TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X...
Transcript of TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X...
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X TENTANG
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 1
TOROH GROBOGAN
TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Oleh
LASTRI YUNITA
NIM. B09 029
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii �
iii �
iv �
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas X
tentang Penyakit Menular Seksual di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan Tahun
2012”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Ernawati, SST, selaku Pembimbing yang telah memberikan pengarahan,
masukan dan motivasi kepada penulis.
4. Bapak Drs. Ngadino, MM, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Toroh
Grobogan, yang telah memberi ijin kepada penulis untuk mengambil data awal
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan yang telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
v �
6. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta
terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Bagian Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangannya, karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
vi �
Prodi DIII Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012
Nama Mahasiswa : Lastri Yunita
NIM : B09.029
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI KELAS X TENTANG
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 1
TOROH GROBOGAN
TAHUN 2012
(xiv + 43 halaman + 13 lampiran + 3 tabel + 2 gambar)
ABSTRAK
Latar Belakang: Masa remaja merupakan masa yang menimbulkan berbagai
persoalan dari berbagai sisi seperti selalu ingin mencoba-coba apa yang
diketahuinya. Penyakit Menular Seksual atau PMS adalah berbagai infeksi yang
dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Angka
kejadian PMS di Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 312.795 kasus. Pengetahuan
siswa-siswi Kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan dari 10 responden
didapatkan 2 siswa-siswi (20%) berpengetahuan baik, 3 siswa-siswi (30 %)
berpengetahuan cukup dan 5 siswa-siswi (50 %) memiliki pengetahuan kurang
tentang PMS.
Tujuan Penelitian: Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan siswa-siswi kelas X tentang penyakit menular seksual. Sedangkan
tujuan khususnya adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas
X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan tentang PMS pada tingkat baik, cukup dan
kurang.
Metode Penelitian: Jenis penelitian deskriptif kuantitatif, pengambilan sampel
dengan simple random sampling dengan jumlah responden 49 orang, instrumen
penelitian menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya
teknik analisa data dengan analisa univariat menggunakan distribusi frekuensi.
Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian terhadap 49 siswa-siswi kelas X SMA
Negeri 1 Toroh Grobogan diperoleh hasil 13 responden (26,5%) berpengetahuan
baik, 28 responden (57,1%) berpengetahuan cukup dan 8 responden (16,4%)
berpengetahuan kurang.
Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan mempunyai pengetahuan
cukup (57,1%) tentang penyakit menular seksual, karena dipengaruhi oleh umur
dan informasi yang diperoleh.
Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja, Penyakit Menular Seksual
Kepustakaan : 19 literatur (2002 s/d 2011)
vii �
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Ujian bagi orang sukses bukan kemampuan untuk mencegah munculnya masalah,
melainkan bagaimana ia menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul.
(David J. Schwarth)
Bagaimana caramu menghabiskan waktu itu lebih penting daripada bagaimana
kamu menghabiskan uangmu. Uang masih dapat dicari lagi, tapi waktu hilang
selama-lamanya.
(David Norris)
Lebih baik terlambat daripada sama sekali tidak.
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
kelancaran dan kemudahan, sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan baik.
Bapak dan Ibu
Setiap detak nadi kehidupanku akan kuusahakan untuk membahagiakan kalian
yang telah memberi doa bimbingan, kasih sayang, dukungan yang tak henti-
hentinya, dan yang telah bersusah payah demi keberhasilanku.
Adikku
“Melina” yang kusayangi, canda dan tawamu membuat semangatku semakin
bangkit serta selalu buat rumah amat sangat ramai.
Someone “Bagas Laksono Aji, SST”
Cintaku yang sangat sabar dan setia menemaniku, memberi doa, cinta kasih
sayang dan dukungannya.
Sahabatku
Sahabat satu kost (Wise “Bebeb” & Iis), dan semua teman-teman Kelas 3 A yang
tidak bisa kusebutkan satu-persatu jangan pernah lupakan suka duka kita bersama
selama kuliah.
Almamaterku Tercinta
viii �
ix �
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii
CURRICULUM VITAE ............................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................ 4
C. Tujuan ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................... 5
E. Keaslian Penelitian ....................................................... 6
F. Sistematika Penulisan .................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .............................................................. 8
x �
1. Pengetahuan ........................................................... 8
2. Remaja .................................................................... 13
3. Penyakit Menular Seksual (PMS) .......................... 18
B. Kerangka Teori ............................................................. 23
C. Kerangka Konsep ......................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................... 24
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................... 24
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .... 25
D. Instrumen Penelitian ..................................................... 26
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 30
F. Variabel Penelitian ....................................................... 31
G. Definisi Operasional ..................................................... 31
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................ 32
I. Etika Penelitian ............................................................ 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ............................ 36
B. Hasil Penelitian ............................................................ 36
C. Pembahasan .................................................................. 39
D. Keterbatasan ................................................................. 41
xi �
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 42
B. Saran ............................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii �
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas X
tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) ............................ 28
Tabel 3.2. Definisi Operasional ............................................................. 32
Tabel 4.1. Nilai Mean dan Simpangan Deviasi ..................................... 38
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat
pengetahuan .......................................................................... 39
xiii �
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori ..................................................................... 23
Gambar 2.2. Kerangka Konsep ................................................................. 23
xiv �
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan dari Lahan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Validitas
Lampiran 5. Surat Balasan dari Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7. Surat Permohonan Responden
Lampiran 8. Surat Persetujuan Responden
Lampiran 9. Kuesioner
Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 11. Hasil Tabulasi Penelitian
Lampiran 12. Tabel r Product Moment
Lampiran 13. Lembar Konsul
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa yang menimbulkan berbagai persoalan
dari berbagai sisi seperti selalu ingin mencoba-coba apa yang diketahuinya.
Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat
dan tingkatan sosial, ekonomi maupun pendidikan. Sebagaimana halnya
dengan perkembangan kognitif di mana bisa saja terjadi seorang yang sudah
berusia dewasa, tetapi perkembangan kognitifnya terhenti pada tahap
konkret operasional (Sarlito, 2010).
Penyakit Menular Seksual atau PMS adalah berbagai infeksi yang
dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Menurut
The Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS
dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun)
adalah kelompok umur yang memiliki resiko paling tinggi tertular PMS, 3 juta
kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini (Depkes, 2007).
Jenis penyakit PMS ini sudah cukup lama di kenal dengan sebutan
penyakit kelamin (veneral disease) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta).
Saat itu penyakit kelamin yang dikenal baru sifilis (syphilis) dan gonore
(gonorrhea). PMS dikenal pula dengan sebutan Penyakit Akibat Hubungan
Seksual (PAHS) atau Sexually Transmitted Disease (STD). Penyakit ini
mengenai alat (organ) reproduksi laki-laki atau perempuan terutama akibat
2
dari hubungan seksual dengan orang yang sudah terjangkit penyakit kelamin.
PMS akan menular kepada manusia melalui cairan tubuh yaitu cairan vagina,
cairan sperma, cairan darah dan adanya perlukaan dan lain-lain
(BKKBN, 2007).
Dalam hal ini remaja mempunyai bagian yang cukup besar dari kasus
(PMS) ini. Awal terjangkitnya PMS meningkatkan kemungkinan berulangnya
infeksi karena jangka waktu yang panjang dan jumlah pasangan yang mungkin
lebih banyak. Berulangnya infeksi dapat berakibat buruk pada kesehatan
(BKKBN, 2007).
Penderita penyakit menular seksual setiap tahun bertambah, sedangkan
dengan meningkatnya jumlah penderita PMS dan HIV positif di Indonesia
sebanyak 4.617 kasus dan AIDS sebanyak 6.987 kasus yang tersebar di 32
propinsi dan 158 kabupaten/ kota (Depkes, 2007).
Di Provinsi Jawa Tengah (2009), kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)
diobati sebesar 77,8% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
cakupan tahun 2008 sebesar 98,14 % ini berarti belum seluruh kasus IMS
yang ditemukan diobati atau belum mencapai target yaitu 100%. Selain
melakukan kegiatan survey human immuno deficiency virus (HIV),
pengamatan kasus acquired immune deviciency syndrome (AIDS), Dinas
Kesehatan juga melakukan pengamatan terhadap hasil virus human immuno
deficiency virus (HIV), pada tahun 2008 hasil menunjukkan jumlah HIV yang
paling tinggi yaitu sebesar 520 dari 345.795 jumlah sampel yang
diperiksa (1,49) sedangkan tahun 2009 terjadi penurunan hasil reaksi yang
3
cukup besar yaitu 275 dari 312.795 jumlah sampel yang di periksa (0,88)
(Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Taufik (2005), mengenai perilaku seksual
remaja SMU di Surakarta dengan sampel berjumlah 1.250 orang, berasal dari
10 SMU di Surakarta yang terdiri dari 611 laki–laki dan 639 perempuan
meyakini bahwa sebagian besar remaja pernah melakukan ciuman bibir
10,53%, melakukan ciuman dalam 5,6%, melakukan onani atau masturbasi
4,23% dan melakukan hubungan seksual sebanyak 3,09%.
Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa
remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja
pertengahan usia 15-18 tahun dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun
(Monks, 2002).
Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan
pada Kelas X tahun 2012 dengan jumlah seluruh siswa-siswi 247, diambil 10
siswa-siswi, yang diperoleh hasil 2 siswa-siswi (20%) diantaranya memiliki
pengetahuan baik, 3 siswa-siswi (30 %) memiliki pengetahuan cukup dan 5
siswa-siswi (50 %) memiliki pengetahuan kurang tentang PMS.
Dari hasil tersebut mengingat penyakit PMS sangat berbahaya dan
dibutuhkan cara pencegahan yang tepat maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas
X tentang Penyakit Menular Seksual di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan
Tahun 2012”.
4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu
“Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas X tentang Penyakit
Menular Seksual di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan Tahun 2012?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X tentang
penyakit menular seksual.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA
Negeri 1 Toroh Grobogan tentang PMS pada tingkat baik.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA
Negeri 1 Toroh Grobogan tentang PMS pada tingkat cukup.
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA
Negeri 1 Toroh Grobogan tentang PMS pada tingkat kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi penilaian ke arah yang
lebih baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang telah ada tentang
penyakit menular seksual (PMS).
5
2. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan mengetahui tentang penyakit
menular seksual (PMS).
