PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

162
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC COMMUNITY PADA KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: SIFA FAUZIAH NIM: 1112052000025 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H  

Transcript of PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

Page 1: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC

COMMUNITY PADA KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

DI BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA (BRSKPN)

“GALIH PAKUAN”

BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

SIFA FAUZIAH

NIM: 1112052000025

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

 

Page 2: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

 

Page 3: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

 

Page 4: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sifa Fauziah

NIM : 1112052000025

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERAN

PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC COMMUNITY

PADA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PANTI

SOSIAL PAMARDI PUTRA “GALIH PAKUAN” BOGOR adalah benar

merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat dalam

penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah

saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan

proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari

karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, Januari 2019

Sifa Fauziah

1112052000025

 

Page 5: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

i

ABSTRAK

Sifa Fauziah, 1112052000025, Peran Pembimbing Agama

Islam dalam Therapeutic Community pada Korban

Penyalahgunaan Napza di Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) Galih Pakuan - Bogor.

Pembimbing Dra. Nasichah, MA.

Kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap dampak yang

ditimbulkan dari penyalahgunaan napza masih kurang, hal ini

menyebabkan semakin banyak yang mengalami penyimpangan

perilaku, mulai dari ketidakstabilan emosi, tidak mampu

mengendalikan diri bahkan merusak sel-sel saraf otak hingga

menyebabkan kematian. Upaya penanganan terhadap

penyalahguna napza secara psikologis penting dilakukan untuk

memberikan pemahaman dan meningkatkan perilaku yang sesuai

dengan nilai-nilai agama dan norma yang ada dimasyarakat.

Penelitian ini menggunakan teori Therapeutic Community

yang merupakan salah satu model terapi dimana sekelompok

individu hidup dalam satu lingkungan yang berupaya mengenal

diri sendiri serta belajar menjalani kehidupan berdasarkan

prinsip-prinsip hubungan antar individu, sehingga mampu

merubah perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan meode

deskriptif. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi,

wawancara dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data

menggunakan analisis data kualitatif yakni berupa narasi

menelaah data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi,

reduksi data dan display data.

Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan menunjukan bahwa

peran pembimbing agama Islam pada BRSKPN Bogor sudah

dapat merubah tingkah laku, psikologis, mengembangkan

intelektual serta pengembangan mental spiritual. Peneliti juga

menemukan bahwa faktor pendukung pelaksanaan program yakni

SDM yang memiliki pengetahuan tentang materi yang diberikan,

sarana dan prasarana sudah memadai dan antusias residen.

Sedangkan faktor penghambat program yaitu kekurangan jumlah

pembimbing agama dan waktu pelaksanaan serta pembimbing

agama yang memiliki aktifitas lain di luar panti.

Kata Kunci : Pembimbing Agama, Therapeutic Community,

Peran.

 

Page 6: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan nikmat iman, islam, ihsan serta sehat

wal’afiat yang tak terkira kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul “Peran

Pembimbing Agama dalam Metode Therapeutic Community

pada Korban penyalahgunaan Narkoba di Balai Rehabilitasi

Sosial Korban Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) “Galih

Pakuan” Bogor”. sholawat serta salam semoga senantiasa selalu

tercurahkan kepada junjungan Nabi besar serta penutup para Nabi

yakni Habibuna wa Syafi’una wa Maulana Muhammad SAW.

Hidup adalah perjuangan, begitupun dalam menyelesaikan

tugas akhir ini banyak sekali hambatan-hambatan yang dihadapi

dan dirasakan. Mulai dari persiapan pelaksanaan penelitian

sampai dengan penulisan skripsi ini, akan tetapi berkat bantuan

dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk

mencapai gelar sarjana pada Fakultas Imu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi dengan Jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam.

Dan penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

sebanyak-banyaknya terutama kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed., Ph. D selaku

Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Roudhonah, M.A

 

Page 7: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

iii

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Dr. Suhaimi,

M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si, dan Ir. Noor Bekti Negoro,

SE, M.Si selaku ketua dan sekertaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam.

3. Dra. Nasichah, MA selaku dosen pembimbing yang

senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

memberikan masukan dan arahan dalam menyusun skripsi

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

yang elah memberikan ilmu yang bermanfaat pada penulis

selama menempuh pendidikan di kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Khususnya seluruh dosen Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan

ilmu dan pengalaman yang bermanfaat kepada penulis.

5. Seluruh Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah,

Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

serta Perpustakaan Nasional Indonesia yang telah melayani

peminjaman buku-buku literature sebagai referensi dalam

penyusunan skripsi ini. Serta seluruh staff akademik baik tata

usaha, satpam, dan office boy Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi

6. Kepada BRSKPN. Beni Sujanto AKS Khusunya Ustadz

Lutfi Rahmat, Ustadz Nur Hidayat dan Ustadz Asep Rahmat

Hidayat

7. Orang tua tersayang mama Yumnah dan (Alm) Bapak Abdul

Mutholib yang telah senantiasa membesarkan dengan cinta,

sayang, dan doa yang tidak terputus kepada penulis, keluarga

 

Page 8: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

iv

tercintaku kaka-kakak Ismawati, Ida farida, Ubaydillah, Mia

ilmiya, dan adik Muhammad Taufiq

8. Utami Nur Kholifah, Nur Syamsiah, Nely Lailatul

Maghfiroh, Hoirunnisa, Nur Afriyanti, Ali Nurdin serta

sahabat dan rekan-rekan seperjuangan BPI angkatan 2012

9. Muhammad Taufiq HM yang selalu memberikan semangat

dan dukungan serta menemani setiap proses perjalanan karya

ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi

ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun tidak

mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan terimakasih.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan

karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala

bantuan dan dukungan kepeda penulis.

Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari

sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca

khususnya segenap keluarga besar bimbingan dan penyuluhan

islam.

Ciputat, Februari 2019

Sifa Fauziah

 

Page 9: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR … ……………………………………..…………... ii

DAFTAR ISI ………………………………………………….…………... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ………………………...... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………..... 11

D. Metodelogi Penelitian ………………………………………... 12

1. Pendektan penelitian……………………………………... 13

2. Ruang lingkup penelitian ………………………………... 13

3. Teknik pengumpulan data ……………………………….. 15

4. Sumber data ...…………………………………………… 17

5. Teknik analisis data ……………………………...……… 17

6. Tinjauan pustaka …………………………………...……. 18

7. Sistematika penulisan ……………...……………………. 21

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Peran

1. Pengertian peran ………………...………………………. 23

2. Bentuk dan macam-macam peran ……………………….. 23

3. Tujuan dan manfaat peran ……………………………….. 25

4. Aspek-aspek peranan sosial…………………………....… 26

5. Cara-cara memperoleh peran ……………………………. 28

B. Bimbingan Agama Islam

1. Pengertian bimbingan ……………………...……………. 29

2. Tujuan bimbingan agama …………………………........... 31

3. Fungsi bimbingan agama …………………………........... 35

4. Metode bimbingan agama ……………………………….. 40

C. Rehabilitasi

1. Pengertian rehabilitasi ………………………………….... 44

2. Jenis rehabilitasi …………………………………………. 47

3. Tehap-tahap rehabilitasi………………………………….. 47

D. Therapeutic Community

1. Pengertian Therapeutuc Community ……………………. 49

2. Prinsip pekerjaan sosial dalam Therapeutic Community ... 50

 

Page 10: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

v

E. Napza

1. Pengertian napza ……………………………………….... 53

2. Jenis-jenis napza ………………………………………… 52

3. Faktor penggunaan napza ...……………………………... 55

4. Dampak napza …………………………………………… 57

F. Pandangan Islam Terhadap Napza …………………………… 68

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Panti Sosial Pamardi Putra “Galih pakuan”

Bogor …………………………………………………………. 71

1. Sejarah panti sosial pamardi putra Galih Pakuan Bogor ... 71

2. Visi dan misi Galih Pakuan Bogor …………………........ 72

3. Tugas pokok galih Pakuan Bogor ……………………….. 73

4. Sumber daya manusia (SDM) pelaksana …………........... 73

5. Struktur organisasi ………………………………………. 74

6. Fasilitas ………………………………………………….. 75

7. Metode pelayanan rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan

Bogor ………………………………………..................... 76

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Informan …………………………………………... 83

1. Pembimbing ……………………………………………... 83

2. Terbimbing ………………………………………………. 85

3. Program advokasi sosial (PAS) …………………………. 86

B. Peran Pembimbing Agama Islam dalam Therapeutic

Community……………………………………….................... 87

1. Merubah tingkah laku …………………………………… 99

2. Merubah psikologi ……………………………………... 103

3. Mengembangkan intelektual …………………………… 106

4. Mengembangkan mental spiritual ……………………… 108

a) Religious Class …………………………………….. 111

b) Yasinan …………………………………………….. 114

c) Tahlillan ……………………………………………. 117

d) Muhahoroh …………………………………………. 121

C. Waktu dan Tenpat Pelaksanaan Bombingan Agama Islam … 126

D. Materi Pembimbing Agama Islam ………………………….. 128

E. Metode Pembibing Agama Islam …………………………… 129

F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing agama

Islam…………………………………………………………. 131

1. Faktor pendukung ……………………………………… 131

 

Page 11: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

vi

2. Faktor penghambat …………………………………….. 131

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan …………………………………………………. 133

B. Saran ………………………………………………………... 135

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 136

DOKUMENTASI

LAMPIRAN

 

Page 12: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman sekarang, mobilitas kehidupan yang tinggi

telah membuat napza menjadi bagian yang tadinya merupakan

perangkat medis, kini napza mulai tenar sebagai alat pemuas

dunia dan membuat hidup jadi lebih “ringan”. Permasalahan

Napza di Indonesia masih merupakan sesuatu yang bersifat urgen

dan kompleks.

Narkoba merupakan singkatan dari (Narkotika,

Psikotropika dan Bahan Adiktif Lainnya).Selain "Narkoba",

istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan

singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. napza

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan.1

Penyebab banyaknya penyalahgunaan napza antara lain

dikarenakan kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat

1 Hadiman, Pengawasan serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat

dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, Badan Kerjasama

Sosial Usaha Pembinanaa Warga Tama (BERSAMA) hal. 69.

 

Page 13: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

2

akan dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan napza.

napza sangat begitu berbahaya jika disalah gunakan dalam tubuh

manusia tentu hal ini dapat berdampak buruk pada manusia yang

mengkonsumsinya. Dampaknya sangat membahayakan kesehatan

dan bahkan mengancam keselamatan jiwa manusia. Dan tidak

hanya itu, napza membuat hancur dan matinya karakter bangsa

yang diawali dengan rusaknya sel-sel syaraf otak. Keruasakan

syaraf otak ini akan berpengaruh buruk pada kepribadian,

temperamen dan karakter manusia.2

Maraknya penyalahgunaan dan peredaran napza akan

sangat dahsyat dampak negatifnya. Banyak diceritakan orang

tentang pengaruh narkotika terhadap jasmani dan rohani.

Terhadap jasmani, pengaruhnya dapat menghilangkan rasa nyeri,

mempertahankan stamina, dan meningkatkan energi. Terhadap

rohani, pengaruhnya dapat menenangkan, menidurkan agak lama,

menambah semangat. Sebagian narkotika menimbulkan

halusinasi, yaitu penglihatan khayali, penciuman khayali, dan

pendengaran khayali. Tidak jarang pengaruhnya mendatangkan

kebahagiaan dan kenikmatan yang luar biasa, konon melebihi

seribu kali kepuasan seks.3

Dalam menghadapi kejahatan napza sebenarnya kita

melawan tiga masalah sekaligus:

2 A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa (Jakarta:

Forum Media Utama, 2010), hal. 31.

3 Andi Hamzah dan RM. Surachman, Kejahatan Narkotika dan

Psikotropika, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), Cet ke-1, hal. 4.

 

Page 14: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

3

a. Kejahatan yang berhubunngan langsung dengan kultivikasi

(pembudidayaan bahan alami napza), produksi, dan

distribusinya

b. Kejahatan yang berhubungan dengan yang pertama, yaitu

pencucian uang, pelacuran, perjudian, penjualan senjata

gelap, dan bentuk-bentuk kejahatan lainnya.

c. Konsekuensi dari penggunaan zat-zat berbahaya tersebut,

yaitu adiksi, penurunan kualitas kesehatan, infeksi

HIV/AIDS dan hepatitis C, berbagai masalah sosial kultural

dan kematian

Ketiganya berkaitan erat dengan karakter bangsa. Menghadapi

masalah seperti ini maka akan semakin sulitlah masyarakat yang

berkarakter lemah, terlebih bagi masyarakat yang telah mati

karakternya.4

Korban penyalahgunaan napza mengalami penyimpangan

perilaku. Mulai dari instabilitas emosi, ketagihan, sakaw, dan tak

mampu mengendalikan diri. Perilaku negatif, sebagai dampak

rusaknya sel-sel syaraf otak. Tidak mampu lagi berpikir kritis,

dan hidup disiplin. Bahkan overdosis hingga kematian pun tak

lagi mampu menjadi ancaman yang menakutkan bagi dirinya.

Semua karakter manusia dalam mencapai wujud hidup

bermayarakat, berbangsa dan bernegara dalam tatanan madani

akan diabaikan. Segala prilakunya hanya tertuju demi narkoba.

Korban penyalahgunaanakan mencari uang diluar rumah dengan

4

Kadarmanta. A, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta:

Forum Media Utama, 2010), h. 31.

 

Page 15: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

4

berbagai cara, termasuk cara kriminal. Misalnya saja dengan

mencuri, menjambret, menodong, merampok bahkan menjual

dirinya. Dapak yang meresahkan masyarakat, hancur dan matinya

karakter manusia.5

Negara Indonesia yang merupakan Negara Kepulauan

terbesar di Dunia dengan beribu-ribu pulaunya yang tersebar luas

dari Sabang sampai Merauke dan dari Pulau Miangas hingga

Pulau Rote sungguh sangat sulit dikontrol, peredaran narkoba di

Indonesia tidak hanya dari jalur darat dan udara namun juga

melalui jalur laut yang tentunya sangat sulit untuk Pemerintah

kontrol. Saat ini Pemerintah telah menetapkan Indonesia sebagai

Gawat Darurat Narkoba.

Dalam konferensi Pers-nya Bapak Presiden Joko Widodo

menyampaikan keprihatinannya karena peredaran dan

penggunaan narkoba di Indonesia yang sudah semakin parah.

Jokowi menuturkan, berdasarkan data yang dipegangnya, kira-

kira ada 50 orang di Indonesia yang meninggal dunia setiap hari

karena penyalahgunaan narkoba. Jika dikalkulasi dalam setahun,

ada sekitar 18.000 jiwa meninggal dunia karena penggunaan

narkoba. Angka itu belum termasuk 4,2 juta pengguna narkoba

yang direhabilitasi dan 1,2 juta pengguna yang tidak dapat

direhabilitasi.6 Saat ini, penyalahgunaan narkotika di Indonesia

5 Kadarmanta. A, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta:

Forum Media Utama, 2010), h. 31 6 Indonesia Gawat Darurat Narkoba. Gawat!! Gawat!! Gawat!!,

Diakses pada 29 Maret 2016 dari http://news.polisionline.com/2015/02/info-

indonesia-gawat-darurat-narkoba.html,

 

Page 16: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

5

sudah sangat merajalela. Hal ini terlihat dengan semakin

banyaknya penyalahguna dan peredaran narkotika dari semua

kalangan yang terus meningkat.

Meskipun program pencegahan narkoba di Indonesia

terkadang masih menekankan aspek hukum dan pendekatan

menakut-nakuti (scare tactic), ada pula pihak yang menyadari

bahwa pemakai narkoba perlu dipandang sebagai insan yang

memerlukann bantuan penanganan psikologis, bukan sekedar

dianggap sebagai kriminal yang harus dihukum. 7

Peran pemerintah terhadap persoalan napza adalah

1) Melakukan tindakan preventif, yaitu berupa penyuluhan,

seminar, workshop, pelatihan dan sejenisnya tentang

narkoba dan bahayanya ke sejumlah sekola, perguruan

tinggi, serta masyarakat secara luas. Cara alternative lain

yang bisa dilakukan dalam upaya preventif ini adalah

dengan mencitakan Iklan Layanan Masyarakat tentang

bahaya nerkoba yang ditayangkan oleh sejumlah stasiun

televisi.

2) Tindakan represif, yaitu berupa upaya rehabilitas bagi

mereka yang sudah menjadi pemakai atau bahkan korban

penyalahgunaan narkoba. Dalam hal ini pemerintah perlu

menambah jumlah pusat rehabilitasi bagi para pengguna

7 Prawitasari. Johanna E, Psikologi Terapan Melintas Batas Disiplin

Ilmu, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012) hal. 194

 

Page 17: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

6

narkoba, seiring meningkatnya jumlah penyalahguna

barang haram tersebut.8

Agar para penyalahguna narkoba dapat memantapkan

kepribadian untuk kembali bersosialisasi dengan masyarakat.

Dijelaskan rehabilitas adalah upaya untuk memulihkan dan

mengembalikan kondisi para mantan penyalahguna atau

ketergantungan napza agar kembali sehat, dalam arti sehat fisik,

psikologik, sosial dan spiritual agama.9

Rehabilitasi dilakukan untuk memberikan dukungan

pengobatan dan perawatan bagi korban penyalahgunaan narkoba

dengan langkah: 1) Meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan

dan tenaga terkait dalam penanggulangan narkoba, khususnya

dalam bidang treatment dan rehabilitas. 2) meningktkan mutu

pelayanan treatment dan rehabilitas. 3) meningkatkan kualitas

hidup para korban penyalahgunaan narkoba. 4) penelitian dan

pengembangan program treatment dan rehabilitasi, khususnya

Harm Reduction (substitusi obat, needle exchange).Berbagai

program rehabilitasi narkoba menjadi salah satu langkah yang

serius dalam penanganan penyalahgunaan narkoba. Adanya

program rehabilitasi di Indonesia sesuai dengan pasal 45 UU No.

22/ 1997 tentang narkotika yang menyebutkan bahwa korban

8

Kadarmanta. A, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta: PT.

Forum Media Utama, 2010), h. 168.

9 Dadang Hawari, Penyalahguna dan Ketergantungan Napza,

(Jakarta: FKUI, 2001) hal. 132.

 

Page 18: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

7

penyalahgunaan narkotika wajib menjalani pengobatan dan atau

perawatan.10

Rehabilitas Panti Sosial Parmardi Putra Galih Pakuon,

sebagai contoh adalah pusat rehabilitasi napza di bogor yang

menggunakan pendekatan Therapeutic Community, yaitu sebuah

komunitas yang anggotanya saling membantu pemulihan satu

sama lain. Para konselornya adalah mantan pemakai narkoba

yang mendapatkan pelatihan intensif teknik dasar konseling dari

pemimpinnya yang psikolog, sehingga mereka mampu menjadi

konselor sebaya (Peer Counselor). 11

Adapun Therapeutic Community dalam kamus psikologi

merupakan sebuah Setting sosial dan budaya yang dibentuk bagi

alasan-alasan terapeutik dan yang di dalamnya terdapat individu-

individu memerlukan kehidupan terapi. Istilah ini diterapkan

bukan hanya untuk kasus psikiatrik tetapi juga bisa dibentuk oleh

keseluruhan lingkungan sosial, yang juka dikontrol dengan tepat

memiliki pengaruh yang bermanfaat.

Teori yang mendasari metode TC adalah pendekatan

behavioral dimana berlaku sistem reward

(penghargaan/penguatan) dan punishment (hukuman) dalam

mengubah suatu perilaku. Selain itu digunakan juga pendekatan

10 Dadang Hawari, Penyalahguna dan Ketergantungan Napza,

(Jakarta: FKUI, 2001) hal. 132. 11

Prawitasari. Johanna E, Psikologi Terapan Melintas Batas Disiplin

Ilmu, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012) hal. 194.

 

Page 19: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

8

kelompok, dimana sebuah kelompok dijadikan suatu media untuk

mengubah suatu perilaku.

Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa hancurnya

kelompok masyarakat atau Negara selalu disebabkan oleh

merosotnya akhlak. Di dalam buku-buku sejarah juga diceritakan

bahwa hancurnya Negara selalu disebabkan oleh merosotnya

akhlak. Kenyataan menunjukkan hancurnya seseorang selalu

disebabkan oleh merosotnya akhlak. Dari rincian itu jelas bahwa

kunci keberhasilan menjalani kehidupan adalah akhlak. Dalam

bahasa awam akhlak itu ialah karakter.pembinaan akhlak itu tidak

banyak dapat dilakukan melalui jalan kognitif belajar pada para

tokoh atau seperti para nabi, kita mengetahui bahwa pembinaan

karakter itu akan berhasil bila melalui bimbingan dalam bentuk

peneladanan dan pembiasaan.

Bimbingan merupakan proses layanan yang diberikan

kepada individu-individu guna membantu mereka dalam

memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang

diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan baik. Hakikat

bimbingan itu pada dasarnya merupakan suatu proses usaha

pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain (siapa

saja) dalam segala usia, yang dilkukan secara terus menerus

(berkesinambungan) yang mana orang itu mengalami kesulitan

atau hambatan dalam hidupnya (secara psikis), sehingga dengan

bantuan dan pertologan itu orang yang diberikan bantuan

(terbimbing) dapat mengarahkan dirinya, maupun menerima

dirinya, dapat mengembangkan potensinya untuk kebahagiaan

dan kemanfaatan dirinya dan lingkungann masyarakatnya.

 

Page 20: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

9

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa hal yang prinsipal

dalam bimbingan ialah pemberian bantuan atau pertolongan yang

dilakukan secara terus menerus kepada siapa saja. Karena,

sesungguhnya hampir tidak ada seseorang yang secara utuh dan

menyeluruh memiliki kemampuan untuk mengembangkan

dirinya dengan optimal tanpa adanya bantuan dan pertolongan

dari orang lain. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir hayatnya

setiap orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan

bantuan, supaya potensi (fitrah yang ada pada dirinya dapat

tumbuh dan berkembang secara wajar.12

Tentang hal ini Al-qur’an pun telah menjelaskan bagaimana

sesama manusia seharusnya bersikap:

الحات . إن الإوسان لفي خسر . والعصر إلا الذيه آمىوا وعملوا الص

بر (3-1)العصر: وتواصوا بالحق وتواصوا بالص

“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh

dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan

menasihat menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS Al-Asr:

1-3).

Dengan kata lain, manusia diharapkan saling memberi

bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu

12

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)

Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.

8

 

Page 21: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

10

sendiri, sekaligus member konseling agar tetap sabar dan tawakal

dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.13

Dalam membahas faktor pendukung efektivitas

penyuluhan, maka akan dibahas banyak unsur-unsur yang sangat

berperan dalam tercapainya efektivitas suatu penyuluhan.

Diantara faktor-faktor penting untuk diketahui dan diperdalam

pehamannya agar tujuan penyuluhan dapat tercapai secara

optimal.

Menurut Van Den Ben dan Hawkins (1996), pilihan

seorang agen penyuluhan terhadap satu metode atau teknik

penyuluhan sangat tergantung pada tujuan khusus yang ingin

dicapainya dan situasi kerjanya. Beragamnya metode bukan

berarti kita harus memilih yang paling baik dari sekian metode

yang ada, tetapi bagaimana metode tersebut cocok atau sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penyuluhan.14

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan masalah

Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan masalah

dengan maksud agar hasil dari penelitian lebih fokus dan

memberikan pemahaman sesuai dengan tujuan penelitian.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

Batasan pada peran pembimbing agama yakni pembimbing

agama Islam

13

Afifuddin, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: Pustaka Setia,

2012), hal. 248 14

Lucie. Setiana, Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat,

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)

 

Page 22: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

11

Batasan pada therapeutic community yakni bimbingan

spiritual, dan dibatasi pada yasinan, tahlillan, muhadoroh dan

religious class.

