Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

43
BAB II URAIAN TEORITIS A. Teori Portofolio Teori portofolio merupakan teori yang berhubungan mengenai pengembalian portofolio yang diharapkan dan tingkat risiko portofolio yang dapat diterima, serta menunjukkan cara pembentukan portofolio yang optimal. Teori portofolio ini saling berkaitan dengan teori pasar modal yang berdasar pada pengaruh keputusan investor terhadap harga sekuritas serta menunjukkan hubungan yang seharusnya terjadi antara pengembalian dan risiko sekuritas jika investor membentuk portofolio yang sesuai dengan teori portofolio. Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah return yang yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang dan sifatnya belum terjadi. Dengan adanya ketidakpastian (uncertainty) tersebut, berarti investor akan memperoleh return di masa mendatang yang belum diketahui persis nilainya. Return ekspektasi dan tingkat risiko mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar return yang diharapkan, dan sebaliknya. Konsep dari risiko portofolio pertama kali diperkenalkan oleh Harry M. Markowitz pada tahun 1950-an. Kemudian dia memenangkan hadiah nobel di bidang ekonomi di tahun 1990 untuk hasil karyanya tersebut. Markowitz Universitas Sumatera Utara

Transcript of Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

Page 1: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Teori Portofolio

Teori portofolio merupakan teori yang berhubungan mengenai

pengembalian portofolio yang diharapkan dan tingkat risiko portofolio yang dapat

diterima, serta menunjukkan cara pembentukan portofolio yang optimal. Teori

portofolio ini saling berkaitan dengan teori pasar modal yang berdasar pada

pengaruh keputusan investor terhadap harga sekuritas serta menunjukkan

hubungan yang seharusnya terjadi antara pengembalian dan risiko sekuritas jika

investor membentuk portofolio yang sesuai dengan teori portofolio.

Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah return

yang yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang dan

sifatnya belum terjadi. Dengan adanya ketidakpastian (uncertainty) tersebut,

berarti investor akan memperoleh return di masa mendatang yang belum diketahui

persis nilainya. Return ekspektasi dan tingkat risiko mempunyai hubungan yang

positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar return yang

diharapkan, dan sebaliknya.

Konsep dari risiko portofolio pertama kali diperkenalkan oleh Harry M.

Markowitz pada tahun 1950-an. Kemudian dia memenangkan hadiah nobel di

bidang ekonomi di tahun 1990 untuk hasil karyanya tersebut. Markowitz

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

menunjukkan bahwa secara umum risiko mungkin dapat dikurangi dengan

menggabungkan beberapa sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio.

Salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar atau varian yang

merupakan kuadrat dari deviasi standar. Risiko yang diukur dengan ukuran ini

mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item menyimpang dari rata-

ratanya. Risiko portofolio juga dapat diukur dengan besarnya deviasi standar atau

varian dari nilai return-return sekuritas tunggal di dalamnya. Dengan demikian,

varian return portofolio yang merupakan risiko portofolio dapat dituliskan sebagai

berikut :

Jika return portofolio (Rp) yang ada di atas dan return porotfolio

ekspektasi disubstitusikan, maka menjadi persamaan :

Var(Rp) = E[(a. Ra + b. Rb) – E(a. Ra + b.

Rb)]2

= E[a. Ra + b. Rb – E(a. Ra) – E(b. Rb)]2

= E[a. Ra – a. E(Ra)) + (b. Rb – b. E(Rb))]2

= E[(a. (Ra – E(Ra)) + (b. (Rb – E(Rb))]2

= E[(a2. (Ra – E(Ra))2 + (b2. (Rb - E(Rb))2 + 2.a.b. (Ra –

E(Ra)). (Rb – E(Rb))]

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

= a2. E[Ra – E(Ra))]2 + b2. E[Rb – E(Rb)2 + 2.a.b. E(Ra –

E(Ra)). (Rb – E(Rb))]

maka,

Var(Rp) = σp2 = a2. Var(Ra) + b2. Var(Rb) + 2.a.b. (Cov(Ra,Rb)

Kovarian antara return saham A dan B yang ditulis sebagai Cov(Ra, Rb)

atau σRa,Rb, menunjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai-nilai

return sekuritas A dan B. Nilai kovarian positif menunjukkan nilai-

nilai dari dua variabel bergerak kea rah yang sama, yaitu jika satu

meningkat, yang lainnya juga meningkat atau jika satu menurun, yang

lainnya juga menurun. Nilai kovarian yang negatif menunjukkan nilai-

nilai dari dua variabel bergerak kea rah yang berlawanan, yaitu jika

satu meningkat, maka yang lainnya menurun, dan sebaliknya.

Kovarian yang didasarkan pada return-return ekspektasi dari sekuritas

A dan B dapat dihitung dengan rumus :

Cov(Ra,Rb) = σRa,Rb =

dimana :

Cov(Ra,Rb) = kovarian return saham antara saham A dan saham B

Rai = return masa depan antara saham A kondisi ke-i

Rbi = return masa depan saham B kondisi ke-i

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

E(Ra) = return ekspektasi saham A

E(Rb) = return ekspektasi saham B

ρi = probabilitas terjadinya masa depan untuk kondisi ke-i

n = jumlah dari kondisi masa depan (i = 1,2,…n)

Konsep dari kovarian dapat dinyatakan dalam bentuk korelasi. Koefisien

korelasi menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua variabel relative

terhadap masing-masing deviasinya. Dengan demikian, nilai koefisien korelasi

antara variabel A dan variabel B (rab = ρab) dapat dihitung dengan membagi nilai

kovarian dengan deviasi variabel-variabelnya.

Persyaratan utama untuk dapat mengurangi risiko di dalam portofolio

adalah return untuk masing-masing sekuritas tidak berkorelasi secara positif dan

sempurna. Nilai dari koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -1. Nilai

koefisien korelasi +1 menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai koefisien

korelasi 0 menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1

menunjukkan korelasi negatif sempurna.

Jika dua buah aktiva memiliki return dengan koefisien korelasi +1 (positif

sempurna), maka semua risikonya tidak dapat didiversifikasi atau risiko portofolio

tidak akan berubah sama dengan risiko aktiva individualnya. Jika dua buah aktiva

memiliki return dengan koefisien korelasi -1 (negative sempurna), maka semua

risikonya dapat didiversifikasi atau risiko portofolio akan sama dengan nol. Jika

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

koefisiennya di antara +1 dan -1, maka akan terjadi penurunan risiko di

portofolio, tetapi tidak menghilangkan semua risikonya.

