TITRASI PENETRALAN

23
TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN <!--[if !supportLists]-->I. <!--[endif]-->JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi- alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN <!--[if !supportLists]-->II. <!--[endif]-->TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan asam. <!--[if !supportLists]-->2. <!-- [endif]-->Menentukan kadar NH 3 dalam pupuk ZA <!--[if !supportLists]-->III. <!--[endif]-->DASAR TEORI Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut aA + tT produk dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula mol equivalennya juga berlaku sama. n titran = n analit n eq titran = n eq analit dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan ke dua.

Transcript of TITRASI PENETRALAN

Page 1: TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN <!--[if !supportLists]-->I. <!--[endif]-->JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-

alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

<!--[if !supportLists]-->II. <!--[endif]-->TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan menentukan

(standarisasi) larutan asam.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Menentukan

kadar NH3 dalam pupuk ZA

<!--[if !supportLists]-->III. <!--[endif]-->DASAR TEORI

Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa.

Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode titrimetri

didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut

aA + tT produk

dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk menghasilkan

produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar)

konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol

analitnya begitu pula mol equivalennya juga berlaku sama.

ntitran = nanalit

neq titran = neq analit

dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan ke dua.

Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan

sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan, diantaranya:

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan

kimiawi tertentu dan tidak adanya reaksi sampingan

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar

selesai pada titik ekivalensi. Dengan kata lain konstanta kesetimbangan dari reaksi

tersebut haruslah amat besar besar. Maka dari itu dapat terjadi perubahan yang besar

dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->diharapkan tersedia beberapa metode untuk

menentukan kapan titik ekivalen tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indikator

atau metode instrumental agar analis dapat menghentikan penambahan titran

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga

titrasi dapat dilakukan hanya beberapa menit.

Page 2: TITRASI PENETRALAN

Dalam praktik laboratorium umumnya digunakan larutan dari asam dan basa

dengan konsentrasi yang diinginkan kemudian distandarisasi dengan larutan standar

primer. Reaksi antara zat yang dipilih sebagai standar utama dan asam atau basa harus

memenuhi syarat-syarat untuk analisis titrimetri. Selain itu, standart utama harus

memenuhi karakteristik sebagai berikut:

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan

yang diketahui kemurniannya. Umumnya jumlah total pengotor tidak melebihi 0,01

sampai 0,02 %, dan diuji adanya pengotor dengan uju kualitatif yang diketahui

kepekaannya.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->zat tersebut mudah mengering dan tidak terlalu

higroskopis, hal itu mengakibatkan air akan ikut saat penimbangan. Zat itu tidak boleh

kehilangan berat saat terpapar di udara. Pada umumnya hidrat-hidrat tidak digunakan

sebagai standar utama.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->standar utama sebaiknya memiliki berat ekivalen

tinggi, bertujuan untuk meminimalkan akibat-akibat dari kesalahan saat penimbangan.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->asam basa itu cenderung kuat, yakni sangat

terdisosiasi. Namun, asam basa lemah dapat digunakan sebagai standar utama, tanpa

kerugian yang berarti khususnya ketika larutan standar itu akan digunakan untuk

menganalisis sampel dari asam atau basa lemah.

Contoh bahan standar utama adalah

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->(KHC8H4O4) Kalium hidrogen falat, umumnya dipakai

untuk larutan basa.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->asam sulfamat (HSO3NH2) untuk menstandarisasi

basa kuat

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->kalium hidrogen iodat [KH(IO3)2] untuk larutan basa

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->asam sulfosalisilat untuk larutan basa

<!--[if !vml]-->

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->basa organik tris (hidroksimetil) aminometana

(CH2OH)3CNH3 biasa disebut TRIS atau THAM untuk standarisasi asam

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->natrium karbonat (Na2CO3) untuk standarisasi asam

kuat

Page 3: TITRASI PENETRALAN

Garam ini tersedia dalam bentuk garam murni, bersifat sedikit higroskopis, tetapi

mudah ditimbang. Karbonat tersebut ditritrasi menjadi asam karbonat dengan

indikator metil jingga (trayek pH 3,1-4,4 dari merah ke kuning). Dalam kasus ini berat

equivalennya adalah setengah berat molekulnya yaitu 53,00 gram.

