TM Dhewa
-
Upload
tri-wahyuningsih -
Category
Documents
-
view
54 -
download
0
Transcript of TM Dhewa
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang dan atau suatu konsep
dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya
sepenuhnya menerapkan pengertian dan atau prinsip-prinsip pokok kesehatan.
Penerapan paradigma sehat sebagai suatu kebijakan pembangunan kesehatan telah
dijabarkan secara lengkap ke dalam empat hal yang bersifat pokok, yaitu visi
pembangunan kesehatan di Indonesia sekarang ini berdasarkan MDGs
(Millenium Development Goals) yang berhubungan dengan gizi terdapat
Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan yang termasuk Goal 1 dimana jika
kemiskinan dan kelaparan diberantas diharapkan akan tercapai gizi rakyat
Indonesia yang lebih baik. Begitu juga dengan Goal 2 yaitu Mencapai Pendidikan
Dasar untuk semua dengan harapan tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka
kesadaran akan pentingnya gizi seimbang akan tercapai.
Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu
pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Untuk menciptakan masyarakat yang sehat dinas kesehatan dan puskesmas
melakukan berbagai upaya seperti, bagian dari sistem kesehatan nasional dengan
melibatkan peran serta kader dan masyarakat untuk menangani masalah gizi yang
pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat namun penanggulangan
tidak dapat dilakukan lewat pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Dari laporan yang ada dapat dijelaskan keadaan gizi masyarakat Jawa
Tengah yang tercermin dalam hasil penimbangan balita adalah sebagai berikut.
Data tahun 2007 menunjukkan jumlah balita yang ada 2,772,579 dari jumlah
tersebut yang datang dan ditimbang di Posyandu sebanyak 1,985,973 dengan
rincian yang naik berat badannya sebanyak 1,519,620 anak (76.52%) dan balita
yang berada dibawah garis merah (BGM) sebanyak 30,257 anak (1.52%). Data
tersebut menunjukkan bahwa di Jawa Tengah masih banyak balita yang status
gizinya berada di bawah standar. (Dinkes Jateng, 2007)
2
Di Puskesmas Tempuran masalah balita BGM juga merupakan salah satu
program gizi yang harus ditangani oleh petugas kesehatan. Berdasarkan hasi SPM
bulan Januari – Juli 2013 didapatkan hasil cakupan balita BGM sebesar 1,29%.
Dengan pencapaian sebesar 115,89% sehingga didapatkan target yang kurang
dari 1,5 %.
Pada Desa Tugurejo 81 balita ditimbang dengan 4 balita BGM.
Didapatkan hasil cakupan sebesar 4,93% dimana hasil tersebut melebihi target
Dinkes yaitu kurang dari 1,5%. Dusun Kanggotan didapatkan adanya 32 balita
dan yang mengalami balita bawah garis merah adalah sebanyak 2 balita pada
periode Januari – Juli 2013 dengan hasil cakupan sebesar 6,2%. Hal tersebut
menjadi suatu masalah karena cakupan BGM di Dusun Kanggotan melampaui
target dari Dinkes Kabupaten Magelang sebesar <1,5%.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diperoleh rumusan
masalah, seperti bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan kasus Balita Bawah
Garis Merah (BGM) masih tinggi di Dusun Kanggotan periode Januari – Juli
2013? Bagaimana alternatif pemecahan masalah yang sesuai? Apa saja kegiatan
yang dapat disusun untuk memecahkan masalah tersebut?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyebab masalah dan upaya pemecahan cakupan
balita dengan BGM di Dusun Kanggotan, Desa Tugurejo, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang periode Januari – Juli 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu menganalisis penyebab masalah berdasarkan metode pendekatan
system (input, proses, output, dan lingkungan)
b. Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan
penyebab masalah yang ada
c. Mampu untuk menyusun plan of action (POA) dari masalah BGM di Dusun
Kanggotan, Desa Tugurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
3
1.4 Manfaat Kegiatan
1. Laporan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai
kegiatan pendataan balita BGM dan tambahan informasi pada saat
melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu guna meningkatkan kesadaran
untuk menimbangkan anaknya ke posyandu.
2. Sebagai masukan instansi dinas kesehatan sebagai pertimbangan
pengambilan keputusan dalam program kesehatan.
3. Dapat memberikan masukan bagi petugas gizi dalam rangka
merencanakan gizi di masa mendatang.
4. Dari hasil laporan ini diharapkan pengetahuan masyarakat dapat
bertambah terutama tentang manfaat pentingnya kenaikan berat badan
pada balita.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai
dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan
perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2003).
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan
tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti
dan pandai (Drs. Sidi Gazalba)
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan
bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar
(knowledgement is justified true beliefed). Pengetahuan itu adalah semua
milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu.
Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge)
adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek)
5
memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif
sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya
sendiri dalam kesatuan aktif.
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :
1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan
terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.
5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan kesadaran dan sikap.
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif
yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan
sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):
1. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan
mengatakan.
2. Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
6
3. Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan
sebagainya.
4. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan,
menggambarkan, memisahkan.
5. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau
objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).
2.1.3. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang berisi tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo,
2003)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
7
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
2.2. Perilaku
2.2.1. Definisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku
adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati
bahkan dapat dipelajari.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi
dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli
psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada
karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-
faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai
perilaku seseorang.
8
2.3. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat
badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS
(Kartu Menuju Sehat) (Depkes,1996,1999).
KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada, sebagian berat
badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan
ada yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya dibawah garis
merah. Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja
dipresepsikan dengan gizi baik, sementara berat badan yang berada pada pita
warna kuning merupakan warning (peringatan) kepada ibunya agar lebih
berhati-hati jangan sampai masuk pada berat badan dibawah garis merah atau
biasa disebut dengan BGM, karena apabila anak telah berada di bawah garis
merah pada KMS maka anak balita tersebut bisa cenderung di vonis telah
mengalami gizi buruk (Depkes,1999).
2.4. Status Gizi
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan yang berhubungan dengan
penggunaan makanan oleh tubuh, atau merupakan gambaran keseimbangan
antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan
petumbuhan, pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi
dan asupan zat gizi (Depkes, 1995).
Status gizi baik atau normal merupakan tingkat kesehatan yang paling
diharapkan, karena pada keadaan ini individu dapat merasakan kenikmatan
hidup. Untuk mencapai hal ini diperlukan perhatian yang serius terhadap
kecukupan gizi bagi tubuh, baik dari perencanaan, pemilihan bahan makanan,
pengolahan, dan penyajian bahan makanan (Depkes, 1995).
Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin
mendapat perhatian karena didorong oleh kebutuhan alat ukur untuk menilai
9
status yang dapat digunakan secara luas dalam program-program perbaikan
gizi masyarakat.
Pada dasarnya berbagai indeks antropometri digunakan dalam
kegiatan-kegiatan :
1. Penilaian status gizi (assesment) dalam survei secara luas dalam skala
nasional atau survei untuk wilah terbatas seperti dalam penilaian dab
evaluasi kegiatan gizi tertentu.
2. Memantau pertumbuhan anak dengan menggunakan KMS.
3. Kegiatan penapisan (Screening), untuk memilih target dalam suatu
kegiatan seperti pemberian makanan tambahan (PMT).
