tipus
-
Upload
galuh-panji-rakasiwi -
Category
Documents
-
view
38 -
download
2
Transcript of tipus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Komposisi Gypsum
Gypsum merupakan mineral yang ditambang dari belahan dunia. Gypsum juga
merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimiawi gypsum yang ditujukan
untuk kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4. 2H2O) murni. ( Kenneth J.
Anusavice, 2004 : 155).
Gypsum sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis gypsum dental secara umum sebelum
diklasifikasikan yaitu : Plaster dan stone gigi. Kandungan utama plaster dan stone gigi adalah
kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2. H2O atau CaSO4. ½ H2O. bergantung pada metode
pengapuran bentuk hemihidrat yang berbeda dapat diperoleh. Bentuk ini disebut α-hemihidrat
dan β-hemihidrat. Adanya penulisan α-hemihidrat dan β-hemihidratini menurut kandungan
mineral yang ada didalamnya. ( Kenneth J. Anusavice, 2004 : 156).
Produk gipsum yang digunakan di kedokteran gigi dibentuk dengan mengeluarkan air
pada proses kristalisasi dari gipsum untuk membentuk kalsium sulfat hemihidrat.
Gipsum → Gipsum product + water
2CASO4·2H2O → (CaSO4)2·H2O + 3H2O
Kalsium sulfat → Kalsium sulfat
dihidrat hemihidrat
Penggunaan gipsum di kedokteran gigi berkebalikan dengan reaksi diatas. Hemihidrat
dicampur dengan air dan akan membentuk dihidrat: 2
(CaSO4)2.H2O+3H2O → 2CaSO4.2H2O
II.2 Syarat Dental Gypsum
Dalam bidang kedokteran gigi sebuah gypsum harus memiliki syarat-syarat tertentu
sehingga dapat digunakan untuk menjadi dental gypsum. Syarat-syarat dental gypsum (Fairhurst
CW, 1960)
Sifat-sifat mekanis, harus kuat, sehingga mengurangi kemungkinan rusak oleh
karena kecerobohan, terutama bagian gigi dari model
Sanggup memproduksi detail halus dan batas-batas yang tajam
Dimensional cukup akurat dan stabil, hendaknya menunjukkan perubahan
dimensi yang sangat kecil sewaktu setting dan hendaknya cukup stabil
Kompatibel dengan bahan cekat ; hendaknya tidak terjadi interaksi antara
permukaan cetakan dan bahan model atau die
Memiliki perbedaan warna yang jelas dengan bahan lain yang dipergunakan.
Misalnya bahan inlay dan porselen
Ketahanan terhadap abrasi untuk mencetak model studi untuk restorasi
Tidak mudah tergores saat melakukan ukir malam
Murah dan mudah digunakan
Aman dan ramah lingkungan
II.3. Tipe, Sifat, dan Kegunaan Dental Gypsum
Menurut Anusavice (2004) dental gypsum dapat diklasifikasikan menjadi berikut:
1. Impression plaster ( tipe I )
Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan untuk mengatur waktu
pengerasan dan ekspansi pengerasan. Impression plaster sekarang jarang digunakan
dalam bidang kedokteran gigi dan bahan ini digantikan dengan bahan yang tidak terlalu
kaku dan material elastik impression.
2. Model plaster (tipe II)
Plaster model ini sekarang digunakan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa bila
ekspansi pengerasan tidaklah penting dan kekuatan cukup. Biasanya berwarna putih
alami, jadi terlihat kontras dengan stone yang pada umumnya berwarna.
3. Dental stone (tipe III)
Dental stone ideal untuk pembuatan model dari full atau partial denture, model ortodonsi
dan lain-lain. Dental stone secara tradisional berwarna kuning atau putih.
4. Dental stone,high strength (tipe IV)
Material tipe IV ini sering digunakan sebagai die stones karena cocok untuk pembuatan
pola dari malam dalam cast restoration. Untuk memeroleh sifat ini, digunakandari jenis
densite serta daerah permukaan yang lebih kecil menghasilkan sifat tersebut tanpa
menyebabkan pengentalan adukan.
5. High strength, high expansion dental stone (tipe V)
Tambahan dalam klasifikasi ADA untuk material ini berkembang atas respon untuk
memenuhi kebutuhan akan kekuatan dan ekspansi gips yang lebih tinggi dibanding dental
stone. Material ini berwarna biru atau hijau,dan paling banyak membutuhkan biaya
dibandingkan semua produk gips.
Kemudian Combe (1992) dalam bukunya yang berjudul Notes of Dental Materials atau
Sari Dental Material menyatakan bahwa dental gypsum juga memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Ketepatan
- Sangat baik dalam mencatat detil-detil halus
- Perubahan dimensi sewaktu setting sangat kecil
- Bila terdapat undercut, cetakan gips akan pecah sewaktu dikeluarkan dari mulut
- Perubahan dimensi selama penyimpanan cetakan gips adalah kecil meskipun ada
sedikit kontraksi karena pengeringan
- Sebelum diisi dengan model gips cetakan harus diberi bahan separasi
b. Sifat-sifat lainnya
- Bahan cetak gips bersifat nontoksis
- Waktu setting bila dikontrol dengan menggunakan bahan tambahan yang tepat
II. 4 Faktor yang mempengaruhi setting time, setting expansion, dan porous
Tahap setting reaksi dari dental gipsum dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Hemihidrat dicampur dengan air, terbentuk suatu suspensi cair dan dapat dimanipulasi.
