TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR...

70
i TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SISWI KELAS XI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh : NOVIA RAHMAWATI NIM : B09 037 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAHTINGGIILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

Transcript of TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR...

Page 1: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

i

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT

MENULAR SEKSUAL SISWI KELAS XI

DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

NOVIA RAHMAWATI

NIM : B09 037

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAHTINGGIILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 2: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara
Page 3: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara
Page 4: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara
Page 5: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul : ’’Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Penyakit Menular

Seksual Siswi Kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA”. Karya Tulis Ilmiah

ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat

kelulusan STIKES Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra.Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi D III Kebidanan STIKES

Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Leni Kurniawati, SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis

4. Bapak Literzet Sobri, M.Pd, selaku kepala Sekolah SMA BATIK 1

SURAKARTA yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam

penggunaan lahan.

5. Seluruh Dosen dan Staff Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada

Surakarta atas segala bantuan yang telah di berikan.

6. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan telah

membantu memberikan informasi kepada penulis.

Page 6: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

v

7. Kedua orangtua saya, kakak dan adik yang telah memberikan doa dan

dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

8. Seluruh rekan-rekan Prodi DIII Kebidanan Stikes Kusuma Husada Surakarta

yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

9. Semua pihak yang telah bersedia membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 2012

Penulis

Page 7: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

vi

Prodi D III Kebidanan

Stikes Kusuma Husada Surakarta

KaryaTulisIlmiah, Juli 2012

Novia Rahmawati

B09.037

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT

MENULAR SEKSUAL SISWI KELAS XI

DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

TAHUN 2012

xiv + 54 halaman + 12 lampiran + 6 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit menular seksual umumnya terjadi karena adanya

perubahan pola hidup masyarakat dan perubahan gaya hidup. Untuk mencegah

terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara tidak melakukan hubungan

seksual, saling setia pada pasangan, selalu menjaga kebersihan alat kelamin,

selalu menggunakan kondom untuk mencegah PMS. Oleh sebab itu dampak

pergaulan bebas dapat mengantarkan pada kegiatan menyimpang seperti seks

bebas. Penyebab terjadinya penyakit menular seksual dengan kasus terbanyak

yaitu gonore (87,5%), HIV (33,5%%), dan sifilis (4,16%).

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang

penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA dalam

kriteria baik, cukup dan kurang.

Metode Penelitian : Jenis Penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini

dilaksanakan di SMA BATIK 1 SURAKARTA pada tanggal 2-12 Mei 2012 dan

tanggal 12 Juni 2012 dengan sampel yaitu remaja sebanyak 30 responden

menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik systematic random

sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner tertutup sedangkan teknik

analisa dengan menggunakan analisa data univariat.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan remaja

tentang penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1

SURAKARTA yaitu remaja yang mempunyai pengetahuan cukup yaitu 23

responden (77%), pengetahuan kurang yaitu 4 responden (13%) dan pengetahuan

baik yaitu 3 responden (10%).

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual

siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA adalah cukup yaitu 23 responden

(76,66%).

Kata kunci : Pengetahuan, Remaja, Penyakit Menular Seksual.

Kepustakaan : 28 literatur (2003– 2011)

Page 8: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

vii

MOTTO

“Senyumlah...senyumlahhhh karena senyum itu ibadah”

“Rendahlah dirimu terhadap mereka berdua (Ayah dan Ibu) dengan

penuh kesayangan dan ucapkanlah” wahai Tuhanku kasihilah

mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku

waktu kecil " (Qs. Al Israq : 24)

“Kamu tidak dapat menuntut ilmu kecuali dengan dukungan enam

perkara yaitu : cerdas, gemar belajar, sabar, tekun dan bersungguh-

sungguh, memiliki biaya dan dibantu oleh guru untuk belajar dalam

jangka waktu yang telah ditentukan” (Imam Asy-Syafi’i)

“Bersabar, berusaha, kerja keras dan berdoa menuntun kita untuk

meraih impian yang kita inginkan”

“Dimulai dari diri kita yang mampu menentukan masa depan kita”

“Beribadah adalah cara yang tepat untuk mendekatkan diri pada-

Nya”

Page 9: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

viii

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan YME Karya

Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :

Ø Allah SWT yang memberikan petunjuk kelancaran dan

kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Ø Alm. Papa tercinta terimakasih atas doa restunya dan

cinta kasihnya selama ini.

Ø Bundaku tercinta terimakasih atas doa restunya, cinta

kasihnya, dukungannya, dan jadi penyemangat dalam

hidupku selama ini.

Ø Kakak dan adikku tercinta yang selalu memberikan

support setiap langkah ku.

Ø Bu Leni Kurniawati makasih banget selama ini telah

sabar membimbing.

Ø Aldo Bangkit P makasih banget selalu support, memberi

semangat, menemaniku di kala susah dan senang, dan

selalu mendoakanku.

Ø Teman – temanku Winda, Yunika, Novi, Jaya yang telah

berpartisipasi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Ø Almamater tercinta.

Page 10: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara
Page 11: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

ABSTRAK....................................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................... vii

CURICULUM VITAE.................................................................................... ix

DAFTAR ISI................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................ 7

C. Tujuan penelitian ................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8

E. Keaslian Penelitian .............................................................................. 8

F. Sistematika Penelitian ......................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan .................................................................................. 11

a. Pengertian Pengetahuan .......................................................... 11

b. Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan ..................................... 11

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .................... 14

d. Cara Pengukururan Pengetahuan ............................................. 16

e. Sumber-sumber Pengetahuan .................................................. 16

f. Pengukuran Pengetahuan ........................................................ 16

2. Remaja ........................................................................................... 17

a. Pengertian Remaja .................................................................. 17

Page 12: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

xi

b. Tahap-tahap Perkembangan Remaja ........................................ 17

c. Perubahan Fisik Pada Remaja .................................................. 20

3. Pubertas................................................................................ .......... 23

4. Penyakit Menular Seksual

a. Pengertian.................................................................................. 23

b. Tanda dan Gejala PMS............................................................ 24

c. Cara Pencegahan PMS............................................................ 25

d. Macam-macam PMS................................................................ 26

e. Cara Pengobatan PMS.............................................................. 26

B. Kerangka Teori .................................................................................... 34

C. Kerangka Konsep penelitian ................................................................ 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan RancanganPenelitian ............................................................ 36

B. Lokasi dan WaktuPenelitian ................................................................ 36

C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 36

D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 38

E. Teknik pengambilanData ..................................................................... 42

F. Variabel Penelitian ............................................................................. 42

G. Definisi Operasional ............................................................................ 43

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ................................................ 43

I. Etika Penelitian ................................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum.................................................................................. 47

B. Hasil Penelitian..................................................................................... 47

C. Pembahasan.......................................................................................... 50

D. Keterbatasan.......................................................................................... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................... 53

B. Saran..................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi- Kisi Kuisioner ....................................................................... 39

Tabel 3.2 Definisi operasional penelitian ....................................................... 43

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur...................... 48

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas...................... 48

Tabel 4.3 Mean dan Standar Deviasi.............................................................. 49

