The Spiderwick Chronicles Buku 2 - Batu Penglihatan
-
Upload
inzomniawapkamobi -
Category
Documents
-
view
184 -
download
11
description
Transcript of The Spiderwick Chronicles Buku 2 - Batu Penglihatan
The Spiderwick Chronicles: THE SEEING STONE
Copyright 2003 by Tony DiTerlizzi and Holly Black
The Spiderwick Chronicles:
BATU PENGLIHATAN
Alih bahasa: Donna Widjajanto
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
Untuk nenekku, Melvina, yang mengatakan aku seharusnya menulis buku
seperti ini
dan kepada siapa kukatakan aku takkan melakukannya -H.B.
Untuk Arthur Rackham, semoga kau terus memberi inspirasi kepada
orang lain seperti yang kaulakukan kepadaku -T.D.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Dear Pembaca,
Tony dan aku sudah, bersahabat bertahun-tahun, dan kami berbagi
kekaguman masa kecil yang sama kepada makhluk-makhluk sejenis peri.
Kami tidak menyadari pentingnya ikatan itu atau bagaimana kekuatannya
teruji.
Suatu hari Tony dan aku-bersama beberapa penulis lainnya-sedang
menandatangani buku di sebuah toko buku besar. Saat acara itu selesai,
kami tetap tinggal, membantu mengatur buku-buku dan mengobrol,
sampai seorang pelayan mendatangi kami. Dia berkata ada surat yang
ditinggalkan untuk kami. Saat aku bertanya untuk siapa surat itu, kami
kaget mendengar jawabannya.
"Kalian berdua," katanya.
Surat itu disalin tepat sama dan dicantumkan di halaman berikut. Tony
menghabiskan waktu lama hanya menatap kertas fotokopi yang
terselipkan bersama surat itu. Lalu dengan suara pelan, dia terus
bertanya-tanya tentang isi naskah itu. Kami buru-buru menulis surat
balasan, memasukkannya ke amplop, dan meminta si pelayan
mengantarkannya kepada anak-anak keluarga Grace.
Tidak lama setelahnya, sebuah paket tiba di pintu rumahku, terikat pita
merah. Beberapa hari berikutnya, tiga anak membunyikan bel pintu, dan
menceritakan semua ini kepadaku.
Apa yang terjadi setelahnya sulit dilukiskan. Tony dan aku ditarik masuk
ke dunia yang tidak benar-benar kami percayai. Sekarang kami melihat
bahwa makhluk-makhluk sejenis peri lebih dari sekadar kisah masa
kanak-kanak. Ada dunia tak terlihat di sekeliling kita dan kami harap
kau, pembaca yang budiman, mau membuka mata untuk melihatnya.
-Holy Black-
Dear Mrs. Black dan Mr. DiTerlizzi:
Aku tahu banyak orang tidak percaya ada makhluk-makhluk seperti peri,
tapi aku percaya dan kurasa kalian juga. setelah membaca buku-buku
kalian, aku memberitahu saudara-saudaraku tentang kalian dan kami
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
memutuskan untuk menulis. kami mengenal makhluk-makhluk seperti
peri yang sebenarnya. malah, kami tahu banyak tentang mereka.
Halaman yang kami sertakan ini adalah fotokopi dari buku tua yang kami
temukan di loteng rumah kami. fotokopinya tidak bagus, karena kami
tidak pandai menggunakan mesinnya. Buku itu memberitahu orang cara
mengenali makhlu-makhluk seperti peri dan bagaimana melindungi diri
mereka sendiri.
Maukah kalian memberikan buku ini kepada penerbit kalian? kalau kalian
bisa, tolong masukkan surat ke amplop ini dan kembalikan ke toko. kami
akan mencari jalan untuk mengirimkan buku itu. pos biasa terlalu
berbahaya.
Kami hanya ingin orang-orang tahu tentang ini. Apa yang terjadi pada
kami bisa terjadi pada siapa pun.
Salam hormat,
Malloy, Jared, dan Simon Grace
BAB SATU
KETIKA Lebih dari Sekadar Kucing yang Hilang
BUS terakhir menurunkan Jared Grace di ujung jalan menuju rumahnya.
Dari sana jalanan menanjak menuju rumah tua tempat keluarga Jared
tinggal sampai ibunya menemukan tempat yang lebih baik, atau bibi
tuanya yang gila ingin rumah itu dikosongkan kembali. Dedaunan merah
dan emas di cabang-cabang rendah pepohonan di sekitar gerbang
membuat papan nama abu-abu itu tampak menyedihkan. Tempat itu
tampak seburuk perasaan Jared.
Dia tak bisa percaya dia dihukum harus tinggal di sekolah setelah jam
pelajaran usai.
Bukannya dia tidak berusaha bergaul dengan anak-anak lain. Dia hanya
tidak pandai menghadapi orang lain. Misalnya hari ini. Memang, dia
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
menggambar brownie saat guru menerangkan, tapi dia tetap
memperhatikan. Kurang-lebih. Dan Bu Guru kan tidak perlu menunjukkan
gambarnya di depan kelas. Setelah itu, anak-anak tidak berhenti
mengganggunya. Sebelum Jared sadar, dia sudah merobek buku catatan
seorang anak.
Dia berharap semuanya akan membaik di sekolah yang ini. Tapi sejak
perceraian orang-tuanya, semuanya semakin memburuk saja.
Jared masuk dapur. Saudara kembarnya, Simon, duduk di depan meja
makan tua dengan sepiring susu yang tak tersentuh di depannya.
Simon mendongak. "Kau melihat Tibbs?" "Aku baru pulang." Jared
membuka kulkas dan minum seteguk jus apel. Jus itu begitu dingin
sampai membuat kepalanya sakit.
"Well, apakah kau melihatnya diluar?" tanya Simon. "Aku sudah mencari
di mana-mana."
Jared menggeleng. Dia tidak peduli pada kucing bodoh itu. Kucing itu
salah satu anggota terbaru koleksi Simon. Satu binatang lagi yang ingin
disayang atau diberi makan, atau melompat ke pangkuannya saat dia
sibuk.
Jared tidak tahu mengapa dia dan Simon begitu berbeda. Dalam film-
film, kembar identik memiliki kemampuan hebat misalnya bisa saling
membaca pikiran hanya dengan bertatapan. Ternyata apa yang bisa
dilakukan orang kembar di dunia nyata hanyalah mengenakan celana
berukuran sama.
Kakak mereka, Mallory, berlari turun tangga, menggendong tas besar.
Gagang anggar muncul di sisi atas tas itu.
"Hei, hebat sekali kau mendapat hukuman, dasar gila." Mallory menghela
tas itu ke pundaknya dan berjalan menuju pintu belakang. "Paling tidak
kali ini tidak ada hidung yang patah."
"Jangan bilang Mom, oke, Mal?" Jared memohon.
"Masa bodohlah. Mom akan tahu cepat atau lambat." Mallory
mengangkat pundak dan keluar ke halaman. Jelas kelompok anggarnya
yang baru jauh lebih kompetitif daripada yang terakhir. Mallory
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
berlatih setiap saat dia bisa. Tingkahnya itu sudah nyaris menjadi
obsesi.
"Aku akan naik ke perpustakaan Arthur," kata Jared, dan mulai menaiki
tangga.
"Tapi kau harus membantuku menemukan Tibbs. Aku menunggumu pulang
supaya kau bisa membantuku."
"Aku tidak harus melakukan apa pun." Jared menaiki tangga dua-dua.
Di lorong atas dia membuka lemari baju dan masuk. Di belakang
setumpukan seprai yang sudah menguning dan penuh kapur barus ada
pintu ke ruang rahasia rumah itu.
Ruangan itu remang-remang, hanya diterangi cahaya yang masuk dari
jendela tunggal, juga berbau debu dan jamur. Dinding-dindingnya
dipenuhi buku tua yang sudah rapuh. Meja besar yang ditutupi kertas-
kertas dan stoples-stoples kaca mendominasi salah satu sisi ruangan.
Perpustakaan Paman Buyut Arthur. Tempat favorit Jared.
Dia melirik lukisan yang digantung di sebelah pintu masuk. Potret
Arthur Spiderwick menatap balik kepadanya dengan mata kecil yang
setengah tersembunyi di belakang kacamata bundar kecil. Arthur tidak
tampak terlalu tua, tapi mulutnya tipis dan sepertinya dia orang yang
kaku. Dia jelas tidak mirip orang yang memercayai makhluk-makhluk
seperti peri.
Setelah membuka laci pertama di sisi kiri meja, Jared mengeluarkan
buku yang terbungkus kain: Panduan Lapangan Arthur Spiderwick bagi
Dunia Fantastis di Sekitarmu. Dia baru menemukannya beberapa minggu
sebelumnya, tapi Jared sudah menganggap buku itu miliknya. Dia sering
membawanya ke mana-mana, kadang-kadang bahkan tidur dengan buku
itu di bawah bantalnya. Dia bahkan ingin membawanya ke sekolah, tapi
takut ada yang merampasnya.
Ada suara lembut dari dalam dinding.
"Thimbletack?" panggil Jared pelan.
Dia tidak pernah yakin kapan brownie yang tinggal di rumah itu muncul.
Jared meletakkan buku itu di sebelah proyek terakhirnya-potret
ayahnya. Tidak seorang pun, bahkan Simon, tahu bahwa Jared berlatih
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
menggambar. Dia tidak terlalu pandai-bahkan lukisannya jelek. Tapi
Panduan itu dibuat untuk mencatat berbagai bal, dan supaya bisa
mencatat dengan baik, dia harus belajar menggambar. Tetap saja,
setelah kejadian memalukan hari ini, Jared tidak terlalu ingin
menggambar. Sejujurnya, dia merasa ingin merobek-robek gambar
wajah Ayahnya.