Berbagai zat asam dan basa, baik anorganik maupun organik dapat ditentukan

dengan titrasi asam-basa, diantaranya nitrogen, belerang, boron, karbonat, gugus

fungsi organik, dan lain-lain.

Penentuan nitrogen dilakukan dengan titrasi amonia dengan asam kuat. Jika

amonia terdapat sebagai garam amonia dengan oksidasi -3 amonia dibebaskan dengan

penambahan basa kuat.

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

Sampel tersebut dipanaskan dalam labu destilasi dengan basa berlebih kemudian baru

dititrasi.

<!--[if !supportLists]-->IV. <!--[endif]-->ALAT DAN BAHAN

Alat

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Buret

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Erlenmeyer 250 mL

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Corong

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Neraca analitis

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Statif dan klem

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Pipet gondok

<!--[if !supportLists]-->g. <!--[endif]-->Pro pipet

<!--[if !supportLists]-->h. <!--[endif]-->Labu ukur

<!--[if !supportLists]-->i. <!--[endif]-->Gelas kimia

<!--[if !supportLists]-->j. <!--[endif]-->Tempat klise film

<!--[if !supportLists]-->k. <!--[endif]-->Kaki tiga

<!--[if !supportLists]-->l. <!--[endif]-->Kasa

<!--[if !supportLists]-->m. <!--[endif]-->Spatula

<!--[if !supportLists]-->n. <!--[endif]-->Pipet

<!--[if !supportLists]-->o. <!--[endif]-->Tisu

Bahan

Page 4: TITRASI PENETRALAN

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->HCl

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Air suling (aquades)

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Na2CO3 padatan

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Indikator metil-jingga

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Pupuk ZA

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->NaOH 0,1 N

<!--[if !supportLists]-->g. <!--[endif]-->Indikator metil-merah

<!--[if !supportLists]-->VI. <!--[endif]-->DATA PENGAMATAN

PerlakuanPengamatan

Sebelum Sesudah

Standarisasi titrasi Penetralan

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]--

>Padatan Na2CO3 diencerkan

dengan aquades

Massa = 0,5305 gr Larutan Na2CO3 100mL

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]--

>Larutan dimasukkan dalam

erlenmeyer masing-masing 25mL

Bening Bening

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]--

>+25 aquadesBening Bening

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]--

>+indikator metil jingga 2 tetesBening Oranye keruh

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]--

>Dititrasi dengan HClOranye bening Oranye keruh

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]--

>Diulang sampai tiga kali titrasi

<!--[if !supportLists]--><!--

[endif]-->Percobaan I

<!--[if !supportLists]--><!--

[endif]-->Percobaan II

<!--[if !supportLists]--><!--

[endif]-->Percobaan III

VHCl = 23,4 mL

VHCl = 23,3 mL

VHCl = 23,3 mL

Page 5: TITRASI PENETRALAN

Aplikasi Titrasi Penetralan

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]--

>Menimbang 0,1 gr pupuk ZA + 50

mL NaOH 0,1 N

Padatan putih Bening

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]--

>Dididihkan hingga tidak ada NH3

yang keluar

Bening Bening

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]--

>Didinginkan + 3 tetes metil merahBening Kuning

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]--

>Dititrasi dengan HCl yang sudah

distandarisasi

Kuning Merah jingga

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]--

>Diulang sampai tiga kali titrasi

<!--[if !supportLists]--><!--

[endif]-->Percobaan I

<!--[if !supportLists]--><!--

[endif]-->Percobaan II

<!--[if !supportLists]--><!--

[endif]-->Percobaan III

VHCl = 45,3 mL

VHCl = 45,5 mL

VHCl = 45,0 mL

<!--[if !supportLists]-->VII. <!--[endif]-->DISKUSI DAN PEMBAHASAN

STANDARISASI

Tabel 1

Standarisasi asam klorida (HCl) dengan Natrium Karbonat (Na2CO3)