Bagian dari risiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio

yang well-diversified disebut dengan risiko yang dapat didiversifikasikan

(diversifiable risk) atau risiko perusahaan (company risk) atau risiko spesifik

(specific risk) atau risiko unik (unique risk) atau risiko yang tidak sistematik

(unsystematic risk). Karena risiko ini unik untuk suatu perusahaan, yaitu hal

buruk terjadi di suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal baik yang

terjadi di perusahaan lain, maka risiko ini dapat didiversifikasi di dalam

portofolio. Contoh dari risiko ini adalah pemogokan bruh, tuntutan pihak lain,

dan sebagainya.

Sebaliknya, risiko yang tidak dapat didiversifikasikan oleh portofolio disebut

dengan non-diversifiable risk atau risiko pasar (marke risk) atu risiko umum

(general risk) atau risiko sistematik (systematic risk). Risiko ini terjadi karena

kejadian-kejadian di luar kegiatn perusahaan, seperti inflasi, resesi, dan lain

sebagainya.

1. Diversifikasi

Telah diketahui bahwa risiko yang dapat didiversifikasikan adalah

risiko yang tidak sistemik atau risiko spesifik. Diversifikasi ini sangat penting

untuk investor, karena dapat meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi

return yang diterima. Investor dapat melakukan diversifikasi dengan beberapa

cara, seperti misalnya dengan membentuk portofolio berisi banyak aktiva,

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

membentuk portofolio secara random atau diversifikasi denagn metode

Markowitz.

1.1 Diversifikasi dengan Banyak Aktiva

Asumsi yang digunakan di sini adalah bahwa tingkat hasil (rate of return)

untuk masing-masing sekuritas secara statistik adalah independen. Ini berarti

bahwa rate of return untuk satu sekuritas tidak terpengaruhi oleh rate of

return sekuritas lainnya. Dengan asumsi ini, deviasi standar yang mewakili

risiko dari portofolio dapat dituliskan sebagai :

Dari rumus di atas, terlihat bahwa risiko dari portofolio akan menurun

cepat dengan semakin besarnya jumlah sekuritas (n). Semakin banyak

sekuritas yang dimasukkan ke portofolio, semakin kecil risiko portofolionya.

Kenyataannya, asumsi rate of return yang independen untuk masing-masing

sekuritas adalah kurang realistis, karena umunya return sekuritas berkorelasi

satu dengan lainnya.

1.2 Diversifikasi Secara Random

Diversifikasi secara random merupakan pembentukan portofolio dengan

memilih sekuritas-sekuritas secara acak tanpa memperhatikan karakteristik dari

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

investasi yang relevan misalnya return dari sekuritas itu sendiri. Investor hanya

memilih sekuritas secara acak.

Efek dari pemilihan sekuritas sekuritas secara acak terhadap risiko portofolio

diteliti oleh Fama (1976). Deviasi standar masing-masing sekuritas dihitung

menggunakan data return bulanan dari bulan Juli 1963 sampai dengan Juni 1968.

Sekuritas pertama yang dipilih secara acak mempunyai deviasi standar 11%.

Kemudian sekuritas kedua juga dipilih secara acak dan dimasukkan ke dalam

portofolio dengan proporsi yang sama. Deviasi standar portofolio turun menjadi

sekitar 7,2%. Langkah-langkah yang sama dilakukan sampai dengan 50 sekuritas.

Penurunan risiko portofolio terjadi dengan cepat sampai dengan sekuritas ke 10

hingga ke 15. Setelah sekuritas ke 15, penurunan risiko portofoliomenjadi lambat.

Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan diversifikasi dapat dicapai hanya dengan

sekuritas yang tidak terlalu banyak, yaitu hanya kurang dari 15 sekuritas sudah

dapat mencapai diversifikasi.

1.3 Diversifikasi Secara Markowitz

Sebelumnya telah ditunjukkan bahwa dengan menggunakan metode dari

Markowitz, sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari 1 akan

menurunkan risiko portofolio. Dengan kata lain, saat melakukan diversifikasi,

dianjurkan untuk menghindari saham-saham yang berkorelasi positif, atau pilihlah

saham yang berkorelasi negative. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan

dalam porofolio, semakin kecil risiko portofolio.

Misalnya, saham pabrik semen dan saham properti adalah berkorelasi positif.

Saham Astra Internasional, saham Astra Otopart, dan saham Gajah Tunggal

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

(pabrik ban) juga berkorelasi positif karena ketiga jenis saham ini termasuk dalam

satu sektor, yakni sektor otomotif. Jadi, jika sudah memiliki saham semen, jangan

memiliki saham property, dan jika sudah memiliki saham Asttra Internasional

jangan memiliki saham Astra Otopart, dan seterusnya.

Kebaikan dari korelasi positif adalah apabila sekuritas dalam portofolio

sedang naik harganya, maka keuntungang akan menjadi sangat besar. Sementara

keburukannya adalah jika harga sedang turun, kerugian yang besar akan dialami.

Kebaikan dari memiliki sekuritas yang berkorelasi negatif adalah bila yang satu

merugi sementara yang lain untung, maka kita tidak mengalami kerugian total.

2. Pemilihan Portofolio

Di dalam membentuk suatu portofolio, terdapat permasalahan yakni

terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari

kombinasi aktiva berisiko yang tersedia di pasar. Kombinasi ini dapat mencapai

jumlah yang tidak terbatas. Belum lagi kombinasi ini juga memasukkan aktiva

bebas risiko di dalm pembentukan portofolio. Jika terdapat kemungkinan

portofolio yang jumlahnya tidak terbatas, maka akan timbul pertanyaan mana

yang akan dipilih oleh investor. Jika investor adalah rasional, maka mereka akan

memilih portofolio yang optimal. Portofolio optimal dapat ditentukan dengan

menggunakan model Markowitz atau model indeks tunggal. Untuk menentukan

portofolio yang optimal dengan model-model ini, yang pertama kali dibutuhkan

adalah menentukan portofolio yang efisien. Untuk model-model ini, semua

portofolio yang optimal adalah portofolio yang efisien. Karena tiap-tiap investor

memiliki kurva berbeda, portofolio akan berbeda untuk masing-masing investor.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

Investor yang lebih menyukai risiko akan memilih portofolio dengan return yang

tinggi dengan membayar risiko yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan

investor yang kurang menyukai risiko. Jika aktiva tidak berisiko, seperti SBI,

dipertimbangkan, maka aktiva ini dapat merubah portofolio optimal yang

mungkin sudah dipilih oleh investor.

Portofolio yang efisien didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan

return ekspektasi terbesar dengan risiko yang sudah tertentu atau memberikan

risiko terkecil dengan return ekspektasi yang sudah tertentu. Portofolio yang

efisien ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan

kemudian meminimumkan risikonya atau menentukan tingkat risiko yang tertentu

kemudian memaksimumkan return ekspektasinya. Investor yang rasional akan

memilih portofolio yang efisien ini karena merupakan portofolio yang dibentuk

dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return ekspektasi atau risiko

portofolio.