"Suasana menggantung tidak enak di hati," kata suara di dekat telinga
Jared. "Lebih baik hati-hati."
Dia berbalik dan melihat pria kecil berkulit cokelat kacang, berpakaian
kaus seukuran boneka, dan celana yang terbuat dari kantong gaun. Dia
berdiri di salah satu rak buku setinggi mata Jared, memegang seutas
benang. Di rak teratas, Jared bisa melihat kilauan jarum perak yang
digunakan si brownie untuk meluncur turun.
"Thimbletack," kata Jared. "Ada apa?"
"Bisa masalah, bisa dugaan salah. Apa pun itu, kau yang memancingnya."
"Apa?"
"Kau menyimpan buku itu, tak mendengar nasihatku. Cepat atau lambat,
akan ada kejadian gawat."
"Kau selalu bilang begitu," kata Jared. "Memangnya tidak gawat
memotong-motong gaun untuk kaujadikan pakaianmu? Jangan bilang itu
gaun Bibi Lucinda."
Mata Thimbletack berkilat. "Jangan tertawa, jangan sekarang. Kau akan
mengalami ketakutan menjelang."
Jared mendesah dan berjalan ke jendela. Hal terakhir yang
dibutuhkannya adalah masalah baru. Di bawah, dia bisa melihat seluruh
halaman. Mallory berada dekat rumah kereta, menusuk-nusuk udara
dengan anggarnya. Lebih jauh lagi, dekat pagar rusak yang memisahkan
halaman dengan hutan di dekatnya, Simon berdiri, tangan membentuk
corong di mulut, mungkin memanggil-manggil kucing bodoh itu. Lebih
jauh lagi, pohon-pohon lebat menutupi pandangan Jared. Di bawah bukit,
di kejauhan, jalan tol memotong hutan, tampak seperti ular hitam di
tengah rerumputan tinggi.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Thimbletack meraih benang dan ber ayun ke bingkai jendela. Dia mulai
bicara, lalu hanya menatap ke luar. Akhirnya sepertinya suaranya
kembali. "Goblin di hutan. Sepertinya menakutkan. Peringatanku
terlambat. Tidak ada yang bisa membuatmu selamat."
"Di mana?"
"Di dekat pagar sana. Kau buta, ya?"
Jared menyipitkan mata dan menatap arah yang ditunjuk si brownie. Di
sana ada Simon, berdiri sangat diam dan menatap rumput dengan cara
yang aneh. Jared menatap ketakutan saat saudaranya mulai meronta.
Simon menggeliat dan meninju, tapi tidak ada apa-apa di sana.
"Simon!" Jared berusaha membuka jendela, tapi jendela itu dipantek
mati. Dia memukul-mukul kacanya.
Lalu Simon jatuh, masih berjuang melawan musuh yang tak kelihatan.
Beberapa saat kemudian, dia menghilang.
"Aku tidak melihat apa pun!" jerit Jared kepada Thimbletack. "Apa yang
terjadi?"
Mata Thimbletack yang hitam berkilau. "Aku lupa, matamu buta. Tapi
ada cara melihat itu, kalau kau mau menurut kataku."
"Kau membicarakan Penglihatan, kan?"
Si brownie mengangguk.
"Tapi bagaimana aku bisa melihatmu dan tidak melihat goblin-goblin
itu?"
"Kami bisa menunjukkan apa yang kami ingin kauketahui, bukan?"
Jared meraih buku Panduan dan membalik-balik halaman-halaman yang
sudah hampir di hafalnya: sketsa-sketsa, ilustrasi cat air, dan catatan
dengan tulisan tangan paman buyutnya yang melingkar-lingkar. "Ini,"
kata Jared.
Si brownie kecil melompat dari bingkai jendela ke meja.
Halaman di bawah jari-jari Jared menunjukkan berbagai cara berbeda
untuk memperoleh Penglihatan. Dia membaca cepat. "'Rambut merah.
Menjadi putra ketujuh dari putra ketujuh. Air mandi peri'?" Dia
berhenti di petunjuk terakhir, dan menatap Thimbletack, tapi brownie
kecil itu menunjuk penuh semangat ke halaman tersebut. Ilustrasi
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
menunjukkan dengan jelas, batu dengan lubang di lengahnya, seperti
cincin.
"Dengan lensa batu ini, kau bisa melihat apa yang tidak muncul sendiri."
Setelah mengatakan itu, Thimbletack melompat dari meja. Dia berlari
melintasi lantai menuju pintu lemari baju.
"Kita tidak punya waktu mencari batu-batuan," teriak Jared, tapi apa
yang bisa dilakukannya kecuali mengikuti si brownie?
BAB DUA
KETIKA Beberapa Hal Terjadi, Termasuk Tes
THIMBLETACK berlari melintasi halaman, melompat dari satu bayangan
ke bayangan yang lain. Mallory masih beerlatih anggar melawan dinding
rumah ke-reta tua, membelakangi tempat Simon tadi.
Jared melangkah ke belakangnya dan melepaskan headphone yang
dikenakan kakaknya dengan menarik kabelnya.
Mallory berbalik, mengarahkan anggar ke dada adiknya. "Apa?" "Simon
diculik goblin!"
Mata Mallory menyipit. Dia memandang ke sekeliling halaman. "Goblin?"
"Harus cepat-cepat." Suara Thimbletack mencicit seperti burung.
"Tidak ada waktu untuk tercekat."
"Ayolah." Jared mengangguk ke arah rumah kereta tempat si brownie
kecil menunggu. "Sebelum mereka menangkap kita."
"SIMON!" teriak Mallory.
"Diam." Jared meraih tangan kakaknya dan menariknya ke rumah
kereta, menutup pintunya di belakang mereka. "Mereka akan
mendengarmu."
"Siapa yang akan mendengarku?" tanya Mallory. "Goblin?"
Jared mengabaikannya.
Mereka sama-sama belum pernah masuk bangunan itu. Aromanya seperti
bensin dan jamur. Sehelai terpal menutupi mobil hitam tua. Rak-rak
memenuhi dinding, penuh kaleng dan stoples besi setengah terisi cairan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
cokelat dan kuning. Ada bilik-bilik yang pasti bekas tempat kuda-kuda
zaman dulu. Tumpukan kotak kayu dan kulit memenuhi satu sudut.
Thimbletack melompat ke atas sekaleng cat dan menunjuk ke arah
kotak-kotak itu. "Cepat! Cepat! Kalau mereka datang, kita harus siap
dengan tepat!"
"Kalau Simon ditangkap gobhn, mengapa kita membongkar-bongkar
barang-barang tua ini?" tanya Mallory.
"Ini," kata Jared, mengulurkan bukunya dan menunjuk gambar batu itu.
"Kita mencari ini.
"Wah, hebat," kata Mallory. "Mudah sekali mencarinya di tumpukan ini."
"Cepatlah," kata Jared.
Kotak kulit pertama berisi pelana, beberapa tali kekang, beberapa sisir,
dan peralatan merawat kuda lainnya. Simon pasti senang. Jared dan
Mallory membuka kotak berikut bersama. Kotak itu penuh peralatan tua
yang berkarat. Kemudian mereka menemukan beberapa kotak berisi
peralatan makan yang terbungkus dalam handuk kotor.
"Bibi Lucinda pasti tidak pernah membuang apa pun," kata Jared.
"Ini ada lagi." Mallory terengah saat menarik kotak kayu kecil ke dekat
adiknya. Tutupnya terbuka menerbangkan debu, menunjukkan bungkusan
koran-koran tua.
"Lihat betapa tua benda-benda ini," kata Mallory. "Yang ini bertanggal
tahun seribu sembilan ratus sepuluh."
"Aku bahkan tidak tahu sudah ada koran tahun seribu sembilan ratus
sepuluh."
Di dalam setiap bungkusan koran ada benda yang berbeda. Jared
membuka salah satunya yang berisi teropong besi. Dalam bungkusan lain
dia menemukan kaca pembesar. Benda itu membuat tulisan di bawahnya
besar. "Yang ini dari tahun seribu sembilan ratus dua puluh tujuh.
Semuanya berbeda."
Jared mengambil halaman lain. "Gadis Terbenam dalam Sumur Kering.'
Aneh."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Hei, lihat ini." Mallory meratakan salah satu koran. "Seribu delapan
ratus delapan puluh lima. Anak Laki-Laki Hilang.' Sepertinya dia dimakan
beruang. Lihat nama anak yang selamat! Arthur Spiderwick.'"
"Ini dia! Ini dia!" kata Thimbletack, masuk ke dalam kotak. Saat muncul
kembali, dia membawa kacamata paling aneh yang pernah di lihat Jared.
Kacamata itu hanya terdiri
atas satu lensa dan terpasang di wajah dengan jepitan hidung selain
dengan dua tali kulit dan seutas rantai. Tersimpan dalam kantong kulit
cokelat yang kaku, empat jepitan besi digunakan untuk memasang
sejenis lensa. Tapi yang paling aneh dari benda itu adalah beberapa kaca
pembesar yang terpasang pada lengan besi yang bisa digerakkan.
Thimbletack membiarkan Jared mengambil kacamata itu dan membalik-
baliknya di tangan. Kemudian dia mengambil batu halus yang berlubang
di tengah dari belakang punggungnya.
"Batu penglihatan." Jared mengulurkan tangan untuk mengambilnya.
Thimbletack melangkah mundur. "Sekarang kau harus membuktikan diri
atau tidak mendapat apa-apa dari si peri."
