TITRASI KOMPLEKSOMETRI.docx

12
Praktikum Kimia Analitik TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO 3 NAMA : NI MADE RAI NOVI KARTIKA NIM : P07134011018 JURUSAN : ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR JLN. SANITASI NO.1 SIDAKARYA

Transcript of TITRASI KOMPLEKSOMETRI.docx

Page 1: TITRASI KOMPLEKSOMETRI.docx

Praktikum Kimia Analitik

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Standarisasi EDTA dengan CaCO3

NAMA : NI MADE RAI NOVI KARTIKA

NIM : P07134011018

JURUSAN : ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR

JLN. SANITASI NO.1 SIDAKARYA

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Page 2: TITRASI KOMPLEKSOMETRI.docx

I. TUJUANa. Mahasiswa diharapkan dapat membuat larutan baku EDTA 0,01 M yang diperlukan

untuk titrasi.b. Mahasiswa dapat melakukan pembakuan EDTA dengan larutan CaCO3.c. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kadar CaCO3, Ca dan Mg pada sampel air.

II. TEORITitrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan

kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :

Ag+ + 2 CN-  Ag(CN)2

Hg2+ + 2Cl-  HgCl2

Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O(Khopkar, 2002).

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilena diamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.(Rival, 1995).

Prinsip dan dasar reaksi dalam penentuan ion-ion logam titrasi komleksometri umumnya digunakan komplekson III (EDTA) sebagai zat pembentuk kompleks khelat, dimana EDTA bereaksi dengan ion logam yang polivalen seperti Al+3, Bi+3, Ca+3, dan Cu+3 membentuk senyawa atau kompleks khelat yang stabil dan larut dalam air.(Tim Pengajar Matakuliah Kimia Analitik, 2012)

Titik akhit titrasi tersebut dideteksi dengan menggunakan suatu pewarna indicator. Pewarna tersebut ditambahkan ke larutan logam pada awal titrasi dan membentuk kompleks berwarna dengan sedikit logam. Tetesan pertama pada kelebihan

Page 3: TITRASI KOMPLEKSOMETRI.docx

EDTA menyebabkan kompleks ini pecah , menghasilkan perubahan warna (David G. Waston, 2010).

III. PRINSIP KERJABila EDTA ditambahkan ke dalam suatu larutan dari kation logam tertentu, maka

akan membentuk kompleks khelat yang mudah larut. Bila sejumlah kecil zat warna seperti Eriochrom Balck T. atau Calmigite ditambahkan pada larutan menjadi merah anggur. Apabila EDTA ditambahkan pada larutan tersebut, kalsium dan magnesium akan dikomplekskan, maka larutan berubah dari merah anggur menjadi biru, menandakan titik akhir titrasi. Untuk menghasilkan titik akhir titrasi yang baik diperlukan adanya ion magnesium.

Ketajaman titik akhir titrasi meningkat dengan bertambahnya pH. pH 10,0 ± 0,1 adalah pH yang memberikan hasil yang memuaskan. Batas waktu 5 menit dimaksudkan untuk mengatur lamanya titrasi guna memperkecil kemungkinan pengendapan CaCO3.

IV. ALAT DAN BAHANIV.1 ALAT:

a. Buret 50 mLb. Pipet 10 mLc. Labu takar 500 & 250 mLd. Beaker glass 100 & 250 mL e. Spatulaf. Batang pengadukg. Ball pipeth. Neraca analitiki. Kaca arlojij. Corongk. Kompor listrikl. Asbes

IV.2 BAHAN:a. Larutan EDTAb. Larutan daparc. Indikator Eichrime Balck T (EBT)d. Serbuk kalsium karbonat (CaCO3)e. NaOH 1 Nf. Indikator murexidg. HClh. Aquadesi. NH4OH 3N

V. CARA KERJAA. Prosedur Titran Baku EDTA 0,01M

Page 4: TITRASI KOMPLEKSOMETRI.docx

1,86 g dinatrium etilen diamine tetra asetat (EDTA) (p.a) dilarutkan dalam air suling dan encerkan sampai 500 mL.

B. Larutan Baku Kalsium (CaCO3)1. 0,25 g serbuk kalsium karbonat (CaCO3) anhidrat (baku primer atau reagen

khusus yang rendah kandungan logam berat, alkali dan magnesiumnya) ditimbang dalam labu Erlenmeyer 500 mL.

2. Corong ditempatkan pada leher labu dan HCl (1:1) ditambahkan sedikit demi sedikit demi sedikit semua (CaCO3) larut.

3. Ditambahkan 250 Ml air suling dan didihkan beberapa menit untuk mengusir CO2.

4. Didinginkan dan ditambahkan beberapa tetes indikator NH4OH 3N atau HCl (1:1) secukupnya sampai larutan berwarna jingga.

5. Dilarutan dipindahkan secara kuantitatif ke dalam gelas ukur 250 mL dan diencerkan sampai 250 mL.1 mL = 1,00 mg CaCO3

C. Larutan DaparDilarutkan 1,17 g dinatrium dari etilen diamin tetra asam asetat dihidrat (p.a) 780 mg magnesium sulfat (MgSO4.7H2O) dalam 50 mL air suling. Larutan ini ditambahkan 16,9 g Ammonium klorida (NH4Cl) dalam 143 mL ammonium hidroksida (NH4OH) pekat, sambil diaduk dan di encerkan sampai 250 mL air suling.

D. Pembuatan Indikator EBT1. Ditimbang 0,5 g EBT2. Ditimbang 100 g NaCl3. Digerus keduanya sampai homogen

E. Pembuatan Indikator Murexid1. Ditimbang 100 g NaCl2. Ditimbang 0,2 g murexid3. Digerus keduanya sampai homogen

F. Prosedur Standarisasi EDTA 0,01 M1. Dipipet 10 mL larutan CaCO3

2. Ditambahkan 1 – 2 mL larutan dapar, cek pH 10,0 ± 0,13. Ditambahkan indikator Eriochrom Balct T (EBT) sepucuk ujung sendok lalu

dikocok.4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01M sampai terjadi perubaha warna merah

anggur menjadi warna biru.

Page 5: TITRASI KOMPLEKSOMETRI.docx

G. Penentuan kadar CaCO3 dalam air bersih1. Dipipet 50 mL contoh air dalam Erlenmeyer2. Tambahkan 1-2 mL larutan dapar3. Tambahkan 2 tetes larutan indicator atau sejumlah kecil serbuk kering indicator

dan kemudian homogenkan.4. Ditambahkan ttitran EDTA dengan pelahan-lahan, dengan mengocok terus

menerus sampai hilang warna kemerahan5. Tambahkan beberapa tetes terakhir dalam interval jarak waktu antara 3-5 detik6. Pada titik akhir titrasi larutan akan berwarna biru.

H. Penentuan kadar Ca dan Mg pada air bersih1. Dipipet 50 mL sampel air dan dimasukan dalam Erlenmeyer 250 mL.2. Kemudian ditambahkan 2 mL NaOH 1 N .3. Selanjutnya ditambahkan indicator murexid sebanyak sepucuk sendok.4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 N.5. Kemudian dihitung kadar Ca dan Mg pada sampel air bersih.

VI. HASIL PENGAMATANPERHITUNGAN:

Hasil Titrasi I:V1 = 8,9 mLV2 = 9 mLV3 = 11,2 mLV. total = 29,1 mL

V . rata−rata=V .total3

¿ 29,1mL3

= 9,7 mL

Kadar CaCO3

Molaritas CaCO3=gramMr

×1000

V

¿ 0,25100

×1000250

¿ 0,25100

× 4

¿ 1100

¿0,01 M

Kadar EDTA

Page 6: TITRASI KOMPLEKSOMETRI.docx

+

+

V1 × M1 = V2 × M2

10 × 0,01 = 9,7 × M2

M 2=0,19,7

M2 = 0,01 M

Hasil Titrasi II:Titrasi I : 2,6 mL

Titrasi II : 2,3 mL

: 4,9 mL

Volume titrasi rata-rata : 2,45 mL

Penentuan Kadar CaCO3 Pada Sampel Air

AxBx 1000mLContoh

=2,45 x1,03 x100050 mL

= 50,47 mg/L

A = Volume titrasi untuk contoh (mL)

B = mg CaCO3 yang setara 1,00 mL titran EDTA

Hasil Titrasi III:Titrasi I :1,1mL

Titrasi II : 1,0 mL

: 2,1 mL

Volume titrasi rata-rata : 1,05 mL

Penentuan kadar Ca dan Mg Pada Sampel Air

Kadar Ca = Vol. Titrasi x B x

40100

x1000

mLconto h

= 1,05 mL x1,03 x

40100

x 1000

50 mL

= 8,652 mg/L

Kadar Mg = ( titrasikesada han−titrasiCa ) x 24,3

100x B x 1000

mLconto h

Page 7: TITRASI KOMPLEKSOMETRI.docx

= (2,45−1,05 ) x 24,3

100x 1,03 x1000

50 mL

= 7,008 mg/L

B = mg CaCO3 yang setara 1,00 mL titran EDTA

VII. PEMBAHASANTitrasi kompleksometri, seperti dijelaskan pada bagian dasar teori, merupakan

titrasi berdasarkan pembentukan ion kompleks antara bahan yang dianalisis dan titran. Pada percobaan ini, titran yang digunakan adalah EDTA. Hal yang pertama dilakukan adalah standardisasi EDTA. Larutan EDTA yang sebelumnya telah dibuat dengan menlarutkan 1,86 g dinatrium etilen diamine tetra asetat dihidrat dengan 500 mL aquades, distandarisasi menggunakan larutan CaCO3 0.01M. Kadar EDTA ini perlu dicari karena nantinya larutan ini akan digunakan sebagai larutan standar dalam pengukuran kadar CaCO3 dalam air bersih.

EDTA sangat mudah larut dengan air sehingga akan mengandung jumlah air yang tidak tentu di dalamnya. Air yang terkandung dalam EDTA tersebut mengandung ion-ion logam polivalen yang dapat mempengaruhi konsentrasi EDTA. EDTA distandardisasi menggunakan larutan baku primer CaCO3 dan indikator Eriochrom Black T. Reaksi yang terjadi juga menghasilkan ion H+. Oleh sebab itu, standardisasi EDTA disertai dengan penambahan buffer pH 10, dimana reaksi akan lebih sempurna jika terjadi pada pH tinggi.

Adapun proses stadarisasinya yaitu sebagai berikut, larutan EDTA dimasukan ke dalam buret 50 ml sedangkan CaCO3 0,01 M dimasukan sebanyak 10 ml ke dalam Erlenmeyer dengan menggunakan pipet volume dan ditambahkan dengan 1 mL larutan buffer lalu masukan indikator Eriochrom Black T (EBT) sepucuk ujung sendok. Indikator Eriochrom Black T (EBT) ini akan menghasilkan warna merah anggur pada larutan. Saat melakukan standarisasi kran pada buret dalam kondisi terbuka sedangkan Erlenmeyer yang telah diisi CaCO3 0,01M sebanyak 10 ml berada pada ujung bawah buret untuk menampung larutan yang menetes dari buret. Pada saat titrasi berlangsung kran pada buret di atur agar larutan EDTA yang keluar tidak terlalu cepat maupun terlalu lambat. Sambil mentitrasi Erlenmeyer digoyang-goyangkan secara perlahan hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru. Perubahan warna menandakan bahwa titrasi yang dilakukan telah mencapai titik ekuivalen. Sehingga didapat konsentrasi EDTA yaitu 0,01 M.

Pada pengukuran kandungan CaCO3 dalam sampel air prosesnya hampir sama seperti pada proses pembakuan CaCO3 hanya saja yang dimasukan ke dalam Erlenmeyer adalah sampel air. Volume sampel yang dimasukan sebanyak 50 mL dan selanjutnya diperlakukan sama seperti pada pembakuan CaCO3. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna larutan titran dari merah anggur menjadi biru. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali untuk memperoleh hasil pengukuran diplo. Pada

Page 8: TITRASI KOMPLEKSOMETRI.docx

percobaan ini diperoleh volume titrasi rata-rata 2,45 mL dan dari hasil perhitungan menunjukan bahwa kadar CaCO3 dalam sampel air adalah sebesar 50,47 mg/L.

Untuk penentuan kadar Ca dan Mg titrasi yang dilakukan juga hampir sama namun indikatornya diganti menjadi murexid sehingga harus ditambahkan dengan NaOH sehingga pH-nya tinggi. Penambahan ini bertujuan untuk menjadikan larutan memiliki kisaran pH 12 – 13 sehingga proses titrasi dilakukan pada keadaan basa. Titik ekuivalen tercapai ketika terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi merah anggur. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali untuk mendapatkan hasil diplo. Dari percobaan ini didapatkan volume titrasi rata-rata sebesar 1,05 mL. Setelah dimasukan ke dalam perhitungan didapatkan kadar Ca dalam sampel air sebesar 8,652 mg/L. untuk penentuan Mg tidak perlu lagi dilakukan titrasi, sebagai penggantinya hasil titrasi untuk penentuan kadar Mg diperoleh dari pengurangan volume titrasi II dikurangi dengan volume titrasi III sehingga didapatkan volume 1,4 mL. Dari hasil perhitungan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa kadar Mg pada sampel air tersebut sebesar 7,008 mg/L.

VIII. SIMPULAN1. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan

kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).2. Standarisasi larutan EDTA dilakukan melalui titrasi menggunakan larutan CaCO3

0,01M sebanyak 10 mL sebagai larutan bakunya.3. Titrasi standarisasi larutan EDTA dihentikan setelah terjadi perubahan warna

indikator Eriochrom Black T (EBT) dari merah anggur menjadi biru.4. Konsentrasi EDTA yang di diperoleh melalui standarisasi adalah 0,01M.5. Titrasi penentuan kadar CaCO3, Ca dan Mg menggunakan indikator murexid, titik

akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari merah muda menjadi merah anggur.

6. Hasil perhitungan kandungan CaCO3, Ca dan Mg pada sampel air:a. Kadar CaCO3 dalam sampel air adalah sebesar 50,47 mg/L.b. Kadar Ca dalam sampel air 8,652 mg/L.c. Kadar Mg dalam air sampel 7,008 mg/L.

IX. SARANPraktikum yang telah dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2012 mengalami

banyak kendala terutama pada penyediaan alat dan prosedur praktikum. Laboratorium yang digunakan kurang memadai untuk melakukan praktikum, sehingga dalam pengerjaanya sebagian besar mahasiswa tidak ikut berpartisipasi dalam praktikum. Kesiapan mahasiswa juga perlu ditingkatkan, disamping pemberian buku panduan praktikum pembimbing diharapkan untuk memberikan penjelasan sebelum praktikum dimulai sehingga mahasiswa menjadi lebih paham.

X. DAFTAR PUSTAKA

Page 9: TITRASI KOMPLEKSOMETRI.docx

Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif

Anorganik. Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

http://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/04/kompleksometri/

http://worldofandika.blogspot.com/2010/06/kelatometri.html

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kompleksometri/

standarisasi-larutan-edta-dengan-larutan-cacl2/

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Rival, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia . UI Press. Jakarta.

Denpasar, 15 Februari 2012

Praktikan

(Ni Made Rai Novi Kartika)