tm bab 1-7
-
Upload
eja-azlyza -
Category
Documents
-
view
54 -
download
2
description
Transcript of tm bab 1-7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan adalah bagaimana kesehatan kita dipengaruhi oleh persekitaran,
dan juga bagaimana kegiatan kita mempengaruhi kesehatan lingkungan sekitar. Jika makanan,
air dan udara kita tercemar, ini akan membuat kita sendiri dan lingkungan sekitar jatuh sakit.
Dengan melindungi lingkungan sekitar, bererti kita melindungi kesehatan kita sendiri.1
Masalah sanitasi sangatlah penting, terutama ditempat-tempat umum yang erat kaitannya
dengan pelayanan orang banyak. Rumah makan, restoran hingga kantin merupakan beberapa
tempat umum yang menyediakan makanan olahan yang banyak digemari masyarakat.
Masyarakat lebih banyak memilih makan di restoran, rumah makan ataupun kantin dibanding
memasak makanan sendiri. Keberadaan usaha rumah makan, disisi lain dapat membantu
masyarakat apalagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Oleh yang demikian, masyarakat
perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi
yang dikelola oleh pemilik rumah makan atau restoran agar tidak membahayakan kesehatan.
Penerapan higiene dan sanitasi dilakukan untuk keseluruhan proses pengolahan makanan, baik
pada bahan baku yang digunakan, selama proses pengolahan, sampai pada proses penyajian
termasuk didalamnya, penjamahan makanan, dan lingkungan proses pengolahan makanan.
Sebagai konsekuensi dari perkembangan rumah makan, dilakukan upaya penyehatan makanan
dan minuman dengan tujuan agar kemampuan masyarakat dalam mengelola rumah makan dapat
meningkat, sehingga masyarakat terhindar dari gangguan kesehatan atau penyakit bawaan
makanan atau keracunan makanan. Salah satu upaya penyehatan makanan dan minuman yang
dilakukan adalah pengawasan rumah makan.1
Peningkatan kualitas hidup manusia perlu didukung oleh penyediaan pangan yang
memadai, baik kualitas maupun kuantitas. Pangan merupakan kebutuhan pokok dan sumber
utama bagi kehidupan manusia, namun makanan yang tidak dikelola dengan baik justru akan
menjadi media yang sangat efektif dalam penularan beberapa penyakit saluran pencernaan.
Terjadinya peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa kematian
banyak bersumber dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan khususnya jasa
1
boga, rumah makan, dan makanan jajanan yanga pengelolaannya tidak memenuhi syarat
kesehatan atau sanitasi lingkungan. Sehingga upaya pengawasan terhadap sanitasi makanan
amat penting untuk menjaga kesehatan konsumen atau masyarakat.1
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan
tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat
mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam
proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan
minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi
makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah
konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli,
mengurangi kerusakan atau pemborosan makanan.1
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak
untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya:1
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh
enzim, aktivitas mikroba, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan,
pemasakan dan pengeringan
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan
oleh makanan (food borne illness)
Menurut Undang- Undang RI No. 23 Tahun 1992 kesehatan pasal 21 tentang
pengamanan makanan dan minuman :1
1. Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi
masyarakat dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan
atau persyaratan kesehatan.
2. Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label yng
berisi :
a. Bahan yang dipakai
b. Komposisi setiap bahan
c. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa
2
d. Ketentuan lainnya.
3. Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar dan atau
persyaratan kesehatan dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dan peredaran, dan disita untuk
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4. Ketentuan mengenai pengamanan makanan dan minuman sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang persyaratan higiene sanitasi rumah makan adalah setiap
usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk
umum ditempat usahanya. Rumah makan cenderung berkembang pesat. Hal ini sejalan dengan
pergeseran pola hidup dari kebiasaan makan di rumah menjadi makan dirumah makan. Kualitas
lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari risiko yang membahayakan
kesehatan dan keselamatan hidup manusia, dapat melalui pemukiman antara lain rumah tinggal
dan asrama atau yang sejenisnya, melalui lingkungan kerja antara perkantoran dan kawasan
industri atau sejenis, sedangkan upaya yang harus dilakukan dalam menjaga dan memelihara
kesehatan lingkungan adalah objek sanitasi meliputi seluruh tempat kita tinggal atau bekerja
seperti dapur, rumah makan, taman, ruang kantor dan sebagainya. (Kepmenkes, 2003).
Berdasarkan data yang didapatkan dari SPM, pada bulan Januari sampai dengan Mei
2013, yaitu cakupan untuk wilayah kerja puskesmas Tempuran mengenai tempat pengolahan dan
dan penjualan makanan (TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi adalah 23%, dan pencapaian
31%, sedangkan target yang berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang adalah 75%.
Dari data SPM ini sudah dapat diketahui bahawa tempat pengolahan dan penjualan makanan
(TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi di wilayah kerja Tempuran belum memenuhi target dari
dinas kesehatan kabupaten Magelang. (menurut SPM, periode Januari-Mei 2013). Dari hasil
pendataan di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang didapatkan cakupan
TP2M yang memenuhi syarat sanitasi adalah 20% dan pencapaian 26,67%.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan yaitu apakah
yang menyebabkan cakupan dan pencapaian dari tempat pengolahan dan penjualan makanan
(TP2M) warung makan pada Desa Sidoagung, kecamatan tempuran, Kabupaten Magelang belum
memenuhi target? Bagaimana alternatif pemecahan masalah jika disesuaikan dengan penyebab
permasalahan? Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan
tersebut.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui, mengidentifikasi, menganalisa penyebab, serta menyusun
rencana tidak lanjut pemecahan masalah belum tercapainya target program TP2M
khususnya warung makan yang memenuhi syarat sanitasi yang ditemukan dan ditangani
sesuai standar di Desa Sidoagung yaitu wilayah kerja Puskesmas Tempuran, kecamatan
Tempuran Kabupaten Magelang pada bulan Januari-Mei 2013.
2. Tujuan Khusus
o Untuk mengetahui penyebab masalah dan upaya pemecahan, serta kurangnya
(apabila terdapat warung makan yang sanitasinya kurang) sanitasi Tempat
pengolahan dan penjualan makanan (warung makan) Desa Sidoagung, Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Magelang pada bulan Januari-Mei 2013
o Memberikan alternatif pemecahan masalah yang ditemukan
o Menyusun rencana tindak lanjut atau Plan of Action dari alternatif pemacahan
masalah yang ditemukan
4
D. Manfaat
1. Laporan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai penyebab
masih kurangnya sanitasi yang memenuhi syarat pada Tempat Pengolahan makanan
(warung makan) di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang pada
Januari-Mei 2013.
2. Penulis mengharapkan masyarakat lebih mengerti mengenai arti sanitasi pada warung
makan yang dibangun oleh masyarakat, sehingga syarat sanitasi yang baik dapat
terpenuhi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tempat pengolahan dan penjualan makanan (TP2M)
Program puskesmas Kesehatan Lingkungan terdiri dari beberapa indikator, salah satunya
adalah tempat pengolahan dan penjualan makanan (TP2M). Program ini merupakan indikator
untuk mengetahui serta membina sanitasi tempat pengolahan dan penjualan makanan tersebut
apakah memenuhi sanitasi atau tidak. (kepmenkes 2003)
B. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa, maupun
lingkungan(Notoajmojo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri
maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahawa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu
tersebut adalah hasi;l dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan berasal dari kata
dalam bahasa inggeris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed).
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi fikir. Dengan demikian, pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahawa
pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya
sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) didalam dirinya
sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya
sendiri dalam kesatuan aktif.2
6
Rogers (1974) mengungkapkan bahawa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri
orang tersebut menjadi proses berurutan :
1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran
dan sikap
Tingkat pengetahuan
Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai
enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo,2003)
1. Tahu (know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur
bahawa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi dan mengatakan.
2. Memahami (comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hokum-
hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
4. Analisis (analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen,
tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja
mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.