Tabel 4.4 Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual

di SMA BATIK 1 SURAKARTA................................................. 50

Page 14: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 34

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... ̀ 35

Page 15: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal penelitian

Lampiran 2. Surat permohonan studi pendahuluan

Lampiran 3. Surat permohonan uji validitas

Lampiran 4. Surat permohonan penelituan

Lampiran 5. Surat keterangan balasan studi pendahuluan, uji validitas

dan penelitian

Lampiran 6. Surat permohonan responden

Lampiran 7. Informed consent

Lampiran 8. Kuesioner penelitian

Lampiran 9. Kunci jawaban kuesioner

Lampiran 10. Hasil uji validitas

Lampiran 11. Hasil penelitian

Lampiran 12. Lembar konsultasi KTI

Page 16: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pergaulan bebas di generasi muda Indonesia kini menjadi tak

terbantahkan. Budaya Barat telah membunuh paksa budaya ketimuran kita

yang terkenal beradab. Disini saya tidak menyebut budaya barat tidak

beradab, tetapi ada begitu banyak perbedaan budaya yang terlampau jauh

sehingga bangsa Indonesia mengalami pergeseran budaya. Selain pergaulan

remaja, perubahan gaya hidup juga mempengaruhi terjadinya PMS pada

masyarakat. Penyakit menular seksual umumnya terjadi karena adanya

perubahan pola hidup masyarakat. Di sisi lain, meningkatnya pelayanan

kesehatan menyebabkan adanya perubahan pola epidemiologi berupa

peningkatan usia harapan hidup dan prevalensi usia lanjut, termasuk lansia

dengan penyakit menular seksual. Akan tetapi, Tidak semua orang memiliki

risiko tinggi tertular PMS karena tidak semua gaya hidup dapat memicu

risiko terjadinya penularan PMS. Ada sejumlah perilaku tertentu yang dapat

meningkatkan risiko tertular PMS yaitu: berganti-ganti pasangan, mengenal

seks sejak dini tanpa edukasi yang baik, pemakaian alkohol yang berlebihan,

penggunaan obat-obat terlarang, ngeseks karena butuh uang untuk gaya

hidup, minum pil KB untuk cegah PMS (Admin, 2011).

Page 17: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

2

Masa remaja adalah masa transisi dalam kehidupannya dan memiliki

emosional yang masih labil cenderung untuk meniru dan mengikuti budaya

barat yang sebenarnya sangat bertentangan dengan norma-norma yang

berlaku di masyarakat Indonesia. Tentunya generasi muda bangsa Indonesia

tidak ingin memiliki generasi muda yang tidak bermoral hanya karena

terpengaruh budaya barat tersebut. Adanya norma yang berkembang di

masyarakat, budaya sebagai asset peninggalan leluhur, serta agama sebagai

pedoman hidup diharapkan mampu mengekang dan menjadi benteng dalam

melindungi moral generasi muda (Syarif, 2008).

Remaja masa pencarian jati diri yang mendorongnya mempunyai rasa

keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol, dan diakui eksistensinya.

Namun disisi lain remaja mengalami ketidakstabilan emosi sehingga mudah

dipengaruhi teman dan mengutamakan solidaritas kelompok. Diusia remaja,

akibat pengaruh hormonal, juga mengalami perubahan fisik yang cepat dan

mendadak. Perubahan ini ditunjukkan dari perkembangan organ seksual

menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya organ genetalia sekunder. Hal

ini menjadikan remaja sangat dekat dengan permasalahan seputar seksual.

Data menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi

seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua.

Berkembang pula opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba

(sexpectation). Terlebih lagi ketika remaja tumbuh dalam lingkungan mal-

adiptif, akan mendorong terciptanya perilaku amoral yang merusak masa

depan remaja. Dampak pergaulan bebas mengantarkan pada kegiatan

Page 18: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

3

menyimpang seperti seks bebas. Tindak kriminal termasuk aborsi, narkoba

serta berkembangnya penyakit menular seksual (Syarif, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Taufik (2008), mengenai perilaku seksual

remaja SMU di surakarta dengan sampel berjumlah 1.250 orang, berasal dari

10 SMU di Surakarta yang terdiri dari 611 laki – laki dan 639 perempuan

menyakin bahwa sebagian besar remaja pernah melakukan ciuman bibir

10,53%, melakukan ciuman dalam 5,6%, melakukan onani atau masturbasi

4,23%, dan melakukan hubungan seksual sebanyak 3,09%. Remaja

merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa

dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari

masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15- 18

tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, 2003). Menurut

Green (2004), perilaku seseorang di pengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor

predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong.

PMS menurut Manuaba (2008) adalah penyakit yang cara penularannya

melalui hubungan kelamin. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut, tidak

semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat

diluar alat kelamin.

Menurut Harahap (2011) data di Pokja Penanggulangan HIV/AIDS

Kelurahan Kestalan, Banjarsari, antara September 2010 dan Maret 2011 kasus

HIV/AIDS meningkat 15 persen, yaitu dari 447 menjadi 517. Pertambahan

kasus sebanyak 70 tidak otomatis penularannya terjadi pada rentang waktu

Septemer 2010 dan Maret 2011, Jika ada di antara kasus baru itu ada yang

Page 19: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

4

tedeteksi HIV maka penularan terjadi minimal tiga bulan sebelum tes yaitu

Desember 2010. Tapi, kalau ada di antara kasus itu yang terdeteksi HIV pada

masa AIDS maka penularan sudah terjadi antara 5 dan 15 tahun sebelum

terdeteksi.

Menurut Lurah Kestalan, Ibnu Sarsito, setiap kali pemeriksaan 80 persen

PSK terdeteksi IMS, seperti sifilis, GO, hepatitis B, dll, karena penularan

IMS sama dengan penularan HIV maka bisa jadi juga terjadi penularan

HIV.Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memutus mata rantai

penyebaran HIV dari masyarakat ke PSK dan sebaliknya adalah mewajibkan

setiap laki-laki memakai kondom ketika sanggama dengan PSK (Harahap,

2011).

Kasus penyakit menular seksual yang ditemukan dalam rentang waktu 1

januari 2010 sampai 31 desember 2010 di RS PKU Surakarta di dapatkan

sebanyak 24 kasus, dengan frekuensi tertinggi pada usia 24-45 tahun yakni

sebanyak 14 kasus dan 6 kasus PMS diderita oleh pasien usia remaja (kurang

lebih usia 19 tahun) ,kasus terbanyak yang ditemukan adalah gonore (87,5%),

(HIV 33,5%), dan sifilis (4,16%). Isu etika yang ditemui dokter dalam

penanganan PMS pada remaja terutama dalam hal penggalian informasi

tentang perilaku seksual yang beresiko, penyampaian informasi kepada wali

atau orang tua pasien, pengambilan keputusan terapi pada pasien remaja serta

menjaga kerahasiaan pasien(Ilmawan, 2010 ).

Menurut Daili (2007)Chlamydia trachomatis telah terbukti bahwa lebih

50% daripada semua kasus Uretritis Nonspesifik disebabkan oleh kuman ini.

