Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

14
Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1 ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan Diet, Aktivitas Fisik, Dan Kadar Kolesterol Total Pasien Hiperkolesterolemia Di Puskesmas Putri Indriyana¹, Teuku Tahlil 1 , Mudatsir 2 ¹Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111 2 Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111 Abstrak Therapeutic Lifestyle Change (TLC) merupakan hal penting dalam pengelolaan hiperkolesterolemia mencakup penurunan asupan lemak jenuh dan kolesterol, pemilihan bahan makanan yang dapat menurunkan kadar LDL, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik yang teratur. Perubahan gaya hidup sangat dipengaruhi oleh motivasi diri dan lingkungan yang memerlukan konseling gizi yang baik dan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian Therapeutic Lifestyle Change (TLC) terhadap pengaturan diet, aktivitas fisik dan kadar kolesterol total di puskesmas Kota sigli Kabupaten Pidie. Penelitian pre experiment dengan pre and post test non equivalent group design melibatkan 40 responden ( 20 responden kelompok intervensi dan 20 responden kelompok kontrol). Data dianalisis menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan TLC berpengaruh terhadap pengaturan diet (P=0,000), aktivitas fisik (P=0,004) dan kadar kolesterol total (P=0,000) Artinya pemberian TLC mempengaruhi pengaturan diet, aktivitas fisik dan kadar kolesterol total pasein hiperkolesterolemia dan TLC bermanfaat bagi penderita hiperkolesterolemia. Kata Kunci : Therapeutic Lifestyle Change, Pengaturan Diet, Aktivitas Fisik, Kadar koleterol total Abstract Therapeutic Lifestyle Change (TLC) is important of management with hypercholesterolemia including a decrease in saturated fat and cholesterol intake, selection of food ingredients that can reduce LDL levels, lose weight, and increase regular physical activity. Lifestyle changes are strongly influenced by self motivation and environment support that requires good and sustainable nutritional counseling. The purpose of this study was to identify the effect of Therapeutic Lifestyle Change (TLC) on diet regulation, physical activity and total cholesterol levels in the sigli city health center of Pidie Regency. Pre-experiment research with pre and post test non equivalent group design involved 40 respondents (20 respondents in the intervention group and 20 respondents in the control group). Data were analyzed using Wilcoxon test. The results showed that TLC had an effect on diet (P = 0,000), physical activity (P = 0,004) and total cholesterol level (P = 0,000) This means that TLC affects dietary regulation, physical activity and total cholesterol level of hypercholesterolemic patients and TLC is beneficial for sufferers hypercholesterolemia. Keywords : Therapeutic Lifestyle Change, Diet Setting, Physical Activity, Total cholesterol level Korespondensi: * Indriyana, Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh. Email : [email protected] [email protected] [email protected]

Transcript of Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Page 1: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1 ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X

Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan Diet, Aktivitas Fisik, Dan Kadar

Kolesterol Total Pasien Hiperkolesterolemia Di Puskesmas

Putri Indriyana¹, Teuku Tahlil1, Mudatsir2

¹Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111 2Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111

Abstrak Therapeutic Lifestyle Change (TLC) merupakan hal penting dalam pengelolaan hiperkolesterolemia mencakup penurunan asupan lemak jenuh dan kolesterol, pemilihan bahan makanan yang dapat menurunkan kadar LDL, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik yang teratur. Perubahan gaya hidup sangat dipengaruhi oleh motivasi diri dan lingkungan yang memerlukan konseling gizi yang baik dan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian Therapeutic Lifestyle Change (TLC) terhadap pengaturan diet, aktivitas fisik dan kadar kolesterol total di puskesmas Kota sigli Kabupaten Pidie. Penelitian pre experiment dengan pre and post test non equivalent group design melibatkan 40 responden ( 20 responden kelompok intervensi dan 20 responden kelompok kontrol). Data dianalisis menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan TLC berpengaruh terhadap pengaturan diet (P=0,000), aktivitas fisik (P=0,004) dan kadar kolesterol total (P=0,000) Artinya pemberian TLC mempengaruhi pengaturan diet, aktivitas fisik dan kadar kolesterol total pasein hiperkolesterolemia dan TLC bermanfaat bagi penderita hiperkolesterolemia. Kata Kunci : Therapeutic Lifestyle Change, Pengaturan Diet, Aktivitas Fisik, Kadar koleterol total Abstract Therapeutic Lifestyle Change (TLC) is important of management with hypercholesterolemia including a decrease in saturated fat and cholesterol intake, selection of food ingredients that can reduce LDL levels, lose weight, and increase regular physical activity. Lifestyle changes are strongly influenced by self motivation and environment support that requires good and sustainable nutritional counseling. The purpose of this study was to identify the effect of Therapeutic Lifestyle Change (TLC) on diet regulation, physical activity and total cholesterol levels in the sigli city health center of Pidie Regency. Pre-experiment research with pre and post test non equivalent group design involved 40 respondents (20 respondents in the intervention group and 20 respondents in the control group). Data were analyzed using Wilcoxon test. The results showed that TLC had an effect on diet (P = 0,000), physical activity (P = 0,004) and total cholesterol level (P = 0,000) This means that TLC affects dietary regulation, physical activity and total cholesterol level of hypercholesterolemic patients and TLC is beneficial for sufferers hypercholesterolemia. Keywords : Therapeutic Lifestyle Change, Diet Setting, Physical Activity, Total cholesterol level

Korespondensi:

* Indriyana, Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala,

Darussalam, Banda Aceh. Email : [email protected]

[email protected]

[email protected]

Page 2: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

113

Latar Belakang

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadan

dimana kadar kolesterol didalam darah

melebihi batas normal (> 200 mg/dl) dan lebih

spesifik bila peningkatan kadar kolesterol LDL

puasa tanpa disertai peningkatan kadar

trigliserida (National Institutes of Health,

2012).

