Tori konneksionisme pp

15

Click here to load reader

Transcript of Tori konneksionisme pp

Page 1: Tori konneksionisme pp

TEORI PEMBELAJARANTEORI PEMBELAJARAN

A.TEORI KONNEKSIONISMEA.TEORI KONNEKSIONISMEMenurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara antara stimulusstimulus dan dan respon.respon. Stimulus Stimulus adalah apa adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan responrespon adalah adalah reaksi reaksi yang dimunculkan peserta yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkritkonkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit , yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula denganTeori Thorndike ini disebut pula dengan teoriteori koneksionismekoneksionisme . .

Page 2: Tori konneksionisme pp

• Bentuk belajar dari hewan ataupun manusia itu oleh Thurndike disifatkan sebagai “trial and error learning” atau “learning by selecting and connecting”. Organisme(manusia ataupun hewan) dihadapkan kepada situasi problem yang harus dipecahkan; pelajar harus mencapai tujuan. pelajar itu akan memilih reaksi yang tepat diantara berbagai raksi yang mungkin dilakukan

s

R3

R2

R1

Ket: S :

Stimulus R : Reaksi

s

R3

R2

R1

Ket: S :

Stimulus R : Reaksi

s

R3

R2

R1s

R3

R2

R1

Page 3: Tori konneksionisme pp

• Experimance Thurndike yang mula-mula modelnya sedemikian ini, dan terutama dipergunakan kucing sebagai subyek dalam experimance itu. Experimencenya dilakukan dengan kucing yang masih muda yang kebiasaan-kebiasaannya belum kaku dibiarkan lapar, lalu dimasukan ke dalam kurungan yang disebut “prolem box”. Kurungan tersebut dibuat dengan sedemikian rupa sehingga ketika kucing menyentuh sebuah tombol, maka pintu akan terbuka dan kucing dapat keluar dan mencapai makanan yang ditempatkandiluar kurungan, itu sebagai hadiah atau penarik kucing yang sedang lapar. Pada usahanya kucing itu melakukan tindakan-tindakan yang tidak relevan dengan problem yang ada, misalnya mencakar, menubruk dan sebagainya, sehingga pada akhirnya bisa bisa membuka pintu. Sehingga waktu yang dibutuhkan dalam latihan pertama adalah lama. Percobaan itu dilakukan secara berulang –ulang;pada usaha-usaha berikutnya ternyata kucing semakin singkat waktunya dalam membuka pintu. Hal ini Thurndike menyimpulkan bahwa kucing itu sebenarnya tidak mengerti cara membebaskan diri dari kurungan itu, tetapi dia belajar dari reaksi-reaksi yang benardan menghilangkan reaksi-reaksi yang salah.

Page 4: Tori konneksionisme pp

• 1.hukum kesiapan (Law of Readiness),

• 2.hukum latihan (Law of Excercise), dan

• 3.hukum effect (Law of Effect).

Menurut Thurndike dalam teori Menurut Thurndike dalam teori pembelajaran ini, ada tiga macam pembelajaran ini, ada tiga macam

hukum yaitu: hukum yaitu:

Page 5: Tori konneksionisme pp

1.Hukum kesiapan1.Hukum kesiapan

• adalah hukum yang menunjukan keadaan pelajar cenderung untuk mendapatkan kepuasan atau ketidak-puasan, menerima atau menolak sesuatu. Isi dari hukum ini sebagai berikut.– Jika pelajar sudah siap untuk berbuat dan disuruh

melakukan perbuatan itu maka dia akan puas/senang.

– Jika pelajar sudah siap nutuk berbuat namun dicegah untuk mekakukan perbuatan itu maka dia akan tidak puas/tidak senang.

– Jika pelajar tidak siap berbuat sesuatu namun dipaksa berbuat sesuatu maka dia akan tidak puas.

Page 6: Tori konneksionisme pp

Hukum latihanHukum latihan

• adalah hukum yang didalamnya mengandung 2 hal, law of use dan law of disuse. Law of use adalah hubungan-hubungan stimulus dan reaksi akan bertambah menjdi kuat jika ada latihan. Sedangkan Law of diuse adalah hubunga-hubungan stimulus dan reaksi akan berkurang menjadi lemah jika latihan dihentikan.

Page 7: Tori konneksionisme pp

Hukum effectHukum effect

• adalah hukum yang mnunjukan makin kuat atau lemahnya hubungan antara stimulus dan reaksi. Reaksi yang berhasil memperkuat hubungan tersebut sedangkan reaksi yang tdak berhasil memperlemah hubungan tersebut.

• Thurnhdike mengatakan bahwa hadiah atau sukses akan berakibat dilanjutakanya atau diulanginya perbuatan yang membawa hadiah atau sukses itu, sedang hukuman atau kegagalan akan mengurangi kecenderungan untuk mengurangi tingkah laku yang membawa hukuman atau kegagalan itu.

Ketiga hukum yang telah dikemukakan adalah hukum-hukum primer (primary-laws).

Page 8: Tori konneksionisme pp

Selain hukum-hukum primer Thurndike juga mengemukakan hukum-hukum minor atau hukum-hukum subsider(subsidiary laws,minor laws). Kelima hukum-hukum tersebut merupakan prinsip-prinsip penting di dalam proses belajar, namun tidak sepenting hukum-hukum primer.

Page 9: Tori konneksionisme pp

Hukum-hukum subsider tersebut Hukum-hukum subsider tersebut adalah:adalah:

• Law of partial activity

• Law of response by analogy

• Law of multiple response

• Law of attitude

• Law of associative shifting

• Belongingness.

Page 10: Tori konneksionisme pp

1.Law partial activity 1.Law partial activity

• Dinyatakan dalam prinsip ini bahwa pelajar ada kemampuan untuk mengadakan reaksi yang bersifat selektif, terhadap situasi yang dihadapi. Ia dapat menemukan ciri-ciri pokok dari pada situasi tersebut tanpa memandang ciri–ciri lain. Menghadapi situasi secara demikian, mungkin bisa dilakukan dengan belajar secara insight(pemahaman).

Page 11: Tori konneksionisme pp

2.Law of response by analogy2.Law of response by analogy

• Jika pelajar dihadapkan situasi/stimulus baru, ia akan cenderung mengadakan reaksi-reaksi yang pernahdilakukannya terhadap situasi yang pernah dialami yang mirip dengan situasi yang baru tersebut.

Page 12: Tori konneksionisme pp

3.Law of multiple response3.Law of multiple response

• Jika pelajar menghadapi situasi/stimulus ada kemungkinan untuk mengadakan reaksi yang bermacam-macam. Apbila pada suatu saat terjadi reaksi yang tepat maka masalah terselesaikan, dan terjadilah peristiwa belajar. Jadi bisa dikatakan prinsip ini merupakan reaksi yang bersifat mencoba-coba dengan berbagai perbuatan sehingga menemukan reaksi yang tepat.

Page 13: Tori konneksionisme pp

4. Law of attitude4. Law of attitude

• Dalam prinsip ini dikatakan bahwa reaksi-reaksi yang dilakukan individu itu ditentukan oleh cara penyelesaian individu yang khas dalam menghadapi situasi tertentu. Cara-cara tersebut tergantung kepada mana yang memuaskan atau tidak memuaskan baginya. Sehinga dapat dirumuskan, jika dhapkan pada situasisi yang sama belum tentu dberikan reaksi yang sama.

Page 14: Tori konneksionisme pp

5.Law of associative shifting5.Law of associative shifting

• Beberapa stimulus/situasi yang diberikan kepada pelajar akan diberikan reaksi-reaksi sesuai, kemudian jika pelajar/organisme dihadapkan sebagian stimulus yang mirip dari stimulus sebelumnya maka pelajar bisa saja memberikan reaksi yang sama seperti reaksi yang diberikan sebelumnya.

• Thurndike mencontohkan seekor kucing yang diberi aba-aba “berdiri” dengan diberi “daging” diatas kepalanya maka kucing itu akan berdiri di atas kedua kaki belakangnya. Apabila latihan ini dilakukan berulang-ulang, kemudian jika suatu saat kucing itu diberi aba-aba “berdiri” tanpa ada “daging” di atas kepalanya maka kucing akan berdiri.

Page 15: Tori konneksionisme pp

6.Belongingness6.Belongingness

• menurut prinsip ini menyatakan bahwa suatu koneksi lebih mudah untuk dipahami, jika termasuk di dalam satu situasi. Cotohnya: “Ayah seorang sopir. Ibu pandai memasak.” Koneksi ayah –sopir lebih mudah diingat dari pada sopir-ibu, sebab ayah –sopir termasuk dalam satu situasi, sedangkan ibu termasuk situasi yang lain.