3. Bagi Institusi
a. SMA Negeri 1 Toroh Grobogan
Dari penelitian ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi siswa-
siswi Kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan agar dapat memahami
pentingnya pengetahuan tentang penyakit menular seksual (PMS).
b. Stikes Kusuma Husada
Dapat menambah referensi dan meningkatkan ilmu pengetahuan
tentang penyakit menular seksual.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
adalah penelitian yang telah dilakukan oleh: Puji Lestari (2009), melakukan
penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Pekerja Seks Komersial (PSK)
tentang Penyakit Menular Seksual di Desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Pekalongan tahun 2009”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 93 responden pekerja seks komersil Desa Sidomukti Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Pekalongan dengan mempunyai pengetahuan baik 39
orang (39,78%), pengetahuan cukup 45 orang (48,38%), dan yang mempunyai
pengetahuan kurang ada 11 orang (11,82%). Perbedaan dengan penelitian ini
terletak pada tempat, subjek dan waktu penelitian, sedangkan persamaan
6
dengan penelitian ini terletak pada judul yaitu pada tingkat pengetahuan dan
penyakit menular seksual.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian,
sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan pengertian tentang teori pengetahuan
meliputi definisi pengetahuan, faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, tingkat pengetahuan, pengukuran pengetahuan, cara
memperoleh pengetahuan, teori tentang remaja meliputi pengertian
remaja, masa remaja, karakteristik umum perkembangan remaja,
tugas remaja dan teori penyakit menular seksual (PMS) meliputi
definisi PMS, penularan penyakit menular seksual, pencegahan
penyakit menular seksual, macam-macam penyakit menular
seksual, kerangka teori, kerangka konsep.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,
7
definisi operasional, metode pengolahan dan analisis, etika
penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian,
hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian
dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (knowladge) adalah hasil tahu dari manusia, yang
sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia,
apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan yaitu merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar. Untuk
mengetahui rasa ingin tahu ini, manusia sejak zaman dahulu telah
berusaha mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya
terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang
untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan
tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman orang lain. Semenjak adanya sejarah kehidupan di bumi
9
ini, manusia telah berusaha mengumpulkan fakta. Dari fakta- fakta ini
kemudian disusun dan disimpulkan menjadi berbagai teori, sesuai
dengan fakta yang dikumpulkan tersebut. Teori-teori tersebut
kemungkinan digunakan untuk memahami gejala-gejala alam dan
kemasyarakatan yang lain. Sejalan dengan perkembang kebudayaan
umat manusia, teori- teori tersebut makin berkembang, baik kualitas
maupun kuantitasnya, seperti apa yang telah kita rasakan dewasa ini
(Notoatmodjo, 2010).
b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,
antara lain:
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
makin semakin baik pula pengetahuanya (Hendra, 2008).
2) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut
dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun
dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
10
yang diperoleh dalammemecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa lalu (Notoadmojo, 2010).
3) Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika berumur belasan tahun (Hendra, 2008).
Dalam Hendra (2008), juga mengemukakan bahwa memang
daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari
uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur
seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang
usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
4) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media
misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang (Hendra, 2008).
5) Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya.
11
c. Tingkatan Pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2010), dalam penelitian August Comte
membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan tersebut di atas
ke dalam tahap religius, metafisik, dan ilmiah.
1) Tahap religius
Hal ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka asas religilah
yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu
merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (deducto).
2) Tahap metafisik
Dalam tahap kedua ini orang mulai berspekulasi berasumsi,
atau membuat hipotesis-hipotesis tentang metafisik (keberadaan)
wujud yang menjadi objek penelaahan yang terbahas dari dogma
religi, dan mengembangkan sistem pengetahuan berdasarkan
postulat metafisika tersebut (hipotetico).
3) Tahap ilmiah
Tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah, dimana asas-
asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses
verifikasi yang objektif (verifikatif).
d. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya
dilakukan melalui test tertulis atau wawancara dengan alat bantu berisi
12
materi yang ingin diukur dari responden atau dengan cara pemberian
kuisioner secara langsung pada subjek penelitian.
Menurut Riwidikdo (2008), pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif,
yaitu:
1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
2) Cukup, bila nilai mean – 1 SD � x � mean + 1 SD
3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
e. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan adalah
1) Cara tradisional atau nonilmiah, yakni tanpa melelui penelitian
ilmiah. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara
lain meliputi :
a) Cara coba salah (trial and error)
b) Secara kebetulan
c) Cara kebetulan atau otoritas
d) Berdasarkan pengalaman pribadi
e) Cara akal sehat (common sense)
f) Kebenaran melalui wahyu
g) Kebenaran secara intuitif
h) Melalui jalan pikiran
i) Induksi
j) Deduksi
13
2) Cara modern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut
metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodelogi
penelitian (research methodology).
2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Istilah remaja/adolescene berasal dari kata lain adolescene (kata
bendanya, adolescestia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau
“tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1996). Remaja adalah mulai
dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin ia sekarang sudah bukan
kanak-kanak lagi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).
WHO mendefisinikan remaja sebagai masa ketika individu
berkembang saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda kelamin
sekundernya mencapai sampai saat ia kematangan seksual, individu
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-
kanak ke dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Selanjutnya, WHO menyatakan walaupun definisi tersebut terutama di
dasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebu sendiri
menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth)
(Sarwono, 2006).