7
5. Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek
tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan
criteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003)
Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang berisi
tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas
(Notoatmodjo, 2003)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor 70%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 50%-69%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <50%
C. Higiene dan sanitasi
Istilah higiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengusahakan cara
hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit. Akan tetapi, dalam penerapannya mempunyai arti
yang sedikit berbeda yakni usaha sanitasi yang lebih menitikberatkan kepada faktor-faktor
lingkungan hidup manusia, sedangkan higiene lebih menitikberatkan usaha-usahanya kepada
kebersihan individu. (Kusnoputranto, 1986).
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
subjeknya seperti mencuci tangan dengan air yang bersih serta sabun untuk melindungi
kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian
makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. (depkes RI,
2004).
8
Selain itu, higiene juga merupakan upaya pencegahan terjadinya gangguan terhadap
kesehatan akibat tidak bersih dan tidak sehatnya suatu subjek atau zat, yang dilakukan
perorangan atau lingkungan fisik (Siswanto,2003).
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara kebersihan lingkungan dari
subjeknya seperti menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci, menyediakan tempat
sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI,2004).
1. Ruang lingkup higiene :
Masalah higiene tidak dapat dipisahkan dari masalah sanitasi, dan pada kegiatan
pengolahan makanan masalah sanitasi dan higiene dilaksanakan bersama-sama. Kebiasaan hidup
bersih, bekerja bersih sangat membantu dalam mengolah makanan yang bersih pula 3.
Ruang lingkup hygiene meliputi:
1. Higiene perorangan
2. Higiene makanan dan minuman
2. Sanitasi dan Higiene Makanan
Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,
yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting baik untuk pertumbuhan maupun
mempertahankan kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk membangun dan mengganti jaringan, untuk bekerja, dan untuk memelihara pertahanan
tubuh terhadap penyakit (Adams, 2003).
Makanan dapat membuat orang menjadi sehat atau sakit. Makanan yang sehat membuat
tubuh menjadi sehat namun, makanan yang sudah terkonaminasi dapat menyebabkan penyakit.
Oleh karena itu, makanan dan minuman yang dikonsumsi haruslah terjamin baik dari segi
kualitas dan kuantitasnya. Untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan sanitasi makanan.3
9
Sanitasi makanan adalah pengawalan kebersihan dan keselamatan dalam penyediaan dan
penyimpanan makanan supaya makanan tidak tercemar. 3
Prinsip kebersihan makanan :
Prinsip kebersihan makanan melibatkan kebersihan diri, penyediaan, pemasakan,
penyajian dan penyimpanan bahan makanan yang belum dimasak dan telah dimasak.3
Kebersihan diri :
- Rambut hendaknya ditutupi dengan tutup kepala.
- Tangan hendaklah dibersihkan sebelum kontak dengan makanan.
- Memakai pakaian dan apron yang bersih.
- Jika terdapat luka, balut lukadengan plester tahan air.
- Melakukan perbuatan yang bersih.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan
tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat
mengganggu kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses pengolahan,
penyiapan, pengangkutan, penyajian, sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap
untuk dikonsumsikan kepada pasien. (Direktorat Higiene dan Sanitasi, Dinjen Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular).3
3. Prinsip higiene dan Sanitasi Makanan :
- Upaya pengamanan bahan makanan
- Upaya penyimpanan bahan makanan
- Upaya pengolahan bahan makanan
- Upaya pengangkutan bahan makanan
- Upaya penyimpanan makanan
10
- Upaya penyajian makanan
1. Upaya Pengamanan Bahan Makanan :
Yaitu upaya mencegah kerusakan dan menghindarkan bahan makanan mentah (baku)
dari pencemar baik yang disebabkan oleh makanan itu sendiri atau faktor lingkungan 3.4
Kriteria keamanan bahan makanan :
- Tingkat kematangan sesuai dengan yang diinginkan
- Bebas dari adanya pencemar pada tahap proses berikutnya
- Bebas dari adanya perubahan fisik/kimia akibat faktor dari luar
- Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang dapat menyebabkan suatu
penyakit
2. Upaya Penyimpanan Bahan Makanan :
Upaya ini sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan kelembaban yang akan merusak bahan
makanan jika faktor tersebut meningkat.
Jenis kerusakan bahan makanan :
Kerusakan biologis dan mikroorganisme seperti ulat, tikus, serangga, bakteri, dan jamur.
Kerusakan fisik dan mekanis seperti perlakuan yang tidak tepat, penggunaan kulkas yang
tidak tepat.
Kerusakan kimiawi seperti reaksi kimia yang berlangsung dalam bahan makanan (warna
berubah menjadi coklat, dan berbau tengik).
Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih,
penempatan terpisah dengan makanan jadi, penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk
setiap jenis bahan makanan (dalam suhu yang sesuai, ketebalan bahan makanan dapat tidak lebih
dari 10 cm, kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80-90%), bila bahan makanan disimpan di
11
gudang, cara penyimpanannya tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan
ketentuan (jarak makanan dengan lantai 15 cm, jarak makanan dengan dinding 5 cm, jarak
makanan dengan langit-langit 60 cm, bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun
dalam rak-rak sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan, bahan
makanan yang masuknya lebih dahulu dikeluarkan terlebih dahulu sedangkan bahan makanan
yang masuk belakangan dikeluarkan belakangan [first in first out]). Ada beberapa hal pokok dan
perlu diperhatikan sehubungan dengan cara penyimpanan bahan makanan (Reksosaebroto, 1978)
yaitu :
1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus (gudang) yang bersih
2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga:
Mudah cara pengambilannya
Tidak member kesempatan untuk bersarang serangga atau tikus
Tidak mudah rusak dan membusuk, untuk bahan makanan yang mudah membusuk harus
disediakan tempat penyimpanan makanan yang dingin.
Makanan jadi dalam kondisi baik, tidak rusak, dan tidak busuk. Makanan dalam kaleng
tidak boleh menunjukkan adanya pengembungan, cekungan, dan kebocoran. Penyimpanan
makanan jadi harus terlindungi dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, dan hewan.
Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5°C atau lebih, atau disimpan dalam
suhu dingin 4°C atau kurang, makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu yang lama
(lebih dari 6 jam) disimpan dalam suhu -5°C sampai -1°C.5
3. Upaya Pengolahan Makanan :
Ada 4 hal yang harus dijaga dalam upaya mengolah makanan :
12
a. Penjamah makanan: seseorang yang menjamah makanan baik dalam
mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut, menyajikan makanan.
Penjamah makanan ini sangat berpengaruh pada kualitas makanan.
Karena itu seorang penjamah makanan, seharusnya selalu dalam keadaan sehat dan
terampil. Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan pribadi dan terbiasa
untuk berprilaku sehat selama bekerja. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kebersihan
pribadi:
a. Mencuci tangan
b. Pakaian yang bersih
c. Kuku dan perhiasan
d. Topi
e. Merokok
f. Kebiasaan seperti batuk ke tangan, garuk-garuk, merupakan
tindakan yang mengkontaminasi tangan dan makanan.
Cara Pengolahan Makanan:
Ada 4 hal pokok yang harus diperhatikan dalam pengolahan makanan (Depkes RI, 2005):
a. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara
terlindung dan kontak langsung dengan tubuh.
b. Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dapat dilakukan
dengan menggunakan sarung tangan plastic, penjepit makanan, sendok
garpu, dan sejenisnya.
c. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai
celemek/apron, tutup rambut, sepatu dapur, tidak merokok, tidak makan
13
atau mengunyah, tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang
tidak berhias, tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan
untuk keperluan, selalu mencuci tangan sebelum bekerja, selalu memakai
pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar rumah makan.
d. Tenaga pengolah makanan harus memilikki sertifikat vacsinasi chotypa
dan baku kesehatan yang berlaku.
Tempat pengolahan makanan: harus memenuhi syarat baik konstruksi, perlengkapan,
dan tata letak.
Dapur adalah suatu tempat dimana makanan dan minuman dipersiapkan dan diolah.
Dapur sangat berperan terhadap kualitas makanan yang akan dihasilkan. Mengingat hal tersebut,
maka untuk mendapatkan makanan yang berkualitas baik, dapat senantiasa dalam keadaan bersih
atau lebih tepat dikatakan saniter, dapur hendaknya memilikki syarat sebagai berikut:5
Lantai
Dinding
Jendela dan pintu
Cerobong asap
Ventilasi
Pencahayaan
Peralatan
Fasilitas pencucian peralatan bahan makanan
Tempat cuci tangan
Air bersih
14
Perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan: syaratnya tidak boleh berkarat,
mudah dibersihkan, tidak terbuat dari bahan yang dapat mengkontaminasi makanan.
4. Upaya Pengangkutan Makanan:
Makanan dari tempat pengolahan memerlukan pengangkutan untuk disimpan maupun
disajikan untuk langsung dikonsumsi. Kemungkinan pengotoran makanan dapat terjadi
sepanjang proses pengangkutan ini. Bisa dari caranya dan juga dari alat angkut yang kurang baik
kualitasnya. Maka dari itu sangat perlu diperhatikan tempat/alat angkut makanan, tenaga
pengangkutnya, dan juga teknik dari pengangkutan makanan tersebut.5
5. Upaya Penyimpanan Makanan:
Cara penyimpanan makanan setelah dimasak merupakan hal yang penting karena sangat
mempengaruhi kualitas bakteriologis makanan tersebut.5
Syarat penyimpanan:
- Makanan yang disimpan diberi tutup terutama makanan yang telah terbuka
atau hasil olahan dapur.
- Lantai/meja yang digunakan untuk menyimpan makanan harus dibersihkan.
- Makanan tidak boleh disimpan dekat dengan saluran limbah.
- Makanan yang disajikan sebelum diolah harus dicuci dengan air hangat.
- Makanan yang dipakai dengan kantong jangan disimpan dekat air atau
tempat yang basah.
6. Upaya Penyajian Makanan:
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan yang siap
dikonsumsi:5
- Tata cara dalam penyajian
15
- Pelayanan
- Menghias dan merapikan makanan
- Tempat penyajian
Sarana Tambahan Penyelenggaraan
Penyediaan Air Bersih
Ciri-ciri air bersih:
Tidak berwarna
Tidak berbau
Tidak berasa
1. Tempat Pembuangan Sampah
Tempat sampah terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, mempunyai tutup dan
memakai kantong plastik khusus untuk sisa bahan makanan dan makanan jadi yang cepat
membusuk, jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang
dihasilkan, tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah, sampah harus dibuang
dalam waktu 24 jam, disediakan tempat pengumpulan sampah sementara yang terlindung dari
serangga dan hewan lain, dan tempat sampah mudah dijangkau oleh kendaraan penngangkut
sampah. Letak sumber sampah jangan terlalu dekat dari bahan makanan, untuk menghindari
tercemarnya makanan oleh sampah.6
2. Pencucian Peralatan dan Bahan Makanan
a. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/detergen.
b. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak harus menggunakan larutan kalium
permanganate 0,02& atau dalam rendaman air mendidih dalam beberapa detik.
16
c. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang
terlindungi dari kemungkinan pencemaran oleh tikus dan hewan lainnya (Depkes RI,
2005).
3. Toilet
Letak tidak berhubungan langsung dengan dapur (terpisah), ruangan persiapan makanan,
ruang tamu, dan gudang makanan, di dalam toilet harus tersedia jamban, peturan, dan bak air,
toilet wanita terpisah dengan toilet pria, toilet tenaga kerja dengan pelanggan terpisah, toilet
dibersihkan dengan detergen dan alat pengering, tersedia cermin, tempat sampah, tempat sabun
untuk pencuci tangan, luas lantai cukup untuk memelihara kebersihan, lamtai dibuat kedap air,
tidak licin, mudah dibersihkan, dan kelandaiannya cukup, ventilasi dan penerangan yang baik, air
limbah dibuang ke septic tank, roil atau ruang perasapan yang tidak mencemari air limbah,
saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap air, tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi
dengan saluran pembuanagan dan penampungan, di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan
air bersih yang cukup, peturasan harus dilengkapi dengan air yang mengalir, jamban harus dibuat
dengan tipe leher angsa, dilengkapi dengan air ppenggelontor yang cukup serta sapu tangan
kertas (tissue), terdapat tanda/tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci tangan
dengan sabun sesudah menggunakan toilet.6
D. Rumah Makan/Warung makan
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1098/Menkes/SK/2003 menjelaskan bahawa Rumah Makan adalah tempatusaha komersial yang
ruang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan makanan dan minuman untuk umum. Dalam
SK tersebut juga ditegaskan bahawa setiap rumah makan harus memiliki seseorang yang
17
bertindak sebagai pemimpin rumah makan yang sehari-hari mengelola dan bertanggungjawab
atas pengusahaan rumah makan tersebut.6
Adapun tujuan dari sanitasi rumah makan adalah :
Agar makanan dan minuman yang dihasilkan restoran dan rumah makan dalam keadaan
bersih dan aman dikonsumsi.
Mencegah terjadinya gangguan penyakit dan keracunan yang ditimbulkan atau
disebabkan oleh pengotoran makanan dan minuman selama proses pengolahan dan
penyajian
Meningkatkan hygiene perseorangan penjamah makanan dan perilaku sehat penjamah
makanan.
Persyaratan sanitasi Rumah Makan
1. Lokasi : tidak berada pada arah angin dan pada jarak kurang dari 100 meter dari sumber
pencemaran debu, asap, bau dan cemaran lain.
2. Bangunan : harus terpisah dengan tempat tinggal termasuk tempat tidur, kokoh dan
permanen, tidak terdapat serangga dan tikus
3. Pembagian ruang : terdiri dari dapur dan ruang makan, ada toilet, ada gudang bahan
makanan, ada ruang karyawan, ruang administrasi dan gudang peralatan.
4. Lantai dan Dinding : harus bersih, kedap air, tidak licin, rata, kering
5. Ventilasi : tersedia dan berfungsi dengan baik
6. Pencahayaan : tersebar merata disetiap ruangan, tidak menyilaukan dan tidak
menyebabkan sakit pada mata
7. Atap dan langit-langit : tinggi minimal 2,4 meter, rata dan bersih, tidak berlubang,
tidak menjadi sarang bagi tikus dan serangga, tidak bocor, cukup landai.
18
8. Pintu : rapat dari serangga, binatang dan tikus, tertutup dengan baik,terbuat dari bahan
yang kuat dan mudah dibersihkan.
9. Air bersih : air bersih adalah air yang aman dan sehat apabila digunakan oleh manusia.
Air bersih memenuhi syarat kuantitas dan kualitas.
Syarat kualitas :
Syarat fisik : jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mempunyai rasa, pH 6-7
Syarat bakteriologik : tidak mengandung algae, protozoa, cacing, larva, larutan,
insekta
Syarat kimiawi : tidak boleh mengandung zat-zat kimiawi
10. Pembuangan air limbah : air limbah mengalir dengan lancer, terdapat grease trap,
saluran kedap air dan saluran tertutup.
11. Toilet : bersih, letaknya tidak berhubungan langsung dengan dapur atau ruang makan,
tersedia jamban dengan air bersih yang cukup, sabun dan lap pengering, toilet untuk pria
terpisah dengan wanita. Begitu juga toilet pelanggan dan karyawan.
12. Tempat sampah : sampah diangkut tiap 24 jam, disetiap ruang penghasil sampah
tersedia tempat sampah, dibuat dari bahan kedap air dan mempunyai tutup, kapasitas
tempat sampah terangkat oleh seorang petugas sampah.
13. Tempat cuci tangan : tersedia air cuci tangan yang mencukupi, tersedia sabun dan alat
pengering atau lap, jumlah cukup untuk pengunjung dan karyawan
14. Tempat mencuci peralatan : tersedia air dingin dan air panas yang cukup, terbuat dari
bahan yang kuat, aman dan halus, terdiri dari tiga bilik atau bak pencuci
19
15. Tempat pencuci bahan makanan : tersedia air pencuci yang cukup, terbuat dari
bahan yang kuat, aman dan halus, air pencuci yang dipakai mengandung larutan cuci
hama.
16. Locker karyawan : tersedia locker karyawan dari bahan yang kuat dan bersih,
mempunyai tutup rapat, jumlahnya cukup, letak locker dalam ruang tersendiri, locker
untuk karyawan pria dan wanita terpisah.
17. Peralatan pencegah serangga dan tikus : setiap lubang ventilasi dipasang kawat kassa
serangga, dipasang perangkap tikus, persilangan pipa dan dinding tertutup rapat, tempat
tendon air mempunya tutup dan bebas jentik nyamuk.
18. Dapur : bersih, ada fasilitas penyimpanan makanan, tersedia penyimpanan makanan
pedas, ukuran dapur cukup memadai, ada cerobong asap, terpasang tulisan pesan-pesan
hygiene bagi penjamah atau karyawan.
19. Ruang makan : perlengkapan ruang makan selalu bersih, ukuran ruang makan minimal
0,85 m2 perkursi tamu, pintu masuk buka tutup otomatis, tersedia fasilitas cuci tangan
yang memenuhi estetika, tempat peragaan makanan jadi tertutup.
20. Gudang makanan : tidak terdapat bahan lain selain bahan makanan, tersedia rak-rak
penempatan bahan makanan sesuai ketentuan, kapasitas gudang cukup memadai, rapat
dari serangga dan tikus.
21. Bahan makanan : kondisi fisik baik,angka kuman dan bahan kimia makanan memenuhi
persyaratan yang ditentukan, bahan makanan berasal dari sumber resmi, bahan makanan
kemasan terdaftar pada Depkes. RI
20
22. Makanan jadi : kondisi fisik makanan jadi baik, angka kuman dan bahan kimia
makanan memenuhi persyaratan yang ditentukan, makanan jadi dalam kemasan tidak
ada tanda-tanda kerusakan dan terdaftar pada Depkes. RI
23. Preoses pengolahan : tenaga pengolah memakai pakaian kerja dengan benar dan cara
kerja yang bersih, pengambilan makanan jadi menggunakan alat yang khusus,
menggunakan peralatan dengan benar.
24. Penyimpanan bahan makanan : suhu dan kelembapan penyimpanan sesuai dengan
persyaratan jenis makanan jenis makanan, ketebalan penyimpanan sesuai dengan
persyaratan jenis makanan, penempatan terpisah dengan makanan jadi, tempat bersih
dan terpelihara, disimpan dalam aturan sejenis dan disusun dalam rak-rak.
25. Penyimpanan makanan jadi : suhu dan waktu penyimpanan dengan persyaratan jenis
makanan jadi, cara penyimpanan tertutup.
26. Cara penyajian : suhu penyajian makanan hangat tidak kurang dari 60oC, pewadahan
dan penjamah makanan jadi menggunakan alat yang bersih, cara membawa dan
penyajian makanan dengan tertutup, penyajian makanan harus pada tempat yang bersih.
27. Ketentuan peralatan : cara pencucian, pengeringan dan penyimpanan memenuhi
persyaratan agar selalu dalam dalam keadaan bersih sebelum digunakan, peralatan dalam
keadaan baik dan utuh, permukaan alat yang kontak langsung engan makanan tidak ada
sudut mati dan halus, peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak
mengandung zat beracun.
28. Pengetahuan/ sertifikat hygiene sanitasi makanan : pemilik/pengusaha pernah
mengikuti kursus atau temu karya, supervisor pernah mengikuti kursus.
21
29. Pakaian kerja : bersih, tersedia pakaian kerja seragam dua stel atau lebih, penggunaan
khusus waktu kerja sahaja, lengkap dan rapi.
30. Pemeriksaan kesehatan : karyawan/penjamah 6 bulan sekali check up kesehatan,
pernah divaksinasi typhoid, bila sakit tidak bekerja dan berobat ke dokter, memiliki
buku kesehatan karyawan.
31. Personal hygiene : setiap karyawan / penjamah makanan berperilaku bersih dan
berpakaian rapi, setiap mau kerja cuci tangan, menutup mulut dengan sapu tangan bila
batuk-batuk atau bersin, menggunakan alat yang sesuai dan bersih bila mengambil
makanan. (Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah tahun 1992 )
E. Sistem Skoring Inspeksi Sanitasi Tempat Pengolahan Makanan menurut Dinas
Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah Tahun 1992 untuk warung makan,
yang dinilai antara lain adalah :
Tabel 1: Sistem skoring inspeksi sanitasi TP2M
No Indikator Makanan Bobot jika memenuhi syarat
sanitasi1. Sumber makanan dan keutuhan 52. Wadah kemasan asli dan berlabel 13. Pengatur suhu ruangan produksi 44. Perlindungan makanan beku 45. Perlakuan terhadap makanan selama tahap penyimpanan, persiapan
penyajian dan pengangkutan2
6. Kontak langsung anggota tubuh dengan makanan dan es 27. Penyimpanan peralatan untuk pembagi makanan 18. Kesehatan karyawan dan pemilikan sertifikat khusus 59. Kebersihan dan perilaku 510. Pakaian bersih, kuku, rambut, kumis dan janggut dipotong pendek
dan bersih1
11. Perlengkapan yang permukaannya kontak dengan makanan 212. Perlengkapan yang permukaannya tidak kontak dengan makanan 113. Fasilitas pencucian alat makan dan masak 2
22
14. Peralatan yang digunakan sekali pakai 115. Cara pemakaian alat yang digunakan sekali pakai 216. Tahap awal pencucian 117. Air untuk pembilas pencucian 218. Desinfeksi atau tidak sanitasi pencucian 419. Penirisan dan pengeringan 120. Peralatan makan/masak yang kontak dengan makanan 221. Peralatan makan/masak yang tidak kontak dengan makanan 122. Penyimpanan dan perlakuan terhadap alat makan dan masak 123. Sumber air 524. Pembuangan air kotor / limbah 425. Konstruksi jumlah tempat cuci tangan dan pemeliharaannya 426. Jumlah konstruksi dan frekwensi pembuangan sampah 227. Halaman luar, sekitar bangunan dan kebersihannya 128. Terhindar dari serangga, tikus dan hewan lain 429. Konstruksi, pemeliharaan fisik dan kebersihan lantai 130. Konstruksi, pemeliharaan fisik dan kebersihan dinding dan langit-
langit1
31. Pencahayaan cukup baik 132. Penghawaan ruang cukup baik 133. Penanganan bahan berbahaya 534. Pemeliharaan bangunan dan dapur 135. Dapur terpisah sempurna dari tempat tidur dan tempat cuci pakaian 136. Secara umum terlihat kesan bersih, rapih dan teratur 1
Hasil penelitian merupakan penjumlahan bobot yang memenuhi syarat dibahagi jumlah
seluruh bobot yang diperiksa x 100%. Dalam kuisioner jasa boga atau restaurant, terdapat 36
pertanyaan yang dibagi berdasarkan beberapa indikator. Jumlah bobot yang memenuhi syarat 82,
maka, contoh :
73(jumlah bobot yang memenuhi syarat)/82x100% = 89,02%
Kriteria penilaian:
Suatu jenis penilaian TPM hanya terdapat 2 kriteria hasil penilaian, yaitu :
a. Memenuhi syarat, apabila hasil penilaian mencapai 70%, atau lebih dari 70%
b. Tidak memenuhi syarat, apabila hasil penilaian kurang dari 70%
Setiap penyimpangan dari persyaratan harus disarankan untuk diperbaiki
23
1. Penyimpangan pada item-item yang berbobot 1,2, dan 3 disarankan diperbaiki sampai
batas waktu pemeriksaan berikutnya
2. Bila saran-saran yang diperbaiki tidak diindahkan, dibuat surat peringatan dengan
tembusan kepada :
a. Kepala dinas kesehatan Dati II setempat
b. Camat setempat
c. Pihak pemberi ijin operasi TPM yang diperiksa. (Dinas Kesehatan Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Tengah tahun 1992)
F. Urutan Dalam Siklus Pemecahan Masalah
Gambar 1.Kerangka Pemecahan Masalah
a. Identifikasi masalah
24
Identifikasi Masalah
Penentuan Penyebab Masalah
Memilih Penyebab
yang paling
mungkin
Menentukan alternatif
pemecahan masalah
Penetapan pemecahan
masalah terpilih
Penyusunan rencana
penerapan
Monitoring & Evaluasi
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator
tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi
dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara
keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu
yang sudah ditetapkan.
b. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan. Penentuan penyebab
masalah dilakukan dengan menggunakan fishbone. Penyebab masalah yang paling mungkin
harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.
c. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah
diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan
masalah.
d. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan
terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon Kualitatif untuk
menentukan atau memilih pemecahan terbaik.
e. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan Of Action atau
Rencana Kegiatan).
f. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang
dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah
permasalahan sudah dapat dipecahkan.
G. Analisis Masalah
25
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari
kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan sistem
ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan TP2M yang
tidak memenuhi syarat sanitasi di wilayah Desa Sidoagung Kecamatan Tempuran Kabupaten
Magelang. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah sistem terbuka pelayanan kesehatan
yang dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar
minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka
pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan
sistem masalah dapat terjadi pada input maupun proses.
26
MASALAH
PROSESLINGKUNGAN
P1
P2P3
INPUT
MONEYMAN
MACHINE
METHODE
MATERIAL
Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat diagram fish bone.
Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di
bawah ini :
Gambar 3: Diagram Fish Bone
27
H. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu menyusun
alternatif pemecahan masalah.
I. Penentuan Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks Menggunakan Rumus
MxIxV/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah
dengan menggunakan kriteria matriks:
1. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang dapat
diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan
pemecahan masalah, maka semakin efektif.
2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah.Makin penting cara
penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.
3. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif bentuk
penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
4. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan pemecahan
masalah.
Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.Kriteria M, I, dan V masing-
masing diberi nilai 1 – 5. Bila makin magnitude maka nilainya makin besar, mendekati 5.
Begitu juga dalam melakukan penilaian pada kriteria I dan V.
Tabel 2. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah
Magnitude Importancy Vulnerability Cost
1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1 = Sangat murah
2=Kurang magnitude 2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2 = Murah
3 = Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3 = Cukup murah
28
4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = mahal
5= Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5 = sangat mahal
J. Pembuatan Plan of Action dan Gann Chart
Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan
pembuatan plan of action serta Gann Chart, halaman ini bertujuan untuk menentukan
perencanaan kegiatan.
BAB III
ANALISIS MASALAH
A. Data Khusus
Hasil Inspeksi di TP2M (warung makan ) di Desa Sidoagung
Dari hasil pengamatan pada tanggal 6 julai 2013, terdapat 5 TP2M Warung Makan di
Desa Sidoagung, maka didapatkan hasil 1 TP2M yang memenuhi syarat sanitasi, sedangkan
sisanya 4 TP2M tidak memenuhi syarat sanitasi. Penilaian tersebut berdasarkan hasil
penjumlahan kuesioner pada masing-masing TP2M dengan kategori memenuhi syarat jika
minimal total penjumlahan kuesioner dibawah 70%, maka tidak memenuhi syarat. Hasil survey
memberikan gambaran permasalahan Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan (warung
makan ) yang ada di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, yaitu :
Hasil Inspeksi Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan (TP2M) di wilayah Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penilaian Inspeksi Sanitasi TP2M di Desa Sidoagung makanan)
KETERANGAN:
PENILAIAN:
29
Skor Minimal 70%
MS = Memenuhi syarat (>70%)
TMS = Tidak memenuhi syarat (<70%)
1. Pondok makan “SALERO” padang
2.Warung makan “BOGA RASA”
3.Warung makan bakso “MORO SEKECO”
4.Warung makan “BRAMBANG SALAM”
5.Warung makan “RAOS ECO”
OBJEK URAIAN 1 2 3 4 5 PERSENTASE (%)
A.MAKANAN
1. Sumber dan keutuhan makanan
5 5 5 5 5 Ya: 100
Tidak: 0
2. Wadah kemasan asli,berlabel
1 0 1 1 0 Ya: 60
Tidak: 20
B.PERLINDUNGAN
3. Pengatur suhu ruangan produksi
0 0 0 0 0 Ya: 0
Tidak: 100
4. Perlindungan makanan beku
0 0 0 0 0 Ya:0
Tidak:100
5. Perlakuan terhadap makanan selama tahap penyimpanan, persiapan, penyajian dan pengangkutan.
2 2 2 2 2 Ya: 100
Tidak: 0
6. Kontak langsung anggota tubuh dengan makanan dan es.
2 2 2 2 2 Ya: 100
Tidak:0
30
7. Penyimpanan peralatan untuk pembagi makanan
1 1 1 1 1 Ya: 100
Tidak: 0
C. TABEL KARYAWAN
8. Kesehatan karyawan dan pemilikan sertifikat khusus.
0 0 0 0 0 Ya: 0
Tidak: 100
9. Kebersihan dan perilaku.
5 5 5 5 5 Ya: 100
Tidak: 0
10. Pakaian bersih, kuku, rambut, kumis dan janggut dipotong pendek dan bersih
0 0 0 5 0 Ya: 20
Tidak: 60
D. PERLENGKAPAN MAKAN DAN MASAK
11. Perlengkapan yang permukaannya kontak dengan makanan.
2 2 2 2 2 Ya: 100
Tidak: 0
12. Perlengkapan yang permukaannya tidak kontak dengan makanan.
2 2 2 2 2 Ya: 100
Tidak: 0
13. Fasilitas pencucian alat makan dan masak.
2 2 2 2 2 Ya: 100
Tidak: 0
14. Peralatan yang digunakan sekali pakai.
0 0 0 1 0 Ya: 20
Tidak: 80
15. Cara pemakaian alat yang digunakan sekali pakai.
0 0 0 0 0 Ya: 0
Tidak: 100
16. Tahapan awal pencucian. 1 0 1 1 0 Ya: 60
31
Tidak: 40
17. Air untuk membilas cucian. 2 2 2 2 2 Ya: 100
Tidak: 0
18. Desinfeksi/tindak sanitasi pencucian.
0 0 0 0 0 Ya: 0
Tidak: 100
19. Penirisan dan pengeringan. 0 0 0 1 0 Ya: 20
Tidak: 60
20. Peralatan makan atau masak yang kontak dengan makanan.
2 2 2 2 2 Ya: 100
Tidak: 0
21. Peralatan makan atau masak yang tidak kontak dengan makanan.
2 2 2 2 2 Ya: 100
Tidak; 0
22. Penyimpanan dan perlakuan terhadap alat makan dan masak.
0 0 0 1 0 Ya: 20
Tidak: 80
E. AIR BERSIH
23. Sumber air 5 5 5 5 5 Ya: 100
Tidak: 0
F.AIR KOTOR
24. Pembuangan air kotor/limbah
4 0 4 4 4 Ya: 80
Tidak: 20
G.FASILITAS CUCI TANGAN DAN KAMAR WC
25. Konstruksi jumlah tempat cuci tangan dan
0 0 0 4 0 Ya: 20
32
pemeliharaannya Tidak: 80
H. PEMBUANGAN SAMPAH
26. Jumlah konstruksi dan frekuensi pembuangan sampah
0 0 0 0 0 Ya: 0
Tidak: 100
27. Halaman luar, sekitar bangunan dan kebersihannya.
1 1 1 1 1 Ya: 100
Tidak: 0
I. PENGAWASAN SERANGGA,TIKUS DAN HEWAN LAIN
28. Terhindar dari serangga, tikus dan hewan lain.
0 0 0 4 0 Ya: 20
Tidak: 60
J. LANTAI, DINDING DAN LANGIT-LANGIT
29 Konstruksi, pemeliharaan fisik dan kebersihan lantai.
0 0 1 1 1 Ya: 60
Tidak: 40
30. Konstruksi, pemeliharaan fisik dan kebersihan dinding dan langit-langit.
0 0 1 1 0 Ya: 40
Tidak: 60
K.PENCAHAYAAN
31. Pencahayaan cukup baik 1 1 1 1 1 Ya: 100
Tidak: 0
L. PENGHAWAAN
32. Penghawaan ruangan 0 0 1 1 1 Ya: 60
33
cukup baik Tidak: 40
M. LAIN-LAIN KEGIATAN
33. Penanganan bahan berbahaya.
5 5 5 5 5 Ya: 100
Tidak: 0
34. Pemeliharaan bangunan dan dapur
1 1 1 1 1 Ya: 100
Tidak: 0
35. Dapur terpisah sempurna dari tempat tidur dan tempat cuci pakaian.
1 1 1 1 1 Ya: 100
Tidak: 0
36. Secara umum terlihat kesan bersih, rapi dan teratur.
1 0 1 1 0 Ya: 60
Tidak: 40
1 2 3 4 5
Persentase Total (%) 58,53 50 62,20 80,48 57,32
Penilaian TMS TMS TMS MS TMS
Jumlah cakupan tempat-tempat umum (warung makan ) yang memenuhi syarat di Desa
Sidoagung :
Besar Cakupan = TP2M (warung makan) yang memenuhi syarat x 100%
Jumlah TP2M (warung makan) yang ada
= 1 x 100%
5
= 20 %
34
Jumlah Pencapaian = Besar cakupan x 100%
Target Dinkes 2011
= 20% x 100%
75%
= 26,67 %
Dari hasil di atas didapatkan skor pencapaian TP2M warung makan yang memenuhi
syarat sanitasi di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang tahun 2013 jauh
lebih rendah dari target Dinkes yaitu hanya sebesar 26,67%.
BAB IV
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
35
INPUTMan : Petugas Kesehatan Lingkungan dan petugas puskesmas lainnyaMoney Method : Inspeksi sanitasi TP2M dengan kunjungan langsungMaterial : Bangunan tempat pengolahan dan penjualan makanan (TP2M)Machine : blanko kuesioner
PROSES-Jadwal inspeksi sanitasi-Pelaksanaan penjadwalan program inspeksi sanitasi TP2MPencatatan dan pelaporan inspeksi sanitasi TP2M
LINGKUNGAN
Pemilik TP2M industri rumah tangga yang kooperatif
Gambar 4. Kerangka Teori
B. Kerangka Konsep
36Faktor lingkungan : Pemilik/pengelola
warung makan yang kurang pengetahuan dan
kesadaran Sanitasi,
Faktor koordinator Kesehatan Lingkungan: penyuluhan, penyusunan
jadwal kunjungan
Rendahnya Cakupan Tempat Pengolahan dan Penjualan
Makanan (TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi di
Desa Sidoagung
Cakupan Tempat Pengolahan dan Penjualan (TP2M)
Faktor SDM kesehatan lingkungan : kurang SDM
Gambar 5. Kerangka Konsep
BAB V
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian observasi dan rangcangan survei cross
sectional. Data di analisa secara deskriptif untuk menentukan penyebab masalah rendahnya
cakupan Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan (TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi di
Desa Sidoagung.
B. Cara Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara:
1. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan dan wawancara kepada pemilik TP2M
berjumlah 4 responden, melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun
sebelumnya sesuai tujuan survey yang dilakukan mengenai pengetahuan makanan dan
perlindungan makanan, karyawan,perlengkapan makan dan masak, sumber air,
pembuangan sampah, pengawasan serangga, tikus dan hewan, kondisi lantai dinding dan
langit-langit, pencahayaan warung makan di Desa Sidoagung yang merupakan salah satu
wilayah kerja Puskesmas Tempuran.
37
Faktor lingkungan : Pemilik/pengelola
warung makan yang kurang pengetahuan dan
kesadaran Sanitasi,
2. Data sekunder diperoleh dari laporan yang ada pada petugas Kesehatan Lingkungan,
Puskesmas Tempuran
C. Batasan Judul
Penulis memilih judul “RENCANA PENINGKATAN CAKUPAN TEMPAT
PENGOLAHAN DAN PENJUALAN MAKANAN (TP2M) WARUNG MAKAN YANG
MEMENUHI SYARAT SANITASI DI DESA SIDOAGUNG, KECAMATAN TEMPURAN,
KABUPATEN MAGELANG, EVALUASI MANAJEMEN PROGRAM, PROGRAM
KESEHATAN LINGKUNGAN PERIODE JANUARI – MEI 2013” dengan batasan pengertian
judul sebagai berikut :
1. Rencana
Rencana adalah proses pemikiran ke depan
2. Peningkatan
Peningkatan adalah proses meningkatkan
3. Cakupan
Cakupan adalah suatu total hasil kegiatan yang dilakukan perbulan yang kemudian
dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan
4. Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan
Suatu tempat pengolahan dan penjualan makanan
5. Warung makan
Warung makan adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan hidangan makanan dan minuman untuk umum
6. Sanitasi makanan
Satu usaha pencegahan yang memfokuskan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
menghindarkan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau
merusak makanan
7. Desa Sidoagung
Adalah salah satu desa dari 15 desa yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas
Tempuran
8. Kecamatan Tempuran
38
Salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Magelang
9. Kabupaten Magelang
Merupakan salah satu kabupaten yang terletak diprovinsi Jawa Tengah
10. Evaluasi
Proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai. Atribut, apresiasi dan
pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atau permasalahan yang
ditemukan
11. Manajemen
Penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran
12. Program
Rancangan mengenai asa serta usaha yang akan dijalankan
13. Puskesmas Tempuran
Puskesmas yang terdapat di Kecamatan Tempuran
14. Periode Januari – Mei
Periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai cakupan TP2M yang
memenuhi syarat sanitasi
D. Definisi Operasional
1. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah tempat pengolahan dan
penjualan makanan (Warung Makan) yang memenuhi syarat sanitasi engan jumlah seluruh
Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan (warung makan) yang diperikasa di wilayah
Kerja Puskesmas Tempuran
2. Pemilik TP2M adalah pemilik Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan yaitu warung
makan
3. Pengetahuan tentang syarat sanitasi TP2M yang diketahui oleh pemilik dan karyawan TP2M
warung makan yang dinilai menggunakan kuesioner
4. Perilaku hidup adalah perilaku pemilik dan karyawan TP2M warung makan terutamanya
tentang kebersihan sehingga makanan yang diolah dan dijual berada dalam kondisi bersih
dan selamat dikonsumsi pembeli
39
5. Petugas Kesehatan Lingkungan adalah petugas yang ditugaskan untuk melakukan
penyuluhan tentang kesehatan lingkungan pada masyarakat
6. Fungsi penyuluhan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dari pemilik dan karyawan
TP2M tentang syarat sanitasi serta perilaku hidup bersih saat bekerja
7. Penyusunan jadwal kunjungan adalah bertujuan mengoptimalkan penjadwalan kunjungan
inspeksi sanitasi TP2M agar lebih terinci
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :
Lingkup Lokasi : Desa Sidoagung. Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang
Lingkup Waktu : Januari sampai Mei 2013
Lingkup sasaran : Cakupan Tempat Pengolahan dan Penjualan makanan (warung makan)
yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Sidoagung
Lingkup Metode : Wawancara, Kuesioner, Pencatatan dan pengamatan
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi :
Kriteria inklusi adalah pemilik atau pengelola warung makan di Desa Sidoagung
Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang yang tidak memenuhi syarat sanitasi yang bersedia
diwawancara
b. Kriteria Eksklusi :
40
Kriteria eksklusi adalah pemilik warung makan di Desa Sidoagung Kecamatan Tempuran
Kabupaten Magelang yang tidak memenuhi syarat sanitasi dan tidak bersedia diwawancara atau
warung makan yang memenuhi syarat sanitasi
BAB VI
HASIL PENELITIAN
A. Data Umum
1. Kondisi Geografi
Desa Sidoagung merupakan pusat dari pemerintahan Kecamatan Tempuran karena Ibu
Kota Kecamatan terletak di wilayah Desa Sidoagung dengan batas desa:
Utara : Desa Girirejo dan Tempuran
Selatan : Desa Sidomulyo(Kecamatan Salaman)
Barat : Desa Growong
Timur : Desa Ringinanom
1.1. Luas wilayah
a. Luas wilayah
Desa Sidoagung 421,7 Ha, yang terbagi menjadi 12 dusun dengan 12 RW dan 58 RT,
meliputi :
41
Table 4. Daftar Dusun Wilayah Desa Sidoagung
NO. DUSUN RW RT
1. Dusun Sidomukti 1 1 3
2. Dusun Sidomukti 2 1 3
3. Dusun Panduh 2 10
4. Dusun Meteseh 1 5
5. Dusun Karangsari 1 1 2
6. Dusun Karangsari 2 1 3
7. Dusun Pletukan 1 7
8. Dusun Rejomulyo 1 1 7
9. Dusun Rejomulyo 2 1 4
10. Dusun Singosari 1 1 6
11. Dusun Singosari 2 1 2
12. Dusun Nglarangan 1 7
.
b. Peruntukan Lahan
Table 5. Daftar Peruntukan Lahan Wilayah Desa Sidoagung
NO PERUNTUKAN LUAS (Ha)
1. Pertanian subur 25
2. Pertanian sedang 3,5
3. Pertanian tandus 8,8
4. Irigasi 89,678
5. Perumahan 124
6. Olahraga 118
7. Makam 1,2
8. Tempat ibadah 2,4
9. Industri 37
42
10. Pendidikan 3
11. Kesehatan 0,3
Lahan Sawah : 46,2 Ha
Lahan Bukan Sawah : 287,2 Ha
1.2 Jumlah Penduduk
1. Jumlah Kepala Keluarga: 1639KK
2. Jumlah Penduduk Mengikut Jenis Kelamin
a. Laki-laki : 4319 orang
b. Perempuan : 2950 orang
3. Jumlah penduduk Menurut Agama
Agama Islam : 6304 orang
Agama Kristen : 28 orang
Agama Katholik : 7 orang
Agama Hindu : -
Agama Buddha : -
Total : 6339 orang
4. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
Table 6. Daftar Mata Pencaharian Penduduk di Desa Sidoagung
NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH
1. PNS 74
2. ABRI/POLRI 15
3. Pensiunan 47
4. Petani 379
5. Swasta 379
6. Pedagang 216
7. Buruh 216
8. Tukang Kayu 60
43
1.2. Kondisi Bangunan dan Sarana Prasarana
1. Balai Desa : 1 gedung, luas 750m2
2. Kantor Desa : 1 gedung, luas 450m2
3. Pasar : 1 gedung, luas 1275m2
4. Tempat ibadah
1.4 Kesehatan
Table 7. Sarana Kesehatan di Desa Sidoagung
NO. SARANA JUMLAH
1. Rumah Sakit -
2. Puskesmas 1
3. Puskesmas Pembantu -
4. PKD -
5. Polindes -
6. Bidan 1
7. Apotek -
8. Klinik Kesehatan -
1.5 Pendidikan
Table 8. Sarana Pendidikan di Desa Sidoagung
NO. SARANA JUMLAH
1. Playground 2
2. TK 6
3. SD/MI 4
4. SMP 2
5. SMA -
6. SMK 1
7. PLS (KF, PAKET A, PAKET B, PAKET -
44
C)
1.8 Jalan, jembatan dan irigasi
Table 9. Akses Jalan di Desa Sidoagung
NO. SARANA JUMLAH
1. Jalan poros desa 2
2. Jalan lingkungan 3
3. Jembatan desa -
4. Gorong-gorong 8
5. Irigasi desa 1
6. Tetek pintu air -
7. Sumur -
1.10 Perekonomian
a.Industri dan Perdagangan
Table 10 Industri dan Perdagangan di Desa Sidoagung
NO. JENIS JUMLAH
1. Handycraft / pengrajin genting 140
2. Warung / warung makan 216
3. Industri Kayu Lapis 2
4. Toko Besi dan Bangunan 3
5. Depo semen 1
6. Industri perakitan elektronik 1
b. Koperasi
Table 11. Daftar Koperasi di Desa Sidoagung
NO. NAMA JUMLAH
45
1. Kapotren AL INAYAH (dusun Nglarangan
)
1
2. Kapotren Membaul Hisan (dusun
Nglarangan )
1
1.11 Jasa
Table 12. Pelayanan Jasa di Desa Sidoagung
NO. SARANA JUMLAH
1. Dokter 1
2. Bengkel mobil 1
3. Bengkel sepeda motor 4
4. Penggilingan padi keliling 4
5. Fotokopi 4
6. Counter HP 7
1.12 Organisasi
1. Pertanian
GAPOKTAN (4 kelompok tani) = 25 orang
2. Potensi Strategis
Desa Sidoagung adalah desa yang merupakan desa industry/ pengrajinan dan juga
desa pertanian dengan omset rata-rata Rp. 1.250.000,-. Sehingga Desa Sidoagung
dikembangkan strategis menjadi desa yang merupakan lintasan lalu lintas regional,
kawasan industri dan desa potensi lahan pertanian dan perkebunan.
B. Kuesioner pengetahuan
46
Dilakukan penyebaran kuesioner untuk mencari penyebab masalah tempat
pengolahan dan penjualan makanan (warung makan ) yang tidak memenuhi syarat sanitasi
sehat pada tanggal 6 Julai 2013, kepada 4 responden yang berlokasi di Desa Sidoagung.
Kuesioner terdiri atas pertanyaan mengenai pengetahuan tentang sanitasi pada tempat
pengolahan dan penjualan makanan ( warung makan ).
Kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan yang dibuat untuk mengukur pengetahuan
responden tentang sanitasi pada TP2M ( warung makan ). Untuk setiap pertanyaan dengan
jawaban ya diberi nilai 1, sedangkan tidak diberi nilai 0. Nilai dari jawaban setiap
responden dijumlahkan, kemudian dipersentasekan untuk mengetahui sebesar mana tingkat
pengetahuan responden.
Hasil pengisian kuesioner
Berikut dibawah ini merupakan kuisioner yang ditanyakan kepada 4 warung makan
yang tidak memenuhi syarat di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang.
Nilai yang diharapkan : 1 bila jawaban iya
Nilai yang tidak diharapkan : 0 bila jawaban tidak
Nilai pengetahuan diukur dengan sisten scoring dimana :
Tingkat pengetahuan baik bila skor 70%-100%
Tingkat pengetahuan cukup bila skor 50%-69%
Tingkat pengetahuan kurang bila skor <50%
PENILAIAN:
1. Pondok makan “SALERO” padang
2.Warung makan “BOGA RASA”
3.Warung makan bakso “MORO
47
SEKECO”
4.Warung makan “RAOS ECO”
Tabel 13. Hasil Pengisian Kuesioner Pengetahuan Sanitasi TP2M di Desa Sidoagung
No. PERTANYAAN 1 2 3 4
1 Apakah anda mengetahui sumber/ bahan baku boleh
langsung digunakan tanpa dicuci terlebih dahulu?
1 1 1 1
2. Apakah anda mengetahui,dalam proses pengolahan
makanan, panas yang tidak cukup dapat
menyebabkan tumbuhnya kuman penyakit?
1 0 1 1
3. Apakah makanan jadi selalu ditempatkan dalam
keadaan dibungkus atau tertutup misalnya dengan
tudung saji/plastik?
1 0 1 1
4. Apakah Anda boleh memegang, mengambil,
memindah,mencicip makanan matang dengan
tangan?
0 0 0 0
5. Apakah dalam mengolah makanan, faktor orang yang
benar adalah dengan
menggunakan pakaian bersih, kuku, rambut, kumis
dan janggut dipotong pendek dan bersih?
1 1 1 1
6. Setiap orang yang bekerja di tempat pengolahan
makanan terutama yang menggunakan kompor
berbahan bakar kayu/serbuk kayu boleh tidak
0 1 0 0
48
memakai masker?
7. Minyak goreng yang sudah berwarna hitam tidak
boleh digunakan berulang kali/ boleh dicampur
dengan minyak goreng yang baru?
1 0 1 1
8. Bila terdapat luka terpotong saat mengiris bahan
makanan, maka luka tidak perlu ditutup dengan
plester, cukup dihisap dengan jari saja sampai darah
tidak keluar lagi?
0 1 1 1
9. Bila batuk atau bersin sebaiknya segera menghindar
atau menjauh dari makanan, bila terpaksa ditutup
dengan saputangan, kertas sekali pakai dan langsung
dibuang?
1 1 1 1
10. Setiap tempat pengolahan makanan harus tersedia
tempat cuci tangan, kamar ganti pakaian dan
wc/kamar mandi yang dijaga kebersihannya
(misalnya bak mandi dikuras minimal 1 minggu
sekali)?
1 0 0 1
11. Tempat mencuci tangan boleh juga untuk tempat
mencuci alat masak sekaligus tempat mencuci alat
makan?
0 1 0 0
12. Peralatan makan atau masak yang telah dipakai
harus dicuci bersih di bawah air mengalir setelah
menggunakan sabun pembersih?
1 1 1 1
49
13. Lantai dan dinding boleh tidak dibersihkan secara
rutin dan dan berpengaruh terhadap makanan yang
diproduksi serta kesehatan pekerja?
0 0 0 1
14. Tempat pengolahan makanan harus mendapat
pencahayaan yang cukup dan mempunyai lubang
asap dapur serta harus terhindar dari serangga, tikus
dan hewan lain?
1 1 1 1
15. Limbah cair dari hasil industry tidak boleh dialirkan
langsung ke selokan/sungai?
0 0 0 0
Jumlah 9 8 9 11
PERSENTASE TOTAL (%) 60 53,33 60 73,33
TINGKAT PENGETAHUAN C C C B
Penilaian
Hasil survey mengenai pengetahuan tentang sanitasi dapat disimpulkan bahawa :
1. Pengetahuan pengelola warung makan di Desa Sidoagung masih mencapai nilai mencukupi
dan harus ditingkatkan
50
BAB VII
PEMBAHASAN
A. Analisis Hasil survei penyebab masalah TP2M Warung Makan di Desa Sidoagung,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 6 juli 2013, kepada 5 TP2M Warung makan
yang berisikan pertanyaan tentang pengolahan, penjualan, penyajian dan penyimpanan bahan
makanan.
B. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem
Berdasarkan pendekatan sistem hal-hal yang menyebabkan muculnya permasalahan
kurangnya cakupan dan pencapaian dari Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan (TP2M)
Warung Makan pada wilayah Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Tabel 14. Analisis Penyebab Masalah
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN
(Tenaga Kerja)
1. Tersedianya 1 petugas
sanitarian (petugas
kesehatan lingkungan )
di puskesman
1. Terbatasnya tenaga
kesehatan lingkungan
51
MONEY
(Pembiayaan)
Tersedianya bantuan
operasional kesehatan untuk
kegiatan penyuluhan dan
transportasi
METHOD
(Metode)
1. Adanya kunjungan untuk
pengamatan dan wawancara
langsung ke TP2M warung
makan (1x dalam setahun)
2. Sosialisasi kepada pemilik
TP2M mengenai pengolahan
dan penjualan makanan yang
baik serta sanitasi makanan.
2. Belum adanya penyuluhan
khusus secara berkelompok
tentang TP2M warung makan
yang memenuhi syarat sanitasi
3. Belum adanya program
pelatihan untuk penjamah
makanan
4. Kurang optimalnya
sosialisasi kepada pemilik
TP2M mengenai pengolahan
dan penjualan makanan yang
baik serta sanitasi makanan.
MATERIAL
(Perlengkapan)
1. Tersedianya aula Puskesmas
untuk dilakukannya pelatihan
atau penyuluhan.
2. Tersedianya kendaraan
operasional untuk pelaksanaan
inspeksi sanitasi.
MACHINE
(Peralatan)
Tersedianya blanko kuesioner
TP2M
5.Tidak tersedianya poster,
pamflet atau brosur mengenai
TP2M warung makan yang
memenuhi syarat sanitasi
LINGKUNGAN 1. Pemilik TP2M yang
cukup kooperatif ketika
dilakukan kunjungan
6. Kurangnya pengetahuan
dan perilaku para
pemilik/pengelola warung
52
2. Tersedianya karyawan
pada masing-masing
warung makan tersebut
makan tentang TP2M yang
memenuhi syarat sanitasi
7. Kurangnya perilaku hidup
bersih dari karyawan TP2M
warung makan.
8. Belum pernah mendapat
pamphlet tentang sanitasi
warung makan
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
P1
(perencanaan )
1. Tersedianya program
untuk pendataan
TP2M setahun sekali
9. Kurang optimalnya penyusunan
ulang jadwal inspeksi sanitasi dan
jadwal kadang berbenturan dengan
program kesehatan
P2
( pergerakan dan
pelaksanaan )
1. Terlaksananya pendataan
serta penjadwalan wawancara
dan pengamatan TP2M
khususnya warung makan
10. Penilaian dan pendataan TP2M
masih dilakukan secara acak
sehingga kunjungan masih belum
merata
P3
(Penilaian,
pengawasan,pengendalian)
Terdapatnya pencatatan dan
pelaporan mengenai TP2M.
11. Kurangnya pengawasan dan
evaluasi dari kegiatan yang
dilakukan.
Rekapitulasi penyebab masalah
Berdasarkan analisa pendekatan sistem diatas maka dapat disimpulkan segala hal yang termasuk
kekurangan merupakan penyebab masalah seperti berikut:
53
1. Terbatasnya tenaga kesehatan lingkungan
2. Belum adanya penyuluhan khusus secara berkelompok tentang TP2M warung makan yang
memenuhi syarat sanitasi
3. Belum adanya program pelatihan untuk penjamah makanan
4. Kurang optimalnya sosialisasi kepada pemilik TP2M mengenai pengolahan dan penjualan
makanan yang baik serta sanitasi makanan
5. Tidak tersedianya poster, pamflet atau brosur mengenai TP2M warung makan yang
memenuhi syarat sanitasi
6. Kurangnya pengetahuan dan perilaku para pemilik warung makan tentang TP2M yang
memenuhi syarat
7. Kurangnya perilaku hidup bersih dari karyawan TP2M warung makan
8. Belum pernah mendapat pamphlet mengenai sanitasi warung makan
9. Kurang optimalnya penyusunan ulang jadwal inspeksi sanitasi dan jadwal kadang
berbenturan dengan program keshatan lingkungan lain di puskesmas
10. Pendataan dan penilaian TP2M masih dilakukan secara acak sehingga kunjungan masih
belum merata
11. Kurangnya pengawasan dan evaluasi dari kegiatan yang dilakukan
54
Gambar 5. Fish Bone
55
1. Kurangnya pengetahuan dan perilaku para pemilik warung makan tentang
TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
2. Kurangnya perilaku hidup bersih dari karyawan TP2M warung makan.
3. Pemilik warung belum pernah mendapat pamphlet tentang sanitasi warung
makan
. Kurangnya pengawasan dan evaluasi dari kegiatan yang dilakukan.
MACHINE
Tidak tersedianya poster, pamflet atau brosur
mengenai TP2M warung makan yang
memenuhi syarat sanitasi
PROSES
Kurang optimalnya penyusunan ulang jadwal inspeksi sanitasi dan jadwal kadang berbenturan dengan program kesehatan lingkungan lain di puskesmas seperti rapat petugas
Penilaian dan pendataan TP2M masih dilakukan secara acak sehingga kunjungan masih belum merata
Terbatasnya tenaga kesehatan lingkungan
1.Belum adanya penyuluhan khusus secara berkelompok tentang TP2M
warung makan yang memenuhi syarat sanitasi
2. Belum adanya program pelatihan untuk penjamah makanan
3. Kurang optimalnya sosialisasi kepada pemilik TP2M mengenai pengolahan dan penjualan makanan yang baik serta sanitasi makanan.
INPUT
MAN
MONEY
MATERIAL
METHODE
P1
P3P2
LINGKUNGAN
MASALAH
Skor Pencapaian Program TP2M yang memenuhi syarat
sanitasi di Desa Sidoagung 26,67%
56