Di Indonesia, prevalensi hiperkolesterolemia

pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3%

dan meningkat sesuai dengan pertambahan

usia hingga 15,5% pada kelompok usia 55-64

tahun (Depkes RI, 2012). Dari jumlah itu, 80%

pasien meninggal mendadak akibat serangan

jantung, dan 20%-nya tidak menampakkan

gejala sebelumnya. Hal ini disebabkan karena

konsumsi makanan yang mengandung

kolesterol dalam jumlah berlebihan, sehingga

dapat menyebabkan kadar kolesterol total

dalam darah melebihi batas normal

(Soeharto, 2014). Kadar kolesterol pada

orang dewasa dinyatakan tinggi apabila

mencapai nilai lebih dari 240 mg/dl sedangkan

pada anak-anak dan remaja nilai kolesterol

total yang mencapai 200 mg/dl atau lebih

sudah dinyatakan tinggi (Brookes, 2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013

menunjukkan angka prevalensi

hiperkolesterolemia tertinggi di Indonesia

terdapat di provinsi Aceh, Sumatra Barat,

Bangka Belitung dan Kepulauan Riau dengan

angka prevalensi lebih dari 50%. Angka

prevalensi hiperkolesterolemia untuk wilayah

Pidie diperkirakan akan meningkat sebesar

3.1 % dari tahun 2015 sampai 2016. Laporan

rekap Penyakit Tidak Menular (PTM) dari

Dinas Kesehatan Pidie mengatakan angka

kunjungan pasien hiperkolesterolemia pada

tahun 2016 berjumlah 170 orang ( Dinas

Kesehatan Pidie, 2017).

Penatalaksanaan hiperkolesterolemia di

Indonesia menurut Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia (PERKENI), sesuai

dengan National Cholesterol Education

Program- Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP

III) terdiri atas terapi farmakologis dan terapi

non farmakologis (National Institutes of

Health, 2012). Terapi farmakologis, berupa

obat-obatan, tergantung dari jumlah faktor

risiko yang dimiliki dan besar risiko penyakit

jantung koroner (PJK), sedangkan terapi non-

farmakologis terdiri atas therapeutic lifestyle

change (TLC). (National Institutes of Health,

2012).

Menurut konsensus Perkeni (2012),

therapeutic lifestyle change (TLC) merupakan

bagian dari pendidikan kesehatan yang tidak

hanya melibatkan pengetahuan dan

ketrampilan, tetapi juga konseling gizi jika

diperlukan untuk memfasilitasi gaya hidup

Page 3: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

114

(Poretsky, 2010). Therapeutic lifestyle change

(TLC) menggunakan pedoman konseling dan

intervensi perilaku untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai kolesterol dan

meningkatkan keterampilan individu dan

keluarga dalam mengelola

hiperkolesterolemia (Jack, Liburd, Spencer &

Airhihenbuwa, 2014).

Penelitian terkait diperoleh ; Cheng., et.al,

(2010) tentang konseling gizi pada penderita

hiperkolesterolemia, menunjukkan bahwa

klien yang mendapat konseling yang dilakukan

secara berkesinambungan untuk menilai

asupan nutrisi klien pada saat perubahan

maupun pemeliharaan, mengalami

penurunan kolesterol LDL yang bermakna

(rata-rata 6-7%), sedangkan pada kelompok

kontrol terjadi penurunan kadar kolesterol

LDL yang tidak bermakna (rata-rata <1%).

Berdasarkan laporan dari sistem pencatatan

dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP)

didapatkan hiperkolesterolemia merupakan

salah satu penyakit kedua terbesar yang

banyak didapatkan di kabupaten Pidie setelah

diabetes mellitus. Dari hasil survey awal yang

dilakukan peneliti didapatkan jumlah

penderita hiperkolesterolemia di puskesmas

kota Sigli kabupaten Pidie pada tahun 2016

sebanyak 104 angka kunjungan (Profil

Puskesmas Kota Sigli, 2017). Perawat

puskesmas juga memberikan keterangan

bahwa belum adanya konseling gizi atau

terapi apapun yang diberikan oleh petugas

puskesmas untuk pasien yang memiliki kadar

kolesterol total diatas 240 mg/dl, hanya

diberikan obat antihiperlipidimia saja,

sedangkan untuk pasien diabetes sudah ada

konseling yang diberlakukan setiap kali

berobat di puskesmas tersebut. Berdasarkan

paparan di atas maka perlu dilakukan

penelitian tentang pengaruh therapeutic

lifestyle change (TLC) terhadap pengaturan

diet, aktivitas fisik, dan kadar kolesterol total

pasien dengan hiperkolesterolemia di

puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie.

Metodologi

Desain penelitian adalah quasi experimental

dengan rancangan pre and post test non

equivalent group design. Penelitian dilakukan

di Puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie pada

bulan April 2018. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pasien hiperkolesterolemia

yang berobat ke Puskesmas Kota Sigli

Kabupaten Pidie selama periode 6 bulan

sebanyak 104 orang. Dari 104 paien, hanya 70

Pasien yang terdaftar menjadi anggota

prolanis dan yang aktif mengikuti kegiatan

prolanis dan rutin periksa ke Puskesmas Kota

Sigli. Teknik sampling yang digunakan yaitu

simple random sampling, yang memenuhi

kriteria berjumlah 40 orang dan ini dibagi dua

Page 4: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

115

kelompok yaitu 20 responden kelompok

intervensi dan 20 responden kelompok

kontrol. Instrumen penelitian menggunakan

kuesioner.

Metode pengumpulan data dilakukan dalam

beberapa tahapan. Pretest diberikan pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol

yang dilaksanakan satu minggu sebelum

intervensi yaitu pada waktu dan tempat yang

berbeda. Intervensi TLC dilaksanakan pada

tanggal 11 April - 2 Mei 2018 di Aula

Puskesmas Sigli Kabupaten Pidie oleh peneliti

dibantu 3 enumerator. Intervensi TLC

diberikan seminggu 2 kali dengan durasi

waktu setiap pertemuan (1 sesi) 45 menit

dengan penyajian materi menggunakan

proyektor dan pada saat selesai intervensi

setiap responden diberikan leaflet. TLC terdiri

dari 3 sesi yaitu :

Sesi 1 dan 2 yaitu intervensi penyuluhan

kesehatan tentang penyakit

hiperkolesterolemia dan pengaturan diet. Sesi

3 yaitu intervensi penyuluhan kesehatan

tentang latihan fisik pada penderita

hiperkolesterolemia. Post test dilakukan pada

kelompok kontrol dan intervensi dengan

menggunakan soal yang sama dengan pretest.

Postest dilakukan satu minggu setelah

intervensi yaitu pada waktu dan tempat yang

berbeda.

Analisis data meliputi analisis univariat dan

bivariat. Analisis univariat menganalisis

karakteristik responden. Analisis bivariat

menggunakan non parametrik wilcoxon rank

test untuk melihat peerbedaan antara pre test

dan post test pada kelompok kontrol dan

intervensi.

Hasil

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Hiperkolesterolemia Di Puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie 2018.

Variabel Demografi Kelompok Kontrol (n=20)

Kelompok Perlakuan (n=20)

F % F %

Jenis Kelamin

Laki-Laki 0 0,00% 3 15,0%

Perempuan 20 100% 17 85,0%

Kelompok Umur < 36 Tahun 0 0,00% 2 10,0%

36-45 Tahun 12 60,0% 12 60,0%

46-55 Tahun 8 40,0% 5 25,0%

>55 Tahun 0 0,00% 1 5,0%

Pendidikan

SD 2 10,0% 1 5,0%

SMP 2 10,0% 1 5,0%

SMA 15 75,0% 13 65,0% PT 1 5,0% 5 25,0%

Pekerjaan

IRT 18 90,0% 13 65,0%

Petani 1 5,0% 2 10,0%

PNS 1 5,0% 5 25,0%

Lama Menderita Hiperkolesterolemia

1 Tahun 1 5,0% 1 5,0%

2 Tahun 9 45,0% 6 30,0%

3 Tahun 7 35,0% 11 55,0%

4 Tahun 3 15,0% 2 10,0%

Rutinitas Berobat

Tidak Rutin 1 5,0% 9 45,0% Rutin 19 95,0% 11 55,0%

Terapi Medis

Tidak Ada 1 5,0% 9 45,0%

Obat Minum 19 95,0% 11 55,0%

Tekanan Darah

Optimal 6 30,0% 8 40,0%

Normal 4 20,0% 7 35,0% Normal Tinggi 5 25,0% 4 20,0%

Hipertensi Derejat1 5 25,0% 1 5,0%

Page 5: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

116

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa pada

kelompok kontrol hampir semuanya

responden perempuan (100%) yang

kebanyakan berumur antara 36-45 tahun

(60%), rata-rata lulusan SMA (75%), hampir

semuanya bekerja sebagai Ibu rumah tangga

(90%), sebagian dari responden menderita

hiperkolesterolemia 2 tahun (45%) dan

hampir semuanya rutin berobat dengan

menggunakan terapi medis/minum obat

(95%), Sebagian kecil memiliki tekanan darah

rata-rata optimal (30%). Sedangkan pada

kelompok perlakuan sebagian kecil

respondennya laki-laki (15%), kebanyakan

responden berumur antara 36-45 tahun

(60%), rata-rata lulusan SMA (65%) denga

pekerjaan Ibu rumah tangga (65%), lama

menderita hiperkolesterolemia 3 tahun (55

%), dan rutin berobat (55%) dengan

menggunakan terapi medis/minum obat

(55%), tekanan darah rata-rata optimal (40%).

Tabel 2 Distribusi Hasil Pengaruh Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) Terhadap Pengaturan Diet Penderita Hiperkolesterolemia Di Puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie 2018.

Pengaturan Diet

Kelompok Kontrol (n=20)

Kelompok Perlakuan (n=20)

Pretest Postest Prestes Postest

F % F % F % F % Tinggi Kolesterol

15

75,0

13

65,0

15

75,0

0 0,00

Rendah Kolesterol

5 25,0

7 35,0

5 25,0

20

100

Wilcoxon Signed Rank Test

p=0,157

p=0,000

Berdasarkan tabel 2 menunujukkan bahwa,

Frekuensi pengaturan diet pada kelompok

kontrol terdapat perbedaan antara pretest

dan post test walaupun tidak signifikan. Nilai

pretest kelompok kontrol untuk diet tinggi

kolestrol (75%) pada saat posttest menurun

(65%) , secara statistik, pada kelompok

kontrol tidak ada pengaruh yang bermakna

antara Therapeutic Lifestyle Changes (TLC)

terhadap pengaturan diet responden,

dibuktikan dengan p value 0.157. Sedangkan

frekuensi pengaturan diet pada kelompok

intervensi terdapat perbedaan yang signifikan

antara pretest dan post test setelah diberikan

perlakuan (TLC). Secara statistik, pada

kelompok intervensi ada pengaruh yang

signifikan antara Therapeutic Lifestyle

Changes (TLC) terhadap pengaturan diet

responden, dibuktikan dengan p value 0.000

Tabel 3 Distribusi Hasil Pengaruh Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) Terhadap Aktivitas Fisik Penderita Hiperkolesterolemia Di Puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie 2018. Aktivitas Fisik

Kelompok Kontrol (n=20)

Kelompok Perlakuan (n=20)

Pretest Postest Prestest Posttest

F % F % F % F %

Ringan 10 50,0 4 20,0 9 45,0 1 5,0

Sedang 9 45,0 12 60,0 8 40,0 14 70,0

Berat 1 5,0 4 20,0 3 15,0 5 25,0

Wilcoxon Signed Rank Test

p=0,270

p=0,004

Berdasarkan tabel 3 menunujukkan bahwa,

Frekuensi aktivitas fisik pada kelompok

kontrol terdapat perbedaan antara pretest

dan post test walaupun tidak signifikan. Nilai

Page 6: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

117

pretest kelompok kontrol untuk aktivitas

ringan (50%) pada saat posttest menurun

(20%), secara statistik, pada kelompok

kontrol tidak ada pengaruh yang bermakna

antara Therapeutic Lifestyle Changes (TLC)

terhadap aktivitas fisik, dapat diketahui dari

nilai signifikan > 0,05 (p-value = 0,270).

Sedangkan frekuensi aktivitas fisik pada

kelompok intervensi terdapat perbedaan yang

signifikan antara pretest dan post test setelah

diberikan perlakuan (TLC). Frekuensi aktivitas

ringan pada kelompok intervensi sebanyak

45% dan kemudian turun 5% setelah

diberikan edukasi Therapeutic Lifestyle

Changes (TLC). Secara statistik, pada

kelompok intervensi ada pengaruh yang

signifikan anatara Therapeutic Lifestyle

Changes (TLC) terhadap aktifitas fisik

responden, dapat diketahui dari nilai

signifikan < 0,05 (p-value = 0,000).

Tabel 4 Distribusi Hasil Pengaruh Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) Terhadap Kadar Kolesterol Penderita Hiperkolesterolemia Di Puskesmas Kota Sigli Kabupaten Pidie 2018.

Sebelum dan sesudah TCL

Kelompok Kontrol (n=20) Kelompok Perlakuan (n=20)

Pretest Postest Prestes Postest

Mean

SD Mean

SD Mean

SD Mean

SD

Kadar Kolesterol

225,60

24,00

203,45

52,75

217,45

22,19

191,25

9,153

Wilcoxon Signed Rank Test

p=0,073

p=0,000

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa nilai

mean pretest pada kelompok kontrol 225.60

dan setelah postest 203.45, besar kadar

kolesterol tersebut masih berada dalam batas

tinggi kadar kolesterol dengan standar deviasi

pretest 24,00 dan postest 52,75, semakin

besar nilai standar deviasi maka semakin

beragam kadar kolesterol reponden. Hasil uji

wilcoxon diperoleh perbedaan rata-rata kadar

kolesterol tidak berpengaruh nyata

Therapeutic Lifestyle Changes terhadap kadar

kolesterol diketahui dari nilai signifikan > 0,05

(p-value=0,073). Sedangkan nilai mean pretest

pada kelompok intervensi 217.45 dan setelah

postest 191.25, besar kadar kolesterol

tersebut berada dalam batas normal kadar

kolesterol dengan standar deviasi pretest

22.19 dan postest 9.153. Hasil uji wilcoxon

diperoleh perbedaan rata-rata kadar

kolesterol ada pengaruh yang signifikan

antara Therapeutic Lifestyle Changes terhadap

kadar kolesterol diketahui dari nilai signifikan

< 0,05 (p-value=0,000).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan secara statistik,

pada kelompok kontrol tidak ada pengaruh

yang bermakna antara Therapeutic Lifestyle

Changes (TLC) terhadap pengaturan diet

responden, dibuktikan dengan p value 0.157.

Sedangkan frekuensi pengaturan diet pada

kelompok intervensi terdapat perbedaan yang

signifikan antara pretest dan post test setelah

diberikan perlakuan (TLC) dengan nilai

Page 7: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

118

bermakna (p-value = 0.000. Kesimpulan yang

didapatkan terjadi peningkatan pengaturan

diet setelah intervensi. Pengaturan diet

berhubungan secara langsung pada kadar

kolesterol. Suatu jurnal penelitian

menunjukkan kadar kolesterol dan LDL_C

dapat diubah secara substansial oleh

perubahan diet atau pola makan (J indon

Med, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh

Rosmawati, et al (2013) yaitu penelitian yang

menggunakan design quasi eksperimen

dengan 7 minggu program supportive

developmental nursing, dihasilkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan sebelum

dan sesudah diberikan konseling gizi. Setiap

individu memiliki pola makan yang

mengandung zat gizi yang dapat digunakan

oleh tubuh. Pengetahuan gizi dapat

memegang peranan penting terhadap tata

cara penggunaan pangan dengan baik

sehingga akan mencapai kebutuhan gizi yang

seimbang. Tingkat pengetahuan gizi ini akan

dapat menentukan perilaku seesorang untuk

memperbaiki pola konsumsi makanan yang

umumnya dipandang lebih baik dan dapat

diberikan sedini mungkin (Almatsier, 2004).

Prinsip pengaturan diet pada penderita

hiperkolesterolemia hampir sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum,

yaitu pola makan yang seimbang dan sesuai

dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-

masing individu serta meningkatkan konsumsi

serat dan mengurangi konsumsi lemak

berlebih. Kebutuhan kalori biasanya dihitung

berdasarkan berat badan, jenis kelamin,

umur, dan aktivitas fisik penderita

hiperkolesterolemia yang pada dasarnya

ditujukan untuk mencapai atau

mempertahankan berat badan ideal. Jika

modifikasi diet diaplikasikan secara benar,

dapat mengontrol kadar kolesterol pada

penderita hiperkolesterolemia (Perkeni,

2006). Pemberian therapeutic lifestyle change

pada penderita hiperkolesterolemia

merupakan salah satu tindakan preventif

mandiri yang dilakukan oleh perawat untuk

meningkatkan pemahaman dan pengetahuan.

Rendahnya tingkat pengetahuan pengaturan

diet pada penderita hiperkolesterolemia

dapat mengakibatkan sikap acuh tak acuh

terhadap penggunaan bahan makanan

tertentu, walaupun bahan makanan tersebut

cukup tersedia dan mengandung zat gizi.

Therapeutic Lifestyle Change ini dapat

ditingkatkan dengan cara membentuk

keyakinan pada diri sendiri sehingga

seseorang dapat berperilaku sesuai dengan

kehidupan sehari-hari dalam mengatur pola

makan.

Hasil penelitian juga didapatkan faktor diet

merupakan masalah terbesar yang dihadapi

Page 8: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

119

responden. Kesulitan utama yang paling

sering dijumpai adalah kesulitan untuk

menahan keinginan makan, baik makanan

berlemak. Hal ini berakibat pada tidak

terkontrolnya intake kalori serta tidak

teraturnya jumlah dan jenis makanan.

Kesulitan lain yang cukup signifikan dalam

mengontrol kadar kolesterol darah responden

adalah sulitnya menahan keinginan untuk

makan makanan berlemak.

Hasil penelitian menunjukkan, pada kelompok

kontrol tidak ada pengaruh yang bermakna

antara Therapeutic Lifestyle Changes (TLC)

terhadap aktivitas fisik responden, dapat

diketahui dari nilai signifikan > 0,05 (p-value =

0,270). Hal ini disebabkan karena proporsi

responden yang beraktivitas ringan dan

berisiko hiperkolesterolemia, tidak jauh

berbeda dengan responden yang beraktivitas

berat dan berisiko hiperkolesterolemia

sehingga menunjukkan tidak ada pengaruh

yang bermakna. Sedangkan frekuensi aktivitas

fisik pada kelompok intervensi terdapat

perbedaan yang signifikan antara pretest dan

post test setelah diberikan perlakuan (TLC).

pada kelompok intervensi ada pengaruh yang

signifikan antara Therapeutic Lifestyle

Changes (TLC) terhadap aktifitas fisik

responden, dapat diketahui dari nilai

signifikan < 0,05 (p-value = 0,000). Hal ini

sejalan dengan penelitian Davidson (2012)

mengatakan aktivitas fisik yang dilakukan

secara teratur jelas mempengaruhi faktor

resiko yang berhubungan dengan

hiperkolesterolemia dan aktivitas fisik

berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah

misalnya aktivitas fisik yang rendah akan

mendorong keseimbangan energi ke arah

positif sehingga mengarah pada peyimpanan

energi dan pada penambahan berat badan,

akibatnya akan berpengaruh pada

peningkatan kadar kolesterol darah, begitu

pula sebaliknya (sihadi, 2006). Berdasarkan

hasil penelitian hubungan antara konsumsi

pangan dan aktivitas fisik dengan kadar

kolesterol darah pria dan wanita dewasa di

Bogor pada tahun 2013 didapatkan hasil

bahwa tingkat aktivitas fisik dan jenis kelamin

berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol

darah (P<0.05). Hasil penelitian Shirazi (2008)

menyatakan hal yang sama yaitu olah raga

teratur dapat menurunkan kadar kolesterol

darah secara signifikan dan meningkatkan

kadar HDL dalam darah.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Asli

Madupa menunjukkan proporsi total

kolesterol tinggi sebesar 9,98% terhadap

aktivitas responden 76,1%. Frekuensi aktivitas

fisik mengacu pada jumlah sesi aktivitas fisik

per satuan waktu. Durasi aktivitas fisik

merupakan lamanya waktu yang dihabiskan

ketika melakukan aktivitas itu, Intensitas

Page 9: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

120

aktivitas fisik sering dinyatakan dengan istilah

ringan, sedang atau moderat, keras atau

vigorous dan sangat keras atau stenuous.

Kategori intensitas ini dapat didefinisikan

dengan pengertian absolut dan relatif.

Pengelompokan absolut yang sering dipakai

untuk intensitas aktivitas fisik adalah

klasifikasi MET (metabolicenergy turnover).

Satu MET sama dengan pengeluaran energi

saat istirahat yaitu sekitar 3,5 ml O2/kg per

menit. Kisaran aktivitas spesifik yang luas

telah diklasifikasikan menurut nilai MET

masing-masing. Olahraga juga dapat

memperbaiki profil lemak darah, yaitu

menurunkan kadar total kolesterol, LDL, dan

trigliserida. Namun, hasil tersebut tidak sama

bagi masing-masing individu. Sebagian orang

akan mengalami penurunan kadar kolesterol

yang drastis, sebagian lagi mengalami

penurunan yang moderat, bahkan ada juga

yang tidak mengalami perubahan sama sekali.

Hal tersebut disebabkan karena setip individu

mempunyai fisologis tubuh yang khusus di

dalam darahnya, metabolisme dan

mekanisme didalam tubuh. Aktivitas fisik yang

baik harus memenuhi 3 syarat, yaitu frekuensi

artinya berapa kali menjalankan latihan

selama waktu tertentu, Intensitas, dan Tempo

atau durasi waktu latihan berlangsung

(Soeharto,2004). Latihan jasmaniaerobik yang

teratur minimal 30-45 menit 4 kali seminggu

mempunyai pengaruh penurunan total

plasma kolesteroldan kolesterol LDL,

terutama bila diiringi dengan penurunan BB.

(Kamso, et al. 2002)

Hasil penelitian menunjukkan, diperoleh

perbedaan rata-rata kadar kolesterol ada

pengaruh yang signifikan antara Therapeutic

Lifestyle Changes terhadap kadar kolesterol

diketahui dari nilai signifikan < 0,05 (p-

value=0,000). Setelah diberikan intervensi

Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) terhadap

pengontrolan kadar kolesterol didapatkan

nilai mean pretest pada kelompok intervensi

217.45 dan setelah postest 191.25, besar

kadar kolesterol tersebut berada dalam batas

normal kadar kolesterol dengan standar

deviasi pretest 22.19 dan postest 9.153, yang

artinya terdapat perbaikan kadar kolesterol

total dalam darah sebelum dan setelah

diberikan TLC pada kelompok intervensi.

Penelitian yang mendukung disampaikan oleh

Jafar (2012) tentang pengaruh edukasi

terhadap pengetahuan, pola makan dan kadar

kolesterol darah pasien hiperkolesterolemia

pada 30 penderita hiperkolesterolemia

dengan tekhnik pre experiment pretest dan

post test didapatkan terdapat 1 responden

(3,3%) yang terkontrol kadar kolesterol

darahnya dan 29 responden (96,7%) yang

tidak. Namun, setelah dilakukan post-test,

terdapat peningkatan jumlah responden yang

Page 10: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

121

terkontrol kadar kolesterol darahnya, yaitu 14

responden (46,7%), dan yang tidak terkontrol,

menurun menjadi 16 responden (53,3%). Hasil

ini juga sejalan dengan penelitian Grace dan

Carolina (2012) yang menunjukkan orang

dewasa dengan hiperkolesterolemia dapat

diatasi dengan konseling gizi yang dirancang

untuk meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan untuk manajeman pengontrolan

kadar kolesterol. Dari studi kasusnya

didapatkan hasil bahwa respondennya

sebelum edukasi gizi adalah 9,2% dan setelah

edukasi turun menjadi 7,8%. Demikian juga

oleh penelitian Sharifirad etall (2009) yang

menyatakan bahwa edukasi gizi dapat

meningkatkan 'pengetahuan pasien dan

mengurangi kadar kolesterol darah pasien.

Hasil analisis hubungan Therapeutic Lifestyle

Change dengan kadar kolesterol total dalam

darah juga dipaparkan oleh (Rohmawardani,

2018) menunjukkan responden di Puskesmas

Boyolali I dominan menerapkan TLC dengan

cara yang baik yaitu sebanyak 59 orang dari

60 responden. Sedangkan data hasil

penelitian menunjukkan responden dengan

TLC baik dan status kolesterol baik yaitu

sejumlah 8 orang dari 60 orang respoden,

untuk responden yang memiliki TLC sedang

dengan status kolesterol terkontrol sejumlah

44 orang dari 60 responden. Hasil analisis

variabel TLC dengan status kolesterol

dinyatakan ada hubungan (p-value 0,046).

Responden mendapat pemeriksaan kesehatan

terkait pemeriksaan kadar kolesterol total

dalam darah tiap minggunya sehingga dapat

di evaluasi perbaikan kadar kolesterol total

dalam darah. Kurniawati (2011) menyatakan

Salah satu faktor yang mempengaruhi kontrol

kolesterol total dalam darah adalah asupan

makanan terutama jenis dan jumlah tersebut.

Dalam penelitian ini, responden memiliki

jadwal, jenis serta jumlah asupan makanan

yang berbeda-beda. Dari segi jenis, responden

mengkonmsi karbohidrat, protein, lemak,

kebutuhan gula garam sebagai jenis makanan

yang dikonsumsi setiap hari, penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ghaderi (2007) dari segi jumlah Asupan

lemak mempengaruhi kadar kolesterol darah

setelah makan. Makanan sumber lemak akan

dicerna dan diabsorbsi dengan kecepatan

berbeda-beda sehingga lemak dengan jumlah

yang sama tidak memberikan efek yang sama

dalam hal kadar kolesterol darah, maupun

kadar lemak darah.

Asupan asam lemak tertentu berpengaruh

juga pada metabolisme glukosa yang

menyebabkan terjadinya perubahan

komposisi membran fosfolipid dan fungsi

reseptor insulin (Darmono, 2007)

Page 11: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

122

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh TLC

terhadap pengaturan diet , aktivitas fisik, dan

kadar kolesterol total pasien

hiperkolesterolemia di Puskesmas Kota Sigli

Kabupaten Pidie.

Referensi

Almatsier. (2010). Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Anderson JW, Konz EC. (2009) Obesity and

disease management: Effects of weight

loss on comorbid conditions. Obesity

Res.(Supplement 4). Diakses dari

http://www.biomedcentral.com/1471-

2458/11/114

Antman EM, Braunwald E. (2013). Acute

myocardial infarction. Heart disease: a

textbook of cardiovascular medicine.

8th ed. Philadelphia: p. 1197322

American Heart Association. (2006). Heart

disease and stroke statistics- 2006

update. Dallas, Texas: American Heart

Association.

Badriyah, L. (2013). Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kadar Kolesterol

Total pada Anggota Klub Senam Jantung

Sehat UIN Jakarta Tahun 2013. Skripsi.

Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah: Jakarta

Brookes, L. (2004). “The Updated WHO/ISH

Hypertension Guidelines”. Available at:

www.medscape.com/

viewprogram/3005_author.

Downloaded: December 2016

Brown CD, Higgins M, Donato KA, Rohde FC,

Garrison R, Obarzanek E, et al. (2010).

Body mass index and the prevalence of

hypertension and dyslipidemia. Obesity

Res.2010;8(9):605-19.

Buse JB, Ginsberg HN, Bakris GL, Clark NG, Costa F, Eckel R, et al. (2007). Primary prevention of cardiovascular diseases in people with diabetes mellitus: A scientifi c statement from the American

Cheng C, Graziani C, Diamon JJ. (2010).

Cholesterol lowering effect of the food

for heart nutrition educational program.

J of Am Dietetic Association.

2004;4(12):1867-72.

Center for Disease Control and Prevention

(CDC). Can lifestyle modifi cations using

therapeutic lifestyle changes (TLC)

reduce weight and the risk for chronic

disease? Research to Practice No.7.

2010.

Champion, Victoria L. & Skinner Celette Sug. (2008). Health Behavior and Health Education; Theory, Research, and Practice, 4th Edition. San Fransisco, CA: Jossey-Bass Inc.

Debra AK. (2014). Medical nutrition therapy in

cardiovascular disease. In: Mahan LK, Escott-Stump S, Editors. Krause’s food nutrition and diet therapy. 11th Ed. USA: p. 860-91.

Depkes RI. (2004). Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Status kesehatan

Page 12: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

123

masyarakat Indonesia. In: Soemantri S, Budiarso LR, Sandjaja, editors. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT); 2004. Volume 2.

Dina KS. (2007). Pengaruh fitosterol terhadap

kadar ß-karoten serum penderita

hiperkolesterolemia [dissertation].

Jakarta: Magister Sains Ilmu Gizi Klinik

Universitas Indonesia.

Dinas Kesehatan Pidie. (2016). Profil

Kesehatan Kabupaten Pidie.

Fatmah, Permadi I, Sukmaniah S, Bardosono S,

Andayani DE, Christianto E.(2010).

Nutrient intake, body mass index, and

blood lipid profile of 20 years old or

older after 1 year without nutrition

counseling [research report]. Jakarta:

Department of Nutrition Faculty of

Medicine-University of Indonesia.

Garnadi, Y. 2012. Hidup Nyaman dengan

Hiperkolesterol. AgroMedia: Jakarta

Grundy SM. (2010). Nutrition in the management of disorders of serum lipids and lipoproteins. In: Modern Nutrition in Health and Disease. 1st ed. Philadelphia: Lipincott William & Wilkins; 2006.p.1076-92.

Hidayat, Azis Alimul, (2007). Riset

Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah, Edisi 2. Jakarta: Selemba Medika.

Hidayati,et al (2013). Kepatuhan Pasien:

Faktor Penting Dalam Keberhasilan Terapi. Majalah infopom., 7 (5), 1-3

Hopkins PN. Effects of dietary cholesterol on

serum cholesterol: a meta-analysis and review.Am J Clin Nutr. l992;55:106070.

Horne. (2001). R. Compliance Adherence and Concordance in Pharmacy Practice ed. Taylor KMG & Harding G. 2001. Taylor & Francis Inc. eBook ISBN 0-203-30315-6 Master e-book ISBN p 149-16

Kemenkes.RI. (2014). Profil Kesehatan

Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kerver, J.M., Yang, E.J., Bianchi, L.,dan Song, W.O. (2010). Dietary patterns associated with risk factors for ardiovascular disease in healthy US adults. The American Journal of Clinical Nutrition, 78, 1103-1110.

Lieberman.(2009)“TherapeuticExercise”.Avail.

at.http://emedicine.medscape.com/article/324583-overview. Downloaded: Agustus 2015.

Murray, Granner, Mayes, dan Rodwell. (2003).

Harper’s Illustrated Biochemistry. (Ed. Ke -26, pp.217, 219). United States of America : The MCGraw-Hill.

National Institutes of Health (NIH). (2002).

National Heart, Lung, and Blood Institute.Third report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) expert panel on detection, evaluation, and treatment of high blood cholesterol in adults (Adult Treatment Panel III). Bethesda: NIH publication 02-5215.

National Institute of Health, National Heart,

Lung, and Blood Institute (NIH-NHLBI), National Cholesterol Education Program ATP III Guidelines at a Glance Quick Desk Reference”. Avail.at. http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/cholesterol/ atglance.pdf.

National Cholesterol Education Program.

2001. Third Report of the National Cholesterol Education Program (NECP)

Page 13: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

124

Expert Panel on Detection,Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). NIH Publication No 01-3670

Nicolle. (2008). Patient Compliance in

Remington The Science and Practice of Pharmacy (Vol. Volume II). USA: The Philadelpia College of Pharmacy and Science.

Notoadmodjo. (2003). “Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan”. PT. Jakarta: Rhineka Cipta.

Nurrahmani (2012). Upaya meningkatkan

perilaku pasien dalam tatalaksana pencegahan hypercholesterol. Jurnal Ners Vol. 6 No. 1.

Plana N, Nicolle C, Ferre R, Camps J, Cos R,

Villoria J, et al.Plant sterol-enriched fermented milk enhances the attainment of LDL-cholesterol goal in hypercholesterolemic subjects. Eur J Nutr. 2008;47:32

Rader DJ. Lipid disorders. In: Text book of

cardiovascular medicine. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2003. p. 43-64.

Sarwono. (2004). “Sosiologi Kesehatan

Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya”. 111 132, Cetakan ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ. Press

Saunders. (2004). Medical nutrition therapy in

cardiovascular disease. In: Mahan LK, Escott-Stump S, Editors. Krause’s food nutrition and diet therapy. 11th Ed. USA

Sihadi. Long-term effect of nutritional

counseling: a study in family medicine. Am J Clin Nutr.1997;65(suppl):1946S-50S.

Smith. (2007). Epidemiology of dyslipidemia

and economic burden on the healthcare system. Am J Manag Care.

Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan

Stroke Hubungannya dengan Lemak dan Kolesterol. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Snetselaar L. Counseling for change. In:

Mahan LK, EscottStump S, Editors. Krause’s food nutrition and diet therapy. Ed. USA: Saunders; 2004. p. 519-31.

Talbert.(2005). Hyperlipidemia.

“Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach”. Sixth Edition, 429-430, Edited by J.T.DiPiro, McGraw-Hill Comp. Inc.

Third report of the national cholesterol

education program (NCEP) expert panel on detection, evaluation, and treatment of high blood cholesterol in adults (adult treatment panel III) fi nal report. Circulation 2002;106(25):3143-421.

Waspadji, S., Suyono, S., Sukardji, K., Hartati,

B.S.A. 2003. Pengkajian Status Gizi Epidemiologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

World Health Organization (WHO). Obesity.

2006. National institutes of health.

Clinical guidelines on the identifi cation,

evaluation, and treatment of

overweight and obesity in adults—the

evidence report. Obesity Research

1998;6(suppl 2):51S–209S.

Wilson PWF, D’Agostino RB, Sullivan L, Parise

H, Kannel WB. Overweight and obesity

as determinants of cardiovascular risk:

Page 14: Pengaruh Therapeutic Lifestyle Change Terhadap Pengaturan ...

Indriyana, Tahlil, Mudatsir / Jurnal Ilmu Keperawatan (2018) 6:1

125

The framingham experience. Arch Intern

Med. 2002;162(16):1867-