14
Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang
pemuda adalah kurun usia 14-24 tahun. Hal ini di kemukakan dalam
sensus penduduk tahun 1980. Pendefinisian remaja di indonesia sama
sulitnya dengan menetapkan remaja secara umum, karena Indonesia
terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat, tingkat sosial-ekonomi
dan pendidikan (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).
Menurut bahasa, kata mahasiswa berasal dari dua kata, yakni maha
dan siswa. Maha berarti tinggi, sedangkan siswa berarti pelajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang
telah terdaftar di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Jadi,
secara istilah dapat dikatakan bahwa mahasiswa adalah orang-orang
yang memiliki kecerdasan intelektual dan moral yang dapat digunakan
atau diterapkan dalam kehidupan sosial (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002).
b. Masa Remaja
Menurut Kusumaredi (2011), masa remaja dibagi menjadi:
1) Pada usia 14 tahun remaja mulai aktif menjalani kehidupan
sosialnya, remaja mulai tertarik dan penasaran dengan
lawanjenisnya. Mereka akan mencoba melakukan eksplorasi untuk
memenuhi rasa ketertarikan dan penasaran mereka.
2) Masa remaja adalah masa yang paling menarik dan menantang
dalam kehidupan remaja dan orang tua. Remaja akan mulai matang
secara fisik, emosi dan intelektual. Mereka haus akan pengalaman
15
yang terbebas dari orang tua. Ikatan–ikatan dengan keluarga tidak
terlalu di perketat lagi, tetapi orang tua harus tetap mengawasinya.
3) Remaja usia 14-24 tahun adalah remaja yang berada pada fase
meningkatnya dorongan seksual selalu mencari lebih banyak
informasi mengenai seks. Sedangkan masyarakat masih
menganggap tabu segala sesuatu yang berhubungan dengan seks,
termasuk antara lain pembicaraan, pemberian informasi, dan
pendidikan seks. Sehingga remaja mencari berbagai sumber
informasi yang mungkin dapat diperoleh.
Menurut Sarwono (2006), masa remaja dibagi menjadi:
1) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk
memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut
masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai
hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/ tradisi), belum
dapat memberikan pendapat sendiri,dan sebagainya.
2) Statusnya perkawinan sangat menentukan, seseorang yang sudah
menikah pada usia berapa pun di anggap dan di perlakukan sebagai
orang dewasa. Oleh karena itu definisi remaja di sini dibatasi
khusus untuk yang belum menikah.
16
c. Karakteristik umum perkembangan remaja
Menurut Ali & Ashori (2006), ada sejumlah sikap yang sering di
tunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut:
1) Kegelisahan, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan,
atau keinginan yang hendak di wujudkan di masa depan, namun
mereka belum memiliki banyak kemampuan yang memadai
untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan
keinginan jauh lebih besar di bandingkan kemampuannya. Tarik-
menarik antara angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya
yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh
perasaan gelisah.
2) Pertentangan, remaja sering mengalami kebingunan karena
terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua.
Sehingga menimbulkan keinginan untuk melepaskan diri dari
orang tua kemudian di tentangnya sendiri. Pertentangan tersebut
akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri
maupun pada orang lain.
3) Mengkhayal, keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak
semuanya tersalurkan. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang
luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan
itu definisi remaja di sini di batasi khusus untuk yang belum
menikah.remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang
17
tuanya. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan,
bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi.
4) Aktifitas berkelompok, larangan orang tua sering kali
melemahkan/ mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan
remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka
berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan kegiatan
bersama secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat
diatasi bersama.
5) Keinginan mencoba segala sesuatu, remaja memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, sehingga cenderung ingin bertualang,
menjelajah segala sesuatu, dan mencoba sesuatu yang belum
pernah dialaminya. Misal remaja pria mencoba merokok ingin
membuktikan bahwa dia juga bisa melakukannya seperti orang
dewasa.
d. Tugas Remaja
Menurut Sarwono (2006), tugas remaja adalah :
1) Menerima dan mengintegrasi badannya dalam kepribadiannya
2) Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat dalam
kebudayaan tempatnya berada.
3) Mencapai kedewasaan dalam kemandirian, kepercayaan diri, dan
kemampuan untuk menghadapi kehidupan
4) Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat.
18
5) Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai
yang sesuai dengan lingkungan kebudayaan.
6) Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri
dalam kaitannya dengan lingkungan.
3. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi yang ditularkan
melalui hubungan seksual yang popular disebut penyakit kelamin. Kuman
penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus, dan parasit. Semua
tekhnik hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut bisa
menjadi wahana penularan penyakit kelamin. Perempuan lebih mudah
terkena PMS dibandingkan laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan
lebih dekat ke anus dan saluran kencing (Widyastuti, 2009).
Menurut Widyastuti (2009), Penyakit Menular Seksual (PMS)
dapat terjadi sebagai akibat dari:
a. Sisa kotoran yang tertinggal karena pembasuhan buang air besar yang
sempurna.
b. Kurangnya kebersihan alat kelamin, terutama saat haid.
c. Perkawinan pada usia terlalu muda dan berganti-ganti pasangan.
d. Hubungan seksual dengan penderita infeksi.
e. Kegagalan pelayanan kesehatan dalam sterilisasi alat dan bahan dalam
melakukan pemeriksaan atau tindakan di sekitar saluran reproduksi.