4. Kegiatan di klinik dalam hubungan dengan penyakit atau pengobatan.6
Status gizi ditentukan berdasarkan Dirjen Binkesmas Depkes RI 1995,
tentang Kartu Menuju Sehat (KMS), yaitu menggunakan persentase median
baku WHO-NCHS. Gizi buruk ditetapkan bila BB/U < 60%: gizi kurang
BB/U 60% - <70%: gizi sedang: BB/U 70% - <80%: dan gizi baik : BB/U
80% – 120% median standar WHO-NCHS.4,5,7
2.5. Kartu Menuju Sehat ( KMS )
Kartu Menuju Sehat (KMS) itu hanya difungsikan untuk Pemantauan
pertumbuhan-perkembangan balita dan Promosinya, bukan untuk penilaian
status gizi. Pada KMS tidak dibedakan menurut jenis kelamin, balita laki-laki
dan perempuan sama saja. Pita gambar yang ada pada KMS berdasarkan %
median, artinya tidak disesuaikan dengan hasil berat badan balita dan
kemudian ditentukan status gizinya atau jelasnya berat badan yang tercantum
pada KMS Berat Badan per Umur. Berat Badan di Bawah Garis Merah
(BGM) bukan menunjukkan keadaan GIZI BURUK tetapi sebagai “warning”
untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya tetapi perlu diingat tidak berlaku pada
anak dengan berat badan awalnya memang sudah dibawah garis merah. Naik-
10
Turunnya berat badan balita selalu mengikuti pita warna pada KMS (Depkes,
1999)
Hasil penimbangan balita di posyandu hanya dapat dimanfaatkan atau
digunakan untuk :
1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan induvidu balita dengan
melihat berat badan yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau
BGM
2. Perkiraan perkembangan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu dengan
melihat presentase balita yang Naik Berat Badannya dibanding dengan
keseluruhan balita yang ditimbang (% N/D), termasuk juga presentase
balita yang BGM di banding dengan keseluruhan balita yang ditimbang
(%BGM/D)
3. Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat
4. Pembinaan kegiatan posyandu dengan menilai cakupan program dan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu
Gambar 2.1 Bagan Cakupan Pemantauan Balita dalam KMS (Depkes, 1999).
2.6. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang,
hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari
11
hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan
dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut
membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya
akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.
a. Balita naik berat badannya bila :
- Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
- Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.
b. Balita tidak naik berat badannya bila :
- Garis pertumbuhannya turun, atau
- Garis pertumbuhannya mendatar, atau
- Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna
dibawahnya.
c. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita
mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus,
sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
d. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya
balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung
dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
e. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
f. Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita
warna atau pindah ke pita warna diatasnya.
Berat badan yang tercantum pada KMS hanya menggambarkan
pola pertumbuhan berat badan balita bukan berat badan per umur. Berat
badan di bawah garis merah (BGM) bukan berarti seorang balita telah
menderita gizi buruk, tetapi sebagai peringatan untuk konfirmasi dan
12
tindak lanjutnya, tetapi perlu diingat hal ini tidak berlaku pada anak yang
mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu di bawah garis merah
pada KMS. Kartu Menuju Sehat (KMS) hanya difungsikan untuk
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita serta promosinya,
bukan untuk penilaian status gizi.
Hasil penimbangan balita di posyandu hanya dapat dimanfaatkan untuk :
1. Pemantaun pertumbuhan dan perkembangan induvidu balita dengan
melihat berat badan yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau
BGM.
2. Perkiraan perkembangan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu dengan
melihat presentase balita yang Naik Berat Badannya dibanding dengan
keseluruhan balita yang ditimbang (% N/D), termasuk juga presentase
balita yang BGM di banding dengan keseluruhan balita yang ditimbang
(%BGM/D).
3. Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat.
4. Pembinaan kegiatan posyandu dengan menilai cakupan program (K/S)
dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu (D/S).
2.7. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
Status gizi sangat menentukan seseorang balita untuk mencapai
tumbuh kembang yang optimal, dan status gizi sendiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terlihat dalam gambar :
13
Gambar 2.2 Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi (Depkes, 1999).
Berbagai faktor yang mempengaruhi status gizi atau kesehatan
adalah faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang merupakan
faktor yang berpengaruh dari luar diri seseorang terdiri dari daya beli
masyarakat, pendapatan, pendidikan, pengetahuan gizi, jumlah anggota
keluarga dan kebersihan lingkungan. Sedangkan faktor internal yang
mempengaruhi adalah nilai cerna makanan, status kesehatan, status
fisiologis, kegiatan, umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh.
Kualitas tumbuh kembang balita merupakan hasil pengaruh
beragam yang dapat terjadi dalam suatu keluarga atau rumah tangga dalam
model perilaku konsumsi pangan dinyatakan bahwa gaya hidup
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendapatan keluarga, jenis
pekerjaan, pendidikan, identitas suku, tempat tinggal di kota dan di
pedesaan, agama dan kepercayaan, tingkat pengetahuan kesehatan dan gizi
serta karakteristik psikologis (Depkes, 2005).
Gangguan pertumbuhan dan kekurangan gizi pada balita selalu
berhubungan dengan keterbelakangan dalam pembangunan sosial
ekonomi. Kekurangan gizi tidak terjadi secara acak dan tidak terdistribusi
merata di tengah masyarakat tetapi kekurangan gizi sangat erat
Status sosial ekonomi
Herediter Makanan Kualitas pengasuhan anak Lingkungan
Status Gizi Penyakit infeksi
Tumbuh kembang optimal
14
hubungannya dengan sindroma kemiskinan. Tanda-tanda sindroma
kemiskinan ini adalah berupa penghasilan yang sangat rendah sehingga
tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kualitas
dan kuantitas makanan yang rendah, sanitasi lingkungan yang jelek, akses
terhadap pelayanan kesehatan yang amat terbatas, dan tingkat malnutrisi
merupakan penyebab utama kesakitan pada anak dan secara tidak langsung
sebagai penyebab kematiannya (Depkes, 2005, 1995).
Tingkat sosial ekonomi keluarga di sini adalah jenis pekerjaan
orang tua dan penghasilan keluarga. Jenis pekerjaan orang tua dan
penghasilan keluarga sangat dipengaruhi tingkt pendidikan. Dari berbagai
penelitian ditemukan bahwa penyakit gizi kurang yang berakibat
merosotnya daya tahan tubuh terhadap infeksi banyak diderita oleh
masyarakat golongan ekonomi lemah. Hal itu terjadi karena kemampuan
mereka untuk memenuhi kebutuhan akan pangan sangat rendah, baik
kualitatif maupun kuantitatif (Depkes, 2005).
Mekanisme infeksi akan dapat membahayakan status gizi balita
karena dapat terjadi hal-hal berikut : 1) Terjadi pengurangan masukan
makanan dan air akibat keadaan anoreksia dan/atau alasan lainnya yang
menyebabkan pembatasan masukan diet anak; 2) terjadi pengurangan
absorbsi dan pemanfaatan makanan yang telah masuk tubuh; 3)
bertambahnya jumlah kehilangan nutrien-nutrien dan air; 4) terjadi
peningkatan kebutuhan metabolik, oleh karena itu terjadi pula peningkatan
kebutuhan gizi; 5) terjadi pengurangan masukan makanan atau sama sekali
tanpa masukan makanan secara sengaja (Arali, 2009).
Berat badan merupakan alat ukur terpenting dalam pemantauan
pertumbuhan anak, karena menggambarkan hasil pertumbuhan dari
seluruh jaringan otot, tulang, lemak, cairan tubuh dan lain-lain, sehingga
berat badan merupakan indikator tunggal yang terbaik pada saat ini untuk
mengetahui keadaan gizi dan pertumbuhan anak (Depkes, 2005, 1995).
15
Upaya perbaikan gizi kurang dapat dilakukan antara lain melalui
kebersihan dan kesehatan lingkungan dengan penyuluhan kesehatan untuk
menumbuhkan kesadaran dan membudayakan perilaku hidup sehat sedini
mungkin di masyarakat (Depkes, 1995).
Perilaku hidup bersih adalah suatu tindakan perorangan untuk
memperoleh derajat kesehatan yang optimal, sehingga meningkatkan
produktivitas sumber daya manusia. Indikator perilaku yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi: cuci tangan dengan sabun sebelum makan;
cuci tangan dengan sabun setelah BAB (Buang Air Besar); sayuran, buah
dan bahan makanan harus dicuci, sebelum dimakan atau dimasak, selalu
minum air yang telah direbus (air masak atau air matang), makanan yang
tersedia bebas dari lalat dan kecoa atau makanan dalam keadaan tertutup,
alat masak dan alat makan harus selalu bersih (dicuci dengan sabun dan
dibilas dengan air bersih); Buang Air Besar (BAB) di jamban, dalam
kehidupan sehari-hari selalu menggunakan air bersih; tidak ada sampah
yang berserakan; kuku selalu bersih.
16
Gambar 2.3 Kerangka Teori Status Gizi Balita dan Sumber Daya Manusia
Pemerintah telah melakukan upaya perbaikan status gizi pada
kelompok rawan termasuk balita dengan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) Pemulihan melalui Program Jaring Pengamanan Sosial di Bidang
Kesehatan (JPSBK). Salah satu sasaran PMT Pemulihan adalah bayi umur
6-12 bulan dan anak balita dibawah dua tahun (baduta) dari keluarga
miskin. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya PMT pemulihan
diberikan juga kepada anak balita gizi kurang dan atau buruk dari
STATUS GIZI
Konsumsi makanan
Pengukuran Antropometri (BB/U)
Penyuluhan gizi/peran serta masyarakat
Penyakit infeksi dan
parasit
Daya beliKetersediaan pangan di keluarga & masyarakatPola konsumsiPola distribusi
Perilaku hidup bersih
dan sehat
Tingkat pengetahuan keluarga tentang
kesehatan gizi
Tersedia & terjangkaunya
pelayanan kesehatan dan gizi
SUMBER DAYA
Sosial-Budaya-Ekonomi
17
keluarga miskin mendapat prioritas untuk dirawat inap secara gratis di
puskesmas atau di rumah sakit untuk mendapatkan tata laksana gizi buruk
sesuai pedoman yang ada (Arali, 2009).
Pada pertengahan tahun 2000, paket PMT Pemulihan program
JPSBK yang merupakan dana dari anggaran pusat direncanakan tidak
diperpanjang lagi. Selanjutnya pemerintah daerah sejalan dengan era
desentralisasi diharapkan dapat melanjutkan program serupa sesuai dengan
kemampuannya. Mengingat sumber daya pemerintah daerah relatif
terbatas, maka diperlukan perencanaan yang tepat berdasarkan keadaan
yang sesungguhnya di lapangan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang berperan penting dalam perbaikan status gizi
balita, khususnya balita gizi buruk yang merupakan kelompok rawan
terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Dengan
diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perbaikan status gizi balita
dengan gizi buruk, diharapkan dapat menjadi masukan dalam membuat
prioritas program yang tepat dan efektif sesuai kemampuan daerah yang
relatif semakin terbatas.Berikut kerangka teori menurut Depkes RI
(Depkes, 1995).
2.8. Status Gizi dan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Dengan jelasnya keterangan tentang status gizi dan KMS diatas, tidak
benar apabila Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS adalah
Gizi Buruk, karena :
1. KMS hanya di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan
perkembangan balita NAIK, TURUN dan BGM. Sementara Penentuan
status gizi buruk atau Status Gizi merupakan assesment status gizi
seseorang dengan menggunakan tabel antropometri, walaupun
penggunaan indeks sama yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U)
bukan berarti sama karena untuk tabel antropomteri hanya ada 4
kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Gizi buruk.
18
2. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS
merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk,
tetapi bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk,
karena ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang
memang selalu dibawah garis merah pada KMS.
3. Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan
menggunakan pendekatan Antropomteri atau keduanya menggunakan
hasil penimbangan Berat Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi
Badan
Gambar 4: Kerangka Kerja Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk10
2.9. Analisis Masalah
19
Masalah dapat disebabkan oleh input, proses dan lingkungan. Input
terdiri dari lima komponen, yaitu Man, Money, Method, Material, dan
Machine. Sedangkan pada proses terdiri dari P1 (Perencanaan), P2
(Pergerakan dan Pelaksanaan) dan P3 (Pengawasan, Pengendalian, Penilaian).
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai
standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah
kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab
masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada
input maupun proses.
Gambar 2.4 Analisa penyebab masalah menggunakan pendekatan sistem
Setelah dilakukan pendekatan dari berbagai sistem, selanjutnya akan
ditentukan upaya pemecahan masalah yang sesuai denegan penyebab masalah
tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input, proses
maupun lingkungan. Setelah itu ditentukan beberapa alternatif pemecahan
masalah yang terpilih, lalu disusun rencana penerapan dan selanjutnya dilakukan
monitoring dan evaluasi.
OUTPUT
INPUT
Man
Money
Matherial
Methode
Machine
INPUT
Man
Money
Matherial
Methode
Machine
Lingkungan: fisik, kependudukan, sosial, budaya, ekonomi, kebijakan.
Lingkungan: fisik, kependudukan, sosial, budaya, ekonomi, kebijakan.
PROCESS
P1
P2
P3
PROCESS
P1
P2
P3
20
Gambar 2.5 Siklus pemecahan masalah
Urutan dalam siklus pemecahan :
a. Identifikasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian
mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil
pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi,
dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah
ditetapkan.
Identifikasi massalah
Identifikasi massalah
Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah
Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi
Memilih penyebab yang paling mungkin
Memilih penyebab yang paling mungkin
Penyusunan Rencana penerapan
Penyusunan Rencana penerapan
Menentukan alternative
pemecahan masalah
Menentukan alternative
pemecahan masalah
Penetapan pemecahan masalah
terpilih
Penetapan pemecahan masalah
terpilih
21
b. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan
menggunakan fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah
tersebut.
c. Memilih penyebab yang paling mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab - sebab
yang didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.
d. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat
langsung pada alternatif pemecahan masalah.
e. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka
digunakan Hanlon Kualitatif untuk menentukan/ memilih pemecahan terbaik.
f. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan
Of Action atau Rencana Kegiatan).
g. Monitoring dan evaluasi
22
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut
masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
dengan curah pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab
masalah dapat dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada
kerangka pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.6 Diagram fish bone
2.10. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dengan
menggunakan kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas
alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks:
23
1. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan
masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah
yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin
efektif.
2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah.makin penting
cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin
efektif.
3. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin
sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
4. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk
melakukan pemecahan masalah.
Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.
Kriteria M, I, dan V masing-masing diberi nilai 1 – 5. Bila makin
magnitude maka nilainya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam
melakukan penilaian pada kriteria I dan V.
Tabel 2.1 Penilaian Kriteria Magnitude, Importancy, Vulnerability, dan Cost
Magnitude Importancy Vulnerability Cost
1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1 = Sangat murah
2 = Kurang magnitude 2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2 = Murah
3 = Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3 = Cukup murah
4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = mahal
5 = Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5 = sangat mahal
Dari hasil skoring meliputi Magnitude, Importancy, Vulnerability, dan
Cost. Maka dilakukan penghitungan dengan rumus MxIxV/C dan akan diurutkan
pada tabel di bawah ini
24
2.11. Pembuatan Plan of Action dan Gann Chart
Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya
dilakukan pembuatan plan of action serta Gann Chart, halm ini bertujuan untuk
menentukan perencanaan kegiatan.
25
BAB 3
ANALISIS MASALAH
2.1. Cakupan
Tabel 3.1 cakupan BGM tiap desa kecamatan Tempuran
No. Desa Target Sasaran CakupanHasil %
1. Tempurejo <1,5% 304 3 0,98%2. Prajegsari <1,5% 251 3 1,2%
3. Tugurejo <1,5% 81 4 2,9%
4. Jogomulyo <1,5% 383 1 0,26%
5. Bawang <1,5% 233 6 2,6%
6. Kemutuk <1,5% 224 2 0,9%
7. Pringombo <1,5% 366 6 1,63%
8. Temanggal <1,5% 305 7 0,32%
9. Growong <1,5% 399 4 1%
10. Girirejo <1,5% 139 0 0%
11. Kalisari <1,5% 298 0 0%
12. Tanggulrejo <1,5% 123 0 0%
13. Sidoagung <1,5% 96 0 0%
14. Sumberarum <1,5% 143 0 0%
15. Ringinanom <1,5% 126 0 0%
26
Tabel 3.2 cakupan BGM tiap dusun di Desa Tugurejo
No. Dusun Target Sasaran CakupanHasil %
1. Kanggotan <1,5% 32 2 6,2%2. Tugur <1,5% 13 1 7,7%
3. Brigasan <1,5% 24 1 4,1%
4. Bulurejo <1,5% 8 0 0%
Cakupan BGM (%) = × 100 %
= × 100%
= 6,2 %
Pencapaian = × 100 %
= × 100 % = 24,1%
2.1.
2
32
1,5
6,2
Jumlah balita BGM di Dusun Kanggotan
Jumlah balita yang ditimbang (D)
27
2.2. Kerangka Teori
Gambar 3.1 Kerangka Teori
2.12. Kerangka Konsep
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
Pengetahuan ibu tentang BGM, Gizi
SDM Petugas Gizi, Bidan, Kader
CAKUPAN BALITA BGM
Perilaku sadar Gizi
Penyuluhan tentang gizi
INPUT
Man : Bidan desa, Kader, Petugas Gizi
Money : Dana
Method : penimbangan, KMS
Material : Posyandu, rumah Kepala dusun
Machine : Blanko kuesioner, timbangan dacin, buku KMS, pita ukur, PMT
PROSES
- Jadwal posyandu
- Pelaksanaan penjadwalan program posyandu
- Pencatatan dan pelaporan inspeksi program
LINGKUNGAN
Ibu dengan balita BGM
Cakupan Pencapaian Program Gizi Balita
BGM
Terjangkaunya posyandu setempat
Pengetahuan kader
28
BAB 4
METODE PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 17 September 2013 – 21
September 2013 . Jenis data yang diambil adalah:
1. Data Primer, diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang
telah disusun sebelumnya sesuai tujuan survei yang dilakukan.
Kemudian pertanyaan tersebut ditujukan kepada ibu yang mempunyai
anak usia balita dengan keadaan gizi di bawah garis merah.
Responden diambil jumlah 2 orang ibu yang mempunyai balita dengan
BGM, dari total 2 ibu yang mempunyai balita dengan BGM. Data
primer juga diambil dari hasil wawancara terhadap Kepala dusun dan
Kader.
2. Data Sekunder, diperoleh dari laporan kegiatan setiap bulannya dari
bagian Gizi dan Balita Puskesmas Tempuran.
4.1. Batasan Judul
Penulis memilih judul “Evaluasi Program Gizi Cakupan Balita BGM di
Dusun Kanggotan Desa Tugurejo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang
Periode Januari 2013 – Juli 2013” dengan batasan pengertian judul sebagai
berikut :
1. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,
atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi – solusi
atas permasalahan yang ditemukan.
2. Program
Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan.
29
3. Gizi
Suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
4. Cakupan
Cakupan adalah jangkauan dari suatu hal.
5. Balita
Salah satu periode usia manusia dimulai dari 0 bulan sampai dengan 60 bulan.
6. BGM
Berat badan Balita hasil penimbangan yang dititikkan dalam KMS dan berada di
bawah garis merah
7. Dusun Kanggotan
Dusun Kanggotan merupakan salah satu dusun dari 15 dusun di Desa Tugurejo
8. Desa Tugurejo
Desa Tugurejo merupakan salah satu desa dari 15 desa yang berada dalam
wilayah kerja Puskesmas Tempuran.
9. Kecamatan Tempuran
Kecamatan Tempuran adalah salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten
Magelang.
10. Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa
Tengah.
30
11. Periode Januari 2013- Juli 2013
Adalah periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai
cakupan gizi balita BGM.
4.2. Definisi Operasional
Sasaran adalah seluruh balita yang ditimbang di Dusun Kanggotan
Desa Tugurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang
Cakupan adalah persentase hasil perbandingan jumlah balita BGM
dengan seluruh jumlah balita yang dtimbang yang ada di dusun
tersebut pada periode tertentu.
Pencapaian adalah presentase hasil perbandingan antara cakupan balita
BGM dengan target dinas kesehatan Magelang tahun 2013.
4.3. Batasan Operasional
a. Periode kegiatan berlangsung selama 7 bulan dari Januari 2013 -
Juli 2013.
b. Sasaran adalah Ibu yang mempunyai balita BGM di Dusun
Kanggotan, Desa Tugurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang.
c. Pengetahuan merupakan pengetahuan ibu tentang status gizi
meliputi penyebab dan faktor yang mempengaruhi gizi balita serta
tentang Balita BGM.
Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
d. Perilaku adalah yang dilakukan ibu dengan tujuan untuk
meningkatkan status gizi Balitanya.
31
4.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Lingkup Lokasi : Wilayah Dusun Kanggotan Desa Tugurejo
Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang
b. Lingkup Waktu : Januari 2013- Juli 2013
c. Lingkup Sasaran : Jumlah Ibu yang mempunyai Balita BGM di Dusun
Kanggotan Desa Tugurejo Kecamatan Tempuran Kabupaten
Magelang, Program Puskesmas Gizi.
d. Lingkup Metode : Wawancara, kuesioner, pencatatan dan pengamatan.
e. Lingkup Materi : Evaluasi Balita BGM di Wilayah Dusun Kanggotan
Desa Tugurejo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang
4.5. Batasan Masalah
Batasan masalah ditujukan untuk mempermudah pemahaman agar lebih
terarah, jelas dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Maka dalam hal
ini hanya dibatasi menegenai tinjauan belum tercapainya target cakupan gizi balita
dengan BGM di Dusun Kanggotan Desa Tugurejo Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang periode Januari 2013 - Juli 2013.
4.6. Faktor - Faktor Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah balita BGM dan Ibu balita BGM
yang bersedia diwawancara di Dusun Kanggotan Desa Tugurejo Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Magelang.
Kriteria ekslusi adalah Ibu balita BGM yang tidak bersedia diwawancara.
32
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Data Umum Desa Tugurejo
A. Keadaan Geografis
Desa Tugurejo terletak di wilayah Kecamatan Tempuran Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah yang terdiri dari 4 dusun yang terbagi menjadi 17
RT dengan luas wilayah Desa Tugurejo 2.026.920 m2
Tabel 2. Wilayah Desa Tugurejo
No Dusun RT
1. Dusun Brigasan 1,2,3,4,5,dan 62. Dusun Tugur 1,2,3,4,dan 5
3. Dusun Kanggotan 1,2,3,4,dan 55. Dusun Bulurejo 1
A. Batas wilayah
Desa Tugurejo mempunyai batas administrasi yaitu:
Sebelah Utara : Desa Sukosari
Sebelah Selatan : Desa Jogomulyo
Sebelah Barat : Desa Bawang
Sebelah Timur : Desa Prajegsari
B. Peta Wilayah
Gambar Peta Wilayah Desa Tugurejo
33
C. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk : 1259 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga : 377 KK
Jumlah penduduk laki-laki : 616 jiwa
Jumlah penduduk perempuan : 643 jiwa
Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Umur
Kelompok Umur Jumlah< 1 tahun 101 orang0-4 tahun 99 orang5-9 tahun 66 orang
10-14 tahun 58 orang15-19 tahun 54 orang20-24 tahun 86 orang25-29 tahun 62 orang30-39 tahun 120 0rang40-49 tahun 118 orang50-58 tahun 114 orang>58 tahun 75 orang
Jumlah 953 orang
Tabel 4. Data Penduduk Desa Tugurejo Berdasarkan Struktur Pendidikan
No Struktur Pendidikan Jumlah1. Belum Sekolah 2002. SD/Sederajat 6183. SLTP/Sederajat 584. SLTA/Sederajat 685. Perguruan Tinggi 15
Jumlah 959
Tabel 5. Data Penduduk Desa Tugurejo Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah1. Petani 6502. Buruh tani 283. Buruh/swasta 25
34
4. PNS 145. Pengrajin 156. Pedagang 127. Peternak 58
Jumlah 802
E. Data Kesehatan
1. Sarana dan Prasarana
a. Sarana : Posyandu
b. SDM : Dokter Umum : -
: Dokter Gigi : -
: Perawat : -
: Bidan : 1 orang
: Dukun : 1 orang
: Kader posyandu aktif : 16 orang
2. Forum Kesehatan Desa : Sudah terbentuk
3. Kegiatan Gotong Royong Masyarakat
a. KPKIA : Belum ada
b. Ambulans desa : Belum ada
c. Donor darah : Belum ada
d. Pemanfaatan upaya kesehatan Posyandu balita : 4 tempat
e. Gerakan Pengendalian Faktor Risiko Penyakit : Belum ada
F. Upaya Kesehatan
1. Promotif, preventif oleh kader : Dilakukan secara berkala
2. Promotif, preventif oleh bidan : Melalui posyandu
3. Pemantauan kesehatan bumil, balita, dan pengendalian risiko:Melalui
posyandu
35
G. Pengamatan dan Pemantauan Kesehatan
1. Buku KIA : Ada
2. Buku SIP : Belum ada
3. Buku catatan kasus/ rujukan kader : Belum ada
4. Buku catatan keluarga miskin : Ada
5. Buku catatan kelahiran dan kematian : Ada
2.3. Hasil Survey dan Pengamatan
Data Balita BGM di Dusun Kanggotan Desa Tugurejo, Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Magelang diperoleh dari data primer yang diperoleh
langsung dari survei atau inspeksi terhadap Ibu yang mempunyai Balita BGM
dengan sasaran balita BGM yang ada di Dusun Kanggotan Desa Tugurejo,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang meliputi 2 Ibu yang mempunyai
Balita BGM, serta data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan
kegiatan bagian Gizi Pukesmas Tempuran. Pengambilan data primer
dilaksanakan pada hari Jumat dan Sabtu tanggal 17 – 21 September 2013
dimulai dari pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB telah
dilaksanakan. Seluruh isian daftar tilik diisi oleh penilik dengan melihat
langsung kondisi lapangan dan menanyakan beberapa pertanyaan melalui
wawancara terpimpin kepada Ibu yang memiliki balita BGM.
Jumlah cakupan Balita BGM di Dusun Kanggotan :
Cakupan BGM (%) = × 100 %
= × 100% 2
32
Jumlah balita BGM di Dusun Kanggotan
Jumlah balita yang ditimbang (D)
36
= 6,2 %
Jumlah pencapaian Balita BGM di Dusun Kanggotan :
Pencapaian = × 100 %
= × 100 %
= 24,1 %
Tabel 5.3 Data Balita BGM Dusun Kanggotan
No Nama Orang tuaUsia
(bulan)
Jenis kelamin
BB
Jan (kg)
BB
Jul
(kg)
1. Umar Mochtar Sukirman 36 L 10.6 9,4
2.Ainun Jaya Ul Usna
Isromiah 15 P 7 7,4
1,5
6,2
37
5.3 Rekapitulasi Hasil Survei
5.3.1. Hasil Kuisioner Ibu
Pada Hari Selasa-Sabtu tanggal 17-21 September 2013 telah
dilakukan Pengambilan data dengan cara menyebar kuisioner pada Ibu-ibu
yang memiliki anak usia ≤5 tahun (batasan Usia 0-5 tahun) dengan BGM
dengan alasan akan memudahkan dalam melakukan gambaran evaluasi
cakupan Balita BGM. Berikut ini adalah pemaparan hasil kuisioner
berdasarkan data yang didapat. Penyebaran kuisioner dilakukan di Dusun
Kanggotan, Desa Tugurejo dengan mendatangi rumah warga yang
memiliki anak usia 0-5 tahun dengan BGM. Kuisioner diisi oleh 2
responden.
Tabel. 5.4 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Sosial Ekonomi Responden
No. Pertanyaan 1 2 %
1. Pendidikan terakhir ibu
a. Tidak sekolah 0%
b. SD V 50%
c. SMP 0%
d. SMA V 50%
e. Sarjana 0%
2. Pekerjaan
a. Tidak bekerja V V 100%
b. Bekerja 0%
3. Penghasilan rata-rata keluarga per bulan
a. < Rp.500.000 V 50%
b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
V 50%
38
c. > Rp. 1.000.000
0%
Dari hasil yang didapatkan sebagian besar masyarakat Dusun
Kanggotan merupakan masyarakat menengah kebawah. Dari hasil survey
50% masyarakat memiliki penghasilan Rp. < 500.000 perbulan dan yang
sisanya Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 berkisar 50%.
Tabel 5.5 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Perilaku Responden
No. Pertanyaan 1 2 % Penilaian
4. Apakah ibu melaksanakan ASI eksklusif?
T T 0%K
5. Apakah ibu menimbang anaknya setiap bulan?
Y Y 100% B
6. Apakah para suami mendukung ibu untuk menimbang anaknya setiap bulan?
Y Y 100% B
7. Apakah ibu punya buku KIA?
Y Y 100%B
8. Apakah ibu membaca buku KIA
Y Y 100%B
9. Apakah ibu memahami isi buku KIA?
T Y 50%C
10. Apakah para ibu ada yang tidak menjalani pantangan untuk makanan atau minuman tertentu?
Y Y 100%
B
11. Apakah ibu melihat poster tentang gizi
T T 0% K
39
seimbang pada saat posyandu?
12. Apakah ibu menjalankan pengetahuan tentang pentingnya gizi bagi bayi dan balita yang diberikan bidan desa dan para kader?
Y Y 100%
B
13. Apakah saat ini anak ibu tidak mengkonsumsi susu formula?
Y T 50%
C
14. Apakah ibu mengetahui sejak usia berapa anak diberi makanan pendamping ASI?
T T 0%
K
15. Apakah imunisasi dasar anak lengkap?
Y Y 100%B
16. Apakah 1 bulan terakhir ini anak sehat (tidak sakit)?
T T 0%
K
17. Apakah anak anda lebih senang makan dirumah dari pada jajan diluar?
T Y 50%
C
PERILAKU 8 9
Baik : 50%
Cukup : 21,4%
40
Kurang : 28,6%
Tabel 5.6 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Pengetahuan Responden
No. Pertanyaan 1 2
18. Apakah anda mengetahui pentingnya menimbang berat bayi dan balita setiap bulannya?
Y Y
19. Apakah Ibu mengetahui tentang Balita BGM?
Y Y
20. Apakah anda tahu kepanjangan dari Balita BGM?
Y T
21. Apa arti bila di KMS berat badan balita berada di bawah garis merah?
a. Gizi anak kurang baik
V V
b. Gizi anak baik
22. Apakah petugas (bidan/kader) memberitahu kalau berat badan anak ibu kurang (BGM)
Y Y
23. Apakah penyebab Balita BGM?
a. Asupan gizi lebih
V V
41
sedikit dari yang dibutuhkan
b. Asupan gizi sesuai dengan yang dibutuhkan
24. Apakah ibu memahami pentingnya gizi bagi bayi dan balita?
Y Y
25. Contoh sumber protein nabati
a. Tahu, kacang-kacangan, tempe
b. Telur, ikan, daging
V V
26. Contoh bahan makanan yang berperan sebagai penghasil energi utama?
a. Minyak, mentega, daging
b. Nasi, kentang, jagung
V V
PENGETAHUAN 8 7
89% 77%
K K
Baik : 100%
42
Cukup : 0%
Kurang : 0%
Tabel 5.7 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tenaga Kesehatan dan Media Promo
No. Pertanyaan 1 2 %
27.Apakah bidan/kader menjelaskan tentang Gizi Seimbang?
Y Y 100%
28.Apakah terdapat posyandu di sekitar tempat tinggal anda?
Y Y 100%
29.
Apakah di Posyandu terdapat poster atau pamflet tentang Gizi Seimbang?
Y Y 100%
30.
Apakah di Posyandu terdapat poster atau pamflet tentang Gizi Seimbang?
T T 0%
PENILAIAN 3 3
75% 75%
B B
Baik : 75%
Cukup : 0%
Kurang : 25%
Dari kesimpulan kuesioner yang telah dilakukan di Dusun Kanggotan
dari 2 responden didapatkan sebagai berikut:
a. Pengetahuan Ibu tentang BGM yaitu tentang apa itu BGM, pentingnya
pengukuran untuk bayi dan balita sudah cukup baik, namun Pengetahuan
ibu tentang macam-macam makanan bergizi kurang dilihat dari hasil
43
survei yaitu tidak ada yang mengetahui tentang contoh makanan yang
mengandung protein nabati tapi terdapat 100% yang tahu contoh bahan
makanan yang berperan sebagai penghasil energi utama.
b. Dilihat dari perilaku Ibu balita BGM sudah cukup baik dimana ibu
mengerti guna dari rutin menimbang balita stiap bulannya, tahu isi dari
buku KIA. Tetapi masih cukup banyak ibu yang tidak tahu usia berapa
anak bisa diberi makan pengganti selain ASI dan berapa lama ASI
eksklusif diberikan.
c. Masih ada balita yang lebih menyukai jajan makanan tidak bergizi
dibandingkan makan makanan yang disediakan di rumah dilihat dari hasil
survei yaitu seluruh responden yakni 50%.
d. peran aktif dari bidan atau kader dalam perannya menjelaskan tentang gizi
seimbang cukup baik. Sedangkan tentang adanya poster ataupun pamflet
didapatkan dari hasil kuesioner bahwa tidak terdapat poster atau pamflet di
posyandu.
5.3.2 Hasil Wawancara Bidan Desa
Terdapat satu bidan di Desa Tugurejo yaitu ibu Yuni. Dikatakan oleh
bidan, bahwa dirinya telah sering memberikan penyuluhan tentang makanan
bergizi terhadap ibu yang mempunyai balita dengan BGM, tetapi sebagian
besar dari para ibu tersebut tidak menghiraukan nasehatnya, karena mereka
beranggapan bahwa anaknya sulit untuk makan sehingga lebih cenderung
membelikan jajanan. Menurut bidan, paradigma yang salah ini telah
membudaya dalam masyarakat Tugurejo sehingga sangat sulit untuk diubah.
Program yang paling baru adalah pemberian PTM yang selalu diberikan saat
kegiatan posyandu.
44
Penyuluhan mengenai makanan yang bergizi secara khusus dan
berkala, sudah ada, dilakukan setiap ada kegiatan posyandu.
Dalam wawancara yang dilakukan, bidan desa juga mengatakan bahwa
Sumber Daya Manusia sudah cukup dan sudah terdapat sistem pencatatan
yang baik dengan metode kohort.
2.3
45
2.3.3 Hasil Wawancara Kader
Tabel 5.8 Kuesioner Kader
No. Pertanyaan 1 2 Persentase
1.
a. Ya V V 100%
b. Tidak
2.
a. Balita di bawah garis merah
V V 100%
b. Balita bagian atas garis merah
3.
a. Ya V V 100%
b. Tidak
4.
a. Ya V V 100%
b. Tidak
5.
a. Ya V 50%
b. Tidak V 50%
Kader di Posyandu Dusun Kanggotan, Desa Tugurejo, Kabupaten
Magelang berjumlah 3 orang. Wawancara dilakukan pada hari Selasa sampai
Sabtu tanggal 17-21 September 2013 pada 2 orang kader adalah dengan
mengajukan pertanyaan mengenai KMS, BGM, Tumbuh Kembang dan
Pengetahuan Gizi. Dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa kader tersebut
mengenai sistem pencatatan hasil penimbangan di KMS dan bagaimana
menjelaskan hasil penimbangan dalam KMS kepada ibu balita, namun kader
46
kurang mengetahui apa yang harus disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan
gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita khususnya ibu balita BGM. Kader hanya
mengetahui bahwa BGM adalah pertumbuhan balita yang berat badannya lebih
kecil dari berat balita seusianya.
47
BAB 6
PEMBAHASAN
5.1. Daftar Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Sistem
Berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input,
lingkungan maupun proses
Tabel 6.1 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Gizi Balita BGM Ditinjau
dari Faktor Input
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN
(Tenaga Kerja)
Tersedianya petugas gizi dan bidan
Tersedianya kader-kader yang menangani posyandu.
Tersedianya pengelola dan kepengurusan Posyandu.
Kader kurang mengetahui apa yang harus disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita khususnya ibu balita BGM
MONEY
(Pembiayaan)
Tersedianya dana anggaran dari Puskesmas untuk menaggulangi balita BGM.
Tidak ada
METHOD (Metode)
Adanya program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) pemulihan
Penimbangan
Kurangnya program Puskesmas yang berkesinambungan berupa penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pertambahan berat badan pada balita dan bahaya balita dibawah Garis
48
berat badan Merah.
Cara penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun petugas kesehatan kurang menarik dan sulit dimengerti sehingga tidak menarik perhatian masyarakat.
MATERIAL (Perlengkapan)
Tidak ada Tidak adanya pemasangan brosur, pamflet dan poster tentang gizi seimbang.
Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaca brosur, pamflet dan poster.
MACHINE (peralatan)
Ada lokasi dan bangunan posyandu.
Ada beberapa ruang yang dapat digunakan untuk kegiatan Posyandu dan pendataan balita BGM.
Tersedia alat untuk kegiatan Posyandu
Tersedia alat untuk pemeriksaan kesehatan balita dengan BGM
Tidak ada
49
Tabel 6.2 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Balita BGM Ditinjau dari
Faktor Proses dan Lingkungan
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1
(Perencanaan)
Penjadwalan Posyandu setiap bulannya teratur.
___
P2
(Pelaksanaan)
Adanya edukasi oleh petugas kesehatan setelah dilakukan penimbangan.
Penyuluhan yang diberikan belum tepat sasaran dan belum mencakup seluruh lapisan masyarakat.
Penyuluhan yang dilakukan tidak berjalan secara berkelanjutan.
P3
(Penilaian, Pengawasan Pengendalian)
Adanya bidan, petugas kesehatan dan kader yang bertanggung jawab dan mengawasi jalannya Posyandu.
Kurangnya pemantauan efektifitas terhadap penyuluhan yang telah dilaksanakan
Lingkungan Masyarakat menyambut baik adanya Posyandu yang diadakan setiap bulannya.
Kurangnya pengetahuan Ibu-ibu tentang pentingnya pertambahan berat badan balita setiap bulannya. Ibu- ibu lebih memperhatikan anaknya sehat dan tidak sakit daripada penambahan berat badan yang sesuai dengan penambahan usianya.
Kurangnya pengetahuan ibu - ibu
52
5.2 Analisis Penyebab masalah
1. Kurangnya pengetahuan Ibu tentang macam – macam makanan bergizi
2. Rendahnya kesadaran Ibu dalam hal kesehatan gizi anak balita, Ibu lebih
memperhatikan anaknya sehat daripada penambahan berat badan sesuai
usia
3. Cara penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun
petugas kesehatan kurang menarik dan sulit dimengerti sehingga tidak
menarik perhatian masyarakat.
4. Tidak adanya pemasangan brosur, pamflet dan poster.
5. Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaca brosur, pamflet dan
poster.
6. Adanya penyakit penyerta yang mungkin diderita oleh Balita BGM.
7. Kader kurang mengetahui apa yang harus disampaikan dalam
melaksanakan penyuluhan gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita
khususnya ibu balita BGM.
6.3 Alternatif Pemecahan Masalah
1.3.1. Analisis Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 6.3 Alternatif Pemecahan Masalah
No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan
1. Kurangnya pengetahuan Ibu tentang macam – macam makanan bergizi
Dilaksanakan program penyuluhan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam – macam makanan bergizi
2. Rendahnya kesadaran Ibu dalam hal kesehatan gizi anak balita, Ibu lebih memperhatikan anaknya sehat
Dilaksanakan Program penyuluhan yang diselenggarakan oleh
53
daripada penambahan berat badan sesuai usia
petugas kesehatan mengenai pentingnya kesehatan gizi
3. Cara penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun petugas kesehatan kurang menarik dan sulit dimengerti sehingga tidak menarik perhatian masyarakat.
Membuat poster, pamflet dan penyuluhan yang mudah dimengerti dan menarik
4. Tidak adanya pemasangan brosur, pamflet dan poster.
Pemasangan poster secara permanen di balai desa atau di posyandu
Pembagian brosur dan pamflet tentang kesehatan gizi
5. Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaca brosur, pamflet dan poster.
Membuat poster, brosur dan pamflet yang menarik
Mengadakan kuis berhadiah mengenai kesehatan gizi setiap kegiatan posyandu
6. Adanya penyakit penyerta yang mungkin diderita oleh Balita BGM.
Koordinasi dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada Balita BGM
7. Kader kurang mengetahui apa yang harus disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita khususnya ibu balita BGM
Melakukan penyuluhan untuk kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM
6.3.1 Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
54
Penyebab Masalah Alternatif Penyebab Masalah
Gambar 6.1 Bagan Penggabungan Alternatif Masalah
6.3.2Penentuan prioritas pemecahan masalah
1. Kurangnya pengetahuan Ibu tentang macam – macam makanan bergizi
A. Dilaksanakan program penyuluhan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam – macam makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi
2. Rendahnya kesadaran Ibu dalam hal kesehatan gizi anak balita, Ibu lebih memperhatikan anaknya sehat daripada penambahan berat badan sesuai usia
3. Cara penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun petugas kesehatan kurang menarik dan sulit dimengerti sehingga tidak menarik perhatian masyarakat.
B. Membuat dan membagikan poster, pamflet dan brosur tentang pentingnya kesehatan gizi yang mudah dimengerti dan menarik
4. Kurang tepatnya pemasangan brosur, pamflet dan poster.
5. Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaca brosur, pamflet dan poster.
C. Pemasangan poster secara
permanen di balai desa atau di
posyandu
6. Adanya penyakit penyerta yang mungkin diderita oleh Balita BGM
D. Koordinasi dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada Balita BGM
7. Kader kurang mengetahui apa yang harus disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita khususnya ibu balita BGM
E. Melakukan penyuluhan untuk kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM
55
Tabel 6.4 Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
NoAlternatif pemecahan Masalah
Nilai Kriteria TotalPrioritas
M I V C (M.I.V)/C
1 Dilaksanakan program penyuluhan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam – macam makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi
2 4 4 2 16 I
2 Membuat dan membagikan poster, pamflet dan brosur tentang pentingnya kesehatan gizi yang mudah dimengerti dan menarik
3 2 3 2 9 II
3 Pemasangan poster secara permanen di balai desa atau di posyandu
3 2 1 1 6 III
4. Melakukan penyuluhan untuk kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM
2 2 2 2 4 IV
5. Koordinasi dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala pada ibu dengan Balita BGM
2 2 2 4 2 V
Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab
masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks denga rumus MxIxV/C
maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan masalah gizi Balita
BGM sebagai berikut:
1. Dilaksanakan program penyuluhan berkesinambungan yang
diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam –
macam makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi.
2. Membuat dan membagikan poster, pamflet dan brosur tentang pentingnya
kesehatan gizi yang mudah dimengerti dan menarik
56
3. Pemasangan poster secara permanen di balai desa atau di posyandu
4. Melakukan penyuluhan untuk kader untuk meningkatkan pengetahuan
tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM
5. Koordinasi dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan berkala pada Balita BGM.
57
Tabel 6.5 Plan of action Balita BGM desa Tugurejo
Kegiatan Tujuan SasaranPelaksana
TempatWaktu
Biaya MetodeTolak Ukur
Proses Hasil
1. Penyuluhan petugas kesehatan mengenai makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi.
Meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki balita akan pentingnya menu makan seimbang sesuai usia balitanya
Orang tua yang memiliki balita BGM
Bidan desa dan Kader kesehatan setempat
Posyandu Satu bulan sekali
Biaya operasional puskesmas
Ceramah, diskusi, tanya jawab dan kuis
Melaksanakan penyuluhan kepada Orang tua yang memiliki BGM
Meningkatnya pengetahuan Orang tua dengan BGM tentang macam makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi.
2. Pembuatan dan pembagian pamflet dan brosur tentang pentingnya kesehatan gizi
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orang tua dengan balita BGM tentang
Orang tua dengan balita BGM
Bidan desa dan Kader desa setempat
Posyandu Tiga bulan sekali
Biaya operasional puskesmas
Pembagian pamflet dan brosur
Terlaksana-nya pembuatan dan pembagian pamflet dan brosur kepada orang tua dengan
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran orang tua dengan Balita BGM tentang
58
pentingnya kesehatan gizi
balita BGM pentingnya kesehatan gizi
3. Pemasangan poster tentang kesehatan gizi
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orang tua dengan balita BGM tentang pentingnya kesehatan gizi
Orang tua dengan balita BGM dan masyarakat pada umumnya
Bidan desa dan Kader desa setempat
Balai desa atau posyandu
Satu tahun sekali
Biaya operasional puskesmas
Memasangan poster secara permanen tentang kesehatan gizi
Terpasangnya poster secara permanen
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orang tua dengan balita BGM tentang pentingnya kesehatan gizi
4. Penyuluhan bagi kader tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM
Meningkatkan pengetahuan para kader dan mengajarkan kader supaya bisa menjelaskan kepada ibu BGM tentang
Kader posyandu Dusun Kanggotan
Bidan desa
Rumah Kadus, Rumah Bidan desa
Tiga bulan sekali
Biaya operasional puskesmas
Memberikan penyuluhan, tanya jawab
Terlaksananya penyuluhan kepada kader posyandu dusun Kanggotan
Meningkatnya pengetahuan kader tentang BGM dan cara penyampaian tentang BGM yang baik kepada
59
dampak dari BGM
Ibu BGM
5. pengkoordinasian dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada Balita BGM
Menemukan adanya kemungkinan penyakit penyerta pada Balita BGM
Balita BGM
Puskesmas
Puskesmas
Tiga bulan sekali
Biaya operasional puskesmas
Memeriksa kesehatan umum balita BGM
Terlaksananya pemeriksaan kesehatan umum
Ditemukan adanya penyakit penyerta pada Balita BGM
60
Tabel 6.6 Gann Chart
No
.
Kegiat
an
Oktober 2013
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
3
1
1. A
2. B
3. C
4. D
5. E
61
Keterangan :
A = Pemasangan poster tentang kesehatan gizi secara permanen di balai desa
atau di posyandu
B = Membuat dan membagikan poster, pamflet dan brosur tentang
pentingnya kesehatan gizi yang mudah dimengerti dan menarik
C = Melakukan penyuluhan untuk kader untuk meningkatkan pengetahuan
tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM
D = Koordinasi dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala pada Balita BGM
E = Dilaksanakan program penyuluhan berkesinambungan yang
diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam – macam
makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi.
62
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Setelah di buat analisis penyebab masalah maka diketahuinya
penyebab tingginya cakupan balita dengan BGM antaranya adalah Kurangnya
pengetahuan Ibu tentang macam – macam makanan bergizi, Rendahnya
kesadaran Ibu dalam hal kesehatan gizi anak balita, Ibu lebih memperhatikan
anaknya sehat daripada penambahan berat badan sesuai usia, Cara
penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun petugas
kesehatan kurang menarik dan sulit dimengerti sehingga tidak menarik
perhatian masyarakat, Kurang tepatnya pemasangan brosur, pamflet dan
poster, Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaca brosur, pamflet dan
poster.
Setelah dilakukan alternatif pemecahan masalah dan dengan metode
Matrix dan pendekatan sistem ditemukan prioritas pemecahan masalah yaitu
Dilaksanakan program penyuluhan berkesinambungan yang diselenggarakan
oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam – macam makanan
bergizi dan pentingnya kesehatan gizi, Membuat dan membagikan poster,
pamflet dan brosur tentang pentingnya kesehatan gizi yang mudah dimengerti
dan menarik, Pemasangan poster secara permanen di balai desa atau di
posyandu, penyuluhan terhadap kader di Posyandu, Mengadakan kuis
berhadiah mengenai kesehatan gizi setiap kegiatan posyandu
7.2 Saran
a. Untuk koordinator program Gizi
Peningkatan kualitas program Gizi khususnya Balita BGM
Diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya kesehatan gizi pada balita
63
b. Untuk masyarakat wilayah desa Tugurejo
Diharapkan ikut berpartisipasi dalam meningkatan kesehatan gizi
balita BGM dan meningkatnya kesedaran akah kesehatan gizi untuk balita
demi mencerdaskan kehidupan bangsa
c. Untuk dokter muda periode berikutnya
Diharapkan dapat membantu terciptanya program Gizi terutama
Balita BGM melalui program penyuluhan bagi warga desa Tugurejo
khususnya kepada orang tua dengan Balita BGM.
64
DAFTAR PUSTAKA
1. www.dinkes jateng.go.id , Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
diunduh tanggal 16 September 2013.
2. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Dasar, Depkes RI, 2005.
3. Hartoyo, 2013, Handout Manajemen Pelayanan I Manajemen
program di Puskemas : Magelang.
4. www.depkes.go.id , Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Balita bagi petugas kesehatan. Jakarta, 1996, diunduh tanggal 16
September 2013.
5. www.depkes.go.id , Kartu Menuju Sehat (KMS). Jakarta, 1999,
diunduh tanggal 16 September 2013.
6. www.depkes.go.id , Penilaian Status Gizi. diunduh tanggal 16
September 2013.
7. www.who.co.id , World Health Organization;The Growth Chart, A tool
for use in infant and child health care. Geneva, 1986, diunduh tanggal
16 September 2013.
8. www.epidemiologi/Berat badan Balita BGM/gizi buruk.com , arali
2009, diunduh tanggal 16 September 2013.
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang RI
tentang Kesehatan, 1992.
10. www.litbang.kes.com , Prevalensi balita Bawah Garis Merah, Badan
Litbang 2007,diunduh tanggal 16 September 2013.