Therapeutic Efficacy of Hysterosalpingography With Special Reference to Application Of

download Therapeutic Efficacy of Hysterosalpingography With Special Reference to Application Of

of 4

description

jjss

Transcript of Therapeutic Efficacy of Hysterosalpingography With Special Reference to Application Of

Therapeutic Efficacy of Hysterosalpingography with Special Reference to Application of Hydrostatic Pressure During the Procedure

Mehboob Hussain, Saleh Al Damegh, Amin Tabish, College of Medicine, Qassim University, Saudi ArabiaLatar Belakang

Obsruksi tuba merupakan penyebab terbanyak pada sebagian besar wanita yang infertile. Penyebab dari obstruksi tuba adalah endometriosus tuba, klamidia, TB, Salpingitis, riwayat obstruksi tuba sebelumnya, kehamilan tuba sebelumnya, perlengketan tuba, baik karena operasi appendiktomi, atau operasi lainnya. Selain itu bias juga karena adanya debris atau spasme tuba. Dimana masalah obstruksi tuba akibat adanya debris atau spasme dapat ditatalaksana dengan menggunakan teknik kateterisasi tuba fallopi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan terapi obstruksi tuba proksimal dengan teknik hydrostatic pressure selama pemeriksaan HSG.

Metode

Dalam studi ini diikutkan 100 wanita dengan variasi umur 18-30 tahun yang secara klinis kemungkinan mereka adalah infertile akibat obstruksi tuba proksimal (FTO) atau infertile akibat sesuatu yang belum diketahui. Jika penyebabnya adalah akibat kelainan organic lainnya, tidak dapat diiukutkan dalam penelitian ini. 59 dari mereka adalah infertile primer dan 41 infertil sekunder.

Hasil

Dari 100 pasien yang diduga adalah infertile akibat obstruksi tuba atau tanpa penyebab yang diketahu, 57% dari mereka memiliki tuba paten tanpa adanya spill kontras, 33% memiliki obstruksi tuba unilateral, dan 10% obstruksi tuba bilateral.

Dari 33 orang dengan obstruksi tuba unilateral, 15 orang tuba terbuka. Dari 10 orang dengan obstruksi tuba bilateral, 4 orang tuba terbuka unilateral, 3 orang terbuka bilateral. Dan dalam pantauan 6 bulan, 6 wanita tersebut berhasil hamil (24%)Kesimpulan

Teknik hydrostatic pressure selama pemeriksaan HSG merupakan salah satu penatalaksanaan pada wanita infertile akibat obstruksi tuba. Selain minimal invasive, teknik ini juga tergolong lebih murah dibandingkan denga teknik kateterisasi tuba, laparascopi ataupun laparatomi.---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Therapeutic Efficacy of Hysterosalpingography with Special Reference to Application of Hydrostatic Pressure During the Procedure

Mehboob Hussain, Saleh Al Damegh, Amin Tabish, College of Medicine, Qassim University, Saudi ArabiaPendahuluanPrevalensi wanita infertile adalah 8-15%. 1/3 kauas merupakan pada wanita, dan 1/3 kasus lainnya bias tejadi pada pria atau 1/3 kasus lain pada keduanya.

Obsruksi tuba merupakan penyebab terbanyak pada sebagian besar wanita yang infertile. Penyebab dari obstruksi tuba adalah endometriosus tuba, klamidia, TB, Salpingitis, riwayat obstruksi tuba sebelumnya, kehamilan tuba sebelumnya, perlengketan tuba, baik karena operasi appendiktomi, atau operasi lainnya. Selain itu bias juga karena adanya debris atau spasme tuba. Dimana masalah obstruksi tuba akibat adanya debris atau spasme dapat ditatalaksana dengan menggunakan teknik kateterisasi tuba fallopi.