19
Menurut Widyastuti (2009), dalam buku Kesehatan Reproduksi
menerangkan bahwa:
a. Cara Penularan PMS melalui:
1) Hubungan seksual yang tidak terlindungi (tanpa kondom)
2) Penularan dari ibu ke janin setelah bayi lahir
3) Melalui transfuse darah, suntikan atau kontak langsung dengan
cairan darah atau produk darah.
b. Cara Pencegahan PMS:
1) Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang setia
2) Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual
3) Bila terinfeksi PMS mencari pengobatan bersama pasangan seksual
4) Menghindari hubungan seksual bila ada gejala PMS.
c. Macam-macam penyakit menular seksual (PMS)
Menurut BKKBN (2007), macam-macam jenis penyakit menular
seksual (PMS) diantaranya:
1) Klamedia
Klamedia adalah PMS yang sangat berbahaya dan biasanya tidak
menunjukkan gejala. Tidak melakukan hubungan seksual secara
vaginal maupun anal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-
satunya cara pencegahan yang 100% efektif. Kondom dapat
mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko
tertular penyakit ini.
20
2) Gonore
Penyakit Radang Panggul (PRP ) jika tidak diobati dan hal tersebut
akan mengakibatkan kemandulan. Pencegahan penyakit ini hampir
sama dengan penyakit klamedia.
3) Hepatitis
Hepatitis diindikasi sebagai salah satu penyakit akibat infeksi virus
DNA (Hepatitis B) atau RNA (Hepatitis C) yang terjadi pada
(organ) hati, yang penyebabkan perangsangan pada sel hati dengan
segala akibatnya. Tidak melakukan hubungan seks dengan orang
yang terinfeksi khususnya seks anal, di mana cairan tubuh, darah,
air mani dan secret vagina paling mungkin dipertukarkan adalah
satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah
penularan virus hepatitis melalui hubungan seks.
4) Herpes Simplex
Herpes Simplex merupakan salah satu penyakit menular, yang
disebabkan oleh virus DNA yang menyerang pada kulit, mukosa
dan syaraf manusia. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak
dapat samasekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui
hubungan seks. Walaupun memakai kondom saat melakukan
hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular penyakit ini
yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin.
21
5) Human Papilloma Virus (HPV) dan Kutil Kelamin
Virus yang dapat menyebabkan kanker serviks, penis, dan nyeri
pada kelamin. Pencegahan penyakit ini yaitu dengan cara tidak
melakukan hubungan seks dengan sembarangan, kondom hampir
tidak berfungsi sama sekali dalam mencegah penyakit ini,
penularan virus ini melalui hubungan seks.
6) Sifilis
Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Treponema
pallidum. Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun
memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin.
Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau
lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.
7) Trikomoniasis
Penyakit yang dapat menyebabkan keputihan yang berbusa dan
tidak ada gejala pada penyakit ini. Pada perempuan hamil dapat
menyebabkan kehamilan prematur. Hindari untuk saling pinjam
meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah
penularan non-seksual dari penyakit ini.
8) HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang
dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih
yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan
tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari
22
gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. AIDS
adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV
dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu
untuk menyebabkan sindroms AIDS yang mematikan dan sangat
berbahaya. Penyakit AIDS di sebabkan oleh melemah atau
menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki
karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh
Virus HIV. Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi
tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan. Hindari
pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik.
Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang
harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat
harus menerima transfusi darah maupun produk darah.
23
B. Kerangka Teori
Notoatmodjo (2010), Dimodifikasi
Gambar 2.1. Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Tingkat pengetahuan siswa-siswi
kelas X tentang penyakit menular
seksual
Baik
Cukup
Kurang
Sumber Pengetahuan:
Penginderaan
Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan:
1. Pendidikan
2. Pengalaman
3. Usia
4. Informasi
5. Sosial ekonomi
Penyakit Menular
Seksual:
1. Pengertian
2. Penularan
penyakit
menular
seksual
(PMS)
3. Pencegahan
penyakit
menular
seksual
4. Macam-
macam
penyakit
menular
seksual
Pengetahuan
Remaja:
1. Pengertian
2. Masa remaja
3. Karakteristik
umum
perkembangan
remaja
4. Tugas remaja
24
�
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Ditinjau dari tujuan penelitian akan dicapai, penelitian ini menggunakan
penelitian diskriptif kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara
objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang
(Notoatmodjo, 2005). Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data
yang diangkakan (Sugiyono, 2011).
Pada penelitian ini menggambarkan tentang tingkat pengetahuan siswa-
siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dilakukan oleh peneliti
dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2011).
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Toroh
Grobogan.
2. Waktu
Waktu penelitian merupakan rencana tentang jadwal yang akan
dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya
24
25
�
(Hidayat, 2011). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Juni sampai 2
Juni 2012.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-
siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan yaitu 247 siswa-siswi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010). Besarnya sampel, apabila subjek penelitian kurang dari
100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi, tetapi jika jumlah subjeknya lebih dari 100 bisa di
ambil 10-15% atau 20-25 % atau lebih (Arikunto, 2006).
Pada penelitian ini penulis mengambil sampel 20% dari jumlah
seluruh siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan yaitu 49
siswa-siswi.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses seleksi sampel
yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2011).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara
26
�
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi
(Hidayat, 2011).
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,
maka perlu ditentukan kriteria inklusi dan kriteri eksklusi. Kriteri inklusi
adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang
dapat diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota
populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.