2.1 Portofolio Optimal Berdasarkan Model Markowitz

Model Markowitz menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Waktu yang digunakan hanya satu periode.

2. Tidak ada biaya transaksi.

3. Preferensi investor hanya didasarkan pada return ekspektasi dan risiko dari

portofolio.

4. Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

Asumsi bahwa preferensi investor hanya didasarkan pada return

ekspektasi dan risiko dari portofolio secara implisit menganggap

bahwa investor memiliki fungsi utiliti yang sama. Pada kenyataannya

tiap-tiap investor mempunyai fungsi utiliti yang berbeda. Jika

preferensi investor terhadap portofolio berbeda karena mereka

mempunyai fungsi utiliti yang berbeda.

Demikian juga jika tersedia pinjaman dan simpanan bebas risiko,

maka optimal portofolio akan dapat berbeda seandainya pinjaman dan

simpanan bebas risiko ini tidak tersedia. Model Markowitz ini tidak

mempertimbangkan hal ini. Jika investor hanya mempertimbangkan

risiko portofolio yang terkecil tanpa mempertimbangkan simpanan dan

pinjaman bebas risiko dan investor diasumsikan sebagai risk-averse

individu.

2.2 Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Single-Index

Model)

Terdapat banyak model untuk pengambilan keputusan investasi sekuritas.

Ketika memilih investasi sekuritas dalam bentuk saham, obliasi, Reksa dana, atau

indeks pasar, investor selalu mempertimbangkan dua hal, yakni risk dan return.

Untuk dapat menghitung retun, investor harus mengetahui keberadaan

undervalued atau overvalued securities, dan untuk tujuan itu banyak model yang

digunakan. Risk dan return analysis dari Harry Markowitz (1952) yang kemudian

dikembangkan oleh Jack Treynor (1965), William Sharpe (1966), Michael Jensen

(1968), dan Treynor & Black (1973) merupakan suatu cara yang objektif untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

memprediksi harga atau return sekuritas karena didasarkan pada data riil masa

sebelumnya yang kemudian dirata-ratakan dan diolah.

William Sharpe (mengembangkan model yang disebut dengan model

indeks tunggal. Model ini dapat digunakan untuk menyederhanakan perhitungan

di model Markowitz dengan menyediakan parameter-parameter input yang

dibutuhkan di dalam perhitungan model Markowitz. Di samping itu, model ini

dapat juga digunakan untuk menghitung return ekspektasi dan risiko portofolio.

Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas

berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus, dapat diamati

bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan jika indeks harga

saham naik. Kebalikannya juga benar. Hal ini menyarankan bahwa return-return

dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum (common

response) terhadap perubahan-perubahan nilai pasar.

Perhitungan untuk menentukan portofolio optimal sangat dimudahkan jika

hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu

sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut

adalah rasio antara ekses return dengan Beta. Excess return didefinisikan sebagai

selisih return ekspektasi dengan return aktiva bebas risiko. Excess return to Beta

ini mengukur kelebihan return relative terhadap satu unit risiko yang tidak dapat

didiversifikasikan yang diukur dengan Beta. Rasio ini juga menunjukkan

hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return dan risiko.

Portofolio yang optimal akan berisi dengan aktiva-aktiva yang mempunyai

nilai rasio tinggi. Aktiva-aktiva dengan hasil rasio yang rendah tidak akan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Dengan demikian, diperlukan sebuah

titik pembata (cut-off point) yang menentukan batas nilai rasio berapa yang

dikatakan tinggi.

B. Saham

1. Pengertian Saham

Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau

kepemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau

perseroan terbatas. Saham suatu perusahaan didaftarkan dibursa efek

dengan berbagi alasan diantaranya adalah untuk ekspansi usaha,

membayar utang atau membiayai kegiatan operasional perusahaan

yang tidak dapat tertutupi dari pendapatan perusahaan.

Saham yang didaftarkan tersebut kemudian dibeli oleh investor

untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diberikan oleh

saham adalah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan dan capital

gain yang diperoleh investor ketika menjual kembali saham tersebut.

Dividen adalah pembagian yang diberikan perusahaan penerbit

saham atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut

(Darmadji, 2001). Besar dividen yang dibayarkan perlembar saham

ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Investor

yang ingin mendapatkan dividen harus setidaknya memegang saham

perusahaan sampai periode dimana pembayaran dividen dilakukan.

Umumnya dividen adalah daya tarik perusahaan sehingga investor

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

berniat menahan kepemilikan saham (investor dengan orientasi jangka

panjang). Dividen yang dibayarkan dapat berupa tunai atau berupa

saham. Dividen tunai artinya pemegang saham diberikan dividen

berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk stiap lembar

saham yang dimiliki. Dividen saham berarti setiap pemegang saham

diberikan sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki

seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen

saham.

Capital gain merupakan selisih antara harga beli investor atas

suatu saham perusahaan dengan harga jual saham dilantai bursa.

Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham

dipasar sekunder. Umunya investor dengan orientasi jangka pendek

mengejar keuntungan dari kepemilikan saham sebagai capital gain.

Misalnya investor membeli saham dipagi hari dan kemudian

menjualnya lagi di siang hari jika saham mengalami kenaikan harga.

Selain keuntungan keuntungan berupa capital gain tersebut,

pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapatkan saham

bonus. Saham bonus merupakan saham yang dibagikan perusahaan

kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio

saham adalah selisih harga jual terhadap harga nominal saham tersebut

pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.

Karena dikenal dengan karakteristik high risk – high return,

saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. Risiko yang

dapat dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, adalah seperti

capital loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu

mendapatkan keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya

pemodal harus menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah

dari harga beli. Dengan demikian, investor mengalami capital loss.

Dalam jual beli saham, terkadang untuk mengahindari potensi

kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga

saham, maka seorang investor rela menjual saham dengan harga

rendah, yang disebut dengan cut loss.

Di samping risiko capital loss, seorang pemegang saham juga

masih dihadapkan dengan potensi risiko seperti perusahaan bangkrut

atau dilikuidasi. Bila perusahaan tersebut bangkrut, maka otomatis

berdampak langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai

dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia, maka

jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis

saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist.

Suatu saham yang didelist dari Bursa umunya memiliki kinerja yang

buruk, misalnya dalam waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,

mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara

berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya

sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa Efek Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

Adanya risiko berupa di suspend alias dihentikannya perdagangan

saham tertentu oleh otoritas Bursa juga merupakan ancaman lain bagi

para investor. Bila saham tersebut telah di suspend, maka para investor

tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend

biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi

perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung

dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan

otoritas bursa jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga

yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh krediturnya, atau

berbagai kondisi lain yang mengharuskan. Jika telah didapatkan suatu

informasi yang jelas dari perusahaan tersebut, maka suspend atas

saham tersebut dapat dicabut oleh bursa atau saham tersebut dapat

diperdagangkan lagi seperti semula.

