BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peran Pembimbing Klinik ... II AGUSTINI.pdf · Pembimbing klinik...

25
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan 2.1.1 Pengertian Pembimbing Klinik Keperawatan Hidayat (2007), menyatakan pembimbing klinik keperawatan adalah pembimbing atau guru perawat (nurse teacher). Kegiatan pembelajaran klinik merupakan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar dalam konteks pelayanan nyata. Maksudnya mahasiswa belajar memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan tersebut. Mahasiswa belajar bekerja sesuai dengan standar pelayanan profesi keperawatan. Selama proses pembelajaran klinik keperawatan terjadi proses interaksi antara pembimbing klinik, mahasiswa, dan pasien. Ketiga komponen ini akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran praktek klinik keperawatan. Pembimbing klinik merupakan tenaga perawat yang ditunjuk atau diangkat oleh instansi yang digunakan sebagai lahan praktek. Pembimbing klinik adalah seorang yang diangkat dan diberikan tugas oleh institusi pelayanan atau pendidikan kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di rumah sakit (Akbar, 2006). Hal ini sesuai dengan pendapat. Membimbing adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri, 12

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peran Pembimbing Klinik ... II AGUSTINI.pdf · Pembimbing klinik...

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan

2.1.1 Pengertian Pembimbing Klinik Keperawatan

Hidayat (2007), menyatakan pembimbing klinik keperawatan adalah

pembimbing atau guru perawat (nurse teacher). Kegiatan pembelajaran klinik

merupakan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar dalam konteks pelayanan nyata.

Maksudnya mahasiswa belajar memberikan pelayanan kepada pasien yang

membutuhkan pelayanan kesehatan tersebut. Mahasiswa belajar bekerja sesuai

dengan standar pelayanan profesi keperawatan. Selama proses pembelajaran klinik

keperawatan terjadi proses interaksi antara pembimbing klinik, mahasiswa, dan

pasien. Ketiga komponen ini akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan

pembelajaran praktek klinik keperawatan. Pembimbing klinik merupakan tenaga

perawat yang ditunjuk atau diangkat oleh instansi yang digunakan sebagai lahan

praktek. Pembimbing klinik adalah seorang yang diangkat dan diberikan tugas oleh

institusi pelayanan atau pendidikan kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada

mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di rumah

sakit (Akbar, 2006). Hal ini sesuai dengan pendapat. Membimbing adalah suatu

proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing

kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri,

12

13

penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat

perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Asyahadi,

2004).

2.1.2 Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan

Pusdiknakes (2004) dalam Martono (2009), menetapkan tugas yang dapat

dikerjakan pembimbing klinik dalam rangka kegiatan pembelajaran praktek klinik

yaitu :

1. Merumuskan tujuan pembelajaran praktek klinik

2. Menentukan indikator pencapaian target kompetensi praktek

3. Mengidentifikasi tempat praktek klinik

4. Mengidentifikasi dan menentukan peralatan atau sumber yang diperlukan selama

pembelajaran praktek klinik

5. Memfasilitasi mahasiswa memperoleh target kompetensi dan alat-alat yang

digunakan

6. Memecahkan masalah belajar praktek

7. Membangkitkan dan mendorong semangat mahasiswa selama mengikuti

pembelajaran praktek klinik dan menghargai kerja mahasiswa

8. Memberikan contoh pelayanan keperawatan terhadap pasien secara nyata kepada

mahasiswa

9. Melakukan penilaian kepada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran praktek

klinik

14

10. Membuat laporan pembelajaran praktek klinik.

2.1.3 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan

Berdasarkan Pedoman Bimbingan Mahasiswa Keperawatan/Kebidanan

RSUP Sanglah Denpasar (2010), peran pembimbing klinik yaitu sebagai narasumber,

perencana, fasilitator, motivator, role model, demonstrator, evaluator dan change

agent.