Kriteria inklusi:
a. Siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Mau diberi dan mengisi lembar kuesioner
Kriteria eksklusi:
a. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Toroh Grobogan kelas XI dan XII
b. Tidak bersedia diberi dan mengisi lembar kuesioner
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar kuisioner. Kuisioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah
tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden dan interviewer
tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu
(Notoatmodjo, 2010).
27
�
Penelitian ini alat yang akan digunakan adalah kuesioner. Dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner ini digunakan untuk
mengukur tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS). Dalam kuesioner ini menggunakan pilihan jawaban “Benar”
atau “Salah”. Sedangkan pernyataan dalam kuesioner ini menggunakan
pernyataan favorabel atau pernyataan positif yaitu pernyataan yang jawabanya
benar semua, sehingga apabila responden menjawab “Benar” maka mendapat
skor 1, dan jika menjawab “Salah” mendapat skor 0 (Notoatmodjo, 2003).
Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Tabel 3. 1
Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas X tentang
Penyakit Menular Seksual (PMS)
No Variabel Sub Variabel Banyak
item No item
1 Tingkat
pengetahuan
siswa-siswi
kelas X tentang
penyakit
menular seksual
(PMS)
1. Pengertian
2. Penularan
penyakit
menular
seksual (PMS)
3. Pencegahan
penyakit
menular
seksual
4. Macam-
macam
penyakit
menular
seksual
5
8
8
9
1, 2, 3, 4, 5
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13
14, 15, 16, 17, 18, 19,
20, 21
22, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30
Jumlah Pernyataan 30
28
�
1. Uji Validitas
Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal,
maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010).
Uji validitas pada penelitian ini dilakukan di MAN Purwodadi
Grobogan dengan jumlah responden 30 siswa-siswi.
Menurut Arikunto (2006), Instrumen yang valid mempunyai
validitas yang tinggi, dan instrumen yang kurang valid maka dilakukan
dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan
skor total. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “Product
Moment”, dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS for
Windows yang rumusnya sebagai berikut:
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Untuk mengetahui apakah suatu item pertanyaan valid, maka angka
korelasi harus dibandingkan dengan angka kritik tabel. Suatu pertanyaan
dinyatakan valid jika rhitung > rtabel, dengan taraf signifikansi 0,05
( ) ( ) }Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2ΣΣΣ−Σ
ΣΣΣ=
Nrxy
29
�
(Arikunto, 2010). Pada penelitian ini uji validitas dilakukan di MAN
Purwodadi Grobogan diperoleh responden sebanyak 49 dan jumlah
pernyataan 30 soal. Nilai adalah rtabel = 0,276 dimana N = 49, dengan
demikian karena rhitung > rtabel, maka 30 soal atau seluruh item tentang
penyakit menular seksual dapat dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti
menggunakan Spearman Brown (Hidayat, 2011). Rumus Spearman Brown
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
r11 : Koefisien Reliabilitas Internal seluruh item
rb : Korelasi product moment antara belahan
Jika sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya
adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel f product moment.
Jadi, apabila r11 > r tabel berarti reliabel, dan apabila r11 < r tidak reliabel,
dengan taraf signifikasi 0,05, dk: n-2 (Hidayat, 2011). Berdasarkan hasil
b
b
r
rr
+=
1
.2 11
30
�
uji realibilitas untuk pengetahuan responden didapat nilai Spearman
Brown sebesar 0,593 dan 0,527. Karena hasil uji reliabilitas yang cukup
tinggi maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner untuk pengetahuan
responden terbukti reliabilitasnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan menurut Hidayat (2011), merupakan cara peneliti
untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
melalui kuesioner. Sebelum mengisi kuesioner responden diberi
penjelasan tentang cara mengisi kuesioner dan selanjutnya memberikan
informed concent yang diikuti penyerahan kuesioner. Setelah kuesioner
diterima oleh responden, responden mengisi kuesioner yang telah
diberikan sesuai ketentuan.
Data primer pada penelitian ini adalah hasil data yang diisi oleh
responden dari kuesioner yang telah disebar.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari orang
atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data yang
digunakan berasal dari studi pendahuluan.
Data sekunder pada penelitian ini dilakukan adalah data yang
diperoleh dari SMA Negeri 1 Toroh Grobogan berupa data jumlah siswa-
siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan.
31
�
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya.
(Notoatmodjo, 2010).
Variabel dalam penelitian ini adalah tunggal yaitu pengetahuan
siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan tentang penyakit
menular seksual (PMS).
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2007).
32
�
Tabel 3.2
Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Skala
Ukur
Hasil Ukur
1.