Page 20: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

5

Pemeriksaan sitologi langsung dengan pewarnaan Giemsa memeliki

sensitivitas tinggi untuk konjungtivitis (95%), sedangkan infeksi genital

rendah (pria 15%, wanita 41%). Pada kasus Gonore diseminata kira-kira 1%

kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini banyak

didapat pada penderita dengan gonore asimtomatik sebelumnya, terutama

pada wanita. Gejala yang timbul dapat berupa: artritis, miokarditis,

endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kasus Trikomoniasis

pada pria dapat menyebabkan uretritis dan protatitis yang kira-kira

merupakan 15% kasus uretritis non gonore. Menurut Handoko 2007 Bila

pada kehamilan timbul Herpes genetalis,perlu mendapatkan perhatian yang

serius, karena melalui plasenta virus dapat sampai ke sirkulasi fetal serta

dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal

mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari hidup, menderita cacat

neurologik atau kelainan pada mata. Menurut Judanarso 2007 pernah

disebutkan 50% ditemukan pada pemakai AKDR dan 86% bersama-sama

dengan infeksi Trachomonas, hampir 90% laki-laki yang mitra seksual

wanitanya terinfeksi G.Vaginalis dengan biotipe yang sama dalam uretra,

tetapi tidak menyebabkan uretritis.

Berdasarkan laporan studi kasus yang dilakukan oleh Pusat Informasi dan

Layanan Remaja (PILAR) Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia

(PKBI) Jawa Tengah pada tahun 2010 tercatat mitra 8.463 yang berkonsultasi

melalui telepon, surat dan tatap mata, kasus tertinggi terdapat juga pada

hubungan seksual pranikah berjumlah 863 jiwa, aborsi 687, kehamilan

Page 21: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

6

pranikah 483,PMS 452, memakai kontrasepsi 347, masalah pacaran 778,

masalah dengan keluarga 449, masalah sekolah 344 (PILAR PKBI, 2010).

Usia remaja sering disebut sebagai peralihan periode, yaitu periode

peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang penuh gejolak (BKKBN,

2003). Sarwono (2003) menyatakan bahwa persyaratan untuk menjadi dewasa

justru semakin berat yaitu harus sekolah dulu, mempunyai pekerjaan dulu,

sehingga memerlukan waktu semakin lama. Hal tersebut mengakibatkan usia

rata-rata perkawinan meningkat dari usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun

untuk pria dalam UU perkawinan 1974 sampai mendekati umur 26 tahun bagi

wanita dan 30 tahun bagi laki-laki (Pratiwi,2004).

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan metode

wawancara pada remaja sebanyak 10 responden di SMA BATIK 1

SURAKARTA, didapatkan ada 7 siswa yang belum mengerti tentang

penyakit menular seksual.Berdasarkan latar belakang di atas dan dikarenakan

Penyakit Menular Seksual dapat berakibat fatal terhadap kesehatan generasi

penerus bangsa, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai “ Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual

Siswi Kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA“.

Page 22: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

7

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah yang diangkat

adalah “ Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit

Menular Seksual Siswi Kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA ? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular

seksual sisiwi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit

menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA

dalam kriteria baik.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit

menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA

dalam kriteria cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit

menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA

dalam kriteria kurang.

Page 23: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan guna memperluas wawasan tentang

ilmu pengetahuan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi pendidikan guna

memperoleh referensi tentang penyakit menular seksual.

3. Bagi Peneliti

Dapat manambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti, serta hasil

penelitian dapat dijadikan bahan penyuluhan bagi masyarakat.

4. Bagi Institusi terkait

Dapat menjadi masukan bagi institusi terkait tentang keadaan remaja di

wilayah setempat, sehingga dapat menjadi upaya pencegahan bila ada kasus

penyakit menular seksual.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian merupakan uraian tentang hasil penelitian yang telah ada, baik di

Indonesia maupun luar negeri dan berhubungan dengan topik masalah yang

dibahas dan menjelaskan secara nyata antara penelitian yang telah ada:

1. Puji Lestari (2009) melakukan penelitian dengan judul “Tingkat

Pengetahuan Pekerja Seks Komersial (PSK) tentang Penyakit Menular

Seksual di Desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Pekalongan tahun 2009”. Rancangan penelitian dengan metode survai

deskriptif dengan cross sectional, populasi 93, sampel 93, teknik analisa

Page 24: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

9

dengan total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 93

responden pekerja seks komersil Desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Pekalongan dengan mempunyai pengetahuan baik 39 orang

(39,78%), pengetahuan cukup 45 orang (48,38%), dan yang mempunyai

pengetahuan kurang ada 11 orang (11,82%), dalam penelitian ini selain

pengetahuan ada biaya, keefektifan dan psikologi. Hasil penelitian ini

dipengaruhi oleh faktor umur, pengetahuan dan informasi.

2. Ari Letari (2009) melakukan penelitian dengan judul “Tingkat

Pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual pada Mahasiswa DIII

Kebidanan Semarang”. Rancangan penelitian dengan metode deskriptif,

populasi 109, sampel 109, dengan teknik total sampling.Hasil penelitian

didapatkan dari 109 responden Mahasiswa DIII Kebidanan Semarang yang

mempunyai pengetahuan baik 19 orang (17,40%), pengetahuan cukup 26

orang (23,80%), dan yang mempunyai pengetahuan kurang 64 orang

(58,70%).

F. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penulisan KTI terdiri dari 5 BAB, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat mengenai latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat

studi kasus, keaslian studi kasus, dan sistematika penulisan.

Page 25: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi tentang tinjauan teori yang berisi tentang

pengertian pengetahuan, pengertian remaja, pengertian pubertas,

pengertian penyakit menular seksual, kerangka teori, dan kerangka

konsep penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang jenis rancangan penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, populasi sampel, teknik pengambilan sampel,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,

definisi operasional, metode pengolahan & analisa data, dan etika

penelitian dan jadwal penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian, hasil

penelitian, pembahasan penelitian dan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 26: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia,

atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan

sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera

penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

b. Cara-cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2010 pengetahuan seseorang terhadap

objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara

garis besanya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya:

tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban

adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah

Page 27: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

12

ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes agepti, dan sebagainya.

Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu

dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa

tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC,

bagaimana cara melakukan PNS (pemberantasan sarang

nyamuk), dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sakedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek

yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara

pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar

menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi

harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras,

dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahd. Analisis (

analysis)adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelomi objek

Page 28: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

13

yang dimaksudkan dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya,

seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia

harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat

ia bekerja atau di mana saja. Orang yang telah paham

metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal

penelitian di mana saja, dan seteru.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-kpmponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu

sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut

telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek

tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes

Agepti dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow

chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki, dengan

kata lian, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

Page 29: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

14

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau

kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar,

dapat membuat kesimpilan tentang artikel yang telah dibaca.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku

di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau

menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak,

seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan

sebagainya.

c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:

1) Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja (Nursalam dan Pariana, 2004).

2) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita

tertentu. Kegiatan formal dan informal berfokus pada proses

Page 30: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

15

belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku,

yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi

mengerti, dan tidak dapat menjadi dapat. Maka makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki

(Sunaryo, 2004).

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan dan kehidupan keluarganya (Nursalam

dan Pariana, 2004).

4) Sosial ekonomi

Sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan seseorang untuk

memenuhi kebutuhannya (Nursalam dan Pariana, 2004).

5) Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan

seseorang meskipun seseorang memiliki pendidikan yang

rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari

berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar, maka hal

itu akan lebih meningkatkan pengetahuan seseorang (Nursalam

dan Pariana, 2004).

6) Kebudayaan

Kebudayaan mencakup segala cara atau pola pikir merasakan

dan bertindak perilaku seseorang juga tergantung pada budaya

Page 31: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

16

yang dianutnya, perilaku seseorang dipengaruhi oleh ilmu

pengetahuan yang dimiliki dan didapatkannya (Soekanto, 2004).

7) Pengalaman

Pengalaman yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang

sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita

peroleh (Notoatmodjo, 2004).

d. Cara pengukuran pengetahuan

Cara pengukuran pengetahuan di bagi dalam 3 kriteria, menurut

Riwidikdo, 2009 yaitu:

1) Dalam kriteria baik, bila nilai : (x) > mean + 1 SD

2) Dalam kriteria cukup, bila nilai : mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +1 SD

3) Dalam kriteria kurang, bila nilai : (x) < mean – 1 SD

e. Sumber Pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh melalui fakta dengan melihat dan

mendengar sendiri serta melalui alat-alat komunikasi, misalnya

dengan membaca surat kabar/buku, mendengar radio, melihat

televisi dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

f. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan denagan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diketahui atau

diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut.

Page 32: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

17

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari

perkembangan manusia.Masa ini merupakan masa perubahan atau

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di

sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya

dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun

(Notoatmodjo, 2007). Menurut Soetjiningsih (2004) masa remaja

merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak yang dimulai

saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12

tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.

b. Tahap-tahap perkembangan remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3

tahap perkembangan remaja:

1) Remaja awal (Early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan pada

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-

dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan

jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang

bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik.

Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya

Page 33: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

18

kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit

dimengerti dan dimengerti orang dewasa.

2) Remaja madya (middle adolescent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia

senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada

kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan

menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia

berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih

mana yang peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,

optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan

sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus

complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-

kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan.

3) Remaja akhir (late adolescent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi munuju periode dewasa dan

ditandai dengan lima pencapaian hal yaitu:

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya untuk mencari kesempatan untuk bersatu denga

orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepertingan

diri sendiri dengan orang lain.

Page 34: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

19

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya

(private self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010).

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat

perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya.

Berdasarkan sifat atau ciri perkembanganya, masa (rentang waktu)

remaja ada 3 tahapan:

1) Masa remaja awal (10-12) tahun

a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman

sebaya.

b) Tampak dan merasa ingin bebas.

c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak).

2) Masa remaja tengah (13-15) tahun

a) Tampak dan ingin mencari identidas diri.

b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada

lawan jenis.

c) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

3) Masa remaja akhir (16-19) tahun

a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap

dirinya.

d) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

Page 35: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

20

e) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak

(Widyastuti dkk, 2009).

Tugas-tugas perkembangan fase remaja amat berkaitan

dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal.

Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu

kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya,

diperlukan perkembangan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini

banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya (Ali dan Asrori,

2009).

c. Perubahan fisik pada remaja

1) Tanda seks primer

Tanda seks primer merupakan tanda yang menunjukkan alat

kelamin.

Pada Wanita

Alat kelamin wanita bagian luar terdiri dari:

a) Bibir luar (labiamayora)

b) Labia minor (labiaminora)

c) Klitoris, yaitu bagian penuh dengan ujung-ujung syaraf

sehingga sangat peka terhadap rangsangan atau sentuhan.

Sentuhan-sentuhan pada klitoris dapat menyebabkan

orgasme (puncak kenikmatan seksual) pada wanita.

d) Uretra (liang saluran seni)

Page 36: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

21

e) Liang senggama (vagina) berfungsi sebagai jalan keluar

haid, jalan masuk penis dalam senggama, dan jalan keluar

bayi waktu melahirkan.

Alat kelamin wanita bagian dalam terdiri dari:

a) Hymen (selaput dara)

b) Mulut rahim (serviks) yang menghubungkan vagina dengan

rahim.

c) Rahim (uterus), yaitu jaringan sebesar telur ayam, tetapi

punya kemampuanmelar yang sangat besar sekali dalam

mengandung bayi.

d) Saluran telur (tuba falopii) disebelah kanan dan kiri rahim.

e) Indung telur (ovarium) yang menghasilkan hormon-hormon

esterogen. Progesteron dan sel telur.

Pada Laki-laki

Alat kelamin pria terdiri dari:

a) Testis menghasilkan hormon-hormon testosterone dan

androgen dan spermatozoa diproduksi dalam jumlah ratusan

juta.

b) Saluran deferens (vas deferens), yaitu yang menghubungkan

testis dengan kelenjar prostat.

c) Kelenjar prostat yaitu tempat penyimpanan spermatozoa

sementara.

Page 37: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

22

d) Saluran kencing (uretra), yaitu tempat keluarnya air mani

dalam keadaan penis berereksi (Sarwono, 2010).

2) Tanda seks sekunder

Tanda-tanda seks sekunder merupakan tanda-tanda badaniah

yang membedakan pria dan wanita.Pada wanita bisa ditandai

antara lain; pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi,

anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara,

tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap dikemaluan,

mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya, bulu

kemaluan menjadi keriting, haid dan tumbuh bulu-bulu ketiak.

Pada laki-laki bisa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang,

tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap,

awal perubahan suara, bulu kemaluan menjadi keriting, tumbuh

rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu

ketiak, rambut-rambut diwajah tambah tebal dan gelap, tumbuh

bulu didada (Sarwono, 2010).

Secara psikologis pada fase remaja ada dua aspek tugas

perkembangan seksualitas remaja yang penting dipersiapkan

yaitu :

a) Orientasi seksual, yaitu arah ketertarikan seksualnya

(heteroseksualitas atau homoseksualitas)

b) Peran seks, adalah menerima dan mengembangkan peran

serta kemampuan tertentu selaras dengan jenis kelaminnya

Page 38: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

23

bagaimana seorang perempuan dan laki-laki bersama-

sama dan saling mengisi satu sama lainnya secara

harmonis.

3. Pubertas

Pubertas yaitu masa ketika seorang anak mulai mengalami kematangan

secara seksual dan organ-organ reproduksi siap untuk menjalankan

reproduksinya. Masa puber seorang anak dengan anak yang lain sangat

bervariasi,. Pada anak perempuan pubertas dimulai lebih awal, yaitu

sekitar umur 10-14 tahun (ada literatur yang menyebutkan 8-14 tahun)

dan pada anak laki-laki, sekitar umur 12-16 tahun (sumber lain

menyebutkan 9-15 tahun). Pubertas dimulai ketika hipotalamus, yang

merupakan bagian otak, melepaskan hormon GnRH, (gonadotropin

Releasing hormone),. Hormon pelepas GnRH iniakan memberikan

respon pada kelenjar pituitari untuk melepaskan luteinizing hormone

(LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) untuk memulai

perkembangan seksual, baik pada nak laki-laki mapun perempuan (Eny

Sophia, 2009).

4. Penyakit Menular seksual

a. Pengertian Penyakit Menular Seksual

Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya

terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak

hanya terbatas sacara genito-genital saja, tetapi dapat juga sacara

oro-genital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat

Page 39: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

24

penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital

saja,tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital (Djuanda,

2007 ).

Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus

melalui hubungan kelamin, tetapi beberapa ada yang dapat juga

ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat , handuk,

termometer, dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin ini juga

dapat menularkan penyakitnya ini kepada bayi dalam kandungan.

b. Tanda dan gejala penyakit menular seksual

Menurut Admin 2011 karena bentuk dan letak alat kelamin

laki-laki berada di luar tubuh, gejala PMS lebih mudah dikenali,

dilihat dan dirasakan. Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara lain:

1. berupa bintil-bintil berisi cairan

2. lecet atau borok pada penis/alat kelamin

3. luka tidak sakit

4. keras dan berwarna merah pada alat kelamin

5. adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam,

6. rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin

7. rasa sakit yang hebat pada saat kencing

8. kencing nanah atau darah yang berbau busuk

9. bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian

berubah menjadi borok

Page 40: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

25

Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering

kali tidak disadari. Jika ada gejala, biasanya berupa antara lain:

1) rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual

2) rasa nyeri pada perut bagian bawah

3) pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,

4) keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal

dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya

5) keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal

6) timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,

7) bintil-bintil berisi cairan,

8) lecet atau borok pada alat kelamin

c. Cara pencegahan penyakit menular seksual

1) Tidak melakukan hubungan seksual

2) Saling setia bagi pasangan yang sudah menikah

3) Hindari hubungan seksual yang tidak aman atau beresiko

4) Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS

5) Selalu menjaga kebersihan alat kelamin

Pencegahan penyakit menular seksual juga dapat dilakukan sebagai

berikut:

a. Memberikan penyuluhan akan bahayanya penyakit menular

seksual, mereka harus mengerti arti pentingnya pencegahan

penyakit menular seksual.

Page 41: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

26

b. Memberitahu bagaimana cara-cara pencugahan penyakit

menular seksual.

c. Memberikan kesadaran akan pentingnya sikap setia.

d. Memberikan kesadaran apa akibat bila berganti-ganti pasangan.

e. Memberikan kesadaran apa akibat bila tidak menjaga kebersihan

organ intim (Admin, 2011).

d. Macam-macam penyakit menular seksual

Beberapa penyakit menular seksual menurut Djuanda 2007

1) Klamidia Trachomatis

2) Gonore

3) Herpes Simpleks

4) Trikomoniasis.

5) Vaginisis Bakterial

6) Sifilis

7) Ulkus Mole

8) HIV dan AIDS

e. Cara pengobatan penyakit menular seksual menurut Djuanda 2007

1. Klamidia Trachomatis

Klamidia Trachomatis merupakan tipe bakterial yang cara

penularannya dengan melakukan hubungan seks vaginal dan

anal.Gejala penyakit Klamidia Trachomatis pada pria biasanya

gejala baru timbul setelah kontak seksual dan umumnya tidak

seberat gonore. Gejalanya berupa disuria ringan, perasaan tidak

Page 42: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

27

enak di uretra, sering kencing dan keluarnya duh tubuh

seropurulen. Pada beberapa keadaan tidak terlihat keluarnya

cairan duh tubuh, sehingga menyulitkan diagnosis. Dalam

keadaan demikian sangat diperlukan pemeriksaan laboratorium.

Pada wanita, terutama menyerang leher rahim infeksi lebih

sering terjadi di serviks dibandingkan dengan di vagina, kelenjar

bartholin, atau uretra sendiri. Sama seperti gonore, umumnya

wanita tidak menunjukkan gejala. Sebagian kecil dengan

keluhan keluarnya duh tubuh vagina, disuria ringan, sering

kencing, nyeri di daerah pelvis, dan disperania. Cara pengobatan

yang paling efektif adalah golongan tetrasiklin dan eritromisin.

Di samping itu dapat juga dengan gabungan sulfa-trimetoprim,

spiramisin, dan kuinolon.Kadang-kadang tanpa pengobatan,

penyakit lambat laun berkurang dan akhirnya sembuh sendiri

(50-70% dalam waktu kurang lebih 3 bulan). Setelah

pengobatan kurang lebih 10% penderita akan mengalami

eksaserbasi/rekurens.

2. Gonore

Merupakan tipe bakterial.Cara penularannya dengan hubungan

seks vaginal, anal dan oral.Gejalanya ditandai dengan masa

tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5

hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena

penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang

Page 43: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

28

tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak

diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit

ditentukan karena pada umumnya asimtomatik. Walaupun

beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul,

sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah

terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari penis, vagina,

atau rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil. Cara

pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektifitas, harga,

dan sesedikit mungkin efek toksinya. Ternyata pilihan utama

ialah penisilin + probenesid, kecuali didaerah yang tinggi

insidens Neisseria Gonorrhoeae Penghasil Penisilinase

(N.G.P.P). Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan

adalah obat dengan dosis tunggal.

3. Herpes Simpleks

Penyakit Herpes simpleks disebabkan oleh Virus Herpes

Simpleks. Cara penularannya dengan hubungan seks vaginal,

oral dan khususnya anal; memakai jarum suntik bergantian;

perlukaan kulit karena alat-alat medis dan kedokteran gigi;

melalui transfusi darah.Gejalanya ditandai dengan Infeksi Virus

Herpes Simpleks ada 3 tingkat. Infeksi VHS primer tipe I di

daerah mulut dan hidung. Tipe II di daerah pinggang ke bawah,

terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes

menigitis dan infeksi neonatus. Pada fase laten penderita tidak

Page 44: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

29

ditemukan gejala klinis, tetapi HVS dapat ditemukan dalam

keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis. Infeksi rekurens,

infeksi ini barerti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam

keadaan tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan

mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme

pacu itu dapat berupa trauma fisik (demam, infeksi, kurang

tidur, hubungan seksual dan sebagainya), trauma psikis

(gangguan emosional, menstruasi). Cara pengobatannya sampai

saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan

radikal, artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah

episode rekurens secara tuntas. Pada lesi yang dini dapat

digunakan obat topikal berupa salap/krim yang mengandung

preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, viruguent-P) misalnya

acyclovir.

4. Trikomoniasis

Penyakit Trikomoniasis disebabkan oleh Trichomonas

Vaginalis. Cara penularannyaumumnya melalui hubungan

seksual, tetapi juga dapat melalui pakaian, handuk, atau karena

berenang.Gejala-gejala Trikomoniasis pada wanita, yang

diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun

kronik. Pada kasus akut terlihat sekret vagina seropurulen

berwarna kekunung-kuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak,

dan berbusa. Kadang-kadang terbentuk abses kecil pada dinding

Page 45: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

30

vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna

merah dan dikenal sebagai strawberry appearance dan disertai

gejala dispareunia, perdarahan pasca koitus, dan perdarahan

intermenstrual. Trikomoniasis pada lakilaki, yang diserang

terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang preputium,

vesikula seminalis, dan epedidimis. Pada umumnya gambaran

klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita.Cara

pengobatannya dapat diberikan secara topikal atau sistemik.

5. Vaginosis Bakterial

Penyakit Vaginosis Bakterial disebabkan oleh Gardnella

Vaginalis. Cara penularannya dengan melalui hubungan

seksual.Gejala-gejala penyakit Vaginosis Bakterial pada wanita

akan mengeluh adanya duh tubuh dari vagina yang ringan atau

sedang dan berbau tidak enak (amis), yang yang dinyatakan oleh

penderita sebagai satu-saunya gejala yang tidak menyenangkan.

Bau lebih menusuk setelah senggama dan mengakibatkan darah

menstruasi berbau abnormal. Iritasi daerah vagina atau sekitar

vagina (gatal, rasa terbakar) kalau ditemukan lebih ringandari

pada yang disebabkan oleh Trichomonas Vaginalis atau

C.albicans.Cara pengobatannya pada saat sekarang pengobatan

bervariasi dari yoghurt sampai antimikrobial sistemik.

Metronidazol dengan cara pemberian beberapa macam dosis,

Page 46: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

31

ternyata efektif terhadap V.B., meskipun jangka waktu optimum

dan dosis yang tepat masih dicari.

6. Sifilis

Penyakit sifilis merupakan tipeinfeksi yang disebabkan oleh

Tropenema Pallidum. Cara Penularannya dengan melalui

hubungan seksual, anal atau oral.Gejala-gejalapada fase awal,

penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau

“chancres” yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat

juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati

penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat

meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada

tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di

seluruh tubuh.Cara pengobatanny dapat diobati dengan

penisilin; namun, kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi

tidak dapat diperbaiki.

7. Ulkus Mole

Penyakit Ulkus Mole merupakan tipeinfeksi yang disebabkan

oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilus ducreyi). Cara

penularannya dengan melalui hubungan seksual.Gejala-gejala

pada penyakit ini pada masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari,

pada umumnya kurang dari 7 hari. Lesi kebanyakan multipel,

jarang soliter, biasanya pada daerah genital, jarang pada daerah

ekstragenital. Mula-mula kelainan kulit berupa papul, kemudian

Page 47: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

32

menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah

menjadi ulkus.Cara pengobatannya dilakukan dengan

pengobatan sistemik dengan obat Sulfonamida, Streptomisin,

Penisilin, Tetrasiklin dan Oksosetrasiklin.

8. HIV dan AIDS

Penyakit HIV dan AIDS merupakan penyakit yang disebabkan

oleh Virus HIV.Cara penularannya terutama melalui darah,

cairan tubuh, dan hubungan seksual.Gejala pada penderita AIDS

dapat ringan sampai berat.

Tingkat klinis 1 : Tanpa gejala sama sekali.

Tingkat klinis 2: Penurunan berat badan, Kelainan mulut dan

kulit yang ringan, misalnya dermatitis

seboroik, prurigo, onikomikosis, ulkus pada

mulut yang berulang dan keilitis. Herpes

zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir.

Infeksi saluran nafas bagian atas berulang,

misalnya sinusitis.

Tingkat klinis 3: Penurunan berat badan lebih dari 10%, Diare

kronik lebih dari 1 bulan, tanpa diketahui

sebabnya. Demam yang tidak diketahui

sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang

timbul maupun terus menerus. Kandidosis

mulut. Bercak putih berambut dimulut.

Page 48: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

33

Teburkolosis paru setahun terakhir. Cara

pengobatan: Beberapa penelitian terakhir

membuktikan bahwa obat-obat anti virus

yaitu indinavir, retrovir dan lamivudin yang

diberikan sebagai kombinasi dapat

meningkatkan CD4 dan menghilanhkan HIV

pada24/26 sampai ditingkat unmaesurable

genes of HIV. Obat-obat yang sedang diteliti

adalah antisente therapy, gene therapy

dengan penghambat HIV yang ditujukan ke

Cd4 dan sel induk (stem cell) (Djuanda,

2007).

Page 49: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

34

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Notoatmodjo (2010)

Sumber Pengetahuan

a. Buku

b. Surat Kabar

c. Radio

d. Televisi

Pengetahuan

a. Tahu

b. Memahami

c. Aplikasi

d. Analisis

e. Syntesis

f. Evaluasi

Faktor yang

mempengaruhi

pengetahuan

a. Usia

b. Pendidikan

c. Pekerjaan

d. Sosial ekonomi

e. Informasi

f. Kebudayaan

g. Pengalaman

Penyakit Menular Seksual

a. Pengertian penyakit

menular seksual.

b. Tanda dan gejala penyakit

menular seksual.

c. Cara pencegahan penyakit

menular seksual.

d. Macam macam penyakit

menular seksual.

e. Cara pengobatan penyakit

menular seksual.

Page 50: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

35

C. KERANGKA KONSEP

Gambar 2.2 Kerangka konsep

Keterangan ; Yang diteliti

Yang tidak diteliti

Tingkat Pengetahuan Remaja tentang

Penyakit Menular Seksual Siswi Kelas XI di

SMA BATIK 1 SURAKARTA

Baik

Cukup

Kurang

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Usia

2. Pendidikan

3. Pekerjaan

4. Sosial ekonomi

5. Informasi

6. Kebudayaan

7. Pengalaman

Page 51: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini

menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2005)

yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan

untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada

situasi sekarang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi adalah tempat yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan

kegiatan penelitian (Hidayat, 2011). Waktu adalah rencana tentang jadwal

yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian

(Hidayat, 2011). Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA BATIK 1

SURAKARTA dan waktu penelitian pada tanggal 20 Febuari sampai 12 Mei

2012.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi akan diambil dalam penelitian

Page 52: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

37

ini adalah siswa kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA yang

berjumlah 282 siswa yang terbagi menjadi 8 kelas.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009).

Sampel akan di ambil dari 8 kelas di SMA BATIK 1 SURAKARTA

dengan jumlah sampel ada 30 siswa. Dasar pengambilan sampel diambil

menurut (Riwidikdo, 2010) dimana sampel pada penelitian mini riset

minimal sampel yang dipakai adalah 30.

3. Tehnik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah systematic random sampling. Menurut Notoatmodjo (2010),

systematic random sampling yaitu membagi jumlah atau anggota populasi

dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan. Hasil yang diperoleh

adalah interval sampel.

Sampel diambil dengan membuat daftar anggota populasi secara acak

antara 1 sampai dengan 282. Anggota sampel yang terkena sampel

berdasarkan rumus sebagai berikut :

N (jumlah populasi) = 282 siswa

n (sampel) = 30 (sampel yang diinginkan)

I (interval) = N : n

= 282 : 30

= 9,4 9

Page 53: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

38

Pada penelitian ini hasil intervalnya adalah 9,4 dan peneliti

membulatkan menjadi 9. Maka anggota populasi yang terkena sampel

adalah setiap siswi yang mempunyai nomor absen dengan kelipatan 9,

yaitu 9, 18, 27, 36 dan seterusnya, sampai mencapai jumlah sampel

sebanyak 30 siswa (Notoatmodjo, 2010).

D. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkat

pengetahuan remaja putri tentang penyakit menular seksual adalah data primer

yang berupa kuesioner yang diberikan kepada siswa. Kuesioner adalah daftar

pernyataan/pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana

responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda

tertentu (Notoatmodjo, 2005).

Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk pernyataan dimana dalam

pernyataan tersebut disediakan pilihan jawaban “benar” atau “salah” dan

responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut.

Pernyataan (+) jika benar bernilai 1, jika salah bernilai 0.

Pernyataan (-) jika benar bernilai 0, jika salah bernilai 1.

Page 54: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

39

Untuk memudahkan dalam menyusun instrumen, maka diperlukan kisi-

kisi. Berikut kisi-kisi dari instrumen dalam penelitian ini.

Tabel.3.1.Kisi-kisi Kuesioner

Variabel Indikator No soal Jumlah

(soal)

(+) (-)

Pengetahu

an Remaja

tentang

Penyakit

Menular

Seksual

1. Pengertian

PMS

2. Tanda dan

gejala PMS

3. Cara

pencegahan

PMS

4. Macam-

macam PMS

5. Cara

pengobatan

PMS

1,2

4,5,6,7,8

11,12,13,14,15

16,17,18,19,20,22,23,24,25,27,

28,29

30,31,32,33,34,35

2

5

5

12

6

Jumlah 30

Sumber: Data primer, Maret 2012

Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, maka kuesioner diujikan

terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabelitas. Uji tersebut akan

dilakukan kepada siswa kelas XI SMA BATIK 1 SURAKARTA. Uji

validitas diujikan kepada responden sebanyak 30 orang.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Untuk

mengetahui validitas item dalam penelitian ini menggunakan uji validitas

dengan rumus korelasi product moment. Instrumen dikatakan valid jika nilai

rhitung > rtabel (Arikunto, 2010).

Page 55: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

40

Rumus korelasi product moment adalah:

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban

tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dengan cara mencoba

instrumen 1 kali saja, analisa data yang akan digunakan adalah dengan

menggunakan rumus Spearman-Brown dengan bantuan program komputer

SPSS for Windows.

( ) ( ) }Y - Y {N }X X {

YX. - XY . N

222 2 SSS-S

SSS=

Nrxy

Page 56: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

41

Rumus Spearman-Brown adalah sebagai berikut:

21

21

21

21

111

2

r

rxr

+=

Keterangan :

r11 = Reliabilitas Instrument

r½½ = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan

instrumen.

Dinyatakan reliabel bila nilai r tabel < r kriteria (Arikunto, 2010).

Uji validitas dan uji reliabilitas dilaksanakan pada tanggal 2 sampai

dengan 12 Mei 2012 pada 30 responden. Dari 35 pernyataan setelah

dilakukan uji validitas didapatkan hasil 17 pernyataan memiliki r hitung > r

tabel(5%) ) 0,361, sebanyak 13 pernyataan memiliki r hitung > r tabel(1%) 0,463

dan 5 pernyataan memiliki r hitung < r tabel(5%) 0,361. Maka dapat dikatakan

30 pernyataan valid, artinya sebanyak 30 pernyataan dapat digunakan dalam

pengumpulan data penelitian, sedangkan 5 pernyataan tidak valid antara lain

nomor : 3, 9, 10, 21, 26 dihapus dari daftar pernyataan kuesioner. Untuk uji

reliabilitas didapatkan angka reliabilitas kuesioner adalah 0,926.

Page 57: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

42

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung dari

subyek penelitian atau sampel, meliputi:

a. Data identitas responden

b. Data dari kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat

pengetahuan remaja tentang PMS dengan pertanyaan tertutup,

penilaian diberikan dengan skor 0 bila jawaban salah dan skor 1 bila

jawaban benar.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang di dapatkan tidak secara langsung

dari subyek penelitian, dalam penelitian ini jumlah remaja di SMA

BATIK 1 SURAKARTA diperoleh dari Kepala Sekolah.

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam

penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja

tentang PMS ( Penyakit Menular Seksual).

Page 58: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

43

G. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Skala

ukur

Hasil

Pengetahuan

remaja

tentang

penyakit

menular

seksual

Segala

sesuatu

yang

diketahui

remaja

tentang

pengertian

penyakit

PMS, tanda

dan gejala

PMS, cara

pencegahan

PMS,

macam-

macam

PMS, dan

cara

pengobatan

PMS.

Kuesioner Ordinal a. Baik:

apabila nilai yang

diperoleh : (x) > mean + 1

SD

b. Cukup:

apabila nilai yang

diperoleh : mean – 1 SD ≤

x ≤ mean + 1 SD

c. Kurang:

apabila nilai yang

diperoleh : (x) < mean – 1

SD

Sumber: Data primer, 2012

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data. Proses pengolahan data ada 4 yaitu:

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban

dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian

dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing

Page 59: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

44

dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak

sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-

tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan

data selanjutnya.

c. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke

dalam tabel.

d. Scoring

Selanjutnya menetapkan pemberian skor pada angket/kuesioner pada

penelitian ini dalam penelitian menggunakan pola apabila jawaban

benar diberi nilai 1 dan apabila jawaban salah dinilai 0.

(Arikunto, 2010).

2. Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel

dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan

prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Selanjutnya hasil untuk

mengetahui tingkat pengetahuan remaja, ditunjukkan dengan prosentase

dengan keterangan sebagai berikut:

Page 60: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

45

a. Pengetahuan baik, bila nilai yang diperoleh : (x) > mean + 1 SD

b. Pengetahuan cukup, bila nilai yang diperoleh : mean – 1 SD ≤ x ≤

mean + 1 SD

c. Pengetahuan kurang, bila nilai yang diperoleh : (x) < mean – 1 SD

(Riwidikdo, 2009)

I. Etika Penelitian

Sebelumnya peneliti membuat informed consent atau persetujuan kepada

responden dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan penelitian,

serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari STIKES

Kusuma Husada Surakarta, Kepala sekolah SMA BATIK 1 SURAKARTA,

dan dari responden sendiri melalui informed consent yang terjamin

kerahasiaannya.

Menurut Hidayat (2007), masalah etika penelitian yang harus

diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent

adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

dampaknya. Apabila responden bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut.

Page 61: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

46

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

Page 62: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

SMA Batik 1 Surakarta berdiri sejak tahun 1982, SMA ini terdiri dari 3

tingkatan yaitu kelas X, XI, dan XII. Kelas X terbagi menjadi 9 kelas, kelas

XI terdiri dari jurusan IA dan IS, dimana jurusan XI IS terbagi menjadi 5

kelas dan jurusan XI IA terbagi menjadi 3 kelas, dan kelas XII terbagi 8 kelas

yaitu 5 kelas jurusan IS dan 3 kelas jurusan IA. SMA BATIK 1

SURAKARTA juga mempunyai fasilitas laboratorium, ruang kesenian,

perpustakaan, ruang komputer dan ruang musik, dan banyak kegiatan

ekstrakulikuler. SMA BATIK 1 SURAKARTA juga menjadi RSBI (Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional). Penelitian ini dilakukan di SMA BATIK 1

SURAKARTA, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta dengan luas wilayah

8820 . Batas wilayah SMA BATIK 1 SURAKARTA antara lain : sebelah

timur berbatasan dengan SMP Muhamadiyah 5 dan SMK Muhamadiyah 4,

sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Slamet Riyadi, sebelah barat berbatasan

dengan SMP BATIK dan sebelah utara berbatasan dengan PGSD.