Peran dalam bidang dunia keperawatan merupakan cara untuk menyatakan

dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan, penelitian dan

dapat mengembangkan asuhan keperawatan dalam membina kerjasama dari tenaga

kesehatan lainnya serta dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam melakukan

tindakan. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam

kaitannya dengan statusnya dalam masyarakat (Asmadi, 2008). Secara umum Peran

dan fungsi Pembimbing klinik menurut Asmadi (2008), yaitu :

1. Sebagai educator (guru/pendidik)

Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik Memberi pendidikan dan

pemahaman kepada mahasiswa dalam bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik

keperawatan. Biasanya dalam ruang perawat dikenal dengan pembimbing klinik yang

berperan dalam memberikan pendidikan kepada para mahasiswa keperawatan yang

sedang menjalankan praktek keperawatannya di RS / Puskesmas.

15

2. Sebagai care giver (pemberi asuhan keperawatan)

Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan

pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian

dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa

keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan

sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara

pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilakukan.

3. Sebagai Role Model

Perawat sebagai pembimbing klinik harus dapat memberikan contoh yang

baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh

masyarakat. Selain itu perawat juga dapat memberikan contoh yang baik kepada

peserta didik atau mahasiswa tentang bagaimana cara bertingkah laku maupun dalam

memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar.

Menurut Soeratri (2013), peran seorang pembimbing klinik keperawatan

sebagai educator dalam praktek klinik keperawatan dibagi menjadi 4 yaitu:

16

1. Sumber informasi

Sebagai sumber informasi seorang pembimbing klinik keperawatan harus

memiliki pengetahuan/keterampilan/pengalaman lebih banyak dalam hal praktek

klinik keperawatan dibandingkan mahasiswa. Selain itu pembimbing klinik

keperawatan juga dapat dijadikan sumber informasi yang dapat dihandalkan yang

diperkaya dengan modul-modul seperti SAK sebagai acuan membimbing mahasiswa.

2. Sebagai motivator

Sebagai pembimbing klinik keperawatan sebaiknya dapat menjadi motivator

bagi mahasiswanya dengan menggunakan pendeketan ARDS yaitu attention

(memberikan perhatian kepada mahasiswa), relevance (memiliki keterkaitan antara

ilmu dengan motivasi), convidence (memiliki rasa percaya diri), satisfaction (ilmu

yang diberikan kepada mahasiswa dapat menimbulkan rasa puas bagi seorang clinical

instructor).

3. Sebagai Fasilitator

Sebagai seorang pembimbing klinik keperawatan diharapkan tidak hanya

mengajar mahasiswa tetapi mampu memfasilitasi mahasiswa untuk mencapai target

kompetensi yang ditetapkan.

4. Sebagai Evaluator

Pembimbing klinik keperawatan diharapkan mampu mengevaluasi apakah

yang dicapai mahasiswa telah sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.

17

Pembimbing klinik keperawatan juga harus mampu merencanakan, melaksanakan,

dan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa dan mengevaluasi proses belajar mengajar.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Peran Pembimbing Klinik Keperawatan

Peran dipengaruhi oleh berbagai faktor dibawah ini yang terkait dengan

pengetahuan yang harus dimiliki sebagai sumber peran. Faktor tersebut terdiri dari

faktor internal dan eksternal, yaitu:

1. Faktor Internal

a. Pendidikan.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain

terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang memperoleh informasi

pula mereka menerima informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan

yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan

nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

c. Umur

Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada

18

empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya

ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.

Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan

dewasa.

d. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan

pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

f. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang

baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap

obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis timbul kesan yang sangat

mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula

membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

2. Faktor Eksternal

a. Kebudayaan

Lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam suatu

wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat

mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan

19

lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukkan sikap

pribadi atau sikap seseorang.

b. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang

memperoleh pengetahuan yang baru (Hannie, 2007).

2.1.5 Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan

Berdasarkan Pedoman Bimbingan Mahasiswa Keperawatan/Kebidanan RSUP

Sanglah Denpasar (2010), tugas seorang pembimbing klinik yaitu:

1. Melakukan orientasi ruangan, pasien, alat, tata tertib, SOP dan hal lain sesuai

dengan kondisi ruangan

2. Membagi mahasiswa sesuai dengan target kompetensi dan situasi ruangan

3. Bersama CT membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh

mahasiswa dan melakukan evaluasi

4. Menandatangani pencapaian target kompetensi mahasiswa

2.1.6 Pengukuran Peran

Menurut Azwar (2005), pengukuran peran dapat dilakukan dengan

menggunakan Skala Likert. Cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual

adalah membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata skor kelompok dimana

responden tersebut termasuk. Menurut Riwidikdo (2009), ketentuan pembagian

tersebut menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan

20

simpangan baku (standar deviasi). Apabila kita mengkategorikan dalam lima

kategori, sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang, maka parameter yang

digunakan yaitu:

1. Sangat baik, bila x > mean + 1,5 SD

2. Baik, bila mean + 0,5 SD < x < mean +1,5 SD

3. Cukup baik, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD

4. Kurang baik, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD

5. Sangat kurang Baik, bila x < mean – 1,5 SD

Mean adalah jumlah nilai seluruh responden dibagi jumlah responden

SD= ∑x2 – ( ∑xi )2

n

n-1

Keterangan:

SD: Standar Deviasi

xi: Jumlah seluruh nilai responden

n: jumlah seluruh responden (Riwidikdo, 2009).

2.1.7 Kompetensi Pembimbing Klinik Keperawatan

Menurut Soeratri (2013), seorang pembimbing klinik keperawatan harus

mempunyai 4 kompetensi, yaitu:

21

1. Kompetensi professional

Seorang pembimbing klinik keperawatan harus ahli dibidangnya dengan

kriteria, yaitu berpendidikan formal tertentu, pernah mengikuti pelatihan tertentu

dalam jenis dan jumlah yang ditetapkan dan memiliki pengalaman dalam bidang

tertentu (linier) dalam kurun waktu tertentu. Kompetensi yang harus dimiliki yaitu

menguasasi materi keilmuan, merencanakan melaksanakan dan melakukan penelitian.

2. Kompetensi pedagogic

Pembimbing klinik keperawatan harus mempunyai kemampuan merancang

kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi kegiatan

pembelajaran, mengelola kelas, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Kompetensi kepribadian

Pembimbing klinik keperawatan harus memiliki nilai, komitmen, etika

professional yang mempengaruhi perilaku terhadap sejawat, mahasiswa dan

karyawan lainnya. Sub kompetensi yang harus dimiliki yaitu empati, berpandangan

positif, genuine (bersikap wajar dan terbuka) serta berorientasi pada tujuan.

4. Kompetensi sosial

Pembimbing klinik keperawatan memiliki kemampuan melakukan hubungan

sosial dengan semua pihak untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sub

kompetensi yang harus dimiliki, yaitu menghargai keragaman budaya, menyajikan

pendapat, menghargai pendapat orang lain dan membangun suasana kelas.

22

2.1.8 Kriteria Pembimbing Klinik Keperawatan

Pembimbing klinik diharapkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut

(Hidebrand, 1971 dalam Asyahadi, 2004):

1. Profesional dalam keterampilan yang diajarkan

2. Mendorong mahasiswa untuk mempelajari keterampilan baru

3. Meningkatkan komunikasi yang terbuka (2 arah)

4. Memberikan umpan balik segera

5. Mengatur stress para mahasiswa

6. Memusatkan pada keberhasilan mahasiswa bukan pada kegagalan

7. Sabar dan mendukung

8. Memberi penghargaan dan dukungan positif

9. Memperbaiki kesalahan mahasiswa tapi tetap mempertahankan rasa harga diri

10. Mendengar aktif

11. Memberi kesempatan untuk istirahat

12. Mengamati respon peserta didik

13. Memberi pujian

Sedangkan berdasarkan pedoman bimbingan mahasiswa keperawatan/

kebidanan RSUP Sanglah Denpasar (2010), kriteria seorang pembimbing klinik yaitu:

1. pembimbing klinik ditentukan oleh bidang keperawatan masing-masing rumah

sakit

23

2. Latar belakang pendidikan D3 Keperawatan ditambah pengalaman kerja minimal

5 tahun dibidangnya atau S1/D4 Keperawatan dengan pengalaman kerja minimal

3 tahun

3. Memiliki sertifikat pembimbing klinik.

2.1.9 Karakteristik Pembimbing Klinik Keperawatan

Menurut Ngalim (2007), karakteristik dari seorang pembimbing klinik yang

efektif dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu :

1. Pengetahuan dan kompetensi klinik

Pengetahuan dan kompetensi klinik disini meliputi pengetahuan akan ilmu

keperawatan yang dimiliki pengajar harus luas dan memahaminya secara mendalam.