Kateterisasi tuba fallopi merupakan lini pertama terapi, dan beberapa studi menunujukkan 70-80% berhasil dan keberhasilan konsepsi berkisar 30%. Tetapi resiko terhadap rutur tuba, infeksi tetap ada. Selain itu biaya yang dibutuhkan untuk kateterisasi tuba dengan laparascopy juga sangat tinggi dibandingkan dengan pemeriksaan HSG ini.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan terapi obstruksi tuba proksimal dengan teknik hydrostatic pressure selama pemeriksaan HSG. Dengan memepertimbangkan minimal infasis, biaya murah dan relative aman.MetodeDalam studi ini diikutkan 100 wanita dengan variasi umur 18-30 tahun yang secara klinis kemungkinan mereka adalah infertile akibat obstruksi tuba proksimal (FTO) atau infertile akibat sesuatu yang belum diketahui. Mereka dilakukan pemeriksaan di Karachi,Pakistan, bagian radiologi. Jika penyebabnya adalah akibat kelainan organic lainnya, tidak dapat diiukutkan dalam penelitian ini. 59 dari mereka adalah infertile primer dan 41 infertil sekunder.Semua peserta penelitian, dilakukan pemeriksaan dengan HSG terlebih dahulu pada hari ke 10 hingga 15 menstruasi. Dimana sebelumnya mereka diberikan antibiotic profilaksis yaitu doksisiklin 100mg yang diminum 2 hari sebelum pemeriksaan. Sebagian dari mereka dilakukan anatesia local atau ada juga yang menggunakan anstesi umum.Setelah diposisikan litotomi,pasien dilakuakan tindakan disinfeksi, kemudian dengan bantuan speculum dan serviks sudah terlihat. Kateter dimasukkdan ke dalam ostium uretra eksterna, kemudian dimasukkan larutan fisiologis dan kontras dengan perbandingan 2:1. Sebanyak 10-30 cc. larutan dimasukkan secara bertahap dan terkontrol.

Foto dilakukan sebelum kontras masuk, kemudian setelah kontras masuk. Jika ditemukan adanya obstruksi tuba, pasien diposisikan dengan posisi lateral oblik dengan kepala lebih rendah dalam 3-5 menit dan dilakukan teknik hydrostatic pressure dengan memasukkan kontras menengah. Setelah 3-5 menit, do foto ulang, kemudian jika masih ada obstruksi, dapat diulang kembali. Pada penelitian ini, ada beberapa yang tidak perlu mengulang dilakukannya teknik hydrostatic pressure dan adapula yang harus diulang, dengan total waktu rata-rata adalah 15-55 menit. Setelah teknik selesai dan obstruksi tuba teratasi, pasien di observasi selama 40-60 menit terhadap komlikasi kontras, diberikan antibiotic, dan tidak diperkenankan untuk berhubungan seksual dulu selama 24-48 jam. Kemudian pasien yang berhasil atau tuba tidak obstruksi lagi dipantau selama 6 bulan kedepan.

Hasil

Dari 100 pasien yang diduga adalah infertile akibat obstruksi tuba atau tanpa penyebab yang diketahu, 57% dari mereka memiliki tuba paten tanpa adanya spill kontras (gambar 1), 33% memiliki obstruksi tuba unilateral (gambar2), dan 10% obstruksi tuba bilateral (gambar3).

Dari 33 orang dengan obstruksi tuba unilateral, 15 orang tuba terbuka (gambar 4) setelah dilakukannya teknik hydrostatic pressure, 2 dari mereka menajadi hidrosalping, 3 dengan adanya TB dan masih obstruksi, dan 13 sisanya adalah gagal terbuka karena tidak ditemukannya patologis tuba.

Dari 10 orang dengan obstruksi tuba bilateral (gambar 5) , 4 orang tuba terbuka unilateral (gambar 6), 3 orang terbuka bilateral, 3 orang lagi tidak menunjukkan perbaikan. Dan dalam pantauan 6 bulan, 6 wanita tersebut berhasil hamil.

Kesimpulan

Teknik hydrostatic pressure selama pemeriksaan HSG merupakan salah satu penatalaksanaan pada wanita infertile akibat obstruksi tuba. Selain minimal invasive, teknik ini juga tergolong lebih murah dibandingkan denga teknik kateterisasi tuba, laparascopi ataupun laparatomi.