2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan penjelasan di atas, penulis merumuskan

masalah pada proses seorang residen mengikuti Therapeutic

Community:

a. Bagaimana peran pembimbing agama dalam Therapeutic

Community pada korban penyalahgunaan Napza di

BRSKPN Galih Pakuan Bogor

b. Apa faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama

dalam pelaksanakan Therapeutic Community pada korban

penyalahgunaan Napza di BRSKPN Galih Pakuan Bogor

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana peran pembimbing agama

dalam metode Therapeutic Community pada korban

penyalahgunaan Napza di BRSKPN Galih Pakuan Bogor

b. Untuk mengetahui apa faktor pendukung dan penghambat

pembimbing agama dalam metode Therapeutic Community

pada korban penyalahgunaan Napza di BRSKPN Galih

Pakuan Bogor

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai

berikut:

 

Page 23: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

12

a. Manfaat Akademis

1) Dengan penelitian ini diharapkan memberikan

sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya pada metode Therapeutic Community

2) Dapat dijadikan sebagian rujukan bagi peneliti

selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang

lingkup yang lebih luas dan mendalam di dalam

metode Therapeutic Community

b. Manfaat Praktis

1) Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dalam

metode Therapeutic Community

2) Bagi lembaga dapat dijadikan pedoman dalam

penanganan korban penyalahgunaan napza melalui

metode Therapeutic Community

D. Metodologi Penelitian

Metodelogi penelitian adalah satu cara kerja untuk

memahami objek penelitian dalam rangka menemukan, menguji

terhadap suatu kebenaran atau pengetahuan. Dalam hal ini

penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut

Tailor sebagaimana dikutip oleh Lexi J. Moleong adalah prosedur

sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

dengan kata-kata tertulis lisan dari orang dan perilaku yang

diamati.15

15

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2001), cet 15, h. 3

 

Page 24: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

13

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut

Creswell, penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian

ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-

masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan

gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan,

melaporkan pandangan terperinci dari para sumber

informasi serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa

adanya intervensi apapun dari peneliti.16 Penelitian

kualitatif dilakukan di lingkungan dan situasi kondisi yang

alami tanpa dibuat-buat atau tanpa ada manipulasi

sebelumnya.

2. Ruang Lingkup Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Lembaga Balai

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza

(BRSKPN) “Galih Pakuan” jalan. H. Miing No. 71

Putat Nutug, Ciseeng- Bogor Jawa Barat. Peran

peneliti sebagai patisipasi artinya peneliti adalah

“orang luar” yang netral yang telah diizinkan untuk

berpartisipasi dengan tujuan untuk melakukan

pengamatan dan merekam.

Alasan penulis memlih lokasi penelitian yakni

16

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-

ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 8.

 

Page 25: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

14

1) Peneliti belum menemukan hasil penelitian

tentang peran pembimbing agama dalam metode

Therapeutuc Community pada korban

penyalahgunaan napza Balai Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) Galih

Pakuan Bogor.

2) Pihak lembaga bersedia untuk diadakan penelitian

dan memberikan data, informasi sesuai

permasalahan yang ada serta keramahan seluruh

civitas lembaga sangat membantu dan mendukung

kelancaran dalam penelitian ini

3) Peneliti sudah melakukan magang dan observasi

selama 1 (satu) bulan di Balai Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan Napza adalah Panti

Rehabilitasi dengan Program Therapeutic

Community milik Kementerian Sosial RI, sehingga

peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh

mengenai peran pembimbing agama dalam metode

therapeutic community pada korban

penyalahgunaan narkoba di Panti Sosial Pamardi

Putra (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2017

sampai dengan Agustus 2018.

c. Subjek dan Objek Penelitian

 

Page 26: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

15

Subjek penelitian adalah tempat untuk

memperoleh informasi mengenai objek penelitian.17

Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan

peneliti adalah purposive sampling. Purposive

sampling adalah sampel yang diambil betul-betul

sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.18

Maka dari itu penenelitian ini subjeknya adalah

residen BRSKPN selaku penerima manfaat dalam

penerapan metode Therapeutic Community, dengan

kreteria: residen yang sudah pernah mengikuti

kegiatan di primary dan sudah dapat berinteraksi.

Penulis berupaya melakukan penelitian ini dengan

menggunakan sudut pandang orang-orang yang

menjadi sumber data primer penelitian ini, dengan

melakukan interaksi dengan subjek penelitian yang

terjadi secara alamiah dan tidak memaksa, sehingga

tindakan dan cara pandang subjek berubah.

Objek dalam penelitian ini adalah peran

pembimbing agama dalam metode Therapeutic

Community yang dilakukan terhadap residen selama

proses rehabilitasi.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

17

B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, panduan penelitian, h. 179 18 Irawan Soehartono, metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1995), h. 63

 

Page 27: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

16

Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab

dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara

(interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee)

tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara

bermaksud memperoleh persepsi, sikap, dan pola pikir

dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah

yang diteliti. Karena wawancara itu dirancang oleh

pewawancara maka hasilnya pun dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi pewawancara.19

b. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian

secara teliti, serta pencatatan secara sistematis

(Arikunto, 2002). Istilah observasi diterunkan dari

bahasa Latin yang berarti “melihat” dan

“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada

kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat

fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan

hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.20

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya- karya monumental dari seseorang. Dokumen

yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

19

Imam. Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 162 20

Imam. Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 143

 

Page 28: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

17

sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan,

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,

yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-

lain.21

4. Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang berasal dari sumbernya,

diperoleh melalui wawancara mendala, observasi,

tanya jawab secara langsung atau tatap muka dengan

informan. peneliti mengambil informan sebanyak 3

orang pembimbing agama Islam di BRSKPN 1 orang

PAS dan 3 orang residen dengan kreteria: residen

yang sudah pernah mengikuti kegiatan di primary dan

sudah dapat berinteraksi.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang didapat secara tidak

langsung seperti dokumen-dokumen dan catatan yang

diambil peneliti sebagai literature, buku-buku maupun

internet yang berhubungan dengan masalah penelitian.

5. Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis

domain. Teknik analisis domain adalah upaya peneliti

untuk memperoleh gambaran umum tentang data dalam

21

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 240

 

Page 29: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

18

menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan

membaca naskah data secara umum dan menyeluruh

untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada

di dalam data tersebut.

6. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan suatu bagian dari penelitian

yng memuat tinjauan atas kepustakaan (literature) yang

berkaitan dengan topic pembahsan, atau bahkan yang

memberikan inspirasi dan mendasari dilakukannya

penelitian.22

Penelitian tentang metode Therapeutic Community telah

banyak dilakukan. Berikut ini beberapa penelitian yang

relevansinya dengan judul skripsi peneliti antara lain :

1) Maria Ulfa mahasiswa Bimbingan dan Penyulihan Islam UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi “Metode

Therapeutic Community Bagi Residen Narkotika Di Unit

Terapi Dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, LIDO-

BOGOR” yang dilakukan pada 2011. Hasil dari penelitian ini

adalah semua metode TC dalam penerapannya oleh para

konselor sesuai dengan metode Therapeutic Community dari

beberapa sumber tentang TC. Dari mulai kegiatan dan

pertemuan-pertemuan morning meeting, morning briefing,

open house dan lain-lain. Keunggulan dan kelemahan dari

metode Therapeutic Community (TC) ini dirasakan langsung

oleh para residen, keunggulannya memberikan perubahan

22 CEQDA

 

Page 30: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

19

tingkah laku menjadi lebih baik, dapat mengontrol emosi,

dapat bersosialisasi dengan baik dan menambah kepercayaan

diri yang sebelumnya kurang. Kelemahan dari metode TC

dirasakan tidak ada, hanya kelemahan dari dalam diri residen

tetapi dapat mereka atasi sendiri. Respon para residen tentang

metode Therapeutic Community baik karena perubahan yang

terasa langsung dalam diri para residen.

2) Yeni Nur Asiah mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi

“Evaluasi Program Therapeutic Community Terhadap

Residen Korban Penyalahgunaan Napza Di Panti Sosial

Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor” yang

dilakukan pada 2017. Hasil dari penelitian ini adalah metode

TC dilaksanakan dengan jadwal harian dan jadwal komunitas

yang tersusun rapih dan teratur. Pada evaluasi hasil terdapat

aspek perubahan perilaku residen dan berkelanjutan program.

Program TC memerlukan tinjauan kembali dari pihak Panti

Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor. Kelebihan

penelitian ini yaitu pada evaluasi program yang dilaksanakan

di dalam TC. Kekurangan pada penelitian ini adalah peneliti

hanya mengindetifikasi program TC tidak secara mendalam,

tidak satu kegiatan yang ada di dalam program TC.

3) Nurul Restiana mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul skripsi

“Metode Therapeutic Community Bagi Pecandu Narkoba di

Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta” yang dilakukan

pada 2015. Hasil dari penelitian ini adalah TC dilaksanakan

 

Page 31: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

20

secara terpadu (one stop center), meliputi: 1) tahap persiapan.

2) tahap pelaksanaan meliputi tahap rawatan utama (primary

stage) dn tahap resosialisasi (re-entry). 3) tahap Pembina

lanjutan (aftercare). Kelebihan metode TC dari segi

metodenya mampu merubah aspek kognitif, afektif, sikap dan

prilaku serta spiritual residen menjadi lebih baik. Kekurangan

dari penelitian ini adalah kegiatan TC tidak dibahas secara

mendalam secara satu persatu kegiatan yang telah

dilaksanakan.

4) Ifa Listriana mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Universitas Negri Semarang dengan judul skripsi “Teknik

Therapeutic Community (TC) Rehabilitasi Bekas Pecandu

Narkoba Di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri II Dinas

Sosial Provinsi Jawa Tengah” yang dilakukan pada tahun

2015. Kelebihan dari skripsi ini adalah peneliti menjabarkan

seluruh kegiatan TC yang ada di Balai Rehabilitasi Sosial

Mandiri II. Kekurangan penelitian ini pada kegiatan TC tidak

dibahas secara mendalam secara satu persatu kegiatan yang

telah dilaksanakan.

5) Nining Hardiyana Garnasih mahasiswa Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi “Hubungan Antara

Persepsi Tentang Therapeutic Community Dengan

Harapan Untuk Pulih Dari Napza Pada Residen Di Unit

Pelaksana Teknis (UPT) BNN Lido” yang dilakukan pada

tahun 2010. Kelebihan dari skripsi ini adalah penelitian ini

menjelaskan efektifitas TC pada korban penyalahgunaan

Napza dalam keinginan kembalih pulih kembali.

 

Page 32: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

21

Kekurangannya adalah kegiatan TC tidak dibahas secara

mendalam secara satu persatu kegiatan yang telah

dilaksanakan.

7. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada

pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)

karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA

(Center for Quality Development and Assurance) Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sistematika

penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini mebahas hal-hal yang

menyangkut latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metodelogi, tinjauan pustaka

dan dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan

mengenai deskripsi teoritis tentang peran

mencakup pengertian, bentuk-bentuk peran serta

manfaatnya. penyuluh agama dan metode

Therapeutic Community yang mencakup

pengertian Therapeutic Community, definisi

metode Therapeutic Community, tujuan, fungsi

dan metode Therapeutic Community, kegiatan-

kegiatan Therapeutic Community. Selanjutnya

tentang rehabilitas yang mencangkup pengertian

 

Page 33: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

22

rehabilitas, proses rehabilitas, Faktor yang

mempengaruhi rehabilitas. Selanjutnya tentang

Narkoba, pengertian, jenis-jenisnya

BAB III GAMBARAN UMUM. Dalam bab ini dijelaskan

tentang gambaran umum tentang panti rehabilitasi

narkoba yaitu Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) Galih Pakuan.

Meliputi: Visi dan Misi, Struktur Organisasi,

Pelayanan, Program-Program, Sarana dan

Prasarana dan Prosese Pemulihan.

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN

PEMBAHASAN. Bab ini menjelaskan tentang

temuan dan analisis data yang mencangkup,

deskripsi informan, temuan lapangan, Peran

pembimbing Agama Islam dalam Therapeutic

Community, Waktu Dan Tempat Pelaksanaan,

Materi Bimbingan Agama Islam, Metode

Bimbingan Agama Islam, faktor pendukung dan

penghambat

BAB V PENUTUP. Dalam bab ini dikemukakan

kesimpulan dari uraian-uraian pada bab-bab

sebelumnya, serat saran-sarat sehubungan telah

dilakukannya penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

Page 34: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

23

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PERAN

1. Pengertian Peran

Peranan kata dasarnya adalah “peran” yang berarti

perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan dalam masyarakat.1 Sedangkan dalam kamus

ilmiah popular, peran mempunyai arti orang dianggap sangat

berpengaruh dalam kelompok masyarakat dan

menyumbangkan pemikiran maupun tenaga demi suatu

tujuan.2 Teori peran (Role Theory) adalah teori yang

merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun

disiplin ilmu. Dalam teorinya Biddle & Thomas membagi

peristilah dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu

istilah-istilah yang menyangkut:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi

sosial

b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut

c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku

d. Kaitan orang dan prilaku.3

2. Bentuk dan Macam-Macam Peran

a. Bentuk Peran

1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2002), Cet- 2, hal. 854 2 Media Center, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Mitra Press, 2002),

cet- 1, hal. 251 3 Sarlito Wirawan Sarwono, teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2006), cet- 7, hal. 215

 

Page 35: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

24

Melihat dari pengertian menganai “peran”, maka

bentuk peran bisa dilihat dalam bentuk individu, norma

atau aturan, institusi atau lembaga, dan lain sebagainya.

Tergantung fungsi dan kegunaan serta harapan-harapan

yang diinginkan oleh masyarakat itu sendiri, misalnya

seorang pemain sepak bola yang kawakan akan berbeda

dengan seorang pemain music untuk mengisi waktu luang

saja.

b. Macam-Macam Peran

Peran yang ada dalam masyarakat dapat

diklarifikasikan menurut bermacam-macam cara sesuai

dengan banyaknya sudut pandang. Berbagai macam peran

dapat disebutkan sebagai berikut:

1) Berdasarkan pelaksanaannya

Berdasarkan pelaksanaannya peran dapat dibedakan

menjadi dua bagian, yaitu:

a) Peran yang diharapkan (exected roles) yaitu

cara ideal dalam pelaksanaan peran menurut

penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki

peran yang dihadapkan secermat-cermatnya dan

peran ini tidak dapat ditawar dan harus

dilaksanakan seperti yang ditentukan. Peran

jenis ini antara lain adalah peran hakim, peran

protokoler diplomatic, dan sebagainya.

b) Peran yang disesuaikan (actual roles), yaitu

cara bagaimana sebenarnya peran itu

dijalankan. Peran ini pelaksanaannya lebih

 

Page 36: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

25

luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan

kondisi tertentu. Peran yang disesuaikan

mungkin tidak cocok dengan situasi setempat,

tetapi kekurangan yang muncul dapat dianggap

wajar oleh masyarakat.4

2) Berdasarkan cara memperolehnya

Sementara itu, berdasarkan cara memperolehnya,

peran dapat dibedakan menjadi:

a) Peran bawaan, (ascribed roles), yaitu peran

yang diperoleh secara otomatis, bukan karena

usaha, mislanya peran sebagai nenek, anak,

bupati, dan sebagainya.

b) Peran pilihan, (achives roles), yaitu peran yang

diperoleh atas dasar keputusannya sendiri,

misalnya seseorang yang memutuskan untuk

memilih kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Imu

Politik, Universitas Airlangga dan menjadi

mahasiswa program studi sosiologi.5

3. Tujuan dan Manfaat Peran

Setiap peran bertujuan agar antar individu yang

melakukan peran dengan orang-orang sekitarnya yang

berhubungan dengan peran tersebut terdapat hubungan yang

diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati oleh

4 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar

dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet ke-3, hal. 160. 5 Ibid. 160

 

Page 37: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

26

kedua belah pihak.6 Peran dapat membimbing seseorang

dalam berperilaku karena manfaat peran itu sendiri adalah

sebagai berikut:

a. Memberi arah pada proses sosialisasi

b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-

norma, dan pengetahuan

c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat

d. Menghidupkan system pengendali dan control,

sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.7

4. Aspek-aspek Peranan Sosial

Sarbin mengatakan bahwa uraian tentang peranan sosial

tidak bisa dilepaskan dari aspek-aspek lain dari individu yang

terlibat dalam peranan sosial yang dilakukan oleh individu

tersebut. Hal ini, menurut beliau, agar alasan aspek-aspek lain

dari individu itulah yang menentukan peranan sosial yang

dipilih dan dilakukan oleh individu yang bersangkutan dalam

hubungannya dengan situasi sosial yang sedang dihadapi

individu tersebut. Aspek-aspek peranaan sosial tersebut saling

berhubungan satu dengan yang lain.

Sarbin menguraikan aspek-aspek peranan sosial sebagai

berikut:

1) Status

Yang dimaksud adalah kebebasan seseorang dalam posisi

tertentu untuk mengambil inisiatif bertingkah laku dan

6 Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Cet

Ke-1, hal. 64. 7 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar

dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet ke-3, hal. 160.

 

Page 38: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

27

mempertahankan tujuan kelompok. Kata Sarbin, dalam

status ada dua hal yang penting, yakni:

a) There are the other person who has expectation. (ada

pribadi yang lain yang mempunyai harapan)

b) The individual anticipate with the own special

behavior in situation. (individu/pribadi mengantisipasi

dengan tingkahlaku, khususnya dalam situasi sosial).

2) Position

Menurut Sarbin, position as a set of expectations or

acquired anticipatory reaction. (posisi sebagai satu

dengan yang lain harapan atau antisipasi reaksi yang

disyaratkan). Dengan pernyataan tersebut, setiap individu

yang ada dalam situasi sosial, memiliki harapan berupa

tingkah laku yang menjadi miliknya (tingkahlakunya

sendiri) dan tingkah laku individu lain.

3) Expectation

Kata Sarbin, expectation is readiness to get the

reinforcement. The reinforcement involve the behavior ot

the individu and the other. (harapan adalah kesediaan

untuk mendapatkan penguatan. Penguatan meliputi

tingkah laku individu dan yang lain). Oleh karena itu,

dalam harapan terkandung dua hal yang penting yaitu:

a) Hak, yaitu harapan peran sosial di mana pemegang

peran turut serta bertingkah laku dalam bentuk

tertentu yang ditunjukkan kepada pemegang peranan

pasangannya.

 

Page 39: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

28

b) Kewajiban, yaitu harapan peran sosial dimana

pemegang peran pasangannya memberi reaksi

terhadap pemegang peran individu lain dalam situasi

sosial.

Dalam harapan tersebut tingkah laku yang tampak berupa

tigkah laku yang berpasang-pasangan sehingga ada

kesesuaian peranan dari masing-masing individu yang ada

dalam situasi sosial.

Ketidak sesuaian tingkah laku individu yang ada dalam

situasi sosial menyebabkan terjadinya discrepancy

(ketidakcocokan), yaitu individu tidak berfungsi di dalam

situasi sosial.8

5. Cara-cara Memperoleh Peran Sosial

Ada beberapa cara untuk memperoleh peranan sosial bagi

individu. Sarbin mengungkapkan ada dua cara, yakni:

a. Internasional instruction, yakni cara memperoleh peranan

sosial melalui pendidikan. Missal, si A dapat berperan

sebagai guru, karena dulunya sekolah pendidikan guru.

b. Insedental learning, yakni cara memperoleh peran dengan

belajar secara sementara/incidental. Misal, si anak

berperan sebagai bapak saat bermain dengan teman-

temannya.

c. Ascribe, yakni cara memperoleh peranan sosial karena

pembawaan sejak lahir atau kedudukan. Missal, (1)

peranan sosial laki-laki berbeda di rumah dengan peran

8 Slamet Santoso, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika

Aditama, 2010), hal.220.

 

Page 40: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

29

perempuan (bawaan), (2) peranan anak berbeda dengan

remaja (kedudukan).

d. Prescribed, yakni cara memperolehperanan sosial karena

diberikan. Missal, si A berperan sebagai komandan karena

ia ditunjuk sebagai komandan regu di sekolahnya.9

B. BIMBINGAN AGAMA

1. Pengertian Bimbingan

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan

dari bahasa Inggris “guidance”. Kata “guidance” adalah kata

dalam bentuk mashdar (kata benda) yang berasal dari kata kerja

“to guide” artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun

orang lain ke jalan yang benar.10

Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses

pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada

seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, ramaja

maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Ada juga

yang mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan

dengan guiding: showing a way (menunjukan jalan), leading

(memimpin), conducting (menuntun), giving instruction

9 Slamet Santoso, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Bandung: Refika

Aditama, 2010), hal.226. 10 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Amzah:

Jakarta, 2010), hal. 3

 

Page 41: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

30

(memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing

(mengrahkan), dan giving advice (memberikan nasihat).11

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada

individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-

penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip

demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk

memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak

orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak

diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan (Jones, Staffire

& Stewart, 1970)

Dari definisi para ahli tersebut, dapat kita simpukan

bahwa bimbingan konseling merupakan upaya untuk memberikan

bantuan kepada individu atau siswa. Bantuan yang dimaksud

adalah bantuan yang bersifat psikologis, dan tercapainya

penyesuaian diri, perkembangan optimal, dan kemandirian

merupakan tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan

bimbingan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

bimbingan, yaitu sebagai berikut:

a) Bimbingan berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang

kepada orang lain yang memerlukannya. Perkataan

“membantu” berarti dalam bimbingan tidak ada paksaan,

tetapi lebih menekankan pada pemberian peranan individu

ke arah tujuan yang sesuai dengan potensinya. Jadi,

pembimbing tidak ikut menentukan pilihan atau

mengambil keputusan dari orang yang terbimbingnya.

11

Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, (Pustakan Setia: Bandung,

2012) hal. 80

 

Page 42: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

31

Orang yang menentukan pilihan atau keputusan adalah

individu itu sendiri.

b) Bantuan (bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap

orang, tetapi prioritas diberikan kepada individu-individu

yang membutuhkan atau benar-benar harus dibantu.

c) Bimbingan meruakan proses kontinu dan terarah pada

tujuan. Artinya, bimbingan itu tidak diberikan hanya

sewaktu-waktu dan secara kebetulan.

d) Bimbingan atau bantuan diberikan agar individu dapat

mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.

Bimbingan diberikan agar individu dapat lebih mengenal

dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), menerima

keadaan dirinya, dan dapat mengarahan dirinya sesuai

dengan kemampuannya.

e) Bimbingan diberikan agar individu dapat menyesuaikan

diri secara harmonis dengan lingkungannya, baik

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.12

2. Tujuan Bimbingan Agama

Bimbingan berarti memberikan bantuan kepada seseorang

ataupun sekelompok orang daam menentukan berbagai pilihan

secara bijaksana dan dalam menentukan penyesuaian diri

terhadap tuntunan-tuntunan hidup. Dengan adanya bantuan ini

seseorang akan lebih mampu mengatasi segala kesulitannya

sendiri dan lebih mampu mengatasi segala permasalahan yang

akan dihadapi di masa-masa mendatang.usaha dan aktivitas dari

12 Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, (Pustakan Setia, Bandung:

2012) hal. 83

 

Page 43: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

32

bimbingan dan konseling mempunyai arah untuk mencapai suatu

nilai tertentu dan cita-cita yang hendak dicapai yang menjadi

tujuannya.

Secara umum dan luas, program bimbingan dilaksanakan dengan

tujuan sebagai berikut.

a) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup

pribadi.

b) Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang

efektif dan produktif dalam masyarakat.

c) Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan

individu-individu yang lain.

d) Membantu individu dalam mencapai harmoni antara

citacita dan kemampuan yang dimilikinya.

Bimbingan dapat dikatakan berhasil apabila individu yang

mendapatkan bimbingan itu berhasil mencapai keempat tujuan

tersebut secara bersama-sama.

Secara khusus, sebagaimana diuraikan Minalka (1971).

Program bimbingan dilakasanakan dengan tujuan agar anak

bimbingan dapat melaksanakan hal-hal berikut.

a) Memperkembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam

kemajuan dirinya.

b) Memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja,

kesempatan kerja, serta rasa tanggung jawab dalam

memilih suatu kesempatan kerja tertentu.

c) Memperkembangkan kemampuan untuk memilih,

mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan

 

Page 44: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

33

informasi tentang kesempatan yang ada secara bertanggung

jawab.

d) Mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga

diri orang lain.

Menurut Drs. H.M. Arifin, M. Ed., tujuan bimbingan

agama adalah sebagai berikut.

Bimbingan dan penyuluhan agama dimaksudkan untuk

membantu si terbimbing supaya memiliki religious reference

(sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan problem.

Bimbingan dan penyuluahan agama yang ditujukan kepada

membantu si terbimbing agar dengan kesadaran serta

kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran agamanya.

Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan

konseling Islam membantu individu mewujudkan dirinya sebagai

manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan di akhirat.

Menurut penulis, tujuan bimbingan agama juga menjadi

tujuan dakwah Islam. Karena dakwah yang terarah adalah

memberikan bimbingan kepada umat Islam untuk betul-betul

mencapai dan melaksanakan keseimbangan hidup di dunia dan

akhirat. Dengan demikian, bimbingan agama Islam adalah bagian

dari dakwah Islam. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Nabi

Muhammad

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti

yang mulia.” (Al-Hadits)

Dengan demikian, Nabi Muhammad juga menduduki fungsi

sebagai konselor agama di tengah-tengah umatnya, demikian pula

 

Page 45: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

34

para sahabat nabi, para ulama, dimana mereka juga merupakan

pembimbing keagamaan dalam kehidupan masyarakat.

Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi,

dimaksudkan agar klien atau peserta didik mengenal kekuatan

dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara posistif

dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.

Sebagai manusia yang normal, di dalam setiap diri individu selain

memiliki hal-hal yang positif tentu juga memiliki hal-hal yang

negatif. Pribadi yang sehat yaitu apabila ia mampu menerima

dirinya sebagaimana adanya, dan mampu mewujudkan hal-hal

positif sehubungan dengan penerimaan dirinya itu.

Tujuan yang hendak dicapai dalam pelayanan bimbingan

dan konseling dalam Islam secara rinci dapat disebutkan sebagai

berikut.

a) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,

kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi

tenang, jinak dan damai (muthmainnah), bersikap lapang

dada (radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufiq dan

hidayah Tuhannya (mardhiyah)

b) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan

kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat,

baik pada diri sendiri, ingkungan keluarga, lingkungan

kerja, maupun lingkungan sosial dan alam sekitar.

c) Untuk mengasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu

sehingga muncul serta berkembang rasa teloransi,

kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa kasih sayang.

 

Page 46: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

35

d) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu

sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk

berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala

perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.

e) Untuk menghasilkan potensi Ilahiah, sehingga dengan

potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai

khalifah dengan baik dan benar, ia dapat dengan baik

menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat

memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungan

pada berbagai aspek kehidupan.13

3. Fungsi Bimbingan Agama

Secara teoretikal fungsi bimbingan dan konseling secara

umum adalah sebagai fasilitator dan motofator klien dalam upaya

mengatasi dan memecahkan problem kehidupan klien dengan

kemampuan yang ada pada dirinya sendiri. Fungsi ini dapat

dijabarkan dalam tugas kegiatan yang bersifat preventif

(pencegahan) terhadap segala macam gangguan mental, spiritual

dan environmental (lingkungan) yang menghambat, mengancam,

atau menentang proses perkembangan hidup klien. Juga

dijabarkan dalam kegiatan pelayanan yang bersifat repressive

(kuratif atau penyembuhan) terhadap segala bentuk penyakit

mental dan spiritual atau fisikal klien dengan cara melakukan

referral (pelimpahan) kepada para ahlinya, misalnya ahli

kedokteran jiwa (psychiatrist), ahli jiwa (psychologist), atau ahli

13

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:

Amzah, 2010), hal. 38

 

Page 47: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

36

kedokteran umum (dokter kesehatan), psikotrapi dan sebainya.14

Penulis menyimpulkan dari pernyataan di atas bahwa bimbingan

agama adalah suatu upaya untuk memberikan bantuan kepada

residen dalam menentukan pilihan hidupnya sesuai dengan

tuntunan Al-Qur‟an dan Hadits

Dalam kajian lain, fungsi bimbingan dan konseling secara

tradisional dapat digolongkan kepada tiga fungsi, yaitu sebagai

berikut.

a. Remedial atau Rehabilitatif

Secara historis bimbingan dan konseling lebih banyak

memberikan penekanan pada fungsi remedial karna sangat

dipengaruhi oleh psikologi klinik dan psikiatri. Perean

remedial berfokus pada masalah:

1) Penyesuaian diri;

2) Menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi;

3) Mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi

gangguan emosional.

b. Fungsi Edukatif/Pengembangan

Fungsi ini berfokus pada masalah:

1) Membantu membangkitkan keterampilan-

keterampilan dalam kehidupan;

2) Mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah

hidup;

3) Membantu meningkatkan kemampuan menghadapi

transisi dalam kehidupan;

14 Ibid. 44

 

Page 48: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

37

4) Untuk keperluan jangka pendek, bimbingan dan

konseling membantu individu-individi menjelaskan

nilai-nilai, menjadi lebih tegas, mengendalikan

kecemasan, meningkatkan keterampilan komunikasi

antar pribadi, memutuskan arah hidup, menghadapi

kesepian, dan semacamnya.

c. Fungsi Preventif (Pencegahan)

Fungsi ini membentu individu agar dapat berupaya

aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami

berbagai masalah kejiwaan karna kurangnya perhatian.

Uoaya preventif meliputi pengembangan berbagai strategi

dan program yang dapat digunakan untuk mencoba

mengantisipasi dan menghindari risiko-risiko hidup yang

tidak perlu terjadi.

Fungsi utama bimbingan dan konseling dalam

Islam yang hubungannya dengan kejiwaan tidak dapat

terpisahan dengan masalah-masalah spiritual (keyakinan).

Islam memberikan kepada individu agar dapat kembali

pada bimbingan Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Seperti

terhadap individu yang memliki sikap selalu berprasangka

buruk kepada Tuhannya dan menganggap Tuhannya tidak

adil, sehingga ia merasa susah dan menderita dalam

kehidupannya. Sehingga ia cenderung menjadi pemarah

dan akhirnya akan merugikan dirinya sendiri dan

lingkungannya. Bukanlah perkara mudah untuk

menyembuhkan perkara individu yang telah memiliki

pemikiran seperti itu, disinilah fungsi bimbingan dan

 

Page 49: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

38

konseling memberikan bimbingan kepada penyembuhan

terhadap gangguan mental berupa sikap dan cara berpikir

yang salah dalam menghadapi problem hidupnya. Islam

mengarahkan individu agar dapat mengerti apa arti ujuan

dan musibah dalam hidup. Kegelisahan, ketakutan dan

kecemasan merupakan bunga kehidupan yang harus dapat

ditanggulangi oleh setiap individu dalam memohon

pertolongan-Nya melalui orang-orang yang ahli

dibidangnya.15

Setelah individu telah dapat kembali dalam kondisi

yang bersih dan sehat serta telah dapat membedakan mana

yang hak dan yang batil, mana yang halal dan haram, mana

yang bermanfaat dan mudarat, mana yang baik dan buruk,

mana yang baik untuk dirinya dan orang lain dan

sebaliknya, barulah dikembangkan ke arah pengembangan

dan pendidikan bagi kereka.

Fokus bimbingan dan konseling islam memberikan

perbaikan dan penyembuhan pada tahap mental, spiritual

atau kejiwaan, dan emosional, seperti ungkapan dalam

firman Allah: wayuzakkihim (dan sucikan mereka),

kemudian melanjutkan kualitas dari materi bimbingan dan

konseling kepada pendidikan dan pengembangan dengan

menanamkan nilai-nilai dan wahyu sebagai pedoman hidup

dan kehidupan yang hidup, maka individu akan

memperoleh wacana-wacana ilahiah tentang bagaimana

15 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:

Amzah, 2010), hal. 44

 

Page 50: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

39

mengatasi berbagai masalah, kecemasan dan kegelisahan,

melakukan hubungan komunikasi yang baik dan indah baik

secara vertiak maupun horizontal. Dan sekaligus individu

akan mempunyai kemampuan Al-Hikmah, yaitu metode

atau cara untuk menghayati rahasia dibalik berbagai

peristiwa dalam kehidupan secara nurani, empiric, dan

transendental.

Dengan kemampuan dan pemahaman yang matang

terhadap Al-Qur‟an dan Al-Hikmah, maka secara otomatis

individu akan terhindar dan tercegah dari hal-hal yang

dapat merusak dan menghancurkan eksistensi dan esensi

dirinya, baik kehidupan di dunia maupun kehidupan di

akhirat. Itulah fungsi khas bimbingan dan konseling dalam

Islam, dia tidak hanya memberikan bantuan atau

mengadakan perbaikan, penyembuhan, pencegahan dan

keharmonisan hidup dan kehidupan dalam kehidupan

lahiriah maupun batiniah, tidak hanya kehidupan duniawi,

tetapi juga ukhrawi. Keran dalam Islam setiap aktifitas

kehidupan baik yang berhubungan dengan akal pikiran,

perasaan (emosional), dan perilaku harus

dipertanggungjawabkan oleh setiap individu di hadapan

Tuhan.

Dengan demikian, individu-individu (anak bimbing)

telah dapat memahami pesan-pesan Al-Qur‟an dan As-

Sunnah serta Al-Hikmah secara mantap, ia akan dapat

berpikir, bersikap dengan sangat hati-hati dan penuh

kewaspadaan, karena jika sikap dan prilaku menyimpang

 

Page 51: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

40

dari tuntunan kebenaran-Nya maka akan berakibat fatal

lebih-lebih dapat membahayakan orang lain dan

lingkungan. Semakin dalam dan mengakar kepahaman

individu terhadap esensi dari ketiga ilmu itu, semakin

kokoh potensi preventif yang dimilikinya

Adapun jika kegiatan bimbingan dan konseling itu

dikaitkan dengan kehidupan keagamaan anak bimbing,

maka tugas guidance counselor tidak akan pernah diketahui

kapan berakhir, karena bimbingn dan konseling dalam

keidupan keagamaan akan selalu dibutuhkan oleh

masyarakat.16

4. Metode Bimbingan Agama

Sejalan dengan ruang lingkup tujuan tersebut, para

pembimbing memerlukan beberapa metode yang adapat

dilakukan dalam tugas bimbingan. Secara umum ada dua metode

dalam pelayanan bimbingan agama yaitu: pertama, metode dalam

pelayanan bimbingan kelompok dan kedua, metode bimbingan

individual.

a. Metode bimbingan kelompok (Group Guidance)

Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain

dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama

atau membantu seseorang individu yang menghadapi

masalah dengan menepatkan dalam suatu kehidupan

kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang

bisa diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok

16

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:

Amzah, 2010), hal. 44

 

Page 52: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

41

adalah: 1) program home room, 2) diskusi kelompok, 3.)

kegiatan kelompok

1) Program Home Room

Tujuan program ini agar konselor dapat mengenal

kliennya secara lebih dekat sehingga dapat

membantunya secara efisien. Dalam praktiknya,

konselor mengadakan tanya jawab dengan klien,

menampung pendapat, merencanakan suatu kegiatan,

dan lain sebagainya.

2) Diskusi kelompok

Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana

klien meperoleh kesempatan untuk memecahkan

masalah secara bersama-sama. Setiap klien

memperoleh kesempata untuk mengemukakan

pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu

masalah. Dalam melakukan diskusi para klien diberi

peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi

(moderator) dan notulis. Tugas pemimpin diskusi

adalam memimpin jalannya diskusi sehingga diskusi

tidak menyimpang, sedangkan tugas notulis adalah

mencatat hasil-hasil diskusi,. Klien yang lain menjadi

peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul

rasa tanggung jawab dan harga diri.

3) Kegiatan kelompok

Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik

yang baik dalam bimbingan, karena kelompok

memberikan kesempatan kepada individu (para klien)

 

Page 53: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

42

untuk berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan

tertentu yang lebih berhasil apabila dilakukan secara

berkelompok. Melalui kegiatan kelomppok dapat

mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongan-

dorongan tertentu. Selain itu, setiap siswa memperoleh

kesempatan untuk menyumbangkan pikirannya.

Dengan demikian akan muncul rasa tanggung jawab.

Seorang klien diberi kesempatan untuk memimpin

teman-temannya dalam membuat pekerjaan bersama,

sehingga kepercayaan dirinya tumbuh dan kerenanya ia

memperoleh harga diri.17

b. Metode bimbingan individual

Melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberikan

secara individual dan langsung bertatap muka

(berkomunikasi) antara pembimbing (konselor ) dengan

siswa (klien). Dengan perkataan lain pemberian bantuan

diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to

face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan

dengan wawancara antara (pembimbing) konselor dengan

siswa (klien). Apabila menunjukka kepada teori-teori

konseling, setidaknya ada tiga cara yang konseling yang

biasa dilakukan yaritu: 1) directive counseling, 2) non

derective counselling, dan 3) eclective counseling.

1) Konseling derektif

17 Tohorin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah

(Bebasis Integrasi), (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), h. 296

 

Page 54: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

43

Konseling yang menggunakan metode ini, dalam

prosesnya yang aktif atau paling berperan adalah

konselor. Dalam praktiknya konselor berusaha

mengarahkan klien sesuai dengna masalahnya. Selain

itu, konselor juga memberian saran, anjuran dan

nasihat kepada klien.

Praktik konseling dalam dunia islam dimana pin para

nabi khususnya nabi Muhammad SAW. Umumnya

menerapkan cara-cara di atas yait memberikan saran-

saran, anjuran dan nasihat kepada klien

2) Konseling non derektif

Konseling nonderektif tau konseling yang berpusat

pada klien muncul akibat kritik terhadap konseling

direktif (konseling berpusat pada konselor). Konseling

nonderektif berkembang berdasarkan teori client

centered (konseling yang berpusat pada klien). Dalam

praktik konseling nonderektif, konselor hanya

menampung pembicaraan, yang berperan adalah

konseli, klien atau konseli bebas berbicara sedangkan

konselor menampung dan mengarahkan. Metode ini

tentu sulit diterapkan untuk klien dengan kepribadian

tertutup, biasanya pendiam dan sulit diajak berbicara.

3) Konseling elektif

Apabila terhadap siswa tertentu tidak bisa

diterapkan metode derektif, maka mungkin bisa

diterapkan metode nonderektif begitu juga sebaliknya.

Atau apabila mungkin adalah dengan cara

 

Page 55: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

44

penggabungan kedua metode tersebut. Penggabungan

kedua metode konseling disebut metode elektif

(eclective counseling)

Penerapan metode dalam konseling adalah dalam

keadaan tertentu konselor menasihati dan mengarahkan

konseli sesuai dengan masalahnya, dan dalam keadaan

yang lain konselor memberikan kebebasan kepada

konseli untuk berbicara sedangkan konselor

mengarahkan saja.18

C. REHABILITASI

Penulis membahas rehabilitasi karna therapeutic

community ada di dalam proses rehabilitasi korban

penyalahgunaan napza.

1. Pengertian Rehabilitas

Rehabilitasi merupakan upaya perawatan untuk

penyalahguna Narkoba dengann cara memperbaiki kembali

dalam segi psikologis maupun fisik penyalahgunaan. Rehabilitasi

dapat dilakukan dengan cara mengkarangtina penyalahguna dan

memberikan perawatan yang intensif.19

Tujuannya agar ia tidak

18 Tohorin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah

(Bebasis Integrasi), (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), h. 299

19 BNN, Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahan Narkoba di

Lingkungan Pendidikan, (2006), hal. 62

 

Page 56: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

45

memakai lagi dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh

bekas pemakaian nakotika.20

Pemakaian narkotika dapat mengalami penyakit:

a. Kerusakan fisik (syaraf, otak, darah, jantung, paru-paru,

ginjal, hati dan lain-lain).

b. Kerusakan mental, perubahan karakter kea rah negatif,

asocial.

c. Penyakit-penyakit ikutan (HVI/AIDS, hepatitis, sifilis dan

lain-lain.

Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkotika tanpa

upaya pemulihan (rehabilitas) tidak bermanfaat. Setelah sembuh,

masih banyak masalah lain yang akan timbul. Semua dampak

negatif tersebut sangat sulit diatasi. Karenanya, banyak pemakai

narkotika yang ketika sudah sadar malah mengalami putus asa,

kemudian bunuh diri. Cara bunuh diri pemakai narkotika yang

terbanyak adalah dengan menyuntik dirinya sendiri dengan

narkotika dengan dosis berlebihan sehingga mengalami overdosis

(OD). Penyebab upaya bunuh diri terbanyak adalah putus asa

karena mengetahui dirinya mengidap HIV/AIDS, atau jengkel

tidak dapat lepas dari narkotika.

Banyak masyarakat yang membuka usaha rehabilitasi

korban narkotika dengan membuka pemondokan bagi penderita

dan memberikan bimbingan hidup berupa praktik keagamaan dan

atau kegiatan-kegiatan produktif, seperti olehraga, kesenian,

pertanian, pembengkelan, perdagangan dan ain-lain. Usaha

20

BNN, Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan

Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/Istalasi, (2010), hal. 38

 

Page 57: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

46

seperti ini sangat baik karena kemampuan pemerintah untuk

melakukannya sangat terbatas. Usaha pelayanan rehabilitasi

korban narkotika dapat memberikan keuntungan yang cukup

baik. Ada berbagai cara pemulihan. Namun, keberhasilan upaya

ini sangat tergantung pada:

a. Professionalisme lembaga rehabilitasi (SDM, sarana dan

prasarana) yang menangani.

b. Kesadaran dan kesungguhan penderita.

c. Dukungan atau kerjasama antara penderita, lembaga dan

keluarga penderita.

Masalah yang paling mendasar dan sulit dalam penanganan

narkotika adalah mencegah datangnya kambuh/relapse setelah

yang penderita selesai menjalankan pengobatan (detoksifikasi).

Relaps disebabkan oleh perasaan rindu dan keinginan yang kuat

(suggest) akibat salah satu sifat narkotika, yaitu habitual. Satu-

satunya cara yang dianggap efektif untuk mencegah datangnya

kambuh saat ini adalah dengan rehabilitasi fisik dan mental.

Sementara untuk pemakaian ekstasi, shabu dan sebagainya,

rehabilitasi sering berhasil dengan bail. Ada yang dapat sembuh

100 persen. Pemakai morfin cukup banyak yang berhasil sembuh.

Pemakai heroin (putau) jarang yang berhasil sembuh. Sebagian

besar gagal. Pemakai putaw yang dapat berhenti total sangat

langka sehingga boleh dikatakan mukjizat. Untuk pemakai

campuran (putaw, morfin, dan ekstasi, shabu) sekaligus,

penyembuhan hampir pasti gagal total.21

21

BNN, Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan

Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/Istalasi, (2010), hal. 39

 

Page 58: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

47

2. Jenis Rehabilitasi

Istilah rehabilitasi dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika terdiri dari 2 (dua) yaitu

a) Rehabilitasi medis yaitu proses kegiatan pengobatan secara

terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan

narkotika, sesuai Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

b) Rehabilitasi Sosial yaitu proses kegiatan pemulihan secara

terpadu baik fisik, mental maupun social, agar bekas

pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi

social dalam kehidupan masyarakat, sesuai Pasal 1 angka

17 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.

3. Tahap- Tahap Rehabilitasi

Adapun tahap-tahap rehabilitasi bagi korban

penyalahgunaan narkoba yaitu:

a) Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu

diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh

dokter terlatih. Dokterlah yang memutuskan apakah

pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi

gejala putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat

tergantung dari jenis narkoba dan berat ringanya gejala

putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan,

pengalaman, dan keahlian guna memdeteksi gejala

kecanduan narkoba tersebut.

b) Tahap rehabilitasi nonmedis, tahap ini pecandu ikut dalam

program rehabilitasi. Di Indonesia sudah di bangun tempat-

 

Page 59: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

48

tempat rehabilitasi, sebagai contoh di bawah BNN adalah

tempat rehabilitasi di daerah Lido (Kampus Unitra),

Baddoka (Makassar), dan Samarinda. Di tempat rehabilitasi

ini, pecandu menjalani berbagai program diantaranya

program therapeutic communities (TC), 12 steps (dua belas

langkah, pendekatan keagamaan, dan lain-lain.

c) Tahap bina lanjut (after care), tahap ini pecandu diberikan

kegiatan sesuai dengan minat dan bakat untuk mengisi

kegiatan sehari-hari, pecandu dapat kembali ke sekolah atau

tempat kerja namun tetap berada di bawah pengawasan.22

D. THERAPEUTIC COMMUNITY

Salah satu metode yang digunakan dalam pelayanan dan

rehabilitasi penyalahgunaan narkoba adalah Therapeutic

Community (selanjutnya disebut TC). TC mulanya ditujukan bagi

pasien-pasien psikiatri yang dikembangkan sejak perang dunia

kedua. Cikal bakal TC adalah kelompok Syinano di Amerika

Serikat yaitu self-help group atau kelompok kecil yang saling

membantu dan mendukung proses pemulihan yang pada awalnya

sangat dipengaruhi oleh gerakan Alcoholic Anonimous.

Sesungguhnya metode ini digali dari konsep Timur, tetapi

dikembangkan di New York, Amerika Serikat, di Day Top

Internasional. Pengembangan di Asia dimulai dari Philipina,

22

BNN, Panduan Pelaksanaan Terapi dan Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat, Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Pusat

Laboratorium Terapi dan Rehabilitasi, Jakarta, 2008, hlm.8

 

Page 60: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

49

Thailand, Malaysia, dan akhir-akhir ini Indonesia. Salah satu

jurnaltentang penyalahgunaan narkoba (UNDPC, 1990 dalam

Doweiko, 1999) melaporkan bahwa dengan metode ini 80%

residen berhasil bertahan pada kondisi bebas zat (abstinensia)

dalam waktu yang lebih lama, apabila residen tersebut mengikuti

seluruh tahapan hingga selesai. Atas dasar keberhasilan ini,

Departemen Sosial, c.q. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi

penyalahgunaan NAPZA, mempertimbangkan untuk

mengembangkan pelayanan dan rehabilitasi sosial dengan metode

TC.23

1. Pengertian Therapeutic Community

Therapeutic Community dalam kamus psikologi

merupakan sebuah setting sosial dan budaya yang dibentuk bagi

alasan-alasan terapeutik dan yang di dalamnya terdapat individu-

individu memerlukan kehidupan terapi. Istilah ini diterapkan

bukan hanya untuk kasus psikiatrik tetapi juga bisa dibentuk oleh

keseluruhan lingkungan sosial, yang juka dikontrol dengan tepat

memiliki pengaruh yang bermanfaat.

Therapeutic Community salah satu model terapi dimana

sekelompok individu hidup dalam satu lingkungan yang

sebelumnya hidup terasing dari masyarakat umum, berupaya

mengenal diri sendiri serta belajar menjalani kehidupan

berdasarkan prinsip-prinsip yang utama dalam hubungan antar

23

BNN, Metode Therapeutic Community, (Jakarta: 2004) hal. 2

 

Page 61: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

50

individu, sehingga mampu merubah prilaku yang dapat diterima

oleh masyarakat.24

TC adalah suatu metode rehabilitasi sosial yang ditujukan

kepada korban penyalahgunaan narkoba, yang merupakan sebuah

„keluarga‟ terdiri atas orang-orang yang mempunyai masalah

yang sama dan memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menolong

diri sendiri dan sesama yang dipimpin oleh seseorang dari

mereka, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari yang

negatif ke arah tingkah laku yang positif.25

2. Prinsip Pekerjaan Sosial dalam Therapeutic Community

Prinsip yang mendasari dilaksanakannya konsep TC

adalah bahwa setiap orang itu pada prinsipnya dalam berubah,

yaitu dari perilaku negatif ke arah prilaku yang positif. Dalam

proses perubahan seperti ini, seseorang sangat memerlukan

bantuan pihak lain termasuk kelompok. Oleh karena itu dalam

proses pengubahan prilaku tersebut, TC dianggap keluarga besar.

Konsep TC pada umumnya menerapkan pendekatan Self

help, artinya residen dibiasakan mengerjakan tugas-tugas yang

berkaitan dengan pengelolaan kebutuhan sehari-hari, misalnya

memasak, membersihkan fasilitas TC, memperbaiki gedung dan

sebagainya, di samping kegiatan yang bersifat memberikan

keterampilan. Dalam hal ini, setiap kegiatan residen mempunyai

tanggung jawab mengubah tingkah laku, baik diri sendiri,

24 Direktoral Jendral Pelayanan dan Rehabilitas Sosial, Therapuetic

Community dalam Rehabilitasi Korban Narkoba, (jakarta: 2003), hal. 13 25

BNN, Metode Therapeutic Community, (Jakarta, 2004) hal. 3

 

Page 62: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

51

maupun orang lain, jadi bukan semata-mata tanggung jawab

petugas.

Teori yang mendasari metode TC adalah pendekatan

behavioral dimana reward (penghargaan/penguatan) dan

punishment (hukuman) dalam mengubah suatu prilaku, di mana

sebuah kelompok dijadikan suatu media untuk mengubah suatu

prilaku. Dalam pelaksanaannya, berbagai pendekatan tersebut

merupakan penerapan dari berbagai prinsip-prinsip pekerjaan

sosial.26

a. Prinsip-prinsip umum

1) Adanya keyakinan akan kebaikan, integritas dan

kebebasan residen dalam menentukan kehidupannya.

2) Adanya keyakinan bahwa setiap residen memiliki

kebutuhan baik kebutuhan fisik, sosial, psikologis,

dan kebutuhan-kebutuhan lain-lainnya. Dalam

pemenuhannya residen mempunyai hak untuk

menentukan sendiri.

3) Adanya keyakinan bahwa setiap residen mempunyai

kesempatan yang sama tetapi kesempatan tersebut

dibatasi oleh kemampuannya sendiri.

4) Adanya keyakinan bahwa setiap residen mempunyai

tanggung jawab sosial untuk terlibat di dalam proses

pemecahan masalah residen lainnya yang diwujudkan

dalam tindakan bersama.

b. Prinsip-prinsip dasar

1) Penerimaan (acceptance)

26

BNN, Metode Therapeutic Community, (Jakarta, 2004) hal. 13

 

Page 63: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

52

2) Perbedaan individu

3) Pengungkapan perasaan

4) Tidak memberikan penilaian (non judgemental)

5) Objektivitas

6) Keterlibatan emosional

7) Menentukan dirinya sendiri

8) Aksesibilitas terhadap sumber

9) Kerahasian

10) Kesinambungan

11) Ketersediaan pelayanan

E. NAPZA

1. Pengertian Napza

Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran badan

naktotika nasional (BNN) No SE/03/IV/2002 merupakan akronim

dari NArkotika, psiKOtropika dan Bahan Adiktif lainnya.

Narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika

dimasukkan ke dalam tubuh dapat mengubah pikiran, suasana

hati, perasaan, dan perilaku seseorang.27

Narkoba adalah bahan

adiktif, artinya menimbulkan ketergantungan, atau bahan

psikoaktif, artinya berpengaruh pada otak dan prilaku. Karena

antara lain menyebabkan ketergantungan, narkoba disebut juga

bahan berbahaya.

Narkotika dan psikotropika berada dalam pengawasan

undang-undang R.I. Nomer 22 tahun 1997 tentang Narkotika Dan

undang-undang R.I. Nomer 5 tahun 1997 tentang psikotropika.

27

BNN, Mengenal Penyalahgunaan Narkoba, 2007, hal. 9

 

Page 64: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

53

Jika ditanam, di produksi, diperjualbelikan, dimiliki, disimpan

dan digunakan secara tidak sah berarti melanggar hukum.28

2. Jenis-jenis Napza

a. Berdasarkan asal zat/bahannya narkoba dibagi menjadi

dua yaitu:

1) Tanaman

a) Opium atau candu/morfin yaitu olahan getah

tanaman papaver somniferum tidak terdapat

dindonesia, tetapi diselundupkan di Indonesia.

b) Kokain yaitu olahan daun koka diolah di Amerika

(Peru, Bolivia, Kolumbia).

c) Cannabis Sativa atau Marihuana atau Ganja

banyak ditanam di Indonesia

2) Bukan Tanaman

a) Semi sintetik: adalah zat yang diproses secara

ekstraksi, isolasi disebut alkaloid opium. Kimia,

Contohnya: Heroin, Kodein, dan Morfin.

b) Sintetik: diperoleh melalui proses kimia bahan

baku kimia, menghasilkan zat baru yang

mempunyai efek narkotika dan diperlukan medis

untuk penelitian serta menghilangkan rasa sakit

(analgesic) penekan batuk (antitusif). Contohnya:

Amfetamin, Metadon, Petidin, dan

Deksamfetamin.

28

Ancaman Naroba Bagi Generasi Bangsa, Pemerintah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 2007, hal.1

 

Page 65: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

54

b. Berdasarkan Golongannya

1) Narkotika

a) Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak

digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi

sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan,

contohnya: ganja, heroin, kokain dan opium

b) Narkotika Golongan II

Narkotika yang berkasiat pengobatkan digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan

dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan, contohnya:

morfin, pentanin, petidin, dan turunannya.

2) Psikotropika

a) Golongan I

Adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk

tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindrom ketergantungan.

Contohnya: MDMA/ekstasi, LSD dan STP.

MDMA/ ecstasy LSD (Lysergic Acid

Diethylamide).

b) Golongan II

Adalah psitropika yang berkhasiat pengobatan dan

dapat digunakan dalam digunakan dalam terapi

 

Page 66: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

55

dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom

ketergantungan. Contohnya: amfetamin,

metifenidat atau Ritalin.

c) Golongan III

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk

tujuan ilmu pengatuan serta mempunyai potensi

sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan.

Contohnya: lumibal, buprenorsina, pentobarbital,

flunitrazepam.

d) Golonga IV

Adalah psitropika yang berkhasiat pengobatan dan

sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan ketergantunngan.

Contohnya: nitrazepam (BK, mogadon, dumolid),

diazepam.

3) Bahan Adiktif

Contohnya: Rokok, alcohol, thinner, lem kayu,

penghapus cair, aseton, cat, bensin, dan lain

sebagainya.29

3. Faktor Penggunaan Napza

Penyalahgunaan napza ada beberapa faktor yaitu:

a. Lingkungan Sosial

29

Jiliana lisa FR, nengah sutrisna W, Narkoba, psikotropika, dan

gangguan jiwa, (Nuha Medika, Yogyakarta: 2013) hal. 5

 

Page 67: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

56

Motif ingin tahu: dimasa remaja seseorang lazim

mempunyai rasa ingin lalu setelah itu ingin

mencobanya. Misalnya dengan mengenal narkotika,

psykotropika mampu minum keras atau bahan bahaya

lainnya.

Adanya kesempatan: karena orang tua sibuk dengan

kegiatannya masing-masing, mungkin juga karena

kurangnya rasa kasih sayang dari keluarga ataupun

karena akibat dari broken home.

Sarana dan prasmana: karena orang tua berlebihan

memberikan fasilitas dan uang yang berlebihan,

merupakan sebuah pemicu untuk menyalahgunakan

uang tersebut untuk membeli narkotikauntuk

memuaskan rasa keingintahuan mereka.

b. Kepribadian

Rendah diri: perasaan rendah diri di dalam pergaulan di

masyarakat ataupun di lingkungan sekola, kerja dsb,

mereka mengatasi masalah tersebut dengan cara

menyalahgunakan narkotik, psykotropika mapun

minuman keras yang dilakukan untuk menutupi

kekurangan mereka tersebut sehingga mereka

memperoleh apa yang diinginkan seperti lebih aktif dan

berani

Emosional dan mental: pada masa-masa ini biasanya

mereka ingin lepas dari segala aturan-aturan dari

orangtua mereka. Dan akhirnya sebagai tempat pelarian

yaitu dengan menggunakan narkotika, psikotropika dan

 

Page 68: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

57

minman keras lainnya. Lemahnya mental seseorang

akan lebih mudah dipengaruhi oleh perbuatan-

perbuatan negative yang akhirnya menjurus kea rah

penggunakaan narkotika, psikotropika dan minuman

keras lainnya.30

4. Dampak Napza

Pengaruh narkoba secara umum ada tiga:

a) Depresi

Menekan atau memperlambat fungsi system syaraf

pusat sehingga dapat mengurangi aktifitas

fungsional tubuh.

Dapat membuat pemakai merasa tenang,

meberikan rasa melambung tinggi, member rasa

bahagia dan bahkan membuatnya tertidur atau

tidak sadarkan diri.

b) Stimulan

Merangsang sitem syaraf pusat dan meningkatkan

kegairahan (segar dan bersemangat) dan

kesadaran.

Obat ini dapat bekerja mengurangi rasa kantuk

karena lelah, mengurangi napsu makan,

mempercepat detak jantung, tekanan darah dan

pernapasan.

c) Halusinogen

30

Jiliana lisa FR, nengah sutrisna W, Narkoba, psikotropika, dan

gangguan jiwa, (Nuha Medika, Yogyakarta: 2013) hal. 43.

 

Page 69: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

58

Dapat mengubah rangsangan indera yang jelas

serta merbah perasaan dan pikiran sehingga

menimbulakn kesan palsuatau halusinasi.

Keluhan umum begi kesehatan badan:

- Terganggunya fungsi otak

- Daya ingat menurun

- Sulit berkonsentrasi

- Suka berhayal

- Intoksikasi (keracunan)

- Over dosisi

- Gejala putus zat

- Gangguan prilaku/ mental sosial

Keluhan khusus bagi kesehatan badan:

- Berat badan turun drastis

- Mata terlihat cekung dan merah

- Muka pucat

- Bibir kehitam- hitaman

- Buang air besar dan kecil kurang lancer

- Sakit perut tiba- tiba

- Batuk dan pilek berkepanjangan

- Sering menguap

- Mengeluarkan keringat berlendir

- Mengalami nyeri kepala

Seperti yang kita ketahui, segala hal memiliki kebaikan

dan keburukan. Begitu pula psikotropika dan zat adiktif memiliki

kegunaan positif dan negatif, tergatung dari tujuan dan siapa yang

menggunakannya. Penggunaan zat adiktif dan psikotropika oleh

 

Page 70: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

59

dokter dan diawasi dengan ketet merupakan hal positif yang bisa

digunakan untuk mendapatkan nilai positif dari zat ini. Namun

jika digunakan dengan salah, zat ini dapat menimbulkan

marabahaya.31

1) Dampak Fisik

Adapun biologis tubuh kita terhadap penggunaan

naroba untuk jangka waktu yang lama bisa dibilang cukup

ekstensif, terutama obat-obatan yang tergolong dalam

kelompok downers. Tubuh kita bahkan dapat berubah begitu

banyak sehingga sel-sel da organ-organ tubuh kita menjado

tergantung pada obat itu hanya untuk bisa berfungsi normal.

Selah satu contoh adaptasi biologis dapat dilihat

dengan alkohot. Alcohol mengganggu pelepasan dari

beberapa transisi syaraf di otak. Alcohol juga meningkatkan

cytocell dan mitokondria yang ada di dalam liver untuk

menetralisir zat-zat yang masuk. Sel-sel tubuh ini menjadi

tergantung pada alcohol untuk menjaga keseimbangan baru

ini.

Tetepi, bila penggunaan narkoba dihetikan, ini akan

mengubah semua susunan dan keseimbangan kimia tubuh.

Mungkin akan ada kelebihan suatu jenis enzim dan

kurangnya tranmisi syaraf tertentu.

Tetapi, bila pengguna narkoba dihentikan, ini akan

mengubah semua susunan dan keseimbangan kimia tubuh.

Mungkin ada kelebihan suatu jenis enzyme dan kurangnya

31

Jiliana lisa FR, Nengah Sutrisna W, Narkoba, Psikotropika, dan

Gangguan Jiwa, (Nuha Medika, Yogyakarta: 2013) hal. 26

 

Page 71: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

60

tramisi syaraf tertentu. Tiba-tiba saja, tubuh mencoba ntuk

mengebalkan keseimbangan didalamnya. Biasanya, hal-hal

yang ditekan/tidak dapat dilakukan secara berlebihan pada

masa Gejala Putus Obat (GPO) ini.

Misalnya, bayangkan efek-efek yang menyenangkan

dari suatu narkoba dengan cepat berubah menjadi GPO yang

sangat tidak mengenakan saat seorang pengguna berhenti

menggunakan narkoba seperti heroin/putaw. Contoh: saat

menggunakan seseorang akan mengalami konstipasi, tetapi

GPO yang dialaminya adalah diare, dll. GPO ini merupakan

„momok‟ tersendiri bagi para pengguna narkoba. Bagi para

pecandu, terutama, ketakutan terhadap sakit yang akan

dirasakan saat mengalami GPO merupakan salah satu alasan

mengapa mereka sulit untuk berhenti menggunakan narkoba,

terutama jenis putaw/heroin. Mereka tidak mau merasakan

pegal, linu, sakit-sakit pad sekujur tubuh dan persendian,

kram otot, insomnia, mual, muntah, dll yang merupakan

selalu muncul bila pasokan narkoba ke dalam tubuh

dihentikan.

Selain tergantungan sel-sel tubuh, organ-organ vital

dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru, ginjal, dan otak

yang mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka

panjang narkoba. Banyak sekali pecandu narkoba yang

berakhir dengan katup jantung yang bocor, paru-paru yang

bolong, gagalginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi

kerusakan fisik yang muncul akibat infeksi virus {hepatitis C

 

Page 72: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

61

dan HIV/AIDS} yang sangat umum terjadi dikalangan

pengguna jarum suntik.32

2) Dampak Mental

Selain tergantungan fisik, terjadi juga ketergantungan

mental. Ketergantungan mental ini lebih susah untuk

dipulihkan dari pada ketergantungan fisik. Ketergantungan

yang dialami secara fisik akan lewat setelah GPO diatas,

tetapi setelah itu akan muncul ketergantungan mental, dalam

bentuk yang dikenal dengan istilah „sugesti‟. Orang

seringkali menganggap bahwa sakaw dan sugesti adalah hal

yang sama, ini adalah anggapan yang salah. Sakaw bersifat

fisik, dan merupakan istilah lain untuk Gejala Putus Obat,

sedangkan sugesti adalah ketergantungan mental, berupa

munculnya keinginan untuk kembali menggunakan narkoba.

Sugesti ini tidak akan hilang saat tubuh sudah kembali

berfungsi secara normal. Sugesti ini bisa digambarkan

sebagai suara-suara yang menggema di dalam kepala seorang

pecanduyang menyuruhnya untuk menggunakan narkoba.

Sugesti seringkali menyebabkan terjadinya „perang‟ dalam

diri seorang pecandu, karena di satu sisi ada bagian dirinya

yang sangat ingin menggunakan narkoba, sementara ada

bagian lain dalam dirinya yang mencegahnya. Peperangan ini

sangat melehakan. Bayangkan saja bila Anda harus

berperang melawan diri Anda sendiri, dan Anda sama sekali

tidak bisa sembunyi dari suara-suara itu karena tidak ada

32

Jiliana lisa FR, nengah sutrisna W, Narkoba, Psikotropika, dan

Gangguan Jiwa, (Nuha Medika, Yogyakarta: 2013) hal. 33.

 

Page 73: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

62

tempat dimana Anda bisa sembunyi dari diri Anda sendiri

dan tidak jarang bagian dirinya yang ingin menggunakan

narkoba-lah yang menang dalam peperang ini. Suara-suara

ini seringkali begitu kencang sehingga ia tidak lagi

menggunakan akal sehat karena pikirannya sudah terobsesi

dengan narkoba dan nikmatnya efek dari menggunakan

narkoba. Sugesti inilah yang sering kali menyebabkan

pecandu relapse. Sugesti ini tidak bisa hilang dan tidak bisa

disembuhkan, karena inilah yang membedakan seorang

pecandu dengan orang-orang yang bukan pecandu. Orang-

orang yang bukan pecandu dapat menghentikan

penggunaannya kapan saja, tanpa ada sugesti, tetapi para

pecandu akan tetap memiliki sugesti bahkan saat hidupnya

sudah bisa dibilang normal kembali. Sugesti memang tidak

bisa disembuhkan, tetapi kita dapat merubah cara kita

bereaksi atau merespon terhadap sugesti itu.

Dampak mental yang lain adalah pikiran dan perilaku

obsesif kompulsif, serta tindakan impulsive. Pikiran seorang

pecandu menjadi terobsesi pada narkoba dan penggunaan

narkoba. Narkoba adalah satu-satunya hal yang ada di dalam

pikirannya. Ia akan menggunakan semua daya pikirannya

untuk memikirkan cara yang tercepat untuk mendapatkan

uang untuk membeli narkoba. Tetapi ia tidak pernah

memikirkan dampak dari tindakan yang dilakukannya,

seperti mencuri, berbohong, atau sharing needle karena

perilakunya selalu impulsive, tanpa pernah dipikirkan

terlebih dahulu.

 

Page 74: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

63

Ia juga selalu berpikirdan berprilaku kompulsif, dalam

artian ia selalu mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama.

Misalnya, seorang pecndu yang sudah keluar dari sebuah

tempat pemulihan sudah mengetahui bahwa ia tidak bisa

mengendalikan penggunaan narkobanya, tetapi

saatsugestinya muncul, ia akan berpikir bahwa mungkin

sekarang ia sudah bisa mengendalikan penggunaannya, dan

akhirnya kembali menggunakan narkoba hanya untuk

menemukan bahwa ia memang tidak bisa mengendalika

penggunaannya bisa dikatakan bahwa dampak mental dari

narkoba adalah mematikan akal sehat penggunanya, terutama

yang sudah dalam tahap kecanduan. Ini semua membuktikan

bahwa penyakit adiksi adalah penyakit yang licik, dan sangat

berbahaya.33

3) Emosional

Narkoba adalah zat-zat yang mengubah mood

seseorang (mood altering substance). Saat menggunakan

narkoba, mood, perasaan, serta emosi seseorang ikut

terpengaruh. Salah satu efek yang diciptakan oleh narkoba

adalah perubahan mood. Narkoba dapat mengakibatkan

ekstrimnya perasaan, mood atau emosi penggunanya. Jenis-

jenis narkoba tertentu, terutama alcohol dan jenis-jenis

nerkoba yang termasuk dalam kelompok uppers seperti

shabu-shabu, dapat memunculkan perilaku agresif yang

berlebihan dari si pengguna, dan sering kali mengakibatkan

33

Jiliana lisa FR, nengah sutrisna W, Narkoba, Psikotropika, dan

Gangguan Jiwa, (Nuha Medika, Yogyakarta: 2013) hal. 35.

 

Page 75: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

64

melakukan perilaku atau tindakan kekerasan. Terutama bila

orang tersebut pada dasarnya memang orang yang emosional

dan bertemperamen panas. Ini mengakibatkan tingginya

domestic violence dan perilaku abusive dalam keluarga

seorang alkoholik atau pengguna shabu-shabu. Karena

pikiran yang terobsesi oleh narkoba dan pengguna narkoba,

maka ia tidak akan takut untuk melakukan tindakan

kekerasan terhadap orang-orang yang mencoba

menghalanginya untuk menggunakan narkoba. Emosi

seorang pecandu narkoba sangat labil dan bisa berubah kapan

saja. Satu saat tampaknyaia baik-baik saja, tetapi di bawah

pengaruh narkoba semenit ia bisa berubah menjadi

orangyang seperti kesetanan, mengamuk, melempar barang-

barang, dan bahkan memukuli siapapun yang ada di

dekatnya. Hal ini sangat umum terjadi di keluarga seorang

alkoholik atau pengguna shabu-shabu. Mereka tidak segan-

segan memukul istri atau anak-anak bahkan orangtua mereka

sendiri. Karena melakukan semua tindakan kekerasan itu

dibawah pengaruh narkoba, maka terkadang ia tidak ingat

apa yang tlah dilakukannya. Saat seseorang menjadi

pecandu, ada suatu kepribadian baru yang muncul dalam

dirinya, yaitu kepribadian pecandu atau kepribadian si

junkie. Kepribadian yang baru ini tidak peduli terhadap

oranglain, satu-satunya halyang penting baginya adalah

bagaimana cara agar ia tetap bisa terus menggunakan

narkoba. Ini sebabnya mengapa ada perubahan emosional

yang tampak jelas dalam diri seorang pecandu. Seorang anak

 

Page 76: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

65

yang tadinya selalu bersikap manis, sopan, riang, dan jujur

berubah total menjadi seorang pecnduyang berensek,

pemurung, penyendiri, dan jago berbohong dan mencuri.

Adiksi terhadap narkoba membuat seorang kehilangan

kendali terhadap emosinya. Seorang pecandu acapkali

bertindak secara impuls, mengikuti dorongan emosi apapun

yang muncul dalam dirinya. Dan perubahan yang muncul ini

bukan perubahan ringan, karena pecandu adalah orang-orang

yang memiliki perasaan dan emosi yang sangat mendalam.

Para pecandu sering kli diselimuti oleh perasaan brsalah,

perasaan tidak berguna, dan depresi mendalam yang

seringkali membuatnya berpikir untuk melakukan tindakan

bunuh diri.

Perasaan-perasaan ini pulalah yang membuatnya ingin

terus menggunakan, karena salah satu efek narkoba adalah

mematikan perasaan dan emosi kita. Di bawah pengaruh

narkoba, ia dapat merasa senang dan nyaman, tanpa harus

merasakan perasaan-perasaan yang tidak mengenakan. Tetapi

perasaan-perasaan ini tidak hilang begitu saja, melainkan

„terkubur hidup-hidup‟ di dalam diri kita. Dan saat si

pecandu berhenti menggunakan narkoba, perasaan-perasaan

yang selama ini „mati‟ atau „terkubur‟ dalam dirinya kembali

bangkit, dan di saat-saat seperti inilah pecandu membutuhkan

suatu program pemulihan, untuk membantunya menghadapi

dan mengatasi perasaan-perasaan sulit itu.

Satu hal juga yang perlu diketahui adalah bahwa salah

satu dampak buruk narkobaadalah mengakibatkan pecandu

 

Page 77: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

66

memiliki suatu retardasi mental dan emosional. Contoh:

seorang pecandu berusia 16 tahun saat ia pertama kali

menggunakan narkoba, dan saat ia berusia 26 tahun ia

berhenti menggunakan narkoba. Memang secara fisik ia

berusia 26 tahun, tetapi sebenarnya usia mental dan

emosionalnya adalah 16 tahun. Ada 10 tahun yang „hilang‟

saat ia menggunakan narkoba. Ini juga sebabnya mengapa ia

tidak memiliki pola piker dan kestabilan emosi seperti

layaknya orang-orang lain seusianya.34

4) Dampak Spiritual

Adiksi terhadap narkoba membaut seorang pecandu

menjadikan narkoba sebagai prioritas utama di dalam

kehidupannya. Narkoba adalah pusat kehidupannya, dan

semua hal/aspek lain dalama hidupnya berputar di sekitarnya.

Tidak ada hal lain yang lebih penting daripada narkoba, dan

ia menaruh kepentingannya untuk menggunakan narkoba di

atas segala-galanya. Narkoba menjadi jauh lebih penting

daripada istri, suami pacar, orang tua, sekolah, pekerjaan, dll.

Ia berhenti melakukan aktifitas-aktifitas yang biasa ia

lakukan sebelum ia tenggelam dalam penggunaan

narkobanya. Ia tidak lagi melakukan hobi-hobinya, menjalani

aktifitas normal seperti sekolah, kuliah, atau bekerja seperti

biasa, bila sebelumnya ia termasuk rajin beribadah bisa

dipastikan ia akan menjauhi kegiatan yang satu ini, apalagi

dengan khotbah agama yang selalu didengar bahwa orang-

34

Jiliana lisa FR, nengah sutrisna W, Narkoba, Psikotropika, dan

Gangguan Jiwa, (Nuha Medika, Yogyakarta: 2013) hal. 37.

 

Page 78: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

67

orang yang menggunakan narkoba adalah orang-orang yang

berdosa.

Ini menyebabkan pecandu seringkali hidup tersolir, ia

hidup dalam dunianya sendiri dan mengisolasi dirinya dari

dunia luar, yaitu dunia yang tidak ada hubungannya denga

narkoba. Ia menjauhi keluarga dan teman-teman lamanya,

dan mencari teman-teman baru yang dianggap sama

dengannya, yang dianggap dapat memahaminya dan tidak

akan mengkuliahinya tentang penggunaan narkobanya.

Narkoba dianggap sebagai sahabat yang selalu setia

menemaninya. Orangtua bisa memarahinya, teman-teman

mungkin menjauhinya, pacar mungkin memutuskannya,

bahkan Tuhan mungkin dianggap tidak ada, tetapi narkoba

selalu setia dan selalu setia dan selalu dapat memberikan

efek yang diinginkannya.

Secara spiritual, narkoba adalah pusat hidupnya, dan

bisa dikatakan menggantikan posisi Tuhan. Adiksi terhadap

narkoba membuat pengguna narkoba menjadi jauh lebih

penting daripada keselamatan dirinya sendiri. Ia tidak lagi

memikirkan soal makan, tertular penyakit bila sharing

needle, tertangkap polisi, dll.