Tingkat
pengetahuan
siswa-siswi
kelas X
tentang
penyakit
menular
seksual
(PMS)
Segala sesuatu
yang diketahui
siswa-siswi
kelas X tentang
penyakit
menular seksual
(PMS)
Kuesioner Ordinal a. Baik: bila nlai
responden yang
diperoleh (x)
> mean + 1 SD
b. Cukup : bila nilai
mean – 1 SD � x �
mean + 1 SD
c. Kurang : bila
nilai responden
yang diperoleh (x)
< mean – 1 SD
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data secara manual
menurut Notoatmodjo (2010) antara lain:
a. Editing (penyuntingan data)
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan
cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan
kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah
terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila
terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding sheet (membuat lembaran kode)
Lembaran kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk
merekam data secara manual. Pada penelitian ini dengan cara
memberikan kode angka pada awal penelitian untuk memudahkan
33
�
dalam analisa data misalnya skala penelitian satu untuk jawaban benar
dan nol untuk jawaban salah.
c. Data entry (memasukkan data)
Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai
dengan jawaban masing-masing pertanyaan. Pada penelitian ini yaitu
dengan cara memberikan nilai satu (1) untuk jawaban yang benar dan
nilai nol (0) untuk jawaban yang salah
d. Tabulating (tabulasi)
Kegiatan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu dengan cara memasukkan data jawaban responden
dalam tabel sesuai skor jawaban kemudian dimasukkan dalam master
tabel yang telah disiapkan.
2. Analisa data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel
dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan
prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
Selanjutnya menurut Riwidikdo (2008), hasil untuk mengetahui
tingkat pengetahuan siswa-siswi ditunjukan dengan prosentase dengan
keterangan sebagai berikut:
34
�
a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD
b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean – SD < x <
mean + 1 SD
c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean -1 SD.
Dimana:
xi = Nilai dari data
n = Jumlah data
Teknik analisis data dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
n = Skor yang diperoleh responden
N = Total skor maksimum yang seharusnya diperoleh
I. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2011), masalah etika penelitian kebidanan
merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat
penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika
( )
1)(n
n
xixi
SD
2n
1:in
1:i
2-
−
−
=
��
n
xi x
n
1:i�=
%100N
prosentaseSkor ×=n
35
�
penelitian harus diperhatikan masalah etika yang harus diperhatikan antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Informent Consent
Informent Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
Informent Consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien,
tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,
prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,
kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
b. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
36
�
c. Confidentiality (kerahasiaan hasil)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
SMA Negeri 1 Toroh Grobogan adalah sebuah Sekolah Menengah
Atas yang terletak di Jl. Raya Purwodadi – Solo Kec. Toroh Kab. Grobogan
Jawa Tengah Kode Pos 58111. Secara umum, SMA ini terletak di tengah
jantung Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan, yaitu tidak jauh dari Jalan
Raya Solo – Purwodadi, luas sekolah ini + 1000 meter dan keadaan
lingkungan di sekolah ini bersih. SMA Negeri 1 Toroh Grobogan ini adalah
SMA sudah cukup lama berdiri, yang didirikan atau dibuka pada tahun 1992.
SMA ini mempunyai 2 jurusan, yaitu Jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Jumlah pelajar yang ada di SMA ini pada
tahun ajar 2011/ 2012 adalah 720 siswa, diantaranya 247 siswa kelas X, 255
siswa kelas XI dan kelas XII berjumlah 218 siswa, sedangkan jumlah tenaga
pengajar di sekolah ini ada 50 pengajar.
B. Hasil Penelitian
1. Jalannya Penelitian
Penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas
X tentang Penyakit Menular Seksual di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan
Tahun 2012” ini dilakukan dalam dua tahap yaitu:
36
37
a. Tahap Persiapan
Penelitian dimulai dari tahap persiapan yang meliputi ijin
penelitian berupa pengumpulan bahan, studi pustaka pendahuluan,
serta survei pendahuluan ke lahan penelitian yaitu di SMA Negeri 1
Toroh Grobogan, yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan
Karya Tulis Ilmiah. Tahap ini dimulai dari bulan April hingga Mei
2012.
b. Tahap Penelitian
Pada tahap penelitian ini penulis melakukan dua tahap penelitian
yaitu uji validitas kuisioner dan pengambilan data sampel untuk
penelitian Karya Tulis Ilmiah. Tahap pertama yakni tahap uji validitas
kuisioner yang dilaksanakan di MAN Purwodadi Grobogan pada 22
Mei 2012. Uji validitas dilakukan dengan menyebar kuisioner pada 30
siswa-siswi di MAN Purwodadi Grobogan tersebut dan setelah
dikalkulasi dengan perhitungan yang ada, instrument kuisioner yang
direncanakan penulis hasilnya adalah valid, tahap selanjutnya adalah
uji reliabilitas dengan menggunakan rumus yang telah dipilih penulis
dan hasilnya adalah reliabel.
Tahap kedua yang dilakukan penulis adalah pengambilan
sampel yang dilakukan pada tanggal 1 Juni sampai 2 Juni 2012 di
SMA Negeri 1 Toroh Grobogan, dengan sampel yang diambil oleh
penulis adalah 49 siswa-siswi di SMA Negeri 1 Toroh Grobogan. Pada
tahap ini penulis membagikan kuisioner pada sampel yang sudah
38
dipilih, dan menghitung berbagai tingkat pengetahuan responden
dengan cara menghitung hasil kuisioner yang diisi oleh responden
dengan rumus yang telah dipilih oleh penulis.
2. Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi di
Kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan
Tabel 4.1
Nilai Mean dan Simpangan Deviasi
Variabel Mean Simpangan Deviasi
Tingkat pengetahuan
siswa-siswi tentang
penyakit menular
seksual di SMA Negeri
1 Toroh Grobogan
19,38 3,76
a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD
(x) > Mean + 1 x SD
(x) > 19,38 + 1 x 3,76
(x) > 23,14
b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean – SD < x <
mean + 1 SD
Mean – SD < x < Mean + 1 SD
19,38 – 1 x 3,76 x < 19,38 + 1 x 3,76
15,62 < x < 23,14
c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean -1 SD.