Jumlah siswa-siswi di SMA BATIK 1 SURAKARTA sebanyak 903

orang, yang terdiri dari 382 laki-laki dan 521 perempuan.

B. Hasil penelitian

1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini karakteristik responden dibagi menjadi 2, yakni :

Page 63: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

48

a. Umur

Berikut ini tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan umur siswi

kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

No. Kategori Umur Jumlah Prosentase (%)

1. 16 tahun 24 80

2. 17 tahun 6 20

Total 30 100

Sumber : Data Primer, Juni 2012

Berdasarkan tabel 4.1. diketahui sebanyak 24 responden (80%) berada

pada kategori umur 16 tahun dan sebanyak 6 responden (20%) pada

kategori umur 17 tahun.

b. Kelas

Kelas responden dibagi menjadi 2 kategori, yakni : XI IS dan XI IA.

Tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas sebagai berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Prosentase (%)

1. XI IS 15 50

2. XI IA 15 50

Total 30 100

Sumber : Data Primer, Juni 2012

Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa 15 responden (50%) dari

kelas XI IS dan 15 responden (50%) dari kelas XI IA.

c. Analisa data

Setelah dilakukan analisa data terhadap tingkat pengetahuan remaja

tentang penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1

SURAKARTA telah mendapatkan hasil mean 24,90 dan standart

deviasi 2,369

Page 64: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

49

Tabel 4.3. Mean dan Standart deviasi

Variabel Mean Standar Deviasi

Pengetahuan remaja

tentang penyakit

menular seksual

24,90 2,369

Sumber : Data Primer, Juni 2012

Berikut ini perhitungan kategori pengetahuan responden :

a. Baik, bila nilai yang diperoleh : (x) > mean + 1 SD

: (x)> 24,90 + 1 x 2,369

: (x) > 27.269

: (x) >27.27

b. Cukup, bila nilai yang diperoleh : mean – 1 SD ≤ x ≤ mean

+ 1 SD

: 24,90 – 1 x 2,369 ≤ x ≤

24,90+2,369

: 22.531≤ x ≤27.269

c. Kurang, bila nilai yang diperoleh : (x) < mean – 1 SD

: (x)< 24,90– 1 x 27,269

: (x)<22.531

: (x) <22.53

Sehingga didapatkan hasil tingkat pengetahuan remaja tentang

penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1

SURAKARTA dalam tabel dibawah ini :

Page 65: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

50

Tabel 4.4. tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual siswi

kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA

No Pengetahuan Nominal Prosentase (%)

1. Baik 3 10

2. Cukup 23 77

3. Kurang 4 13

Total 100

Sumber : Data Primer, Juni 2012

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja

tentang penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1

SURAKARTA adalah baik sebesar 3 responden (10%), cukup sebesar 23

responden (77%) dan kurang sebanyak 4 responden (13%).

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 responden

menunjukan hasil tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular

seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA dengan kategori

baik sebanyak 3 responden (10%), kategori cukup sebanyak 23 responden

(77%) dan kategori kurang sebanyak 4 responden (13%). Jadi tingkat

pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA

BATIK 1 SURAKARTA di Jl. Slamet Riyadi 445 Kecamatan Laweyan Kota

Surakarta adalah cukup.

Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan adalah berbagai gejala yang

ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan

muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenai benda

atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Pengetahuan yang cukup pada remaja tentang penyakit menular seksual,

dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi remaja tentang penyakit

Page 66: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

51

menular seksual tidak hanya pengetahuan saja, tetapi informasi, pengalaman,

pergaulan di kalangan remaja dan kultur/budaya.

Masa remaja merupakan salah satu periode peralihan dari masa kanak-

kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan

psikologik, dan perubahan sosial. Pada tabel 4.1 menunjukkan karakteristik

responden berdasarkan umur. Pada tabel tersebut remaja yang umur 16 tahun

pengetahuan tentang penyakit menular seksual lebih rendah dibandingkan

dengan umur 17 tahun, umur 16 tahun pada remaja tersebut hanya

mengetahui tentang pengertian penyakit menular seksual, jenis-jenis penyakit

menular seksual dan bahaya penyakit menular seksual, berbeda dengan umur

17 tahun yang mana pengetahuannya lebih luas dan mampu mengembangkan

pola pikirnya, semakin bertambahnya umur semakin meningkat pula

pengetahuannya.

Menurut Nursalam dan Pariana (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuanya itu usia, pendidikan, pekerjaan, social ekonomi, informasi dan

pengalaman. Semakin tua usia seseorang tingkat berfikirnya semakin matang.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima

informasi, seseorang yang memiliki pekerjaan akan semakin mudah

mendapatkan informasi dan pengalaman, informasi dan pengalaman, semakin

banyak informasi dan pengalaman maka semakin tinggi pula tingkat

pengetahuannya.

Pengetahuan tentang penyakit menular seksual perlu diketahui oleh remaja

agar remaja mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan

Page 67: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

52

penatalaksanaan akibat dari penyakit menular seksual agar terhindar dari

penularan penyakit tersebut.

PMS (Penyakit Menular Seksual) adalah penyakit yang penularannya

terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya

terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau

ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak

terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah

ekstra genital (Djuanda, 2007).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahun remaja tentang

penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA

adalah cukup, jadi seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Puji Lestari

(2009), selain pengetahuan ada biaya, keefektifan dan psikologi. Hasil

penelitian oleh Puji Lestari diperoleh dengan pengetahuan baik ada 39 orang

(39,78%), pengetahuan cukup ada 45 orang (48,48%), dan pengetahuan

kurang ada 11 orang (11,82%), dari hasil penelitian tersebut diperoleh

pengetahuan yang cukup tentang pengetahuan pekerja seks komersial tentang

penyakit menular seksual. Hasil penelitian menunjukkan faktor umur,

pengetahuan dan informasi yang mempengaruhi penelitian yang dilakukan

oleh Puji Lestari.

Page 68: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

53

D. Keterbatasan

a. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, sehingga penelitian

terbatas pada tingkat pengetahuan saja.

b. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, sehingga responden

hanya bisa menjawab ya atau tidak saja dan jawaban responden belum bisa

untuk mengetahui pengetahuan responden secara mendalam.

Page 69: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

54

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dengan judul tingkat pengetahuan remaja tentang

penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual pada

tingkat baik sebanyak 3 responden (10%)

2. Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual pada

tingkat cukup sebanyak 23 responden (77%)

3. Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual pada

tingkat kurang sebanyak 4 responden (13%)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu adanya upaya untuk

meningkatkan pengetahuan yang lebih baik. Oleh karena itu, peneliti

menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Remaja

Disarankan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit

menular seksual, agar para remaja lebih waspada lagi terhadap

penyakit menular seksual.

Page 70: TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR ...digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma... · terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara

55

2. Bagi SMA BATIK 1 SURAKARTA

Disarankan untuk mengadakan penyuluhan tentang penyakit menular

seksual pada remaja agar pengetahuan semakin meningkat.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hendaknya karya tulis ilmiah ini digunakan sebagai sumber bacaan

atau referensi untuk menaikkan kualitas pendidikan kebidanan

khususnya tentang penyakit menular seksual.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

dengan metode penelitian yang berbeda dan jumlah populasi yang

berbeda sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik.