TM Dhewa

89
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang dan atau suatu konsep dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya sepenuhnya menerapkan pengertian dan atau prinsip-prinsip pokok kesehatan. Penerapan paradigma sehat sebagai suatu kebijakan pembangunan kesehatan telah dijabarkan secara lengkap ke dalam empat hal yang bersifat pokok, yaitu visi pembangunan kesehatan di Indonesia sekarang ini berdasarkan MDGs (Millenium Development Goals) yang berhubungan dengan gizi terdapat Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan yang termasuk Goal 1 dimana jika kemiskinan dan kelaparan diberantas diharapkan akan tercapai gizi rakyat Indonesia yang lebih baik. Begitu juga dengan Goal 2 yaitu Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua dengan harapan tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka kesadaran akan pentingnya gizi seimbang akan tercapai. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Untuk menciptakan masyarakat yang sehat dinas kesehatan dan puskesmas melakukan berbagai upaya seperti, bagian dari sistem kesehatan nasional dengan

Transcript of TM Dhewa

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang dan atau suatu konsep

dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya

sepenuhnya menerapkan pengertian dan atau prinsip-prinsip pokok kesehatan.

Penerapan paradigma sehat sebagai suatu kebijakan pembangunan kesehatan telah

dijabarkan secara lengkap ke dalam empat hal yang bersifat pokok, yaitu visi

pembangunan kesehatan di Indonesia sekarang ini berdasarkan MDGs

(Millenium Development Goals) yang berhubungan dengan gizi terdapat

Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan yang termasuk Goal 1 dimana jika

kemiskinan dan kelaparan diberantas diharapkan akan tercapai gizi rakyat

Indonesia yang lebih baik. Begitu juga dengan Goal 2 yaitu Mencapai Pendidikan

Dasar untuk semua dengan harapan tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka

kesadaran akan pentingnya gizi seimbang akan tercapai.

Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu

pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.

Untuk menciptakan masyarakat yang sehat dinas kesehatan dan puskesmas

melakukan berbagai upaya seperti, bagian dari sistem kesehatan nasional dengan

melibatkan peran serta kader dan masyarakat untuk menangani masalah gizi yang

pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat namun penanggulangan

tidak dapat dilakukan lewat pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Dari laporan yang ada dapat dijelaskan keadaan gizi masyarakat Jawa

Tengah yang tercermin dalam hasil penimbangan balita adalah sebagai berikut.

Data tahun 2007 menunjukkan jumlah balita yang ada 2,772,579 dari jumlah

tersebut yang datang dan ditimbang di Posyandu sebanyak  1,985,973 dengan

rincian yang naik berat badannya sebanyak 1,519,620 anak (76.52%) dan balita

yang berada dibawah garis merah (BGM) sebanyak 30,257 anak (1.52%). Data

tersebut menunjukkan bahwa di Jawa Tengah masih banyak balita yang status

gizinya berada di bawah standar. (Dinkes Jateng, 2007)

2

Di Puskesmas Tempuran masalah balita BGM juga merupakan salah satu

program gizi yang harus ditangani oleh petugas kesehatan. Berdasarkan hasi SPM

bulan Januari – Juli 2013 didapatkan hasil cakupan balita BGM sebesar 1,29%.

Dengan pencapaian sebesar 115,89% sehingga didapatkan target yang kurang

dari 1,5 %.

Pada Desa Tugurejo 81 balita ditimbang dengan 4 balita BGM.

Didapatkan hasil cakupan sebesar 4,93% dimana hasil tersebut melebihi target

Dinkes yaitu kurang dari 1,5%. Dusun Kanggotan didapatkan adanya 32 balita

dan yang mengalami balita bawah garis merah adalah sebanyak 2 balita pada

periode Januari – Juli 2013 dengan hasil cakupan sebesar 6,2%. Hal tersebut

menjadi suatu masalah karena cakupan BGM di Dusun Kanggotan melampaui

target dari Dinkes Kabupaten Magelang sebesar <1,5%.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diperoleh rumusan

masalah, seperti bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan kasus Balita Bawah

Garis Merah (BGM) masih tinggi di Dusun Kanggotan periode Januari – Juli

2013? Bagaimana alternatif pemecahan masalah yang sesuai? Apa saja kegiatan

yang dapat disusun untuk memecahkan masalah tersebut?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui penyebab masalah dan upaya pemecahan cakupan

balita dengan BGM di Dusun Kanggotan, Desa Tugurejo, Kecamatan Tempuran,

Kabupaten Magelang periode Januari – Juli 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mampu menganalisis penyebab masalah berdasarkan metode pendekatan

system (input, proses, output, dan lingkungan)

b. Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan

penyebab masalah yang ada

c. Mampu untuk menyusun plan of action (POA) dari masalah BGM di Dusun

Kanggotan, Desa Tugurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.

3

1.4 Manfaat Kegiatan

1. Laporan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai

kegiatan pendataan balita BGM dan tambahan informasi pada saat

melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu guna meningkatkan kesadaran

untuk menimbangkan anaknya ke posyandu.

2. Sebagai masukan instansi dinas kesehatan sebagai pertimbangan

pengambilan keputusan dalam program kesehatan.

3. Dapat memberikan masukan bagi petugas gizi dalam rangka

merencanakan gizi di masa mendatang.

4. Dari hasil laporan ini diharapkan pengetahuan masyarakat dapat

bertambah terutama tentang manfaat pentingnya kenaikan berat badan

pada balita.

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan

(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai

dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan

perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan

merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2003).

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan

tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti

dan pandai (Drs. Sidi Gazalba) 

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa

Inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan

bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar

(knowledgement is justified true beliefed). Pengetahuan itu adalah semua

milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil

proses dari usaha manusia untuk tahu. 

Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge)

adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari

kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek)

5

memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif

sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya

sendiri dalam kesatuan aktif. 

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :

1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih

dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan

terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.

5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan kesadaran dan sikap.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif

yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan

sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):

1. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan

mengatakan.

2. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

6

3. Aplikasi (Application)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan

sebagainya.

4. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu

komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan,

menggambarkan, memisahkan.

5. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk

keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau

objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang berisi tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita

ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo,

2003)

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%

7

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

2.2. Perilaku

2.2.1. Definisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak

dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku

adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati

bahkan dapat dipelajari.

Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi

dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli

psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada

karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-

faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut

determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai

perilaku seseorang.

8

2.3. Balita Bawah Garis Merah (BGM)

Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat

badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS

(Kartu Menuju Sehat) (Depkes,1996,1999).

KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada, sebagian berat

badan balita ada yang berada pada pita warna  hijau dan juga kuning bahkan

ada yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya dibawah garis

merah.  Berat badan yang berada pada pita  warna hijau selalu saja

dipresepsikan dengan  gizi baik, sementara berat badan yang berada pada pita

warna kuning merupakan warning (peringatan) kepada ibunya agar lebih

berhati-hati jangan sampai masuk pada berat badan dibawah garis merah atau

biasa disebut dengan BGM, karena apabila anak telah berada di bawah garis

merah pada KMS maka anak balita tersebut bisa cenderung di vonis  telah

mengalami gizi buruk (Depkes,1999).

2.4. Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan yang berhubungan dengan

penggunaan makanan oleh tubuh, atau merupakan gambaran keseimbangan

antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan

petumbuhan, pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi

dan asupan zat gizi (Depkes, 1995).

Status gizi baik atau normal merupakan tingkat kesehatan yang paling

diharapkan, karena pada keadaan ini individu dapat merasakan kenikmatan

hidup. Untuk mencapai hal ini diperlukan perhatian yang serius terhadap

kecukupan gizi bagi tubuh, baik dari perencanaan, pemilihan bahan makanan,

pengolahan, dan penyajian bahan makanan (Depkes, 1995).

Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin

mendapat perhatian karena didorong oleh kebutuhan alat ukur untuk menilai

9

status yang dapat digunakan secara luas dalam program-program perbaikan

gizi masyarakat.

Pada dasarnya berbagai indeks antropometri digunakan dalam

kegiatan-kegiatan :

1. Penilaian status gizi (assesment) dalam survei secara luas dalam skala

nasional atau survei untuk wilah terbatas seperti dalam penilaian dab

evaluasi kegiatan gizi tertentu.

2. Memantau pertumbuhan anak dengan menggunakan KMS.

3. Kegiatan penapisan (Screening), untuk memilih target dalam suatu

kegiatan seperti pemberian makanan tambahan (PMT).

4. Kegiatan di klinik dalam hubungan dengan penyakit atau pengobatan.6

Status gizi ditentukan berdasarkan Dirjen Binkesmas Depkes RI 1995,

tentang Kartu Menuju Sehat (KMS), yaitu menggunakan persentase median

baku WHO-NCHS. Gizi buruk ditetapkan bila BB/U < 60%: gizi kurang

BB/U 60% - <70%: gizi sedang: BB/U 70% - <80%: dan gizi baik : BB/U

80% – 120% median standar WHO-NCHS.4,5,7

2.5. Kartu Menuju Sehat ( KMS )

Kartu Menuju Sehat (KMS) itu hanya difungsikan untuk Pemantauan

pertumbuhan-perkembangan balita dan Promosinya, bukan untuk penilaian

status gizi. Pada KMS tidak dibedakan menurut jenis kelamin,  balita laki-laki

dan perempuan sama saja. Pita gambar yang ada pada KMS berdasarkan %

median, artinya tidak disesuaikan dengan hasil berat badan  balita dan

kemudian ditentukan status gizinya atau jelasnya berat badan yang tercantum

pada  KMS Berat Badan per Umur. Berat Badan di Bawah Garis Merah

(BGM) bukan menunjukkan keadaan GIZI BURUK tetapi sebagai “warning” 

untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya tetapi perlu diingat tidak berlaku pada

anak dengan berat badan awalnya memang sudah  dibawah garis merah. Naik-

10

Turunnya berat badan balita selalu mengikuti pita warna pada KMS (Depkes,

1999)

Hasil penimbangan balita di posyandu hanya dapat dimanfaatkan  atau

digunakan untuk :

1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan induvidu balita dengan

melihat  berat badan  yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau

BGM

2. Perkiraan perkembangan  pertumbuhan balita di masyarakat yaitu dengan

melihat presentase balita yang Naik Berat Badannya dibanding dengan

keseluruhan balita yang ditimbang (% N/D), termasuk juga  presentase 

balita yang BGM di banding dengan keseluruhan balita yang ditimbang

(%BGM/D)

3. Perkiraan perkembangan  keadaan gizi balita di masyarakat

4. Pembinaan  kegiatan posyandu dengan menilai cakupan program dan

partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu

Gambar 2.1 Bagan Cakupan Pemantauan Balita dalam KMS (Depkes, 1999).

2.6. Pemantauan Pertumbuhan Balita

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang,

hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari

11

hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan

dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut

membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya

akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.

a. Balita naik berat badannya bila :

- Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau

- Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.

b. Balita tidak naik berat badannya bila :

- Garis pertumbuhannya turun, atau

- Garis pertumbuhannya mendatar, atau

- Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna

dibawahnya.

c. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita

mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus,

sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

d. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya

balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung

dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

e. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

f. Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita

warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

Berat badan yang tercantum pada KMS hanya menggambarkan

pola pertumbuhan berat badan balita bukan berat badan per umur. Berat

badan di bawah garis merah (BGM) bukan berarti seorang balita telah

menderita gizi buruk, tetapi sebagai peringatan untuk konfirmasi dan

12

tindak lanjutnya, tetapi perlu diingat hal ini tidak berlaku pada anak yang

mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu di bawah garis merah

pada KMS. Kartu Menuju Sehat (KMS) hanya difungsikan untuk

pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita serta promosinya,

bukan untuk penilaian status gizi.

Hasil penimbangan balita di posyandu hanya dapat dimanfaatkan untuk :

1. Pemantaun pertumbuhan dan perkembangan induvidu balita dengan

melihat berat badan yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau

BGM.

2. Perkiraan perkembangan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu dengan

melihat presentase balita yang Naik Berat Badannya dibanding dengan

keseluruhan balita yang ditimbang (% N/D), termasuk juga presentase

balita yang BGM di banding dengan keseluruhan balita yang ditimbang

(%BGM/D).

3. Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat.

4. Pembinaan kegiatan posyandu dengan menilai cakupan program  (K/S)

dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu (D/S).

2.7. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Status gizi sangat menentukan seseorang balita untuk mencapai

tumbuh kembang yang optimal, dan status gizi sendiri dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang terlihat dalam gambar :

13

Gambar 2.2 Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi (Depkes, 1999).

Berbagai faktor yang mempengaruhi status gizi atau kesehatan

adalah faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang merupakan

faktor yang berpengaruh dari luar diri seseorang terdiri dari daya beli

masyarakat, pendapatan, pendidikan, pengetahuan gizi, jumlah anggota

keluarga dan kebersihan lingkungan. Sedangkan faktor internal yang

mempengaruhi adalah nilai cerna makanan, status kesehatan, status

fisiologis, kegiatan, umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh.

Kualitas tumbuh kembang balita merupakan hasil pengaruh

beragam yang dapat terjadi dalam suatu keluarga atau rumah tangga dalam

model perilaku konsumsi pangan dinyatakan bahwa gaya hidup

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendapatan keluarga, jenis

pekerjaan, pendidikan, identitas suku, tempat tinggal di kota dan di

pedesaan, agama dan kepercayaan, tingkat pengetahuan kesehatan dan gizi

serta karakteristik psikologis (Depkes, 2005).

Gangguan pertumbuhan dan kekurangan gizi pada balita selalu

berhubungan dengan keterbelakangan dalam pembangunan sosial

ekonomi. Kekurangan gizi tidak terjadi secara acak dan tidak terdistribusi

merata di tengah masyarakat tetapi kekurangan gizi sangat erat

Status sosial ekonomi

Herediter Makanan Kualitas pengasuhan anak Lingkungan

Status Gizi Penyakit infeksi

Tumbuh kembang optimal

14

hubungannya dengan sindroma kemiskinan. Tanda-tanda sindroma

kemiskinan ini adalah berupa penghasilan yang sangat rendah sehingga

tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kualitas

dan kuantitas makanan yang rendah, sanitasi lingkungan yang jelek, akses

terhadap pelayanan kesehatan yang amat terbatas, dan tingkat malnutrisi

merupakan penyebab utama kesakitan pada anak dan secara tidak langsung

sebagai penyebab kematiannya (Depkes, 2005, 1995).

Tingkat sosial ekonomi keluarga di sini adalah jenis pekerjaan

orang tua dan penghasilan keluarga. Jenis pekerjaan orang tua dan

penghasilan keluarga sangat dipengaruhi tingkt pendidikan. Dari berbagai

penelitian ditemukan bahwa penyakit gizi kurang yang berakibat

merosotnya daya tahan tubuh terhadap infeksi banyak diderita oleh

masyarakat golongan ekonomi lemah. Hal itu terjadi karena kemampuan

mereka untuk memenuhi kebutuhan akan pangan sangat rendah, baik

kualitatif maupun kuantitatif (Depkes, 2005).

Mekanisme infeksi akan dapat membahayakan status gizi balita

karena dapat terjadi hal-hal berikut : 1) Terjadi pengurangan masukan

makanan dan air akibat keadaan anoreksia dan/atau alasan lainnya yang

menyebabkan pembatasan masukan diet anak; 2) terjadi pengurangan

absorbsi dan pemanfaatan makanan yang telah masuk tubuh; 3)

bertambahnya jumlah kehilangan nutrien-nutrien dan air; 4) terjadi

peningkatan kebutuhan metabolik, oleh karena itu terjadi pula peningkatan

kebutuhan gizi; 5) terjadi pengurangan masukan makanan atau sama sekali

tanpa masukan makanan secara sengaja (Arali, 2009).

Berat badan merupakan alat ukur terpenting dalam pemantauan

pertumbuhan anak, karena menggambarkan hasil pertumbuhan dari

seluruh jaringan otot, tulang, lemak, cairan tubuh dan lain-lain, sehingga

berat badan merupakan indikator tunggal yang terbaik pada saat ini untuk

mengetahui keadaan gizi dan pertumbuhan anak (Depkes, 2005, 1995).

15

Upaya perbaikan gizi kurang dapat dilakukan antara lain melalui

kebersihan dan kesehatan lingkungan dengan penyuluhan kesehatan untuk

menumbuhkan kesadaran dan membudayakan perilaku hidup sehat sedini

mungkin di masyarakat (Depkes, 1995).

Perilaku hidup bersih adalah suatu tindakan perorangan untuk

memperoleh derajat kesehatan yang optimal, sehingga meningkatkan

produktivitas sumber daya manusia. Indikator perilaku yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi: cuci tangan dengan sabun sebelum makan;

cuci tangan dengan sabun setelah BAB (Buang Air Besar); sayuran, buah

dan bahan makanan harus dicuci, sebelum dimakan atau dimasak, selalu

minum air yang telah direbus (air masak atau air matang), makanan yang

tersedia bebas dari lalat dan kecoa atau makanan dalam keadaan tertutup,

alat masak dan alat makan harus selalu bersih (dicuci dengan sabun dan

dibilas dengan air bersih); Buang Air Besar (BAB) di jamban, dalam

kehidupan sehari-hari selalu menggunakan air bersih; tidak ada sampah

yang berserakan; kuku selalu bersih.

16

Gambar 2.3 Kerangka Teori Status Gizi Balita dan Sumber Daya Manusia

Pemerintah telah melakukan upaya perbaikan status gizi pada

kelompok rawan termasuk balita dengan Pemberian Makanan Tambahan

(PMT) Pemulihan melalui Program Jaring Pengamanan Sosial di Bidang

Kesehatan (JPSBK). Salah satu sasaran PMT Pemulihan adalah bayi umur

6-12 bulan dan anak balita dibawah dua tahun (baduta) dari keluarga

miskin. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya PMT pemulihan

diberikan juga kepada anak balita gizi kurang dan atau buruk dari

STATUS GIZI

Konsumsi makanan

Pengukuran Antropometri (BB/U)

Penyuluhan gizi/peran serta masyarakat

Penyakit infeksi dan

parasit

Daya beliKetersediaan pangan di keluarga & masyarakatPola konsumsiPola distribusi

Perilaku hidup bersih

dan sehat

Tingkat pengetahuan keluarga tentang

kesehatan gizi

Tersedia & terjangkaunya

pelayanan kesehatan dan gizi

SUMBER DAYA

Sosial-Budaya-Ekonomi

17

keluarga miskin mendapat prioritas untuk dirawat inap secara gratis di

puskesmas atau di rumah sakit untuk mendapatkan tata laksana gizi buruk

sesuai pedoman yang ada (Arali, 2009).

Pada pertengahan tahun 2000, paket PMT Pemulihan program

JPSBK yang merupakan dana dari anggaran pusat direncanakan tidak

diperpanjang lagi. Selanjutnya pemerintah daerah sejalan dengan era

desentralisasi diharapkan dapat melanjutkan program serupa sesuai dengan

kemampuannya. Mengingat sumber daya pemerintah daerah relatif

terbatas, maka diperlukan perencanaan yang tepat berdasarkan keadaan

yang sesungguhnya di lapangan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian

tentang faktor-faktor yang berperan penting dalam perbaikan status gizi

balita, khususnya balita gizi buruk yang merupakan kelompok rawan

terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Dengan

diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perbaikan status gizi balita

dengan gizi buruk, diharapkan dapat menjadi masukan dalam membuat

prioritas program yang tepat dan efektif sesuai kemampuan daerah yang

relatif semakin terbatas.Berikut kerangka teori menurut Depkes RI

(Depkes, 1995).

2.8. Status Gizi dan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Dengan jelasnya keterangan tentang status gizi dan KMS diatas, tidak

benar apabila Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS adalah

Gizi Buruk, karena :

1. KMS hanya di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan

perkembangan balita NAIK, TURUN dan BGM. Sementara Penentuan

status gizi buruk atau Status Gizi merupakan assesment status gizi

seseorang dengan menggunakan tabel antropometri, walaupun

penggunaan indeks sama yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U)

bukan berarti sama karena untuk tabel antropomteri hanya ada 4

kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Gizi buruk.

18

2. Berat Badan  yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS

merupakan perkiraan untuk menilai seseorang  menderita gizi buruk,

tetapi bukan berarti  seseorang balita telah menderita gizi buruk,

karena ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang

memang selalu dibawah garis merah pada KMS.

3. Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan

menggunakan pendekatan Antropomteri atau keduanya menggunakan

hasil penimbangan Berat Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi

Badan

Gambar 4: Kerangka Kerja Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk10

2.9. Analisis Masalah

19

Masalah dapat disebabkan oleh input, proses dan lingkungan. Input

terdiri dari lima komponen, yaitu Man, Money, Method, Material, dan

Machine. Sedangkan pada proses terdiri dari P1 (Perencanaan), P2

(Pergerakan dan Pelaksanaan) dan P3 (Pengawasan, Pengendalian, Penilaian).

Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai

standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah

kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab

masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada

input maupun proses.

Gambar 2.4 Analisa penyebab masalah menggunakan pendekatan sistem

Setelah dilakukan pendekatan dari berbagai sistem, selanjutnya akan

ditentukan upaya pemecahan masalah yang sesuai denegan penyebab masalah

tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input, proses

maupun lingkungan. Setelah itu ditentukan beberapa alternatif pemecahan

masalah yang terpilih, lalu disusun rencana penerapan dan selanjutnya dilakukan

monitoring dan evaluasi.

OUTPUT

INPUT

Man

Money

Matherial

Methode

Machine

INPUT

Man

Money

Matherial

Methode

Machine

Lingkungan: fisik, kependudukan, sosial, budaya, ekonomi, kebijakan.

Lingkungan: fisik, kependudukan, sosial, budaya, ekonomi, kebijakan.

PROCESS

P1

P2

P3

PROCESS

P1

P2

P3

20

Gambar 2.5 Siklus pemecahan masalah

Urutan dalam siklus pemecahan :

a. Identifikasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,

menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian

mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil

pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi,

dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah

ditetapkan.

Identifikasi massalah

Identifikasi massalah

Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah

Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi

Memilih penyebab yang paling mungkin

Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyusunan Rencana penerapan

Penyusunan Rencana penerapan

Menentukan alternative

pemecahan masalah

Menentukan alternative

pemecahan masalah

Penetapan pemecahan masalah

terpilih

Penetapan pemecahan masalah

terpilih

21

b. Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan

dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan

menggunakan fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah

tersebut.

c. Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab - sebab

yang didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.

d. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari

penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat

langsung pada alternatif pemecahan masalah.

e. Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan

pemilihan pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka

digunakan Hanlon Kualitatif untuk menentukan/ memilih pemecahan terbaik.

f. Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan

Of Action atau Rencana Kegiatan).

g. Monitoring dan evaluasi

22

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan

masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut

masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan

dengan curah pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab

masalah dapat dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada

kerangka pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.6 Diagram fish bone

2.10. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dengan

menggunakan kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas

alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks:

23

1. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan

masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah

yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin

efektif.

2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah.makin penting

cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin

efektif.

3. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin

sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.

4. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk

melakukan pemecahan masalah.

Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.

Kriteria M, I, dan V masing-masing diberi nilai 1 – 5. Bila makin

magnitude maka nilainya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam

melakukan penilaian pada kriteria I dan V.

Tabel 2.1 Penilaian Kriteria Magnitude, Importancy, Vulnerability, dan Cost

Magnitude Importancy Vulnerability Cost

1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1 = Sangat murah

2 = Kurang magnitude 2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2 = Murah

3 = Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3 = Cukup murah

4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = mahal

5 = Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5 = sangat mahal

Dari hasil skoring meliputi Magnitude, Importancy, Vulnerability, dan

Cost. Maka dilakukan penghitungan dengan rumus MxIxV/C dan akan diurutkan

pada tabel di bawah ini

24

2.11. Pembuatan Plan of Action dan Gann Chart

Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya

dilakukan pembuatan plan of action serta Gann Chart, halm ini bertujuan untuk

menentukan perencanaan kegiatan.

25

BAB 3

ANALISIS MASALAH

2.1. Cakupan

Tabel 3.1 cakupan BGM tiap desa kecamatan Tempuran

No. Desa Target Sasaran CakupanHasil %

1. Tempurejo <1,5% 304 3 0,98%2. Prajegsari <1,5% 251 3 1,2%

3. Tugurejo <1,5% 81 4 2,9%

4. Jogomulyo <1,5% 383 1 0,26%

5. Bawang <1,5% 233 6 2,6%

6. Kemutuk <1,5% 224 2 0,9%

7. Pringombo <1,5% 366 6 1,63%

8. Temanggal <1,5% 305 7 0,32%

9. Growong <1,5% 399 4 1%

10. Girirejo <1,5% 139 0 0%

11. Kalisari <1,5% 298 0 0%

12. Tanggulrejo <1,5% 123 0 0%

13. Sidoagung <1,5% 96 0 0%

14. Sumberarum <1,5% 143 0 0%

15. Ringinanom <1,5% 126 0 0%

26

Tabel 3.2 cakupan BGM tiap dusun di Desa Tugurejo

No. Dusun Target Sasaran CakupanHasil %

1. Kanggotan <1,5% 32 2 6,2%2. Tugur <1,5% 13 1 7,7%

3. Brigasan <1,5% 24 1 4,1%

4. Bulurejo <1,5% 8 0 0%

Cakupan BGM (%) = × 100 %

= × 100%

= 6,2 %

Pencapaian = × 100 %

= × 100 % = 24,1%

2.1.

2

32

1,5

6,2

Jumlah balita BGM di Dusun Kanggotan

Jumlah balita yang ditimbang (D)

27

2.2. Kerangka Teori

Gambar 3.1 Kerangka Teori

2.12. Kerangka Konsep

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

Pengetahuan ibu tentang BGM, Gizi

SDM Petugas Gizi, Bidan, Kader

CAKUPAN BALITA BGM

Perilaku sadar Gizi

Penyuluhan tentang gizi

INPUT

Man : Bidan desa, Kader, Petugas Gizi

Money : Dana

Method : penimbangan, KMS

Material : Posyandu, rumah Kepala dusun

Machine : Blanko kuesioner, timbangan dacin, buku KMS, pita ukur, PMT

PROSES

- Jadwal posyandu

- Pelaksanaan penjadwalan program posyandu

- Pencatatan dan pelaporan inspeksi program

LINGKUNGAN

Ibu dengan balita BGM

Cakupan Pencapaian Program Gizi Balita

BGM

Terjangkaunya posyandu setempat

Pengetahuan kader

28

BAB 4

METODE PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 17 September 2013 – 21

September 2013 . Jenis data yang diambil adalah:

1. Data Primer, diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang

telah disusun sebelumnya sesuai tujuan survei yang dilakukan.

Kemudian pertanyaan tersebut ditujukan kepada ibu yang mempunyai

anak usia balita dengan keadaan gizi di bawah garis merah.

Responden diambil jumlah 2 orang ibu yang mempunyai balita dengan

BGM, dari total 2 ibu yang mempunyai balita dengan BGM. Data

primer juga diambil dari hasil wawancara terhadap Kepala dusun dan

Kader.

2. Data Sekunder, diperoleh dari laporan kegiatan setiap bulannya dari

bagian Gizi dan Balita Puskesmas Tempuran.

4.1. Batasan Judul

Penulis memilih judul “Evaluasi Program Gizi Cakupan Balita BGM di

Dusun Kanggotan Desa Tugurejo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang

Periode Januari 2013 – Juli 2013” dengan batasan pengertian judul sebagai

berikut :

1. Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,

atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi – solusi

atas permasalahan yang ditemukan.

2. Program

Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan.

29

3. Gizi

Suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal

melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan

pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

4. Cakupan

Cakupan adalah jangkauan dari suatu hal.

5. Balita

Salah satu periode usia manusia dimulai dari 0 bulan sampai dengan 60 bulan.

6. BGM

Berat badan Balita hasil penimbangan yang dititikkan dalam KMS dan berada di

bawah garis merah

7. Dusun Kanggotan

Dusun Kanggotan merupakan salah satu dusun dari 15 dusun di Desa Tugurejo

8. Desa Tugurejo

Desa Tugurejo merupakan salah satu desa dari 15 desa yang berada dalam

wilayah kerja Puskesmas Tempuran.

9. Kecamatan Tempuran

Kecamatan Tempuran adalah salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten

Magelang.

10. Kabupaten Magelang

Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa

Tengah.

30

11. Periode Januari 2013- Juli 2013

Adalah periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai

cakupan gizi balita BGM.

4.2. Definisi Operasional

Sasaran adalah seluruh balita yang ditimbang di Dusun Kanggotan

Desa Tugurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang

Cakupan adalah persentase hasil perbandingan jumlah balita BGM

dengan seluruh jumlah balita yang dtimbang yang ada di dusun

tersebut pada periode tertentu.

Pencapaian adalah presentase hasil perbandingan antara cakupan balita

BGM dengan target dinas kesehatan Magelang tahun 2013.

4.3. Batasan Operasional

a. Periode kegiatan berlangsung selama 7 bulan dari Januari 2013 -

Juli 2013.

b. Sasaran adalah Ibu yang mempunyai balita BGM di Dusun

Kanggotan, Desa Tugurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten

Magelang.

c. Pengetahuan merupakan pengetahuan ibu tentang status gizi

meliputi penyebab dan faktor yang mempengaruhi gizi balita serta

tentang Balita BGM.

Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%

Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%

Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

d. Perilaku adalah yang dilakukan ibu dengan tujuan untuk

meningkatkan status gizi Balitanya.

31

4.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :

a. Lingkup Lokasi : Wilayah Dusun Kanggotan Desa Tugurejo

Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang

b. Lingkup Waktu : Januari 2013- Juli 2013

c. Lingkup Sasaran : Jumlah Ibu yang mempunyai Balita BGM di Dusun

Kanggotan Desa Tugurejo Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang, Program Puskesmas Gizi.

d. Lingkup Metode : Wawancara, kuesioner, pencatatan dan pengamatan.

e. Lingkup Materi : Evaluasi Balita BGM di Wilayah Dusun Kanggotan

Desa Tugurejo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang

4.5. Batasan Masalah

Batasan masalah ditujukan untuk mempermudah pemahaman agar lebih

terarah, jelas dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Maka dalam hal

ini hanya dibatasi menegenai tinjauan belum tercapainya target cakupan gizi balita

dengan BGM di Dusun Kanggotan Desa Tugurejo Kecamatan Tempuran,

Kabupaten Magelang periode Januari 2013 - Juli 2013.

4.6. Faktor - Faktor Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah balita BGM dan Ibu balita BGM

yang bersedia diwawancara di Dusun Kanggotan Desa Tugurejo Kecamatan

Tempuran, Kabupaten Magelang.

Kriteria ekslusi adalah Ibu balita BGM yang tidak bersedia diwawancara.

32

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Data Umum Desa Tugurejo

A. Keadaan Geografis

Desa Tugurejo terletak di wilayah Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang, Jawa Tengah yang terdiri dari 4 dusun yang terbagi menjadi 17

RT dengan luas wilayah Desa Tugurejo 2.026.920 m2

Tabel 2. Wilayah Desa Tugurejo

No Dusun RT

1. Dusun Brigasan 1,2,3,4,5,dan 62. Dusun Tugur 1,2,3,4,dan 5

3. Dusun Kanggotan 1,2,3,4,dan 55. Dusun Bulurejo 1

A. Batas wilayah

Desa Tugurejo mempunyai batas administrasi yaitu:

Sebelah Utara : Desa Sukosari

Sebelah Selatan : Desa Jogomulyo

Sebelah Barat : Desa Bawang

Sebelah Timur : Desa Prajegsari

B. Peta Wilayah

Gambar Peta Wilayah Desa Tugurejo

33

C. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk : 1259 jiwa

Jumlah Kepala Keluarga : 377 KK

Jumlah penduduk laki-laki : 616 jiwa

Jumlah penduduk perempuan : 643 jiwa

Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Umur

Kelompok Umur Jumlah< 1 tahun 101 orang0-4 tahun 99 orang5-9 tahun 66 orang

10-14 tahun 58 orang15-19 tahun 54 orang20-24 tahun 86 orang25-29 tahun 62 orang30-39 tahun 120 0rang40-49 tahun 118 orang50-58 tahun 114 orang>58 tahun 75 orang

Jumlah 953 orang

Tabel 4. Data Penduduk Desa Tugurejo Berdasarkan Struktur Pendidikan

No Struktur Pendidikan Jumlah1. Belum Sekolah 2002. SD/Sederajat 6183. SLTP/Sederajat 584. SLTA/Sederajat 685. Perguruan Tinggi 15

Jumlah 959

Tabel 5. Data Penduduk Desa Tugurejo Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah1. Petani 6502. Buruh tani 283. Buruh/swasta 25

34

4. PNS 145. Pengrajin 156. Pedagang 127. Peternak 58

Jumlah 802

E. Data Kesehatan

1. Sarana dan Prasarana

a. Sarana : Posyandu

b. SDM : Dokter Umum : -

: Dokter Gigi : -

: Perawat : -

: Bidan : 1 orang

: Dukun : 1 orang

: Kader posyandu aktif : 16 orang

2. Forum Kesehatan Desa : Sudah terbentuk

3. Kegiatan Gotong Royong Masyarakat

a. KPKIA : Belum ada

b. Ambulans desa : Belum ada

c. Donor darah : Belum ada

d. Pemanfaatan upaya kesehatan Posyandu balita : 4 tempat

e. Gerakan Pengendalian Faktor Risiko Penyakit : Belum ada

F. Upaya Kesehatan

1. Promotif, preventif oleh kader : Dilakukan secara berkala

2. Promotif, preventif oleh bidan : Melalui posyandu

3. Pemantauan kesehatan bumil, balita, dan pengendalian risiko:Melalui

posyandu

35

G. Pengamatan dan Pemantauan Kesehatan

1. Buku KIA : Ada

2. Buku SIP : Belum ada

3. Buku catatan kasus/ rujukan kader : Belum ada

4. Buku catatan keluarga miskin : Ada

5. Buku catatan kelahiran dan kematian : Ada

2.3. Hasil Survey dan Pengamatan

Data Balita BGM di Dusun Kanggotan Desa Tugurejo, Kecamatan

Tempuran, Kabupaten Magelang diperoleh dari data primer yang diperoleh

langsung dari survei atau inspeksi terhadap Ibu yang mempunyai Balita BGM

dengan sasaran balita BGM yang ada di Dusun Kanggotan Desa Tugurejo,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang meliputi 2 Ibu yang mempunyai

Balita BGM, serta data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan

kegiatan bagian Gizi Pukesmas Tempuran. Pengambilan data primer

dilaksanakan pada hari Jumat dan Sabtu tanggal 17 – 21 September 2013

dimulai dari pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB telah

dilaksanakan. Seluruh isian daftar tilik diisi oleh penilik dengan melihat

langsung kondisi lapangan dan menanyakan beberapa pertanyaan melalui

wawancara terpimpin kepada Ibu yang memiliki balita BGM.

Jumlah cakupan Balita BGM di Dusun Kanggotan :

Cakupan BGM (%) = × 100 %

= × 100% 2

32

Jumlah balita BGM di Dusun Kanggotan

Jumlah balita yang ditimbang (D)

36

= 6,2 %

Jumlah pencapaian Balita BGM di Dusun Kanggotan :

Pencapaian = × 100 %

= × 100 %

= 24,1 %

Tabel 5.3 Data Balita BGM Dusun Kanggotan

No Nama Orang tuaUsia

(bulan)

Jenis kelamin

BB

Jan (kg)

BB

Jul

(kg)

1. Umar Mochtar Sukirman 36 L 10.6 9,4

2.Ainun Jaya Ul Usna

Isromiah 15 P 7 7,4

1,5

6,2

37

5.3 Rekapitulasi Hasil Survei

5.3.1. Hasil Kuisioner Ibu

Pada Hari Selasa-Sabtu tanggal 17-21 September 2013 telah

dilakukan Pengambilan data dengan cara menyebar kuisioner pada Ibu-ibu

yang memiliki anak usia ≤5 tahun (batasan Usia 0-5 tahun) dengan BGM

dengan alasan akan memudahkan dalam melakukan gambaran evaluasi

cakupan Balita BGM. Berikut ini adalah pemaparan hasil kuisioner

berdasarkan data yang didapat. Penyebaran kuisioner dilakukan di Dusun

Kanggotan, Desa Tugurejo dengan mendatangi rumah warga yang

memiliki anak usia 0-5 tahun dengan BGM. Kuisioner diisi oleh 2

responden.

Tabel. 5.4 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Sosial Ekonomi Responden

No. Pertanyaan 1 2 %

1. Pendidikan terakhir ibu

a. Tidak sekolah 0%

b. SD V 50%

c. SMP 0%

d. SMA V 50%

e. Sarjana 0%

2. Pekerjaan

a. Tidak bekerja V V 100%

b. Bekerja 0%

3. Penghasilan rata-rata keluarga per bulan

a. < Rp.500.000 V 50%

b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000

V 50%

38

c. > Rp. 1.000.000

0%

Dari hasil yang didapatkan sebagian besar masyarakat Dusun

Kanggotan merupakan masyarakat menengah kebawah. Dari hasil survey

50% masyarakat memiliki penghasilan Rp. < 500.000 perbulan dan yang

sisanya Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 berkisar 50%.

Tabel 5.5 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Perilaku Responden

No. Pertanyaan 1 2 % Penilaian

4. Apakah ibu melaksanakan ASI eksklusif?

T T 0%K

5. Apakah ibu menimbang anaknya setiap bulan?

Y Y 100% B

6. Apakah para suami mendukung ibu untuk menimbang anaknya setiap bulan?

Y Y 100% B

7. Apakah ibu punya buku KIA?

Y Y 100%B

8. Apakah ibu membaca buku KIA

Y Y 100%B

9. Apakah ibu memahami isi buku KIA?

T Y 50%C

10. Apakah para ibu ada yang tidak menjalani pantangan untuk makanan atau minuman tertentu?

Y Y 100%

B

11. Apakah ibu melihat poster tentang gizi

T T 0% K

39

seimbang pada saat posyandu?

12. Apakah ibu menjalankan pengetahuan tentang pentingnya gizi bagi bayi dan balita yang diberikan bidan desa dan para kader?

Y Y 100%

B

13. Apakah saat ini anak ibu tidak mengkonsumsi susu formula?

Y T 50%

C

14. Apakah ibu mengetahui sejak usia berapa anak diberi makanan pendamping ASI?

T T 0%

K

15. Apakah imunisasi dasar anak lengkap?

Y Y 100%B

16. Apakah 1 bulan terakhir ini anak sehat (tidak sakit)?

T T 0%

K

17. Apakah anak anda lebih senang makan dirumah dari pada jajan diluar?

T Y 50%

C

PERILAKU 8 9

Baik : 50%

Cukup : 21,4%

40

Kurang : 28,6%

Tabel 5.6 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Pengetahuan Responden

No. Pertanyaan 1 2

18. Apakah anda mengetahui pentingnya menimbang berat bayi dan balita setiap bulannya?

Y Y

19. Apakah Ibu mengetahui tentang Balita BGM?

Y Y

20. Apakah anda tahu kepanjangan dari Balita BGM?

Y T

21. Apa arti bila di KMS berat badan balita berada di bawah garis merah?

a. Gizi anak kurang baik

V V

b. Gizi anak baik

22. Apakah petugas (bidan/kader) memberitahu kalau berat badan anak ibu kurang (BGM)

Y Y

23. Apakah penyebab Balita BGM?

a. Asupan gizi lebih

V V

41

sedikit dari yang dibutuhkan

b. Asupan gizi sesuai dengan yang dibutuhkan

24. Apakah ibu memahami pentingnya gizi bagi bayi dan balita?

Y Y

25. Contoh sumber protein nabati

a. Tahu, kacang-kacangan, tempe

b. Telur, ikan, daging

V V

26. Contoh bahan makanan yang berperan sebagai penghasil energi utama?

a. Minyak, mentega, daging

b. Nasi, kentang, jagung

V V

PENGETAHUAN 8 7

89% 77%

K K

Baik : 100%

42

Cukup : 0%

Kurang : 0%

Tabel 5.7 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tenaga Kesehatan dan Media Promo

No. Pertanyaan 1 2 %

27.Apakah bidan/kader menjelaskan tentang Gizi Seimbang?

Y Y 100%

28.Apakah terdapat posyandu di sekitar tempat tinggal anda?

Y Y 100%

29.

Apakah di Posyandu terdapat poster atau pamflet tentang Gizi Seimbang?

Y Y 100%

30.

Apakah di Posyandu terdapat poster atau pamflet tentang Gizi Seimbang?

T T 0%

PENILAIAN 3 3

75% 75%

B B

Baik : 75%

Cukup : 0%

Kurang : 25%

Dari kesimpulan kuesioner yang telah dilakukan di Dusun Kanggotan

dari 2 responden didapatkan sebagai berikut:

a. Pengetahuan Ibu tentang BGM yaitu tentang apa itu BGM, pentingnya

pengukuran untuk bayi dan balita sudah cukup baik, namun Pengetahuan

ibu tentang macam-macam makanan bergizi kurang dilihat dari hasil

43

survei yaitu tidak ada yang mengetahui tentang contoh makanan yang

mengandung protein nabati tapi terdapat 100% yang tahu contoh bahan

makanan yang berperan sebagai penghasil energi utama.

b. Dilihat dari perilaku Ibu balita BGM sudah cukup baik dimana ibu

mengerti guna dari rutin menimbang balita stiap bulannya, tahu isi dari

buku KIA. Tetapi masih cukup banyak ibu yang tidak tahu usia berapa

anak bisa diberi makan pengganti selain ASI dan berapa lama ASI

eksklusif diberikan.

c. Masih ada balita yang lebih menyukai jajan makanan tidak bergizi

dibandingkan makan makanan yang disediakan di rumah dilihat dari hasil

survei yaitu seluruh responden yakni 50%.

d. peran aktif dari bidan atau kader dalam perannya menjelaskan tentang gizi

seimbang cukup baik. Sedangkan tentang adanya poster ataupun pamflet

didapatkan dari hasil kuesioner bahwa tidak terdapat poster atau pamflet di

posyandu.

5.3.2 Hasil Wawancara Bidan Desa

Terdapat satu bidan di Desa Tugurejo yaitu ibu Yuni. Dikatakan oleh

bidan, bahwa dirinya telah sering memberikan penyuluhan tentang makanan

bergizi terhadap ibu yang mempunyai balita dengan BGM, tetapi sebagian

besar dari para ibu tersebut tidak menghiraukan nasehatnya, karena mereka

beranggapan bahwa anaknya sulit untuk makan sehingga lebih cenderung

membelikan jajanan. Menurut bidan, paradigma yang salah ini telah

membudaya dalam masyarakat Tugurejo sehingga sangat sulit untuk diubah.

Program yang paling baru adalah pemberian PTM yang selalu diberikan saat

kegiatan posyandu.

44

Penyuluhan mengenai makanan yang bergizi secara khusus dan

berkala, sudah ada, dilakukan setiap ada kegiatan posyandu.

Dalam wawancara yang dilakukan, bidan desa juga mengatakan bahwa

Sumber Daya Manusia sudah cukup dan sudah terdapat sistem pencatatan

yang baik dengan metode kohort.

2.3

45

2.3.3 Hasil Wawancara Kader

Tabel 5.8 Kuesioner Kader

No. Pertanyaan 1 2 Persentase

1.

a. Ya V V 100%

b. Tidak

2.

a. Balita di bawah garis merah

V V 100%

b. Balita bagian atas garis merah

3.

a. Ya V V 100%

b. Tidak

4.

a. Ya V V 100%

b. Tidak

5.

a. Ya V 50%

b. Tidak V 50%

Kader di Posyandu Dusun Kanggotan, Desa Tugurejo, Kabupaten

Magelang berjumlah 3 orang. Wawancara dilakukan pada hari Selasa sampai

Sabtu tanggal 17-21 September 2013 pada 2 orang kader adalah dengan

mengajukan pertanyaan mengenai KMS, BGM, Tumbuh Kembang dan

Pengetahuan Gizi. Dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa kader tersebut

mengenai sistem pencatatan hasil penimbangan di KMS dan bagaimana

menjelaskan hasil penimbangan dalam KMS kepada ibu balita, namun kader

46

kurang mengetahui apa yang harus disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan

gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita khususnya ibu balita BGM. Kader hanya

mengetahui bahwa BGM adalah pertumbuhan balita yang berat badannya lebih

kecil dari berat balita seusianya.

47

BAB 6

PEMBAHASAN

5.1. Daftar Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Sistem

Berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input,

lingkungan maupun proses

Tabel 6.1 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Gizi Balita BGM Ditinjau

dari Faktor Input

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

MAN

(Tenaga Kerja)

Tersedianya petugas gizi dan bidan

Tersedianya kader-kader yang menangani posyandu.

Tersedianya pengelola dan kepengurusan Posyandu.

Kader kurang mengetahui apa yang harus disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita khususnya ibu balita BGM

MONEY

(Pembiayaan)

Tersedianya dana anggaran dari Puskesmas untuk menaggulangi balita BGM.

Tidak ada

METHOD (Metode)

Adanya program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) pemulihan

Penimbangan

Kurangnya program Puskesmas yang berkesinambungan berupa penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pertambahan berat badan pada balita dan bahaya balita dibawah Garis

48

berat badan Merah.

Cara penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun petugas kesehatan kurang menarik dan sulit dimengerti sehingga tidak menarik perhatian masyarakat.

MATERIAL (Perlengkapan)

Tidak ada Tidak adanya pemasangan brosur, pamflet dan poster tentang gizi seimbang.

Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaca brosur, pamflet dan poster.

MACHINE (peralatan)

Ada lokasi dan bangunan posyandu.

Ada beberapa ruang yang dapat digunakan untuk kegiatan Posyandu dan pendataan balita BGM.

Tersedia alat untuk kegiatan Posyandu

Tersedia alat untuk pemeriksaan kesehatan balita dengan BGM

Tidak ada

49

Tabel 6.2 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Balita BGM Ditinjau dari

Faktor Proses dan Lingkungan

PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN

P1

(Perencanaan)

Penjadwalan Posyandu setiap bulannya teratur.

___

P2

(Pelaksanaan)

Adanya edukasi oleh petugas kesehatan setelah dilakukan penimbangan.

Penyuluhan yang diberikan belum tepat sasaran dan belum mencakup seluruh lapisan masyarakat.

Penyuluhan yang dilakukan tidak berjalan secara berkelanjutan.

P3

(Penilaian, Pengawasan Pengendalian)

Adanya bidan, petugas kesehatan dan kader yang bertanggung jawab dan mengawasi jalannya Posyandu.

Kurangnya pemantauan efektifitas terhadap penyuluhan yang telah dilaksanakan

Lingkungan Masyarakat menyambut baik adanya Posyandu yang diadakan setiap bulannya.

Kurangnya pengetahuan Ibu-ibu tentang pentingnya pertambahan berat badan balita setiap bulannya. Ibu- ibu lebih memperhatikan anaknya sehat dan tidak sakit daripada penambahan berat badan yang sesuai dengan penambahan usianya.

Kurangnya pengetahuan ibu - ibu

50

tentang macam makanan bergizi

Adanya penyakit penyerta yang mungin diderita oleh Balita BGM

51

Gambar 6.1 Diagram Tulang Ikan (Fish Bone)

52

5.2 Analisis Penyebab masalah

1. Kurangnya pengetahuan Ibu tentang macam – macam makanan bergizi

2. Rendahnya kesadaran Ibu dalam hal kesehatan gizi anak balita, Ibu lebih

memperhatikan anaknya sehat daripada penambahan berat badan sesuai

usia

3. Cara penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun

petugas kesehatan kurang menarik dan sulit dimengerti sehingga tidak

menarik perhatian masyarakat.

4. Tidak adanya pemasangan brosur, pamflet dan poster.

5. Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaca brosur, pamflet dan

poster.

6. Adanya penyakit penyerta yang mungkin diderita oleh Balita BGM.

7. Kader kurang mengetahui apa yang harus disampaikan dalam

melaksanakan penyuluhan gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita

khususnya ibu balita BGM.

6.3 Alternatif Pemecahan Masalah

1.3.1. Analisis Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 6.3 Alternatif Pemecahan Masalah

No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan

1. Kurangnya pengetahuan Ibu tentang macam – macam makanan bergizi

Dilaksanakan program penyuluhan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam – macam makanan bergizi

2. Rendahnya kesadaran Ibu dalam hal kesehatan gizi anak balita, Ibu lebih memperhatikan anaknya sehat

Dilaksanakan Program penyuluhan yang diselenggarakan oleh

53

daripada penambahan berat badan sesuai usia

petugas kesehatan mengenai pentingnya kesehatan gizi

3. Cara penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun petugas kesehatan kurang menarik dan sulit dimengerti sehingga tidak menarik perhatian masyarakat.

Membuat poster, pamflet dan penyuluhan yang mudah dimengerti dan menarik

4. Tidak adanya pemasangan brosur, pamflet dan poster.

Pemasangan poster secara permanen di balai desa atau di posyandu

Pembagian brosur dan pamflet tentang kesehatan gizi

5. Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaca brosur, pamflet dan poster.

Membuat poster, brosur dan pamflet yang menarik

Mengadakan kuis berhadiah mengenai kesehatan gizi setiap kegiatan posyandu

6. Adanya penyakit penyerta yang mungkin diderita oleh Balita BGM.

Koordinasi dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada Balita BGM

7. Kader kurang mengetahui apa yang harus disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita khususnya ibu balita BGM

Melakukan penyuluhan untuk kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM

6.3.1 Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

54

Penyebab Masalah Alternatif Penyebab Masalah

Gambar 6.1 Bagan Penggabungan Alternatif Masalah

6.3.2Penentuan prioritas pemecahan masalah

1. Kurangnya pengetahuan Ibu tentang macam – macam makanan bergizi

A. Dilaksanakan program penyuluhan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam – macam makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi

2. Rendahnya kesadaran Ibu dalam hal kesehatan gizi anak balita, Ibu lebih memperhatikan anaknya sehat daripada penambahan berat badan sesuai usia

3. Cara penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun petugas kesehatan kurang menarik dan sulit dimengerti sehingga tidak menarik perhatian masyarakat.

B. Membuat dan membagikan poster, pamflet dan brosur tentang pentingnya kesehatan gizi yang mudah dimengerti dan menarik

4. Kurang tepatnya pemasangan brosur, pamflet dan poster.

5. Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaca brosur, pamflet dan poster.

C. Pemasangan poster secara

permanen di balai desa atau di

posyandu

6. Adanya penyakit penyerta yang mungkin diderita oleh Balita BGM

D. Koordinasi dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada Balita BGM

7. Kader kurang mengetahui apa yang harus disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita khususnya ibu balita BGM

E. Melakukan penyuluhan untuk kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM

55

Tabel 6.4 Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

NoAlternatif pemecahan Masalah

Nilai Kriteria TotalPrioritas

M I V C (M.I.V)/C

1 Dilaksanakan program penyuluhan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam – macam makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi

2 4 4 2 16 I

2 Membuat dan membagikan poster, pamflet dan brosur tentang pentingnya kesehatan gizi yang mudah dimengerti dan menarik

3 2 3 2 9 II

3 Pemasangan poster secara permanen di balai desa atau di posyandu

3 2 1 1 6 III

4. Melakukan penyuluhan untuk kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM

2 2 2 2 4 IV

5. Koordinasi dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala pada ibu dengan Balita BGM

2 2 2 4 2 V

Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab

masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks denga rumus MxIxV/C

maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan masalah gizi Balita

BGM sebagai berikut:

1. Dilaksanakan program penyuluhan berkesinambungan yang

diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam –

macam makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi.

2. Membuat dan membagikan poster, pamflet dan brosur tentang pentingnya

kesehatan gizi yang mudah dimengerti dan menarik

56

3. Pemasangan poster secara permanen di balai desa atau di posyandu

4. Melakukan penyuluhan untuk kader untuk meningkatkan pengetahuan

tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM

5. Koordinasi dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan berkala pada Balita BGM.

57

Tabel 6.5 Plan of action Balita BGM desa Tugurejo

Kegiatan Tujuan SasaranPelaksana

TempatWaktu

Biaya MetodeTolak Ukur

Proses Hasil

1. Penyuluhan petugas kesehatan mengenai makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi.

Meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki balita akan pentingnya menu makan seimbang sesuai usia balitanya

Orang tua yang memiliki balita BGM

Bidan desa dan Kader kesehatan setempat

Posyandu Satu bulan sekali

Biaya operasional puskesmas

Ceramah, diskusi, tanya jawab dan kuis

Melaksanakan penyuluhan kepada Orang tua yang memiliki BGM

Meningkatnya pengetahuan Orang tua dengan BGM tentang macam makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi.

2. Pembuatan dan pembagian pamflet dan brosur tentang pentingnya kesehatan gizi

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orang tua dengan balita BGM tentang

Orang tua dengan balita BGM

Bidan desa dan Kader desa setempat

Posyandu Tiga bulan sekali

Biaya operasional puskesmas

Pembagian pamflet dan brosur

Terlaksana-nya pembuatan dan pembagian pamflet dan brosur kepada orang tua dengan

Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran orang tua dengan Balita BGM tentang

58

pentingnya kesehatan gizi

balita BGM pentingnya kesehatan gizi

3. Pemasangan poster tentang kesehatan gizi

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orang tua dengan balita BGM tentang pentingnya kesehatan gizi

Orang tua dengan balita BGM dan masyarakat pada umumnya

Bidan desa dan Kader desa setempat

Balai desa atau posyandu

Satu tahun sekali

Biaya operasional puskesmas

Memasangan poster secara permanen tentang kesehatan gizi

Terpasangnya poster secara permanen

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orang tua dengan balita BGM tentang pentingnya kesehatan gizi

4. Penyuluhan bagi kader tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM

Meningkatkan pengetahuan para kader dan mengajarkan kader supaya bisa menjelaskan kepada ibu BGM tentang

Kader posyandu Dusun Kanggotan

Bidan desa

Rumah Kadus, Rumah Bidan desa

Tiga bulan sekali

Biaya operasional puskesmas

Memberikan penyuluhan, tanya jawab

Terlaksananya penyuluhan kepada kader posyandu dusun Kanggotan

Meningkatnya pengetahuan kader tentang BGM dan cara penyampaian tentang BGM yang baik kepada

59

dampak dari BGM

Ibu BGM

5. pengkoordinasian dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada Balita BGM

Menemukan adanya kemungkinan penyakit penyerta pada Balita BGM

Balita BGM

Puskesmas

Puskesmas

Tiga bulan sekali

Biaya operasional puskesmas

Memeriksa kesehatan umum balita BGM

Terlaksananya pemeriksaan kesehatan umum

Ditemukan adanya penyakit penyerta pada Balita BGM

60

Tabel 6.6 Gann Chart

No

.

Kegiat

an

Oktober 2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0

1

1

1

2

1

3

1

4

1

5

1

6

1

7

1

8

1

9

2

0

2

1

2

2

2

3

2

4

2

5

2

6

2

7

2

8

2

9

3

0

3

1

1. A

2. B

3. C

4. D

5. E

61

Keterangan :

A = Pemasangan poster tentang kesehatan gizi secara permanen di balai desa

atau di posyandu

B = Membuat dan membagikan poster, pamflet dan brosur tentang

pentingnya kesehatan gizi yang mudah dimengerti dan menarik

C = Melakukan penyuluhan untuk kader untuk meningkatkan pengetahuan

tentang BGM dan bagaimana cara penyampaian kepada Ibu BGM

D = Koordinasi dengan dokter puskesmas untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan secara berkala pada Balita BGM

E = Dilaksanakan program penyuluhan berkesinambungan yang

diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam – macam

makanan bergizi dan pentingnya kesehatan gizi.

62

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Setelah di buat analisis penyebab masalah maka diketahuinya

penyebab tingginya cakupan balita dengan BGM antaranya adalah Kurangnya

pengetahuan Ibu tentang macam – macam makanan bergizi, Rendahnya

kesadaran Ibu dalam hal kesehatan gizi anak balita, Ibu lebih memperhatikan

anaknya sehat daripada penambahan berat badan sesuai usia, Cara

penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun petugas

kesehatan kurang menarik dan sulit dimengerti sehingga tidak menarik

perhatian masyarakat, Kurang tepatnya pemasangan brosur, pamflet dan

poster, Kurangnya minat dari masyarakat untuk membaca brosur, pamflet dan

poster.

Setelah dilakukan alternatif pemecahan masalah dan dengan metode

Matrix dan pendekatan sistem ditemukan prioritas pemecahan masalah yaitu

Dilaksanakan program penyuluhan berkesinambungan yang diselenggarakan

oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai macam – macam makanan

bergizi dan pentingnya kesehatan gizi, Membuat dan membagikan poster,

pamflet dan brosur tentang pentingnya kesehatan gizi yang mudah dimengerti

dan menarik, Pemasangan poster secara permanen di balai desa atau di

posyandu, penyuluhan terhadap kader di Posyandu, Mengadakan kuis

berhadiah mengenai kesehatan gizi setiap kegiatan posyandu

7.2 Saran

a. Untuk koordinator program Gizi

Peningkatan kualitas program Gizi khususnya Balita BGM

Diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya kesehatan gizi pada balita

63

b. Untuk masyarakat wilayah desa Tugurejo

Diharapkan ikut berpartisipasi dalam meningkatan kesehatan gizi

balita BGM dan meningkatnya kesedaran akah kesehatan gizi untuk balita

demi mencerdaskan kehidupan bangsa

c. Untuk dokter muda periode berikutnya

Diharapkan dapat membantu terciptanya program Gizi terutama

Balita BGM melalui program penyuluhan bagi warga desa Tugurejo

khususnya kepada orang tua dengan Balita BGM.

64

DAFTAR PUSTAKA

1. www.dinkes jateng.go.id , Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,

diunduh tanggal 16 September 2013.

2. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh

Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Dasar, Depkes RI, 2005.

3. Hartoyo, 2013, Handout Manajemen Pelayanan I Manajemen

program di Puskemas : Magelang.

4. www.depkes.go.id , Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Balita bagi petugas kesehatan. Jakarta, 1996, diunduh tanggal 16

September 2013.

5. www.depkes.go.id , Kartu Menuju Sehat (KMS). Jakarta, 1999,

diunduh tanggal 16 September 2013.

6. www.depkes.go.id , Penilaian Status Gizi. diunduh tanggal 16

September 2013.

7. www.who.co.id , World Health Organization;The Growth Chart, A tool

for use in infant and child health care. Geneva, 1986, diunduh tanggal

16 September 2013.

8. www.epidemiologi/Berat badan Balita BGM/gizi buruk.com , arali

2009, diunduh tanggal 16 September 2013.

9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang RI

tentang Kesehatan, 1992.

10. www.litbang.kes.com , Prevalensi balita Bawah Garis Merah, Badan

Litbang 2007,diunduh tanggal 16 September 2013.