2. Jenis Saham

Saham yang dikenal sehari-hari adalah saham biasa (common

stock) tetapi ada juga jenis saham yang lainnya. Ada beberapa sudut

pandang untuk membedakan saham:

2.1 Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:

a. Saham Biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan

pemiliknya berada diurutan paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas

harga kekayaan perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

b. Saham Preferen (prefered stock), yaitu saham yang memiliki

karakteristik gabungan obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan

pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi bis juga tidak mendatangkan hasil

seperti yang dikehendaki investor.

Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal,

yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh

tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut dan mendapat

dividen. Sedangkan persamaannya antara saham preferen dengan

obligasi terletak pada tiga hal: ada klaim atas laba dan aktiva

sebelumnya; dividennya tetap selama masa berlaku dari saham;

memilki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan

saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan

hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham

preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap

dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar.

2.2 Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas:

a. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), artinya saham tersebut tidak tertulis

nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor

lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang

diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

b. Saham Atas Nama (registered stocks), yaitu saham yang ditulis dengan

jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur

tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

2.3 Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dibedakan atas:

a. Blue Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki

reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memilki pendapatan yang stabil

dan konsisten dalam membayar dividen.

b. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan

membayar dividen yang lebih tinggi dari rata-rata yang mampu dibayarkan oleh

perusahaan lain sejenis. Emiten seperti ini biasanya menciptakan pendapatan yang

lebih tinggi dan secara teratur mampu membayarkan dividen tunai. Emiten ini

tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga

saham.

c. Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang

memiliki pertumbuhan pendapatan yamg tinggi sebagai leader di industri sejenis

yang memiliki reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-

known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun

memiliki cirri growth stocks.

d. Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara

konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai

kemungkinan penghasilan tinggi dimasa mendatang.

e. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh

kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi

ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan

dividen yang tinggi sebagaimana akibat dari kemampuan emiten memperoleh

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak

dalam produk yang sangat atau selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok,

consumer goods. Ada juga literatur yang menyebutkan saham jenis ini dengan

nama defensive stocks.

f. Cyclical Stocks, yaitu saham emitien yang mempunyai masa

kemakmuran pada masa-masa tertentu saja. Misalnya, perusahaan yang

memproduksi perlengkapan sekolah akan menghasilkan penjualan penjualan pesat

menjelang tahun ajaran baru dimulai perusahaan yang memproduksi perlengkapan

sekolah akan kebanjiran order. Begitu juga dengan perusahaan yang

memproduksi seragam sekolah.

g. Junk Stocks, yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang tidak

memiliki manajemen yang baik dan seringkali mengalami kerugian. Perusahaan

seperti ini memiliki uang yang banyak dan tidak memiliki produk yang

berprospek cerah. Kalaupun pernah membagikan dividen jumlahnya kecil dan

seringkali dilakukan karena dipaksa akibat adanya peraturan.

3. Indeks Harga Saham

Jenis-jenis Indeks Harga Saham di Bursa Efek Indonesia:

a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Perhitungannya menggunakan semua saham yang tercatat sebagai

komponen perhitungan indeks dimana satuan perubahan indeks dinyatakan

dengan satuan poin.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

b. Indeks Individual

Indeks individual menggunakan indeks harga masing-masing

saham terhadap harga dasarnya. Perhitungan indeks ini menggunakan

prinsip yang sama dengan IHSG yaitu: Harga pasar / Harga dasar x

100%

Dimana:

IHST = Indeks saham periode t

NPt = Nilai pasar pada hari ke-t

ND = Nilai Dasar

c. Indeks Harga Saham Sektoral

Indeks ini mulai diberlakukan tanggal 2 januari 1996 dari BEJ, indeks

sektoral terdapat 9 sektor. Menggunakan semua saham yang termasuk

dalam masing-masing sektor:

a. Sektor-sektor primer (ekslaratif)

1. Pertanian

2. Pertambangan

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

b. Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur)

3. Industri dasar dan kimia

4. Aneka Industri

5. Industri barang konsumen

c. Sektor-sektor tertier (jasa)

6. Properti dan real estate

7. Transportasi dan infrastruktur

8. Keuangan

9. Perdagangan, jasa dan investasi

d. Indeks LQ 45

Indeks LQ 45 yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu

kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Indeks ini

terdiri dari 45 saham / emiten dengan likuiditas yang tinggi, yang dipilih setelah

melalui beberapa kriteria pemilihan saham. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi

atas saham tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar.

Berikut adalah kriteria tertentu dan seleksi utama sebuah saham untuk

masuk dalam LQ45:

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar regular

(rata–rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

2. Ranking berdasar kapitalis pasar (rata – rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan

terakhir).

3. Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan.

4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan

jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

BEJ secara rutin memantau perkembangan komponen saham yang masuk

dalam perhitungan indeks LQ45. Pergantian saham akan dilakukan setiap 6

(enam) bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan awal bulan Agustus.

Indeks LQ45 dihitung mundur hingga tanggal 13 Juli 1994 sebagai Hari

Dasar, dengan Nilai Dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar Juli 1993

– Juli 1994. Hasilnya, ke 45 saham tersebut meliputi 72% total market kapitalisasi

pasar dan 72,5 % dari nilai transaksi di pasar reguler.

e. Indeks Jakarta Islamic (JII)

Merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI, indeks ini

merupakan indeks yang mengakomodasikan syariat-syariat investasi dalam islam

atau indeks yang berdasarkan Syariah Islam. Dalam indeks ini terdapat 30 saham

pilihan yang telah memenuhi syarat menurut Syariah Islam, sebagai tolak ukur

saham-saham yang dihalalkan dalam melakukan jual beli saham.

C. Valuasi Harga Wajar Saham

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

1. Valuasi Saham Preferen

Dalam menghitung harga wajar saham preferen relatif mudah, yaitu

dengan mendiskontokan (discounting) dividen ke nilai sekarang (present value)

dengan required rate of return selama periode waktu yang tidak terhingga

(infinite) atau selama memiliki saham preferen tersebut. Rumusnya adalah

Vp

= D/k

dimana:

Vp

= Nilai intrinsik (nilai wajar) saham preferen

D = Dividen tetap

k = required rate of return atau discount rate

2. Valuasi Saham Biasa

Penilaian (valuation) adalah proses penentuan proses penentuan berapa harga

yang wajar untuk suatu saham (Parahita,2008). Harga saham atau nilai saham

merupakan nilai sekarang dari aliran kas di masa mendatang. Harga saham atau

nilai saham dapat ditentukan berdasarkan nilai buku (book value), nilai pasar

(market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku (book value)

merupakan nilai yang tertera dalam neraca yang dihitung dengan cara membagi

total seluruh ekuitas atau modal sendiri dengan jumlah lembar saham yang

beredar (outstanding shares). Harga pasar atau nilai pasar merupakan harga jual

saham di pasar. Sedangkan nilai intrinsik atau sering disebut dengan nilai teoritis

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

adalah harga yang ditentukan setelah mempertimbangkan faktor-faktor

mempengaruhi saham.