Adiksi adalah penyakit yang mempengaruhi semua

aspek hidup seorang manusia, dan karenanya harus disadari

bahwa pemulihan bagi seorang pecandu tidak hanya bersifat

fisik saja, tetapi juga harus mencakup ketiga aspek lainnya

 

Page 79: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

68

sebelum pemulihan it dapat dianggap sebagai suatu

pemulihan yang sebenarnya.35

F. Pandangan Agama Islam Terhadap Napza

Istilah narkoba sendiri belum muncul saat Islam dilahirkan,

namun bukan berarti narkoba baru. Pada zaman dahulu narkoba

tidak ada. Akan tetapi barang haram sejenis narkoba sejak zaman

dahulu sudah ada hanya orang-orang pada masa itu menyebutnya

bukan narkoba tetapi opium. Bahkan 3 abad sebelum Nabi Isa

dilahirkan, opium sudah dipergunakan sebagai obat di Mesir,

bahkan dijadikan symbol mata uang di Negara itu. Di Mesir

opium dikenal sebagai obat tidur atau obat penenang. Sementara

itu ganja telah dipakai masyarakat Asia kecil sejak 5 abad

sebelum masehi, untuk meraih kesenangan dan ketenangan serta

kegembiraan sesaat (eforia). Tanaman ganja bahkan sangat

mempengaruhi kehidupan manusia selama berabad-abad

disepanjang pantai utara Afrika sampai ke India dalam lintasan

sejarah, ganja mampu mempengaruhi kebudayaan manusia.36

Narkotika dan minuman keras telah lama dikenal umat

manusia. Tapi sebenarnya lebih banyak mudharatnya dari pada

manfaatnya. Untuk itu, hampir semua agama melarang umat

manusia untuk mengkonsumsi narkotika dan minuman keras,

dalam wacana Islam, ada beberapa ayat Al-Qur‟an dan Hadits

yang melarang manusia untuk mengkonsumsi minuman keras dan

hal-hal yang memabukan. Pada orde yang lebih mutakhir,

35

Jiliana lisa FR, nengah sutrisna W, Narkoba, Psikotropika, dan

Gangguan Jiwa, (Nuha Medika, Yogyakarta: 2013) hal. 40

36 M. Arif Hakim, Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah

Mengatasi dan Melawan, (Nuansa Cendikia, bandung), hal. 72

 

Page 80: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

69

minuman keras dan hal-hal yang memabukan bisa juga

dianalogikan sebagai narkoba. Ketika Islam lahir dari terik

padang pasir lewat Nabi Muhammad, zat yang paling popular

memang hanya minuman keras (khamar). Dalam perkembangan

dunia Islam, khamar kemudian bergesekan, bermetamorfosa dan

beranak pinak dalam bentuk yang makin canggih, yang kemudian

lazim disebut narkotika atau yang lebih luas lagi narkoba. Untuk

itu, dalam analoginya, larangann mengonsumsi minuman keras

dan hal-hal yang memabukan, adalah sama dengan mengonsumsi

narkoba.37

Ayat-ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan larangan

mengonsumsi Napza antara lain:

1. Al-Maidah ayat 90

يخطان س منخ عمل الش ر والخميخسر والأنخصاب والأزخلام رجخ مخ ا الخ يا أي ها الذين آمنوا إن

لحون تنبوه لعلكمخ ت فخ فاجخ

“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minuman)

khamr, judi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk

perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu

agar kamu memperoleh keberuntungan.” (QS. Al-Maidah:

90)

37 M. Arif Hakim, Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah

Mengatasi dan Melawan, (Nuansa Cendikia, bandung), hal. 88

 

Page 81: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

70

2. Al-Maidah ayat 91

يخط ا يريد الش ر والخميخسر ويصدكمخ عنخ إن مخ نكم الخعداوة والخب غخضاء ف الخ ان أنخ يوقع ب ي خ

ر اللو وعن الصلاة ف هلخ أن ختمخ منخت هون ذكخ

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan

permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran

(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu

dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah

kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (QS. Al-Maidah:

91)

3. Al-Baqarah ayat 219

ر والخميخسر قلخ فيهما إ مخ ألونك عن الخ ب ر منخ يسخ هما أكخ ثخ كبير ومنافع للناس وإثخ

اللو لكم الآيات لعلكمخ و كذلك ي ب ين ألونك ماذا ي نخفقون قل الخعفخ عهما ويسخ ن فخ

رون ت ت فك

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.

Katakanlah: “pada keduanya terdapat dosa yang besar dan

beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih

besar dari manfaat. Dan mereka bertanya kepadamu apa

yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “yang lebih dari

keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

kepadamu supaya kamu berpikir.” (QS. Al-Baqarah: 219)

 

Page 82: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

71

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan Napza “Galih Pakuan” Bogor

1. Sejarah BRSKPN “Galih Pakuan” Bogor

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

Napza “Galih Pakuan” Bogor berdiri atau dibangun sejak

tahun 1982 dan mulai operasional tahun 1983 berdasarkan

Surat Keputusan Direktorat Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial

Nomor: 007/RSP-4/1983 dengan nama Panti Rehabilitasi

Sosial Korban Narkotika (PRSKN) “Putat Nutug”.

Sejak tanggal 26 April 1994 berganti nama, dan panti

ini dinamakan Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”

sesuai dengan SK Dirjen Bina Rehailitasi Sosial Nomor:

06/KEP/BRS/IV/1994 yang kemudian landasan

operasionalnya dengan KEPMENSOS Nomor:

22/HUK/1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial

di Lingkungan Depsos RI.

Tahun 2001 PSPP “Galih Pakuan” menjadi UPT

Depsos RI di bawah Dirjen Yanrehsos sesuai dengan

Kepmensos No. 06/HUK/2001 tentang Tata Kerja

Departemen Sosial, dan sampai saat ini berdasarkan

Keputusan Menteri Sosial No. 59/HUK/2003 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan

Departemen Sosial RI.

 

Page 83: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

72

Tahun 2019 PSPP “Galih Pakuan” diganti menjadi

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza

(BRSKPN)

Gambaran Umum Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan” yaitu, tipe Panti/Eselonering: A/III/a. Sasaran

Garapan Korban Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya. Alamat

Lengkap di Jalan H. Miing No. 71 RT02/RW03, Putat

Nutug, Ciseeng, Bogor, 16330. Telepon (0251) 8541429,

Fax.8541428. SK MENSOS NO.22/HUK/1995. Kapasitas

Tampung 180 orang. Jangkauan Pelayanan Regional Propinsi

dan Rujukan Nasional. Luas Tanah Panti 71.890 m2 dan Luas

Bangunan 10.393 m2. Adapun Dasar Hukum sebagai berikut:

a. UU Nomor 11, Tahun 2009 tentang Kententuan Pokok

Kesejahteraan Sosial.

b. UU Nomor 5, Tahun 1997 tentang Psikotropika.

c. UU Nomor 25, Tahun 2009 tentang Narkotika.

d. PERMENSOS RI No. 106 tentang Oganisasi dan Tata

Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial.

e. PERMENSOS RI No. 3/HUK/2012 tentang Standar

Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA.

2. Visi dan Misi BRSKPN “Galih Pakuan” Bogor

a) Visi

Panti sebagai pusat pelayanan, perlindungan dan rehabilitasi

sosial korban penyalahgunaan NAPZA berstandar Nasional,

Profesional, berkualitas, tahun 2014

b) Misi

 

Page 84: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

73

Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial

penyalahgunaan NAPZA dalam sistem panti menggunakan

pendektan multi displiner, teknik pelayanan yang unggul dan

menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

1) Menyelenggarkan pengkajian model pelayanan dan

rehabilitasi sosial penyalahgunaan Napza.

2) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan SDM dalam

rangka meningkatkan pelayanan rehabilitasi sosial

korban penyalahgunaan Napza yang berkualitas.

3. Tugas Pokok BRSKPN “Galih Pakuan” Bogor

Memberikan bimbingan, pelayanan, dan rehabilitasi

sosial yang bersifat kuratif, rehabiltatif, promotif dalam

membentuk bimbingan pengetahuan dasar, pendidikan, fisik,

mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi serta

bimbingan lanjut bagi eks korban Napza dan pengguna

Psikotropika Sindroma ketergantungan agar mampu mandiri

dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, serta

pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.

4. SDM (Sumber Daya Manusia) Pelaksana

Motto Pegawai: “Kami Peduli, Anda pulih dan Dunia

Indah Tanpa Narkoba”Dengan kepedulian kita dapat

mewujudkan harapan dari penerima pelayanan. Kepulihan

Penerima Pelayanan menjadi tujuan utama kami dalam

melaksanakan Rehabilitasi Sosial. Kami berkomitmen untuk

memberikan pelayanan yang optimal dalam mewujudkan

dunia indah tanpa narkoba.

 

Page 85: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

74

1) Penjabat Struktural : 4 orang

2) Fungsional Pekerja Sosial : 15 orang

3) Fungsional Arsiparis : 2 orang

4) Instruktur : 3 orang

5) Pelaksanaan Sub.Bag.TU : 11 orang

6) Pelaksana Rensos : 4 orang

7) Pelaksana PAS : 4 orang

5. Struktur Organisasi BRSKPN “Galih Pakuan” Bogor

KEPALA BALAI

Wahidin, AKS, M.Si

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA

Dede Khaeru Firdaos, SE, M.Si

KASIE LAYANAN REHABILITASI SOSIAL

Drs. Jarmadi, M.Si

KASIE ASSESMEN DAN

ADVOKASI SOSIAL

Johan Sigit Wicaksono, S.ST, MPS.Sp

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

INSTALASI SHELTERED

WORKSHOP

 

Page 86: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

75

6. Fasilitas BRSKPN “ Galih Pakuan” Bogor

a) Pos jaga

b) Kantor

c) Aula Utama

d) Poliklinik

e) Ruang Data dan Informasi

f) Wisma Diklat

g) Ruang Konferensi

h) Asrama Primary

i) Asrama Re-Entry

j) Kolam Terapi

k) Dapur + Ruang Makan

l) Gedung Rekreasi

m) Mushola

n) Ruang Keterampilan

o) Ruang Perpustakaan

p) Gazebo

q) Lap. Bulutangkis

r) Lap. Volly

s) Lap. Bola

t) Pendopo

u) Rumah Dinas

v) Meja Billiard

w) Alat Kesehatan

 

Page 87: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

76

7. Metode Pelayanan di BRSKPN “Galih Pakuan” Bogor

Maklumat Pelayanan:

Dengan ini, kami menyatakan sanggup

menyelenggarakan rehabilitasi sosial bagi korban

penyalahgunaan napza sesuai dengan standar pelayanan yang

telah ditetapkan dan apabila tidak menepati janji ini, kami

siap menerima sanksi sesuai peraturan perudangan-undangan

yang berlaku”. Indikator:

a. Melakukan pelayanan dengan segera, benar dan

memuaskan.

b. Memberikan pelayanan secara terpadu dan tuntas.

c. Berorientasi pada pemenuhan harapan penerima

pelayanan.

d. Peduli, perhatian dan memahami kebutuhan penerima

pelayanan

e. Sopan, ramah dan profesional dalam memberikan

pelayanan.

f. Memberikan rasa aman dan perlindungan terhadap

penerima manfaat.

g. Mempersiapkan kemandirian penerima manfaat.

1) Tahap Penerimaan

Tahap penerimaan yang meliputi suatu bentuk prosedur

penerimaan dan seleksi klien yang dianggap cocok untuk

diberi pelayanan sesuai standar yang diterapkan oleh

organisasi. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan awal

untuk pemeriksaan fisik atau gejala-gejala klinis. Pra

 

Page 88: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

77

rehabilitasi tahap ini merupakan persiapan bagi klien

untuk memasuki program rehabilitasi, persiapan meliputi:

a. Persiapan kesehatan

b. Persiapan kestabilan mental dan emosinal

c. Membangkitkan motivasi untuk mengikut program

d. Pengenalan program

e. Pengenalan program pencegahan kekambuhan

(relapse prevention program).

2) Tahap klasifikasi

Tahap ini dimaksudkan untuk menentukan sifat dari

perubahan klien yang menjadi tujuan panti dalam

membantu proses perubahan diri klien kearah yang lebih

baik. Kegiatan yang dilakukan adalah: wawancara,

observasi. Review data personal, penggalihan dan

pemahaman masalah, penggalian potensi dan sumber-

sumber internal dan eksternal klien, tes psikologis dan

konsultasi kasus, kegiatan ini diakhiri dengan perumusan

rencana intervensi yang dilakukan oleh pekerja sosial

fungsional bersama-sama klien.

3) Tahap pembinaan dan bimbingan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan proses

pertolongan sesuai rencana intervensi yang telah

dirumuskan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Bimbingan fisik (olahraga dan musik, probe,

perawatan kesehatan)

b. Bimbingan Mental (konseling individual,

kelompok, budi pekerti dan keagamaan)

 

Page 89: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

78

c. Bimbingan Sosial (sesi/terapi kelompok dan lain-

lain)

d. Bimbingan Keterampilan (monir mobil dan motor,

elektrik, serta komputer)

Dalam tahap ini dilakukan konseling keluarga, kunjungan

rumah dan dukungan keluarga (FSG), resosialisasi/

reintegrasi sosial dan bimbingan lanjut. Untuk melakukan

upaya perubahan yang telah, sedang dan akan dicapai

hasil akhirnya adalah kepulihan klien yang didukung oleh

lingkungan sosial yang kondusif sehingga klien dapat

mempertahankan dan bahkan meningkatkan perubahan

perilaku yang telah dicapai. Resosialisasi (Reintegrasi),

tahap ini dilakukan untuk menyiapkan klien, keluarga dan

lingkungan sosial dimana klien tinggal, hal ini dilakukan

untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan untuk

menerima klien dan diharapkan klien dapat berintegrasi di

tengah kehidupan keluarga dan lingkungan masyarkat

setelah melaksanakan pemulihan dan rehabilitasi sosial

dan mencegah kekambuan (relapse).

Terminasi, tahap dilakukan setelah selesai proses

pemulihan dengan mempertimbangkan hal-hal yang

berkaitan dengan kemajuan yang telah dicapai.

4) Pembinaan lanjut

Tahapan ini merupakan pembinaan lanjut setelah selesai

mengikuti rehabilitasi social untuk memelihara dan

memantapkan kondisi kepulihan klien dari

ketergantungan terhadap Napza.

 

Page 90: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

79

5) Monitoring dan Evaluasi

Hal dini dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan

kondisi klien setelah selesai melaksankan program

rehabilitasi sosial, serta untuk mengetahui sejauhmana

klien tersebut dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam

masyarakat.

Gambar 1: bagan proses pelayanan dan rehabilitasi

koban penyalahgunaan Napza BRSKPN “Galih Pakuan”

Bogor

BAGAN PROSES PELAYANAN DAN REHABILITASI KORBAN NAPZA

DI DALAM BRSKPN “GALIH PAKUAN” BOGOR

 

Page 91: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

80

Gambar 2: Bagan Proses Pelayanan dan Rehabilitasi

Korban penyalahgunaan Napza BRSKPN “Galih

Pakuan” Bogor.

Gambar 3: Bagan Proses Pelayanan dan Rehabilitasi

Korban penyalahgunaan Napza BRSKPN “Galih

Pakuan” Bogor.

 

Page 92: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

81

Berdasarkan bagan di atas, Balai Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) “Galih Pakuan”

Bogor memiliki prosedur yang harus dijalankan oleh para

residen yang harus dijalankan oleh para residen sebelum,

selama san setelah proses pemulihan berdasarkan landasan

hukum.

Berikut akan dijelaskan proses berdasarkan bagan di atas:

1) Intake Process

a. New Add

New Add merupakan tahap dimana residen masuk ke

dalam faciliti. Residen diperkenalkan pada

lingkungan baru yang meliputi tujuan, filosofi,

norma, nilai, kebiasaan dan kegiatan di dalam

facility, serta umum dan khusus dirancang untuk

memulihkan residen kembali ke masyarakat umum.

b. Induction

Induction merupakan tahapan dimana residen sudah

remi masuk ke dalam program (include program).

Dimana pada tahap ini bertujuan agar residen mulai

mengenal program dan budaya (culture) yang ada di

facility. Pada tahap ini residen diwajibkan untuk

memegang, membaca dan memahami walking

paper.

c. Primary

Tahap ini ditujuan bagi perkembangan sosial dan

psikoogis residen, juga untu stabilitas fisik dan

emosi residen. Dalam tahap ini residen diharapkan

 

Page 93: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

82

dapat melakukan sosialisasi dan adaptasi,

mengalami pengembangan diri serta meningkatkan

kepekaan psikologis dengan melakukan berbagai

aktivitas dan seni terapi ynag telah ditetapkan.

Dilaksanakan selama kurang lebih 3 (tiga) sampai

dengan 6 (enam) bulan.

d. Re-entry

Program lanjutan seteah primery adalah re-entry,

program ini memiliki tujuan untuk bersosialisasi

dengna kehidupan luar setelah menjalani program di

primary. Juga mulai memantapkan kondisi

psikologis dalam dirinya, mendayagunakan nalarnya

dan mampu mengembangkan keteramppilan sosial

dalam kehidupan bermasyarakat.

e. Aftercare

Suatu program yang terdiri dari berbagai dari

berbagai macam intervensi, playanan dan asistensi

yang disediakan untuk pemulihan (recovery).

Program ini dilaksanakan diluar panti dan diikuti

oleh semua angkatan dibawah supervisi dari staff re-

entry. Tempat pelaksanaan disepakati bersama oleh

pihak panti dan keluarga residen.

 

Page 94: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

83

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISI DATA

Bab ini penulis akan memaparkan temuan yang penulis

dapatkan selama penelitian yang berlangsung di Balai

Rehanilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza “Galih

Pakuan” Putat Nutug-Bogor, diantaranya identifikasi subjek

penelitian, identifikasi objek penelitian serta analisis peran

pembimbing agama dalam Therapeutic Community pada korban

penyalahgunaan Napza di BRSKPN “Galih Pakuan” Putat

Nutug-Bogor

A. Deskripsi Informan

Deskripsi informan terdiri dari pembimbing Agama,

terbimbing (residen) dan pekerja sosial yang ada di Panti Sosial

Permadi Putra “Galih Pakuan” Putat Nutug-Bogor.

1. Pembimbing

Pembimbing agama Islam yang ada di Balai Rehanilitasi

Sosial Korban Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) Galih Pakuan

Bogor ada tiga orang pembimbing:

a. Lutfi Rokhman

Ustadz Lutfi Rokhman berumur 34 tahun dan

pendidikan terakhir S1 , beliau menjadi Pembimbing

Agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan Bogor sejak tahun

2011, bertempat tinggal di Villa Gading Royal Blok c 2/9

Waru – Parung sudah mempunyai 2 orang anak. Sebelum

menjadi Pembimbing Agama Islam di BRSKPN Galih

 

Page 95: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

84

Pakuan Bogor ustadz Lutfi mengajar di SMP dan TPA.

Selain sebagai Pembimbing Agama Islam di BRSKPN

ustadz Lutfi juga ikut berkontribusi dalam memajukan

BRSKPN Galih Pakuan dan menjalankan apa saja yang

ditugaskan oleh pimpinan setiap harinya.

b. Asep Rahmat Hidayat

Ustadz Asep Hidayat berusia 35 tahun pendidikan

terakhir S1 jurusan, beliau menjadi Pembimbing Agama

Islam di BRSKPN Galih Pakuan Bogor sejak tahun 2011,

bertempat tinggal di komplek panti bersama istrinya dan

satu orang anaknya yang bary berusia 4 tahun. Sebelum

menjadi Pembimbing Agama Islam di BRSKPN Galih

Pakuan ustadz Asep pernah menjadi Pembimbing Agama

Islam di BNN LIDO sampai tahun 2009. Disela-sela

aktifitasnya sebagai Pembimbing agama di BRSKPN galih

pakuan ustadz Lutfi menjadi pembimbing Santri DI

Pesantren Al-Mukhlisin

c. Nur Hidayat

Ustadz Nur Hidayat berusia 36 tahun pendidikan

terakhir S1 jurusan , beliau menjadi Pembimbing Agama

Islam di BRSKPN Galih Pakuan sejak 1 januari 2018,

bertempat tinggal di : Kampung Jabon Mekar Rt. 01 Rw. 01

Kelurahan. Jabon Mekar Kecamatan. Parung. Sebelum

menjadi Pembimbing Agama Islam di BRSKPN galih

pakuan ustadz Nur Hidayat sempat menjadi pembimbing

Kesenian Islam di BRSKPN Galih Pakuan dan sama seperti

 

Page 96: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

85

ustadz Asep ustadz Nur Hidayat pun menjadi Pembimbing

Pondok Pesantren di Al-Mukhlisin.

2. Terbimbing

Adapun mengenai terbimbing di BRSKPN Galih Pakuan

terdiri dari primary 123 residen, re-entry 14 residen dan after

care 10 residen. Sedangkan dari jumlah tersebut, peneliti

mengambil informan sebanyak 3 orang dengan kreteria: residen

yang sudah pernah mengikuti kegiatan di primary dan sudah

dapat berinteraksi. penulis berharap cukup untuk mewakili

sampel penelitian yang penulis lakukan di BRSKPN Galih

Pakuan. Adapun terbimbing yang telah penulis wawancarai

diantaranya:

a. Ariyadi

Ariyadi salah satu residen di BRSKPN Galih

Pakuan Bogor yang sedang menjalankan pemulihan,

usianya 20 tahun dan berasal dari Pulau Kapuas Kalimantan

Tengan. Ariyadi sudah 7 bulan ikut menjalankan kegiatan-

kegiatan yang ada di BRSKPN Galih Pakuan Bogor. selama

proses pemulihan Ariyadi yang termasuk cepat

menunjukkan perubahan yang baik. Ariyadi mengenal obat-

obatan terlarang pada usia 16 tahun, namun pada saat

duduk di bangku SMP Ariyadi sudah mulai “ngelem”.

Obat-obatan yang digunakan adalah THD dan Zenit.

b. Agustian Renaldi

Agustian Renaldi yang biasa di panggil Aan lahir di

Palembang pada tanggal 29 Agustus 1989, usianya kini

menginjak 29 tahun sudah 4 kali keluar masuk tepat

 

Page 97: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

86

Rehabilitasi yang berbeda diantaranya, dua kali di Lido

Suka Bumi, Inabah Suryalaya Tasik Malaya dan sekarang

di BRSKPN Galih Pakuan Bogor. Aan mengenal Napza

jenis sabu sejak SMP ketika di asuh oleh neneknya, setelah

kelas 3 SMP Aan tinggal bersama kedua orang tuanya dan

bekerja di kebun kelapa sawit milik orang tuanya. Aan

mulain menjalankan rehab yang ke empat kalinya di dasari

oleh anak perempuannya yang berumur 7 tahun agar supaya

sang ayah sembuh secara total dan tidak kembali

menggunakan Napza.

c. Sukendar

Lahir di Indramayu dan usianya kini menginjak 25

tahun, lama Sukendar menjalani masa rehabilitas di

BRSKPN Galih Pakuan Bogor ketika penulis

mewancarainya sudah satu tahun. Awal mula Sukendar

menjadi pecandu ketika putus sekolah SMP dengan jenis

yang digunakan adalah ganja akibat pegaulan dengan

teman-temannya. Menurut Peksos bro Fadhil sukendar saat

awal mulai menjalani rehabilitas berkpribadian tertutup dan

pendiam, namun seiiring masa rehabilitasi sekarang mulai

ada perkembngan dengan munculnya sikap mau

berkomunikasi dengan sesama residen atau pun dengan

staf-staf panti.

3. Program Advokasi Sosial (PAH)

Muhammad Haris Fadillah, lahir pada Tanggal 19

April 1990, mulai diberikan SK setelah melalukan observasi

di BRSKPN Galih Pakuan Bogor pada Januari 2016 dan

 

Page 98: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

87

ditugaskan menjadi konselor pendamping residen ditugasi

untuk mengawasi, mengajak, menghimbau serta

mengharapkan inisiatif dari residen. Muhammad Haris

Fadillah yang biasa dipanggil bro Fadil tinggal di komplek

panti dan di tempatkan di re-entry stage dimana di tahapan

ini di haapkan residen dapat meningkatkan kemampuan

interaksi dengan lingkungan sosialnya.

B. Peran Pembimbing Agama dalam Therapeutic Community

Setelah penulis melakukan penyajian data pada bab

sebelumnya yang telah disajikan pada sub bab penyajian data,

penulis menemukan beberapa temuan. Berikut adalah penjelasan

dari hasil penelitian tentang bimbingan agama islam dalam

Therapetic Community serta analisi peran pembimbing agama

islam dalam Therapeutic Community pada korban

pemyalahgunaan Napza di BRSKPN Galih Pakuan Bogor.

BRSKPN Galih Pakuan adalah salah satu tempat

rehabilitasi napza yaitu suatu proses kegiatan pemulihan secara

terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar korban

penyalahguna napza dapat kembali melaksanakan fungsi sosial

dalam kehidupan masyarakat dengan baik dan bertanggung

jawab. Metode yang digunakan adalah Therapeutic Community.

“BRSKPN adalah panti rehabilitasi sosial yang berfokus

pada bimbingan sosial, bimbingan fisik dan kesehatan,

bimbingan mental dan bimbingan keterampilan. Fokus

ke bimbingan mental, ada mental psikis dan mental

spiritual, maka yg disentuh disini mental psikis urusan

dengan psikiater kalau mental spiritual itu dengan

bimbingan agama berbentuk grup-grup juga seperti

bimbingan yang dilaksanakan pada metode tc, karna

 

Page 99: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

88

saking padatnya jadwal yang ada dengan metode tc,

grup-grup tentang keagamaan itu tidak sebanyak yang

di tc tapi pelengkap dari program tc”.

Metode terapeutik community mempunyai empat (4)

struktur program dalam pelaksanaanya. Yaitu:

1) Behavior management / Shaping : perubahan prilaku yang

diarahkan pada peningkatan kemampuan untuk mengelola

kehidupannya sehingga terbentuk prilaku yang sesuai dengan

norma-norma atau nilai-nilai kehidupan di masyarakat

2) Emotional / psychological : perubahan prilaku yang

diarahkan pada peningkatan kemampuan penyesuaian diri

secara emosional dan psikologis seperti murung, tertutup,

cepat marah dan agar bisa menghadapi masalah dengan

tenang dan baik.

3) Intellectual / spiritual : perubahan prilaku yang diarahkan

pada peningkatan aspek pengetahuan sehingga mampu

menghadapi dan mengatasi tugas-tugas kehidupan serta

didukung dengan nilai-nilai spiritual, etika, estetika, moral

dan sosial.

4) Vocational / survival skill : perubahan prilaku yang

diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan

resident yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan tugas-

tugas sehari-hari dan tugas-tugas kehidupan.1

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis,

dapat dikatakan bahwa perlunya bimbingan agama Islam di

BRSKPN Galih Pakuan Bogor dilakukan pada residen korban

1 Modul Therapeutic Community Panti Sosial Pamardi Putra Galih

Pakuan Bogor.

 

Page 100: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

89

penyalahgunaan Napza untuk keseimbangan antara aspek mental

psikis dan aspek mental spiritual untuk membangun nilai- nilai

agama dalam dirinya agar residen dapat menambah keiman

mereka serta perubahan sikap sesuai dengan ajaran Al-Qur’an

dan Hadits.

 

Page 101: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

Tabel 1. Peran pembimbing agama Islam dalam Therapeutic Community

90

NO Peran PA dalam TC KEGIATAN

Input Proses output

1 Merubah tingkah

laku

Residen

Therapeutic

Community

Program dan advokasi

sosial (PAS)

Rehabilitasi sosial

(Rehsos)

Pembimbing agama

Islam

Fasilitas

1. Morning Meeting

Yaitu pertemuan yang merupakan

komponen yang utama untuk

membangun nilai-nilai sistem pada

kehudupan yang baru di asrama,

dilakukan setiap hari Setiap hari

pada jam 08.30 – 10.30 WIB.

a. Residen mulai dapat

mengungkapkan perasaannya

b. Residen dapat meningkatkan

kepercayaan diri

c. Residen dapat meningkatkan

kewaspadaan terhadap

Familynya ataupun

lingkungannya.

2. Morning Briefing

Yaitu pertemuan yang dilaksanakan

pada pagi akhir pekan (week end)

pada jam 09.00 – 11.00 WIB.

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh

residen dan staff untuk membahas

isu-isu yang terjadi dalam rumah dan

juga membahas tentang perasaan

hatinya pada hari itu.

a. Munculnya norma-norma baru

dalam fasilitas yang harus

dilaksanakan b. Munculnya sikap peduli, baik

terhadap fassilitas ataupun dengan sesama familynya.

c. Munculnya sikap kekeluargaan dan kebersamaan antara

residen dengan staff. 3. Evening wrap up

Yaitu suatu pertemuan yang

diadakan pada malam hari jam 19.30

- 21.00 WIB untuk mengevaluasi

dan mengetahui perasaannya pada

hari itu, serta untuk membahas

Concept hari itu yang telah

a. Diantara residen dapat

memberikan saran (feed back),

pendapat kepada residen lain

yang suasana hatinya sedang

tidak enak (feel bad)

b. Munculnya sikap saling

bertanggung jawab diantara

 

Page 102: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

91

dijalankan oleh setiap residen, residen dalam suatu keluarga/family

c. Dapat mengidentifikasikan

perasaan setiap residen dalam

perjalanan satu hari, sehingga

apabila ada permasalahan bisa

dengan segera diatasi

4. Weekend wrap up

Yaitu pertemuan yang diikuti oleh

seluruh residen guna membahas

tentang perasaan hatinya dan

perubahan pada diri residen selama

satu minggu, serta membahas isu

yang terjadi dalam rumah dalam

waktu seminggu yang lalu, biasanya

pertemuan ini dilaksanakan satu

mnggu sekali pada hari minggu

a. Residen dapat mengevaluasi

diri sendiri (self evaluation)

terhadap perasaan dan

perubahan pada diri residen

selama satu minggu yang telah

lalu

b. Residen juga mampu melihat

kelemahan residen yang lain

dan perduli terhadap

kehidupan komunitas dengan

saling memberikan saran

kepada residen yang lain

c. Meningkatkan kewaspadaan

terhadap komunitas serta

famillynya, sehingga bila

terjadi issue dalam satu

minggu itu bisa segera

 

Page 103: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

92

dicarikan solusinya

5. Residen meeting

Yaitu pertemuan yang diikuti oleh

seluruh residen dan dilaksanakan

oleh residen tanpa didampingi oleh

staff dengan tujuan untuk

memberikan kepercayaan dan

tanggung jawab kepada residen

untuk membahas suatu masalah serta

merencanakan suatu kegiatan selama

tidak keluar dari norma/rule yang

ada dalam fasilitas

a. Residen mulai mampu

merencanakan kegiatan untuk

hari yang akan dating

b. Munculnya sikap peduli

terhadap kondisi komunitas

dan familynya

c. Munculnya tanggung jawab

terhadap diri sendiri dengan

apa yang sudah

direncanakannya

d. Membahas permintaan ke

rumah dengan cara yang lebih

resmi dan membiasakan hidup

penuh dengan kesederhanaan

6. Induction group

Yaitu suatu pertemuan yang dihadiri

khususnya pada residen yang baru

memasuki tahap awal di program,

serta membahas suatu masalah

dalam pembentukan perubahan

residen ataupun pengenalan program

TC serta norma atau rule yang ada

a. Residen mulai mengenal

norma/rule yang akan

dijalankan dalam fasilitas

b. Residen dapat memahami dan

mendalami pengertian tentang

program TC

c. Residen dapat memahami

tentang addiction dan cara

 

Page 104: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

93

dalam fasilitas menghadapinya

7. Group sharing

Yaitu suatu pertemuann yag diikuti

oleh seluruh residen pada hari

Selasa 19:30 - 20:30 dan didampingi

oleh staff guna untuk membahas

issue yang erjadi pada diri masing-

masing residen, lalu membiasakan

diri memberikan masukan dan

menanyakan secara jelas issue yang

dialami oleh familynya.

a. Tumbuhnya rasa saling

percaya antara sesame residen

b. Belaar memberikan umpan

balik yang positif

c. Belajar memberikan

pertanyaan untuk memperjelas

suati issue yang terjadi

8. Sport out door

Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan

oleh seluruh residen dan didampingi

oleh beberapa orang staff dan

dilakukan diluar fasilitas untuk

meningkatkan stamina setiap residen

dan juga untuk menghilangkan

kejunuhan dalam diri residen.

a. Meningkatkan aktifitas fisik

dalam diri residen

b. Menambah wawasan residen

dalam hal berolahraga

c. Mencegah kejenuhan residen

2 Merubah psikologi

Residen

Therapeutic

Community

Program dan advokasi

sosial (PAS)

1. Confrontation group

Yaitu suatu pertemuan yang dihadiri

oleh seluruh residen pada hari Senin

jam 13.30 – 15.00 untuk dievaluasi

oleh staff atau conduct untuk

a. Residen mulai dapat menerima

kondisi yang ada dalam

dirinya

b. Residen mampu memecahkan

masalahnya dan masalah

 

Page 105: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

94

Rehabilitasi sosial

(Rehsos)

Pembimbing agama

Islam

Fasilitas

membahas semua prilaku negatif

yang ada pada diri residen yang

mengungkapkan masalah baik yang

terjadi di dalam fasilitas maupun

diluar sekaligus dicarikan solusinya

familynya

c. Residen mulai tumbuh sikap

jujur untuk memberitahu issue

yang terjadi dalam dirinya

2. P.A.G.E peer eccountibility group

evaluation

Yaitu suatu pertemuan kelompok

yang diikuti seluruh residen

mengajarkan residen untuk

memberikan suatu penilaian positif

ataupun negatif terhadapdirinya

sendiri ataupun familynya dalam

kehidupan sehari-hari, dilakukan

pada hari Senin jam 15.30 – 17.00

a. Residen mendapatkan

masukan dari residen lain

sehingga dapat merubah

prilakunya

b. Residen berani untuk

mengevaluasi dirinya maupun

orang lain

c. Residen menyadari

kekurangan dan kelebihan

dirinya

d. Komunitas dapat berjalan

dengan sehat

3. Encounter group

Yaitu suatu pertemuan kelompok

yang diikuti oleh seluruh residen

untuk mengungkapkan perasaan

kesal, marah, emosi terhadap residen

yang lain dengan cara yang lebih

sopan, dilakukan setiap hari Kamis

a. Menghindari adanya bentuk

kekerasan fisik sesame

anggota komunitas

b. Menghilangkan rasa kesal,

marah, emosi dendam antara

sesame residen

c. Residen mampu untuk

 

Page 106: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

95

jam 14.00 – 15.00 mengendalikan perasaannya

d. Residen mampu melihat suatu

kondisi obyektif komunitas

4. Static group

Yaitu suatu pertemuan kecil

didampingi seorang Conselor static

yang digunakan dalam upaya

perubahan prilaku, pertemuan ini

dilakukan pada hari Rabu jam 09.00

– 11.00 membahas berbagai masalah

kehidupan keseharian dan kehidupan

yang lalu.

a. Tumbuhnya kepercayaan

antara sesame residen dan staff

b. Tumbuhnya rasa percaya diri

residen

c. Residen mulai mampu

mengidentifikasi dan

memecahkan semua

permasalahan yang terjadi

dalam diri

5. Family session (family visit)

Yaitu kunjungan keluarga kepada

residen, kegiatan ini dilakukan

apabila residen sudah mencapai

waktu yang ditentukan oleh staff

atau sudah dinlai layak untuk di

visit.

a. Munculnya kepercayaan

kembali keluarga kepada

residen

b. Munculnya kepercayaan

kembali residen kepada

keluarga

c. Terjadinya komunitas yag

efektif antara residen dengan

keluarga dan keluarga dengan

staff

d. Hilangnya rasa kerinduan

 

Page 107: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

96

anatar residen dan keluarga

dan sebaliknya.

3 Mengembangkan

intelektual residen

Residen

Therapeutic

Community

Program dan advokasi

sosial (PAS)

Rehabilitasi sosial

(Rehsos)

Pembimbing agama

Islam

Fasilitas

1. Dynamic group

Yaitu suatu pertemuan yang diikuti

oleh seluruh residen yang ditujukan

untuk membangun kehidupan

kelompok yang dinamis dengan

materi kegiatan permainan atau hal-

hal yang bersifat humor, kegiatan ini

dilakukan secara fleksibel

a. Bisa mengatasi rasa jenuh

terhadap kehidupan komunitas

b. Menjaga kelangsungan

kehidupan residen dalam

komunitas

c. Membangun kepercayaan diri

dalam diri residen

2. Seminar

Yaitu bentuk pertemuan kelompok

yang diikuti oleh selurug residen

untuk membahas suatu topik yang

berkaitan dengan kehidupan addict

dan program yang ada, dilakukan

setiap hari Selasa pada jam 13.30 –

15.00.

a. Residen lebih memahami

kehidupan addict dan cara

menghadapinya setelah selesai

dari program

b. Residen mulai memahami

terhadap program yang akan

dijalaninya

c. Residen memahami

pencegahan-pencegahan

relapse (relapse prevention)

3. Discussion

Yaitu suatu pertemuan yang diikuti

oleh seluruh residen pada hari Rabu

jam 13.30 – 15.00 WIB untuk

a. Membiasakan diri

mengemukakan isi hati

b. Berani untuk mempertahankan

pendapat

 

Page 108: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

97

mendiskusikan suatu permasalahan atau topik yang ditentukan oleh staff

atau fasilitator yang ada kaitannya

dengan perjalanan recovery

c. Membahas suatu topic dari berbagai aspek

4 Mengembangkan

mental spiritual

Residen

Therapeutic

Community

Program dan advokasi

sosial (PAS)

Rehabilitasi sosial

(Rehsos)

Pembimbing Agama

Islam

Fasilitas

1. Religious class

merupakan pertemuan yang diikuti

oleh seluruh residen dan didampingi

oleh Religious Coordinator untuk

meningkatkan nilai spiritual dalam

diri residen, juga memberikan

ceramah tentang keagamaan.

dilaksanakan pada hari selasa dan

rabu dua kali dalam seminggu di

after care dan re-entry dan satu kali

dalam seminggu di primary pada

jam 11.00 sampai dengan 12.00

WIB.

a. Meningkatnya nilai-nilai

keagamaan dalam diri residen.

b. Memberikan pelajaran tentang

keyakinan dalam diri.

2. Yasinan

Yasinan adalah sebuah kegiatan

membaca surah Yasin secara

bersama-sama yang dipimpin oleh

seorang pembimbing agama Islm,

biasanya yasinan juga dilengkapi

dengan bacaan Al-Fatihah dan Tahlil

serta ditutup dengan doa dan diamini

a. Residen dapat belajar

membaca Al-Qur’an

b. Sebagai pembiasaan residen

agar bibir mereka terbiasa

dengan kalimat-kalimat Al-

Qur’an

 

Page 109: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

98

oleh para jama’ah. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Kamis jam

19.30 WIB

3. Tahlillan

Tahlillan adalah berdzikir atau

bermunajat bersama, yaitu

berkumpulnya residen untuk berdoa

atau bermunajat kepada Allah SWT

dengan cara membaca kalimat-

kalimat thayyibah seperti tahmid,

takbir, tahlil, tasbih, Asma’ul husna,

shalawat dan lain-lain. Kegiatan ini

dilaksanakan setiap hari Kamis jam

19.30 WIB

a. Berdzikir kepada Allah akan

merasa dekat dengan Allah

dan senantiasa berada dalam

perlindungan dan pengawasan-

Nya

b. Membawa residen untuk ingat

kepada Allah, dalam keadaan

bagaimanapun. Bila ia

mengalami kesusahan, sifat

Allah yang teringat olehnya

adalah Allah Maha Menolong

4. Muhadhoroh

Muhadhoroh adalah sebagai

kegiatan atau latihan pidato/ceramah

yang diberikan pembimbing agama

Islam kepada residen dalam proses

kegitan disertai pembelajaran di

PSPP Galih Pakuan Bogor. Kegiatan

ini dilakukan pada hari selasa kam

19.30 – 20.30 WIB

a. Dapat berkomunikasi dengan

baik

b. Timbulnya rasa keperyaan diri

residen untuk berbicara di

depan umum

 

Page 110: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

99

Dari tabel di atas peran pembimbing agama Islam dalam

Therapeutic Community yang dilakukan pada BRSKPN Galih

Pakuan ini fokus pada peran mental spiritual.

a. Merubah tingkah laku

Perubahan perilaku yang diarahkan pada kemampuan

untuk mengelola kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang

sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma kehidupan masyarakat

yang diharapkan. Input dari kegiatan ini adalah reseiden, TC,

program dan advokasi sosial (PAS), rehabilitasi sosial (Rehsos)

dan fasilitas. Kegiatan yang dilakuakan adalah:

1. Morning meeting

Yaitu pertemuan yang merupakan komponen utama yang

dilaksanakan setiap pagi hari untuk mengawali kegiatan

residen dan diikuti oleh seluruh residen ditujukan untuk

mengevaluasi kegiatan harian, tingkah laku, cara bicara dan

lain-lain, dilakukan setiap hari setiap hari pada jam 08.30 –

10.30 WIB. Output Kegiatan morning meeting ini membawa

perubahan-perubahan antara lain:

a) Residen mulai dapat mengungkapkann perasaannya

b) Residen dapat meningkatkan kepercayaan dirinya

c) Residen dapat mulai tumbuh sikap jujur dan tanggung

jawabnya

d) Residen dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap

Familynya ataupun lingkungannya.

2. Morning briefing

 

Page 111: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

100

Yaitu pertemuan yang dilaksanakan pada pagi hari pada saat

akhir pekan (weekend) pada jam 09.00 – 11.00 WIB, yaitu

diikuti oleh seluruh residen dan staff untuk membahas issue-

issue yang terjadi dalam rumah dan juga membahas tentang

perasaan hatinya pada hari itu. Output kegiatan ini dapat

dipahami dan menerima serta membawa perubahan-

perubahan antara lain:

a) Munculnya norma-norma baru dalam fasilitas yang

harus dilaksanakan oleh residen

b) Munculnya sikap peduli, baik terhadap fasilitas ataupun

dengan sesama familynya

c) Munculnya sikap kekeluargaan diantara residen dengan

staff

3. Evening wrap up

Yaitu suatu pertemuan yang diadakan pada malam hari jam

19.30 – 21.00 WIB untuk mengevaluasi dan mengetahui

perasaannya pada hari itu, serta untuk membahas Concept

hari itu yang telah dijalankan oleh setiap residen. Output

pertemuan ini membawa pengaruh terhadap perubahan antara

lain:

a) Diantara residen dapat memberikan saran (feed back),

pendapat kepada residen lain yang suasana hatinya

sedang tidak enak (feel bad)

b) Munculnya sikap saling bertanggung jawab diantara

residen dalam suatu keluarga/family

 

Page 112: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

101

c) Dapat mengidentifikasikan perasaan setiap residen

dalam perjalanan satu hari, sehingga apabila ada

permasalahan bisa dengan segera diatasi

4. Weekend wrap up

Yaitu pertemuan yang diikuti oleh seluruh residen guna

membahas tentang perasaan hatinya dan perubahan pada diri

residen selama satu minggu, serta membahas issue yang

terjadi dalam rumah dalam waktu seminggu yang lalu,

biasanya pertemuan ini dilaksanakan satu mnggu sekali pada

hari minggu, output kegiatan ini berpengaruh pada:

a) Residen dapat mengevaluasi diri sendiri (self evaluation)

terhadap perasaan dan perubahan pada diri residen

selama satu minggu yang telah lalu

b) Residen juga mampu melihat kelemahan residen yang

lain dan perduli terhadap kehidupan komunitas dengan

saling memberikan saran kepada residen yang lain

c) Meningkatkan kewaspadaan terhadap komunitas serta

famillynya, sehingga bila terjadi issue dalam satu

minggu itu bisa segera dicarikan solusinya

5. Resident meeting/request meeting/case load

Yaitu pertemuan yang diikuti oleh seluruh residen dan

dilaksanakan oleh residen tanpa didampingi oleh staff

dengan tujuan untuk memberikan kepercayaan dan tanggung

jawab kepada residen untuk membahas suatu masalah serta

merencanakan suatu kegiatan selama tidak keluar dari

norma/rule yang ada dalam fasilitas. Output kegiatan ini

membawa perubahan antara lain:

 

Page 113: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

102

a) Residen mulai mampu merencanakan kegiatan untuk

hari yang akan datang

b) Munculnya sikap peduli terhadap kondisi komunitas dan

familynya

c) Munculnya tanggung jawab terhadap diri sendiri dengan

apa yang sudah direncanakannya

d) Membahas permintaan ke rumah dengan cara yang lebih

resmi dan membiasakan hidup penuh dengan

kesederhanaan

6. Induction group

Yaitu suatu pertemuan yang dihadiri khususnya pada residen

yang baru memasuki tahap awal di program, serta membahas

suatu masalah dalam pembentukan perubahan residen

ataupun pengenalan program TC serta norma atau rule yang

ada dalam fasilitas. Output kegiatan ini membawa perubahan

antara lain:

a) Residen mulai mengenal norma/rule yang akan

dijalankan dalam fasilitas

b) Residen dapat memahami dan mendalami pengertian

tentang program TC

c) Residen dapat memahami tentang addiction dan cara

menghadapinya

7. Group sharing (sharing Circle)

Yaitu suatu pertemuann yag diikuti oleh seluruh residen pada

hari Selasa jam 19.30 – 20.30 WIB didampingi oleh staff

guna untuk membahas issue yang erjadi pada diri masing-

masing residen, lalu membiasakan diri memberikan masukan

 

Page 114: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

103

dan menanyakan secara jelas issue yang dialami oleh

familynya. Output kegiatan ini membawa perubahan antara

lain:

a) Tumbuhnya rasa saling percaya antara sesame residen

b) Belaar memberikan umpan balik yang positif

c) Belajar memberikan pertanyaan untuk memperjelas suati

issue yang terjadi

8. Sport out door

Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh seluruh residen dan

didampingi oleh beberapa orang staff dan dilakukan diluar

fasilitas dan secara fleksibel untuk meningkatkan stamina

setiap residen dan juga untuk menghilangkan kejunuhan

dalam diri residen. Output kegiatan ini dilakukann membawa

perubahan antara lain:

a) Meningkatkan aktifitas fisik dalam diri residen

b) Menambah wawasan residen dalam hal berolahraga

c) Mencegah kejenuhan residen

b. Merubah psikologi

Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan

kemampuan penyesuaian diri secara emosional dan psikologis.

Input dari kegiatan ini adalah reseiden, TC, program dan

advokasi sosial (PAS), rehabilitasi sosial (Rehsos) dan fasilitas.

Kegiatan yang dilakuakan adalah:

1. Confrontation group

Yaitu suatu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh residen

pada hari Senin jam 13.30 – 15.00 WIB dievaluasi oleh staff

atau conduct untuk membahas semua prilaku negatif yang

 

Page 115: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

104

ada pada diri residen yang mengungkapkan masalah baik

yang terjadi di dalam fasilitas maupun diluar sekaligus

dicarikan solusinya. Output kegiatan ini membawa

perubahan anatara lain:

a) Residen mulai dapat menerima kondisi yang ada dalam

dirinya

b) Residen mampu memecahkan masalahnya dan masalah

familynya

c) Residen mulai tumbuh sikap jujur untuk memberitahu

issue yang terjadi dalam dirinya

2. P.A.G.E (peer/personal accountability group evaluation)

Yaitu suatu pertemuan kelompok yang mengajarkan residen

pada hari Senin jam 15.20 – 17.00 WIB memberikan suatu

penilaian positif ataupun negatif terhadapdirinya sendiri

ataupun familynya dalam kehidupan sehari-hari. Output

kegiatan ini membawa perubahan antara lain:

a) Residen mendapatkan masukan dari residen lain

sehingga dapat merubah prilakunya

b) Residen berani untuk mengevaluasi dirinya maupun

orang lain

c) Residen menyadari kekurangan dan kelebihan dirinya

d) Komunitas dapat berjalan dengan sehat

3. Encounter group

Yaitu suatu pertemuan kelompok yang diikuti oleh seluruh

residen untuk mengungkapkan perasaan kesal, marah, emosi

terhadap residen yang lain dengan cara yang lebih sopan.

 

Page 116: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

105

Kegiatan ini dilakukan pada hari kamis jam 14.00 – 15.00

WIB, Output kegiatan ini membawa perubahan antara lain:

a) Menghindari adanya bentuk kekerasan fisik sesame

anggota komunitas

b) Menghilangkan rasa kesal, marah, emosi dendam antara

sesame residen

c) Residen mampu untuk mengendalikan perasaannya

d) Residen mampu melihat suatu kondisi obyektif

komunitas

4. Static group

Yaitu suatu pertemuan kecil didampingi seorang Conselor

static yang digunakan dalam upaya perubahan prilaku,

pertemuan ini membahas berbagai masalah kehidupan

keseharian dan kehidupan yang lalu. Dilakukan pada hari

Kamis jam 09.00 – 11.00 WIB, Output kegiatan ini

membawa perubahan antara lain:

a) Tumbuhnya kepercayaan antara sesame residen dan staff

b) Tumbuhnya rasa percaya diri residen

c) Residen mulai mampu mengidentifikasi dan

memecahkan semua permasalahan yang terjadi dalam

diri

5. Family session (family visit)

Yaitu kunjungan keluarga kepada residen, kegiatan ini

dilakukan apabila residen sudah mencapai waktu yang

ditentukan oleh staff atau sudah dinlai layak untuk di visit.

Output kegiatan ini membawa perubahan antara lain:

 

Page 117: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

106

a) Munculnya kepercayaan kembali keluarga kepada

residen

b) Munculnya kepercayaan kembali residen kepada

keluarga

c) Terjadinya komunitas yag efektif antara residen dengan

keluarga dan keluarga dengan staff

d) Hilangnya rasa kerinduan anatar residen dan keluarga

dan sebaliknya.

c. Mengembangkan intelektual residen

perubahan prilaku yang diarahkan pada peningkatan aspek

pengetahuan sehingga mampu menghadapi dan mengatasi tugas-

tugas kehidupan. Input dari kegiatan ini adalah reseiden, TC,

program dan advokasi sosial (PAS), rehabilitasi sosial (Rehsos)

dan fasilitas. Kegiatan yang dilakuakan adalah:

1. Dynamic group

Yaitu suatu pertemuan yang diikuti oleh seluruh residen yang

ditujukan untuk membangun kehidupan kelompok yang

dinamis dengan materi kegiatan permainan atau hal-hal yang

bersifat humor. dilakukan secara fleksibel, Output kegiatan

ini membawa perubahan antara lain:

a) Bisa mengatasi rasa jenuh terhadap kehidupan

komunitas

b) Menjaga kelangsungan kehidupan residen dalam

komunitas

c) Membangun kepercayaan diri dalam diri residen

2. Seminar

 

Page 118: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

107

Yaitu bentuk pertemuan kelompok yang diikuti oleh selurug

residen untuk membahas suatu topik yang berkaitan dengan

kehidupan addict dan program yang ada, dilakukan pada hari

selasa jam 13.30 – 15.00 WIB. Output kegiatan ini membawa

perubahan antara lain:

a) Residen lebih memahami kehidupan addict dan cara

menghadapinya setelah selesai dari program

b) Residen mulai memahami terhadap program yang akan

dijalaninya

c) Residen memahami pencegahan-pencegahan relapse

(relapse prevention)

3. Discussion

Yaitu suatu pertemuan yang diikuti oleh seluruh residen

untuk mendiskusikan suatu permasalahan atau topik yang

ditentukan oleh staff atau fasilitator yang ada kaitannya

dengan perjalanan recovery, dilakukan pada hari Rabu jam

13.30 – 15.00 WIB, Output kegiatan ini membawa

perubahan antara lain:

a) Membiasakan diri mengemukakan isi hati

b) Berani untuk mempertahankan pendapat

c) Membahas suatu topik dari berbagai aspek

d. Mengembangkan mental spiritual residen

Perubahan prilaku yang di arahkan pada peningkatan nilai

spiritual, etika, estetika, moral dan sosial dalam diri residen. Input

dari kegiatan ini adalah residen, TC, program dan advokasi sosial

(PAS), rehabilitasi sosial (Rehsos), pembimbing agama Islam dan

fasilitas.

 

Page 119: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

108

Pembimbing agama Islam bagi Residen korban

penyalahgunaan Napzadi BRSKPN Galih Pakuan Bogor

untuk memberikan pemahaman tentang agama Islam serta

membangun rasa optimis dalam menjalankan kehidupan

sosial dengan lingkungannya. sebagaimana wawancara

penulis kepada ustadz Nur Hidayat salah seorang

pembimbing Agama di BRSKPN Galih Pakuan Bogor:

“Bimbingan Agama di BRSKPN Galih Pakuan ini

fungsinya adalah menjalankan bimbingan mental

Agama Islam, serta untuk mengantarkan klain

terutama di mentalnya agar klain memiliki kekuatan,

memiliki kemampuan atau benteng keislaman yang

kuat sehingga anak-anak yang tadinya menggunakan

Napzatidak akan mengulanginya kembali, karna

kebanyakan anak-anak itu di agamanya yang kurang

sehingga dia dengan seenaknya menyalahgunakan

Narkoba. Sedangkan Napzaitu sangat berbahaya.”1

Disamping itu tujuan bimbingan agama Islam menurut

Ustadz Lutfi Rokhman adalah:

“tujuan dilaksanakannya bimbingan agama Islam

untuk mengembalikan keberfungsian mental secara

wajar jadi ketika dia di rumah maka dapat

bersosialisasi bersama masyarakat dan punya peran

yang wajar. Memberikan pemahaman-pemahaman

khususnya tentang agama Islam.”2

Pengakuan dari Ariyadi salah seorang residen:

1 Wawancara langsung dengan Ustadz Nur Hidayat sebagai

Pembimbing Agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan Bogor pada tanggal 11

April 2018

2 Wawancara langsung dengan ustadz Lutfi Rokhman pada Tanggal

30 Januari 2018

 

Page 120: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

109

“Dengan adanya bimbingan agama yang diberikan

kepada saya, rasanya lebih tenang, emosi bisa

terkontrol, permasalahan di luar tidak terlalu

terpikirkan, dan juga jadi lebih paham tentang agama,

jadikan lebih fokus pemulihannya.”3

Berdasarkan pendapat panti di atas dapat dikaitkan dalam

buku Bimbingan Konseling Islam karya Samsul Munir Amin

yang mengatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam

pelayanan bimbingan dan konseling dalam Islam secara rinci

dapat disebutkan sebagai berikut:

a) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan,

dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak

dan damai (muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah),

dan mendapatkan pencerahan taufiq dan hidayah Tuhannya

(mardhiyah)

b) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan

kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat,

baik pada diri sendiri, ingkungan keluarga, lingkungan kerja,

maupun lingkungan sosial dan alam sekitar.

c) Untuk mengasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu

sehingga muncul serta berkembang rasa teloransi,

kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa kasih sayang.

d) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu

sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk

berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala

perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.

3 Wawancara Langsung dengan Ariyadi Residen di BRSKPN Galih

Pakuan pada Tanggal 25 April 2018

 

Page 121: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

110

e) Untuk menghasilkan potensi Ilahiah, sehingga dengan

potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai

khalifah dengan baik dan benar, ia dapat dengan baik

menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat

memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungan

pada berbagai aspek kehidupan.4

Penanaman mental spiritual dalam kehidupan residen

korban penyalahgunaan Napzamemberikan pengaruh yang baik

bagi residen agar memahami agama Islam yang mana hal tersebut

sebagai pedoman dalam hidupnya kedepan serta dapat

menanamkan akhlakul karimah (akhlak yang baik) dalam

keadaan hidupnya yang baik sehingga berharap residen tidak

akan terjerat permasalahan yang sama kembali.

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan observasi

dan wawancara. berdasarkan wawancara diketahui bahwa tujuan

kegiatan bimbingan agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan di

harapkan berfungsi kembali mentalnya secara wajar dan prilaku

residen secara normal agar berkemampuan untuk berinteraksi

kehidupan sosialnya.

Kegiatan yang dilakuakan dalam mengembangkan mental

spiritual residen adalah:

1. Religious Class

Yaitu suatu pertemuan yang diikuti oleh seluruh residen

dan didampingi oleh Religious Coordinator untuk

meningkatkan nilai spiritual dalam diri residen, juga

4 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:

Amzah, 2010), hal. 38

 

Page 122: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

111

memberikan ceramah tentang keagamaan. Output kegiatan

ini membawa perubahan antara lain:

a) Meingkatkan nilai-nilai keagamaan dalam diri residen

b) Memberikan pelajaran tentang keyakinan dalam diri

Untuk kegiatan Religious Class biasa dilakukan di

masjid dan jadwal kegiatan ini dilaksanakan pada hari selasa

dan rabu dua kali dalam seminggu di after care dan re-entry

dan satu kali dalam seminggu di primary pada jam 11.00

sampai dengan 12.00 WIB.

Religious Class ini digunakan BRSKPN Galih Pakuan

Bogor sebagai sarana pembinaan akhlak dan budi pekerti

atau sharing seputar ilmu agama Islam dengan Pembimbing

Agama dan juga sebagai siraman rohani bagi residen,

sebagaimana yang disampaikan ustadz Lutfi Rokhman:

“kalau untuk Religious Class ini biasa kita lakukan

dengan metode sharing atau berdiskusi dilanjutkan

dengan kultum untuk menambah pendengarannya

dan pengetahuannya seputar ilmu agama islam dan

juga pembinaan akhlak serta budi pekerti untuk

residen, itu yang saya lakukan.”5

Sebagaimana dikutip dalam bukunya Wina Sanjaya,

Killen menjelaskan metode diskusi adalah metode

pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suaitu

permasalahan. Diskusi bukanlah debat yang bersifat

mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar

pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara

5

Wawancara langsung dengan ustadz Lutfi Rokhman pada Tanggal

30 Januari 2018

 

Page 123: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

112

bersama-sama. Karena tujuan dari diskusi adalah untuk

memecahkan suatu masalah, menjawab pertanyaan,

menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk

membuat keputusan.6

Dilihat dari tingkah laku residen setelah mengikuti

Religious Class ini, ada manfaat yang dapat diambil,

sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Lutfi Rokhman:

“Manfaat dari Religious Class ini kita lihat dari

residennya, ada yang antusias brarti dia sudah on

dan terasa sekali dia itu haus sekali akan itu, dia

haus sekali dengan suasana kebathinan. Kalo yang

masih terpengaruhi oleh efek dia make serta

pergaulannya di luar dia dengerin asal dengerin

tapi responnya datar-datar saja, kalo yang haus

pasti dia akan interaktif dengan nanya dengan

sharing dia menjadi dia ikut membuka diri”7

Berdasarkan wawancara di atas kegiatan Religious

Class merupakan salah satu kegiatan yang vital, karena di

dalam kegiatan Religious Class residen dibimbing agar

mempunyai jiwa serta tindakan sesuai dengan nilai-nilai

keagamaan, diawalai dengan memberikan residen ceramah

atau kultum keagamaan setelah itu sharing atau diskusi

tentang keagamaan hal-hal yang residen tidak ketahui

tentang hukumnya, dengan ini dapat menambah pengetahuan

residen seputar agama Islam, dan dalam kegiatan Religious

Class ini residen diarahkan agar memiliki akhlak dan budi

6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), hal. 154

7 Wawancara Langsung dengan Ustadz Lutfi Rokhman pada Tanggal

10 April 2018

 

Page 124: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

113

pekerti yang baik dalam kehidupan sehari-harinya serta

meninggalkan perangai mereka ketika masih bergantung

kepada obat-obatan terlarang.

Kegiatan Religious Class membantu rasa kepercayaan

diri dan memotivasi Residen korban penyalahgunaan

Napzadi BRSKPN Galih Pakuan Bogor. Seperti yang

dikatatan oleh residen Agustian Renaldi saat di wawancarai:

“Karna disitu kita dikasih motivasi, cukup membuat

kita mengerti agama, bisa sholat, puasa, dan doa2

karana dulu doa makan saja kita tidak tau.”8

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikaitkan dengan

teori menurut W.S Winkel: “ bimbingan berarti pemberian

bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-

pilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri

terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis

(kejiwaan) bukan “pertolongan” financial, media dan lain

sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya

dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang

dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang

akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi,

yang memberikan bantuan menganggap orang lain mampu

menuntun dirinya sendiri meskipun kemampuan itu mungkin

harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan.9

8 Wawancara Langsung dengan Agustian Renaldi Residen di

BRSKPN Galih Pakuan Bogor pada Tanggal 10 Agustus 2018 9 Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan , (Bandung: CV Pustaka

Setia, 2012), hal. 79

 

Page 125: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

114

2. Yasinan

Yasinan adalah sebuah kegiatan membaca surah Yasin

secara bersama-sama yang dipimpin oleh seorang

pembimbing agama Islam, biasanya yasinan juga dilengkapi

dengan bacaan Al-Fatihah dan Tahlil serta ditutup dengan

doa, dilaksanakan setiap hari Kamis jam 19.30 WIB. Output

kegiatan ini membawa perubahan:

a) Residen dapat belajar membaca Al-Qur’an

b) Sebagai pembiasaan residen agar bibir mereka terbiasa

dengan kalimat-kalimat Al-Qur’an

Kata Yasinan jika diruntut secara etimologi merupakan

gabungan dari kata Yasin yang dinisbatkan kepada nama

surah yang ke- 36 dalam tata urutan Al-Qur’an dan akhiran–

an. Gabungan dari dua kata tersebut akhirnya membentuk

sebuah kata yaitu Yasinan.10

Yasinan adalah sebuah kegiatan

membaca surah Yasin secara bersama-sama yang dipimpin

oleh seorang kaum, biasanya yasinan juga dilengkapi dengan

bacaan Al-Fatihah dan Tahlil serta ditutup dengan doa dan

diamini oleh para jama’ah. Adapula Yasinan dilaksanakan

untuk memperingati dan mengirim doa keluarga yang sudah

meninggal. Ada juga yasinan dipercaya untuk meminta hajat

kepada Allah agar orang yang sakit dengan surat yasin bisa

10 Idham Hamid, Tradisi Ma‟baca Yasin Di Makan Annangguru

Maddappungan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe Kec.

Campalingan Kab. Polewali Mandar. Skripsi Fakultas Ushuluddin Filsafat dan

Politik, UIN Alaudin Makassar, 2017, hal. 21

 

Page 126: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

115

di baca dengan harapan dapat cepat sebuh.11

Dalam tradisi

masyarakat Indonesia surah Yasin menjadi salah satu surah

yang selalu dibaca oleh kaum Muslimin, khususnya ketika

malam jum’at.12

Kegitan bimbingan agama yasinan ini di laksanakan

khusus kamis malam atau malam jum’at, untuk after care

dan re-entry dilaksanakan setelah sholat magrib berjama’ah

dan untuk primary setelah sholat isya berjama’ah,

Yasinan sebagai pembiasaan residen agar bibir mereka

terbiasa dengan kalimat-kalimat Al-Qur’an serta memberikan

keyakinan tentang keberadaan Allah dan memberikan

pemahaman makna yang terkandung beserta penjelasannya,

sebagaimana yang disampaikan ustadz Asep Rahmat

Hidayat:

“Surah yasin kan bagian dari Al-Qur‟an, jadi kita

yasinan kan sama hal-nya kita baca Al-Qur‟an ya

walaupun ada pengajian juga diluar yasinan ini,

jadi ini sebagai tambahan bagi mereka (residen)

juga agar lebih terbiasa dengan kalimat-kalimat Al-

Qur‟an dan kita beri pemahaman kepada mereka

(residen) juga makna dan penjelasannya dari surah

yasin ini serta yang salah salah satunya cakupan

penjelasan surah yasin ini tentang keberadaan

Allah, hal itu yang kita yakinkan kepada mereka

dari yasinan ini”.13

11 H. Munawir Abdul Fatah, Tradisi Orang-Orang NU, (Yogyakarta:

Pustaka Pesantren, 2006), hal. 307

12

Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca

Al-Qur‟an (Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka, 2012), hal. 96

13 Wawancara langsung dengan ustadz Asep Rahmat Hidayat pada

Tanggal 30 Januari 2018

 

Page 127: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

116

Membaca surah Yasin atau Yasinan memiliki beberapa

manfaat bagi residen, seperti yang disampaikan oleh ustadz

Asep Rahmat Hidayat:

“kalo manfaat yasinan bagi mereka (residen) tentu

sudah pasti ada, mungkin juga sama manfaatnya

seperti hal-nya orang pada umumnya, seperti ketika

mereka (residen) sungguh-sungguh dengan

kemauannya contoh mereka ingin sembuh kita baca

surah yasin supaya dikasih kemudahan dengan

kemauan mereka itu”14

Menurut Prof. Dasteghib dalam bukunya yang berjudul

Qalbul Quran, surah Yasin mencakup penjelasan tentang

keberadaan Allah.15

Membaca surah yasin dapat menjadikan

kemudahan untuk meraih hajat-hajat kita. Atha’ bin Abi

Rabbah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

اءجهم و درالنهارقضي تح يشفىص ء نق ر

“Siapa yang membaca yasin pada awal pagi, seluruh

hajatrnya akan dikabulkan oleh Allah.” (HR. Darimi

3481).16

Keterangan yang lain pun mejelaskan akan dikabulkan

setiap do’anya oleh Allah, yaitu berhenti ketika sampai pada

ayat ke- 13 dan berdo’a kepada Allah. Demikianlah

14 Wawancara langsung dengan Ustadz Asep Rahmat Hidayat pada

Tanggal 30 Januari 2018

15

Idham Hamid, Tradisi Ma‟baca Yasin Di Makan Annangguru

Maddappungan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe Kec.

Campalingan Kab. Polewali Mandar. Skripsi Fakultas Ushuluddin Filsafat dan

Politik, UIN Alaudin Makassar, 2017, hal. 13

16

Ali Akbar bin Aqil dan M. Abdullah Charis, Lima Amalan Penyuci

Hati (Jakarta: Qultum Media, 2016), hal. 96

 

Page 128: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

117

keterangan yang disampaikan dari Abu Bakr Ash-Shiddiq

dan Ibnu Abbas ra. Dengan sanad hadits yang shahih.17

Di samping itu peran penngajian Yasinan, terutama di

malam jum’at sebagai hari yang baik bagi masyarakat

muslim, menjadi penting dalam berbagai kegiatan Yasinan,

mulai dari pembacaan tahlil, shalawat, membaca surah

Yasin, pembacaan kalimat tayyibah, maupun ditambah

dengan al-maw‟izah al-hasanah (nasihat yang baik) dari para

penceramah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan dan

menumbuhkan nilai-nilai agama dalam kehidupan

masyarakat sekitar sebagai ujung tombak dari serangan

modernisasi agama.18

Dari penjelasan dan wawancara di atas dapat dikatakan

bahwa membaca surah Yasin atau Yasinan membantu

residen korban penyalahgunaan Napzadi BRSKPN Galih

Pakuan Bogor untuk mempertebal keyakinan mereka

terhadap Allah SWT bahwa hajat-hajat mereka yang ingin

pulih kembali dapat lekas dipermudah dan dikabulkan oleh

Allah SWT.

3. Tahlillan

Tahlillan adalah berdzikir atau bermunajat bersama,

yaitu berkumpulnya residen untuk berdoa atau bermunajat

kepada Allah SWT dengan cara membaca kalimat-kalimat

17 K. Akbar Saman, Do’a dan Dzikir Untuk Ibu Hamil (Bandung:

Ruang Kata 2012), hal. 41

18 Hayat, Pengajian Yasinan Sebagai Strategi Dakwah NU Dalam

Membangun Mental dan Karakter Masyarakat, Walisongo 22, n0. 2 November

2014), hal. 307

 

Page 129: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

118

thayyibah seperti tahmid, takbir, tahlil, tasbih, Asma’ul

husna, shalawat dan lain-lain. Kegiatan ini dilaksanakan

setiap hari Kamis jam 19.30 WIB. Output kegiatan ini

membawa perubahan:

a) Berdzikir kepada Allah akan merasa dekat dengan Allah

dan senantiasa berada dalam perlindungan dan

pengawasan-Nya

b) Membawa residen untuk ingat kepada Allah, dalam

keadaan bagaimanapun. Bila ia mengalami kesusahan,

sifat Allah yang teringat olehnya adalah Allah Maha

Menolong

Tahlil berasal dari kata hallala-yuhallilu-tahlilan yang

artinya membaca kalimat la ilaha illallah : tiada Tuhan selain

Allah. Jadi yang dimaksud dengan tahlil di sini adalah

membaca serangkaian surat-surat Al-Qur’an, ayat-ayat

pilihan, dan kalimat-kalimat zikir pilihan (termasuk di

dalamnya membaca la ilaha illallah) dengan meniatkan

pahalanya untuk para arwah dan ditutup dengan do’a.Sesuai

sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya :

“Seutama-utama zikir adalah la ilaha illallah (kalimat

tahlil). Dan seutama-utama zikir yang aku dan juga para

nabi sebelumku mengucapkan kalmat la ilaha illallah. Ia

adalah kalimat tauhid dan kalimat kemurnian dan keesaan

Allah. Ia juga asma Allah yang teragung. (HR. Imam At-

turmudzi, an-Nasa‟I, Ibnnu Majjah, dan Al-Hakim).”19

19 https://mazzhariez.blogspot.com/2015/04/pengertian-tahlil.html

diakses pada 27 september 2018 pada pukul 13:52 wib

 

Page 130: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

119

Pada hakikatnya tahlil atau tahlilan adalah hanya nama

atau sebutan untuk sebuah acara di dalam berdzikir dan

berdoa atau bermunajat bersama. Yaitu berkumpulnya

sejumlah orang untuk berdoa atau bermunajat kepada Allah

SWTdengan cara membaca kalimat-kalimat thayyibah

seperti tahmid, takbir, tahlil, tasbih, Asma’ul husna, shalawat

dan lain-lain.

Kegitan bimbingan agama tahlillan ini di laksanakan

sama seperti jadwal yasinan yaitu kamis malam atau malam

jum’at, untuk after care dan re-entry dilaksanakan setelah

sholat magrib berjama’ah dan untuk primary setelah sholat

isya berjama’ah,

Di dalam tahlillan banyak terdapat kalimat dzikir-

dzikir yang dapat memberikan rasa aman dan tentram pada

diri residen, sebagaimana yang diungkapkan ustadz Lutfi

Rokhman:

“Kita sering dengarkan isi dari pada tahlilan itu

berupa dzikir dan do‟a bersama dan sebagainya.

Karena di dalam dzikir itu semuanya kalimat-

kalimat thoyyibah, harapan kami dengan dzikir

dapat menanamkan mental spiritual residen dengan

kalimat-kalimat thoyyibah tersebut serta

memberikan rasa aman dan tentram. Kemudian

dengan do‟a kita minta kepada yang mempunyai

kekuatan yaitu Allah agar para residen di sini yang

ingin benar-benaringin meninggalkan kehidupan

kelam masa lalunya semoga dipermudah oleh-

Nya.”20

20 Wawancara langsung dengan ustadz Lutfi Rokhman pada Tanggal

10 April 2018

 

Page 131: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

120

Hal positf dari kegitan tahlillan ini pun dirasakan

langsung oleh Ariyadi salah satu residen di BRSKPN Galih

Pakuan Bogor:

“Setelah beberapa bulan mendapatkan bimbingan

agama rasanya lebih tenang, emosi bisa terkontrol

dan permasalahan-permasalahan yang saya miliki

tidak terlalu terfikirkan, jadi lebih fokus pemulihan

aja.”21

Dalam buku Dzakiah Daradjad dijelaskan bahwa

psikoterapis Islam hendaknya selalu membawa klien untuk

ingat kepada Allah, dalam keadaan bagaimanapun ia selalu

ingat kepada- Nya. Bila ia mengalami kesusahan, sifat Allah

yang teringat olehnya adalah Allah Maha Menolong, Maha

Penyayang dan Maha Kuasa, hatinya bergetar melalui

pertolongan Allah, lidahnya mengucapkan doa.

Bila ia sedang mendapat rahmat dan kesenangan,

hatinya bersyukur kepada Allah dan lisannya mengucapkan

hamdallah. Dia tidak akan congkak dan keluar dari yang

dilarang Allah. Hati yang selalu ingat kepada Allah, akan

mendatangkan kelegaan dan ketentraman bathin.

Firman Allah SWT, surat Ar-Ra’d (13):28-29:

الذين آمنوا وعملوا الصالات .الذين آمنوا وتطمئن ق لوب هم بذكر الله ألا بذكر الله تطمئن القلوب

ن مآب طوب لم وحس

“orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

21

Wawancara langsung dengan Ariyadi residen di BRSKPN Galih

Pakuan Bogor pada tanggal 25 April 2018

 

Page 132: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

121

mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. Orang-orang

yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka kebahagiaan

dan tempat kembali yang baik.”22

Seorang muslim yang selalu berdzikir kepada Allah

akan merasa dekat dengan Allah dan senantiasa berada dalam

perlindungan dan pengawasan-Nya. Pada dirinya muncul

rasa percaya diri serta perasaan aman, tentram dan bahagia.

Rasulullah SAW bersabda, ”sesungguhnya Allah SWT

berfirman, „aku bersama hamba-Ku yang senantiasa

mengingat-Ku dan menggerakan lisannya untuk-Ku‟.”23

Berdasarkan uraian di atas bahwa dzikir dapat

memberikan rasa aman dan tentram serta mengembalikan

kesadaran residen yang telah hilang, sebab aktivitas dzikir

mendorong residen untuk mengingat, menyebut kembali hal-

hal yang tersembunyi dalam hatinya. Dzikir juga mampu

mengingatkan residen kepada yang maha segalanya yaitu

Allah SWT semata, sehingga dengan dzikir tersebut mampu

memberikan sugesti kepada residen atas kesembuhannya.

4. Muhadhoroh

Muhadhoroh adalah sebagai kegiatan atau latihan

pidato/ceramah yang diberikan pembimbing agama Islam

kepada residen dalam proses kegitan disertai pembelajaran di

22 Zakiah daradjat psikoterapi islam (Jakarta, PT. Bulan bintang,

2002), hal. 139.

23 Muhammad Utsman Najati, Ilmu Jiwa dalam Al-Qur‟an, (Jakarta,

Pustaka Azzam: 2006), hal. 296.

 

Page 133: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

122

BRSKPN Galih Pakuan Bogor. Output kegiatan ini

membawa perubahan:

a) Dapat berkomunikasi dengan baik

b) Timbulnya rasa keperyaan diri residen untuk berbicara di

depan umum

Secara etimologi muhadharah berasal dari bahasa Arab

dari kata haadhoro – yuhaadhiru – muhadharah yang berarti

ada atau menghadirkan,24

Sedangkan Nasaruddin Latif

mendefinisikan muhadharah secara bahasa yaitu ceramah

keagamaan, tabligh atau khutbah.25

Maksud muhadharah di sini adalah sebagai kegiatan

atau latihan pidato/ceramah yang diberikan pembimbing

agama Islam kepada residen dalam proses kegitan disertai

pembelajaran di BRSKPN Galih Pakuan Bogor.

Jadwal muhadharah untuk re-entry, after care itu malam

rabu, ba’da isya ke asrama primary yang dibimbing oleh

ustadz Nur Hidayat dan ustadz Asep Rahmat Hidayat.

Muhadharah sangat dibutuhkan bagi residen sebagai

sarana latihan agar mampu berbicara di depan umum atau

berkomunikasi yang baik kepada orang lain serta

menekankan pada skill residen dalam mengolah tata aturan

dalam proses muhadharah tersebut. sebagaimana yang

24 Ambar Teguh Sulistiyani Rosidah, Manajemen Sumber Daya

Manusia: Konsep Teori dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi

Publik, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2009), cet ke-1, hal.120

25

S.M Nasaruddin Latif, Teori dan praktek Dakwah Islam, (Jakarta,

Firman Dara: 1990), cet ke-1, hal. 80

 

Page 134: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

123

disampaikan oleh salah satu pembimbing agama di BRSKPN

Galih Pakuan Bogor ustadz Nur Hidayat:

“Di sini muhadoroh dihadirkan sebagai sarana

belajar atau latihan mereka (resident) agar mampu

atau juga terbiasa lagi berkomunikasi secara baik

kepada teman-temannya atau kepada staf kantor

atau melatihnya agar punya keberanian mental

tampil berbicara di depan banyak orang, atau juga

biasa disebut berpidato gitu lah ya, karena ada

diantara mereka (residen) yang menutup diri sedikit

berbicara kepada teman-temannya dikarenakan efek

dari obat-obatan terlarang yang mereka gunakan

dahulu, maka muhadharah sebagai solusinya bagi

mereka”.26

Kegiatan muhadoroh ini pun disukai oleh Ariyadi salah

satu residen yang penulis berkesempatan mewawancarainya:

“Yang paling saya sukai kegiatan muhadharah,

karena di dalam kegiatan itu kita dilatih untuk bisa

punya kemampuan berbicara di depan orang

banyak tanpa ada rasa gerogi.”27

Dari kegiatan muhadharah ini terdapat manfaat yang

dirasakan bagi residen, seperti yang disampaikan oleh ustadz

Nur Hidayat:

“Ada beberapa residen yang mulai berani

mentalnya untuk tampil berbicara di depan umum,

juga di depan teman-temannya. Mereka (residen)

yang sebelumya malu atau jarang berkomunikasi,

sekarang sudah mulai terbiasa ngobrol-ngobrol

dengan temannya atau pun menyapa staf kantor

yang lewat. Beberapa residen yang memang suka

26

Wawancara langsung dengan ustadz asep pada tanggal 10 April

2018

27

Wawancara langsung dengan residen ariyadi pada Tanggal 25 April

2018

 

Page 135: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

124

sekali dengan muhadoroh sekarang bahasa

penyampaian dan retorikanya sudah bisa dibilang

lumayan lah ya untuk ceramah atau dijadikan MC,

hanya tinggal dibiasakan tampil dan dibenahi

struktur kalimat-kalimatnya agar yang dengar

paham apa yang disampaikan mereka, selain itu

yang paling utama juga sih kita bangun rasa

percaya diri dalam diri mereka.”28

Berpidato adalah salah satu wujud kegiatan berbahasa

lisan, oleh sebab itu, berpidato memerlukan dan

mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan

menggunakan bahasa lisan yang didukung oleh aspek non

bahasa, seperti ekspresi wajah, kontak pandang dan intonasi

suara.29

Pidato di sini adalah penyampaian uraian secara lisan

tentang suatu hal (masalah) dengan mengutarakan keterangan

sejelas-jelasnya dihadapan massa atau orang banyak pada

suatu waktu tertentu.30

Dalam melakukan pidato tentu semua orang dapat

menyampaikan pidato yang baik apabila mengetahui dan

mempraktekkan prinsip penyampaian pidato sebagai berikut:

1) Membangun kepercayaan diri. Banyak istilah digunakan

untuk menamai gejala ini, demam panggung dan

kecemasan berbicara. Para psikolog mengatakan semua

gejala itu adalah reaksi alamiah kepada ancaman. Begitu

28

Wawancara langsung dengan ustadz Nur Hidayat pada Tanggal 11

April 2018

29

D.A. Dithiya, Pandai Berpidato, (Jakarta Timur: PT. Wadah Ilmu,

2011), hal. 2

30

Emha Abdurrahman, Tehnik dan Pedoman Berpidato, (Jakarta:

Media Nusantara, 2001), hal. 23

 

Page 136: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

125

makhluk menghadapi ancaman, ia bersiaga untuk

melawan atau melarikan diri.

2) Kontak mata. Merupakan bagian yang paling ekspresif

dari seluruh wajah. Pandanglah para pendengar, hindari

menatap langit-langit atau lantai. Mengapa tidak

menatap mata yang diajak bicara. Kalau ini terjadi bisa

kehilangan kesempatan untuk berkomunikasi yang baik.

Sebagian pakar komunikasi menyebutnya hubungan erat

dengar pendengar. Pidato adalah komunikasi atap muka,

yang bersifat dua arah. 31

3) Karakteristik olah vocal. Ada tiga hal yang harus

diperhatikan dalam olah vocal yaitu kejelasan,

keragaman dan ritma

4) Olah visual, berbicara dengan seluruh kepribadian

dengan wajah, tangan dan seluruh tubuh.32

Dalam teori lain dijelaskan Menurut Jamesh R. Fisher,

kepercayaan diri adalah sesuatu yang membuat manusia

sebagai manusia. Percaya diri memberi kekuatan keyakinan

yang menunjang keterpaduan, kerja sama, dan hubungan

antar manusia. Ketidak percayaan diri akan berakibat

seseorang merasa kurang populer dalam pergaulan, lebih

suka mengucilkan diri, atau jadi pembuat onar. Ia sulit

berperan dalam lingkungan, bahkan mungkin seolah-olah

dikucilkan di lingkungannya, yang dapat membangkitkan

31

Jalaludin Rahmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 87

32 Nasaruddin Latif, Teori danf Praktek Dakwah, (Jakarta: cet ke- 1,

2009), hal. 28

 

Page 137: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

126

pertikaian, persaingan, mematikan peran, memboroskan daya

(energi) yang berharga. Hal ini akan melemparkan manusia

dari kemajuan hingga pada akhirnya dalam keputusasaan,

kehilangan konsentrasi dan kemauan.33

Menurut hasil wawancara penulis dengan pembimbing

agama Islam dan residen korban penyalahgunaan Napza di

BRSKPN Galih Pakuan Bogor serta teori-teori yang ada.

Muhadharah dihadirkan sebagai sarana membangun mental

rasa kepercayaan diri residen dalam berkomunikasi baik itu

berupa pidato yang mempraktekkan prinsip-prinsip berpidato

maupun dalam pergulan sehari-hari di lingkungan panti baik

sesama residen ataupun staf-staf kantor panti.

C. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam

Pembimbing agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan Bogor

berjumlah tiga orang yaitu Ustadz Muhammad Lutfi, Ustadz

Asep dan Ustadz Nur Hidayat. Dalam memberikan bimbingan

kepada residen di BRSKPN Galih Pakuan mereka memiliki

jadwal bimbingan yang berbeda. Jadwal bimbingan Ustadz

Muhammad Lutfi dilaksanakan pada hari selasa dan kamis mulai

pukul 10.30-12.00 WIB di masjid BRSKPN Galih Pakuan.

Sebagaimana yang Ustadz Lutfi kemukakan dalam wawancara:

“Kalo yang siang religious class untuk re-entry after

care seminggu dua kali, di jadwal awal selasa dan

kamis, tapi kadang saya majukan di hari senin karna

selasanya saya suka ada jadwal lain gitu ya misalnya

ada seleksi atau apa, jadi yang jelas seminggu dua

33

James R. Fisher, Menjual Berlandaskan Percaya Diri pada Tahun

90an, Alih Bahasa, Sularno Tjiptowardoyo, (Jakarta: Elex Media Komputindo,

1994), hal. 5.

 

Page 138: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

127

kali untuk diapel di after care, sementara untuk di

dom masing-masing sekali nggak nyanggupin saya

dua kali.”34

Sedangkan tempat dan jadwal bimbingan Agama oleh

Ustadz Asep Rahmat Hidayat, dilaksanakan pada hari selasa

10.30-12.00 WIB dan hari kamis pukul 19.15-20.15 seperti yang

di sampaikan Utsdaz Asep Rahmat Hidayat saat di wawancarai:

“Kegiatan biasanya dilaksanakan malam jum‟at,

kalau siang, selasa dan kamis itu residen re-entry di

mushollah menggantikan Ustadz Lutfi ketika tidak

bisa hadir di kegiatan Religious Class, untu residen

re-entry biasanya diawali dengan ngaji Iqro atau Al-

Qur‟an, sesuai dengan kemampuan mereka, setelah

itu sharing sebelum dzuhur. Untuk malam jum‟at di

asrama dom kita yasinan.”35

Selanjutnya tempat dan jadwal bimbingan Agama oleh

Ustadz Nur Hidayat dilaksanakan pada hari selasa pada pukul

20.00-21.30 WIB dan di hari kamis pada pukul 19.15-20.15 WIB.

Seperti yang disampaikan oleh Ustadz Nur Hidayat:

“Saya mengisi pada malam jum‟at pada jam 19.15-

20.15 kegiatan yasinan bersama di asrama dom 1

dan terkadang bergantian dengan Ustad Asep di dom

2 biar residen tidak merasa bosan dengan Ustadz

yang itu-itu saja makannya kita suka bergantian

asrama. Selanjutnya selasa malam itu kegiatan

34 Wawancara langsung dengan Ustadz Lutfi Rokhman sebagai

Pembimbing Agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan Bogor pada tanggal 30

Januari 2018 35 Wawancara Langsung dengan Ustadz Asep Rahmat Hidayat

sebagai Pembimbing Agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan Bogor pada

Tanggal 30 Januari 2018

 

Page 139: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

128

Muhadoroh selama 15 menit dilanjutkan latihan

marawis dan hadroh.”36

D. Materi Bimbingan Agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor

Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses

pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada

seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, ramaja

maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.37

Materi bimbingan Agama Islam merupakan suatu hal yang

sangat penting dalam pelaksanaan bimbingan agama islam karna

pemilihan materi yang sesuai akan membantu peserta bimbingann

Agama Islam mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun materi

bimbingan agama Islam yang diajarkan oleh pembimbing agama

Islam di BRSKPN Galih Pakuan Bogor adalah:

a) Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah sebagai tuntutan umat Islam yang harus

dipelajari dengan baik mulai dari tata cara membaca Al-

Qur’an dengan tajwidnya serta isinya. Materi Al-Qur’an

bertujuan untuk membantu menjawab atas permasalahan

yang dihadapi residen serta memberikan pengetahuan agama

36 Wawancara langsung dengan Ustadz Nur Hidayat sebagai

Pembimbing Agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan Bogor pada tanggal 11

Aprili 2018 37 Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: Pustakan Setia,

2012), hal. 80

 

Page 140: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

129

melalui telaah Al-Qur’an, bagaimana isinya, maksudnya

serta keindahan yang terkandung di dalam kitab suci Al-

Qur’an. Sedangkan residen yang belum dapat membaca Al-

Qur’an diajarkan dari awal dahulu yaitu membaca Iqra

b) Akhlak

Tujuan materi akhlak adalah agar residen dapat menentukan

sikap yang baik terhadap orang lain dengan ajaran Islam

sehingga menciptakan Akhlakul Karimah. Jika ajaran Islam

sudah menjadi pedoman dan pilihan hidup, maka

pengaruhnya akan terlihat dalam sikap dan perilaku sehari-

hari, serta diharapkan dapat membentengi dirinya dari

berbagai persoalan yang timbul sebagai bagian dari proses

perjalanan hidup.

c) Fiqih

Materi fiqih bertujuan untuk memberikan pemahaman

kepada residen tentang tatacara shalat, berwudhu, puasa,

zakat, dan haji.

E. Metode Bimbingan Agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor

1) Metode kelompok

Bimbingan kelompok di sini dimaksudkan untuk membantu

klien mengatasi masalah bersama, metode ini adalah metode

yang biasa dilakukan di BRSKPN Galih Pakuan Bogor untuk

mengetahui komunikasi dan interaksi sosial yang dilakukan

oleh klien selama proses bimbingan agama Islam

berlangsung.

2) Metode ceramah

 

Page 141: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

130

Bimbingan agama melalui metode ceramah ini sangatlah

membantu pembimbing agama dalam menyampaikan

sejumlah keterangan atau menjelaskan dan menguraikan

mengenai sutau masalah, topik dan pertanyaan dari residen.

Pembimbing agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan Bogor

memberikan ceramah kepada residen ketika khotbah jum’at

serta kegiatan bimbingan agama lainnya.

3) Metode diskusi

Dalam memberikan bimbingan Agama Islam, pembimbing

agama di BRSKPN Galih Pakuan Bogor meberikan

kesempatan kepada residen mengajukan pertanyaan kepada

pembimbing agama Islam tentang masalah yang sedang

dihadapi oleh residen seputar fiqih ataupun masalah

kehidupan yang pernah dijalankan sebelumnya. Diskusi

merupakan salah satu metode yang sangat diminati oleh

residen di Panti Sosial Pemardi Putra Galih pakuan Bogor

karena melalui diskusi residen dapat diberi kesempatan

untuk berfikir bersama tentang suatu masalah dan bisa

semakin aktif dalam mencari solusi permasalahan yang

dihadapi.

4) Metode Audio visual

Metode audio visual merupakan media yang dapat digunakan

dalam kegiatan pembelajaran residen dalam melibatkan

pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses

atau kegiatan bimbingan Agama Islam agar residen tidak

merasa bosan dengan kegiatan bimbingan dan sebagai

hiburan untuk residen. Audio visual yang dilakukan oleh

 

Page 142: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

131

ustadz Asep Rahmat Hidayat biasanya berupa menonton film

kisah Nabi-Nabi yang nantinya akan didiskusikan bersama-

sama setelah film itu selesai.

F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing

Setiap program kegiatan pasti akan mendapati faktor

penghambat dan faktor pendukungnya. Begitu juga dengan

kegiatan bimbingan agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor. adapaun faktor pendukung dan penghambat pembimbing

agama Islam ada yang mengatakan bahwa:

1. Faktor pendukung

Adapun faktor pendukung pembimbing agama Islam di

BRSKPN Galih Pakuan Bogor diantaranya:

a. Pembimbing agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor memiliki pengetahuan yang memadai tentang

materi yang diberikan kepada klien serta mengetahui

fungsi dan tugasnya sebagai pembimbing agama Islam.

b. Sarana dan prasana yang ada di panti sudah sangat

memadai dan mendukung kegiatan bimbingan agama

Islam yang dijalani seperti buku yasin tahlil, Al-

Qur’an, Iqra, sajadah, dan peci.

c. Adanya antusias residen dalam menjalankan kegiatan

bimbingan agama Islam yang dilaksanakan.

2. Faktor penghambat

Adapun faktor penghambat pembimbing agama Islam di

BRSKPN Galih Pakuan Bogor diantaranya:

 

Page 143: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

132

a. Waktu kegiatan yang tidak cukup dalam

menyampaikan materi.

b. Jumlah pembimbing agama Islam yang kurang.

Pembimbing agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor hanya berjumlah 3 orang saja. Jumlah

pembimbing agama islam ini tidak sebanding dengan

jumlah residen yang mencapai 380 Residen

c. Pembimbing agama Islam di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor yang mempunyai kegiatan lain di luar Panti.

 

Page 144: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

133

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Balai Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor

“Peran Pembimbing agama Islam dalam Therapeutik Community

pada korban penyalahgunaan Napza di Bogor” dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran pembimbing agama Islam dalam Therapeutic

Community di Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) Galih Pakuan terdapat

pada pengembangan mental spiritual yakni:

a. Religious class. Mengarahkan residen agar memiliki

jiwa dan tindakan sesuai nilai-nilai keagamaan serta

akhlak dan budi pekerti yang baik dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Yasinan. Membantu residen untuk mempertebal

keyakinan mereka kepada Allah SWT bahwa hajat-

hajat mereka yang ingin pulih kembali dapat lekas

dipermudah dan dikabulka.

c. Tahlillan. Memberikan rasa aman dan tentram serta

mengembalikan kesadaran residen yang telah hilang.

d. Muhadhoroh. Membangun mental rasa kepercayaan

diri residen dalam berkomunikasi baik itu berupa

 

Page 145: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

134

pidato maupun dalam pergaulan sehari-hari

dilingkungan panti.

Adapun metode yang digunakan pembimbing agama Islam

dalam Therapeutic Community di Balai Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan Napza Galih Pakuan Adalah:

metode kelompok, ceramah, diskusi dan audio visual.

2. Faktor pendukung pembimbing agama Islam dalam

Therapeutic Community di Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) Galih Pakuan yang

pertama adalah memiliki pengetahuan yang memadai tentang

materi yang diberikan kepada residen serta mengetahui

fungsi dan tugasnya sebagai pembimbing agama Islam.

Selanjutnya yang kedua sarana dan prasana yang ada di panti

sudah sangat memedai dan mendukung kegiatan bimbingan

agama Islam yang dijalani seperti buku yasin tahlil, Al-

Qur’an, Iqra, sajadah, dan peci dan faktor pendukung yang

ketiga adanya antusias residen dalam menjalankan kegiatan

bimbingan agama yang dilaksanakan

Faktor penghambat pembimbing agama Islam dalam

Therapeutic Community di Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) Galih Pakuan pertama

waktu kegiatan yang tidak cukup. Kedua jumlah pembimbing

agana Islam yang kurang. Pembimbing agama Islam di

BRSKPN Galih Pakuan Bogor hanya berjumlah 3 orang saja.

Ketiga jumlah pembimbing agama islam ini tidak sebanding

dengan jumlah residen yang mencapai 380 Residen. Ke-

 

Page 146: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

135

empat Pembimbing agama yang mempunyai kegiatan lain di

luar Panti.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yag didapat, peneliti dapat

memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Menambahkan sumber daya manusia untuk menjadi tenaga

pembimbing agama Islam agar lebih maksimal dalam

menjalankan kegiatan bimbingan spiritual.

2. Untuk residen hendaknya mempunyai kesadaran dan lebih

giat lagi mengikuti bimbingan agama Islam karna ini

merupakan kegiatan yang sangat penting dikuti oleh seluruh

residen agar mencapai perubahan yang diinginkan.

 

Page 147: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

136

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Emha. 2001. Tehnik dan Pedoman Berpidato. Jakarta: Media

Nusantara

Abdul, Fatah Munawir. 2006. Tradisi Orang-Orang NU. Yogyakarta:

Pustaka Pesantren.

Afifuddin. 2012. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia.

Akbar, bin Aqil Ali dan M. Abdullah Charis. 2016. Lima Amalan Penyuci

Hati. Jakarta: Qultum Media

Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

BNN. 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahan Narkoba di

Lingkungan Pendidikan.

----- 2010. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan

Narkoba Bagi Lembaga/Istalasi.

----- 2008. Panduan Pelaksanaan Terapi dan Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Pusat

Laboratorium Terapi dan Rehabilitasi. Jakarta.

----- 2004. Metode Therapeutic Community. Jakarta.

------ 2007. Mengenal Penyalahgunaan Narkoba..

Daradjat, Zakiah 2002. Psikoterapi Islam. Jakarta. PT. Bulan bintang.

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Direktoral Jendral Pelayanan dan Rehabilitas Sosial. 2003. Therapuetic

Community dalam Rehabilitasi Korban Narkoba. Jakarta

Dithiya, D.A.. 2011. Pandai Berpidato. Jakarta Timur: PT. Wadah Ilmu

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Hadiman. Pengawasan serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat dalam

Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba. Badan

Kerjasama Sosial Usaha Pembinanaa Warga Tama (BERSAMA)

 

Page 148: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

137

Hakim, M. Arif. Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi

dan Melawan. . Bandung: Nuansa Cendikia

Hamdani. 2012. Bimbingan dan Penyuluhan. Pustakan Setia: Bandung

Hamid, Idham. 2017. Tradisi Ma’baca Yasin Di Makan Annangguru

Maddappungan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe Kec.

Campalingan Kab. Polewali Mandar. Skripsi Fakultas Ushuluddin

Filsafat dan Politik. UIN Alaudin Makassar.

Hamzah, Andi dan RM. Surachman. 1994. Kejahatan Narkotika dan

Psikotropika. Jakarta: Sinar Grafika.

Hawari, Dadang. 2001. Penyalahguna dan Ketergantungan Napza. Jakarta:

FKUI.

Hayat. Pengajian Yasinan Sebagai Strategi Dakwah NU Dalam Membangun

Mental dan Karakter Masyarakat. Walisongo 22. no. 2 November

2014

Https://mazzhariez.blogspot.com/2015/04/pengertian-tahlil.html diakses

pada 27 september 2018 pada pukul 13:52 wib

Indonesia Gawat Darurat Narkoba. Gawat!! Gawat!! Gawat!!. Diakses pada

29 Maret 2016 http://news.polisionline.com/2015/02/info-indonesia-

gawat-darurat-narkoba.html.

Dwi, J. Narwoko dan Bagong Suyanto. 2007. Sosiologi: Teks Pengantar

dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Moleong, J. Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Johanna, E Prawitasari. 2012. Psikologi Terapan Melintas Batas Disiplin

Ilmu. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kadarmanta, A. 2010. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. Jakarta: Forum

Media Utama.

Latif, S.M Nasaruddin. 1990. Teori dan praktek Dakwah Islam. Jakarta.

Firman Dara

Lutfi, M. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam.

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 

Page 149: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

138

Lisa, FR Jiliana. nengah sutrisna W. 2013. Narkoba. Psikotropika. dan

Gangguan Jiwa. Nuha Medika. Yogyakarta.

Media Center. 2002. Kamus Ilmiah Populer. Jakarta: Mitra Press.

Munir, Amin Samsul. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Amzah:

Jakarta

NM. 2007. Ancaman Naroba Bagi Generasi Bangsa. Pemerintah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Rahmat, Jalaludin. 2011. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Fisher, R. James. 1994. Menjual Berlandaskan Percaya Diri pada Tahun

90an. Alih Bahasa. Sularno Tjiptowardoyo. Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Saman, K. Akbar. 2012. Do’a dan Dzikir Untuk Ibu Hamil. Bandung: Ruang

Kata

Sandjaja, B. dan Albertus Heriyanto. panduan penelitian.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santoso, Slamet. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika

Aditama.

Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Soehartono, Irawan. 1995. metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Syarbini, Amirulloh dan Sumantri Jamhari. 2012. Kedahsyatan Membaca Al-

Qur’an. Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka.

Teguh, Sulistiyani Rosidah Ambar. 2009. Manajemen Sumber Daya

Manusia: Konsep Teori dan Pengembangan Dalam Konteks

Organisasi Publik. Yogyakarta. Graha Ilmu

 

Page 150: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

139

Tohorin. 2007. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah

(Bebasis Integrasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Utsman, Najati Muhammad. 2006. Ilmu Jiwa dalam Al-Qur’an. Jakarta.

Pustaka Azzam

Wirawan, Sarwono Sarlito. 2006. teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

.

.

.

 

Page 151: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

PEDOMAN WAWANCARA PEMBIMBING AGAMA

1. Nama

2. Pendidikan

3. Usia

4. Alamat

5. Sejak kapan menjadi pembimbing?

6. Apa saja pengalaman menjadi pembimbing?

7. Apa fungsi pembimbing agama di pspp?

8. Apa tujuan dilaksanakan bimbingan agama ?

9. Mengapa dilaksanakan kegiatan tersebut?

10. Bagaimana cara menghadapi residen?

11. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan pembimbing agama?

12. Apa manfaat kegiatan bimbingan agama ?

 

Page 152: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

PEDOMAN WAWANCARA RESIDEN

1. NAMA

2. TEMPAT/TGL LAHIR

3. USIA SAAT MENGENAL NAPZA

4. JENIS NAPZA YANG DIKONSUMSI

5. MASA REHABILITASI

PEDOMAN WAWANCARA RESIDEN

1. Apa yang anda ketahui tentang pembimbing agama?

2. Apa pendapat anda tentang pembimbing agama?

3. Bagaimana kemampuan pembimbing agama disini?

4. Menurut anda, apakah pembimbing agama telah menguasai tugas

dan fungsinya?

5. Kegiatan apa saja dalam bimbingan agama yang diberikan oleh

pembimbing agama?

6. Adakah kegiatan yang paling disukai? Dan apa yang menarik

dalam kegiatan tersebut?

7. Apa yang anda rasakan setelah melaksanakan kegiatan bimbingan

agama?

8. Seperti apa bentuk kepedulian yang diberikan oleh pembimbing

agama?

 

Page 153: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

YASINAN, TAHLILLAN, MUHADOROH DAN RELIGIOUS

CLASS

a) Bisakah anda menceritakan apa yang dimaksud dengan ?

b) Kapan dilakukan?

c) Dimana bimbingan agama dilakukan?

d) Mengapa dilakukan?

e) Bagaimana alur pelaksanaan program?

 

Page 154: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

 

Page 155: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

 

Page 156: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

 

Page 157: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

Wawancara dengan pembimbing agama islam Ustadz Lutfi dan Ustadz

Asep

Wawancara dengan pembimbing agama islam Ustadz Dayat

 

Page 158: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

Wawancara dengan pembimbing agama islam Ustadz Asep

Wawancara dengan pembimbing agama islam Ustadz Lutfi

 

Page 159: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

Kegiatan PHBI di BRSKPN Galih Pakuan

 

Page 160: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

Bersama dengan residen re-entry BRSKPN Galih Pakuan

 

Page 161: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

Kegiatan PHBI di acara milad BRSKPN Galih Pakuan ke 24

Kegiatan PHBI di acara milad BRSKPN Galih Pakuan ke 24

 

Page 162: PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM THERAPEUTIC …

Kegiatan Bimbingan Agama Islam

Kegiatan Bimbingan

Agama Islam