tm bab 1-7

78
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan lingkungan adalah bagaimana kesehatan kita dipengaruhi oleh persekitaran, dan juga bagaimana kegiatan kita mempengaruhi kesehatan lingkungan sekitar. Jika makanan, air dan udara kita tercemar, ini akan membuat kita sendiri dan lingkungan sekitar jatuh sakit. Dengan melindungi lingkungan sekitar, bererti kita melindungi kesehatan kita sendiri. 1 Masalah sanitasi sangatlah penting, terutama ditempat-tempat umum yang erat kaitannya dengan pelayanan orang banyak. Rumah makan, restoran hingga kantin merupakan beberapa tempat umum yang menyediakan makanan olahan yang banyak digemari masyarakat. Masyarakat lebih banyak memilih makan di restoran, rumah makan ataupun kantin dibanding memasak makanan sendiri. Keberadaan usaha rumah makan, disisi lain dapat membantu masyarakat apalagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Oleh yang demikian, masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi yang dikelola oleh pemilik rumah makan atau restoran agar tidak membahayakan kesehatan. Penerapan higiene dan sanitasi dilakukan untuk keseluruhan proses pengolahan makanan, baik pada bahan baku yang digunakan, selama proses pengolahan, sampai pada proses penyajian termasuk didalamnya, penjamahan makanan, dan lingkungan proses pengolahan makanan. Sebagai konsekuensi dari perkembangan rumah makan, 1

description

tm

Transcript of tm bab 1-7

Page 1: tm bab 1-7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan lingkungan adalah bagaimana kesehatan kita dipengaruhi oleh persekitaran,

dan juga bagaimana kegiatan kita mempengaruhi kesehatan lingkungan sekitar. Jika makanan,

air dan udara kita tercemar, ini akan membuat kita sendiri dan lingkungan sekitar jatuh sakit.

Dengan melindungi lingkungan sekitar, bererti kita melindungi kesehatan kita sendiri.1

Masalah sanitasi sangatlah penting, terutama ditempat-tempat umum yang erat kaitannya

dengan pelayanan orang banyak. Rumah makan, restoran hingga kantin merupakan beberapa

tempat umum yang menyediakan makanan olahan yang banyak digemari masyarakat.

Masyarakat lebih banyak memilih makan di restoran, rumah makan ataupun kantin dibanding

memasak makanan sendiri. Keberadaan usaha rumah makan, disisi lain dapat membantu

masyarakat apalagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Oleh yang demikian, masyarakat

perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi

yang dikelola oleh pemilik rumah makan atau restoran agar tidak membahayakan kesehatan.

Penerapan higiene dan sanitasi dilakukan untuk keseluruhan proses pengolahan makanan, baik

pada bahan baku yang digunakan, selama proses pengolahan, sampai pada proses penyajian

termasuk didalamnya, penjamahan makanan, dan lingkungan proses pengolahan makanan.

Sebagai konsekuensi dari perkembangan rumah makan, dilakukan upaya penyehatan makanan

dan minuman dengan tujuan agar kemampuan masyarakat dalam mengelola rumah makan dapat

meningkat, sehingga masyarakat terhindar dari gangguan kesehatan atau penyakit bawaan

makanan atau keracunan makanan. Salah satu upaya penyehatan makanan dan minuman yang

dilakukan adalah pengawasan rumah makan.1

Peningkatan kualitas hidup manusia perlu didukung oleh penyediaan pangan yang

memadai, baik kualitas maupun kuantitas. Pangan merupakan kebutuhan pokok dan sumber

utama bagi kehidupan manusia, namun makanan yang tidak dikelola dengan baik justru akan

menjadi media yang sangat efektif dalam penularan beberapa penyakit saluran pencernaan.

Terjadinya peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa kematian

banyak bersumber dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan khususnya jasa

1

Page 2: tm bab 1-7

boga, rumah makan, dan makanan jajanan yanga pengelolaannya tidak memenuhi syarat

kesehatan atau sanitasi lingkungan. Sehingga upaya pengawasan terhadap sanitasi makanan

amat penting untuk menjaga kesehatan konsumen atau masyarakat.1

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan

tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat

mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam

proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan

minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi

makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah

konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli,

mengurangi kerusakan atau pemborosan makanan.1

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak

untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya:1

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh

enzim, aktivitas mikroba, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan,

pemasakan dan pengeringan

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan

oleh makanan (food borne illness)

Menurut Undang- Undang RI No. 23 Tahun 1992 kesehatan pasal 21 tentang

pengamanan makanan dan minuman :1

1. Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi

masyarakat dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan

atau persyaratan kesehatan.

2. Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label yng

berisi :

a. Bahan yang dipakai

b. Komposisi setiap bahan

c. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa

2

Page 3: tm bab 1-7

d. Ketentuan lainnya.

3. Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar dan atau

persyaratan kesehatan dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dan peredaran, dan disita untuk

dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

4. Ketentuan mengenai pengamanan makanan dan minuman sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang persyaratan higiene sanitasi rumah makan adalah setiap

usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk

umum ditempat usahanya. Rumah makan cenderung berkembang pesat. Hal ini sejalan dengan

pergeseran pola hidup dari kebiasaan makan di rumah menjadi makan dirumah makan. Kualitas

lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari risiko yang membahayakan

kesehatan dan keselamatan hidup manusia, dapat melalui pemukiman antara lain rumah tinggal

dan asrama atau yang sejenisnya, melalui lingkungan kerja antara perkantoran dan kawasan

industri atau sejenis, sedangkan upaya yang harus dilakukan dalam menjaga dan memelihara

kesehatan lingkungan adalah objek sanitasi meliputi seluruh tempat kita tinggal atau bekerja

seperti dapur, rumah makan, taman, ruang kantor dan sebagainya. (Kepmenkes, 2003).

Berdasarkan data yang didapatkan dari SPM, pada bulan Januari sampai dengan Mei

2013, yaitu cakupan untuk wilayah kerja puskesmas Tempuran mengenai tempat pengolahan dan

dan penjualan makanan (TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi adalah 23%, dan pencapaian

31%, sedangkan target yang berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang adalah 75%.

Dari data SPM ini sudah dapat diketahui bahawa tempat pengolahan dan penjualan makanan

(TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi di wilayah kerja Tempuran belum memenuhi target dari

dinas kesehatan kabupaten Magelang. (menurut SPM, periode Januari-Mei 2013). Dari hasil

pendataan di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang didapatkan cakupan

TP2M yang memenuhi syarat sanitasi adalah 20% dan pencapaian 26,67%.

3

Page 4: tm bab 1-7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan yaitu apakah

yang menyebabkan cakupan dan pencapaian dari tempat pengolahan dan penjualan makanan

(TP2M) warung makan pada Desa Sidoagung, kecamatan tempuran, Kabupaten Magelang belum

memenuhi target? Bagaimana alternatif pemecahan masalah jika disesuaikan dengan penyebab

permasalahan? Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan

tersebut.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui, mengidentifikasi, menganalisa penyebab, serta menyusun

rencana tidak lanjut pemecahan masalah belum tercapainya target program TP2M

khususnya warung makan yang memenuhi syarat sanitasi yang ditemukan dan ditangani

sesuai standar di Desa Sidoagung yaitu wilayah kerja Puskesmas Tempuran, kecamatan

Tempuran Kabupaten Magelang pada bulan Januari-Mei 2013.

2. Tujuan Khusus

o Untuk mengetahui penyebab masalah dan upaya pemecahan, serta kurangnya

(apabila terdapat warung makan yang sanitasinya kurang) sanitasi Tempat

pengolahan dan penjualan makanan (warung makan) Desa Sidoagung, Kecamatan

Tempuran, Kabupaten Magelang pada bulan Januari-Mei 2013

o Memberikan alternatif pemecahan masalah yang ditemukan

o Menyusun rencana tindak lanjut atau Plan of Action dari alternatif pemacahan

masalah yang ditemukan

4

Page 5: tm bab 1-7

D. Manfaat

1. Laporan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai penyebab

masih kurangnya sanitasi yang memenuhi syarat pada Tempat Pengolahan makanan

(warung makan) di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang pada

Januari-Mei 2013.

2. Penulis mengharapkan masyarakat lebih mengerti mengenai arti sanitasi pada warung

makan yang dibangun oleh masyarakat, sehingga syarat sanitasi yang baik dapat

terpenuhi.

5

Page 6: tm bab 1-7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tempat pengolahan dan penjualan makanan (TP2M)

Program puskesmas Kesehatan Lingkungan terdiri dari beberapa indikator, salah satunya

adalah tempat pengolahan dan penjualan makanan (TP2M). Program ini merupakan indikator

untuk mengetahui serta membina sanitasi tempat pengolahan dan penjualan makanan tersebut

apakah memenuhi sanitasi atau tidak. (kepmenkes 2003)

B. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa, maupun

lingkungan(Notoajmojo, 2003).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri

maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahawa pengetahuan

merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu

tersebut adalah hasi;l dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan berasal dari kata

dalam bahasa inggeris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa

definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed).

Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi fikir. Dengan demikian, pengetahuan

merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahawa

pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya

sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) didalam dirinya

sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya

sendiri dalam kesatuan aktif.2

6

Page 7: tm bab 1-7

Rogers (1974) mengungkapkan bahawa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri

orang tersebut menjadi proses berurutan :

1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap

stimulus (objek)

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran

dan sikap

Tingkat pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai

enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo,2003)

1. Tahu (know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur

bahawa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi dan mengatakan.

2. Memahami (comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hokum-

hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.

4. Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen,

tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja

mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

7

Page 8: tm bab 1-7

5. Sintesis (synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan

yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek

tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan

criteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003)

Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang berisi

tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan

yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas

(Notoatmodjo, 2003)

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor 70%-100%

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 50%-69%

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor <50%

C. Higiene dan sanitasi

Istilah higiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengusahakan cara

hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit. Akan tetapi, dalam penerapannya mempunyai arti

yang sedikit berbeda yakni usaha sanitasi yang lebih menitikberatkan kepada faktor-faktor

lingkungan hidup manusia, sedangkan higiene lebih menitikberatkan usaha-usahanya kepada

kebersihan individu. (Kusnoputranto, 1986).

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan

subjeknya seperti mencuci tangan dengan air yang bersih serta sabun untuk melindungi

kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian

makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. (depkes RI,

2004).

8

Page 9: tm bab 1-7

Selain itu, higiene juga merupakan upaya pencegahan terjadinya gangguan terhadap

kesehatan akibat tidak bersih dan tidak sehatnya suatu subjek atau zat, yang dilakukan

perorangan atau lingkungan fisik (Siswanto,2003).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara kebersihan lingkungan dari

subjeknya seperti menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci, menyediakan tempat

sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI,2004).

1. Ruang lingkup higiene :

Masalah higiene tidak dapat dipisahkan dari masalah sanitasi, dan pada kegiatan

pengolahan makanan masalah sanitasi dan higiene dilaksanakan bersama-sama. Kebiasaan hidup

bersih, bekerja bersih sangat membantu dalam mengolah makanan yang bersih pula 3.

Ruang lingkup hygiene meliputi:

1. Higiene perorangan

2. Higiene makanan dan minuman

2. Sanitasi dan Higiene Makanan

Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,

yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting baik untuk pertumbuhan maupun

mempertahankan kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan

untuk membangun dan mengganti jaringan, untuk bekerja, dan untuk memelihara pertahanan

tubuh terhadap penyakit (Adams, 2003).

Makanan dapat membuat orang menjadi sehat atau sakit. Makanan yang sehat membuat

tubuh menjadi sehat namun, makanan yang sudah terkonaminasi dapat menyebabkan penyakit.

Oleh karena itu, makanan dan minuman yang dikonsumsi haruslah terjamin baik dari segi

kualitas dan kuantitasnya. Untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan sanitasi makanan.3

9

Page 10: tm bab 1-7

Sanitasi makanan adalah pengawalan kebersihan dan keselamatan dalam penyediaan dan

penyimpanan makanan supaya makanan tidak tercemar. 3

Prinsip kebersihan makanan :

Prinsip kebersihan makanan melibatkan kebersihan diri, penyediaan, pemasakan,

penyajian dan penyimpanan bahan makanan yang belum dimasak dan telah dimasak.3

Kebersihan diri :

- Rambut hendaknya ditutupi dengan tutup kepala.

- Tangan hendaklah dibersihkan sebelum kontak dengan makanan.

- Memakai pakaian dan apron yang bersih.

- Jika terdapat luka, balut lukadengan plester tahan air.

- Melakukan perbuatan yang bersih.

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan

tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat

mengganggu kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses pengolahan,

penyiapan, pengangkutan, penyajian, sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap

untuk dikonsumsikan kepada pasien. (Direktorat Higiene dan Sanitasi, Dinjen Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit Menular).3

3. Prinsip higiene dan Sanitasi Makanan :

- Upaya pengamanan bahan makanan

- Upaya penyimpanan bahan makanan

- Upaya pengolahan bahan makanan

- Upaya pengangkutan bahan makanan

- Upaya penyimpanan makanan

10

Page 11: tm bab 1-7

- Upaya penyajian makanan

1. Upaya Pengamanan Bahan Makanan :

Yaitu upaya mencegah kerusakan dan menghindarkan bahan makanan mentah (baku)

dari pencemar baik yang disebabkan oleh makanan itu sendiri atau faktor lingkungan 3.4

Kriteria keamanan bahan makanan :

- Tingkat kematangan sesuai dengan yang diinginkan

- Bebas dari adanya pencemar pada tahap proses berikutnya

- Bebas dari adanya perubahan fisik/kimia akibat faktor dari luar

- Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang dapat menyebabkan suatu

penyakit

2. Upaya Penyimpanan Bahan Makanan :

Upaya ini sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan kelembaban yang akan merusak bahan

makanan jika faktor tersebut meningkat.

Jenis kerusakan bahan makanan :

Kerusakan biologis dan mikroorganisme seperti ulat, tikus, serangga, bakteri, dan jamur.

Kerusakan fisik dan mekanis seperti perlakuan yang tidak tepat, penggunaan kulkas yang

tidak tepat.

Kerusakan kimiawi seperti reaksi kimia yang berlangsung dalam bahan makanan (warna

berubah menjadi coklat, dan berbau tengik).

Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih,

penempatan terpisah dengan makanan jadi, penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk

setiap jenis bahan makanan (dalam suhu yang sesuai, ketebalan bahan makanan dapat tidak lebih

dari 10 cm, kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80-90%), bila bahan makanan disimpan di

11

Page 12: tm bab 1-7

gudang, cara penyimpanannya tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan

ketentuan (jarak makanan dengan lantai 15 cm, jarak makanan dengan dinding 5 cm, jarak

makanan dengan langit-langit 60 cm, bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun

dalam rak-rak sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan, bahan

makanan yang masuknya lebih dahulu dikeluarkan terlebih dahulu sedangkan bahan makanan

yang masuk belakangan dikeluarkan belakangan [first in first out]). Ada beberapa hal pokok dan

perlu diperhatikan sehubungan dengan cara penyimpanan bahan makanan (Reksosaebroto, 1978)

yaitu :

1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus (gudang) yang bersih

2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga:

Mudah cara pengambilannya

Tidak member kesempatan untuk bersarang serangga atau tikus

Tidak mudah rusak dan membusuk, untuk bahan makanan yang mudah membusuk harus

disediakan tempat penyimpanan makanan yang dingin.

Makanan jadi dalam kondisi baik, tidak rusak, dan tidak busuk. Makanan dalam kaleng

tidak boleh menunjukkan adanya pengembungan, cekungan, dan kebocoran. Penyimpanan

makanan jadi harus terlindungi dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, dan hewan.

Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5°C atau lebih, atau disimpan dalam

suhu dingin 4°C atau kurang, makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu yang lama

(lebih dari 6 jam) disimpan dalam suhu -5°C sampai -1°C.5

3. Upaya Pengolahan Makanan :

Ada 4 hal yang harus dijaga dalam upaya mengolah makanan :

12

Page 13: tm bab 1-7

a. Penjamah makanan: seseorang yang menjamah makanan baik dalam

mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut, menyajikan makanan.

Penjamah makanan ini sangat berpengaruh pada kualitas makanan.

Karena itu seorang penjamah makanan, seharusnya selalu dalam keadaan sehat dan

terampil. Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan pribadi dan terbiasa

untuk berprilaku sehat selama bekerja. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kebersihan

pribadi:

a. Mencuci tangan

b. Pakaian yang bersih

c. Kuku dan perhiasan

d. Topi

e. Merokok

f. Kebiasaan seperti batuk ke tangan, garuk-garuk, merupakan

tindakan yang mengkontaminasi tangan dan makanan.

Cara Pengolahan Makanan:

Ada 4 hal pokok yang harus diperhatikan dalam pengolahan makanan (Depkes RI, 2005):

a. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara

terlindung dan kontak langsung dengan tubuh.

b. Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dapat dilakukan

dengan menggunakan sarung tangan plastic, penjepit makanan, sendok

garpu, dan sejenisnya.

c. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai

celemek/apron, tutup rambut, sepatu dapur, tidak merokok, tidak makan

13

Page 14: tm bab 1-7

atau mengunyah, tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang

tidak berhias, tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan

untuk keperluan, selalu mencuci tangan sebelum bekerja, selalu memakai

pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar rumah makan.

d. Tenaga pengolah makanan harus memilikki sertifikat vacsinasi chotypa

dan baku kesehatan yang berlaku.

Tempat pengolahan makanan: harus memenuhi syarat baik konstruksi, perlengkapan,

dan tata letak.

Dapur adalah suatu tempat dimana makanan dan minuman dipersiapkan dan diolah.

Dapur sangat berperan terhadap kualitas makanan yang akan dihasilkan. Mengingat hal tersebut,

maka untuk mendapatkan makanan yang berkualitas baik, dapat senantiasa dalam keadaan bersih

atau lebih tepat dikatakan saniter, dapur hendaknya memilikki syarat sebagai berikut:5

Lantai

Dinding

Jendela dan pintu

Cerobong asap

Ventilasi

Pencahayaan

Peralatan

Fasilitas pencucian peralatan bahan makanan

Tempat cuci tangan

Air bersih

14

Page 15: tm bab 1-7

Perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan: syaratnya tidak boleh berkarat,

mudah dibersihkan, tidak terbuat dari bahan yang dapat mengkontaminasi makanan.

4. Upaya Pengangkutan Makanan:

Makanan dari tempat pengolahan memerlukan pengangkutan untuk disimpan maupun

disajikan untuk langsung dikonsumsi. Kemungkinan pengotoran makanan dapat terjadi

sepanjang proses pengangkutan ini. Bisa dari caranya dan juga dari alat angkut yang kurang baik

kualitasnya. Maka dari itu sangat perlu diperhatikan tempat/alat angkut makanan, tenaga

pengangkutnya, dan juga teknik dari pengangkutan makanan tersebut.5

5. Upaya Penyimpanan Makanan:

Cara penyimpanan makanan setelah dimasak merupakan hal yang penting karena sangat

mempengaruhi kualitas bakteriologis makanan tersebut.5

Syarat penyimpanan:

- Makanan yang disimpan diberi tutup terutama makanan yang telah terbuka

atau hasil olahan dapur.

- Lantai/meja yang digunakan untuk menyimpan makanan harus dibersihkan.

- Makanan tidak boleh disimpan dekat dengan saluran limbah.

- Makanan yang disajikan sebelum diolah harus dicuci dengan air hangat.

- Makanan yang dipakai dengan kantong jangan disimpan dekat air atau

tempat yang basah.

6. Upaya Penyajian Makanan:

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan yang siap

dikonsumsi:5

- Tata cara dalam penyajian

15

Page 16: tm bab 1-7

- Pelayanan

- Menghias dan merapikan makanan

- Tempat penyajian

Sarana Tambahan Penyelenggaraan

Penyediaan Air Bersih

Ciri-ciri air bersih:

Tidak berwarna

Tidak berbau

Tidak berasa

1. Tempat Pembuangan Sampah

Tempat sampah terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, mempunyai tutup dan

memakai kantong plastik khusus untuk sisa bahan makanan dan makanan jadi yang cepat

membusuk, jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang

dihasilkan, tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah, sampah harus dibuang

dalam waktu 24 jam, disediakan tempat pengumpulan sampah sementara yang terlindung dari

serangga dan hewan lain, dan tempat sampah mudah dijangkau oleh kendaraan penngangkut

sampah. Letak sumber sampah jangan terlalu dekat dari bahan makanan, untuk menghindari

tercemarnya makanan oleh sampah.6

2. Pencucian Peralatan dan Bahan Makanan

a. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/detergen.

b. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak harus menggunakan larutan kalium

permanganate 0,02& atau dalam rendaman air mendidih dalam beberapa detik.

16

Page 17: tm bab 1-7

c. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang

terlindungi dari kemungkinan pencemaran oleh tikus dan hewan lainnya (Depkes RI,

2005).

3. Toilet

Letak tidak berhubungan langsung dengan dapur (terpisah), ruangan persiapan makanan,

ruang tamu, dan gudang makanan, di dalam toilet harus tersedia jamban, peturan, dan bak air,

toilet wanita terpisah dengan toilet pria, toilet tenaga kerja dengan pelanggan terpisah, toilet

dibersihkan dengan detergen dan alat pengering, tersedia cermin, tempat sampah, tempat sabun

untuk pencuci tangan, luas lantai cukup untuk memelihara kebersihan, lamtai dibuat kedap air,

tidak licin, mudah dibersihkan, dan kelandaiannya cukup, ventilasi dan penerangan yang baik, air

limbah dibuang ke septic tank, roil atau ruang perasapan yang tidak mencemari air limbah,

saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap air, tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi

dengan saluran pembuanagan dan penampungan, di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan

air bersih yang cukup, peturasan harus dilengkapi dengan air yang mengalir, jamban harus dibuat

dengan tipe leher angsa, dilengkapi dengan air ppenggelontor yang cukup serta sapu tangan

kertas (tissue), terdapat tanda/tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci tangan

dengan sabun sesudah menggunakan toilet.6

D. Rumah Makan/Warung makan

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1098/Menkes/SK/2003 menjelaskan bahawa Rumah Makan adalah tempatusaha komersial yang

ruang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan makanan dan minuman untuk umum. Dalam

SK tersebut juga ditegaskan bahawa setiap rumah makan harus memiliki seseorang yang

17

Page 18: tm bab 1-7

bertindak sebagai pemimpin rumah makan yang sehari-hari mengelola dan bertanggungjawab

atas pengusahaan rumah makan tersebut.6

Adapun tujuan dari sanitasi rumah makan adalah :

Agar makanan dan minuman yang dihasilkan restoran dan rumah makan dalam keadaan

bersih dan aman dikonsumsi.

Mencegah terjadinya gangguan penyakit dan keracunan yang ditimbulkan atau

disebabkan oleh pengotoran makanan dan minuman selama proses pengolahan dan

penyajian

Meningkatkan hygiene perseorangan penjamah makanan dan perilaku sehat penjamah

makanan.

Persyaratan sanitasi Rumah Makan

1. Lokasi : tidak berada pada arah angin dan pada jarak kurang dari 100 meter dari sumber

pencemaran debu, asap, bau dan cemaran lain.

2. Bangunan : harus terpisah dengan tempat tinggal termasuk tempat tidur, kokoh dan

permanen, tidak terdapat serangga dan tikus

3. Pembagian ruang : terdiri dari dapur dan ruang makan, ada toilet, ada gudang bahan

makanan, ada ruang karyawan, ruang administrasi dan gudang peralatan.

4. Lantai dan Dinding : harus bersih, kedap air, tidak licin, rata, kering

5. Ventilasi : tersedia dan berfungsi dengan baik

6. Pencahayaan : tersebar merata disetiap ruangan, tidak menyilaukan dan tidak

menyebabkan sakit pada mata

7. Atap dan langit-langit : tinggi minimal 2,4 meter, rata dan bersih, tidak berlubang,

tidak menjadi sarang bagi tikus dan serangga, tidak bocor, cukup landai.

18

Page 19: tm bab 1-7

8. Pintu : rapat dari serangga, binatang dan tikus, tertutup dengan baik,terbuat dari bahan

yang kuat dan mudah dibersihkan.

9. Air bersih : air bersih adalah air yang aman dan sehat apabila digunakan oleh manusia.

Air bersih memenuhi syarat kuantitas dan kualitas.

Syarat kualitas :

Syarat fisik : jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mempunyai rasa, pH 6-7

Syarat bakteriologik : tidak mengandung algae, protozoa, cacing, larva, larutan,

insekta

Syarat kimiawi : tidak boleh mengandung zat-zat kimiawi

10. Pembuangan air limbah : air limbah mengalir dengan lancer, terdapat grease trap,

saluran kedap air dan saluran tertutup.

11. Toilet : bersih, letaknya tidak berhubungan langsung dengan dapur atau ruang makan,

tersedia jamban dengan air bersih yang cukup, sabun dan lap pengering, toilet untuk pria

terpisah dengan wanita. Begitu juga toilet pelanggan dan karyawan.

