5. fisiology penglihatan

75
SARAF KRANIALIS,SENSIBILITAS dan aspek klinisnya dr. Susi Aulina,Sp.S(K) BAGIAN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS

Transcript of 5. fisiology penglihatan

Page 1: 5. fisiology penglihatan

SARAF KRANIALIS,SENSIBILITAS dan aspek klinisnya

dr. Susi Aulina,Sp.S(K)

BAGIAN NEUROLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS

Page 2: 5. fisiology penglihatan

TIU : Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui aspek klinis saraf kranialis dan sensibilitas berkaitan dengan anatomi dan fisiologisnya.

Page 3: 5. fisiology penglihatan

TIK : Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu :1. Menerangkan cara memeriksa ke 12 pasang saraf Kranialis mulai dari persiapan, teknik pemeriksaan dan interpretasi hasil pemeriksaan.2. Menerangkan cara memeriksa sensibilitas mulai dari persiapan, teknik pemeriksaan dan interpretasi hasil pemeriksaan.

Page 4: 5. fisiology penglihatan

Buku bacaan yang dianjurkan :1. Pictorial Manual of Neurological Test by. M.W. Van

Allen. Year Book Medical Publisher. Inc. Chicago, 1969.2. Medical Neurology, 3rd ed. By John Gilroy and John

Stirling Meyer. Macmillan Publishing Co. Inc. New York3. The Neurologic Examination, 4th ed by De Jong. Harper

& Row Publishers, Inc 1979.4. Principles of Neurology, 6th ed. Raymond D. Adams,

Maurice Victor, Allan H. Ropper. Mc Graw-Hill; International Edition

5. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurology oleh : Priguna Sidharta, M.D, Ph.D. PT. Dian Rakyat.

Page 5: 5. fisiology penglihatan
Page 6: 5. fisiology penglihatan

SARAF KRANIALIS (SARAF OTAK)Nervi Craniales (Jamak)Nervus Cranialis (Tunggal)

Page 7: 5. fisiology penglihatan

Gambar 1: Tempat keluar Nervi Craniales dari batang otak

Page 8: 5. fisiology penglihatan

Nervi Craniales dan fungsinyaI Nervus Olfactorius

leads signals from the nose to the brain.II Nervus Opticus

leads the signals of the retina to the brain.III Nervus Oculomotorius

eye and eyelid movement as well as the iris (iris) steers.

Page 9: 5. fisiology penglihatan

Nervi Craniales dan fungsinyaIV Nervus Trochlearis

steers the diagonal upper eye muscleV Nervus Trigeminus

(Triplet nerve) subdivided themselves into the eye nerve (nerves ophthalmicus), the Nervus maxillaris and the lower jaw nerve (N.Mandibularis). It leads sensitive information from the whole face range to the brain and internal fourth the chewing musculature.

Page 10: 5. fisiology penglihatan

VI Nervus AbducensInternal fourth the lateral eye muscle.

VII Nervus Facialis (Face nerve)If the musculature of the mimic steers, also the taste perseption in the front two thirds of the tongue and internal fourth all head glands mediate except the Parotis.

VIIINervus Vestibulocochlearis (Hearing and Equilibrium Nerve)Responsibly for the forwarding of the information from the hearing snails and the organ of the equilibrium.

Page 11: 5. fisiology penglihatan

IX Nervus Glossopharyngeus (Tongue Throat Nerve)Leads the signal of the rear tongue section to the brain and internal fourth muscles of the throat. Importantly for the sip act.

X Nervus Vagus Main nerve of the Parasympathicus and at the regularization of the activity of many internal organs takes part.

Page 12: 5. fisiology penglihatan

XI Nervus AccessoriusSupplied motor the Musculus trapezius and the Musculus sternocleidomastoideus. The nervus accessorius actually rises from that back Mark. Since it pulls however parallel to back Marks into the head cave and leaves these than on the head basis again, it is ranked among the cranial nerves.

XII Nervus Hypoglosus The tongue movement steers

Page 13: 5. fisiology penglihatan

PEMERIKSAAN KLINISA. NERVUS OLFAKTORIUS (NI) Saraf Penghidu

Persiapan :

Zat : bau-bauan yang tidak asing

(kopi, teh, tembakau)

Syarat : penyakit intranasal (-)

Page 14: 5. fisiology penglihatan

Gambar. Pemeriksaan N.I

Page 15: 5. fisiology penglihatan

Cara pemeriksaan:Pasien diberitahu bahwa daya penciumannya

hendak diperiksa.Pasien diminta mengidentifikasi apa yg terhidu

olehnya bila suatu botol yg berisi zat tertentu didekatkan ke salah satu lubang hidungnya.

Lakukan hal yg sama di lubang hidung yg lain.

N I lanjutan

Page 16: 5. fisiology penglihatan

Penilaian:Normosmia: mampu menghidu dgn tepatAnosmia : hilangnya daya penghiduHiposmia : daya penghidu kurang tajam (misalnya pd

usila)Parosmia : terhidu bau yg tdk sesuai (contoh bau

minyak kayu putih diidentifikasi sebagai bawang goreng)

Kakosmia : mirip dgn parosmia ttp selalu diidentifikasi sebagai bau yg tdk menyenangkan.

Halusinasi olfaktorik : terhidu sesuatu tanpa adanya perangsangan (misalnya pada psikosis, epilepsi: uncinate fit)

N I lanjutan

Page 17: 5. fisiology penglihatan

Anosmia, sering dijumpai pada:Fraktur basis crani :Komplikasi meningitisTumor lobus frontalis (sindroma Foster Kennedy) KongenitalAlbinismus

Parosmia dan kakosmia, dapat bersifat:Konversi histerik Sementara pada trauma capitis

N I lanjutan

Page 18: 5. fisiology penglihatan

B. NERVUS OPTIKUS (N II) Pemeriksaan terdiri dari :a. Ketajaman penglihatan (visual acuity)b. Lapangan pandang (visual field)c. Pemeriksaan fundusd. Pengenalan warna : - stilling ishihara test cardPersiapan:Ruangan dengan penerangan yang baikPastikan penyakit-penyakit pada mata tidak adaButa huruf atau tidakKetajaman penglihatan diperiksa pada mata

bergiliranGantungkan kartu snellen pada jarak 5 atau 6 meter

Page 19: 5. fisiology penglihatan

Test Ketajaman Penglihatan

Page 20: 5. fisiology penglihatan

Pemeriksaan visus secara neurologis: bukan untuk mengoreksi kelainan refraksi.a. Ketajaman Penglihatan (Visual Acuity)Jauh : normal 5/5 atau 6/6Abnormal

Hanya mampu menghitung jari pada jarak 1 meter: VOS-D: 1/60

Hanya mampu mengenal gerakan tangan: VOS-D: 1/300

Hanya mampu mengenal cahaya: VOS-D: Tidak mampu mengenal cahaya: VOS-D: 0

N II lanjutan

Page 21: 5. fisiology penglihatan

b. Lapangan Pandang Tes konfrontasi Perimeter atau kampimeter

Persiapan tes konfrontasi:- Pasien diberi penjelasan mengenai tes yg akan

dilakukan.- Pemeriksa yg normal lapangan pandangnya duduk

berhadapan dgn pasien.- Kedudukan mata keduanya sama tinggi.- Pasien tetap menatap ke depan ketika sesuatu

benda yg menyolok didekatkan oleh pemeriksa memasuki kawasan medan penglihatannya dari berbagai arah telah terlihat olehnya.

N II lanjutan

Page 22: 5. fisiology penglihatan

Dari tes ini diperoleh medan penglihatan secara kasar.Tes perimeter : lihat gambar.Tes kampimeter : serupa dengan tes perimeter hanya objek tesnya digerakkan pd bidang datar.

N II lanjutan

Page 23: 5. fisiology penglihatan

Gangguan Lapangan PandangLapangan pandang menyempitHemianopia

- Heteronim BitemporalBinasal

- Homonim KananKiri

KuadranopiaGangguan lap. penglihatan satu mata

N II lanjutan

Page 24: 5. fisiology penglihatan

c. Pemeriksaan FundusPersiapan:Alat: oftalmoskop atau funduskopi

Secara neurologis penting menilai keadaan retina & papil N II yg mencerminkan keadaan dlm ruang intra kranial. ( terutama Tekanan Intra Kranial / TIK)

Pasien dapat diperiksa dalam posisi duduk atau berbaring

Kamar periksa sebaiknya digelapkan terlebih dahuluCara memeriksa: lihat gambar :

N II lanjutan

Page 25: 5. fisiology penglihatan

Gambar : funduskopi

Page 26: 5. fisiology penglihatan

Kelainan pada papilKelainan Funduskopi : - papiledema (batas kabur)

- papil atropiGejala papiledema : - Sakit kepala

- Muntah - Bradikardi - Parese N VI atau III, IV

Kelainan pada retina : oleh penyakit Hipertensi & DM

N II lanjutan

Page 27: 5. fisiology penglihatan

C. NERVI OKULARES, terdiri dari :N. Oculomotorius (N III)N. Trochlearis (N IV)N. Abducens (N VI)

Hal yang harus dinilai :1. Celah kelopak mata (menyempit -> dis. Ptosis)2. Pupil3. Gerakan bola mata

Page 28: 5. fisiology penglihatan

Ad. 2 : Pemeriksaan PupilNormal : Bentuk bulat, isokor, diameter 2-4 mm.

( <2 mm : miosis, > 4 mm : midriasis)Refleks pupil terhadap cahaya :Langsung : terjadi miosis pd mata yg di senter.Tdk langsung : jatuhkan sinar pd salah satu mata

terjadi miosis pd mata yg tidak disenter.

( disebut juga refleks cahaya konsensual)

NERVI OKULARES lanjutan

Page 29: 5. fisiology penglihatan

Refleks pupil akomodatif atau konvergensiPasien diminta menatap lurus ke depan,

kemudian secara tiba-tiba datangkan suatu benda dengan cepat kearah pangkal hidung

terjadi kontraksi ke dua otot rektus medialis (= konvergensi) dan kontraksi otot siliaris (= konstriksi pupil).

NERVI OKULARES lanjutan

Page 30: 5. fisiology penglihatan

Gambar Pemeriksaan pupil

Page 31: 5. fisiology penglihatan

Ad. 3 : Pemeriksaan Gerakan Bola MataPemeriksaan ini dpt memberikan info penting adanya lesi mulai dari korteks serebri, mesensefalon sampai di saraf otak.Dibedakan :a. Gerakan b.m. voluntar (diatur oleh korteks serebri) dilaksanakan oleh otot-otot okular kiri dan kanan, oleh : fasikulus longit. Medialis, : Hasil pemeriksaan : > gerakan konyugat > gerakan diskonyugat (gerakan konvergen).b. Gerakan b. m. involuntar : > nistagmus > gerakan okulogirik

NERVI OKULARES lanjutan

Page 32: 5. fisiology penglihatan

NERVI OKULARES lanjutan

Page 33: 5. fisiology penglihatan

PERSIAPAN PEMERIKSAAN GERAKAN OKULAR 

Palpasi bola mata untuk menilai tekanan intraocular atau adanya SOL intra orbita bila ada keluhan diplopia.→ 

PEMERIKSAANTerhadap gerakan kedua bola mata atas perintah dan gerakan konyugat reflektorik (gbr 41 hal 258) & gbr 43 & 44 (hal 260).Penilaian : adakah penyimpangan (deviasi terhdp kedudukan salah satu bola mata. Deviasi tersebut dinamakan STRABISMUS.Gerakan konyugat reflektorik disebut doll’s eye movement. 

Page 34: 5. fisiology penglihatan

NERVI OKULARES lanjutan

Page 35: 5. fisiology penglihatan

NERVI OKULARES lanjutan

Page 36: 5. fisiology penglihatan

NERVI OKULARES lanjutan

Page 37: 5. fisiology penglihatan

NERVI OKULARES lanjutan

Page 38: 5. fisiology penglihatan

NERVI OKULARES lanjutan

Page 39: 5. fisiology penglihatan

D. NERVUS TRIGEMINUS (N.V) Sensorik : Untuk wajah Motorik : Untuk otot pengunyah Refleks : - Dagu - Kornea : aferen : NV, eferen N.VII cara memeriksa refleks cornea -> Gores sclera ke arah limbus kornea respons normal : terjadi kedipan mata

Page 40: 5. fisiology penglihatan

Gambar Test Pemeriksaan N.V

Page 41: 5. fisiology penglihatan

 KLINIK GANGGUAN N. V

Gejala difisit sensorik negatif: hipestesi–anestesi

Gejala difisit sensorik positif: neuralgia

Idiopatik dan simptomatik: Neuralgia Trigeminal

Page 42: 5. fisiology penglihatan

E. NERVUS FASIALIS (N. VII) Fungsi Motorik : m. frontalis

m. orbikularis oculi m. orbikularis oris

Fungsi N. Intermedius (yg bergabung dgn N VII) - Sensorik : pengecap 2/3 ant. Lidah - Sekretif Glandula salivatorius

Page 43: 5. fisiology penglihatan

Pemeriksaan fungsi motorik N. VII1. Inspeksi : gerakan otot wajah volunter

a. kerutan kulit dahib. kedipan mata

c. lipatan nasolabialis/sudut mulut Kelainan yang dapat ditemukan : - Parese hemifasialis perifer : a,b,c terganggu - Parese hemifasialis sentral : hanya c terganggu

N. VII lanjutan

Page 44: 5. fisiology penglihatan

Gambar Pemeriksaan N.VII

Page 45: 5. fisiology penglihatan
Page 46: 5. fisiology penglihatan

2. Menilai daya pengecapan 2/3 anterior lidahCara : julurkan lidah, keringkan dengan gaas, oleskan zat perangsang manis, asin, asam, pahit.Penilaian abnormal : ageusia, hipogeusia, pargeusia.Klinis gangguan N. VII yang paling sering ditemukan : Bell’s Palsy.Yaitu kelumpuhan N VII perifer non supuratif, non-neoplasmatik, non degeneratif, mungkin akibat edema N VII.

N. VII lanjutan

Page 47: 5. fisiology penglihatan

F. NERVUS AKUSTIKUS (N. VIII)Menyalurkan 2 macam impuls Pendengaran N. Kokhlearis Keseimbangan N. Vestibularis

Page 48: 5. fisiology penglihatan

Pemeriksaan daya pendengaran:Pasien yg kooperatif: dgn rangsang suara,

bunyi arloji, garpu tala atau audiometri.Pasien yg tdk kooperatif/tdk berespons

refleks aurikulo-palpebral atau akustiko-palpebral

 

NERVUS AKUSTIKUS (N. VIII) lanjutan

Page 49: 5. fisiology penglihatan

Gambar Pemeriksaan Daya Pendengaran

Page 50: 5. fisiology penglihatan

N. VIII lanjutan

Page 51: 5. fisiology penglihatan

Pemeriksaan fungsi vestibularisFungsi ini diteliti bila terdpt keluhan

pusing1. Observasi sikap berdiri & sikap badan →

sewaktu bergerak2. Observasi nistagmus spontan3. Observasi nistagmus yg dibangkitkan

N. VIII lanjutan

Page 52: 5. fisiology penglihatan

Klinik gangguan N. VIII1.Gangguan daya pendengaran tanpa gangguan

vestibuler → proses patologik prekokhlear di:

liang telingamembrana timpanisampai dengan kavum timpani

→ tuli konduktif 2. Gangguan vestibular tanpa gangguan kokhlear

→ gangguan alat keseimbangan

N. VIII lanjutan

Page 53: 5. fisiology penglihatan

3. Gangguan vestibular dan kokhlear yg tergabung dalam 1 sindroma/penyakit: Penyakit Meniere, intoksikasi streptomycin, lesi N.VII akibat trauma, infeksi: meningitis, arakhnoiditis, penekanan oleh neoplasma, neuritis akustikus (disfungsi kokhlearis dan vestibularis bukan oleh sebab infeksi : akbat DM, nefritis, hipotiroidea, miksedema, avitaminosis).

N. VIII lanjutan

Page 54: 5. fisiology penglihatan

G. N.GLOSSOFARINGEUS (N.IX) & N.VAGUS (N.X)

Keduanya mempunyai fungsi yg hampir samadalam kawasan yg sangat luasberbauran satu dgn yg lain

Pemeriksaan fungsi N. IX dan N. X:Tak dpt mengungkap semua segi fungsionalnyaSecara praktis disfungsi N. IX dan X dapat

diketahui melalui anamnestik: kesukaran menelan dan regurgitasi.