PercobaanHCl Na2CO3

V (10-3 L) N V (10-3 L) N

I 23,4 0,1070 25 0,1001

II 23,3 0,1074 25 0,1001

III 23,3 0,1074 25 0,1001

Na2CO3 w = 0,5305 gr

V1 = 0,1 L

Page 6: TITRASI PENETRALAN

M = 0,0501 M

n = 1,2513 . 10-3 mol

neq = 2,5026 . 10-3 molek

Standarisasi asam kuat yaitu asam klorida menggunakan natrium klorida karena

zat ini tersedia dalam bentuk garam murni sehingga lebih praktis. Zat ini juga dipilih karena

memenuhi kriteria larutan standart utama dari asam kuat. Natrium karbonat bersifat

sedikit higroskopis, memiliki berat ekivalen yang tinggi dan merupakan basa kuat sehingga

baik untuk titrasi asam kuat. Dalam percobaan digunakan 0,5305 gr natrium karbonat yang

dilarutkan hingga 0,1 L. Berdasarkan persamaan:

diperoleh besarnya konsentrasi larutan adalah 0,1001 N

Larutan ini digunakan untuk menitrasi asam klorida. Dalam titrasi, digunakan

indikator metil jingga karena titrasi ini menghasilkan asam karbonat yang pH-nya berada

pada rentang (3,1-4,4)

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

Titik titrasi akhir ditandai dengan perubahan warna larutan dari oranye bening menjadi

oranye keruh.

Dalam percobaan penggunaan indikator yang sesuai memungkinkan asumsi

bahwa titik akhir titrasi tepat berimpit dengan titik equivalennya sehingga pada titik

equivalen berlaku:

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]--> <!--[if !vml]--><!--[endif]-->

Dari persamaan tersebut dan data yang diperoleh dapat dihitung besarnya

konsentrasi asam klorida adalah 0,1073 N.

APLIKASI

Tabel 2

Data titrasi NH3 dalam pupuk ZA dengan HCl

Perc

HCl NH3 dalam pupuk ZA

V

(10-3 L)

neq

(10-3 molek)

w NH3

(10-3gr)

w ZA

(10-3gr)

mol NH3

(10-3 L)

% w/w NH3

(%)

Page 7: TITRASI PENETRALAN

I 45,3 4,8607 2,3724 0,1 0,1393 2,3724

II 45,5 4,8822 2,0062 0,102 0,1178 1,9669

III 45,0 4,8285 2,9207 0,104 0,1715 2,8084

Untuk mengetahui kandungan NH3 dalam pupuk ZA [(NH4)2SO4] digunakan asam

kuat HCl (asam klorida) sebagai larutan standart. Dalam prosedurnya digunakan basa kuat

natrium hidroksida (NaOH) berlebih untuk membebaskan amonia.

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

Gas amonia yang dihasilkan dibebaskan dengan pemanasan sisa basa yang belum

bereaksi dengan ion amonium <!--[if !vml]--><!--[endif]--> dititrasi dengan asam klorida.

Pada analisis ini digunakan indikator metil merah hingga warnanya berubah dari kuning

menjadi merah jingga.

Untuk menghitung kandungan NH3 dalam pupuk ZA digunakan rumus:

molek NaOH sisa = molek HCl bereaksi

karena molek NH3 = mol NaOH bereaksi

Sehingga,

Mol NH3 = mol NaOH mula-mula – mol NaOH sisa

Kemudian dicari % NH3 yang terdapat dalam pupuk ZA menggunakan rumus:

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

Dari persamaan tersebut dan dari data yang diperoleh, dapat dihitung besarnya

kandungan NH3 dalam pupuk ZA adalah 2,4249 %.

<!--[if !supportLists]-->VIII. <!--[endif]-->KESIMPULAN

Jadi untuk menentukan (standarisasi) asam klorida (HCl) dengan natrium karbonat

(Na2CO3) adalah dengan menitrasi larutan baku Na2CO3 dengan larutan HCl hingga tiga kali

menggunakan indikator metil jingga, sehingga dapat diketahui konsentrasi rata-rata larutan

HCl, yaitu 0,107 N. Dan untuk menentukan kadar NH3 dalam pupuk ZA yaitu dengan

melarutkan pupuk ZA dengan NaOH lalu dididihkan hingga NH3 tidak ada, kemudian

dititrasi dengan HCl standard menggunakan indikator metil-merah hingga oerubahan

warna. Titrasi ini dilakukan hingga tiga kali, sehingga kadar NH3 dalam pupuk ZA dapat

diketahui, yaitu 2,4249 %.

<!--[if !supportLists]-->IX. <!--[endif]-->TUGAS / JAWABAN PERTANYAAN

Page 8: TITRASI PENETRALAN

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Mengapa pada pembuatan larutan NaOH

harus memakai air yang sudah dididihkan?

Jawab:

Tujuan menggunakan air yang mendidih yaitu untuk menghindari ledakan, sebab

reaksi logam alkali (Na) bersifat eksoterm. Dan juga logam alkali (Na) mudah

bereaksi dengan air. mudah bereaksi dengan air.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Apakah beda antara:

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->larutan baku dan larutan standar?

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->asidimetri dan alkalimetri?

Jawab:

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->larutan baku: dimana larutan itu

konsentrasinya diketahui dari hasil penimbangan dan

pengenceran, konsentrasi ditentukan dari hasil perhitungan

larutan standar: dimana larutan itu konsentrasinya sudah ditetapkan dengan

akurat.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->asidimetri : dimana menitrasi larutan

menggunakan larutan baku asam

alkalimetri : dimana menitrasi larutan menggunakan larutan baku basa.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Berikan alasan penggunaan indikator pada

titrasi di atas!

Jawab:

Pada titrasi antara HCl dengan Na2CO3 menggunakan indikator metil-jingga karena

titrasi tersebut antara asam kuat dengan basa lemah yang memiliki rentang pH 3,1-

4,4. Pada umumnya indikator digunakan untuk menentukan titik equivalen atau titik

akhir titrasi tepat pada pH tertentu.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->1,2 gram sampel NaOH dan Na2CO3 dilarutkan

dan dititrasi dengan 0,5N HCl dengan indikator pp. setelah penambahan 30 mL

HCl larutan menjadi tidak berwarna. Kemudian indikator metil jingga

ditambahkan dan dititrasi lagi dengan HCl. Setelah penambahan 5mL HCl

larutan menjadi berwarna. Berapa prosentase Na2CO3 dan NaOH dalam sampel?

Jawab:

Diketahui: gr NaOH dan Na2CO3 = 1,2 gr

Page 9: TITRASI PENETRALAN

NHCl = 0,2 N

V1 HCL = 30 mL

V2 HCl = 5 mL

Ditanya : kadar Na2CO3 dan NaOH dalam sampel ?

Jawab :

Pada campuran : NaOH + Na2CO3 , jika V1>V2

mmol NaOH = M (V1-V2)

mmol Na2CO3 = M. V2

<!--[if !supportLists]-->◙ <!--[endif]-->Kadar Na2CO3

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

mmol Na2CO3 = M.V2

= 0,2 . 5

= 1 mmol

= 0,01 mol

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->◙ <!--[endif]-->Kadar NaOH

Mmol NaOH = M (V1 . V2)

= 0,2 . (30-5)

= 0,2 . 25

= 5 mmol

= 0,005 mol

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Pada pH berapa terjadi perubahan warna

indikator pp?

Jawab:

Pada rentang pH 8,0-9,6

<!--[if !supportLists]-->X. <!--[endif]-->DAFTAR PUSTAKA

Page 10: TITRASI PENETRALAN

Day. R.A Underwood. A.L. 1986. Quantitative Analysis (fifth ed.).New York: Prentice Hall.

(Terjemahan oleh A. Hadyana. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif (ed. Ke 5).Jakarta:

Erlangga)

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar (cetakan kedua). Jakarta: PT. Gramedia.

Setiono, L dan Hadyana, P.A. 1985. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro

dan Sentrimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka (terjemahan dari Svehla, G).

Tim penyusun: 2006. Panduan Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik. Unesa: Unipress.