Jared menatap ketakutan. "Kita tidak punya waktu untuk main-main."
"Ada waktu atau tidak, kau harus berjanji tidak membuat batu ini
rusak."
"Aku hanya membutuhkannya untuk menemukan Simon," kata Jared.
"Aku akan langsung mengembalikannya."
Thimbletack menaikkan sebelah alisnya.
Jared mencoba lagi. "Aku berjanji tidak akan membiarkan seorang pun
menggunakannya-kecuali Mallory-dan, well, Simon. Ayolah! Kaulah yang
mengusulkan memakai batu itu tadi."
"Anak manusia seperti ular. Janjinya mudah bubar."
Mata Jared menyipit. Dia bisa merasakan rasa frustrasi dan marah
memenuhi dirinya. Tangannya mengepal. "Berikan batu itu."
Thimbletack tidak mengatakan apa-apa.
"Berikan padaku."
"Jared?" kata Mallory memberi peringatan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Tapi Jared nyaris tidak mendengarnya. Gemuruh memekakkan
telinganya saat dia melompat ke depan dan mencengkeram Thimbletack.
Brownie kecil itu menggeliat dalam cengkeraman Jared, langsung
berubah wujud menjadi kadal, lalu tikus yang menggigit tangan Jared,
kemudian belut licin yang menggeliat-geliat membasahi semuanya. Tapi
Jared tetap lebih besar, dan dia mencengkeram kuat-kuat. Akhirnya
batu itu jatuh, berdenting menghantam lantai. Jared menutupinya
dengan kaki sebelum membiarkan Thimbletack lepas. Brownie itu lenyap
saat Jared mengambil batu tersebut.
"Mungkin seharusnya kau tidak melakukan itu," kata Mallory.
"Aku tak peduli." Jared mengisap jarinya yang digigit Thimbletack. "Kita
harus menemukan Simon."
"Apakah benda itu bisa berfungsi?" tanya Mallory.
"Mari kita lihat." Jared memegang batu itu di depan matanya dan
melihat ke luar jendela.
BAB TIGA
KETIKA Mallory Akhirnya Bisa Benar-Benar Menggunakan Anggarnya
MELALUI lubang kecil di batu itu, Jared melibat goblin. Ada lima,
semuanya berwajah seperti kodok dan matanya putih tanpa pupil.
Telinga tak berbulu yang bentuknya seperti telinga kucing berdiri di
kepala mereka, dan gigi-gigi mereka seperti potongan kaca serta batu
kecil yang tajam. Tubuh hijau mereka yang berbintil-bintil bergerak
lincah di halaman. Salah satunya memegang karung bebercak sementara
yang lain mencium-cium udara seperti anjing, bergerak menuju rumah
kereta. Jared mundur dan jendela, nyaris tersandung ember tua.
"Mereka bergerak tepat ke arah kita," bisiknya, merunduk.
Mallory mencengkeram anggarnya semakin erat, buku-buku jarinya
memutih. "Bagaimana dengan Simon?"
"Aku tidak melihatnya."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Mallory mengangkat kepalanya dan mengintip ke luar. "Aku tidak melihat
apa pun," katanya.
Jared berjongkok, batu itu dalam genggamannya. Dia bisa mendengar
goblin-goblin itu di luar, menggeram dan mendengus saat bergerak
semakin dekat. Dia tidak berani melihat melalui batu itu lagi.
Kemudian Jared mendengar suara kayu tua patah.
Batu menghantam salah satu jendela.
"Mereka datang," kata Jared. Dia memasukkan buku Panduan ke
ranselnya, tidak mau repot-repot menutup kancingnya.
"Datang?" jawab Mallory. "Kurasa mereka ada di sini."
Cakar menggores sisi bangunan dan gonggongan kecil datang dari bawah
jendela. Perut Jared terasa mulas. Dia tak bisa bergerak.
"Kita harus melakukan sesuatu," bisiknya.
"Kita harus lari ke rumah," jawab Mallory balas berbisik.
"Tidak bisa," kata Jared. Ingatan akan gigi-gigi dan cakar goblin yang
tajam terus mengganggunya.
"Beberapa papan lagi dan mereka akan masuk ke sini."
Jared mengangguk kaku, menguatkan dirinya untuk bangkit. Dia
berusaha memasang batu itu ke kacamata dan memasangnya ke kepala.
Jepitan kacamata itu menekan hidungnya.
"Dengar aba-abaku," kata Mallory. "Satu. Dua. Tiga. Ayo!"
Mallory membuka pintu dan mereka berdua lari ke rumah. Para goblin
mengejar mereka. Cakar-cakar menangkap pakaian Jared. Dia meronta
bebas dan terus lari.
Mallory lebih cepat. Dia nyaris mencapai pintu rumah ketika goblin
menangkap bagian belakang kaus Jared dan menariknya keras-keras. Dia
jatuh tertelungkup di rumput.
Batu itu melompat dari kacamatanya. Jared mencengkeram tanah,
berusaha keras bertahan, tapi tetap terseret ke belakang.
Dia bisa merasakan ranselnya mulai lepas, dan menjerit.
Mallory berbalik. Bukannya terus lari ke rumah, dia kembali untuk
menolong adiknya. Anggarnya masih berada di tangannya, tapi tidak
mungkin Mallory tahu apa yang sedang dihadapinya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Mallory!" teriak Jared. "Jangan! Lari!"
Paling tidak satu goblin pasti sudah melewatinya, karena dia melihat
lengan Mallory tertarik dan mendengar kakaknya menjerit. Garis-garis
merah muncul di tempat goblin itu mencakarnya. Headphone tertarik
lepas dari leher Mallory. Dia berputar dan menusuk dengan anggarnya,
mengibaskan anggarnya ke udara. Sepertinya dia tidak mengenai apa
pun. Mallory mengibaskan anggarnya setengah lingkaran, tapi sekali lagi
tidak mengenai apa pun.
Jared menendangkan sebelah kakinya kuat-kuat, mengenai sesuatu yang
keras. Dia merasakan pegangan yang menahannya melonggar, dan
merangkak maju, menarik ranselnya dari cengkeraman para goblin.
Isinya tumpah dan Jared nyaris tidak sempat meraih buku Panduan.
Setelah meraba-raba di rumput, dia mengambil batu penglihatan, dan
merangkak ke tempat Mallory. Kemudian dia memegang batu itu di
depan matanya dan melihat.
"Arah jam enam," teriaknya, dan Mallory berbalik, menusuk ke arah itu,
mengenai telinga si goblin. Goblin itu melolong. Anggar tidak berujung
tajam, tapi tetap saja terasa sakit bila terkena tusukannya.
"Lebih rendah, mereka lebih pendek dari kita." Jared berhasil bangkit
jadi sekarang dia berdiri membelakangi Mallory. Kelima goblin itu
mengelilingi mereka.
Salah satunya menyerang dari kanan. "Arah jam tiga," teriak Jared.
Mallory merobohkan gobhn itu dengan mu-dah.
"Jam dua belas! Jam sembilan! Jam tujuh!" Semua gobhn itu menyerang
serentak, dan Jared merasa Mallory mungkin takkan berhasil
mengatasinya. Dia mengangkat bukunya dan mengayunnya sekuat
mungkin pada goblin terdekat.
Pak! Buku itu menghantam si goblin cukup keras untuk membuatnya
terguling-guling ke belakang. Mallory sudah menjatuhkan dua goblin lagi
dengan pukulan-pukulan keras.
Sekarang goblin-goblin itu mengepung dengan lebih hati-hati,
menyeringai memamerkan gigi-gigi kaca dan batu mereka.
Tiba-tiba ada panggilan aneh, seperti gonggongan dan siulan sekaligus.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Mendengar suara itu, goblin-goblin mundur satu per satu ke dalam
hutan.
Jared terduduk di rumput. Sisi tubuhnya sakit dan dia kehabisan napas.
"Mereka pergi," kata Jared. Dia mengulurkan batu penglihatan kepada
Mallory. "Lihat saja." Mallory duduk di sebelah adiknya dan memegang
batu itu di depan matanya. "Aku tidak melihat apa pun, tapi aku juga
tidak melihat apa pun beberapa menit yang lalu."
"Mungkin mereka akan kembali." Jared tengkurap dan membuka buku
Panduan, membalik-balik halamannya dengan cepat. "Baca ini."
"Goblin bergerak berkelompok mencari masalah." Mallory mengernyitkan
dahi membaca itu. "Dan lihat, Jared-Hilangnya kucing dan anjing
merupakan pertanda bahwa ada goblin di daerah itu'."
Mereka berpandangan. "Tibbs," kata Jared sambil menggigil.
Mallory terus membaca. "Goblin lahir tanpa gigi dan karena itu mencari
gantinya, misalnya taring binatang, bebatuan yang tajam, dan potongan
kaca."
"Tapi buku ini tidak mengatakan bagaimana cara menghentikan mereka,"
kata Jared. "Atau ke mana mereka mungkin membawa Simon."
Mallory tidak mendongak dari halaman yang dibacanya.
Jared berusaha tidak memikirkan apa yang mungkin dilakukan para
goblin pada Simon. Sepertinya cukup jelas baginya apa yang mereka
lakukan pada kucing-kucing dan anjing-anjing, tapi dia tidak ingin
memercayai saudaranya mungkin... mungkin dimakan. Dia melirik ilustrasi
gigi-gigi yang menyeramkan itu.
Tentu tidak. Tentu ada penjelasan yang lain.
Mallory menarik napas panjang dan menunjuk ilustrasi itu. "Sebentar
lagi gelap, dan dengan mata seperti itu, mereka mungkin punya
penglihatan yang lebih bagus daripada kita."