12. Tempat sampah : sampah diangkut tiap 24 jam, disetiap ruang penghasil sampah

tersedia tempat sampah, dibuat dari bahan kedap air dan mempunyai tutup, kapasitas

tempat sampah terangkat oleh seorang petugas sampah.

13. Tempat cuci tangan : tersedia air cuci tangan yang mencukupi, tersedia sabun dan alat

pengering atau lap, jumlah cukup untuk pengunjung dan karyawan

14. Tempat mencuci peralatan : tersedia air dingin dan air panas yang cukup, terbuat dari

bahan yang kuat, aman dan halus, terdiri dari tiga bilik atau bak pencuci

19

Page 20: tm bab 1-7

15. Tempat pencuci bahan makanan : tersedia air pencuci yang cukup, terbuat dari

bahan yang kuat, aman dan halus, air pencuci yang dipakai mengandung larutan cuci

hama.

16. Locker karyawan : tersedia locker karyawan dari bahan yang kuat dan bersih,

mempunyai tutup rapat, jumlahnya cukup, letak locker dalam ruang tersendiri, locker

untuk karyawan pria dan wanita terpisah.

17. Peralatan pencegah serangga dan tikus : setiap lubang ventilasi dipasang kawat kassa

serangga, dipasang perangkap tikus, persilangan pipa dan dinding tertutup rapat, tempat

tendon air mempunya tutup dan bebas jentik nyamuk.

18. Dapur : bersih, ada fasilitas penyimpanan makanan, tersedia penyimpanan makanan

pedas, ukuran dapur cukup memadai, ada cerobong asap, terpasang tulisan pesan-pesan

hygiene bagi penjamah atau karyawan.

19. Ruang makan : perlengkapan ruang makan selalu bersih, ukuran ruang makan minimal

0,85 m2 perkursi tamu, pintu masuk buka tutup otomatis, tersedia fasilitas cuci tangan

yang memenuhi estetika, tempat peragaan makanan jadi tertutup.

20. Gudang makanan : tidak terdapat bahan lain selain bahan makanan, tersedia rak-rak

penempatan bahan makanan sesuai ketentuan, kapasitas gudang cukup memadai, rapat

dari serangga dan tikus.

21. Bahan makanan : kondisi fisik baik,angka kuman dan bahan kimia makanan memenuhi

persyaratan yang ditentukan, bahan makanan berasal dari sumber resmi, bahan makanan

kemasan terdaftar pada Depkes. RI

20

Page 21: tm bab 1-7

22. Makanan jadi : kondisi fisik makanan jadi baik, angka kuman dan bahan kimia

makanan memenuhi persyaratan yang ditentukan, makanan jadi dalam kemasan tidak

ada tanda-tanda kerusakan dan terdaftar pada Depkes. RI

23. Preoses pengolahan : tenaga pengolah memakai pakaian kerja dengan benar dan cara

kerja yang bersih, pengambilan makanan jadi menggunakan alat yang khusus,

menggunakan peralatan dengan benar.

24. Penyimpanan bahan makanan : suhu dan kelembapan penyimpanan sesuai dengan

persyaratan jenis makanan jenis makanan, ketebalan penyimpanan sesuai dengan

persyaratan jenis makanan, penempatan terpisah dengan makanan jadi, tempat bersih

dan terpelihara, disimpan dalam aturan sejenis dan disusun dalam rak-rak.

25. Penyimpanan makanan jadi : suhu dan waktu penyimpanan dengan persyaratan jenis

makanan jadi, cara penyimpanan tertutup.

26. Cara penyajian : suhu penyajian makanan hangat tidak kurang dari 60oC, pewadahan

dan penjamah makanan jadi menggunakan alat yang bersih, cara membawa dan

penyajian makanan dengan tertutup, penyajian makanan harus pada tempat yang bersih.

27. Ketentuan peralatan : cara pencucian, pengeringan dan penyimpanan memenuhi

persyaratan agar selalu dalam dalam keadaan bersih sebelum digunakan, peralatan dalam

keadaan baik dan utuh, permukaan alat yang kontak langsung engan makanan tidak ada

sudut mati dan halus, peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak

mengandung zat beracun.

28. Pengetahuan/ sertifikat hygiene sanitasi makanan : pemilik/pengusaha pernah

mengikuti kursus atau temu karya, supervisor pernah mengikuti kursus.

21

Page 22: tm bab 1-7

29. Pakaian kerja : bersih, tersedia pakaian kerja seragam dua stel atau lebih, penggunaan

khusus waktu kerja sahaja, lengkap dan rapi.

30. Pemeriksaan kesehatan : karyawan/penjamah 6 bulan sekali check up kesehatan,

pernah divaksinasi typhoid, bila sakit tidak bekerja dan berobat ke dokter, memiliki

buku kesehatan karyawan.

31. Personal hygiene : setiap karyawan / penjamah makanan berperilaku bersih dan

berpakaian rapi, setiap mau kerja cuci tangan, menutup mulut dengan sapu tangan bila

batuk-batuk atau bersin, menggunakan alat yang sesuai dan bersih bila mengambil

makanan. (Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah tahun 1992 )

E. Sistem Skoring Inspeksi Sanitasi Tempat Pengolahan Makanan menurut Dinas

Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah Tahun 1992 untuk warung makan,

yang dinilai antara lain adalah :

Tabel 1: Sistem skoring inspeksi sanitasi TP2M

No Indikator Makanan Bobot jika memenuhi syarat

sanitasi1. Sumber makanan dan keutuhan 52. Wadah kemasan asli dan berlabel 13. Pengatur suhu ruangan produksi 44. Perlindungan makanan beku 45. Perlakuan terhadap makanan selama tahap penyimpanan, persiapan

penyajian dan pengangkutan2

6. Kontak langsung anggota tubuh dengan makanan dan es 27. Penyimpanan peralatan untuk pembagi makanan 18. Kesehatan karyawan dan pemilikan sertifikat khusus 59. Kebersihan dan perilaku 510. Pakaian bersih, kuku, rambut, kumis dan janggut dipotong pendek

dan bersih1

11. Perlengkapan yang permukaannya kontak dengan makanan 212. Perlengkapan yang permukaannya tidak kontak dengan makanan 113. Fasilitas pencucian alat makan dan masak 2

22

Page 23: tm bab 1-7

14. Peralatan yang digunakan sekali pakai 115. Cara pemakaian alat yang digunakan sekali pakai 216. Tahap awal pencucian 117. Air untuk pembilas pencucian 218. Desinfeksi atau tidak sanitasi pencucian 419. Penirisan dan pengeringan 120. Peralatan makan/masak yang kontak dengan makanan 221. Peralatan makan/masak yang tidak kontak dengan makanan 122. Penyimpanan dan perlakuan terhadap alat makan dan masak 123. Sumber air 524. Pembuangan air kotor / limbah 425. Konstruksi jumlah tempat cuci tangan dan pemeliharaannya 426. Jumlah konstruksi dan frekwensi pembuangan sampah 227. Halaman luar, sekitar bangunan dan kebersihannya 128. Terhindar dari serangga, tikus dan hewan lain 429. Konstruksi, pemeliharaan fisik dan kebersihan lantai 130. Konstruksi, pemeliharaan fisik dan kebersihan dinding dan langit-

langit1

31. Pencahayaan cukup baik 132. Penghawaan ruang cukup baik 133. Penanganan bahan berbahaya 534. Pemeliharaan bangunan dan dapur 135. Dapur terpisah sempurna dari tempat tidur dan tempat cuci pakaian 136. Secara umum terlihat kesan bersih, rapih dan teratur 1

Hasil penelitian merupakan penjumlahan bobot yang memenuhi syarat dibahagi jumlah

seluruh bobot yang diperiksa x 100%. Dalam kuisioner jasa boga atau restaurant, terdapat 36

pertanyaan yang dibagi berdasarkan beberapa indikator. Jumlah bobot yang memenuhi syarat 82,

maka, contoh :

73(jumlah bobot yang memenuhi syarat)/82x100% = 89,02%

Kriteria penilaian:

Suatu jenis penilaian TPM hanya terdapat 2 kriteria hasil penilaian, yaitu :

a. Memenuhi syarat, apabila hasil penilaian mencapai 70%, atau lebih dari 70%

b. Tidak memenuhi syarat, apabila hasil penilaian kurang dari 70%

Setiap penyimpangan dari persyaratan harus disarankan untuk diperbaiki

23

Page 24: tm bab 1-7

1. Penyimpangan pada item-item yang berbobot 1,2, dan 3 disarankan diperbaiki sampai

batas waktu pemeriksaan berikutnya

2. Bila saran-saran yang diperbaiki tidak diindahkan, dibuat surat peringatan dengan

tembusan kepada :

a. Kepala dinas kesehatan Dati II setempat

b. Camat setempat

c. Pihak pemberi ijin operasi TPM yang diperiksa. (Dinas Kesehatan Propinsi Daerah