LAMPIRAN

PERHITUNGAN

<!--[if !supportLists]-->◙ <!--[endif]-->Standarisasi

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

Dititrasi dengan HCl 3 kali : - percobaan I : VHCl = 23,4 mL

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]--

>percobaan II : VHCl = 23,3 mL

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]--

>percobaan III : VHCl = 23,3 mL

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Percobaan I

N Na2CO3 . V Na2CO3 = N HCl . V HCl <!--[if !vml]--> <!--[endif]-->

10,0094.10-2 . 25 = N HCl . 23,4

250,235.10-2 = NHCl . 23,4

N HCl = 0,1069 N

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Percobaan II

N Na2CO3 . V Na2CO3 = N HCl . V HCl <!--[if !vml]--> <!--[endif]-->

10,0094.10-2 . 25 = N HCl . 23,3

250,235.10-2 = NHCl . 23,3

N HCl = 0,1074 N

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Percobaan II

N Na2CO3 . V Na2CO3 = N HCl . V HCl <!--[if !vml]--> <!--[endif]-->

10,0094.10-2 . 25 = N HCl . 23,3

250,235.10-2 = NHCl . 23,3

Page 11: TITRASI PENETRALAN

N HCl = 0,1074 N

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->◙ <!--[endif]-->Aplikasi

Dititrasi dengan HCl 3 kali : - percobaan I : VHCl = 45,3 mL

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]--

>percobaan II : VHCl = 45,5 mL

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]--

>percobaan III : VHCl = 45,0 mL

mol NaOH mula-mula = 0,1 X 50 mL = 5 mmol

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Percobaan I

mol NaOH sisa = mol HCl

= 45,3 X 10,7244.10-2

= 4,8582.10-3 mol

= 4,8582 mmol

Mol NH3 = nNaOH mula-mula – nNaOH sisa

= 5 – 4,8582

= 0,1418 mmol

gr NH3 = mol NH3 . Mr

= 0,14180 . 17,03061

= 2,4149.10-3 mmol

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Percobaan II

mol NaOH sisa = mol HCl

= 45,5 X 10,7244.10-2

= 4,8796.10-3 mol

= 4,8796 mmol

Mol NH3 = nNaOH mula-mula – nNaOH sisa

= 5 – 4,8796

Page 12: TITRASI PENETRALAN

= 0,1204 mmol

gr NH3 = mol NH3 . Mr

= 0,1204 . 17,03061

= 2,0505.10-3 mmol

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Percobaan II mol NaOH sisa = mol HCl

= 45,0 X 10,7244.10-2

= 4,826.10-3 mol

= 4,826 mmol

Mol NH3 = nNaOH mula-mula – nNaOH sisa

= 5 – 4,826

= 0,174 mmol

gr NH3 = mol NH3 . Mr

= 0,174 . 17,03061

= 2,9633.10-3 mmol

Asidi ALKaLiMeTRiSalah satu analisis titrimetri yang melibatkan asam basa adalah asidi alkalimetri.

Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-

reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri sangat perlu untuk

dipelajari..

<!--[if !supportLists]--> Salah satu dari empat golongan utama dalam

penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan

alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena

hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam

standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang

berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri).

Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan

akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).

Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam

suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan

Page 13: TITRASI PENETRALAN

larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung

ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi.

Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:

<!--[if !supportLists]-->1.Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah

dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC).

<!--[if !supportLists]-->2.Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga

sesatan penimbangan dapat diabaikan.

<!--[if !supportLists]-->3.Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia

digunakan.

<!--[if !supportLists]-->4.Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-

uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat

pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).

<!--[if !supportLists]-->5.Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan

praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan

dengan cermat dengan eksperimen.

<!--[if !supportLists]-->6.Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan;

kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula

dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini

harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.

Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogen

iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa

digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat

yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah

ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar primer (Basset, J, 1994).

Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut

titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau

titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu

perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan

standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih

lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai

indikator (Basset, J, 1994).

Page 14: TITRASI PENETRALAN

Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya

mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Keenan, 2002).

Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak

terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa

fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena

anionnya (Day, 1981).

Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam

suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan

warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa

lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan

warna merah dari ion-ionnya (Day, 1981).