(x) < 15,62 – 1 x 3,76
(x) < 15,62
39
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
No. Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)
1. Baik 13 26,5
2. Cukup 28 57,1
3. Kurang 8 16,4
Jumlah 49 100
Sumber: Data primer
Dari tabel 4.2 di atas didapatkan tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X
SMA Negeri 1 Toroh Grobogan tentang penyakit menular seksual antara
lain: 13 responden (26,5%) berpengetahuan baik, 28 responden (57,1%)
berpengetahuan cukup dan 8 responden (16,4%) berpengetahuan kurang.
Jadi kesimpulannya mayoritas tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X
SMA Negeri 1 Toroh Grobogan adalah cukup yaitu sebanyak 28
responden (57,1%).
C. Pembahasan
Berdasarkan tabel 4.1 tentang tingkat pengetahuan dari 49 siswa-siswi
kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan didapatkan 13 responden (26,5%)
berkategori baik, kategori cukup berjumlah 28 responden (57,1%), dan yang
masuk kategori kurang berjumlah 8 responden (16,4%). Kemungkinan
pengetahuan responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu
sebanyak 28 responden (57,1%) dipengaruhi oleh umur yaitu sebagian besar
siswa-siswi yang berumur 15 tahun. Faktor informasi yang mempengaruhi
siswa-siswi Kelas X SMA Negeri 1 Toroh yaitu belum pernah mendapatkan
penyuluhan tentang penyakit menular seksual dari tenaga kesehatan atau
40
media misalnya TV, radio atau surat kabar tidak terlalu dimanfaatkan oleh
siswa-siswi.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio
atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang
(Hendra, 2008).
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi yang ditularkan
melalui hubungan seksual yang popular disebut penyakit kelamin. Kuman
penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus, dan parasit. Semua
tekhnik hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut bisa menjadi
wahana penularan penyakit kelamin. Perempuan lebih mudah terkena PMS
dibandingkan laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke
anus dan saluran kencing (Widyastuti, 2009).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Lestari (2009).
Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan Mahasiswa DIII
Kebidanan di Semarang adalah 109 responden, 19 responden (17,40%)
dikategorikan baik dan 26 responden (23,80%) dikategorikan cukup baik,
41
sedangkan kategori kurang baik 64 responden (58,70%). Kemungkinan
pengetahuan responden dipengaruhi oleh informasi dan hubungan sosial
masyarakat.
Menurut Bobak (2004), umur mempengaruhi pengetahuan di mana
umur 16 tahun merupakan tahap remaja madya di mana belajar menerima
informasi tetapi belum mampu menerapkan informasi tersebut secara
maksimal dan sering kali mencoba-coba tanpa memperhitungkan
konsekuensiya, sedangkan umur 17-18 tahun merupakan remaja akhir di mana
mulai memahami dirinya dan lebih mudah menerima informasi sehingga
mempengaruhi pengetahuan mereka terutama tentang penyakit menular
seksual.
Dalam penelitian ini pengetahuan yang diharapkan bukan berarti hanya
tahu melalui pengindraan saja, tetapi melalui tingkat pengetahuan yang diteliti
penulis dalam penelitian ini yang lebih spesifik lagi yaitu bagaimana seorang
remaja (siswa-siswi) mengetahui mengenai penyakit menular seksual serta
berbagai dampak yang terjadi, baik secara psikologi maupun dampak fisik.
D. Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kendala Penelitian
Responden tidak sedang berada di kelas, sehingga peneliti harus
mencari responden lain dan jika peneliti tidak mendapatkan responden
peneliti harus menunggu sampai responden saat ada di kelas.
42
2. Keterbatasan Penelitian
a. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner tertutup sehingga kurang
dapat menggali pengetahuan responden karena memungkinkan
responden untuk asal mengisi jawaban.
b. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu tingkat
pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan.
43 �
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan
tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) pada tingkat baik yaitu sebanyak
13 responden (26,5%).
2. Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan
tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) pada tingkat cukup yaitu
sebanyak 28 responden (57,1%).
3. Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan
tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) pada tingkat kurang yaitu
sebanyak 8 responden (16,4%).
B. Saran
1. Bagi Responden
Diharapkan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Toroh Grobogan
memiliki tingkat pengetahuan yang baik serta kompleks. Dalam hal ini
siswa-siswi harus pro aktif dalam mencari berbagai pengetahuan dan
sumber-sumber lain yang dapat menambah pengetahuan, seperti dari surat
kabar, internet, televisi, radio dan lain-lain.
43
44 �
2. Bagi Institusi Terkait
a. Bagi SMA Negeri 1 Toroh Grobogan
Diharapkan Guru Bimbingan Konseling memberikan bimbingan
yang intensif, khususnya mengenai Sex Education, sehingga dari
bimbingan tersebut para siswa diharapkan mampu mengerti mengenai
berbagai pengetahuan tentang penyakit menular seksual (PMS).
b. Bagi STIKES Kusuma Husada Surakarta
Diharapkan dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat untuk dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi
instusi pendidikan.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan acuan bagi peneliti
lain untuk melanjutkan penelitian tentang penyakit menular seksual dan
untuk mengembangkan variabel peneliti.