Disamping ilmu keperawatan yang diberikan kepada peserta didik, pengajar juga

harus memiliki pengetahuan akan materi-materi yang berhubungan dengan hal itu.

Kemampuan untuk menganalisa teori dan mengumpulkannya dari berbagai sumber,

menitikberatkan pada pemahaman, kemauan untuk mendiskusikan dengan peserta

didik mengenai pandangan atau pendapat yang berkaitan dengan bimbingan. Pengajar

klinik yang efektif juga berperan sebagai perawat pelaksana (clinician).

Mempertahankan kompetensi klinik sangat penting, diantaranya untuk dapat

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik.

2. Hubungan interpersonal dengan peserta didik

Kemampuan dalam berinteraksi dengan para peserta didik dan tenaga

kesehatan lain juga merupakan perilaku dari pengajar yang efektif. Disamping itu

24

kemampuan untuk menyatukan kelompok-kelompok dari peserta didik ke dalam

kesatuan dan membangun respek serta mengadakan hubungan yang baik antara

pengajar dengan peserta didik.

3. Kemampuan membimbing

Kemampuan dalam membimbing termasuk diantaranya kemampuan

kebutuhan proses bimbingan bagi peserta didik, merencanakan bahan bimbingan

(plan instruction) dalam tiap-tiap bagian atau pokok bahasan dan tujuan yang harus

dicapai, dan mengevaluasi proses bimbingan. Seorang pengajar yang efektif juga

memberikan informasi yang terstruktur, memberikan penjelasan yang lengkap dan

langsung kepada peserta didik, menjawab pertanyaan secara jelas,

mendemonstrasikan prosedur dan beberapa proses perawatan lainnya dengan efektif.

Pembimbing klinik juga harus mampu mengkomunikasikan atau mentransfer

pengetahuan ke peserta didik.

4. Karakteristik pribadi

Karakteristik pribadi dapat mengasosiasikan antara dinamisasi dari program

studi dengan semangat untuk pengajaran di area klinik. Pengamatan yang tajam atau

kepandaian dalam memutuskan dan semangat tersebut bisa didapat jika merasa

nyaman bekerja dengan para peserta didik dan memiliki kepercayaan diri terhadap

kemampuan mengajarnya dan keterampilan kliniknya. Penelitian lain menyatakan

karakteristik lainnya yaitu bersahabat, dapat memahami, mendukung, dan

25

bersemangat tinggi, kejujuran, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan

keterbatasan serta kekurangan dalam pengetahuan.

2.2 Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan

2.2.1 Pengertian Kepuasan

Menurut Kotler dalam Supranto (2006), kepuasan adalah tingkat keadaan

yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan

atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang.

Kepuasan pelanggan adalah merupakan evaluasi purna beli dimana alternative yang

dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui

harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh

tidak memenuhi harapan pelanggan (Irawan, 2007). Menurut Oliver dalam Tjiptono

(2007), kepuasan adalah perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil

yang dirasakannya dengan harapannya. Day dalam Azrul (2006), menyatakan bahwa

kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi

ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma

atau kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan

Menurut Hidayat (2007), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar hal ini kaitannya dengan

pelaksanaan bimbingan klinik dalam proses pembelajaran yaitu:

26

1. Persepsi Mahasiswa

Cara pandang mahasiswa terhadap materi yang diberikan, baik materi secara

langsung dimeja kuliah maupun materi saat pelaksanaan bimbingan lapangan.

Persepsi mahasiswa disini dipengaruhi oleh banyak hal antara lain: pengetahuan,

kebudayaan, sikap dan motivasi

2. Profesionalisme Dosen/Pendidik

Kemampuan pembimbing untuk memberikan bimbingan yang berkualitas,

kemampuan atas pengetahuan, keramah-tamahan, kesopanan dan kemampuan

komunikasi yang baik.

3. Akses Informasi

Kemudahan dalam memperoleh akses informasi yang dibutuhkan oleh

mahasiswa bepengaruh pada kepuasan mahasiswa terhadap pelaksanaan proses

belajar mengajar. Informasi memegang peran yang penting dalam menyokonng

kelancaran proses pembelajaran, sehingga apa yang menjadi tujuan dan target

mahasiswa akan terpenuhi.

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar mahasiswa

maupun yang mendukung proses bimbingan sangat mempengaruhi kepuasan

mahasiswa. Sarana dan prasarana yang lengkap serta modern sangat diharapkan agar

mehasiswa merasakan kenyamanan dalam proses bimbingan.

27

2.2.3 Tingkat Kepuasan

Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang

dirasakan dan harapan. Ada tiga tingkat kepuasan yaitu bila penampilan kurang dari

harapan maka pelanggan tidak puas, bila penampilan sebanding dengan harapan maka

pelanggan puas, dan apabila penampilan melebihi harapan maka pelanggan merasa

sangat puas atau senang (Wijono, 2009). Puas atau tidak puas tergantung pada sikap

terhadap ketidaksesuaian (rasa senang atau tidak senang) dan tingkatan daripada

evaluasi (baik atau tidak) untuk dirinya, melebihi atau di bawah standar (Wijono,

2009).

2.2.4 Komponen Tingkat Kepuasan

Kotler dalam Supranto (2006), menentukan lima komponen yang

menentukan kualitas mutu pelayanan (dimensi kepuasan). Kelima dimensi ini dikenal

sebagai SERQUAL (Irawan, 2002). Konsep ini paling banyak dipakai sekarang yaitu :

1. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan

janji yang ditawarkan. Dalam bimbingangan klinik reliability dapat berupa

kemampuan dosen atau pengajar dalam memberikan jasa sesuai dengan yang

dijanjikan. Dalam hal ini yaitu kemampuan pembimbing klinik keperawatan

dalam memberikan pelayanan kepada mahasiwa yang dapat berupa bimbingan

dalam pelaksanaan praktek klinik keperawatan

2. Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu

pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap yang meliputi :

28

kesigapan petugas dalam melayani klien, kecepatan petugas dalam menangani

transaksi dan penanganan keluhan klien. Dalam bimbingangan klinik komponen

responsiveness dapat berupa kemauan dari dosen membantu mahasiswa dan

memberikan jasa dengan cepat dan berkualitas, termasuk dalam menanggapi

keluhan yang dihadapi mahasiswa. Dalam hal ini peran pembimbing klinik

diharapkan dapat memberikan pelayanan berupa bimbingan yang cepat dan

berkualitas.

3. Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk

secara tepat, kualitas keramah-tamahan, perhatian, dan kesopanan dalam

memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan

kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.

Dalam bimbingangan klinik komponen assurance dapat berupa kemampuan

pembimbing klinik untuk memberikan keyakinan kepada mahasiswa bahwa

jasa yang diberikannya telah sesuai dengan ketentuan dan berkualitas,

kemampuan atas pengetahuan, kualitas keramah-tamahan, perhatian, dan

kesopanan dalam memberikan pelayanan

4. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan kepada pelanggan

yaitu meliputi kemudahan pelanggan memanfaatkan jasa, kemampuan

komunikasi untuk menyampaikan informasi pada pelanggan dan pemahaman

terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam bimbingangan klinik

komponen emphaty dapat berupa kesediaan pembimbing klinik untuk lebih

29

peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada mahasiswa serta

kemampuan CI dalam berkomunikasi

5. Tangibles, meliputi penampilan fisik seperti gedung dan ruangan, tersedianya

tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan

peralatan komunikasi dan penampilan karyawan. Dalam bimbingangan klinik

komponen tangibles dapat berupa persepsi mahasiswa terhadap penampilan

fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi yang diperoleh selama

praktek klinik keperawatan.

2.2.5 Pengukuran Tingkat Kepuasan

Pengukuran kepuasan erat hubungannya dengan mutu produk (barang atau

jasa). Produk dikatakan bermutu apabila produk tersebut dapat memenuhi

kebutuhannya. Mengukur tingkat kualitas jasa berarti mengevaluasi/membandingkan

kinerja suatu jasa dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Metode yang sampai saat ini dianggap paling tepat untuk mengukur kualitas jasa

adalah dengan menggunakan kuesioner kepuasan pelanggan (Supranto, 2006). Cara

terbaik untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan yang sudah disusun dalam

bentuk kuesioner adalah dengan menanyakan secara langsung kepada para pelanggan

yang sudah berpengalaman menggunakan jasa tertentu. Dalam hal ini mutu produk

dari jasa tersebut adalah mutu dari pelaksanaan praktek keperawatan, sehingga objek

dari mutu tersebut adalah mahasiswa keperawatan. Untuk mengukur tingkat kepuasan

mahasiswa tentang praktek klinik keperawatan dapat dilakukan menanyakan secara

30

langsung kepada mahasiswa yang praktek di tempat tersebut. Mahasiswa

diwawancarai dari dua segi yaitu dari harapan mahasiswa dan dari kenyataan yang

dia alami. Menurut Riwidikdo (2009), ketentuan pembagian kategori suatu skor

penelitian menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan

simpangan baku (standar deviasi). Apabila kita mengkategorikan dalam lima

kategori, sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang, maka parameter yang

digunakan yaitu:

1. Sangat puas, bila x > mean + 1,5 SD

2. Puas, bila mean + 0,5 SD < x < mean +1,5 SD

3. Cukup puas, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD

4. Kurang puas, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD

5. Sangat kurang puas, bila x < mean – 1,5 SD

Mean adalah jumlah nilai seluruh responden dibagi jumlah responden

SD= ∑x2 – ( ∑xi )2

n

n-1

Keterangan:

SD: Standar Deviasi

xi: Jumlah seluruh nilai responden

n: jumlah seluruh responden (Riwidikdo, 2009).

31

2.2.6 Teknik Analisa Tingkat Kepuasan

1. Metode ServQual

Menurut Irawan (2007), metode yang banyak digunakan untuk

mendapatkan indeks kepuasan pelanggan dengan metode ServQual. Dengan metode

ini, dilakukan pengukuran terhadap lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu reliability,

responsiveness, assurance, empathy, dan tangible, kemudian 5 dimensi ini dijabarkan

dalam atribut yang total berjumlah 22 atribut. Tidak ada keharusan bagi perusahaan

untuk selalu menggunakan 22 atribut tersebut. Atribut dapat ditambahkan atau

dikurangi sesuai dengan kondisi dari industri masing-masing. Salah satu ciri khas dari

indeks kepuasan pelanggan yang dihasilkan oleh ServQual ini adalah perhitungan

berdasarkan gap. (Irawan, 2007).

2. Analisa kuadran/Importance-Performance Analysis

Untuk menganalisis data Tingkat Kepuasan dipergunakan metode deskriptif

kualitatif-kuantitatif, John A. Martila and John C, James, 1977 dalam Supranto

(2006), dengan menggunakan Importance-Performance Analysis atau Analisis

Tingkat Kepentingan dan Kinerja/kepuasan pelanggan. Dalam hal ini digunakan skala

likert. Untuk tingkat kepentingan/harapan pasien terdiri dari sangat penting, penting,

cukup penting, kurang penting, dan tidak penting. Sedangkan untuk

kinerja/pengalaman diberikan lima penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup baik,

kurang baik, dan tidak baik.

32

Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi oleh rerata skor tingkat kinerja/

pengalaman, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh rerata skor tingkat

harapan/kepentingan. Selanjutnya hasil perhitungan rata-rata skor tersebut diplot

nilainya pada Diagram Kartesius yang merupakan suatu bangun yang dibagi atas

empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada

titik-titik (X,Y) dimana X merupakan rerata dari rerata skor tingkat kinerja/

pelaksanaan dan Y rerata dari rerata skor tingkat harapan kepentingan.

Diagram Kartesius

Kinerja/pengalaman (x)

Harapan/kepentinga

n (y)

PRIORITAS UTAMA

A

PERTAHANKAN

B

PRIORITAS RENDAH

C

BERLEBIHAN

D

Gambar 1. Diagram Kartesius

Keterangan :

A. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi keputusan

pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun

manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pelanggan. Sehingga

mengecewakan/tidak puas

B. Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan,

untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.

Sumber: John A. Martila and John C, James (1977) dalam Supranto (2006)

33

C. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan,

pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan

kurang memuaskan.

D. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi

pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan

(Supranto, 2006).

2.2.7 Pengertian Praktek Lapangan Klinik Keperawatan

Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui

kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam

memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan

tanggung jawabnya (Nursalam, 2011). Menurut Poerwadarminta (2004), dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Klinik adalah rumah sakit atau lembaga kesehatan

tempat orang berobat dan memperoleh advis medis serta tempat mahasiswa

kedokteran melakukan pengamatan terhadap kasus penyakit yang diderita para

pasien, sehingga parktek lapangan klinik keperawatan adalah tindakan mandiri yang

dilakukan mahasiswa keperawatan di rumah sakit melalui kerjasama berbentuk

kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan

keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya.

Lingkungan belajar klinik adalah suatu sarana yang dapat memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan dasar-dasar pengetahuan teori ke

34

dalam pembelajaran dengan menerapkan berbagai keterampilan intelektual dan

psikomotor yang diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan (Hidayat, 2007).

Menurut Akbar (2006), pembelajaran klinik adalah proses belajar mengajar di klinik

atau rumah sakit pendidikan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang nyata

dalam mengatasi masalah kesehatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Untuk itu lingkungan belajar klinik di rumah sakit sangat membantu

dalam proses pembelajaran praktek.

2.2.8 Metode Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan

Metode bimbingan praktik klinik keperawatan yang sering digunakan adalah

sebagai berikut (Ngalim, 2007):

1. Metode Observasi

Metode yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dengan

mengembangkan perilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang. Metode ini

meliputi :

a. Observasi lapangan

b. Field trip (studi lapangan)

c. Ronde keperawatan

d. Metode demonstrasi

2. Metode bedside teaching

Merupakan metode bimbingan yang dilakukan di samping tempat tidur klien

dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien.

35

3. Metode nursing clinic

Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan

kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan

dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip-prinsip dan

prosedur perawatan dari pasien.

4. Metode penugasan membuat catatan dan laporan tertulis (eksperensial)

Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan untuk membuat

catatan dan laporan secara tertulis di lahan praktik.

5. Metode studi asuhan keperawatan (Nursing care study)

Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah

dimana peserta didik melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh

mengenai masalah klinik yang mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.

2.3 Hubungan Peran Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Mahasiswa dalam

Praktek Lapangan Klinik Keperawatan

Peran seorang pembimbing klinik dalam praktek lapangan klinik keperawatan

memegang peran penting dalam menciptakan proses pembelajaran mahasiswa

keperawatan. Seorang pembimbing klinik adalah seorang perawat yang dipilih

karena mempunyai pemahaman tentang konsep keperawatan baik teori maupun

praktis, sehingga terampil sebagai pengajar dan mempunyai komitmen sebagai

pembimbing klinik yang benar-benar memahami peran dan fungsinya dalam

36

membantu kegiatan mahasiswa. Peran pembimbing klinik dapat diukur melalui

pandangan mahasiwa yang praktek di ruangan tersebut. Peran pembimbing klinik

berkaitan dengan kepuasan mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktek

klinik keperawatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2000) dalam Irawan

(2007), yang menyatakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan

seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome

produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Hasil dari

membandingkan harapan dengan kenyataan tersebut dapat dinilai melalui pandangan

seseorang. Kepuasan mahasiswa yang dalam hal ini sebagai customer yang berkaitan

dengan peran pembimbing klinik adalah kepuasan terhadap pelaksanaan praktek

klinik.

Kepuasan tentang pelaksanaan praktek klinik dikaitkan dengan peran seorang

pembimbing klinik yaitu, sebagai sumber informasi memiliki pengetahuan/

keterampilan/ pengalaman lebih banyak dalam hal praktek klinik keperawatan

dibandingkan mahasiswa. Sebagai motivator dapat memberikan motivasi bagi

mahasiswanya. Sebagai Fasilitator seorang pembimbing klinik keperawatan mampu

memfasilitasi mahasiswa dan sebagai Evaluator mampu mengevaluasi apakah yang

dicapai mahasiswa telah sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.