (0C) RH (%) T (0C)
1 66,2 24,1 38,60 40,35 65,60 21,552 68,6 24,3 37,58 39,53 67,90 21,203 69,3 24,9 37,92 39,82 66,60 20,00
Rata-rata 68,03 24,43 38,03 39,90 66,67 20,91
Massa bahan ± 5 gram
Tabel 2. Hasil Pengukuran Penurunan
Perlakuan Waktu (menit)
Rata-rata kadar air awal (%)
Kadar Air Akhir (%)Penurunan Peningkatan
515,3
9,5 9,715 9,38 9,430 9,2 9,5
Tabel 3. Hasil Pengeringan Bahan
Massa cawan (Ma) gram
Massa cawan + bahan awal (Mb)
gram
Massa cawan + bahan akhir (Mc)
gram
Ka wb (%)
Ka db (%)
5,30 10,30 10,04 5,2 % 5,48%
Perhitungan
Ka wb = Mb−McMb−Ma
x 100%
= 10,30−10,0410,30−5,30
x 100%
= 5,2%
Ka db = Mb−McMc−Ma
x 100%
= 10,30−10,0410,04−5,30
x 100%
= 5,48%
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami membahas tentang retensi air dan
Equilibrium Moisture Content (EMC) dengan mengamati perubahan kadar air dan
mengukur kadar air bahan hasil pertanian. Pada penanganan bahan hasil pertanian
dikatakan tepat jika penanganan tersebut mampu mengelola hubungan antara
faktor-faktor yang dimiliki bahan pertanian dengan lingkungan dimana bahan
hasil pertanian berada untuk dapat mempertahankan kualitasnya, faktor-faktor
tersebut perlu dipahami untuk mendapatkan kualitas kadar air yang lebih baik.
Dalam percobaan retensi air ini kami menggunakan kacang tanah sebagai
bahannya dan sebelum di ukur dalam moisture tester kacang tanah ini didinginkan
(dimasukkan kedalam kulkas) dan dipanaskann (dimasukkan ke dalam oven)
terlebih dahulu, masing-masing dilakukan selama 5, 15, dan 30 menit.
Kemudian kami mendapat data setelah diukur dengan moisture tester pada
5 menit pertama pada penurunan adalah 11,4% dan pada peningkatan adalah
11,5%. Kemudian pada pengukuran ke 15 menit didapatkan 10,9% pada
penurunan dan 11,2% pada peningkatan, dan pada pengukuran ke 30 menit
didapatkan 10,6% pada penurunan dan 11,2% pada peningkatan. Pada data
tersebut didapatkan kurangnya akurat, data yang seharusnya hasil yang didapat
terus meningkat, hal ini dikarenakan pada saat pengukuran yang pertama kami
salah mengukur pada moisture tester sehingga hasil yang didapat semua sama atau
rata, tidak meningkat dan tidak menurun, sehingga kami harus mengukur kembali
kadar air pada bahan dengan moisture tester dan ketika diukur data yang didapat
tidak akurat juga dikarenakan bahan yang sudah diukur di awal praktikum sudah
berada diluar kulkas/oven pada waktu yang cukup lama dan mendapatkan udara
yang lebih banyak sehingga kadar air yang didapat berbeda dengan yang
seharusnya, bisa dilihat pada bahan lain seperti beras hasil yang didapatkan akurat
karena nilai yang didapat meningkat tidak menurun.
Pada percobaan ke dua kami melakukan hasil pengeringan bahan dengan
memanaskan kedalam oven. Kadar air bahan pertanian biasanya dinyatakan dalam
persentase basis basah (m) dan persentase basis kering (M).
Kemudian pada percobaan ini didapatkan hasil pada massa cawan awal
yang didapat adalah 5,35 gram, massa cawan ditambah dengan massa bahan awal
(Mb) adalah 10,36 gram dengan massa awal bahannya 5,1 gram, dan terakhir pada
massa cawan ditambah dengan massa akhir bahan setelah dipanaskan didapatkan
hasil 10,15 gram. Kemudian kami menghitung Ka wb dan Ka db dengan hasil
yang didapat pada Ka wb adalah 4,19% dan Ka dbnya 4,37%, kemudian dari data-
data yang sudah didapat dari bahan lain seperti kacang hijau, beras, dan lain-lain
bahwa persentase Ka db selalu lebih besar dari persentase Ka wb.
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan diatas adalah sebagai berikut :
1. Hasil yang didapat seharusnya pada retensi air adalah terus meningkat dan sesuai dengan yang ditentukan
2. Data yang sudah didapat dari bahan lain seperti kacang hijau, beras, dan
lain-lain bahwa persentase Ka db selalu lebih besar dari persentase Ka wb.
5.2 Saran
Pada percobaan ini juga mendapatkan saran yang diantaranya adalah :
1. Sebelum praktikum praktikkan harus benar-benar sudah menguasai teori
sehingga ketika praktikum tidak terjadi kesalahan
2. Selama praktikum praktikkan harus terus stand by menjaga waktu yang
sudah ditentukan
3. Alat yang dipraktikkan sebaiknya ditambah sehingga dapat mempercepat
waktu praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Taib, Gunarif, 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian.
PT. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Suharto, 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Yakarta.
Apriyantono, Anton, dkk, 1989. Analisis Pangan. Pusbangtepa IPB : Bogor.
Winarno, 1984. Kimia Pangan. PT. Gramedia: Jakarta.
Hall. C.W. 1980. Drying and storage of agricultural crops. The AVI Publishing
Company Inc. Westport, Connecticut.