Page 55: 5. fisiology penglihatan

G. N.GLOSSOFARINGEUS (N.IX) & N.VAGUS (N.X)

a. Penelitian orofarings:dalam keadaan istirahatdalam keadaan berfonasipembangkitan refleks: penyentuhan arcus

pharyngeus atau uvula dgn spatel : timbul refleks batuk atau muntah.

b. Penelitian laringsSuara serak parese N. X unilateral→

Page 56: 5. fisiology penglihatan

Gambar Pemeriksaan N.IX, X

Page 57: 5. fisiology penglihatan
Page 58: 5. fisiology penglihatan

Klinis gangguan N. IX dan X1. Disfagia: kesukaran menelan yang berat (=keselek

= salah telan)akibat palatum mole parese terjadi regurgitasi→akibat epiglottis tidak bekerja, makanan menuju

larings refleks batuk→bila terganggu bilateral UMN (paralysis

pseudobulbar) disfagia berat: perlu pipa hidung →untuk menyalurkan makanan

2. Suara serak/lemah: kerusakan N. X unilateral

N. IX & N. X lanjutan

Page 59: 5. fisiology penglihatan

H.ASESORIUS (N.XI) & N.HIPOGLOSUS (N.XII)* Penilaian fungsi N. XI: - m. trapezius

- m. sternokleidomastoideus* Klinik ganggua N. XI:

→ TORTIKOLIS: disfungsi unilateral kedua otot, kepala miring dgn wajah menoleh ke salah satu sisi, dagu sedikit terangkat.

→ Kelumpuhan LMN bilateral kedua otot sehingga leher/kepala tak dpt ditegakkan (kepala menunduk ke bawah).

Page 60: 5. fisiology penglihatan

Gambar Pemeriksaan N.XI

Page 61: 5. fisiology penglihatan

• Penilaian fungsi N. XIIOtot-otot penggerak lidah :- m. stiloglosus- m. hipoglosus- m. genioglosus- m. longitudinalis inferior dan superior

 Pemeriksaan fungsi N. XIIPasien diminta menjulurkan lidah: terlihat

lidah menyimpang ke sisi yg lumpuh (lesi UMN dan LMN) disertai hemiatropi (lesi LMN).

N.XI & N.XII lanjutan

Page 62: 5. fisiology penglihatan

Gambar Pemeriksaan N.XII

Page 63: 5. fisiology penglihatan
Page 64: 5. fisiology penglihatan

Klinik gangguan N. XII:

Disartria (bicara pelo) : pengucapan kata-kata kurang jelas.

Lidah sering tergigit bila mengunyah.

N.XI & N.XII lanjutan

Page 65: 5. fisiology penglihatan

SENSIBILITAS dan APLIKASI KLINISSensibilitas adalah: segala macam perasa yg disadarkan melalui susunan asendens atau susunan aferen.Bila ada gangguan di susunan tersebut : timbul gejala-gejala sensibilitas yang menunjukkan pola tertentu sesuai lokalisasi lesi.

Page 66: 5. fisiology penglihatan

Di dlm praktek, terdpt 5 jenis perasaan:1.Perasaan khusus = perasan panca indera2.Perasaan eksteroseptif = protopatik: nyeri, suhu,

raba.3.Perasaan proprioseptif: perasaan gerak, getar,

sikap, tekan. Point 2 & 3 disebut juga SOMESTESIA.

4.Perasaan interoseptif – viseroestesia → perangsangan alat-alat perasaan di jaringan yg

berasal dari viseropleura (usus, paru, limpa, dll).5. Perasaan diskriminatif = multimodalitas, yaitu

perasaan yg sekaligus memberi pengenalan banding.

SENSIBILITAS lanjutan

Page 67: 5. fisiology penglihatan

Gangguan sensibilitas dapat berupa :

Perangsangan thd perasaan protopatik (cth : nyeri) gejala sensorik positif

Penyumbatan thd penghantaran impuls sensorik gejala sensorik negatif. contoh : serasa kesemutan (parestesia)

kulit berasa tebal (hipestesia)panas (termanestesia)tekanan (baranestesia)

Page 68: 5. fisiology penglihatan

Persiapan pemeriksaan sensibilitas :1. Kooperasi pasien2. Penilaian yang obyektif3. Peta menifestasi sensorik (Peta dari

Foerster)Teknik Pemeriksaan sensibiltas : lihat gambar

Page 69: 5. fisiology penglihatan

SENSIBILITAS lanjutan

Page 70: 5. fisiology penglihatan

SENSIBILITAS lanjutan

Page 71: 5. fisiology penglihatan

SENSIBILITAS lanjutan

Page 72: 5. fisiology penglihatan

SENSIBILITAS lanjutan

Page 73: 5. fisiology penglihatan

SENSIBILITAS lanjutan

Page 74: 5. fisiology penglihatan
Page 75: 5. fisiology penglihatan