2. Hemihidrat larut terus hingga terbentuk larutan yang jenuh
3. Larutan jenuh dari hemihidrat ini akan membentuk gumpalan dihidrat yang diendapkan.
4. Terbentuk kristal baru, reaksi terus berlanjut sampai selesai.
Reaksi yang terjadi di atas termasuk reaksi reversible dan eksoterm dan dapat digambarkan
sebagai berikut (Anusavice, 2003, hal 259).
(CaSO4)2.H2O + 3H2O 2CaSO4.2H2O + panas
Ekspansi massa gipsum dapat dideteksi selama perubahan dari partikel hemihidrat
menjadi partikel dihidrat. Setting expansion dapat dijelaskan berdasarkan mekanisme kristalisasi.
Proses kristalisasi digambarkan sebagai suatu pertumbuhan kristal – kristal dihidrat dari nukleus,
yang saling berikatan satu dengan yang lainnya. Bila proses ini terjadi pada ribuan kristal –
kristal selama pertumbuhan, suatu tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi dan menghasilkan
ekspansi massa keseluruhan. Tumbukan atau gerakan dari kristal – kristal ini menyebabkan
terbentuknya mikroporus. Volume eksternal hasil reaksi gipsum yang lebih besar daripada
volume kristalin, menyebabkan terbentuknya porus. Oleh karena itu, struktur gipsum yang telah
mengeras terdiri dari kristal – kristal yang saling terkait, di antaranya adalah mikroporus dan
porus yang mengandung air berlebih. Air tersebut diperlukan ketika pengadukan. Namun, ketika
mengering, kelebihan air tersebut menghilang dan ruangan kosong meningkat. (Anusavice, 2003,
hal. 266).
Ekspansi pengerasan tersebut terjadi di udara sehingga dikenal sebagai normal setting
expansion. Sedangkan, jika gipsum pada awal initial setting ditempatkan dalam air akan
menyebabkan ekspansi yang lebih besar dan disebut hygroscopic expansion. (McCabe and
Walls, 2008, hal. 36).
Untuk menghasilkan model atau die yang akurat, setting expansion dari dental
gipsum harus tetap dikendalikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi setting expansion pada
dental gipsum adalah rasio W/P, lama pengadukan, dan penambahan akselerator atau retarder. .
Faktor pertama adalah rasio W/P. Semakin tinggi rasio W/P, semakin sedikit nukelus
kristalisasi per unit volume sehingga ruangan antar nukleus lebih besar pada keadaan tersebut.
Akibatnya, pertumbuhan internal kristal – kristal dihidrat akan semakin sedikit, demikian juga
dengan dorongan keluar dari kristal – kristal tersebut. Hal itulah yang menyebabkan semakin
tinggi rasio W/P, maka semakin rendah nilai setting ekspansi-nya. Sebaliknya, penurunan rasio
W/P meningkatkan setting expansion dengan cara meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari
partikel dihidrat (Anusavice, 2003, hal. 267). Selain menyebabkan setting ekspansi yang tinggi,
penurunan rasio W/P juga menyebabkan lebih banyak panas yang dilepaskan (Alberto N, et al,
2011).
Faktor rasio W/P terhadap setting expansion dapat dilihat pada hasil percobaan ini. Pada
hasil pencatatan setting expansion, dapat dilihat bahwa pertambahan setting expansion pada 5
menit pertama sampai 5 menit ketiga sesuai dengan teori, yakni semakin banyak powder yang
terlarut (percobaaan nomor 1), dihasilkan setting expansion yang lebih besar, jika dibandingkan
dengan percobaan nomor 2 dan nomor 3.
Faktor kedua yang mempengaruhi setting expansion dental gipsum adalah lama
pengadukan (mixing time). Sebagian kristal gypsum terbentuk langsung ketika gipsum berkontak
dengan air. Begitu pengadukan dimulai, pembentukan kristal ini meningkat. Pada saat yang
sama, kristal – kristal tersebut diputuskan oleh spatula (pengaduk) dan didistribusikan merata
dalam adukan dengan hasil pembentukan lebih banyak nukleus kristalisasi. Dalam jangka
limitnya, semakin lama waktu pengadukan, maka akan meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi
dari partikel dihidrat. Akibatnya, jalinan ikatan kristalin yang terbentuk akan semakin banyak,
pertumbuhan internal dan dorongan keluar dari kristal – kristal dihidrat meningkat. Hal inilah
yang menyebabkan setting expansion gipsum meningkat sejalan dengan semakin lamanya waktu
pengadukan, untuk batasan waktu tertentu (Anusavice, 2003, hal. 264, 267).
Faktor ketiga yang mempengaruhi setting expansion gipsum adalah penambahan bahan
kimia ke dalam bubuk hemihidrat. Penambahan bahan kimia, dalam bentuk akselerator atau
retarder, yang biasanya ditambahkan oleh pabrik untuk mengatur setting time, juga mempunyai
efek untuk menurunkan nilai setting expansion dengan cara mengubah bentuk kristal dihidrat
yang terbentuk. Oleh karena itu, akselerator atau retarder disebut juga sebagai antiexpantion
agent. Bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai akselerator adalah potassium sulfat,
sedangkan yang digunakan sebagai retarder adalah boraks. (McCabe and Walls, 2008, hal. 37).
Faktor penambahan bahan kimia ini dapat digolongkan sebagai faktor pabrik. Pada
praktikum ini, tidak dilakukan pengamatan pada pengaruh penambahan akselerator atau retarder
terhadap perubahan setting expansion karena gypsum tipe III yang digunakan, diproduksi oleh
pabrik yang sama.
Pengendalian waktu pengerasan
1. kelarutan hemihidrat dapat ditingkatkan atau dikurangi. Misalnya, bila
kelarutan hemihidrat ditingkatkan, kejenuhan kalsium sulfatakan lebih
besar. Kecepatan deposisi kristalin juga ditingkatkan
2. jumlah nucleus kristalisasi dapat ditingkatkan atau dikurangi. Semakin besar
jumlah nucleus kristalisasi, semakin cepat terbentuk kristal gips dan semakin
cepat pula pengerasan massa yang terjadi karena terbentuk jalinan ikatan
kristalin
3. bila kecepatan pertumbuhan kristal dapat ditingkatkan atau dikurangi, begitu
pula waktu pengerasan dapat dipercepat atau diperlambat
Reaksi pengerasan
1. ketika hemihidrat diaduk dengan air, terbentuk suatu suspensi cair dan dapat
dimanipulasi
2. hemihidrat melarut sampai terbentuk larutan jenuh
3. larutan jenih hemihidrat ini amat jenuhdengan dihidrat sehingga dihidrat
mengendap
4. begitu dihidrat mengendap, larutan tidak jenuh lagi dengan hemihidrat
(Anusavice,2004)
II. 5 Manipulasi gypsum
Gips atau plaster hendaknya dicampur dengan air atau larutan PE dengan perbandingan
100 gr dengan 50 ml sampai 60 ml. Diusahakan agar tidak terdapat gelembung pada campuran
tersebut yang dapat muncul ke permukaan dan menyebabkan ketidakpadatan hasil cetakan
(Combe, 1992). Tahapan manipulasi :
1. Pemilihan bahan
Untuk proses awal, dilakukan pemilihan gips sesuai dengan aplikasi yang akan
dibuat dan dengan pertimbangan kebutuhan dari si pembuat.
2. Persiapan alat
Dilakukan persiapan alat, missal : spatula, bowl, dan cetakan.
3. Perbandingan W/P
Banyaknya air dan hemihidrat harus diukur secara akurat dari beratnya. Rasio air
terhadap bubuk gips biasanya tercemin dalam rasio W/P atau hasil bagi yang diperoleh
bila berat atau volume air dibagi dengan berat bubuk.
4. Pengadukan
1) Air dimasukkan terlebih dahulu ke dalam rubber atau plastic bowl sesuai ukuran
yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
2) Masukkan bubuk gypsum ke dalam bowl yang terisi air
3) Aduk dengan spatula yang panjang dan nyaman ketika dipegang agar dalam
mengaduk dengan maksimal. Pengadukan dilakukan dengan kecepatan 60 kali
permenit hingga halus, homogeny dan permukaannya mengkilap. Atau dapat
menggunakan alat Vacuum Mixer.
4) Adonan (campuran) dari air dan gpsum dituang ke dalam cetakan dengan melakukan
gerakan vibrasi untuk menghindari porus.
5. Setting time
a. Initial SettingTime
Setelah dicampur selama 1 menit, working time dimulai. Viskositas
bertambah, bahan tidak mengalir dan mulai mengeruh. Saat bahan mulai mengeruh,
berarti campuran telah mencapai initial setting, yaitu saat bahan mulai kaku tapi tidak
keras dan belum menimbulkan panas. Umumnya initial setting terjadi pada menit ke
8-10 dari awal pengadukan.
b. Final Setting Time
Final setting time dicapai setelah bahan mengeras, mudah dibentuk, tetapi
memiliki kekuatan dan resistensi yang minimal. Pada tahap ini reaksi kimia telah
selesai dan akan terasa dingin saat gyps disentuh.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2004. Philips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Combe, E.C. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah: Slamet Trigan. Jakarta: Balai Pustaka.
Harty, F.J. dan R. Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
McCabe, JF and Walls, AWG 2008, Applied Dental Materials 9th ed., Victoria: Blackwell, Inc.