Campuran karbonat dan hidroksida, atau karbonat dan bikarbonat, dapat

ditetapkan dengan titrasi dengan menggunakan indikator fenolphtalein dan jingga

metil (Day, 1981).

Biasanya ion karbonat dititrasi sebagai suatu basa dengan suatu asam kuat

sebagai titran, dalam hal mana akan diperoleh dua patahan yang cukup nyata, yang

berpadanan dengan reaksi :

<!--[if gte vml 1]&gt; &lt;![endif]--><!--[if !vml]--><!--[if !vml]--> <!--

[endif]--> CO32- + H3O+ HCO3

- + H2O

<!--[if gte vml 1]&gt; &lt;![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--><!--[if gte vml

1]&gt; &lt;![endif]--><!--[if !vml]--> <!--[endif]--> HCO3- + H3O+ H2CO3

- + H2O

*** for the hardest n user who wants most n more, please read:

Bassett, J. dkk., 1991, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Day, RA dan A.L Underwood, 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.Keenan, Charles W. dkk., 1991, Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid I, Erlangga, Jakarta.Tim Penyusun, 1979. Farmakope Indonesia Ed. III. Depkes RI. Jakarta.Tim Penyusun, 1995. Farmakope Indonesia Ed.IVI. Depkes RI. Jakarta.

*Menunggu info tambahan Mode:on ANALISIS KUANTITATIF : ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRITitrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknown). Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi

Page 15: TITRASI PENETRALAN

melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 1998: 422-423).Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999 : 217-218).Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu denga memekai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dala titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 1999 : 428).Suatu proses didalam laboratorium untuk mengukur jumlah suatu reaktan yang bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan lainnya, dimana reaktan pertama ditambahkan secara kontinu ke dalam reaktan kedua disebut titrasi. Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan reaktan yang ditambahkan titrant kedalamnya disebut titree. Didalam beberapa titrasi, titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya titrat telah cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titree. Salah satu masalah tekhnis dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang untuk mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke titik ekivalen. Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder, 1996 : 597-599).Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar pH, akan tetapi perlu kita ketahui juga berapa banyak asam atau basayang terdapat didalam sampel. Sebagai contoh, seorang ahli kimia lingkungan mempelajari suatu danau dimana ikan-ikannya mati. Dia harus mengetahui secara pasti seberapa banyak asam yang terkandung dalam suatu sampel air danau tersebut. Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut tirant dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri. Pada titik tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan OH- yang ditambahkan sebagai titrant adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau H3O+ yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air. Larutan tersebut adalah asam apabila ion asam yang terkandung didalamnya, dan basa apabila ion basa yang terkandung didalamnya (Atkins, 1997 : 550).Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997 : 636).Misalkan kita ingin menentukan molaritas dari suatu larutan HCl yang tidak diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi HCl tersebut melalui suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita menetralisasi suatu asam dengan suatu basa yang telah diketahui konsentrasinya. Pada titrasi, pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang

Page 16: TITRASI PENETRALAN

volumenya telah ditentukan ke dalam suatu flask. Dan tambahkan beberapa tetes indikator seperti penolftalein, kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolftalein tidak berwarna. Kemudian, buret kita isi dengan larutan NaOH yang konsentrasinya telah diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke asam pada flask. Kita bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika penolftalein dalam larutan berubah warna menjadi merah muda. Ini disebut titik akhir netralisasi. Dari volume yang ditambahkan dan molar NaOH, kita dapat menentukan konsentrasi asam (Timberlake, 2004 : 354-355).DAFTAR PUSTAKAAtkins, Peter and Jones Lorette. 1997. Chemistry Molecules and Canges, 3rd Ed. NewYork: W. H. Freeman and Company.Brady, James E. 1999. Kimia Universutas Asas dan Struktur. Jakarta: BinarupaAksaraKeenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.Petrucci, Ralph H and Willias S. Harwood. 1997. General Chemistry. New Jersey:Prentice Hall.Snyder, Milton K. 1996. Chemistry Structure and Reaction. New York: Holt, RinehartAnd winston. Inc.Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung ITB.Timberlake, Karen C. 2004. General, Organic and Biological Chemistry Structure OfLife. San Fransisco: Pearson Benjamin Cummings.