Tujuan utama analisis nilai intrinsik adalah untuk mengetahui harga

sesungguhnya dari suatu saham pada periode tertentu dengan mempertimbangkan

faktor-faktor fundamental keuangan suatu perusahaan sehingga diketahui

sekuritas tersebut apakah undervalued, overvalued, atau pun wajar.

Sekuritas yang ternyata undervalued berarti pasar gagal atau tidak

menemukan adanya faktor-faktor yang membenarkan harganya harus tinggi.

Artinya nilai sekuritas lebih tinggi daripada harga jualnya. Segera setelah

masyarakat investor menyadari situasi tersebut, misalnya karena manajemen

mengumumkan EPS (earning per share) lebih tinggi dari yang diharapkan, para

investor akan membeli saham dan akan memaksa harga naik.

Perseorangan atau perusahaan yang menjual saham pada waktu

undervalued akan mendapat keuntungan (capital gain) tetapi investor yang

menjual pada saat saham overvalued akan menderita kerugian (capital loss).

Sementara investor yang sebelumnya telah memiliki saham dalam portofolionya,

jika saham overvalued, maka ia akan segera melepasnya (cut loss) dan jika

undervalued akan tetap mempertahankannya (hold). Adalah bijaksana untuk tidak

membeli saham overvalued sebab cepat atau lambat akan terjadi koreksi pasar.

Dalam melakukan analisis dan memilih saham, terdapat dua aspek atau

pendekatan yang sering digunakan, yakni aspek fundamental dan aspek teknikal.

Analisis fundamental berpendapat bahwa suatu sekuritas memiliki nilai intrinsik

tertentu (nilai yang seharusnya). Nilai intrinsik suatu sekuritas ditentukan oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

faktor-faktor fundamental yang berasal dari dalam perusahaan, industri maupun

keadaan perekonomian makro. Analisis fundamental akan membandingkan nilai

intrinsik suatu sekuritas dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga

pasar sekuritas sudah benar- benar mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum.

Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka akan ditentukan strategi investasi,

apakah dibeli, dijual atau dipertahankan.

Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga sekuritas akan dipengaruhi

oleh kinerja perusahaan, misalnya tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan,

kebijakan dividen, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), manajemen, kinerja,

laba usaha, dan lain-lain.

Analisis teknikal memulai analisisnya dengan (hanya) memperhatikan

perubahan harga sekuritas itu sendiri dari waktu ke waktu. Para pendukung

pendekatan ini berpendapat bahwa faktor-faktor fundamental dari suatu sekuritas

tercemin dalam harga sekuritas.

Analisis teknikal didasarkan pada anggapan bahwa harga suatu sekuritas

akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap sekuritas tersebut. Oleh

karena itu, teknik-teknik analisis dalam pendekatan ini dirancang untuk mengukur

kedua aspek, yakni permintaan dan penawaran. Analisis teknikal didasarkan pada

beberapa asumsi dasar, yaitu :

1. Harga sekuritas akan ditentukan oleh onteraksi antara permintaan dan

penawaran sekuritas.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

2. Penawaran dan permintaan sekuritas itu sendiri dipengaruhi oleh banyak

faktor, baik yang rasional maupun irrasional.

3. Perubahan harga sekuritas cenderung bergerak pada satua rah tertentu (trend).

4. Pergeseran penawaran dan permintaan sekuritas akan mempengaruhi arah

perubahan harga.

5. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lampau akan terulang kembali pada

masa yang akan datang.

Pada hakekatnya, penilaian saham melalui analisis fundamental dapat

dibedakan menjadi dua metode, yaitu pendekatan nilai sekarang (present value

approach) dan pendekatan Price Earning Ratio (P/E Ratio). Pendekatan nilai

sekarang menganggap bahwa harga teoritis (intrinsik) saham merupakan total

nilai sekarang dari seluruh aliran kas yang akan diterima selama periode

pemegangan saham (holding period). Sementara itu, penghitungan harga teoritis

saham dengan pendekatan P/E Ratio dilakukan dengan menentukan harga dari

setiap Rupiah pendapatan yang akan diterima.

Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan metode kapitalisasi laba

(capitalization income method), karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai

masa depam yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya

bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa

mendatang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan aliran kas di masa depan, maka nilai perusahaan tersebut dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan

menjadi nilai sekarang.

Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai perusahaan.

Arus kas merupakan kas yang diterima oleh perusahaan emiten. Sebagai alternatif

dari arus kas, laba perusahaan (earnings) juga dapat digunakan untuk menghitung

nilai intrinsik. Earnings yang diperoleh perusahaan dapat ditahab sebagai sumber

dana internal (retained earnings) atau dibagikan dalam bentuk dividen. Arus

dividen dapat dianggap sebagai arus kas yang diterima oleh investor. Dengan

alasan bahwa dividen merupakan satu-satunya arus pendapatan yang diterima oleh

investor, model diskonto dividen (Dividend Discount Model) dapat digunakan

sebagai pengganti model diskonto arus kas untuk menghitung nilai intrinsik

saham.

Penilaian harga wajar saham dengan menggunakan pendekatan dividen

ini dapat dibedakan menjadi :

1. Model Tanpa Petumbuhan (zero growth model)

Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan tidak

akan mengalami pertumbuhan. Dengan kata lain, jumlah dividen yang dibayarkan

akan tetap sama dari waktu ke waktu. Jika perusahaan membayar dividen secara

konstan yang nilainya sama dari waktu ke waktu, yaitu sebesar D, maka nilai

intrinsik harga saham menjadi :

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

dan dapat disederhanakan menjadi :

dimana :

D = Dividen yang akan diterima dalam jumlah konstan selama periode

pembayaran dividen dimasa datang.

k = Tingkat return yang diisyaratkan.

2. Model Pertumbuhan Konstan (Constant Growth Model)

Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan

dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas.

Jika dividen periode awal adalah D0, maka dividen periode kesatu adalah D0(1+g)

dan periode kedua adalah D0 (1+g) (1+g) atau D0(1+g)2 dan seterusnya. Untuk

kasus pembayaran dividen yang bertumbuh secara konstan ini, rumus nilai

intrinsik saham menjadi :

Rumus ini disederhanakan menjadi :

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

dimana :

Po = nilai intrinsik atau nilai teoritis saham

D = dividen yang diharapkan pada tahun n

K = required rate of return yang dihasilkan melalui CAPM

g = pertumbuhan dividen

3. Model Pertumbuhan Berganda atau Supernormal (multiple growth

model)

Asumsi perusahaan akan membayarkan dividen secara konstan dalam

kenyataannya kadangkala kurang tepat karena pada beberapa tahun awal selama

masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin akan mampu membayarkan

dividen dengan pertumbuhan di atas normal dan setelah melewati masa

pertumbuhan fantastis di tahun awal tersebut, pertumbuhan tingkat dividen (g)

yang akan dibayarkan perusahaan mungkin akan menjadi lebih rendah dibanding

masa sebelumnya dan selanjutnya akan bertumbuh secara tetap. Proses ini

menghitung nilai saham dengan menggunakan model pertumbuhan dividen tidak

konstan adalah sebagai berikut :

dimana :

Po = harga intrinsik saham

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

D0 = dividen saat ini

gt = pertumbuhan dividen di atas normal

gc = pertumbuhan dividen normal

k = required rate of return

n = periode pertumbuhan dividen di atas normal

dn = dividen pertumbuhan normal

Selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai

intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earnings).

Salah satu metode nya adalah Relative Valuation Techniques.Melalui pendekatan

ini, dikenal beberapa metode, yaitu Price Earnings Ratio, Price Book Value atio,

dan Price Dividend Ratio. Dalam penelitian ini, penulis hanya memakai metode

Price Earnins Ratio atau disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier

dalam mengadakan valuasi terhadap harga saham.

P/E Ratio menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini

menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan

dari earnings. Misalnya nilai P/E Ratio adalah lima, maka ini menunjukkan

bahwa harga saham perusahaan merupakan kelipatan dari lima kali earnings

perusahaan tersebut. Misalnya earnings yang digunakan adalah earnings tahunan

dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai P/E Ratio

sebesar lima juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali

selama lima tahun. Rumus P/E Ratio dapat djelaskan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

dimana :

D1/E1 = rasio pembayaran dividen terhadap earnings (disebut dividend

payout ratio)

k = tingkat keuntungan yang diharapkan

g = tingkat pertumbuhan dividen normal

Rumus di atas menunjukkan faktor-faktor yang menentukan besarnya

P/E Ratio , yaitu:

1. P/E Ratio berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen

terhadap earnings (dividend payout ratio).

2. P/E Ratio berhubungan negatif dengan tingkat pengembalian atau

keuntungan yang diharapkan.

3. P/E Ratio berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan dividen.

D. Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Capital Assets Pricing Model (CAPM) dikembangkan pertama

kali pada tahun 1960 oleh William F. Sharpe, Lintner, dan Mossin.

CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan tingkat return

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

yang diharapkan dari suatu aset berisiko dengan risiko dari aset

tersebut pada kondisi pasar yang seimbang (Tandelilin, 2001:90).

CAPM didasari oleh teori portofolio yang dikemukakan oleh Markowitz.

Berdasarkan model Markowitz, masing-masing investor diasumsikan akan

mendiversifiksikan portofolionya dan memilih portofolio yang optimal atas dasar

preferensi investor terhadap return dan resiko, pada titik-titik portofolio yang

terletak di sepanjang garis portofolio efisien. Disamping asumsi itu, ada beberapa

asumsi lain dalam CAPM yang dibuat untuk menyederhanakan realitas yang ada,

yaitu:

1. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return dimasa

depan yang identik, karena mereka mepunyai harapan atau ekspektasi yang

hampir sama. Semua investor menggunakan sumber informasi seperti tingkat

return, varians return, dan matriks korelasi yang sama dalam kaitannya dengan

pembentukan portofolio yang efisien.

2. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya satu

tahun.

3. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan

(lending) uang pada tingkat return yang bebas risiko (risk-free rate of return).

4. Tidak ada biaya transaksi

5. Tidak ada pajak pendapatan.

6. Tidak ada inflasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

7. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satu pun investor yang

dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas. Semua investor adalah price-taker.

8. Pasar dalam keadaan seimbang (equilibrium)

Model CAPM merupakan model yang bisa menggambarkan atau

memprediksi realitas dipasar yang bersifat kompleks, meskipun bukan kepada

realitas asumsi-asumsi yang digunakan. Oleh karena itu, CAPM sebagai sebuah

model keseimbangan bisa membantu kita menyederhanakan gambaran realitas

hubungan return dan risiko dalam dunia nyata yang terkadang sangat kompleks.

Jika semua asumsi diatas terpenuhi maka akan terbentuk suatu pasar yang

seimbang. Dalam kondisi pasar yang seimbang, investor tidak akan bisa

memperoleh return abnormal (return ekstra) dari tingkat harga yang terbentuk,

termasuk bagi investor yang melakukan perdagangan spekulatif. Oleh karena itu,

kondisi tersebut akan mendorong semua investor untuk memilih potorfolio pasar,

yang terdiri dari semua aset berisiko yang ada. Portofolio pasar tersebut akan

berada pada garis permukaan efisien (efficient frontier) dan sekaligus merupakan

portofolio yang optimal.

Apa yang bisa dijadikan ukuran portofolio pasar? Berdasarkan model

CAPM, portofolio pasar seharusnya meliputi semua aset berisiko yang, baik itu

aset financial (obligasi, opsi, future dan sebagainya) maupun aset riil (emas, real

estate). Tetapi dalam kenyataannya hal itu sulit dilakukan karena jumlahnya yang

banyak sekali dan tidak mungkin diamati satu persatu. Untuk itu, diperlukan suatu

proksi portofolio pasar, yang bisa diwakili oleh portofolio yang terdiri dari semua

saham yang ada di pasar. Proksi ini bisa diwakili oleh nilai indeks pasar, seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

Indeks Pasar Gabungan (IHSG) ataupun LQ45 (harga satuan untuk sekuritas yang

paling aktif) untuk kasus di Indonesia. Untuk selanjutnya indeks pasar inilah yang

digunakan sebagai portofolio pasar. Portofolio tersebut merupakan portofolio

yang terdiri dari aset berisiko, dan risiko portofolio akan diukur dengan

menggunakan nilai standar deviasi pasar (σm).

Menurut teori CAPM tingkat pendapatan yang diharapkan dari sekuritas

dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

dimana :

ks = tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas yang

mengandung risiko (required rate of return).

Rf = tingkat pendapatan bebas risiko.

β = tolak ukur risiko yang tidak bisa terdiversifikasi dari surat

berharga

E(Rm) = tingkat pendapatan yang diharapkan dari portofolio pasar

(expected return).

E(Rm) - Rf = premi risiko

E. Beta (β)

Risiko (risk) didefinisikan dalam kamus Webster sebagai suatu halangan,

gangguan, eksposur terhadap kerugian atau kecelakaan. Jadi, resiko diartikan

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan (Brigham,

2004).

Risiko sistematik adalah bagian dari risiko sekuritas yang tidak dapat

dihilangkan dengan membentuk portofolio atau didiversikfikasi. Risiko sistematik

ini dimiliki atau melekat pada semua perusahaan, karena disebabkan oleh faktor

makro ekonomi, misalnya inflasi dan tingkat suku bunga.

Sumber risiko dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu risiko yang sistematis

merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan dan risiko

tidak sistematis yang merupakan risiko yang mempengaruhi sekelompok kecil

perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa risiko sistematik suatu saham

merupakan indikator yang menunjukkan sensivitas pergerakan return saham

terhadap pergerakan return saham-saham lainnya di pasar. Adanya kaitan antara

saham individual dengan pasar membawa pemikiran bahwa besarnya risiko

sistematik suatu saham seharusnya diperkirakan dari aspek fundamental

perusahaan dengan karakteristik pasar. Jika aspek fundamental keuangan tersebut,

maka akan sangat membantu investor dalam menganalisa kepekaan pergerakan

return saham terhadap pergerakan saham. Faktor-faktor fundamental keuangan

merupakan data akuntansi berupa rasio-rasio yang dapat membantu investor untuk

memprediksi risiko saham.

Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta (β).

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau

return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-I mengukur volatilitas

return sekuritas ke-I dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian, beta merupakan

pengukur risiko sistemik dari suatu sekuritas relative terhadap risiko pasar

(Jogiyanto, 2003:265-266).

Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari retrun-return suatu

sekuritas dalam suatu periode waktu tertentu. Jika fluktuasi return-return

sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi dari retrun-return pasar, maka beta

dari sekuritas tersebut dinyatakan bernilai satu. Misalnya apabila return pasar naik

sebesar 5%, maka investor akan mengharapkan kenaikan return sekuritasnya

sebesar 5% pula. Beta suatu saham lebih besar dari satu (β>1) berarti saham

tersebut memiliki risiko lebih tinggi dari risiko rata-rata pasar atau return

sekuritas lebih besar dari return pasar (IHSG) dan saham tersebut termasuk saham

agresif. Sebaliknya, suatu beta suatu saham lebih kecil dari satu (β <1) berarti

saham tersebut memiliki risiko lebih rendah dari risiko rata-rata pasar atau return

sekturitas lebih rendah dari return pasar (IHSG), dan saham tersebut termasuk

saham defensif.

Beta dapat juga dihitung dengan menggunakan teknik regresi. Teknik

regresi untuk mengestimasi Beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan

menggunakan return-retun sekuritas sebagai variabel dependen dan return-return

pasar sebagai variabel independen. Persamaan regresi yang dihasilkan dari data

time series ini akan menghasilkan koefisien Beta yang diasumsikan stabil dari

waktu ke waktu selama masa periode observasi. Jika Beta sifatnya adalah stabil,

semakin lama periode observasi yang digunakan di persamaan regresi, semakin

baik hasil dari Beta (karena kesalahan pengukurannya semakin lebih kecil). Akan

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

tetapi, bila periode observasi terlalu lama, anggapan Beta konstan dan stabil

kurang tepat, karena sebenarnya Beta berubah dari waktu ke waktu.

Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi Beta dapat

didasarkan pada model indeks-tunggal atau model pasar dengan menggunakan

model CAPM. Jika digunakan model indeks tunggal atau model pasar, Beta dapat

dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :

Dari persamaan di atas, koefisien βi merupakan Beta sekuritas ke-I yang

diperoleh dari teknik regresi. Variabel acak ei di persamaan regresi menunjukkan

bahwa persamaan linier yang dibentuk mengandung kesalahan.

Beta dapat juga dihitung dengan menggunakan model CAPM. Model

CAPM ini dapat dituliskan :

dimana :

Ri = return sekuritas ke-i

RBR = return sekuritas bebas risiko

RM = return portofolio pasar

βi = beta sekuritas ke-i

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

Untuk mengaplikasikan model CAPM ini ke persamaan regresi, maka

nilai RBR perlu dipindahkan ke sebelah kiri persamaan menjadi :

Secara definisi, Beta merupakan pengukur volatilitas antara return-

return pasar. Jika volatilitas ini diukur dengan kovarian, maka kovarian return

antara sekuritas ke-I dengan return pasar adalah sebesar σiM. Jika kovarian ini

dihubungkan relatif terhadap risiko pasar (yaitu dibagi dengan varian return pasar

atau σM2), maka hasil ini akan mengukur risiko sekuritas ke-i relatif terhadap

risiko pasar atau disebut dengan Beta.

Dengan demikian, Beta dapat dihitung dengan rumus :

Atau dapat diuraikan sebagai berikut :

Beta saham berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat keberanian investor

dalam menanggung risiko dan dapat mengindikasikan tingkat

kepekaan suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum. Semakin

berani seorang investor menanggung risiko, dia akan memilih saham-

saham agresif (saham yang memiliki beta lebih dari satu). Dalam

penelitiannya, penulis akan menggunakan rumus diatas dalam mencari

Beta sekuritas.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

F. Berinvestasi di Pasar Saham

Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam berinvestasi

di pasar saham (Tambunan, 2007), yaitu:

1. Memilih saham yang undervalued

Bijaksana jika memilih saham yang mempunyai pengalaman memberikan

earnings yang konsisten dan growing earning yang cepat. Nilai saham yang

lebih tinggi dari harganya maka harga disebut undervalued dan saham ini

adalah kandidat yang dipilih. Saham yang undervalued akan memberikan

kesempatan sebagai winner dan menghindari dari risiko bila dibandingkan

dengan harga saham yang overvalued.

Bila harga pasar saham > harga pasar,

maka harga saham undervalued strategi beli (buying).

Bila harga pasar saham < harga pasar,

maka harga saham overvalued strategi jual (selling) dan

strategi mempertahankan (holding).

2. Berinvestasi dalam jangka panjang

Time horizon panjang akan menyebabkan compounding effect dapat

bekerja secara optimum. Sentimen dan tekanan jangka pendek yang

mengaburkan dapat dinetralisir dengan investasi jangka panjang. Investasi

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

dalam satu tahun merupakan pilihan yang cukup baik bagi para investor dan

lebih pendek untuk para spekulator.

3. Gunakan pialang yang bonafit

Ada empat jenis pialang dalam pasar modal, yaitu : (1) perantara, (2)

penasihat investasi, (3) manajemen investasi, dan (4) underwriter (penjamin

emisi). Memilih salah satu di antara pialang-pialang di Indonesia perlu diingat

bahwa pialang yang berpengalaman dan dapat dipercaya sesuai dengan

kebutuhan, didukung oleh permodalan yang cukup dengan sistem operasional

yang baik serta fasilitas kemudahan akan amat membantu investor melakukan

investasinya.

4. Memilih saham yang aman

Harga beberapa saham bagaikan sebuah yoyo yang naik turun contihnya

saham perbankan yang selalu berfluktuasi (tidak stabil), tetapi ada pula saham

yang selalu stabil tenang dan tidak terlalu berfluktuasi, contohnya saham-

saham yang berada di Indeks LQ45. Kelompok saham pertama mempunyai

volatilitas tinggi sebagai pencerminan kekhawatiran dan ketidakpastian di

masa depan, sedangkan kelompok lainnya mempunyai track records earnings

performance yang stabil. Volatilitas harga dan peningkatan risiko yang

disebabkan oleh berbagai macam hal seperti rumor, politik, bencana alam,

kondisi keamanan, dan lain sebagainya yang menimbulkan kekalutan dan

ketidakpastian.

5. Membeli saham yang menawarkan buyback

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

Buyback artinya ada opsi yang dibeli kembali oleh emiten yang mengeluarkan

saham tersebut. Opsi ini menjadi suatu tawaran yang menarik dan

menjanjikan di masa depan. Strategi buyback ini sering digunakan oleh emiten

untuk meningkatkan harga.

G. Penelitian Terdahulu

Andrian Lorand Manurung (2008) melakukan penelitian dengan judul

“Valuasi Harga Wajar Saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk” menyimpulkan

bahwa :

1. Hasil harga saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang divaluasi

dengan Dividend Discounted Model (DDM) pertumbuhan supernormal periode

2002 – 2003 dinilai wajar, sedangkan periode 2004 – 2006 dinilai tidak wajar dan

harga saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang divaluasi dengan P/E Ratio

periode 2002 – 2006 dinilai wajar.

2. Harga wajar saham PT Telekomunikasi, Tbk yang dihitung dengan DDM

pertumbuhan supernormal dan P/E Ratio tidak memiliki beda yang signifikan

terhadap harga pasar saham.

Erawan (2002) melakukan penelitian dengan judul “Penilaian

Harga Saham Pada Sektor Industri Rokok Yang Go Public Selama

Tahun 1995-1999 Dengan Menggunakan Analisa Fundamental Price

Eaning Ratio (PER)” menemukan bahwa:

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

1. Berdasarkan harga wajar saham PT.BAT Indonesia,Tbk maka dapat

disimpulkan bahwa nilai pasar untuk saham BAT Indonesia selama bulan Januari

hingga April 2000 lebih tinggi (overvalued) dibandingkan dengan nilai intrinsik

dari saham tersebut. Sedangkan untuk periode Mei hingga Juli 2000, saham BAT

Indonesia jika dilihat memiliki harga pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya

(undervalued). Pada bulan Agustus 2000 harga pasar saham BAT Indonesia

mengalami kesamaan nilai (correctly valued) dengan nilai intrinsik saham

tersebut.

2. Penilaian Harga Saham PT Gudang Garam dan PT HM Sampoerna dapat

disimpulkan bahwa saham-saham perusahaan tersebut selama periode Januari

hingga Agustus 2000 memiliki nilai pasar yang lebih rendah bila dibandingkan

dengan nilai intrinsik saham PT.Gudang Garam dan PT.HM Sampoerna.

3. Saham untuk PT Gudang Garam dan PT.HM sampoerna layak untuk

dijadikan investasi karena bila nilai intrinsik saham tersebut lebih besar dari harga

pasarnya maka investasi akan menghasilkan keuntungan bagi investor. Sedangkan

saham PT.BAT Indonesia tidak layak untuk dijadikan investasi karena harga

saham yang tidak stabil dan harga saham yang selalu tinggi.

I Putu Darma Putra (2009) mengadakan penelitian dengan

judul “ Analisis Valuasi Saham pada PT Indofood Sukses Makmur

Tbk, PT Gudang Garam Tbk, dan PT Unilever Tbk” dengan

kesimpulan bahwa :

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

1. Dari perhitungan yang telah dilakukan maka estimasi nilai intrinsik

saham ketiga perusahaan tersebut periode 30 Juni 2009 adalah sebagai berikut.

Saham INDF Jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow diperoleh

sebesar Rp 258,45 dengan pendekatan Relative Valuation diperoleh sebesar Rp

2.032,61 dan dengan pendekatan Capital Asset Pricing Model diperoleh sebesar

Rp 214,60. Sedangkan untuk saham GGRM Jika dihitung dengan pendekatan

Discounted Cash Flow diperoleh sebesar Rp 1.980,17 dengan pendekatan Relative

Valuation diperoleh sebesar Rp 27.423,61 dan dengan pendekatan Capital Asset

Pricing Model diperoleh sebesar Rp 2.280,63. Dan yang terakhir untuk saham

UNVR Jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow diperoleh sebesar

Rp 8.157,79 dengan pendekatan Relative Valuation diperoleh sebesar Rp 446,96

dan dengan pendekatan Capital Asset Pricing Model diperoleh sebesar Rp

2.873,06.

2. Saham INDF dan GGRM berada dalam kondisi Overvalued jika dihitung

dengan pendekatan Discounted Cash Flow dan Capital Asset Pricing Model.

Namun jika dihitung dengan menggunakan pendekatan Relative Valuation saham

INDF dan GGRM berada dalam kondisi Undervalued. Sedangkan untuk saham

UNVR jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow, Relative

Valuation, dan Capital Asset Pricing Model berada dalam kondisi Overvalued.

Triyanti Fabrina Simamora (2009) mengadakan penelitian

dengan judul “Penilaian Kewajaran Harga Saham Dengan Pendekatan

Universitas Sumatera Utara

Page 43: Tori Pasar Modal Dan Pembentukan Portofolio

Analisis Fundamental Pada Sektor Telekomunikasi Di Bursa Efek

Indonesia (BEI)” dengan menyimpulkan bahwa :

1. Harga saham Indosat,Tbk yang divaluasi dengan DDM pertumbuhan

supernormal periode 2003 sampai 2007 dinilai tidak wajar demikian juga halnya

dengan PBV rasio menunjukkan bahwa harga saham Indosat,Tbk tahun 2003-

2007 tidak wajar.

2. Harga saham PT Telekomunikasi yang divaluasi dengan DDM

pertumbuhan supernormal periode 2003 dinilai wajar sedangkan periode 2004-

2007 dinilai tidak wajar dan harga saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang

divaluasi dengan PBV periode 2003-2007 dinilai tidak wajar.

3. Harga wajar saham Indosat,Tbk yang dihitung dengan DDM

pertumbuhan supernormal memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar

saham.

4. Harga wajar saham Indosat,Tbk berdasarkan PBV memiliki beda yang

signifikan terhadap harga pasar saham.

5. Harga wajar saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang dihitung

dengan DDM pertumbuhan supernormal tidak memiliki beda yang signifikan

terhadap harga pasar saham.

6. Harga wajar saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk berdasarkan PBV

memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar saham.

Universitas Sumatera Utara