Pernyataan itu cukup cerdas. Jared mengingatkan diri untuk menulis
catatan dalam buku Panduan tentang bal itu saat mereka sudah
membebaskan Simon. Dia melepaskan kacamatanya dan memasang batu
penglihatan di tempatnya lagi, tapi jepitannya terlalu longgar untuk
menahan batu itu di tempat.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Tidak bisa,'' kata Jared.
"Kau harus menyesuaikannya," kata Mallory. "Kita butuh obeng atau
semacamnya."
Jared mengeluarkan pisau saku dari saku belakang celananya. Pisau saku
itu lengkap dengan obeng, pisau kecil, kaca pembesar, kikir, gunting
lipat, dan tempat kosong yang dulu isinya tusuk gigi. Memutar sekrupnya
dengan bati-hati, Jared memasangkan batu itu ke tempatnya dengan
pas.
"Sini, biar kubantu mengikatnya erat-erat ke kepalamu." Mallory
mengikat tali-tali kulitnya dengan erat. Jared barus agak menyipit-kan
mata supaya bisa melibat dengan jelas, tapi keadaan lebib baik daripada
sebelumnya.
"Ambil ini," kata Mallory, dan memberi adiknya anggar latiban. Ujungnya
tidak tajam, jadi Jared tidak yakin seberapa ampuh senjata itu.
Tapi tetap saja rasanya lebih baik bila bersenjata. Setelah memasukkan
buku Panduan ke ransel, memasang kancingnya dengan benar, dan
memegang anggar di depannya, Jared mulai menuruni bukit menuju
hutan yang gelap. Sudah waktunya menemukan Simon.
BAB EMPAT
KETIKA Jared dan Mallory Menemukan Banyak Hal, Tapi Bukan Apa
yang Mereka Cari
KETIKA melangkah memasuki hutan, Jared merasakan embusan hawa
di-ngin. Udaranya berbeda, penuh benda hijau dan tanah segar, tapi
langit mendung. Jared dan Mallory melangkahi rumpun-rumpun putri
malu dan melewati pohon kurus yang dilibat sulur tanaman merambat. Di
suatu tempat di atas mereka, burung mulai mencicit, membuat suara
kasar seperti peringatan. Di bawah langkah mereka, tanah licin karena
lumut. Ranting-ranting patah saat mereka lewat dan Jared mendengar
suara air di kejauhan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Ada sekelebat warna cokelat, lalu burung hantu kecil hinggap di cabang
yang rendah. Kepalanya ditelengkan ke arah mereka sementara cakarnya
mencengkeram tikus mati.
Mallory menerobos sesemakan, dan Jared mengikutinya. Ranting-ranting
kecil terselip di pakaian dan rambut Jared. Mereka berjalan
menyamping mengelilingi batang pohon tumbang yang dipenuhi semut
hitam.
Ada yang berbeda saat memandang dengan batu penglihatan terpasang.
Semuanya lebih jelas dan terang. Tapi ada sesuatu yang lain juga.
Berbagai hal bergerak di rumput, di pepohonan, hal-hal yang tak bisa
Jared lihat dengan jelas tapi dia sadari untuk pertama kalinya. Wajah-
wajah pada batang pohon, bebatuan, dan lumut yang hanya dilihatnya
sesaat. Rasanya seluruh hutan ini hidup.
"Itu." Mallory meraba batang yang patah dan menunjuk ke tempat
rumpun pakis diinjak-injak. "Mereka lewat sana."
Mereka mengikuti jejak tanaman yang hancur dan ranting-ranting yang
patah sampai menemui sungai kecil. Saat itu hutan telah lebih gelap, dan
suara binatang-binatang senja sudah semakin keras. Sekelompok
serangga mengelilingi mereka sejenak, kemudian terbang ke atas air.
"Apa yang kita lakukan sekarang?" tanya Mallory. "Kau bisa melihat
sesuatu?"
Jared menyipitkan matanya di balik kacamata dan menggeleng. "Ayo
ikuti sungai ini. Jejaknya pasti muncul lagi."
Mereka terus bergerak merambah hutan.
"Mallory," bisik Jared, menunjuk pohon ek besar. Makhluk-makhluk kecil
berwarna hijau dan cokelat bertengger di dahan. Sayap-sayap mereka
mirip daun, tapi wajah-wajah mereka sangat mirip manusia. Bukannya
rambut, rumput dan kuncup bunga tumbuh di kepala mungil mereka.
"Apa yang kaulihat?" Mallory mengangkat anggarnya dan mundur dua
langkah.
Jared menggeleng pelan. "Sprite-peri hutan... kurasa."
"Kenapa wajahmu tampak begitu bodoh?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Mereka begitu..." Jared tak bisa menjelaskannya. Dia mengulurkan
tangannya, telapak menghadap ke atas, dan menatap keheranan saat
salah satu makhluk itu mendarat di jarinya. Kaki-kaki lembut
menggelitik kulitnya saat peri kecil itu menatapnya dengan mata yang
hitam.
"Jared," kata Mallory tak sabar.
Ketika mendengar suara Mallory, si sprite melompat ke udara. Jared
menatapnya saat sprite itu melayang berputar kembali ke dedaunan di
atas.
Pola-pola cahaya matahari menerobos pepohonan mulai berwarna oranye.
Di depan, sungai melebar di tempatnya mengalir di bawah sisa-sisa
jembatan batu.
Jared bisa merasakan bulu romanya berdiri saat mereka semakin
mendekati reruntuhan jembatan, tapi tidak ada tanda-tanda
keberadaan goblin. Sungai itu begitu lebar, nyaris enam meter, dan di
tengahnya ada bagian gelap yang sepertinya dalam.
Jared mendengar suara di kejauhan, seperti besi beradu dengan besi.
Mallory berhenti, memandang ke seberang sungai, dan mendongak. "Kau
dengar itu?"
"Mungkinkah Simon?" tanya Jared. Dia berharap bukan. Suaranya sama
sekali tidak mirip suara manusia.
"Aku tak tahu," kata Mallory, "tapi apa pun itu, pasti ada hubungannya
dengan goblin. Ayo!" Setelah itu, Mallory maju ke arah datangnya suara.
"Jangan ke sana, Mallory," kata Jared. "Sungainya terlalu dalam."
"Jangan jadi pengecut," kata Mallory, dan berjalan memasuki sungai. Dia
mengambil dua langkah panjang kemudian lenyap seolah terjatuh setelah
melangkahi bibir jurang. Air hijau gelap menutupi kepalanya.
Jared berlari ke depan. Menjatuhkan anggarnya ke tepi sungai, dia
mengulurkan tangannya ke dalam air sungai yang sedingin es. Kakaknya
mengapung ke permukaan, menyemburkan air. Dia meraih tangan Jared.
Jared menariknya setengah jalan ke tepian saat sesuatu mulai muncul di
belakang Mallory. Pertama-tama, tampaknya makhluk itu seperti bukit
muncul dari air, tampak seperti batu yang tertutup lumut. Kemudian
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
muncul kepala, warnanya hijau tua tertutup rumput sungai yang sudah
membusuk, dengan dua mata hitam, hidung yang bengkok dan menonjol
seperti ranting, dan mulut yang penuh gigi yang patah-patah. Sebelah
tangan terulur ke arah mereka. Jari-jarinya sepanjang akar-akaran, dan
kuku-kukunya hitam penuh lumpur. Jared menghirup aroma dasar sungai,
dedaunan busuk, dan lumpur yang sudah sangat tua.
Dia menjerit. Pikirannya kosong. Dia tak bisa bergerak.
Mallory menarik dirinya sendiri naik ke tepian dan memandang ke
belakangnya.
"Apa itu? Apa yang kaulihat?"
Mendengar suara kakaknya, Jared tersadar untuk bergerak dan
tertatih-tatih mundur dari sungai, menarik Mallory supaya
mengikutinya. "Troll," katanya dengan napas tertahan.
Makhluk itu mengejar mereka. Jari-jarinya yang panjang menyapu
rumput tempat mereka baru saja berada.
Kemudian makhluk itu melolong dan Jared menengok, tapi tak bisa
melihat apa yang terjadi. Rasanya makhluk itu mengejar mereka lagi,
tapi tersentak mundur saat satu jarinya yang panjang terkena cahaya.
Monster itu melenguh.
"Matahari," kata Jared. "Monster itu terbakar matahari."
"Matahari sebentar lagi tenggelam," kata Mallory. "Ayo."
"Tungguuu," bisik monster itu. Suaranya lembut.
Mata kuning menatap mereka lekat-lekat. "Kembaaaaliii. Aku puuunya
sesuatu untuk kaliaaaan." Troll Itu mengulurkan kepalan tangannya
seolah sesuatu mungkin saja berada di dalamnya.
"Jared, ayolah." Suara Mallory nyaris bernada memohon. "Aku tidak
bisa melihat dengan siapa kaubicara."
"Apakah kau melihat saudaraku?" tanya Jared.
"Mungkiiin. Aku mendengar sesuatu beberapa saat yang laaaalu, tapi
terlalu te-raaang, terlalu terang untuk melihaaat."
"Itu pasti dia! Pasti dia. Ke mana mereka
pergi?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kepala si troll berpaling kepada sisa-sisa jembatan kemudian kembali
menatap Jared. "Mendekaaatlaaah dan akan kuberitaaahu."
Jared mundur selangkah. "Tidak mau."
"Paaaling tidaaak mendekaaatlaaah untuk mengambil pedaaangmu." Troll
itu mengangguk ke arah anggar di sebelahnya. Anggar itu tergeletak di
tepi sungai, tempat Jared menjatuhkannya. Jared menatap kakaknya.
Tangan Mallory juga kosong. Dia pasti meninggalkan anggarnya di dasar
sungai.
Mallory maju setengah langkah. "Itu satu-satunya senjata yang kita
miliki."
"Maaari, aaaambilaaaah. Aku akaaan me-nutuuup matakuuu kalau itu
akan membuat-muuu meraaasa lebih amaaaan." Sebelah tangannya yang
besar menutup matanya.
Mallory menatap anggar yang tergeletak di lumpur itu. Matanya
terfokus pada benda itu dengan cara yang membuat Jared gugup.
Mallory berniat mengambilnya.
"Kau bahkan tak bisa melihat apa-apa," desis Jared. "Ayo pergi."
"Tapi anggarnya..."
Jared melepaskan kacamatanya dan menyerahkannya pada Mallory.
Wajah kakaknya memucat melihat troll raksasa itu mengintip dari balik
jari-jarinya, tak bisa bergerak hanya karena sisa-sisa cahaya matahari.
"Ayo," kata Mallory gemetar.
"Tidaaaak," kata si troll. "Kembaaali. Aku akaaan berbaaalik. Aku akaaan
menghituuung sampai sepuluuuuh. Ituuu cukuuup adiiil. Kembaaali."
Jared dan Mallory lari melalui hutan sampai mereka menemukan
seberkas sinar matahari dan berhenti di sana. Mereka berdua
bersandar di sebatang pohon ek besar dan berusaha mengatur napas.
Mallory gemetar. Jared tidak tahu apakah itu karena tubuh kakaknya
basah kuyup atau karena si troll. Dia membuka jaketnya dan
memberikannya pada Mallory.
"Kita tersesat," kata Mallory terengah-engah. "Dan kita tak
bersenjata."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Paling tidak kita tahu mereka tidak bisa menyeberangi jembatan," kata
Jared, berusaha mengikat kembali kacamata itu di kepalanya. "Troll itu
pasti menangkap mereka kalau mereka mencoba."
"Tapi suara itu sepertinya dari sisi seberang." Mallory menendang
pohon, membuat kulitnya terkelupas.
Hidung Jared mencium sesuatu terbakar. Baunya samar tapi sepertinya
bau rambut terbakar.
"Kau mencium itu?" tanya Jared.
"Dari sana," kata Mallory.
Mereka berjalan merambah sesemakan, tidak memedulikan luka-luka
goresan akibat terkena ranting-ranting dan duri-duri di lengan mereka.
Pikiran Jared dipenuhi saudaranya dan api.
"Lihat ini." Mallory berhenti tiba-tiba. Dia meraih ke rumput dan
mengambil sebelah sepatu cokelat.
"Milik Simon."
"Aku tahu," kata Mallory. Dia membalik sepatu itu, tapi Jared tidak
mendapat petunjuk apa pun, kecuali lumpur di sepatu itu.
"Menurutmu dia..." Jared tidak bisa memaksa dirinya mengatakan hal
itu.
"Tidak, tentu saja tidak!" Mallory memasukkan sepatu itu ke saku depan
jaketnya.
Jared mengangguk perlahan, membiarkan dirinya diyakinkan.
Tidak jauh di depan, pohon-pohon mulai menipis. Mereka keluar di jalan
tol. Aspal hitam memanjang sampai ke horizon. Di belakang mereka
matahari tenggelam meninggalkan semburat ungu dan oranye.
Dan di bahu jalan, di kejauhan, sekelompok goblin berkumpul di
sekeliling api unggun.
BAB LIMA
KETIKA Nasib Kucing yang Hilang Diketahui
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
JARED dan Mallory mendekati kamp para goblin itu dengan hati-hati,
merun-duk di balik batang-batang pohon. Pecahan-pecahan kaca dan
potongan-potongan tulang mengotori tanah. Jauh di atas pepohonan
mereka bisa melihat kandang-kandang yang terbuat dari ranting
berduri, kantong plastik, dan benda-benda lain. Kaleng-kaleng minuman
penyok tergantung di dahan-dahan, berdenting bersama seperti gaung
angin jahat. Sepuluh goblin duduk mengelilingi api. Tubuh sesuatu yang
telah menghitam, yang sangat mirip tubuh kucing berputar pada tongkat
di atas api. Sesekali salah satu goblin akan membungkuk untuk menjilat
daging panggang itu, dan gobhn yang memutar panggangan akan
menggonggong keras. Kemudian mereka semua akan mulai menggonggong.
Beberapa goblin mulai menyanyi. Jared menggigil mendengar kata-
katanya.
Fidirol, Fidirat!
Tangkap anjing, tangkap kucing
Kuliti selagi hidup, kupas lemaknya
Dipanggang, diputar
Fidirol, Fidirat!
Mobil-mobil melaju lewat, tak sadar apa yang terjadi. Mungkin bahkan
ibu mereka sedang melaju lewat saat ini, pikir Jared.
"Berapa banyak?" bisik Mallory, mengangkat ranting yang berat.
"Sepuluh," jawab Jared. "Aku tidak melihat Simon. Dia pasti ada dalam
salah satu kandang itu."
"Kau yakin?" Mallory menyipitkan mata ke arah para gobhn. "Berikan
kacamata itu."
"Jangan sekarang," kata Jared.
Mereka bergerak perlahan melalui pepohonan mencari kandang yang
cukup besar yang mungkin menampung Simon. Di depan mereka, sesuatu
menjerit, tinggi dan keras. Mereka terus merayap ke tepi hutan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Seekor binatang terbaring di bahu jalan, jauh di luar kamp para goblin.
Sosoknya seukuran mobil, tapi tubuhnya meringkuk, dengan kepala elang
dan tubuh singa. Bulu-bulunya berlumur darah.
"Apa yang kaulihat?"
"Griffin," kata Jared. "Dia terluka."
"Griffin itu apa?"
"Sejenis burung, mirip - sudahlah, jauh-jauhlah dari dia."
Mallory mengembuskan napas, bergerak semakin memasuki hutan.
"Itu," katanya. "Bagaimana dengan itu?"
Jared mendongak. Beberapa kandang yang digantung tinggi-tinggi lebih
besar, dan dia merasa dia bisa melihat sesosok manusia di dalamnya.
Simon!
"Aku bisa naik," kata Jared.
Mallory mengangguk. "Cepatlah."
Jared menjejakkan kakinya pada cabang yang rendah, mengangkat
dirinya ke cabang pertama. Kemudian, dia menarik dirinya lebih tinggi,
dan mulai merangkak ke arah cabang tempat kandang-kandang kecil
tergantung. Kalau berdiri di cabang itu, dia bisa melihat kandang-
kandang yang digantung lebih tinggi.
Saat merayap ke ujung cabang, Jared terpaksa melihat ke bawah.
Dalam kandang-kandang di bawahnya, dia bisa melihat bajing, kucing,
dan burung. Beberapa mencakar-cakar dan menggigiti jeruji
kandangnya, sementara yang lain tidak bergerak. Beberapa kandang
hanya berisi tulang-belulang. Semua kandang itu dililiti dedaunan yang
mirip poison ivy.
"Hei, lendir berjamur, sini."
Suara itu membuat Jared begitu terkejut sehingga nyaris melepaskan
pegangannya. Suara itu datang dan salah satu kandang yang besar.
"Siapa di sana?" bisik Jared.
"Hogsqueal. Nah, gimana kalau kau membuka pintu ini?"
Jared melihat wajah kodok goblin, tapi yang ini memiliki mata kucing
yang hijau. Dia mengenakan pakaian, dan giginya tidak terdiri atas
pecahan kaca atau besi, tapi kelihatan mirip gigi bayi.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Wah, maaf saja," kata Jared. "Kau boleh saja membusuk di sana. Aku
tidak akan melepaskanmu."
Jangan kejam, kepala kumbang. Kalau aku menjerit, mereka akan
menjadikanmu makanan penutup."
"Aku berani bertaruh kau selalu menjerit-jerit," kata Jared. "Aku
berani bertaruh mereka tak peduli apa pun yang kaukatakan."
"HEI! LIHAT-"
Jared meraih sisi kandang dan menariknya mendekat. Hogsqueal
terdiam. Di bawah sana, para gobhn saling memukul dan berebut
potongan daging kucing, sepertinya tidak menyadari keributan di pohon.
"Oke, oke," kata Jared.
"Bagus. Lepaskan aku!" pinta si goblin.
"Aku harus menemukan saudaraku. Katakan di mana dia, baru kemudian
kau kulepaskan."
"Tidak mungkin, cintaku. Kau pasti berpikir aku sebodoh cacing tanah.
Bebaskan aku atau aku menjerit lagi."
"Jared!" suara Simon memanggil dari salah satu kandang yang lebih
tinggi. "Aku di sini.
"Aku datang," balas Jared, menoleh ke arah suara itu.
"Buka kandangnya atau aku berteriak," ancam si goblin.
Jared menarik napas panjang. "Kau tidak akan berteriak. Kalau kau
berteriak, mereka akan menangkapku dan tidak akan ada yang
membebaskanmu. Aku akan membebaskan saudaraku dulu, tapi aku akan
kembali untuk membebaskanmu."
Jared merayap lebih jauh menelusuri cabang itu. Dia lega si goblin tetap
diam.
Simon dimasukkan ke kandang yang terlalu kecil baginya. Kakinya
tertekuk merapat ke dada, dan jari-jari sebelah kakinya muncul ke luar
jeruji kandangnya. Kulitnya lecet-lecet karena duri yang meliliti kandang
itu.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jared, mengeluarkan pisau lipatnya dan
mengiris tanaman rambat yang meliliti kandang Simon.
"Aku baik-baik saja." Suara Simon agak gemetar.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Jared ingin bertanya apakah Simon sudah menemukan Tibbs, tapi dia
takut mendengar jawabannya. "Aku minta maaf," katanya akhirnya.
"Seharusnya aku membantumu mencari kucing itu."
"Tidak apa-apa," kata Simon, menyelinap keluar dari bagian pintu yang
berhasil dibuka Jared. "Tapi aku harus bilang padamu bah-wa-
"Kepala penyu! Boy! Cukup bicara! Keluarkan aku!" teriak si gobhn.
"Ayo," kata Jared. "Aku janji menolongnya."
Simon mengikuti kembarannya kembali menelusuri cabang ke kandang
Hogsqueal. "Apa itu?" "Goblin, kurasa."
"Goblin!" kata Simon kaget. "Kau gila, ya?" "Aku bisa meludahi matamu,"
tawar Hogsqueal. kata Simon. "Tidak, terima kasih."
"Itu akan membuatmu bisa melihat, goblok. Sini," kata Hogsqueal,
mengeluarkan saputangan dan sakunya dan meludahinya. "Gosok ini ke
matamu."
Jared ragu-ragu. Bisakah dia memercayai goblin? Tapi, Hogsqueal akan
terus terperangkap dalam kandang kalau dia melakukan kesalahan.
Simon tidak akan mengizinkan goblin itu keluar.
Dia melepaskan kacamatanya dan menggosokkan kain kotor itu ke
matanya. Rasanya perih.
"Uh. Itu hal paling jorok yang pernah kulihat," kata Simon.
Jared mengerjap dan melihat ke arah para goblin yang duduk
mengelilingi api. Dia bisa melihat mereka tanpa batu penglihatan.
"Simon, berhasil!"
Simon memandang kain itu dengan ragu tapi kemudian juga menggosok
matanya dengan ludah si goblin.
"Kau sudah berjanji, kan? Bebaskan aku," tuntut Hogsqueal.
"Beritahu dulu kenapa kau ditangkap," kata Jared. Pemberian
saputangan itu sikap yang manis, tapi bisa saja merupakan jebakan.
"Kau tidak terlalu goblok untuk anak bodoh," gerutu si goblin. "Aku
ditangkap karena membebaskan salah satu kucing itu. Aku suka kucing,
dan bukan hanya karena rasanya enak, yang memang begitu, jangan
salah. Tapi mereka punya mata yang sangat mirip mataku, dan yang ini
benar-benar kecil, tidak terlalu berdaging. Dan meongannya sangat
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
manis." Goblin itu sepertinya sibuk mengenang, kemudian tiba-tiba
menatap Jared. "Cukup. Bebaskan aku."
"Bagaimana dengan gigimu? Kau makan bayi atau apa?" Jared merasa
kisah si goblin tidak cukup meyakinkan.
"Ini apa sih? Interogasi?" gerutu Hogsqueal.
"Aku sudah mulai membebaskanmu." Jared mendekat dan mulai mengiris
simpul-simpul rumit pada kandang itu. "Tapi aku ingin tahu mengenai
gigi-gigimu."
"Yah, anak-anak punya ide bodoh meninggalkan gigi mereka di bawah
bantal, kan?"
"Kau mencuri gigi anak-anak?"
"Ya ampun. Si goblok, kau tidak percaya pada peri gigi, kan?"
Jared bekerja keras beberapa saat, tanpa mengatakan apa-apa. Dia
sudah nyaris memotong simpul terakhir saat si griffin mulai menjerit.
Empat goblin mengelilinginya dengan kayu runcing. Binatang itu
sepertinya tidak bisa mengangkat dirinya terlalu tinggi, tapi dia bisa
mematuk gobhn yang terlalu dekat. Kemudian paruh binatang itu
mengatup, memotong lengan salah satu goblin. Goblin yang terluka
menjerit sementara goblin yang lain menusuk punggung si griffin.
Goblin-goblin lain berteriak gembira.
"Apa yang mereka lakukan?" bisik Jared.
"Sepertinya apa?" jawab Hogsqueal. "Mereka menunggu sampai griffin
itu mari."
"Mereka mau membunuhnya!" teriak Simon. Matanya membelalak,
menatap pemandangan mengerikan itu. Jared sadar saudaranya melihat
semua ini untuk pertama kalinya. Tiba-tiba Simon meraih segenggam
daun dan ranting tempat mereka berada dan melemparkannya pada para
gobhn di bawah.
"Simon, hentikan!" kata Jared.
"Biarkan dia, brengsek!" jerit Simon. "BIARKAN DIA!"
Semua goblin mendongak serentak, mata mereka tampak putih seperti
hantu dalam kegelapan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
BAB ENAM
KETIKA Jared Terpaksa Membuat Keputusan yang Sulit
BEBASKAN aku!" jerit Hogsqueal. Jared tersadar dan memotong simpul
terakhir.
Hogsqueal menari ke atas cabang-cabang, meskipun para goblin
menggonggong di bawahnya. Mereka mulai mengelilingi pohon.
Jared memandang ke sekeliling mencari senjata, tapi yang dia miliki
hanyalah pisau kecilnya. Simon mematahkan lebih banyak cabang dan
Hogsqueal melarikan diri, melompat dari pohon ke pohon seperti
monyet. Jared dan saudaranya tertinggal dan terjebak.
Kalau mereka mencoba turun, para goblin akan langsung menyerang
mereka.
Dan entah di mana, di bawah sana, dalam kegelapan, Mallory sendirian
dan tak bisa melihat. Satu-satunya pelindungnya hanyalah jaket merah
yang dia kenakan.
"Bagaimana dengan binatang-binatang dalam kandang?" tanya Simon.
"Tidak ada waktu!"
"Hei, anjing goblok!" Jared mendengar Hogsqueal berteriak. Dia
menengok ke arah suara itu, tapi Hogsqueal tidak memanggil mereka.
Dia sedang menari mengelilingi api dan memasukkan sepotong besar
daging kucing panggang ke mulutnya.
"Dasar goblok!" teriaknya ke goblin-goblin lain. "Kepala batu! Dasar gila!
Keras kepala! Tak punya kerjaan!" Dia melengkungkan tubuh ke belakang
lalu kencing di api, membuat api berkobar hijau.
Para goblin berpaling dari pohon dan berlari ke arah Hogsqueal.
"Turun!" kata Jared. "Sekarang!"
Simon menuruni pohon secepat dia bisa, melompat begitu dia sudah
cukup dekat dengan tanah. Dia jatuh dengan bunyi buk pelan. Jared
mendarat di sebelahnya.
Mallory memeluk mereka berdua, tapi tidak melepaskan ranting kayunya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Aku mendengar para goblin mendekat, tapi aku tidak bisa melihat apa-
apa," katanya.
"Pakai ini." Jared mengulurkan kacamatanya pada Mallory.
"Kau membutuhkannya," protes kakaknya.
"Sekarang!" kata Jared.
Anehnya Mallory mengenakannya tanpa protes lagi. Setelah kacamata
itu terpasang, dia merogoh kantong jaketnya dan memberikan sepatu
Simon pada pemiliknya.
Mereka mulai masuk hutan, tapi Jared terus-menerus menoleh ke
belakang. Hogsqueal dikepung seperti si griffin beberapa saat yang lalu.
Mereka tak bisa meninggalkan Hogsqueal seperti itu.
"Hei!" teriaknya. "Di sini!"
Para goblin menoleh dan melihat ketiga anak mulai bergerak ke arah
mereka.
Jared, Mallory, dan Simon mulai lari.
"Kau gila, ya?" jerit Mallory.
"Dia menolong kita," balas Jared. Dia tak yakin Mallory mendengarnya
karena dia terengah-engah saat mengatakannya.
"Kita ke mana?" teriak Simon.
"Sungai," kata Jared. Dia berpikir cepat, lebih cepat daripada kapan pun
dalam hidupnya. Si troll adalah satu-satunya kesempatan mereka. Dia
yakin bagi troll menghentikan sepuluh goblin bukan masalah besar. Apa
yang tidak diyakininya adalah bagaimana mereka sendiri bisa
menghindari si troll.
"Kita tak bisa pergi ke sana," kata Mallory. Jared mengabaikan
kakaknya.
Kalau saja mereka bisa melompati sungai itu, mungkin itu saja sudah
cukup. Para goblin tidak akan bisa melompatinya karena di sana ada
monster yang harus dihindari.
Para goblin masih cukup jauh di belakang mereka. Mereka tidak akan
tahu apa yang menanti mereka.
Hampir sampai. Jared bisa melihat sungai itu di depan mereka, tapi
mereka belum sampai di jembatan yang runtuh.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kemudian Jared melihat sesuatu yang menghentikan langkahnya. Troll
itu keluar dari air. Monster itu berdiri di tepi sungai, mata dan giginya
berkilauan tertimpa cahaya bulan. Bahkan saat monster itu
membungkuk, Jared menduga tingginya lebih dari tiga meter.
"Waaaah, untuuuungnya dirikuuu," kata si troll, mengulurkan tangannya
yang panjang ke arah ketiga anak.
"Tunggu," kata Jared.
Makhluk itu bergerak ke arah mereka, senyum malasnya menunjukkan
giginya yang rusak. Jelas dia tidak mau menunggu.
"Dengar itu?" tanya Jared. "Itu goblin.
Sepuluh goblin gemuk. Jauh lebih mengenyangkan daripada tiga anak
kurus."
Monster itu ragu-ragu. Buku Panduan mengatakan troll tidak terlalu
pandai. Jared berharap keterangan itu benar.
"Kau hanya harus kembali dalam sungai dan kami akan menuntun mereka
kepadamu. Janji."
Mata kuning makhluk itu berkilau serakah. "Yaaa," katanya.
"Cepat!" kata Jared. "Mereka hampir sam-pai!
Troll itu kembali ke dalam air dan menyelam nyaris tanpa membuat
percikan.
"Apa itu?" tanya Simon.
Jared gemetar, tapi tidak membiarkan itu menghentikannya. "Masuk ke
sungai di sana, di tempat dangkal. Kita harus membuat para goblin
mengejar kita sampai masuk sungai."
"Kau gila, ya?" tanya Mallory.
"Please," kata Jared memohon. "Percayalah padaku."
"Kita harus melakukan sesuatu!" kata Simon.
"Oke, ayolah." Mallory mengikuti kedua adiknya menuju tepi sungai yang
berlumpur, sambil menggeleng-geleng.
Para goblin keluar dari balik pepohonan. Jared, Mallory, dan Simon
berjalan di air dangkal, berzig-zag melewati lubang-lubang yang dalam.
Cara tercepat untuk mengejar mereka adalah memotong melalui tengah
sungai.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Jared mendengar goblin menceburkan diri di belakang mereka,
menggonggong keras-keras. Jared menengok ke belakang melihat
beberapa goblin berenang ke tepian. Troll itu menangkap mereka semua,
mengguncang, menggigit, dan menyeret mereka ke sarang bawah airnya.
Jared berusaha tidak melihat lagi. Perutnya merasakan mual yang aneh.
Simon tampak pucat dan agak lemas.
"Ayo pulang," kata Mallory.
Jared mengangguk.
"Tidak bisa," kata Simon. "Bagaimana dengan semua binatang itu?"
BAB TUJUH
KETIKA Simon Bertindak dan Menemukan Binatang Peliharaan Baru
yang Hebat
KAU bercanda, ya?" tanya Mallory saat Simon menjelaskan apa yang
ingin dilakukannya.
"Mereka akan mati kalau kita tidak melakukannya," Simon berkeras.
"Griffin itu mengalami perdarahan."
"Griffinnya juga?" tanya Jared. Dia mengerti soal kucing-kucing, tapi
griffin?
"Bagaimana kita bisa menolong binatang itu?" tanya Mallory. "Kita bukan
dokter hewan ajaib!"
"Kita harus mencoba," kata Simon sama tegasnya.
Jared terpaksa setuju pada keinginan Simon. Lagi pula, dia yang
membuat Simon mengalami ini semua. "Kita bisa mengambil terpal tua
dari rumah kereta."
"Yeah," sambung Simon. "Kemudian kita bisa menyeret si griffin kembali
ke rumah. Ada banyak ruang kosong."
Mallory melotot.
"Kalau dia membiarkan kita melakukan itu," kata Jared. "Kau lihat kan
apa yang dilakukannya pada para goblin?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Ayolah," kata Simon memohon. "Aku tidak cukup kuat untuk
menyeretnya sendiri."
"Baiklah," kata Mallory. "Tapi aku tidak mau dekat-dekat kepalanya.
Jared, Simon, dan Mallory kembali ke rumah kereta. Bulan purnama di
atas memberi cukup cahaya untuk melihat jalan memotong hutan, tapi
mereka tetap berhati-hati, melintasi sungai hanya kalau airnya sangat
dangkal. Di ujung halaman, Jared bisa melihat jendela-jendela rumah
utama sudah terang dan mobil ibu mereka terparkir di jalan depan yang
berkerikil. Apakah ibu mereka sedang membuat makan malam? Apakah
dia sudah menelepon polisi? Jared ingin pergi ke dalam dan
memberitahu ibunya mereka semua baik-baik saja, tapi dia tidak berani.
"Jared, ayolah." Simon sudah membuka pintu rumah kereta, dan Mallory
sedang menarik terpal itu dari atas mobil tua.
"Hei, lihat ini." Simon mengambil senter dari salah satu rak dan
menyalakannya. Untunglah, tidak ada cahaya yang muncul menerangi
halaman.
"Baterainya mungkin sudah habis," kata Jared.
"Berhentilah main-main," kata Mallory pada kedua adiknya. "Kita kan
berusaha tidak ketahuan."
Mereka menyeret terpal itu kembali merambah hutan. Mereka berjalan
lebih pelan sambil bertengkar jalan mana yang terdekat. Jared terus-
menerus terlompat kaget saat mendengar suara-suara malam. Bahkan
suara katak pun terdengar tidak menyenangkan. Dia tak bisa berhenti
bertanya-tanya apa lagi yang berada di sana, bersembunyi di kegelapan.
Mungkin ada yang lebih menakutkan daripada troll dan goblin. Dia
menggeleng dan mengingatkan dirinya sendiri tak ada yang bisa sesial
itu dalam satu hari.
Saat akhirnya mereka menemukan kamp para goblin lagi, Jared kaget
melihat Hogsqueal duduk di depan api. Dia sedang menjilat tulang-tulang
dan bersendawa senang saat mereka mendekat.
"Kurasa kau baik-baik saja," kata Jared.
"Apakah begitu caranya bicara pada yang menyelamatkan kulit
kepalamu?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Jared mulai protes-mereka nyaris terbunuh karena goblin bodoh itu-
tapi Mallory meraih tangannya.
"Bantulah Simon menyelamatkan binatang-binatang itu," katanya. "Aku
akan mengawasi gobhn ini."
"Aku bukan goblin," kata Hogsqueal. "Aku ini hobgoblin."
"Masa bodoh," kata Mallory sambil duduk di sebongkah batu.
Simon dan Jared memanjat pohon, melepaskan semua binatang dalam
kandang. Kebanyakan lari menuruni cabang terdekat atau melompat ke
tanah, sama takutnya kepada kedua anak itu seperti mereka takut pada
goblin. Salah satu anak kucing meringkuk di belakang kandang, mengeong
menyedihkan. Jared tidak tahu apa yang harus dilakukannya, jadi dia
memasukkan anak kucing itu dalam ranselnya dan terus bekerja. Tidak
ada tanda-tanda keberadaan Tibbs.
Saat Simon melihat anak kucing itu, dia berkeras mereka harus
memeliharanya. Jared berharap Simon akan melupakan si griffin.
Jared berpikir mata Hogsqueal melembut ketika melihat si kucing kecil,
tapi itu mungkin karena lapar.
Ketika semua kandang kosong, ketiga saudara dan si hobgoblin
mendekati griffin itu. Binatang itu memandangi mereka dengan waspada,
mengulurkan cakarnya.
Mallory menjatuhkan bagian terpal yang dipegangnya. "Tahu kan,
kadang-kadang binatang terluka menyerang."
"Tapi kadang-kadang tidak juga," kata Simon, maju mendekati griffin
dengan tangan terbuka. "Kadang-kadang mereka membiarkanmu
merawat mereka. Aku pernah menemukan tikus seperti itu. Tikus itu
baru menggigitku setelah keadaannya lebih baik."
"Hanya sekelompok idiot yang mau mengurus griffin terluka." Hogsqueal
mematahkan sepotong tulang lagi dan mulai mengisap sumsumnya. "Kau
mau aku menggendong kucing kecil itu?"
Mallory mengernyitkan dahi ke arahnya.
"Kau mau mengikuti teman-temanmu ke dasar sungai?"
Jared tersenyum. Senang rasanya Mallory mendukung mereka.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Itu membuatnya terpikir akan sesuatu. "Karena kau begitu baik hati,
bagaimana kalau pemberi ludah goblin untuk kakakku?"
"Ludah hobgoblin," kata Hogsqueal kesal.
"Eh, trims," kata Mallory, "tapi tidak usah deh."
"Tidak, dengar - ludah itu memberimu penglihatan. Dan itu bahkan lebih
masuk akal," kata Jared. "Maksudku, kalau air mandi peri bisa, ini juga
pasti bisa."
"Aku bahkan tidak bisa menjelaskan betapa menjijikkan pilihan-pilihan
itu."
"Yah, kalau dia merasa begitu." Hogsqueal berusaha tampak tersinggung.
Jared merasa Hogsqueal tidak terlalu berhasil, karena dia menjilati
tulang pada saat yang sama.
"Mal, ayolah. Kau tidak bisa terus-menerus mengenakan batu
penglihatan di kepalamu."
"Itu kan katamu," kata Mallory. "Apakah kau tahu berapa lama ludah ini
bekerja?"
Jared belum memikirkan hal itu. Dia menatap Hogsqueal.
"Sampai ada yang menusuk matamu," kata peri itu.
"Yah, bagus kalau begitu," kata Jared, berusaha kembali mengontrol
pembicaraan itu.
Mallory mengeluh. "Baiklah, baiklah." Dia berlutut dan melepaskan
kacamatanya. Hogsqueal meludah dengan gembira.
Saat mendongak, Jared melihat Simon sudah mendekati si griffin. Dia
sedang berjongkok di sebelahnya dan berbisik.
"Halo, griffin," kata Simon dengan suaranya yang paling lembut. "Aku
tidak akan menyakitimu. Kami hanya akan membantu merawatmu.
Ayolah, jadi anak baik."
Griffin itu mengeluarkan suara seperti siulan ketel air. Simon mengelus
bulunya dengan lembut.
"Ayo, tebarkan terpalnya," bisik Simon.
Griffin itu mengangkat dirinya sedikit, membuka paruh, tapi sepertinya
Simon berhasil menenangkannya. Binatang itu kembali menyandarkan
kepala ke aspal.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Mereka membuka terpal di belakangnya.
Simon berlutut di kepalanya, berbicara lembut dengan kata-kata yang
menenangkan. Griffin itu sepertinya mendengarkan, menggerakkan bulu-
bulunya seolah bisikan Simon membuatnya geli.
Mallory mengendap-endap ke sisinya lalu dengan lembut memegang
cakar depannya, dan Jared memegang cakar belakangnya.
"Satu, dua, tiga," kata mereka perlahan, kemudian menggulingkan si
griffin ke atas terpal. Binatang itu menjerit dan menggerakkan kaki-
kakinya, tapi saat itu dia sudah berada di atas kanvas.
Kemudian mereka mengangkatnya sebisa mereka dan mulai proses sulit
menyeret si griffin ke rumah kereta. Binatang itu lebih ringan daripada
perkiraan Jared. Simon memberitahu itu mungkin karena si griffin
memiliki tulang berongga seperti burung.
"Sampai ketemu lagi, otak udang," teriak Hogsqueal di belakang mereka.
"Sampai ketemu lagi," jawab Jared. Dia hampir berharap si hobgoblin
mau ikut mereka.
Mallory melotot.
Griffin itu tidak menikmati perjalanannya.
Mereka tidak bisa terlalu mengangkatnya, jadi binatang itu sering
menabrak-nabrak batang pohon dan sesemakan. Griffin itu menjerit,
mencicit, dan menggerak-gerakkan sayapnya yang sehat. Mereka harus
berhenti dan menunggu Simon menenangkannya kemudian baru mulai
menyeret lagi. Sepertinya lama sekali perjalanan membawa pulang
griffin itu.
Setelah tiba di rumah kereta, mereka harus membuka pintu ganda di
belakang dan memasukkan griffin itu ke salah satu bilik kuda. Binatang
itu kemudian berbaring di atas jerami tua.
Simon berjongkok untuk membersihkan luka si griffin sebaik yang bisa
dilakukannya dengan penerangan cahaya bulan dan hanya dengan air dari
selang. Jared menemukan ember dan mengisinya untuk air minum si
griffin. Binatang itu minum dengan penuh rasa terima kasih.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Bahkan Mallory ikut berpartisipasi, ia menemukan selimut tua yang
sudah dimakan rayap untuk menyelimuti binatang itu. Binatang itu nyaris
tampak jinak, diperban, dan mengantuk dalam rumah kereta.
Meskipun Jared berpendapat membawa si griffin ke sini adalah
tindakan gila, dia harus mengakui bahwa dia mulai menyukai binatang itu.
Lebih daripada rasa sukanya kepada Hogsqueal.
Ketika Jared, Simon, dan Mallory tertatih-tatih masuk rumah, malam
sudah larut. Mallory masih basah karena jatuh ke sungai, dan pakaian
Simon compang-camping parah. Celana Jared bernoda rumput dan
sikunya luka karena berlari-lari di tengah hutan. Tapi mereka masih
memiliki buku itu dan kacamatanya, Simon masih menggendong anak
kucing yang warnanya seperti permen butterscotch toffee, dan mereka
semua masih hidup.
Dari sudut pandang Jared, ini termasuk sukses besar.
Ibu mereka sedang menelepon ketika mereka masuk. Wajahnya sembap
karena air mata. "Mereka di sini!" Dia menutup telepon dan menatap
anak-anaknya sesaat. "Kalian dari mana? Ini jam satu pagi!" Dia
menuding Mallory. "Bagaimana kau bisa begitu tidak bertanggung
jawab?"
Mallory menatap Jared. Simon, di sebelahnya, juga menatapnya sambil
memeluk rapat si kucing ke dadanya. Tiba-tiba Jared sadar saudara-
saudaranya menunggunya memberi penjelasan.
"Mm... ada kucing di pohon," Jared memulai. Simon tersenyum
memberinya semangat. "Kucing itu." Jared menunjuk anak kucing dalam
gendongan Simon. "Dan, tahu kan, Simon memanjat pohon itu, tapi si
kucing ketakutan. Dia memanjat semakin tinggi dan Simon terjebak. Dan
aku lari memanggil Mallory."
"Dan aku berusaha memanjat menyusulnya," lanjut Mallory.
"Benar," kata Jared. "Mallory memanjat menyusulnya. Kemudian si
kucing melompat ke pohon yang lain dan Simon menyusulnya. tapi
cabangnya patah dan dia jatuh ke sungai."
"Tapi pakaiannya tidak basah," kata ibu mereka sambil mengernyitkan
dahi.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Maksud Jared, aku yang jatuh ke sungai," kata Mallory.
"Dan sepatuku jatuh ke sungai," kata Simon.
"Yeah," kata Jared. "Kemudian Simon menangkap si kucing, tapi kita
harus menurunkannya dari pohon, tanpa mencakar habis Simon."
"Butuh waktu," kata Simon.
Ibu mereka menatap Jared dengan curiga, tapi tidak marah. "Kalian
bertiga dihukum tak boleh keluar rumah selama sisa bulan ini. Tidak
boleh main di luar dan tidak boleh mencari-cari alasan."
Jared membuka mulutnya untuk protes, tapi tak bisa memikirkan apa
pun untuk dikatakan.
Saat mereka bertiga naik ke lantai atas, Jared berkata, "Maaf. Kurasa
itu alasan yang cukup buruk."
Mallory menggeleng. "Kau tidak bisa mengatakan banyak. Kau tidak bisa
menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."
"Dari mana goblin-goblin itu muncul?" tanya Jared. "Kita bahkan tidak
tahu apa yang mereka inginkan."
"Buku Panduan," kata Simon. "Itulah yang ingin kukatakan padamu
sebelumnya. Mereka pikir buku itu ada padaku."
"Tapi bagaimana? Bagaimana mereka tahu kita sudah menemukannya?"
"Menurutmu bukan Thimbletack yang memberitahu mereka, kan?" tanya
Mallory.
Jared menggeleng. "Thimbletack tidak ingin kita berhubungan dengan
buku itu sejak awal."
Mallory mengeluh. "Kalau begitu, bagai-
mana?"
"Bagaimana kalau ada yang mengawasi rumah ini, menunggu kita
menemukan buku itu?"
"Seseorang atau sesuatu," tambah Simon khawatir.
"Tapi kenapa?" tanya Jared dengan suara lebih keras daripada yang
dimaksudkannya. "Apa pentingnya buku itu? Maksudku-apakah goblin-
goblin itu bisa membaca?"
Simon mengangkat bahu. "Mereka tidak bilang kenapa. Mereka hanya
menginginkan buku itu."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Thimbletack benar." Jared membuka pintu kamar yang dia pakai
bersama saudara kembarnya.
Tempat tidur Simon rapi, selimutnya tertarik terbuka dan bantal-
bantalnya sudah digemukkan. Tapi tempat tidur Jared beran-takan.
Kasurnya lepas dari rangkanya, kotor dengan bulu-bulu dan berbagai hal
lain. Seprainya dirobek-robek sampai berhelai-helai.
"Thimbletack!" kata Jared. "Aku kan sudah bilang," kata Mallory. "Kau
seharusnya tidak merebut batu itu."
AKHIR BUKU DUA
Baca Lanjutannya di Buku 3
Spderwick Chronicles:
Rahasia Lucinda?
Tentang TONY DiTERLIZZI...
Sebagai pengarang best-seller New York Times, Tony DiTerlizzi
menciptakan Ted, Jimmy Zangwow's Out-of-This World Moon Pie
Adventure yang memenangkan Zena Sutherland Award, juga ilustrasi
dalam seri Alien and Possum untuk pembaca awal karangan Tony
Johnson. Akhir-akhir ini versi sinematik brilian The Spider and the Fly
karya klasik Mary Howitt diberi penghargaan Caldecott Honor. Sebagai
tambahan, lukisan Tony telah menghiasi karya-karya fantasi yang sangat
terkenal seperti karya-karya J.R.R. Tolkien, Anne McCaffrey, Peter S.
Beagle, dan Greg Bear juga Magic The Gathering karya Wizards of the
Coast. Dia dan istrinya, Angela, tinggal bersama anjing pug mereka,
Goblin, di Amherst, Massachusetts. Kunjungi Tony di World Wide Web
di www.diterlizzi.com.
Tentang HOLLY BLACK
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kolektor cerita-cerita rakyat, Holly Black menghabiskan masa kecilnya
dalam rumah besar gaya Victoria tempat ibunya menceritakan berbagai
kisah hantu dan memberinya berbagai buku tentang peri. Tidak heran,
novel pertamanya, Tithe: A Modern Faerie Tale, merupakan kisah
tentang dunia peri. Diterbitkan musim gugur 2002, buku itu menerima
ulasan yang baik dan penghargaan Best Book for Young Adults dari
American Library Association. Dia tinggal di West Long Branch, New
Jersey, bersama suaminya, Theo, dan sekumpulan binatang liar. Kunjungi
Holly di World Wide Web di www.blackholly.com.
Tony dan Holly terus bekerja siang dan malam melawan peri dan goblin
yang marah supaya bisa menceritakan kisah-kisah anak-anak keluarga
Grace kepadamu.
Ucapan Terima Kasih
Tony dan Holly ingin berterima kasih kepada Steve dan Dianna untuk
ide-ide mereka, Starr untuk kejujurannya, Myles dan Liza untuk
berbagi pengalaman, Ellen dan Julie untuk membantu menjadikan ini
nyata,
Kevin untuk antusiasmenya yang tak kenal lelah dan kepercayaannya
kepada kami, dan terutama kepada Angela dan Theo - tidak ada cukup
banyak pujian yang bisa mendeskripsikan kesabaran kalian dalam
menjalani malam-malam panjang diskusi tentang Spiderwick.
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia