EVALUASI PELAKSANAAN THERAPEUTIC COMMUNITY ...vii EVALUASI PELAKSANAAN THERAPEUTIC COMMUNITY DI...

157
EVALUASI PELAKSANAAN THERAPEUTIC COMMUNITY DI PANTI REHABILITASI KUNCI YOGYAKARTA Skripsi HALAMAN JUDUL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Andreas Dedi Setioko 129114040 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of EVALUASI PELAKSANAAN THERAPEUTIC COMMUNITY ...vii EVALUASI PELAKSANAAN THERAPEUTIC COMMUNITY DI...

  • EVALUASI PELAKSANAAN THERAPEUTIC COMMUNITY

    DI PANTI REHABILITASI KUNCI YOGYAKARTA

    Skripsi

    HALAMAN JUDUL

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun Oleh :

    Andreas Dedi Setioko

    129114040

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    Duc In Altum

    “Bertolaklah ke Tempat yang Dalam”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Karya ini dipersembahkan untuk:

    Orang yang sedang berada dalam kegelapan hidup.

    Orang-orang yang berjuang untuk lepas dari berbagai kecanduan.

    Semua orang yang sedang mencari legenda hidupnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    EVALUASI PELAKSANAAN THERAPEUTIC COMMUNITY DI PANTI

    REHABILITASI KUNCI YOGYAKARTA

    Andreas Dedi Setioko

    ABSTRAK

    „Indonesia sedang darurat narkoba‟ bukanlah seruan omong kosong, sebab dari

    5,9 juta orang yang menjadi pecandu narkoba, hanya 18 ribu yang bisa ditangani

    pemerintah dalam satu tahun. Dalam satu hari, 30-40 orang meninggal dunia

    karena narkoba. Maka salah satu langkah yang bisa dilakukan ialah menyediakan

    tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba. Salah satu metode terapi yang banyak

    digunakan dalam rehabilitasi ialah Therapeutic Community. Namun meskipun

    sudah direhabilitasi, 80% orang diantaranya relapse. Oleh karena itu, penelitian

    ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana therapeutic community di panti

    rehabilitasi Kunci Yogyakarta mengikuti teori therapeutic community yang

    digunakan oleh George De Leon. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

    dengan informan lima orang. Dalam analisis data, peneliti menggunakan studi

    kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Therapeutic Community di

    rehabilitasi Kunci Yogyakarta sesuai dengan konsep Therapeutic Community

    yang dikemukakan oleh George De Leon dalam banyak hal, seperti dalam

    pandangan tentang penggunaan narkoba, pandangan tentang manusia pengguna

    narkoba, pandangan tentang pemulihan dan hidup yang tepat, serta dalam

    pendekatan komunitas. Selain kesesuaian itu, terdapat kekhasan yang ada di

    Rehabilitasi Kunci Yogyakarta, seperti tidak adanya waktu dan tempat khusus

    untuk melakukan detoksifikasi di awal masa rehabilitasi. Residen boleh keluar

    masuk dari wilayah tempat rehabilitasi. Hubungan antara staf dengan residen yang

    setara, dan keempat adalah religiusitas sangat ditekankan. Dengan adanya

    kekhasan tersebut, proses rehabilitasi lebih terasa kondusif.

    Kata kunci : terapi komunitas, rehabilitasi, residen, narkoba, kambuh,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    THE EVALUATION OF THERAPEUTIC COMMUNITY

    IMPLEMENTATION IN PANTI REHABILITASI KUNCI YOGYAKARTA

    Andreas Dedi Setioko

    ABSTRACT

    „Indonesia is in an emergency of drugs‟ is not a nonsense call, because from 5.9

    million people who become drug addicts, only 18 thousand peoples can be

    handled by the government in one year. In one day, 30-40 people die from drugs.

    So one step that can be done is to provide a place of rehabilitation for drug

    addicts. One therapeutic method that is widely used in Indonesia for rehabilitation

    is the Therapeutic Community. But even though it has been rehabilitated, 80% of

    people relapse. Therefore, this study aims to evaluate the extent to which the

    therapeutic community method at the Panti Rehabilitasi Kunci Yogyakarta center

    follows the theory of the therapeutic community used by George De Leon. This

    study used a qualitative method with five informants. The researcher here used a

    case study to analyze the data. The results showed that the Therapeutic

    Community in Panti Rehabilitasi Kunci Yogyakarta was in line with the

    Therapeutic Community concept proposed by George De Leon in many ways,

    such as in the view of drug use, views on drug users themselves, views on

    recovery and life right, and in the community approach. Moreover, there is a

    specificity in Panti Rehabilitasi Kunci Yogyakarta, where there is no specific time

    and place for detoxification at the beginning of the rehabilitation period. The

    resident may leave the rehabilitation area. The relationship between staff and

    residents is equivalent, and the fourth is religiosity which is very emphasized.

    With this particularity, the rehabilitation process feels more conducive.

    Keywords: therapeutic community, rehabilitation, residents, drugs, relapse

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Dalam kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan syukur kepada Tuhan

    Yesus, atas segala berkat yang masih peneliti rasakan hingga saat ini. Mengenal

    Yogyakarta, Sanata Dharma, banyak teman dan pengalaman, hingga mengenal

    dunia narkoba yang akhirnya membangkitkan minat peneliti untuk menyelaminya.

    Meskipun memerlukan waktu yang lama untuk sampai pada titik ini, saat ini.

    Karenanya peneliti sangat ingin mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Monica E. Madyaningrum, M.Psych., Ph.D selaku Kaprodi dan juga

    pembimbing yang telah membantu peneliti dalam pergulatan penulisan

    skripsi, terutama saat peneliti berada di akhir masa studi. Terimakasih saya

    ucapkan atas segala pendampingan yang Ibu berikan selama ini.

    2. Bapak Edward Theodorus M.App.Psy., sebagai dosen yang sejak awal

    membantu peneliti dalam proses penelitian ini. Terimakasih atas segala

    dukungan dan kesabaran yang Bapak berikan selama ini, tanpa itu semua

    peneliti tidak akan sampai pada titik ini, saat ini. Terimakasih telah

    mengajarkan pada peneliti tentang arti ketekunan dan tanggung jawab.

    3. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi, selaku Dekan yang mempermudah segala

    hal yang peneliti perlukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

    4. Keluarga Panti Rehabilitasi Kunci Nandan, Yogyakarta, terimakasih saya

    ucapkan dengan sangat, karena bersedia menjadi tempat peneliti belajar

    mengenal tentang rehabilitasi. Tanpanya peneliti tidak akan bisa

    menyelesaikan penelitian ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

    HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

    ABSTRAK ............................................................................................................ vii

    ABSTRACT ........................................................................................................... viii

    LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .... ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. Pengantar .................................................................................................... 1

    B. Latar Belakang ........................................................................................... 1

    C. Gambaran Dunia Pengguna Narkoba ......................................................... 3

    D. Berbagai Penanganan yang Ada ................................................................ 5

    E. Therapeutic Community ............................................................................ 8

    F. Keunggulan Penelitian ............................................................................. 11

    G. Rumusan Permasalahan ........................................................................... 13

    H. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 13

    I. Tujuan ...................................................................................................... 13

    J. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 14

    K. Manfaat .................................................................................................... 14

    BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 16

    A. Pengantar .................................................................................................. 16

    B. Dinamika Pengguna Narkoba .................................................................. 16

    C. Therapeutic Community .......................................................................... 18

    D. Terapi Komunitas di Indonesia ................................................................ 24

    1. Balai Besar Rehabilitasi BNN. ............................................................ 25

    2. PSPP Galih Pakuan Bogor, Departemen Sosial RI ............................. 25

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    3. Lapas Klas II A Narkotika Yogyakarta ............................................... 26

    4. Rehabilitasi Kunci Nandan Yogyakarta .............................................. 27

    E. Kerangka Konseptual Awal ..................................................................... 27

    F. Kesimpulan Kajian Literatur .................................................................... 30

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 31

    A. Pengantar .................................................................................................. 31

    B. Rancangan Penelitian ............................................................................... 31

    C. Informan Penelitian .................................................................................. 32

    D. Fokus penelitian ....................................................................................... 32

    E. Prosedur Penelitian ................................................................................. 33

    F. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 34

    1. Wawancara .......................................................................................... 34

    2. Observasi ............................................................................................. 36

    3. Dokumentasi ........................................................................................ 36

    4. Keabsahan Data ................................................................................... 36

    G. Analisis Data ............................................................................................ 37

    H. Refleksivitas Peneliti ............................................................................... 38

    I. Pertimbangan Etis .................................................................................... 39

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 40

    A. Pengantar .................................................................................................. 40

    B. Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 43

    1. Pandangan Tentang Penggunaan Narkoba .......................................... 43

    a. Profil Klinis .................................................................................... 43

    b. Gangguan Terhadap Manusia Secara Menyeluruh ......................... 44

    c. Pandangan Terhadap Konsep Biomedis ......................................... 46

    2. Pandangan Tentang Manusia Pengguna Narkoba ............................... 49

    a. Karakteristik Kognitif dan Perilaku ................................................ 49

    b. Karakteristik Perseptual .................................................................. 51

    c. Ciri-ciri Emosional ......................................................................... 52

    d. Ciri-ciri Sosial ................................................................................ 53

    3. Pandangan Tentang Pemulihan dan Hidup yang Tepat ...................... 54

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    a. Pandangan Tentang Pemulihan ...................................................... 54

    b. Pandangan Terhadap Gaya Hidup yang Tepat ............................... 60

    4. Pendekatan Komunitas ........................................................................ 62

    a. Komunitas dan Perspekstif TC ....................................................... 62

    b. Pembelajaran dan Penyembuhan dan Budaya Komunitas ............. 64

    c. Komponen Mendasar dari Metode Komunitas ............................... 65

    5. Kriteria Lulus dari Rehabilitasi ........................................................... 68

    6. Kekhasan Rehabilitasi Kunci Nandan ................................................. 70

    C. Pembahasan Gabungan ............................................................................ 71

    1. Pandangan Tentang Penggunaan Narkoba .......................................... 71

    2. Pandangan Tentang Manusia Pengguna Narkoba ............................... 72

    3. Pandangan Tentang Pemulihan Hidup yang Tepat ............................. 74

    4. Pendekatan Komunitas ........................................................................ 75

    5. Kekhasan Panti Rehabilitasi Kunci ..................................................... 76

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 80

    A. Kesimpulan .............................................................................................. 80

    B. Keterbatasan ............................................................................................. 81

    C. Saran ........................................................................................................ 82

    D. Komentar Penutup .................................................................................. 83

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 88

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Silabus tentang 4 Aspek dalam Therapeutic Community ....................... 22

    Tabel 2. Rincian Informan .................................................................................... 32

    Tabel 3. Waktu dan Proses Penelitian ................................................................... 34

    Tabel 4. Pertanyaan Pokok Penelitian ................................................................... 35

    Tabel 5. Profil Informan ........................................................................................ 42

    Tabel 6. Hasil Penelitian Secara Keseluruhan ...................................................... 67

    Tabel 7. Indikator Selesai Masa Rehabilitasi ........................................................ 69

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kerangka Konseptual Awal ................................................................ 29

    Gambar 2. Struktur Kerja Untuk Residen di Rehabilitasi Kunci .......................... 40

    Gambar 3. Alur Pelayanan di Rehabilitasi Kunci Nandan Yogyakarta ................ 41

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    file:///C:/Users/Asus%201/Google%20Drive/Andreas%20Dedi/SKRIPSI%20FINAL%20BAB%20I-V.docx%23_Toc12553437

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Lembar Informasi Partisipan ............................................................ 89

    Lampiran 2. Verbatim Prabu (V1) ........................................................................ 92

    Lampiran 3. Verbatim Bisma (V2) ..................................................................... 107

    Lampiran 4. Verbatim Amba (V3) ...................................................................... 114

    Lampiran 5. Verbatim Wahmuka (V4) ............................................................... 124

    Lampiran 6. Verbatim Arimuka (V5) ................................................................. 133

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    file:///C:/Users/Asus%201/Google%20Drive/Andreas%20Dedi/SKRIPSI%20FINAL%20BAB%20I-V.docx%23_Toc12553437

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Pengantar

    Narkoba dipilih sebagai tema penelitian karena adanya ketertarikan subjektif

    dari peneliti terhadap tema tersebut. Peneliti merasa bahwa narkoba memiliki sisi

    menarik dan penting untuk diteliti meskipun penelitian dengan tema narkoba

    sudah banyak dilakukan. Bagi peneliti, terdapat tiga hal menarik mengenai

    narkoba yaitu: Pertama, dari pengalaman peneliti ketika membaca dan mendengar

    tentang narkoba di berbagai media massa. Kedua, dari film yang sering peneliti

    tonton. Ketiga, pengalaman peneliti saat pulang ke kampung halaman, dan yang

    keempat adalah pengalaman peneliti saat mengunjungi tempat rehabilitasi

    narkoba. Namun, selain tema ini menarik, peneliti juga merasa bahwa tema

    narkoba penting untuk dijadikan bahan penelitian. Terdapat tiga hal yang

    membuat tema narkoba penting untuk diteliti yaitu: Pertama, pernyataan

    pemerintah bahwa Indonesia sedang darurat narkoba. Kedua, tingginya angka

    relapse. Ketiga, kontribusi psikolog sangat dibutuhkan dalam dunia rehabilitasi.

    B. Latar Belakang

    “Indonesia darurat narkoba”, demikianlah seruan yang sering di ungkapkan

    Presiden Joko Widodo di berbagai kesempatan ketika menyinggung mengenai

    permasalahan yang berhubungan dengan narkoba. "Negara kita ini, posisi darurat

    narkoba. Kenapa? Karena ada sekitar 4,5 juta pemuda tidak bisa direhabilitasi,"

    demikian ungkap Presiden Jokowi (Damanik, 2015). Data terakhir dari Badan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Narkotika Nasional (BNN) menyatakan bahwa jumlah pengguna narkoba tahun

    2014 diperkirakan 4,1 juta dan pada akhir tahun 2015 sudah mencapai 5,9 juta.

    Lembaga rehabilitasi yang dikelola oleh pemerintah dan masyarakat hanya

    mampu menyediakan lebih kurang 18.000 orang per tahun (RI Kementerian

    Kesehatan, 2014). Hingga saat ini, jumlah rehabilitasi yang ada masih sedikit dan

    kapasitas penampungan para pecandu narkoba juga terbatas. Karena itu sebagian

    dari mereka masih ditampung di dalam penjara yang nyatanya justru tempat

    paling nyaman dalam menggunakan narkoba (Badan Narkotika Nasional, 2015).

    Kemudahan dalam memperoleh narkoba juga memberi andil besar dalam

    tingginya tinggkat relapse (kembali memakai narkoba). Berdasarkan survei yang

    dilakukan BNN (2014) ditemukan cara transaksi narkoba yang selama ini terjadi

    di masyarakat. Cara transaksi narkoba tersebut dapat dikategorikan 4 cara, yaitu:

    Pertama, face to face (adu banteng), dilakukan dengan cara bertemu langsung

    antara bandar dengan pembeli. Kedua, transaksi melalui kurir, melibatkan pihak

    ketiga untuk mengantarkan narkoba dari bandar kepada pembeli. Seringkali

    melibatkan anak-anak dengan imbalan uang. Ketiga, pembelian langsung ke

    lokasi peredaran narkoba. Keempat, sistem Tempel (sistem ranjau). Pembeli

    memesan narkoba dengan cara menelpon ataupun sms yang berisi jenis dan

    jumlah barang kepada bandar tanpa harus bertemu langsung. Kelima, sistem

    lempar lembing. Jenis ini ditemukan pada transaksi narkoba di penjara/lapas.

    Dari ke empat cara transaksi tersebut, dapat terlihat gambaran mengenai

    kemudahan mengakses narkoba serta kompleksnya dunia narkoba yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    melibatkan masyarakat umum termasuk anak-anak (Badan Narkotika Nasional,

    2014).

    Setelah mengetahui latar belakang mengenai kedaruratan narkoba,

    selanjutnya akan dibahas mengenai gambaran secara umum lingkungan pengguna

    narkoba.

    C. Gambaran Dunia Pengguna Narkoba

    Narkoba dapat memberi efek seperti mengurangi rasa nyeri, menimbulkan

    euphoria, berkurangnya kesadaran, sensasi merasa melayang dan memperkuat

    daya tahan tubuh (Suci, et al., 2015). Efek-efek ini turut mendorong pengguna

    untuk terus mencoba menggunakan narkoba sampai pada tahap kecanduan, yaitu

    timbul rasa „nagih‟ akan narkoba dan bila tidak segera memakai narkoba

    pengguna akan mengalami sakaw. Pecandu Narkoba yang telah direhabilitasi

    memiliki tingkat keinginan untuk relapse atau menggunakan Narkoba kembali

    sangat tinggi. Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, Usman Suryakusuma mengatakan

    bahwa pecandu Narkoba yang sudah menjalani rehabilitasi, berpotensi besar

    kembali mengkonsumsi Narkoba yaitu sekitar 80% (Anggriawan, 2013).

    Pada tahun 2008 data relapse mencapai 90%. Selain itu, berdasarkan data dari

    Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO), penyalah guna Narkoba dalam kurun

    waktu lima tahun antara tahun 2009-2013 separuhnya adalah penyalah guna lama.

    Pada tahun 2013 terdapat 65,17 % pasien rawat jalan dan rawat inap penyalah

    guna Narkoba di RSKO adalah penyalah guna Narkoba dengan status pengguna

    lama (RI Kementerian Kesehatan, 2014). Kesemuanya ini mengindikasikan

    bahwa upaya rehabilitasi bagi pecandu Narkoba tidak selalu berhasil dilakukan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Di sisi lain, informasi yang diperoleh dari salah satu petugas rehabilitasi

    pecandu Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra, Yogyakarta mengatakan bahwa

    hampir tidak pernah ada pecandu Narkoba yang datang sendiri untuk minta

    direhabilitasi. Umumnya mereka datang ke tempat rehabilitasi karena paksaan

    orang tua atau pihak yang berwajib, atau juga rujukan dari rumah sakit. (Prasetyo,

    wawancara personal, maret 2015). Hal ini menggambarkan bahwa pada awal

    rehabilitasi pecandu Narkoba tersebut melakukannya karena dorongan dari pihak

    lain, atau untuk menghindari hukuman penjara. Beberapa dari pecandu Narkoba

    mencoba berusaha melarikan diri pada awal-awal masa rehabilitasi.

    Secara umum, apabila seseorang mendengar tentang pecandu narkoba, yang

    terlintas dalam pikiran masyarakah secara umum adalah pelaku kriminal, aib

    keluarga, jauhi mereka. Majalah Sinar edisi III (2014) menuliskan demikian,

    “stigma negatif masyarakat terhadap pecandu narkoba menyebabkan mereka (dan

    atau keluarga) enggan mengakui dirinya adalah pecandu narkoba. Di samping itu,

    banyak di antara kita yang masih menganggap pecandu merupakan tindak

    kriminal yang harus dihukum pidana”. Pandangan negatif inilah yang justru

    memperkeruh keadaan, di mana si pecandu yang tidak mau mengakui dirinya

    adalah pecandu akan menutup diri dari bantuan orang lain demikian juga dengan

    keluarga yang justru menutupi keadaan anggota keluargannya.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syaiful dan Dearly (2015), diketahui

    bahwa keluarga memiliki peran penting dalam proses resiliensi pecandu narkoba

    dalam mengikuti program rehabilitasi. Dengan dukungan dari keluarga, maka

    pecandu akan memiliki semangat untuk terus bangkit dan melanjutkan hidup saat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    terjadi sesuatu yang sulit. Hal inni sesuai dengan hasil penelitian Aztri & Miliia

    (2013) bahwa dukungan keluarga dalam menjalani rehabilitasi besar peranannya

    dalam keberhasilan proses pemulihan. Dalam penelitian Aztri dan Milla, juga

    ditemukan beberapa orang tua yang justru memukul anaknya ketika mengetahui

    anaknya menggunakan narkoba.

    D. Berbagai Penanganan yang Ada

    Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani adalah dengan adanya

    Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

    Narkoba (P4GN) (Badan Narkotika Nasional, 2015a). Program ini dilakukan oleh

    Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN yang adalah lembaga lembaga

    pemerintah non kementerian yang memiliki tugas pokok dan fungsi dalam

    menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional terkait penanganan masalah

    Narkotika di Indonesia (BNN, 2015). Dengan demikian segala bentuk rehabilitasi

    baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta secara umum akan mengacu

    pada program yang direkomendasikan oleh BNN, meskipun ada beberapa tempat

    rehabilitasi yang menggunakan metode tersendiri.

    Sebagai Badan khusus, BNN telah melakukan berbagai kebijakan dalam

    menghadapi narkoba, di antaranya melakukan tindakan preventif (pencegahan),

    Represif (Penindakan), dan Kuratif (Penyembuhan). Dalam tindakan preventif,

    tindakan yang dilakukan BNN antara lain mengadakan lokakarya, workshop,

    halaqoh, pagelaran, dan lain sebagainya yang mengajak masyarakat untuk

    menghindari narkoba. Sedangkan dalam tindakan kuratif, BNN melakukan

    investigasi dan penangkapan terhadap gembong narkoba dan pengedarnya, yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    beritanya sering dimuat dalam berita diberbagai media massa. Selanjutnya dalam

    tindakan preventif, BNN mendirikan tempat rehabilitasi yang tersebar di berbagai

    provinsi di Indonesia (BNN, 2015). Umumnya di dalam sebuah panti rehabilitasi

    melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti Pekerja Sosial, Konselor Adiksi,

    Psikiater, Dokter Umum, Psikolog dan juga Perawat. Masing-masing memegang

    peran penting dalam mendampingi proses rehabilitasi.

    Beberapa jenis terapi yang umum digunakan dalam penanganan pecandu

    narkoba di antaranya adalah menggunakan terapi agama, narcotics anonymous,

    terapi rumatan metadon dan therapeutic community. Dalam Penelitian Fajriah

    (2016), dikatakan bahwa terapi agama semua bentuk kegiatannya berpatokan pada

    ajaran agama yang dianut. Rehabilitasi dengan terapi agama bertujuan untuk

    membantu memperbaiki sisi rohani pecandu dengan mengajarkan mengenai hidup

    rohani serta melakukan berbagai ritual keagamaan secara intensif. Dengan terapi

    ini pecandu akan mengalami pengalaman rohani yang berbeda dan semakin dekat

    dengan Tuhan, sehingga diharapkan munculnya kesadaran untuk kembali pada

    jalan yang benar. Berbeda dengan terapi narcotics anonymous memiliki prinsip

    utama kejujuran dan keterbukaan serta kemauan untuk sembuh dalam proses

    rehabilitasinya. Pada terapi ini pecandu diajak untuk menciptakan lingkungan

    kekeluargaan yang saling mencintai satu sama lain dengan menerapkan prinsip 12

    langkah. Para pecandu berkumpul secara intensif untuk berbagi dan menerapkan

    12 langkah hidup yang sangat berguna untuk proses kesembuhan dalam

    keseharian mereka (Fajriah et al. 2016).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    Selanjutnya adalah terapi rumatan metadon. Terapi metadon hanya

    dikhususkan bagi pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik yaitu heroin

    atau putau (Rivany, 2010). Terapi ini dilakukan dengan cara mengganti heroin

    dengan metadon yang bersifat cair menyerupai sirup dengan dosis yang telah

    disesuaikan dan berangsur-angsur berkurang. Pengguna harus rutin ke tempat

    rehabilitasi untuk mendapatkan metadon supaya pengguna tidak mengalami

    sakaw. Dengan demikian pecandu diharapkan tidak lagi menggunakan jarum

    suntik yang membahayakan pecandu terhadap bahaya penyakit menular seperti

    HIV/AIDS (Rivany, 2010).

    Terapi lainnya adalah therapeutic community. Dalam pelaksanaannya

    treatment yang digunakan dalam terapi ini ialah pendekatan psikososial, yang

    bertujuan untuk memperbaiki kondisi mental dan psikologis pecandu (Winanti,

    2008). Pencandu narkoba bersama-sama hidup dalam suatu lingkungan dan saling

    membantu untuk mencapai kesembuhan. Aktivitas-aktivitas yang ada dalam terapi

    ini dirancang untuk membantu pencandu narkoba untuk menguji belief, konsep

    diri dan pola perilaku yang salah serta mengadopsi cara baru yang lebih harmonis

    dan konstruktif dalam berinteraksi dengan orang lain (Gani, 2013).

    Setelah mengetahui mengenai berbagai macam jenis metode rehabilitasi bagi

    pengguna narkoba, selanjutnya akan dibahas secara khusus mengenai metode

    rehabilitasi therapeutic community. Diantara beberapa jenis rehabilitasi yang ada,

    Therapeutic Community peneliti pilih sebagai subjek penelitian karena program

    ini secara umum dipakai oleh lembaga rehabilitasi milik Pemerintah, baik BNN

    maupun PSPP milik Kementerian Sosial. Beberapa rehabilitasi diluar pemerintah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    juga menggunakan therapeutic community sebagai acuan proses rehabilitasinya.

    Berikut penjelasan mengenai therapeutic community.

    E. Therapeutic Community

    Therapeutic Community (TC) merupakan salah satu dari jenis program

    rehabilitasi yang lazim digunakan diberbagai tempat rehabilitasi terutama

    rehabilitasi milik pemerintah. Dalam Restiana (2015) dikatakan bahwa TC

    merupakan program rehabilitasi narkoba yang pertama diterapkan oleh

    pemerintah pada tahun 1998 yang nantinya memunculkan salah satu tempat

    rehabilitasi yang cukup besar yaitu PSPP Galih Pakuan Bogor. Seiring

    berjalannya waktu, program ini mulai dipakai di berbagai tempat rehabilitasi yang

    ada di Indonesia. Dalam bidang penelitian, salah satu pelopor TC adalah George

    De Leon, yang banyak melakukan riset dan menerbitkan panduan mengenai

    konsep TC (Restiana, 2015). Konsep TC menurut De Leon inilah yang peneliti

    gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Konsep De Leon dipilih karena

    konsep TC De Leon merupakan konsep yang umum dipakai diberbagai

    rehabilitasi yang menggunakan TC di Indonesia.

    Dalam TC para pecandu didampingi oleh konselor adiktif yang juga pernah

    menjadi seorang pecandu. Motto terapi ini adalah “Man helping man to help

    himself”, harapannya mereka bisa saling membantu sesama pecandu yang secara

    tidak langsung membantu proses pemulihan dirinya sendiri. Terapi ini dilakukan

    di rumah rehabilitasi dalam jangka waktu yang relatif panjang sampai pecandu

    dalam keadaan pulih. Teori yang mendasari terapi ini adalah pendekatan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    behavioral, adanya reward dan punishment dalam mengubah perilaku dengan

    kelompok sebagai media pengubahan perilaku tersebut (Winanti, 2008).

    Menurut De Leon, secara umum proses tahapan dalam program TC meliputi

    beberapa tahapan berikut:

    1) Entry Unit (Tahap Orientasi)

    Merupakan fase perkenalan dan orientasi sebelum memasuki

    program Induction, terdiri dari para residen baru yang nantinya akan

    mengikuti proses pelayanan terapi dan rehabilitasi. Pada tahap ini residen

    diharapkan dapat menenangkan diri dan menyadari keberadaan dan

    keadaan dirinya, untuk dapat menjalankan kegiatan terapi dan

    rehabilitasi.

    2) Primary Stage

    Tahap ini ditujukan bagi perkembangan sosial dan psikologis

    residen. Dalam tahap ini residen diharapkan melakukan sosialisasi,

    mengalami pengembangan diri, serta meningkatkan kepekaan psikologis

    dengan melakukan berbagai aktivitas dan sesi terapi yang telah

    ditetapkan. Primary terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:

    Fase Induction (tingkat awal), yaitu fase perkenalan dan orientasi.

    Fase Younger Member (tingkat intensif). Residen mulai mengikuti

    program dengan proaktif yang ditetapkan oleh lembaga rehabilitasi.

    Fase Middle Member (tingkat pembelajaran). Residen mulai

    bertanggung jawab pada sebagian operasional panti dan lembaga,

    membimbing younger member dan induction.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Fase Older Member (tingkat pemantapan). Residen sudah

    bertanggung jawab pada staf dan lebih bertanggung jawab terhadap

    keseluruhan operasional panti atau lembaga serta bertanggung jawab

    terhadap junior.

    3) Re-entry Stage

    Re-entry merupakan program lanjutan setelah Primary. Program Re-

    entry memiliki tujuan untuk memfasilitasi residen agar dapat

    bersosialisasi dengan kehidupan luar setelah menjalani perawatan di

    Primary.

    4) Aftercare

    Program yang ditujukan bagi eks-residen/alumni. Program ini

    dilaksanakan di luar panti dan diikuti oleh semua angkatan di bawah

    supervisi dari staf re-entry. Tempat pelaksanaan disepakati bersama.

    Dalam penerapannya, waktu yang diperlukan dalam rehabilitasi berbeda-beda

    dalam sebuah tempat rehabilitasi. Diantara beberapa tempat rehabilitasi yang

    menggunakan TC sebagai program rehabilitasi, peneliti memilih Rehabilitasi

    Kunci Nandan Yogyakarta sebagai tempat melakukan penelitian. Tempat ini

    dipilih karena peneliti tertarik pada tertarik pada lembaga non pemerintah yang

    menerapkan TC sebagai program rehabilitasinya. Tentunya akan ada hal baru

    yang dapat ditemukan mengingat sarana dan prasarana yang ada tentunya sangat

    berbeda dengan lembaga besar milik pemerintah yang juga menerapkan TC.

    Berdasarkan informasi yang dimuat dalam Blog Rehabilitasi Kunci Nandan

    Yogyakarta (Setara, 2007), diketahui bahwa pendampingan rehabilitasi dilakukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    umumnya selama enam bulan. Dalam proses tersebut pecandu memiliki jadwal

    harian yang sudah disusun yang meliputi pendidikan, konseling individual,

    metode modifikasi pelaku, pengetahuan tentang psikologi dasar, pengetahuan

    mengenai adiksi beserta dunia adiksi itu sendiri. Selain itu ada juga peer

    confrontation, encounter group serta 12 langkah dari Alcoholics

    Anonymous/Narcotics Anonymous.

    F. Keunggulan Penelitian

    Penelitian mengenai narkoba secara umum sudah banyak dilakukan dan

    mudah ditemukan, namun penelitian mengenai TC sendiri masih terbatas,

    terutama dalam penelitian mengenai pelaksanaan program TC itu sendiri.

    Penelitian yang ada di antaranya ialah seperti penelitian Ulfah (2011) menemukan

    bahwa TC dapat mengubah tingkah laku residen lebih baik, membantu

    mengontrol emosi serta meningkatkan kepercayaan diri.

    Restiana (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa TC dipandang

    mampu mengubah aspek kognitif, afektif, sikap dan perilaku serta spiritual

    residen menjadi lebih baik. Selain itu, TC juga merupakan tempat pendidikan

    karakter bagi pecandu. Di dalam TC terdapat pembinaan sifat dan kepribadian,

    kekeluargaan, keagamaan serta pengolahan emosi. Selain itu juga ditemukan

    faktor pendukung keberhasilan terapi seperti semangat dan kerja keras pekerja

    sosial, motivasi untuk sembuh dari residen, keterbukaan, dan dukungan

    pemerintah. Ditemukan juga faktor penghambat terapi seperti jumlah pekerja

    sosial yang minim, tidak adanya wisma tamu serta keluarga yang tidak berperan

    aktif dalam mendukung residen (Nurhuda, 2015). Selain itu, penggunaan narkoba

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    akan berdampak pada kemampuan kognitif, fisik dan emosi yang akan menurun

    (Ardiantina, 2016). Setelah manggunakan narkoba, laki-laki ini merasa bahwa

    sifat pelupa yang dimilikinya semakin parah. Dia mudah lupa mengenai barang-

    barang yang ditaruhnya. Tubuhnya pun terbilang kurus akibat penggunaan

    narkoba dan terdapat tato permanen di kaki dan tangannya. Selain itu, dia juga

    akhirnya harus menikah setelah mengikuti Ujian Nasional SMA karena

    menghamili wanita. Sampai akhirnya dia masuk ke Rumah Sakit Jiwa selama lima

    hari dan selanjutnya dialihkan ke tempat rehabilitasi.

    Beberapa penelitian yang disebutkan sebelumnya umumnya hanya menggali

    mengenai gambaran program TC mengenai kelebihan dan kekurangan terapi

    tersebut. Penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan terapi TC juga pernah

    dilakukan, namun belum ditemui penelitian mengenai perbandingan konsep terapi

    TC yang berjalan di Indonesia dengan konsep TC menurut pendiri atau

    pelopornya, dalam hal ini TC menurut George De Leon.

    Selain hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti akan memperhatikan

    komposisi sumber data penelitian dalam melakukan evaluasi, sehingga data yang

    dihimpun lebih komprehensif. Strategi proses evaluasi merujuk pada evaluasi

    formatif guna melihat dinamika proses program TC serta melihat kekurangan dan

    kelebihannya progam sebagai upaya peningkatan kualitas program TC.

    Michael Quinn Patton dalam bukunya (2009) menyatakan bahwa penelitian

    evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal

    berjalannya suatu program. Dalam penelitian evaluasi, pendekatan yang dilakukan

    tetap menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif sendiri menekankan pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    kedalaman dan kerincian (Patton, 2009). Dengan demikian penelitian evaluasi

    tepat digunakan untuk melihat perkembangan program TC.

    G. Rumusan Permasalahan

    Peneliti mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut: Dari 5,9 juta

    jiwa pengguna narkoba, baru sekitar 18.000 jiwa yang dapat mengikuti program

    rehabilitasi narkoba. Sedangkan pengguna narkoba yang telah mengikuti program

    rehabilitasi narkoba, justru ada sekitar 80% yang kembali menggunakan narkoba

    (relapse). Di samping itu, belum ada evaluasi mengenai perbandingan konsep

    Therapeutic Community menurut De Leon dengan konsep Therapeutic

    Community yang digunakan di Indonesia, yang notabene merupakan salah satu

    jenis terapi yang umum dipakai di Indonesia terlebih dalam lembaga resmi seperti

    BNN.

    H. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian tentang narkoba ini terbatas pada salah satu program penyembuhan

    pecandu narkoba yaitu program Therapeutic Community yang juga terbatas pada

    satu tempat rehabilitasi yaitu Rehabilitasi Kunci Nandan, Yogyakarta yang juga

    terbatas pada beberapa orang subjek dalam pengambilan datanya.

    I. Tujuan

    Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan, maka tujuan yang ingin

    dicapai dalam penelitian ini adalah mengevaluasi sejauh mana Therapeutic

    Community di Panti rehabilitasi Kunci Nandan mengikuti teori Therapeutic

    Community yang di gunakan oleh George De Leon.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    J. Pertanyaan Penelitian

    Sejauh mana perspektif dan pendekatan Therapeutic Community di

    Rehabilitasi Kunci Nandan sejalan dengan perspektif dan pendekatan Therapeutic

    Community yang dikemukakan oleh George De Leon?

    K. Manfaat

    Penelitian ini diharapakan memberikan manfaat bagi:

    Panti Rehabilitasi : 1.

    a. Bagi Staf Konselor/Pendamping

    Bagi staf pendamping, hasil penelitian ini diharapkan memberi

    informasi evaluasi bagi staf konselor/pendamping program

    Therapeutic Community dalam proses dinamika berjalannya program

    bersama dengan pecandu narkoba sehingga pendampingan menjadi

    lebih baik.

    b. Bagi pengguna narkoba

    Bagi pengguna narkoba, dengan adanya evaluasi program

    Therapeutic Community, diharapkan bisa memperoleh pendampingan

    yang lebih tepat dari pendamping dalam pendampingan selanjutnya

    sehingga proses pemulihan/kesembuhan dapat dirasakan dengan baik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Akademisi : 2.

    a. Bagi Ilmu Psikologi

    Bagi bidang ilmu Psikologi, penelitian ini hendaknya memberikan

    informasi ilmiah mengenai dinamika program Therapeutic Community,

    sehingga bisa menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

    b. Bagi Ilmu Evaluasi

    Bagi ilmu evaluasi penelitian ini kiranya menambah literatur

    penelitian evaluasi selanjutnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Pengantar

    Pada bagian ini, peneliti akan menjabarkan menganai dinamika pengguna

    narkoba terutama dari segi dinamika pengguna narkoba, TC, serta bagaimana

    gambaran TC di beberapa tempat rehabilitasi yang ada di Indonesia. Berikut

    penjabarannya.

    B. Dinamika Pengguna Narkoba

    Banyaknya jenis efek yang dapat dirasakan dari narkoba tentunya menjadi

    daya tarik bagi pecandu. Faupel, Horowitz, dan Weaver (2010, dalam Suci et al.,

    2015) menyatakan ada empat pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat

    dinamika pengguna narkoba yaitu pendekatan natural, biologis, psikologis dan

    sosiologis. Pendekatan natural hanya mampu menjelaskan saat pertama kali orang

    menggunakan narkoba sebagai dorongan universal, namun tidak bisa menjelaskan

    mengapa seseorang mengalami adiksi. Sedangkan pendekatan biologis

    menjelaskan sebaliknya dari pendekatan natural, hanya mampu menjelaskan

    mengapa seseorang mengalami adiksi. Selanjutnya Faupel et al (2010)

    memaparkan bahwa pendekatan psikologis mampu menjelaskan perilaku narkoba

    dengan teori psikoanalisa, kepribadian dan perilaku (behavioral). Namun lebih

    lanjut menurut Faupel et al (2010), pendekatan sosiologis lebih kaya dalam

    menjelaskan perilaku sosial pengguna narkoba, baik saat pertama kali

    menggunakan maupun sesudah mengalami adiksi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Lebih lanjut, Goode (dalam Suci et al., 2015) berpendapat bahwa penjelasan

    psikologis cenderung melihat perbedaaan karakter individu pengguna serta

    kecenderungan umum manusia yang akan mengulangi pengalaman

    menyenangkan dan menghindari pengalaman yang menyakitkan. Terkait karakter

    individu, penjelasan psikologis mengasumsikan bahwa pengguna narkoba adalah

    mereka yang mengalami masalah-masalah emosi atau mental tertentu yang

    menggunakan narkoba sebagai pelarian. Namun pada kenyataannya, sering

    ditemukan pengguna narkoba yang berasal dari keluarga yang baik dan ia sendiri

    memiliki kepribadian yang stabil, dan juga faktor genetis dan metabolisme yang

    normal.

    Dalam Suci et al., (2015) mengatakan bahwa untuk dapat memahami

    fenomena pecandu narkoba, tidak dapat menggunakan sudut pandang tertentu

    seperti psikologis maupun biologis saja. Pendekatan sosial baik psikologi sosial

    maupun sosiologi serta ditambah lagi pendekatan farmakologis dipandang lebih

    relevan digunakan untuk melihat fenomena ini secara lebih lengkap. Menurut

    Goode (dalam Suci et al., 2015) pendekatan farmakologis penting diketahui untuk

    menjelaskan perbedaan setiap zat dan efek obat pada tubuh. Dengan demikian

    dapat dipahami orang memilih zat tertentu serta kaitannya dengan konteks sosial

    tertentu. Sebagai contoh, mayoritas pengguna narkoba adalah kelompok pekerja

    yang mengkonsumsi sabu-sabu untuk meningkatkan stamina sehingga mampu

    bekerja tanpa lelah. Stimulan ini juga digunakan untuk keperluan rekreasional,

    seperti untuk meningkatkan rasa percaya diri dan dianggap gaul saat di clubbing.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Alfred Lindesmith (dalam Suci et al., 2015) menemukan dalam penelitiannya

    bahwa kecanduan atau ketergantungan narkoba tidak ada kaitannya secara

    langsung dengan stress, tetapi lebih pada kesadaran untuk mengkonsumsi zat yang

    mampu memberi reaksi yang diinginkannya. Menurut Lindesmith, kecanduan atau

    adiksi adalah perlilaku yang secara sengaja dilakukan secara berulang-ulang

    karena individu sadar akan efek yang ditimbulkannya. Kecanduan tidak selalu

    ditandai dengan munculnya gejala putus zat atau sakaw. Kecanduan ini oleh

    Weinberg disebut kecanduan psikologis, misalnya pada pengguna kokain dan

    ganja. Kokain dan ganja bila dikonsumsi dalam dosis tertentu akan menimbulkan

    kecanduan namun tidak memunculkan gejala sakaw. Contoh kecanduan

    psikologis yang umum adalah kecanduan merokok, judi, seks, video porno,

    makanan, gadget, games dan kecanduan lain yang sifatnya lebih pada perilaku.

    Dengan demikian dalam penerapannya penelitian ini menggunakan

    pendekatan psikolog dan sosial dalam memahami fenomena yang terjadi pada TC.

    C. Therapeutic Community

    Berdasarkan buku pedoman teknis rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan

    napza (Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta, 2014), penjelasan tentang TC

    disebutkan demikian:

    Terapi Komunitas atau Therapeutic Community (TC) adalah suatu program

    rehabilitasi bagi para pecandu Napza, di mana dibentuk suatu komunitas yang

    positif di lingkungan yang teratur dan terkoordinir dengan kegiatan-kegiatan yang

    menunjang perubahan secara fisik dan terutama mental. Suatu metode rehabilitasi

    sosial yang ditujukan kepada korban penyalahgunaan Napza yang merupakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    sebuah “keluarga” terdiri atas orang-orang yang mempunyai masalah dan tujuan

    yang sama, yaitu menolong diri sendiri dan sesama mereka sehingga terjadi

    perubahan tingkah laku dari yang negatif ke arah tingkah laku yang positif.

    Program rehabilitasi yang ditujukan pada pecandu narkoba baru muncul pada

    tahun 1960 di Amerika Serikat sebagai respon terhadap pergolakan yang terjadi

    tentang permasalahan sosial dan kesehatan yang menjadi masalah utama pada saat

    itu. Pada tahun 1960-1970-an muncul fasilitas-fasilitas yang mendukung program

    rehabilitasi, hal ini menandai bahwa mulai muncul pemahaman tentang perbedaan

    antara penyalahguna narkoba dan pecandu narkoba, serta perlunya pengobatan

    secara efektif. Ada tiga jenis pengobatan yang muncul dalam menangani

    penyalahguna narkoba, yaitu program rawat jalan bebas narkoba, program terapi

    metadon dan program jangka panjang yaitu program hunian bebas narkoba yang

    disebut Therapeutic Community (TC).

    TC telah berkembang sejak tahun 1963 dengan didirikannya Daytop Village

    di New York, Amerika Serikat. Metode ini terus mengalami perkembangan dalam

    penerapannya, dan telah berkembang di berbagai negara. Di berbagai negara TC

    tidak hanya untuk kasus kecanduan narkoba, namun juga diberlakukan pada kasus

    kecanduan alkohol serta perilaku kekerasan. Teori yang mendasari terapi ini

    adalah pendekatan behavioral yaitu berlakunya sistem reward dan punishment

    guna mengubah perilaku (Winanti, 2008).

    Sebenarnya cikal bakal TC sudah muncul sejak awal tahun 1900an.

    Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Nanang Rekto Wulanjaya yang

    dilakukan oleh Restiana (2015), diketahui sejarah singkat TC sebagai berikut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    Konsep TC pada mulanya dibentuk oleh para Psikiater di Amerika pada tahun

    1911. Setelah itu berdiri program Synanon, yang memadukan dua pendekatan

    yaitu pendekatan Psikiater dan Psikolog. Dasar dari program Synanon ini adalah

    morning meeting, encounter dan sharing circle, dengan asumsi tidak hanya

    pecandu saja yang terlibat, namun juga orang tua atau keluarga. Mereka

    melakukan konseling keluarga atau family support group. TC mulai masuk ke

    Asia melalui Negara Malaysia sekitar tahun 1990an, yang dipelopori oleh

    beberapa tokoh seperti Muhammad Fadli Yatkan Yunus, Muhamman Sammah

    dan satu tokoh dari Negara Singapura yaitu Fadhillah Abdul Qoyyum. Program

    TC mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1998 melalui program Colombo Plan

    dan diperkenalkan ke Departemen Sosial oleh ibu Melanie. Dengan dibantu oleh

    Negara Malaysia dan Singapura, akhirnya Departemen Sosial Indonesia

    melakukan pelatihan TC pertama. Titian Respati merupakan lembaga TC pertama

    di Indonesia. Tokoh awal TC ini adalah Gambit, Ibu Melanie, Bro Ridho dan Bro

    Robi. Dua orang terakhir ini juga yang mendirikan PSPP Galih Pakuan Bogor dan

    menjadi pusat pembelajaran TC. Tokoh fenomenal sebagai penggagas TC secara

    akademik adalah profesor George De Leon, Profesor Yallom dan Profesor Andrea

    Ballet. Sedangkan perintis dan pengembang TC adalah Dr. Thomas Forrest Main,

    Dennie Brigggs, Dr. Wilmer, Maxwell dan neville.

    Program TC terbentuk dari kesadaran bahwa pengguna narkoba adalah orang

    yang memiliki bantuan secara sosial. Karena itu dalam pelaksanaannya program

    ini selalu melibatkan komunitas, tentunya keterlibatan individu juga harus aktif di

    dalamnya. Ada sebuah pepatah dalam TC, yaitu “Only you can do it, but you can‟t

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    do it alone.” Karena Program TC menggunakan pendekatan sosial maka

    pendamping atau praktisi tidak harus memiliki kemampuan dalam bidang medis.

    Selain itu staf TC umumnya terdiri dari berbagai latar belakang, seperti mantan

    pecandu narkoba (staf adiktif), aktifis sosial dan profesional kesehatan. Pembeda

    utama antara program TC dengan pendekatan lainnya adalah keterlibatan

    komunitas yang dominan dalam proses pertumbuhan dan perubahan individu.

    Berdasarkan buku pedoman teknis rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan

    napza, terdapat 4 struktur dan 5 pilar yang terdapat dalam program. Ke empat

    struktur tersebut yaitu:

    - Pembentukan tingkah laku,

    - Pengendalian emosi dan psikologis,

    - Pengembangan pemikiran dan kerohanian,

    - Serta keterampilan kerja,

    - Bersosial dan bertahan hidup.

    Selanjutnya, ke lima pilar yang ada dalam program yaitu:

    - Konsep kekeluargaan,

    - Tekanan rekan sebaya,

    - Sesi terapi,

    - Sesi keagamaan

    - Keteladanan.

    Berdasarkan De Leon (2000), yang adalah pelopor utama TC, dalam bukunya

    yang berjudul Therapeutic Community, Theory, Model, and Method, menuliskan

    bahwa ada 4 aspek penting dalam TC yang membedakannya dengan jenis terapi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    lainnya. Keempat aspek tersebut ialah pandangan tentang penggunaan narkoba,

    pandangan tentang manusia pengguna narkoba, pandangan tentang pemulihan dan

    hidup yang tepat, serta tentang pendepaktan komunitas. Dengan berpedoman pada

    ke empat aspek tersebut, maka proses terapi dengan metode TC diharapkan

    penanganan terhadap pecandu narkoba dapat tepat sasaran dan bisa membuat

    pengguna narkoba pulih kembali dan dapat berfungsi kembali di tengah

    masyarakat.

    Keempat aspek tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

    Tabel 1.

    Silabus tentang 4 Aspek dalam Therapeutic Community

    No Aspek Sub aspek Indikator

    1 Pandangan

    tentang

    penggunaan

    narkoba

    Profil klinis Hidup dalam krisis,

    Ketidakmampuan untuk menjaga

    abstinence (pantang terkait narkoba)

    Disfungsi sosial dan antar pribadi,

    Gaya hidup anti sosial.

    Gangguan terhadap

    manusia secara

    menyeluruh.

    Personal, bukan tentang narkoba

    Sumber gangguan

    Ikut bertanggung jawab terhadap

    gangguan

    Pasien, Klien, Anggota dan Informan

    Pandangan terhadap

    konsep biomedis

    Detoksifikasi

    Sakaw

    Pengaruh narkoba yang spesifik

    Farmakoterapi

    Kecenderungan psikologis.

    (Psychologgical predisposition to drug

    abuse)

    Penyakit secara medis, gangguan dan

    penyakit masyarakat.

    Gen, otak dan kecanduan

    2 Pandangan

    tentang

    manusia

    Karakteristik

    kognitif dan perilaku

    Kurangnya kesadaran

    Pengambilan keputusan yang keliru

    Kurangnya wawasan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    No Aspek Sub aspek Indikator

    pengguna

    narkoba

    Kemampuan penelitian kenyataan

    yang buruk

    habilitasi

    Karakteristik

    perseptual

    Kepercayaan diri yang rendah

    Jati diri yang negatif

    Ciri-ciri emosional Kurang bisa menoleransi

    ketidaknyamanan

    Rasa bersalah

    Permusuhan dan kemarahan

    Disforia dan kehilangan perasaan

    Pengelolaan emosional

    Pantangan dan emosi

    Ciri-ciri sosial Perlakuan khusus/istimewa

    Tanggung jawab konsistensi dan

    akuntabilitas.

    Rasa percaya

    Strategi mengatasi

    stress yang

    menyimpang

    Kebohongan dan manipalasi

    Mekanisme pertahanan diri

    Penyimpangan sosial

    Kepribadian adiktif

    3 Pandangan

    tentang

    pemulihan

    dan Hidup

    yang tepat

    Pandangan tentang

    pemulihan

    Sasaran pemulihan

    Membantu diri sendiri

    Motivasi, kesiapan dan komitmen dan

    pemulihan

    Pemulihan sebagai pembelajaran

    multidimensional

    Pemulihan sebagai proses

    perkembangan

    Relapse dalam pemulihan

    Penindakan sebagai sebuah episode

    Pandangan terhadap

    gaya hidup yang

    tepat

    Nilai –nilai moral

    Cara pandang terhadap diri sendiri dan

    perspektif sosial

    Prinsip-prinsip utama dari gaya hidup

    yang tepat

    Slogan-slogan pemulihan TC

    4 Pendekatan Komunitas dan Komunitas dan manusia secara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    No Aspek Sub aspek Indikator

    komunitas perspektif TC keseluruhan

    Komunitas dan disaffiliated

    Komunitas, identitas dan hidup yang

    benar

    Pembelajaran,

    penyembuhan dan

    budaya komunitas

    Penyembuhan dan pengajaran

    Budaya komunitas

    Filosofi dan bahasa

    Perayaan, tradisi dan ritual

    Kisah pribadi

    warisan

    Komunitas sebagai teater

    Komponen-

    komponen mendasar

    dari metode

    komunitas

    Komunitas sebagai konteks

    Harapan komunitas

    Penilaian komunitas

    Tanggapan komunitas

    Selanjutnya kita akan melihat bagaimana gambaran TC yang ada di beberapa

    tempat rehabilitasi di Indonesia.

    D. Terapi Komunitas di Indonesia

    Pada umumnya rehabilitasi untuk pecandu narkoba di Indonesia ada dua

    bagian, yaitu rehabilitasi yang dikelola langsung oleh pemerintah, dan rehabilitasi

    yang dikelola olah swasta. Pada pemerintah, proses penanganan narkoba dan

    rehabilitasi di kelola oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), yang memiliki Balai

    Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Indonesia di Bogor. Selain di balai

    pusat, BNN juga memiliki tempat rehabilitasi di berbagai provinsi di Indonesia,

    salah satunya adalah tempat rehabilitasi Lapas Klas II A Narkotika Yogyakarta,

    yang ada di daerah Pakem. Selain itu, pemerintah melalui Departemen Sosial juga

    memiliki tempat rehabilitasi Napza yang bernama Panti Sosial Pamardi Putra

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    (PSPP) salah satunya yang ada di daerah Bogor. selanjutnya salah satu tempat

    rehabilitasi yang dikelola oleh swasta ialah Rehabilitasi Kunci yang ada di daerah

    Nandan, Yogyakarta.

    Balai Besar Rehabilitasi BNN. 1.

    Balai ini terletak di desa Wates Jaya, Kecamatan Cigombong, Lido,

    Kabupaten Bogor. Balai besar ini merupakan satuan kerja mendiri BNN yang

    melaksanakan tugas pelayanan masyarakat berupa rehabilitasi penyalahguna

    dan/atau pecandu narkoba secara terpadu berdasarkan aspek medis, psikologis

    dan sosial. Balai ini mampu menampung 375 residen per 6 bulan. Dalam situs

    resmi BNN, dituliskan tentang tahap-tahap pemulihan pecandu narkoba.

    Tahap-tahap rehabilitasi terdapat 3 tahapan, yaitu pertama, tahap rehabilitasi

    medis, yaitu tahap di mana pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik

    maupun mental. Tahap kedua adalah tahap rehabilitasi non medis, yaitu

    pecandu mulai diikutkan dalam program rehabilitasi, di antaranya adalah

    program Therapeutic Community (TC), 12 Steps (dua belas langkah),

    pendekatan keagamaan dll. Tahap ketiga adalah tahap bina lanjut (after care),

    yaitu tahap di mana pecandu diberikan kegiatan sesuai dengan minat dan

    bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari, maupun kembali ke sekolah atau

    tempat kerja namun masih dalam pengawasan.

    Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Galih Pakuan Bogor, Departemen 2.

    Sosial RI

    Selain BNN, Departemen Sosial RI juga memiki panti rehabilitasi

    narkoba, salah satunya adalah PSPP Pakuan Bogor. Tempat rehabilitasi ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    menggunakan metode TC dalam pelayanan rehabilitasi yang dilakukan.

    Dalam situs resmi PSPP Galih Pakuan Bogor, TC digunakan dalam

    rehabilitasi karena dipandang mampu mencakup berbagai unsur-unsur

    psikologis, sosialkultural, dan kognitif. Di dalam program TC memiliki

    kegiatan-kegiatan terapeutic dengan beraliran kognitif behavioral yang

    menekankan pentingnya pengaruh dari pikiran atau kognisi, emosi atau

    keyakinan, dan juga perubahan perilaku.

    Meski diakui bahwa tidak ada satu jenis terapi yang cocok untuk semua

    residen penyalahguna Napza, namun TC dipandang cukup komprehensif

    karena mencakup aspek kognitif dan perilaku, yang di dalamnya terdapat

    pelayanan dalam aspek kesehatan, spiritual dan psikososial dalam membentuk

    perilaku demi pemulihan residen.

    Lapas Klas II A Narkotika Yogyakarta 3.

    Lapas Klas II A Narkotika ini terletak di Jalan Kaliurang, KM 17, Pakem.

    Mamiliki kapasitas standar 474 orang. Saat ini lapas ini dihuni oleh

    narapidana yang seluruhnya berhubungan dengan Narkotika. Tempat ini

    bekerja sama menjalin kerjasama dengan RS. Grhasia, RS. Sardjito, dan LSM

    yang memiliki konsentrasi pada bidang kesehatan khususnya narkotika. Salah

    satu program rehabilitasi yang dipakai adalah TC. Berdasarkan informasi saat

    penulis berkunjung ke tempat ini, metode rehabilitasi yang digunakan

    tidaklah murni menggunakan TC. Selain TC, terdapat terapi alternatif yang

    digunakan seperti terapi energi, terapi dzikir, rukyah dan sholat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Rehabilitasi Kunci Nandan Yogyakarta 4.

    Rehabilitasi Kunci Nandan ini beralamat di desa Nandan, Sriharjo-

    Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Tempat rehabilitasi ini di kelola oleh para

    Bruder Kongregasi Karitas (FC). Lokasi tempat rehabilitasi ini menempati

    bekas lahan dan gedung novisiat Bruder-bruder Karitas dan dikelola oleh

    Bruder Karitas dibawah naungan Keuskupan Agung Semarang. Rehabilitasi

    ini menggunakan TC sebagai proses rehabilitasinya.

    Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa TC sudah banyak

    digunakan sebagai metode terapi bagi pengguna narkoba di berbagai tempat

    rehabilitasi, terutama di tempat rehabilitasi milik pemerintah, baik yang

    bernaung dibawah Badan Narkotika Nasional maupun Departemen Sosial.

    Setelah melihat dinamika pengguna narkoba dan gambaran TC di Indonesia,

    maka selanjutnya akan dijelaskan mengenai kerangka konseptual awal

    mengenai penelitian ini.

    E. Kerangka Konseptual Awal

    Penggunaan narkoba bukanlah sebuah sumber permasalahan pokok dalam

    diri pengguna narkoba. Narkoba adalah sebuah bentuk pelarian atau pilihan akibat

    dari tidak matangnya individu sebagai pribadi. Oleh karena itu rehabilitasi

    dilakukan selain bertujuan untuk menghentikan penggunaan akan narkoba, juga

    untuk membantu individu menjadi pribadi yang lebih baik, baik dalam perilaku,

    gaya hidup maupun kognitif. Oleh karena itu secara umum, sebuah tempat

    rehabilitasi yang menyediakan rawat inap dalam jangka waktu yang cukup lama,

    menggunakan model TC sebagai acuan rehabilitasinya. Hal ini seperti yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    dilakukan pihak BNN, PSPP, maupun pihak swasta seperti Panti Rehabilitasi

    Kunci Nandan.

    Keberhasilan sebuah rehabilitasi terhadap pengguna narkoba di tentukan oleh

    beberapa hal seperti adanya perubahan konsep diri ke arah yang lebih baik,

    memiliki kemampuan dalam pengendalian diri terutama terhadap dorongan

    menggunakan narkoba kembali, mampu menangani/menghadapi permasalah

    kehidupan dengan baik tanpa mengandalkan narkotika. Pada umumnya,

    keberhasilan sebuah program hanya tertuju pada menggunakan atau tidak

    menggunakan narkoba kembali. Apabila mantan pecandu kembali menggunakan

    narkoba, maka proses pengobatan melalui rehabilitasi dipandang gagal. Demikian

    juga sebaliknya, apabila mantan pecandu tidak kembali menggunakan narkoba

    dalam jangka waktu yang lama dan memiliki resistensi yang tinggi terhadap

    keinginan menggunakan narkoba, maka proses pengobatan melalui rehabilitasi

    dipandang berhasil.

    Metode TC, memiliki cara pandang dan langkah-langkah penanganan

    tersendiri terhadap residen. Oleh karena itu, peneliti membentuk kerangka

    konseptual awal mengenai metode TC yang digunakan dalam proses rehabilitasi.

    Konsep awal tersebut adalah sebagai berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Pengguna

    Narkoba Therapeutic

    Communtiy

    Residen memiliki

    resistensi yang tinggi

    Tidak menjadikan

    narkoba sebagai

    solusi

    Residen memiliki

    resistensi yang rendah

    Kembali menjadikan

    narkoba sebagai solusi

    Memilih tidak

    kembali

    menggunakan

    narkoba

    Memilih kembali

    menggunakan

    narkoba

    TC

    Berhasil

    l

    Gambar 1. Kerangka Konseptual Awal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    F. Kesimpulan Kajian Literatur

    Penggunaan metode TC dalam rehabilitasi seharusnya memiliki kesempatan

    yang besar untuk bisa membuat residen lebih resisten terhadap keinginan untuk

    menggunakan narkoba kembali. Sebab, dalam proses TC, residen diperbaiki dari

    dalam diri mereka, agar menjadi pribadi lebih yang lebih matang dan mampu

    berfungsi secara utuh, sehingga mereka mampu menghadapi segala masalah

    dengan kemampuan mereka sendiri bukan mengandalkan narkotika sebagai jalan

    keluar.

    Asumsinya apabila proses rehabilitasi hanya menghentikan kecanduan akan

    pemakaian sebuah zat tanpa adanya proses memperbaiki individu dari dalam,

    seperti memperbaiki perilaku, konsep diri, kognitif, maka individu tidak akan

    bertahan lama dalam masa tidak menggunakan obat. Sebaliknya apabila proses

    rehabilitasi selain menghentikan proses penggunaan narkoba juga memperbaiki

    individu dari dalam dirinya, seperti membentuk kembali konspep kognitif yang

    benar, memperbaiki perilaku, dan membangun konsep diri yang baik, maka

    individu mantan pengguna narkoba akan lebih mampu untuk menahan diri dari

    keinginan menggunakan narkoba.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pengantar

    Dalam metode penelitian ini, akan dipaparkan mengenai rancangan penelitian

    yang digunakan, informan yang terlibat dalam penelitian, fokus utama yang

    menjadi sasaran penelitian, serta prosedur yang akan dilalui dalam melakukan

    penelitian ini. Selain itu juga dijelaskan apa saja instrumen pengumpulan data

    yang peneliti gunakan. Di samping itu, dalam bab ini juga disebutkan refleksivitas

    peneliti yang bertujuan untuk menemukan hal-hal subyektif yang mungkin bisa

    menghambat proses penelitian.

    B. Rancangan Penelitian

    Penelitian dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Therapeutic Community di

    Panti Rehabilitasi Kunci Yogyakarta” ini menggunakan metode evaluasi formatif

    karena penelitian ini ingin mengetahui proses berjalannya program serta

    mengidentifikasi hambatan-hambatan yang terjadi sehingga dapat dilakukan

    perbaikan guna mendukung kelancaran pelaksanaan program. Dengan kata lain

    evaluasi formatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas program. Dalam

    prosesnya, penelitian ini tidak terlepas dari metode kualitatif demi menunjang

    pengumpulan data secara rinci dan mendalam (Patton, 2009).

    Penelitian evaluasi ini dilakukan dengan melibatkan informan dengan

    berbagai latar belakang yang berbeda. Evaluasi dilakukan menggunakan berbagai

    sudut pandang sehingga dapat dihimpun informasi yang lebih majemuk. Informasi

    yang majemuk dari berbagai latar belakang informan ini akan lebih memberi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    gambaran yang lengkap mengenai proses berjalannya program. Dengan demikian

    evaluasi ini bukan sekedar evaluasi biasa yang umumnya dilakukan dalam

    kepengurusan organisasi maupun lembaga.

    C. Informan Penelitian

    Dalam penelitian ini, informan penelitiannya adalah orang-orang yang terlibat

    dalam program TC di panti rehabilitasi Kunci Yogyakarta. Informan tersebut di

    antaranya meliputi koordinator panti rehabilitasi, staf pendamping pecandu

    narkoba, pecandu narkoba (residen) yang telah mengikuti program TC lebih dari 3

    bulan atau yang memasuki tahap akhir rehabilitasi. Pemilihan ketiga kelompok

    Informan tersebut dilakukan agar data yang diperoleh lebih akurat. Berikut rincian

    parisipan yang akan diteliti:

    Tabel 2.

    Rincian Informan

    D. Fokus penelitian

    Penelitian ini berfokus pada program rehabilitasi bagi pecandu narkoba, yaitu

    program rehabilitasi dengan metode TC. Dalam TC terdapat konsep pokok

    mengenai bagaimana TC memandang berbagai aspek tentang pengguna narkoba.

    Konsep pokok tersebut di antaranya adalah pandangan tentang pengguna narkoba,

    pandangan tentang manusia pengguna narkoba, pandangan tentang pemulihan dan

    cara hidup yang tetap, serta tentang pendekatan komunitas. Konsep pokok

    No Informan Jumlah Keterangan

    1 Koordinator 1 Pimpinan tertinggi di panti rehabitasi

    2 Staf pendamping 2 Konselor yang mendampingi residen

    sehari-hari

    3 Residen 2 Sudah memasuki masa akhir rehabilitasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    tersebut diambil dari konsep yang dipakai oleh George De Leon dalam bukunya

    The Therapeutic Community, Theory, Model and Method. Penelitian ini mencoba

    untuk melihat sejauh mana konsep pokok yang dipakai oleh George De Leon

    diterapkan dalam TC yang dipergunakan di Panti Rehabilitasi Kunci Nandan.

    E. Prosedur Penelitian

    Proses penentuan informan perlu dipertimbangkan bersama pihak Panti

    Rehabilitasi mengingat perlunya pertimbangan dalam menentukan informan

    dalam penelitian ini. Hal ini penting demi menunjang triangulasi sumber data

    yang tepat dalam penelitian. Dua orang residen yang menjadi informan adalah

    residen yang telah mengikuti rehabilitasi lebih dari 3 bulan atau sudah separuh

    waktu menjali program rehabilitasi. Dua staf yang menjadi informan adalah staf

    yang dalam kesehariannya mendampingi residen serta menerapkan program TC.

    Setiap informan akan dimintai ketersediaanya mengikuti proses wawancara

    dengan menandatangani informed consent sebagai bukti telah bersedia menjadi

    informan.

    Penelitian ini dilakukan di panti rehabilitasi Kunci Yogyakarta. Tempat ini

    dipilih karena proses rehabilitasinya, panti rehabilitasi ini menggunakan program

    TC sebagai metode penyembuhan bagi pengguna narkobanya. Selain itu

    rehabilitasi ini juga merupakan lembaga rehabilitasi swasta yang di kelola oleh

    orang-orang yang peduli terhadap kelangsungan korban pengguna narkoba. Hal

    tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di tempat ini.

    Penelitian ini akan dilakukan selama kurun waktu tiga minggu. Dalam kurun

    waktu tersebut akan dilakukan proses pengambilan data dari masing-masing

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    informan yang telah dipilih. Berikut merupakan rancangan waktu penelitian yang

    dibuat peneliti:

    Tabel 3.

    Waktu dan Proses Penelitian

    No Waktu Keterangan Tempat

    1 Februari – Maret

    2019

    Persiapan panduan

    wawancara dan observasi

    Kampus USD, Paingan

    2 26 Maret 2019 Surat Izin Penelitian Kampus USD, Paingan

    3 02 April 2019 Penyerahan Surat Izin

    Penelitian Dan

    Administrasi

    Rehabilitasi Kunci

    4 12 April 2019 Observasi Dan Wawancara

    Dengan Staf 1

    Rehabilitasi Kunci

    5 12 April 2019 Observasi Dan Wawancara

    Dengan Staf 2

    Rehabilitasi Kunci

    6 11 April 2019 Observasi Dan Wawancara

    Dengan Koordinator

    Rehabilitasi Kunci

    7 11 April 2019 Observasi Dan Wawancara

    Dengan Residen 1

    Rehabilitasi Kunci

    8 11 April 2019 Observasi Dan Wawancara

    Dengan Residen 2

    Rehabilitasi Kunci

    F. Instrumen Pengumpulan Data

    Wawancara 1.

    Dalam wawancara ini, peneliti dapat melakukan secara face-to-face

    dengan informan, mewawancarai informan melalui telepon, atau terlibat

    dalam focus group interview yang terdiri dari enam hingga delapan informan

    (Creswell, 2013). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    semi struktural, di mana terdapat panduan umum wawancara yang dapat

    dikembangkan sesuai dengan jawaban informan.

    Berikut panduan pokok wawancara yang akan dilakukan:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    Tabel 4.

    Pertanyaan Pokok Penelitian

    No Pertanyaan Pokok Penelitian

    Saya akan menanyakan beberapa hal tentang pandangan anda terhadap

    penggunaan narkoba. (Pertanyaan untuk pimpinan dan staf)

    1 Menurut anda bagaimana ciri-ciri psikologis pengguna narkoba?

    2 Menurut anda apa yang menyebabkan orang menjadi pengguna narkoba?

    3 Apa pendapat anda tentang faktor biologis pengguna narkoba, misalnya

    tentang detoksifikasi, sakaw, penggunaan obat-obat medis, dan genetika,

    otak pengguna narkoba?

    Pertanyaan-pertanyaan tadi itu tentang pandangan anda terhadap

    penggunaan narkoba.

    Pertanyaan berikut ini lebih tentang pandangan anda tentang

    manusianya. (Pertanyaan untuk pimpinan dan staf)

    1 Menurut anda bagaimana karakteristik kognitif dan perilaku orang yang

    menggunakan narkoba?

    2 Menurut anda bagaimana persepsi mereka terhadap diri sendiri?

    3 Menurut anda bagaimana ciri-ciri emosional pengguna narkoba?

    4 Menurut anda bagaiamana ciri-ciri sosial dari si pengguna narkoba?

    Penyimpangan sosial apa saja yang biasanya mereka lakukan?

    5 Apa saja dan bagaiaman mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh

    penguna narkoba?

    6 Bagaimana pandangan anda terhadap orang adiktif?

    Kita sudah membicarakan tentang pandangan anda tentang penggunaan

    narkoba dan manusia pengguna narkoba. Sekarang saya ingin

    menanyakan beberapa hal terkait pandangan anda tentang pemulihan

    dan hidup yang tepat. (Pertanyaan untuk pimpinan, staf dan juga

    residen. Pertanyaan untuk residen bersifat crosschek terhadap pernyataan

    pimpinan dan staf)

    1 Menurut anda bagaimana pandangan tentang pemulihan? Bagaiaman

    pemulihan bisa terjadi pada pengguna narkoba?

    2 Bagaimana pandangan anda tentang gaya hidup yang tepat?

    Selanjutnya, ini adalah bagian terakhir. Pertanyaannya terkait dengan

    pendekatan yang anda gunakan untuk pelayanan di tempat ini yaitu

    pendekatan komunitas.

    1 Mengapa terapi komunitas yang dipakai? Dan bagaimana pendangan TC

    memandang cara hidup yang baik dan benar?

    2 Bagaiaman komunitas bisa menjadi sarana pembelajaran dan

    penyembuhan?

    3 Apa saja dasar dari metode terapi komunitas ini?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Observasi 2.

    Dalam observasi ini, peneliti langsung turun ke lapangan untuk

    mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian.

    Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat semua aktivitas-aktivitas

    dalam lokasi penelitian, juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam,

    mulai sebagai non informan hingga informan utuh (Creswell, 2013).

    Dokumentasi 3.

    Menurut Creswell (2013), selama proses penelitian, peneliti juga bisa

    mengumpulkan dokumen-dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa

    dokumen publik (seperti, koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen

    privat (seperti, buku harian, surat dan e-mail).

    Keabsahan Data 4.

    Demi menunjang keabsahan data, penelitian ini menggunakan tiga

    kelompok sumber informasi berbeda yaitu, koordinator panti rehabilitasi, staf

    pendamping di panti rehabilitasi dan residen yang sedang menjalani proses

    rehabilitasi. Hal disebut teknik triangulasi data. Menurut Denzin dalam Patton

    (2009), teknik triangulasi data merupakan salah satu dari empat teknik

    triangulasi yang ada, yaitu triangulasi investigator, teori dan metodologis.

    Triangulasi data berarti membandingkan/mencek ulang suatu informasi yang

    diperoleh melalui sumber yang berbeda (Bachri, 2010). Dengan kata lain

    menggunakan beragam sumber data dalam satu kajian (Patton, 2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    G. Analisis Data

    Analisis dan interpretasi data menggunakan analisis isi kualitatif, secara

    khusus menggunakan analisis tematik. Menurut Hsieh dan Shanon dalam

    Supratiknya (2015), analisis isi kualitatif adalah metode penelitian untuk

    menafsirkan secara subjektif isi data berupa teks melalui proses klaisifikasi

    sistematik berupa coding atau pengodean dan pengidentifikasian aneka tema atau

    pola. Sedangkan analisis tematik menurut Braun & Clarke yaitu:

    “thematic analysis is a method for identifying, analysing and reporting

    patterns (themes) within data. It minimally organizes and describes your data set

    in (rich) detail” (Braun and Clarke, 2006).

    Hal ini berarti bahwa analisis tematik merupakan metode untuk

    mengidentifikasi, menganalisis, dan melaporkan pola-pola yang ada di dalam data

    dengan penjelasan data yang detil dan lebih beragam.

    Hasil penelitian dianalisis melalui enam tahapan yaitu

    1) Family arising yourself with your data (mengenal data)

    2) Generating initial codes (melakukan pengkodean)

    3) Searching for themes (mencari tema)

    4) Reviewing themes (mereview tema)

    5) Defining and naming themes (mendefinisikan dan memberi nama

    tema) dan

    6) Producing the report (menuliskan hasil).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    H. Refleksivitas Peneliti

    Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai penghimpun informasi dan

    data-data dalam hubungannya dengan proses evaluasi program TC ini. Peneliti

    akan melakukan wawancara dengan masing-masing informan. Peneliti melakukan

    observasi dalam setiap proses wawancara maupun dinamika selama penelitian.

    Data yang diperoleh juga akan diolah oleh peneliti.

    Dalam berjalannya proses evaluasi akan ada kemungkinan munculnya

    penilaian secara subjektif dari peneliti. Hal ini dikarenakan bahwa peneliti

    bukanlah pecandu narkoba dan bahkan belum pernah menggunakan narkoba.

    peneliti juga tidak memiliki kerabat maupun teman dekat seorang pecandu

    narkoba. Saat ini peneliti baru mau lulus dalam jenjang sarjana. Kesemuanya itu

    kemungkinan munculnya subjektifitas dalam proses penelitian. Peneliti yang tidak

    berasal dari lingkungan pecandu narkoba tentu memiliki pandangan berbeda

    terhadap orang-orang yang menggunakan narkoba di panti rehabilitasi tersebut.

    Jenjang pendidikan yang baru ditingkat sarjana tentu masih banyak kekurangan

    dalam keluasan berfikir dan menanggapi sebuah fenomena tersebut. Namun

    demikian, untuk meminimalisir munculnya subjektifitas, setidaknya peneliti

    pernah beberapa kali bersinggungan dengan pengguna narkoba di panti

    rehabilitasi ketika melakukan tugas-tugas perkuliahan di semester sebelumnya.

    Hal ini tentu cukup membuat peneliti tahu mengenai dinamika rehabilitasi

    pecandu narkoba. Selain itu dalam proses pengolahan data, peneliti akan secara

    intensif berkonsultasi dengan pembimbing sehingga penilaian secara subjektif

    dapat diminimalisir.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    I. Pertimbangan Etis

    Penelitian mengenai evaluasi program TC ini melibatkan tidak hanya staf

    namun juga residen. Mengingat penelitian ini bertemakan evaluasi dan peneliti

    bertindak sebagai evaluator, maka tentu dapat muncul ketidaknyamanan dari

    berbagai pihak, meskipun yang dilakukan oleh peneliti hanya mengumpulkan

    informasi-informasi dari kegiatan yang telah dilakukan dalam komunitas. Dengan

    demikian dapat muncul rasa tidak nyaman saat proses wawancara berlangsung.

    Dalam Kode Etik Psikologi, 7.2 Pasal 7 b tentang menghormati hak orang /

    lembaga / organisasi / institusi lain, ada tertulis demikian: “Ilmuwan Psikologi dan

    Psikolog sama sekali tidak boleh menipu atau menutupi, yang kalau saja

    calon/peserta itu tahu dapat mempengaruhi niatnya untuk ikut serta dalam

    penelitian tersebut, misalnya kemungkinan mengalami cedera fisik, rasa tidak

    menyenangkan, atau pengalaman emosional yang tidak disukai.” Oleh karena itu

    infroman berhak tidak menjawab atau menolak wawancara yang akan dilakukan.

    Selain itu identitas informan dalam penelitian ini akan disamarkan demi menjaga

    kenyamanan informan.

    Dengan demikian, sebelum proses wawancara dimulai, maka akan diberikan

    informed consent demi mendapatkan persetujuan dan kesediaan informan

    mengikuti proses wawancara.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Pengantar

    Penelitian dilakukan di Panti Rehabilitasi Kunci Nandan Yogyakarta.

    Pengambilan data dilakukan pada awal April hingga pertengahan April tahun

    2019. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh beberapa

    informasi mengenai kegiatan yang ada di Panti Rehabilitasi ini. Berikut adalah

    gambaran mengenai pembagian tugas kerja residen (Gambar 2) dan gambaran

    mengenai alur pelayanan yang dari awal penerimaan hingga akhir masa

    rehabilitasi (Gambar 3):

    Gambar 2. Struktur Kerja Untuk Residen di Rehabilitasi Kunci

    KOORDINATOR UMUM RKY

    STAF PENDAMPING

    CHIEF RESIDENT

    KEBERSIHAN

    RUANG MAKAN &

    AULA

    KEBERSIHAN

    KAMAR

    TIDUR

    KEBERSIHAN TERAS

    & HALAMAN

    KEBERSIHAN

    DAPUR

    Anggota : Anggota : Anggota : Anggota :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Gambar 3. Alur Pelayanan di Rehabilitasi Kunci Nandan Yogyakarta

    PENERIMAAN AWAL

    -Wawancara awal

    -Pengisian formulir

    penerimaan

    -Pemeriksaan diri & barang

    bawaan

    TAHAP INTENSIF

    (Rawat Inap ± 2 Bulan)

    -Asesmen (Pra - Pasca)

    -Manajemen Kasus (T x Plan)

    -Konseling Individu

    Terstruktur

    -Seminar & Terapi Kelompok

    -Jurnal & Penugasan Pribadi

    -Kelompok Dukungan

    -Rekreasi

    -Rohani

    FASE AWAL

    (1 – 2 Minggu Pertama)

    -Asesmen (ASI)

    -Manajemen Kasus (Rencana

    Rawatan)

    -Pemahaman adiksi

    -Pendidikan Kesehatan Diri

    -Pengenalan diri

    FASE MADYA

    (Minggu ke 3 – 6)

    -Pengembangan Rawatan

    -Pemahaman Pemulihan

    -Pendidikan Kesehatan Diri

    -Keterampilan Hidup

    -Pencegahan Kekambuhan

    FASE AKHIR

    (Minggu ke 7-8)

    -Pemantapan rencana rawatan

    -Pencegahan ke kambuhan

    -Keterampilan hidup

    -Kelompok bantu diri

    -Asesmen akhir

    -Dialog Keluarga

    -Persiapan pelepasan

    TAHAP REGULER

    (Rawat Jalan ± 4 bulan)

    -Klien sudah pulang ke rumah

    -1 s/d 5 hari perminggu

    -Konseling, seminar, terapi

    kelompok, kelompok

    dukungan, kelompok bantu

    diri, vokasional, dll

    PASCA RAWATAN

    Klien sudah selesai menjalani

    program Pemulihan Adisksi

    Berbasis Masyarakat (PABM)

    PRA-REHABILITASI

    Orientasi :

    Pengenalan program dan skrining

    Detoksifikasi & Pemulihan Fisik

    (Layanan rujukan bila diperlukan )

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Informan dalam penelitian ini terdiri dari lima orang, yang meliputi tiga

    kelompok identitas yaitu pertama penanggung jawab rehabilitasi atau pimpinan

    rehabilitasi, kelompok kedua adalah staf rehabilitasi serta yang kelompok terakhir

    adalah residen yang sedang dalam masa rehabilitasi. Profil informan adalah

    sebagai berikut:

    Tabel 5.

    Profil Informan

    Informan Inisial Keterangan

    1 Prabu Prabu adalah pimpinan tempat Rehabilitasi Kunci,

    Yogyakarta. Prabu juga adalah seorang biarawan dalam

    Tarekat Bruder Karitas.

    Prabu adalah seorang laki-laki yang sudah berusia

    sekitar lebih dari 40 tahun.

    2 Bisma Bisma adalah salah satu staf Rehabilitasi Kunci yang

    berperan sebagai konselor adiksi.

    Bisma adalah seorang laki-laki, dan berusia sekitar 30

    tahun.

    Bisma sudah bekerja di panti Rehabilitasi Kunci ini

    lebih dari dua tahun.

    3 Amba Amba adalah salah satu staf Rehabilitasi Kunci yang

    berperan sebagai pekerja sosial.

    Amba adalah seorang perempuan dan berusia sekitar

    25 tahun, dan sudah bekerja di Panti Rehabilitasi Kunci

    ini sekitar satu tahun.

    4 Wahmuka Wahmuka adalah seorang remaja laki-laki yang sedang

    menempuh Studi di salah satu Perguruan Tinggi di

    Yogyakarta, dan memilih tetap tinggal di tempat

    Rehabilitasi Kunci. Saat ini residen berusia sekitar 23

    tahun.

    Wahmuka adalah residen yang sudah menjalani proses

    rehabilitasi kurang lebih tiga tahun yang lalu.

    Wahmuka berperan sebagai tukang masak di

    rehabilitasi ini dan membantu residen lain yang

    membutuhkan pertolongan. Dibandingkan residen lain,

    Wahmuka merupakan salah satu residen di Rehabilitasi

    Kunci yang memiliki kondisi fisik dan psikis sehat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    Informan Inisial Keterangan

    5 Arimuka Arimuka adalah seorang remaja laki-laki berusia 24

    tahun.

    Arimuka adalah residen yang sudah menjalani proses

    rehabilitasi selama lebih dari satu bulan. Sama seperti

    Wahmuka, Arimuka juga berperan sebagai tukang

    masak di Rehabilitasi ini. Dibandingkan residen yang

    lain Arimuka juga merupakan salah satu residen yang

    memiliki kondisi fisik cukup baik.

    B. Hasil dan Pembahasan

    Pandangan Tentang Penggunaan Narkoba 1.

    Menurut De Leon (2000), apek pandangan terhadap pengguna narkoba

    memiliki tiga sub aspek yang meliputi profil klinis, gangguan terhadap

    manusia secara menyeluruh, serta pandangan tentang konsep medis. Tiga sub

    aspek tersebut setidaknya memiliki lima belas indikator.

    a. Profil Klinis

    Pada sub aspek profil klinis, De Leon memiliki memiliki empat

    indikator, yaitu: 1) Hidup dalam krisis, 2) Ketidak mampuan menjaga

    pantang, 3) Disfungsi sosial dan antar pribadi, serta 4) Gaya hidup anti

    sosial. Data menunjukkan bahwa indikator ketiga, tentang disfungsi

    sosial dan antar pribadi, muncul dari beberapa informan. Pernyataan-

    pernyataan informan tersebut sesuai dengan pandangan De Leon

    mengenai gambaran pengguna narkoba berdasarkan indikator disfungsi

    sosia juga antar pribadi. Berikut ini pernyataan informan terkait

    disfungsi sosial dan pribadi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    Menurut Prabu, dalam dunia narkoba meski baru memakai

    beberapa kali saja tentu muncul rasa ingin mengulang atau adiksi, hal

    ini terjadi akibat kuatnya zat adiktif yang terkandung dalam narkoba.

    Menurut Prabu dalam dunia medis, adiksi ini disebut Brain Disease

    atau penyakit otak. “Ada bagian otak yang diserang sehingga mereka

    tidak bisa pulih dengan normal”, (V1, baris 229-230) ungkap Prabu.

    Dengan demikian suatu saat nanti tetap ada kemungkinan akan kambuh

    kembali meskipun sudah melewati rehabilitasi. Hal ini juga didukung

    oleh informan Bisma yang menyatakan bahwa seorang pencandu itu

    membutuhkan waktu recovery seumur hidup. Menurut informan Bisma

    juga, orang pengguna narkoba memiliki tiga sifat buruk utama yaitu

    yang pertama suka bengong, hal ini ia kaitkan dengan pengaruh obat

    yang menyerang otak pengguna narkoba yang berakibat pada

    kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi. Lalu yang kedua adalah

    berbohong, hal ini bertujuan untuk mengelabuhi orang-orang di

    sekitarnya demi bisa mendapatkan uang untuk memperoleh narkoba.

    Sifat terakhir yaitu „nyolong‟ atau mencuri, yaitu mereka tidak segan-

    segan melakukan tindakan kriminal pencurian hanya untuk

    mendapatkan uang demi memperoleh narkoba.

    b. Gangguan Terhadap Manusia Secara Menyeluruh

    Pada sub aspek ini, De Leon m