Tingkat I Jawa Tengah tahun 1992)

F. Urutan Dalam Siklus Pemecahan Masalah

Gambar 1.Kerangka Pemecahan Masalah

a. Identifikasi masalah

24

Identifikasi Masalah

Penentuan Penyebab Masalah

Memilih Penyebab

yang paling

mungkin

Menentukan alternatif

pemecahan masalah

Penetapan pemecahan

masalah terpilih

Penyusunan rencana

penerapan

Monitoring & Evaluasi

Page 25: tm bab 1-7

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator

tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi

dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara

keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu

yang sudah ditetapkan.

b. Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan. Penentuan penyebab

masalah dilakukan dengan menggunakan fishbone. Penyebab masalah yang paling mungkin

harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.

c. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah

diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan

masalah.

d. Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan

terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon Kualitatif untuk

menentukan atau memilih pemecahan terbaik.

e. Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan Of Action atau

Rencana Kegiatan).

f. Monitoring dan evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang

dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah

permasalahan sudah dapat dipecahkan.

G. Analisis Masalah

25

Page 26: tm bab 1-7

Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari

kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan sistem

ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan TP2M yang

tidak memenuhi syarat sanitasi di wilayah Desa Sidoagung Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah sistem terbuka pelayanan kesehatan

yang dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem

Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar

minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka

pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan

sistem masalah dapat terjadi pada input maupun proses.

26

Page 27: tm bab 1-7

MASALAH

PROSESLINGKUNGAN

P1

P2P3

INPUT

MONEYMAN

MACHINE

METHODE

MATERIAL

Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat diagram fish bone.

Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di

bawah ini :

Gambar 3: Diagram Fish Bone

27

Page 28: tm bab 1-7

H. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu menyusun

alternatif pemecahan masalah.

I. Penentuan Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks Menggunakan Rumus

MxIxV/C

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dengan menggunakan

kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah

dengan menggunakan kriteria matriks:

1. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang dapat

diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan

pemecahan masalah, maka semakin efektif.

2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah.Makin penting cara

penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.

3. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif bentuk

penyelesaian masalah, maka semakin efektif.

4. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan pemecahan

masalah.

Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.Kriteria M, I, dan V masing-

masing diberi nilai 1 – 5. Bila makin magnitude maka nilainya makin besar, mendekati 5.

Begitu juga dalam melakukan penilaian pada kriteria I dan V.

Tabel 2. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah

Magnitude Importancy Vulnerability Cost

1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1 = Sangat murah

2=Kurang magnitude 2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2 = Murah

3 = Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3 = Cukup murah

28

Page 29: tm bab 1-7

4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = mahal

5= Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5 = sangat mahal

J. Pembuatan Plan of Action dan Gann Chart

Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan

pembuatan plan of action serta Gann Chart, halaman ini bertujuan untuk menentukan

perencanaan kegiatan.

BAB III

ANALISIS MASALAH

A. Data Khusus

Hasil Inspeksi di TP2M (warung makan ) di Desa Sidoagung

Dari hasil pengamatan pada tanggal 6 julai 2013, terdapat 5 TP2M Warung Makan di

Desa Sidoagung, maka didapatkan hasil 1 TP2M yang memenuhi syarat sanitasi, sedangkan

sisanya 4 TP2M tidak memenuhi syarat sanitasi. Penilaian tersebut berdasarkan hasil

penjumlahan kuesioner pada masing-masing TP2M dengan kategori memenuhi syarat jika

minimal total penjumlahan kuesioner dibawah 70%, maka tidak memenuhi syarat. Hasil survey

memberikan gambaran permasalahan Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan (warung

makan ) yang ada di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, yaitu :

Hasil Inspeksi Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan (TP2M) di wilayah Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penilaian Inspeksi Sanitasi TP2M di Desa Sidoagung makanan)

KETERANGAN:

PENILAIAN:

29

Skor Minimal 70%

MS = Memenuhi syarat (>70%)

TMS = Tidak memenuhi syarat (<70%)

Page 30: tm bab 1-7

1. Pondok makan “SALERO” padang

2.Warung makan “BOGA RASA”

3.Warung makan bakso “MORO SEKECO”

4.Warung makan “BRAMBANG SALAM”

5.Warung makan “RAOS ECO”

OBJEK URAIAN 1 2 3 4 5 PERSENTASE (%)

A.MAKANAN

1. Sumber dan keutuhan makanan

5 5 5 5 5 Ya: 100

Tidak: 0

2. Wadah kemasan asli,berlabel

1 0 1 1 0 Ya: 60

Tidak: 20

B.PERLINDUNGAN

3. Pengatur suhu ruangan produksi

0 0 0 0 0 Ya: 0

Tidak: 100

4. Perlindungan makanan beku

0 0 0 0 0 Ya:0

Tidak:100

5. Perlakuan terhadap makanan selama tahap penyimpanan, persiapan, penyajian dan pengangkutan.

2 2 2 2 2 Ya: 100

Tidak: 0

6. Kontak langsung anggota tubuh dengan makanan dan es.

2 2 2 2 2 Ya: 100

Tidak:0

30

Page 31: tm bab 1-7

7. Penyimpanan peralatan untuk pembagi makanan

1 1 1 1 1 Ya: 100

Tidak: 0

C. TABEL KARYAWAN

8. Kesehatan karyawan dan pemilikan sertifikat khusus.

0 0 0 0 0 Ya: 0

Tidak: 100

9. Kebersihan dan perilaku.

5 5 5 5 5 Ya: 100

Tidak: 0

10. Pakaian bersih, kuku, rambut, kumis dan janggut dipotong pendek dan bersih

0 0 0 5 0 Ya: 20

Tidak: 60

D. PERLENGKAPAN MAKAN DAN MASAK

11. Perlengkapan yang permukaannya kontak dengan makanan.

2 2 2 2 2 Ya: 100

Tidak: 0

12. Perlengkapan yang permukaannya tidak kontak dengan makanan.

2 2 2 2 2 Ya: 100

Tidak: 0

13. Fasilitas pencucian alat makan dan masak.

2 2 2 2 2 Ya: 100

Tidak: 0

14. Peralatan yang digunakan sekali pakai.

0 0 0 1 0 Ya: 20

Tidak: 80

15. Cara pemakaian alat yang digunakan sekali pakai.

0 0 0 0 0 Ya: 0

Tidak: 100

16. Tahapan awal pencucian. 1 0 1 1 0 Ya: 60

31

Page 32: tm bab 1-7

Tidak: 40

17. Air untuk membilas cucian. 2 2 2 2 2 Ya: 100

Tidak: 0

18. Desinfeksi/tindak sanitasi pencucian.

0 0 0 0 0 Ya: 0

Tidak: 100

19. Penirisan dan pengeringan. 0 0 0 1 0 Ya: 20

Tidak: 60

20. Peralatan makan atau masak yang kontak dengan makanan.

2 2 2 2 2 Ya: 100

Tidak: 0

21. Peralatan makan atau masak yang tidak kontak dengan makanan.

2 2 2 2 2 Ya: 100

Tidak; 0

22. Penyimpanan dan perlakuan terhadap alat makan dan masak.

0 0 0 1 0 Ya: 20

Tidak: 80

E. AIR BERSIH

23. Sumber air 5 5 5 5 5 Ya: 100

Tidak: 0

F.AIR KOTOR

24. Pembuangan air kotor/limbah

4 0 4 4 4 Ya: 80

Tidak: 20

G.FASILITAS CUCI TANGAN DAN KAMAR WC

25. Konstruksi jumlah tempat cuci tangan dan

0 0 0 4 0 Ya: 20

32

Page 33: tm bab 1-7

pemeliharaannya Tidak: 80

H. PEMBUANGAN SAMPAH

26. Jumlah konstruksi dan frekuensi pembuangan sampah

0 0 0 0 0 Ya: 0

Tidak: 100

27. Halaman luar, sekitar bangunan dan kebersihannya.

1 1 1 1 1 Ya: 100

Tidak: 0

I. PENGAWASAN SERANGGA,TIKUS DAN HEWAN LAIN

28. Terhindar dari serangga, tikus dan hewan lain.

0 0 0 4 0 Ya: 20

Tidak: 60

J. LANTAI, DINDING DAN LANGIT-LANGIT

29 Konstruksi, pemeliharaan fisik dan kebersihan lantai.

0 0 1 1 1 Ya: 60

Tidak: 40

30. Konstruksi, pemeliharaan fisik dan kebersihan dinding dan langit-langit.

0 0 1 1 0 Ya: 40

Tidak: 60

K.PENCAHAYAAN

31. Pencahayaan cukup baik 1 1 1 1 1 Ya: 100

Tidak: 0

L. PENGHAWAAN

32. Penghawaan ruangan 0 0 1 1 1 Ya: 60

33

Page 34: tm bab 1-7

cukup baik Tidak: 40

M. LAIN-LAIN KEGIATAN

33. Penanganan bahan berbahaya.

5 5 5 5 5 Ya: 100

Tidak: 0

34. Pemeliharaan bangunan dan dapur

1 1 1 1 1 Ya: 100

Tidak: 0

35. Dapur terpisah sempurna dari tempat tidur dan tempat cuci pakaian.

1 1 1 1 1 Ya: 100

Tidak: 0

36. Secara umum terlihat kesan bersih, rapi dan teratur.

1 0 1 1 0 Ya: 60

Tidak: 40

1 2 3 4 5

Persentase Total (%) 58,53 50 62,20 80,48 57,32

Penilaian TMS TMS TMS MS TMS

Jumlah cakupan tempat-tempat umum (warung makan ) yang memenuhi syarat di Desa

Sidoagung :

Besar Cakupan = TP2M (warung makan) yang memenuhi syarat x 100%

Jumlah TP2M (warung makan) yang ada

= 1 x 100%

5

= 20 %

34

Page 35: tm bab 1-7

Jumlah Pencapaian = Besar cakupan x 100%

Target Dinkes 2011

= 20% x 100%

75%

= 26,67 %

Dari hasil di atas didapatkan skor pencapaian TP2M warung makan yang memenuhi

syarat sanitasi di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang tahun 2013 jauh

lebih rendah dari target Dinkes yaitu hanya sebesar 26,67%.

BAB IV

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Teori

35

INPUTMan : Petugas Kesehatan Lingkungan dan petugas puskesmas lainnyaMoney Method : Inspeksi sanitasi TP2M dengan kunjungan langsungMaterial : Bangunan tempat pengolahan dan penjualan makanan (TP2M)Machine : blanko kuesioner

PROSES-Jadwal inspeksi sanitasi-Pelaksanaan penjadwalan program inspeksi sanitasi TP2MPencatatan dan pelaporan inspeksi sanitasi TP2M

LINGKUNGAN

Pemilik TP2M industri rumah tangga yang kooperatif

Page 36: tm bab 1-7

Gambar 4. Kerangka Teori

B. Kerangka Konsep

36Faktor lingkungan : Pemilik/pengelola

warung makan yang kurang pengetahuan dan

kesadaran Sanitasi,

Faktor koordinator Kesehatan Lingkungan: penyuluhan, penyusunan

jadwal kunjungan

Rendahnya Cakupan Tempat Pengolahan dan Penjualan

Makanan (TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi di

Desa Sidoagung

Cakupan Tempat Pengolahan dan Penjualan (TP2M)

Faktor SDM kesehatan lingkungan : kurang SDM

Page 37: tm bab 1-7

Gambar 5. Kerangka Konsep

BAB V

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian observasi dan rangcangan survei cross

sectional. Data di analisa secara deskriptif untuk menentukan penyebab masalah rendahnya

cakupan Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan (TP2M) yang memenuhi syarat sanitasi di

Desa Sidoagung.

B. Cara Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara:

1. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan dan wawancara kepada pemilik TP2M

berjumlah 4 responden, melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun

sebelumnya sesuai tujuan survey yang dilakukan mengenai pengetahuan makanan dan

perlindungan makanan, karyawan,perlengkapan makan dan masak, sumber air,

pembuangan sampah, pengawasan serangga, tikus dan hewan, kondisi lantai dinding dan

langit-langit, pencahayaan warung makan di Desa Sidoagung yang merupakan salah satu

wilayah kerja Puskesmas Tempuran.

37

Faktor lingkungan : Pemilik/pengelola

warung makan yang kurang pengetahuan dan

kesadaran Sanitasi,

Page 38: tm bab 1-7

2. Data sekunder diperoleh dari laporan yang ada pada petugas Kesehatan Lingkungan,

Puskesmas Tempuran

C. Batasan Judul

Penulis memilih judul “RENCANA PENINGKATAN CAKUPAN TEMPAT

PENGOLAHAN DAN PENJUALAN MAKANAN (TP2M) WARUNG MAKAN YANG

MEMENUHI SYARAT SANITASI DI DESA SIDOAGUNG, KECAMATAN TEMPURAN,

KABUPATEN MAGELANG, EVALUASI MANAJEMEN PROGRAM, PROGRAM

KESEHATAN LINGKUNGAN PERIODE JANUARI – MEI 2013” dengan batasan pengertian

judul sebagai berikut :

1. Rencana

Rencana adalah proses pemikiran ke depan

2. Peningkatan

Peningkatan adalah proses meningkatkan

3. Cakupan

Cakupan adalah suatu total hasil kegiatan yang dilakukan perbulan yang kemudian

dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan

4. Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan

Suatu tempat pengolahan dan penjualan makanan

5. Warung makan

Warung makan adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya

menyediakan hidangan makanan dan minuman untuk umum

6. Sanitasi makanan

Satu usaha pencegahan yang memfokuskan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk

menghindarkan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau

merusak makanan

7. Desa Sidoagung

Adalah salah satu desa dari 15 desa yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas

Tempuran

8. Kecamatan Tempuran

38

Page 39: tm bab 1-7

Salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Magelang

9. Kabupaten Magelang

Merupakan salah satu kabupaten yang terletak diprovinsi Jawa Tengah

10. Evaluasi

Proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai. Atribut, apresiasi dan

pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atau permasalahan yang

ditemukan

11. Manajemen

Penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran

12. Program

Rancangan mengenai asa serta usaha yang akan dijalankan

13. Puskesmas Tempuran

Puskesmas yang terdapat di Kecamatan Tempuran

14. Periode Januari – Mei

Periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai cakupan TP2M yang

memenuhi syarat sanitasi

D. Definisi Operasional

1. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah tempat pengolahan dan

penjualan makanan (Warung Makan) yang memenuhi syarat sanitasi engan jumlah seluruh

Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan (warung makan) yang diperikasa di wilayah

Kerja Puskesmas Tempuran

2. Pemilik TP2M adalah pemilik Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan yaitu warung

makan

3. Pengetahuan tentang syarat sanitasi TP2M yang diketahui oleh pemilik dan karyawan TP2M

warung makan yang dinilai menggunakan kuesioner

4. Perilaku hidup adalah perilaku pemilik dan karyawan TP2M warung makan terutamanya

tentang kebersihan sehingga makanan yang diolah dan dijual berada dalam kondisi bersih

dan selamat dikonsumsi pembeli

39

Page 40: tm bab 1-7

5. Petugas Kesehatan Lingkungan adalah petugas yang ditugaskan untuk melakukan

penyuluhan tentang kesehatan lingkungan pada masyarakat

6. Fungsi penyuluhan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dari pemilik dan karyawan

TP2M tentang syarat sanitasi serta perilaku hidup bersih saat bekerja

7. Penyusunan jadwal kunjungan adalah bertujuan mengoptimalkan penjadwalan kunjungan

inspeksi sanitasi TP2M agar lebih terinci

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :

Lingkup Lokasi : Desa Sidoagung. Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang

Lingkup Waktu : Januari sampai Mei 2013

Lingkup sasaran : Cakupan Tempat Pengolahan dan Penjualan makanan (warung makan)

yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Sidoagung

Lingkup Metode : Wawancara, Kuesioner, Pencatatan dan pengamatan

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi :

Kriteria inklusi adalah pemilik atau pengelola warung makan di Desa Sidoagung

Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang yang tidak memenuhi syarat sanitasi yang bersedia

diwawancara

b. Kriteria Eksklusi :

40

Page 41: tm bab 1-7

Kriteria eksklusi adalah pemilik warung makan di Desa Sidoagung Kecamatan Tempuran

Kabupaten Magelang yang tidak memenuhi syarat sanitasi dan tidak bersedia diwawancara atau

warung makan yang memenuhi syarat sanitasi

BAB VI

HASIL PENELITIAN

A. Data Umum

1. Kondisi Geografi

Desa Sidoagung merupakan pusat dari pemerintahan Kecamatan Tempuran karena Ibu

Kota Kecamatan terletak di wilayah Desa Sidoagung dengan batas desa:

Utara : Desa Girirejo dan Tempuran

Selatan : Desa Sidomulyo(Kecamatan Salaman)

Barat : Desa Growong

Timur : Desa Ringinanom

1.1. Luas wilayah

a. Luas wilayah

Desa Sidoagung 421,7 Ha, yang terbagi menjadi 12 dusun dengan 12 RW dan 58 RT,

meliputi :

41

Page 42: tm bab 1-7

Table 4. Daftar Dusun Wilayah Desa Sidoagung

NO. DUSUN RW RT

1. Dusun Sidomukti 1 1 3

2. Dusun Sidomukti 2 1 3

3. Dusun Panduh 2 10

4. Dusun Meteseh 1 5

5. Dusun Karangsari 1 1 2

6. Dusun Karangsari 2 1 3

7. Dusun Pletukan 1 7

8. Dusun Rejomulyo 1 1 7

9. Dusun Rejomulyo 2 1 4

10. Dusun Singosari 1 1 6

11. Dusun Singosari 2 1 2

12. Dusun Nglarangan 1 7

.

b. Peruntukan Lahan

Table 5. Daftar Peruntukan Lahan Wilayah Desa Sidoagung

NO PERUNTUKAN LUAS (Ha)

1. Pertanian subur 25

2. Pertanian sedang 3,5

3. Pertanian tandus 8,8

4. Irigasi 89,678

5. Perumahan 124

6. Olahraga 118

7. Makam 1,2

8. Tempat ibadah 2,4

9. Industri 37

42

Page 43: tm bab 1-7

10. Pendidikan 3

11. Kesehatan 0,3

Lahan Sawah : 46,2 Ha

Lahan Bukan Sawah : 287,2 Ha

1.2 Jumlah Penduduk

1. Jumlah Kepala Keluarga: 1639KK

2. Jumlah Penduduk Mengikut Jenis Kelamin

a. Laki-laki : 4319 orang

b. Perempuan : 2950 orang

3. Jumlah penduduk Menurut Agama

Agama Islam : 6304 orang

Agama Kristen : 28 orang

Agama Katholik : 7 orang

Agama Hindu : -

Agama Buddha : -

Total : 6339 orang

4. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Table 6. Daftar Mata Pencaharian Penduduk di Desa Sidoagung

NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH

1. PNS 74

2. ABRI/POLRI 15

3. Pensiunan 47

4. Petani 379

5. Swasta 379

6. Pedagang 216

7. Buruh 216

8. Tukang Kayu 60

43

Page 44: tm bab 1-7

1.2. Kondisi Bangunan dan Sarana Prasarana

1. Balai Desa : 1 gedung, luas 750m2

2. Kantor Desa : 1 gedung, luas 450m2

3. Pasar : 1 gedung, luas 1275m2

4. Tempat ibadah

1.4 Kesehatan

Table 7. Sarana Kesehatan di Desa Sidoagung

NO. SARANA JUMLAH

1. Rumah Sakit -

2. Puskesmas 1

3. Puskesmas Pembantu -

4. PKD -

5. Polindes -

6. Bidan 1

7. Apotek -

8. Klinik Kesehatan -

1.5 Pendidikan

Table 8. Sarana Pendidikan di Desa Sidoagung

NO. SARANA JUMLAH

1. Playground 2

2. TK 6

3. SD/MI 4

4. SMP 2

5. SMA -

6. SMK 1

7. PLS (KF, PAKET A, PAKET B, PAKET -

44

Page 45: tm bab 1-7

C)

1.8 Jalan, jembatan dan irigasi

Table 9. Akses Jalan di Desa Sidoagung

NO. SARANA JUMLAH

1. Jalan poros desa 2

2. Jalan lingkungan 3

3. Jembatan desa -

4. Gorong-gorong 8

5. Irigasi desa 1

6. Tetek pintu air -

7. Sumur -

1.10 Perekonomian

a.Industri dan Perdagangan

Table 10 Industri dan Perdagangan di Desa Sidoagung

NO. JENIS JUMLAH

1. Handycraft / pengrajin genting 140

2. Warung / warung makan 216

3. Industri Kayu Lapis 2

4. Toko Besi dan Bangunan 3

5. Depo semen 1

6. Industri perakitan elektronik 1

b. Koperasi

Table 11. Daftar Koperasi di Desa Sidoagung

NO. NAMA JUMLAH

45

Page 46: tm bab 1-7

1. Kapotren AL INAYAH (dusun Nglarangan

)

1

2. Kapotren Membaul Hisan (dusun

Nglarangan )

1

1.11 Jasa

Table 12. Pelayanan Jasa di Desa Sidoagung

NO. SARANA JUMLAH

1. Dokter 1

2. Bengkel mobil 1

3. Bengkel sepeda motor 4

4. Penggilingan padi keliling 4

5. Fotokopi 4

6. Counter HP 7

1.12 Organisasi

1. Pertanian

GAPOKTAN (4 kelompok tani) = 25 orang

2. Potensi Strategis

Desa Sidoagung adalah desa yang merupakan desa industry/ pengrajinan dan juga

desa pertanian dengan omset rata-rata Rp. 1.250.000,-. Sehingga Desa Sidoagung

dikembangkan strategis menjadi desa yang merupakan lintasan lalu lintas regional,

kawasan industri dan desa potensi lahan pertanian dan perkebunan.

B. Kuesioner pengetahuan

46

Page 47: tm bab 1-7

Dilakukan penyebaran kuesioner untuk mencari penyebab masalah tempat

pengolahan dan penjualan makanan (warung makan ) yang tidak memenuhi syarat sanitasi

sehat pada tanggal 6 Julai 2013, kepada 4 responden yang berlokasi di Desa Sidoagung.

Kuesioner terdiri atas pertanyaan mengenai pengetahuan tentang sanitasi pada tempat

pengolahan dan penjualan makanan ( warung makan ).

Kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan yang dibuat untuk mengukur pengetahuan

responden tentang sanitasi pada TP2M ( warung makan ). Untuk setiap pertanyaan dengan

jawaban ya diberi nilai 1, sedangkan tidak diberi nilai 0. Nilai dari jawaban setiap

responden dijumlahkan, kemudian dipersentasekan untuk mengetahui sebesar mana tingkat

pengetahuan responden.

Hasil pengisian kuesioner

Berikut dibawah ini merupakan kuisioner yang ditanyakan kepada 4 warung makan

yang tidak memenuhi syarat di Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten

Magelang.

Nilai yang diharapkan : 1 bila jawaban iya

Nilai yang tidak diharapkan : 0 bila jawaban tidak

Nilai pengetahuan diukur dengan sisten scoring dimana :

Tingkat pengetahuan baik bila skor 70%-100%

Tingkat pengetahuan cukup bila skor 50%-69%

Tingkat pengetahuan kurang bila skor <50%

PENILAIAN:

1. Pondok makan “SALERO” padang

2.Warung makan “BOGA RASA”

3.Warung makan bakso “MORO

47

Page 48: tm bab 1-7

SEKECO”

4.Warung makan “RAOS ECO”

Tabel 13. Hasil Pengisian Kuesioner Pengetahuan Sanitasi TP2M di Desa Sidoagung

No. PERTANYAAN 1 2 3 4

1 Apakah anda mengetahui sumber/ bahan baku boleh

langsung digunakan tanpa dicuci terlebih dahulu?

1 1 1 1

2. Apakah anda mengetahui,dalam proses pengolahan

makanan, panas yang tidak cukup dapat

menyebabkan tumbuhnya kuman penyakit?

1 0 1 1

3. Apakah makanan jadi selalu ditempatkan dalam

keadaan dibungkus atau tertutup misalnya dengan

tudung saji/plastik?

1 0 1 1

4. Apakah Anda boleh memegang, mengambil,

memindah,mencicip makanan matang dengan

tangan?

0 0 0 0

5. Apakah dalam mengolah makanan, faktor orang yang

benar adalah dengan

menggunakan pakaian bersih, kuku, rambut, kumis

dan janggut dipotong pendek dan bersih?

1 1 1 1

6. Setiap orang yang bekerja di tempat pengolahan

makanan terutama yang menggunakan kompor

berbahan bakar kayu/serbuk kayu boleh tidak

0 1 0 0

48

Page 49: tm bab 1-7

memakai masker?

7. Minyak goreng yang sudah berwarna hitam tidak

boleh digunakan berulang kali/ boleh dicampur

dengan minyak goreng yang baru?

1 0 1 1

8. Bila terdapat luka terpotong saat mengiris bahan

makanan, maka luka tidak perlu ditutup dengan

plester, cukup dihisap dengan jari saja sampai darah

tidak keluar lagi?

0 1 1 1

9. Bila batuk atau bersin sebaiknya segera menghindar

atau menjauh dari makanan, bila terpaksa ditutup

dengan saputangan, kertas sekali pakai dan langsung

dibuang?

1 1 1 1

10. Setiap tempat pengolahan makanan harus tersedia

tempat cuci tangan, kamar ganti pakaian dan

wc/kamar mandi yang dijaga kebersihannya

(misalnya bak mandi dikuras minimal 1 minggu

sekali)?

1 0 0 1

11. Tempat mencuci tangan boleh juga untuk tempat

mencuci alat masak sekaligus tempat mencuci alat

makan?

0 1 0 0

12. Peralatan makan atau masak yang telah dipakai

harus dicuci bersih di bawah air mengalir setelah

menggunakan sabun pembersih?

1 1 1 1

49

Page 50: tm bab 1-7

13. Lantai dan dinding boleh tidak dibersihkan secara

rutin dan dan berpengaruh terhadap makanan yang

diproduksi serta kesehatan pekerja?

0 0 0 1

14. Tempat pengolahan makanan harus mendapat

pencahayaan yang cukup dan mempunyai lubang

asap dapur serta harus terhindar dari serangga, tikus

dan hewan lain?

1 1 1 1

15. Limbah cair dari hasil industry tidak boleh dialirkan

langsung ke selokan/sungai?

0 0 0 0

Jumlah 9 8 9 11

PERSENTASE TOTAL (%) 60 53,33 60 73,33

TINGKAT PENGETAHUAN C C C B

Penilaian

Hasil survey mengenai pengetahuan tentang sanitasi dapat disimpulkan bahawa :

1. Pengetahuan pengelola warung makan di Desa Sidoagung masih mencapai nilai mencukupi

dan harus ditingkatkan

50

Page 51: tm bab 1-7

BAB VII

PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil survei penyebab masalah TP2M Warung Makan di Desa Sidoagung,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.

Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 6 juli 2013, kepada 5 TP2M Warung makan

yang berisikan pertanyaan tentang pengolahan, penjualan, penyajian dan penyimpanan bahan

makanan.

B. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem

Berdasarkan pendekatan sistem hal-hal yang menyebabkan muculnya permasalahan

kurangnya cakupan dan pencapaian dari Tempat Pengolahan dan Penjualan Makanan (TP2M)

Warung Makan pada wilayah Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.

Tabel 14. Analisis Penyebab Masalah

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

MAN

(Tenaga Kerja)

1. Tersedianya 1 petugas

sanitarian (petugas

kesehatan lingkungan )

di puskesman

1. Terbatasnya tenaga

kesehatan lingkungan

51

Page 52: tm bab 1-7

MONEY

(Pembiayaan)

Tersedianya bantuan

operasional kesehatan untuk

kegiatan penyuluhan dan

transportasi

METHOD

(Metode)

1. Adanya kunjungan untuk

pengamatan dan wawancara

langsung ke TP2M warung

makan (1x dalam setahun)

2. Sosialisasi kepada pemilik

TP2M mengenai pengolahan

dan penjualan makanan yang

baik serta sanitasi makanan.

2. Belum adanya penyuluhan

khusus secara berkelompok

tentang TP2M warung makan

yang memenuhi syarat sanitasi

3. Belum adanya program

pelatihan untuk penjamah

makanan

4. Kurang optimalnya

sosialisasi kepada pemilik

TP2M mengenai pengolahan

dan penjualan makanan yang

baik serta sanitasi makanan.

MATERIAL

(Perlengkapan)

1. Tersedianya aula Puskesmas

untuk dilakukannya pelatihan

atau penyuluhan.

2. Tersedianya kendaraan

operasional untuk pelaksanaan

inspeksi sanitasi.

MACHINE

(Peralatan)

Tersedianya blanko kuesioner

TP2M

5.Tidak tersedianya poster,

pamflet atau brosur mengenai

TP2M warung makan yang

memenuhi syarat sanitasi

LINGKUNGAN 1. Pemilik TP2M yang

cukup kooperatif ketika

dilakukan kunjungan

6. Kurangnya pengetahuan

dan perilaku para

pemilik/pengelola warung

52

Page 53: tm bab 1-7

2. Tersedianya karyawan

pada masing-masing

warung makan tersebut

makan tentang TP2M yang

memenuhi syarat sanitasi

7. Kurangnya perilaku hidup

bersih dari karyawan TP2M

warung makan.

8. Belum pernah mendapat

pamphlet tentang sanitasi

warung makan

PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN

P1

(perencanaan )

1. Tersedianya program

untuk pendataan

TP2M setahun sekali

9. Kurang optimalnya penyusunan

ulang jadwal inspeksi sanitasi dan

jadwal kadang berbenturan dengan

program kesehatan

P2

( pergerakan dan

pelaksanaan )

1. Terlaksananya pendataan

serta penjadwalan wawancara

dan pengamatan TP2M

khususnya warung makan

10. Penilaian dan pendataan TP2M

masih dilakukan secara acak

sehingga kunjungan masih belum

merata

P3

(Penilaian,

pengawasan,pengendalian)

Terdapatnya pencatatan dan

pelaporan mengenai TP2M.

11. Kurangnya pengawasan dan

evaluasi dari kegiatan yang

dilakukan.

Rekapitulasi penyebab masalah

Berdasarkan analisa pendekatan sistem diatas maka dapat disimpulkan segala hal yang termasuk

kekurangan merupakan penyebab masalah seperti berikut:

53

Page 54: tm bab 1-7

1. Terbatasnya tenaga kesehatan lingkungan

2. Belum adanya penyuluhan khusus secara berkelompok tentang TP2M warung makan yang

memenuhi syarat sanitasi

3. Belum adanya program pelatihan untuk penjamah makanan

4. Kurang optimalnya sosialisasi kepada pemilik TP2M mengenai pengolahan dan penjualan

makanan yang baik serta sanitasi makanan

5. Tidak tersedianya poster, pamflet atau brosur mengenai TP2M warung makan yang

memenuhi syarat sanitasi

6. Kurangnya pengetahuan dan perilaku para pemilik warung makan tentang TP2M yang

memenuhi syarat

7. Kurangnya perilaku hidup bersih dari karyawan TP2M warung makan

8. Belum pernah mendapat pamphlet mengenai sanitasi warung makan

9. Kurang optimalnya penyusunan ulang jadwal inspeksi sanitasi dan jadwal kadang

berbenturan dengan program keshatan lingkungan lain di puskesmas

10. Pendataan dan penilaian TP2M masih dilakukan secara acak sehingga kunjungan masih

belum merata

11. Kurangnya pengawasan dan evaluasi dari kegiatan yang dilakukan

54

Page 55: tm bab 1-7

Gambar 5. Fish Bone

55

1. Kurangnya pengetahuan dan perilaku para pemilik warung makan tentang

TP2M yang memenuhi syarat sanitasi

2. Kurangnya perilaku hidup bersih dari karyawan TP2M warung makan.

3. Pemilik warung belum pernah mendapat pamphlet tentang sanitasi warung

makan

. Kurangnya pengawasan dan evaluasi dari kegiatan yang dilakukan.

MACHINE

Tidak tersedianya poster, pamflet atau brosur

mengenai TP2M warung makan yang

memenuhi syarat sanitasi

PROSES

Kurang optimalnya penyusunan ulang jadwal inspeksi sanitasi dan jadwal kadang berbenturan dengan program kesehatan lingkungan lain di puskesmas seperti rapat petugas

Penilaian dan pendataan TP2M masih dilakukan secara acak sehingga kunjungan masih belum merata

Terbatasnya tenaga kesehatan lingkungan

1.Belum adanya penyuluhan khusus secara berkelompok tentang TP2M

warung makan yang memenuhi syarat sanitasi

2. Belum adanya program pelatihan untuk penjamah makanan

3. Kurang optimalnya sosialisasi kepada pemilik TP2M mengenai pengolahan dan penjualan makanan yang baik serta sanitasi makanan.

INPUT

MAN

MONEY

MATERIAL

METHODE

P1

P3P2

LINGKUNGAN

MASALAH

Skor Pencapaian Program TP2M yang memenuhi syarat

sanitasi di Desa Sidoagung 26,67%

Page 56: tm bab 1-7

56